• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V dalam penggunaan Fabel pada materi penyesuaian diri hewan terhadap lingkungannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V dalam penggunaan Fabel pada materi penyesuaian diri hewan terhadap lingkungannya"

Copied!
417
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

DALAM PENGGUNAAN FABEL PADA MATERI

PENYESUAIAN DIRI HEWAN TERHADAP

LINGKUNGANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ria Perwita Sari NIM: 131134207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kepada Bapa, atas berkatNya yang melimpah dan rancanganNya, penulis dapat menyelesaikan kuliah S1 dengan baik.

Tulisan ini kupersembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, sahabat sejatiku.

2. Kedua orangtuaku, Bapak Riyanto dan Ibu Puji Iswanti yang selama kuliah telah mendukung, tak berhenti berdoa dan memberikan motivasi.

3. Tante Rita Widyanti dan Kakek Budiyanto yang selalu memberikan dukungan.

4. Sahabat-sahabatku, seluruh teman dan juga orang yang terlibat dalam melakukan penelitian.

(5)

v MOTTO

“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan

mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di

Sorga. Bukankah kamu yang melebihi burung-burung itu? . . . Perhatikanlah

bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal. . . .

Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan

besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Februari 2017

Penulis,

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ria Perwita Sari

Nomor Mahasiswa : 131134207

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD DALAM

PENGGUNAAN FABEL PADA MATERI PEMBELAJARAN

PENYESUAIAN DIRI HEWAN TERHADAP LINGKUNGANNYA beserta

perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 14 Februari 2017

Yang Menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD DALAM PENGGUNAAN FABEL PADA MATERI PENYESUAIAN DIRI HEWAN

TERHADAP LINGKUNGANNYA

Ria Perwita Sari Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah pada mata pelajaran IPA di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta dan diketahui terdapat 75% guru di Yogyakarta belum menggunakan media pembelajaran dalam mengajar pada penelitian yang dilakukan Jaringan Penelitian Pendidikan Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V dalam penggunaan fabel pada materi penyesuaian diri hewan terhadap lingkungannya.

Penelitian ini adalah penelitian quasi-experimental dengan desain

nonequivalet control group design. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah

siswa kelas V 1 SD BOPKRI Gondolayu sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V 2 sebagai kelompok kontrol. Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil

pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. pretest dan

posttest dilakukan dengan 10 soal pilihan ganda dan 5 soal esai yang telah diuji validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukarannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu dokumentasi dan wawancara. Prosedur analisis data pada penelitian ini terdiri dari penentuan hipotesis, manajemen data, menentukan taraf signifikansi, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah independent t-test yang didukung dengan penggunaan Microsoft Excel dan Statistical Product and Service

Solutions (SPSS). Hasil analisis data menunjukkan rata-rata skor posttest

kelompok eksperimen lebih tinggi (Mean = 84.77 ; Standar Error of

Mean=2,351) memiliki rata-rata skor posttest dibandingkan dengan kelompok

kontrol (Mean = 77,85; Standar Error of Mean=2,351). Perbedaan skor kedua kelompok tersebut signifikan t(5050) = 2,286 p ≤ 0,05 dan memiliki Medium

effect( efek sedang) sebesar r = 0,3 atau setara dengan 9%. Hasil analisis data

kemudian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa atas penggunaan media fabel.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan atas penggunaan media fabel terhadap hasil belajar IPA siswa. Peneliti merekomendasikan fabel agar dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu media pembelajaran.

(9)

ix ABSTRACT

THE DIFFERENCE IN THE SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT FIFTH GRADE STUDENT OF THE ELEMENTARY SCHOOL IN USING

FABLES FOR THE TOPIC OF ANIMALS SELF ADAPTION TO THE ENVIRONMENT

Ria Perwita Sari

Sanata Dharma University

2017

Background of this study was a concern toward the result of final exam in BOPKRI Gondolayu Yogyakarta elementary school in subject science and 75% of teachers in Yogyakarta had not been using media in teaching based on research conducted by Educational Research Assemble of the city. The goal of current research was to find out the difference result of fifth grade students in learning science using fables on the material of adaptation of animals to the environment.

This was a quasi-experimental research with nonequivalet control group design. Population and sample of current research consisted of 26 students of grade V1 Gondolayu BOPKRI Elementary School as experimentation and 26 students of grade V2 as the control group. The datum in this study come from pretest and posttest done by both experimental group and the control group. pretest and posttest were done using 10 multiple choice question and 5 essays that had been qualified its validity, reliability, and difficulty level. The data collection technically was done in two ways, namely documentation and interviews. Data analysis procedure in this reseach consists of determine the hypothesis, manage the data, determine the significance level of the test, and classic assumptions and hypotheses tests. Data analyzing techniques used to examine the hypothesis was the independent t-test which was supported by the use of Microsoft Excel and Statistical Product and Service Solutions (SPSS). The results of the data examination shows the average posttest scores experimental group was higher (Mean = 84.77; The standard Error of the Mean = 2,351) had average posttest scores compared to the control group (Mean = 77.85; The standard Error of the

Mean = 2,351). Difference score of two groups is significant t (5050) = 2.286 p ≤

0.05 and has Medium effect (the effect being) r = 0.3 or equivalent to 9%. According to the results of the analysis of the data can be concluded that there was a difference in student learning outcomes using fable media .

The conclusion of this study was that there was a significant difference in using the fable media toward IPA students learning outcomes. Researchers recommend fable to be used by teachers as one of the learning media.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD DALAM PENGGUNAAN FABEL

PADA MATERI PEMBELAJARAN PENYESUAIAN DIRI HEWAN

TERHADAP LINGKUNGANNYA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohadi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Chistiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Theresia Yunia Setyawan, S. Pdm, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang

telah membimbing, memberi banyak masukan dan mendukung dengan sabar. 5. Wahyu Wido Sari, M.Biotech. selaku dosen pembimbing II yang

membimbing dengan penuh kesabaran.

6. Ester Markis Sarwo Rini, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian. 7. Agnita Kristi P, S.Si. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan

penelitian, sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

8. Siswa kelas V.1 dan V.2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang bersedia terlibat dalam penelitian.

9. Sekertariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian.

(11)

xi

11. Mahas Parasdya Agia, yang senantiasa menjadi penyemangat dan pemberi motivasi serta dukungan.

12. Wismaya Putri Mas Mahardhika dan Yesia Rahasti P, sahabatku yang selalu mendukung.

13. Teman-teman persekutuan GKJ Susukan dan adik-adik Sekolah Minggu sebagai semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi.

14. Sahabatku penelitian kolaboratif, Dana, Wismaya, Erwindha, Alfa yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.

(12)
(13)

xiii

a. Jenis - jenis Fabel ... ... ... 26

b. Manfaat Fabel ... ... ... 28

4. Ilmu Pengetahuan Alam ... ... ... 32

(14)

xiv

5. Uji Prasyarat Analisis ... ... ... 91

a. Uji Normalitas Skor Posttest ... ... 92

b. Uji Homogenitas Skor Posttest ... ... 93

c. Uji Independence ... 95

6. Uji Hipotesis ... ... ... 95

7. Uji Besar Pengaruh ... ... ... 96

8. Uji Signifikansi Selisih Rata - rata Skor Pretest dan Posttest ... 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

A. Hasil Penelitian ... ... ... 101

1. Hasil Uji Skor Pretest ... 105

a. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest... ... 105

b. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest ... ... 108

c. Hasil Uji Independent t-test Skor Pretest ... ... 110

2. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... ... .... 112

a. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest ... ... 112

b. Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest... ... 116

c. Hasil Uji Independence... ... .... 117

3. Hasil Uji Hipotesis ... ... ... 118

4. Hasil Uji Besar Pengaruh ... 120

5. Uji Signifikansi Selisih Rat a - rata Skor Pretest dan Posttest ... 121

B. Pembahasan ... ... ... . 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 132

A. Kesimpulan ... ... ... .. 132

B. Keterbatasan Penelitian ... ... ... 133

C. Saran ... 133

DAFTAR REFERENSI... ... ... 134

LAMPIRAN ... ... ... ... 138

(15)

xv

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda dan Uraian Uji Validitas Empiris ... 70

Tabel 3.8 Perbandingan r Hitung dan r Tabel ... 74

Tabel 3.9 Soal Pretest dan Posttest yang Dipakai ... 75

Tabel 3.10 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 78

Tabel 3.11 Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ... 78

Tabel 3.12 Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Uraian ... 79

Tabel 3.13 Kriteria Indeks Kesukaran ... 80

Tabel 3.14 Tabel Indeks Kesukaran... 81

Tabel 3.15 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ... 96

Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest dari Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 101

Tabel 4.2 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Kedua Kelompok ... 102

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kelompok Eksperimen ... 105

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kelompok Kontrol ... 106

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest ... 109

Tabel 4.6 Hasil Uji Independent T-Test Skor Pretest ... 110

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kelompok Eksperimen ... 112

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kelompok Kontrol... 113

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest ... 116

Tabel 4.10 Hasil Uji Independent T-Test Skor Posttest ... 118

Tabel 4.11 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi ... 120

Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Selisih Rata-rata Skor Pretest dan ... 121

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Genre Sastra Anak ... ... 2 4

Gambar 2.2 Skema Penelitian yang Relevan ... ... 42

Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir ... ... 45

Gamb ar 3.1 Desain Penelitian ... ... ... 47

Gambar 3.2 Rumus Korelasi Product Moment ... ... 72

Gambar 3.3 Rumus Cronbach’s Alpha ... ... 77

Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran Soal ... ... 80

Gambar 3.5 Rumus Levene’s Test ... ... ... 8 8 Gambar 3.6 Rumus Independent T-test ... …... 94

Gambar 3.7 Ru mus Effect Size... ... ... 9 6 Gambar 3.8 Rumus Koefisien Determinasi ... ... 97

Gambar 3.9 Rumus Paired T-test ... ... ... 97 Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Hasil Skor Pretest dan Posttest ... 1 03 Gambar 4.2 Histogram (kiri) dan P-P Plot (Kanan) Skor Pretest Kelompok

Eksperimen ... ... ... 1 06 Gambar 4.3 Histogram (kiri) dan P-P Plot (Kanan) Skor Pretest Kelompok

Kontrol ... ... ... 1 07 Gambar 4.4 Histogram (kiri) dan P-P Plot (kanan) Skor Posttest Kelompok

Ekspe rimen ... ... ... 1 13 Gambar 4.5 Histogram (kiri) dan P-P Plot(kanan) Skor PosttestKelompok

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian... ... ... 139 Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru dan Siswa Kelas V ... 141 Lampiran 3 Contoh Komentar Validasidan Hasil Validasi Muka ... 145 Lampiran 4 Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen Sesudah Valida si .... 188 Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol Sesudah Validasi ... 265 Lampiran 6 Contoh Soal Pretest dan Posttest Setelah Validasi Isi ... 303 Lampiran 7 Contoh Soal Pretestdan PosttestSetelah Validasi Konstrak ... 316 Lampiran 8 Contoh Hasil Pekerjaan Pretest dan Posttest Siswa Di

Kelas Eksperimen ... ... ... 335 Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Pretest dan Posttest Siswa Di

Kelas Kontrol ... ... ... 342 Lampiran 10 Tabulasi Data Mentah Validitas Konstruk ... ... 349 Lampiran 11 Tabulasi Data Mentah Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 359 Lampiran 12 Tabulasi Data Mentah Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 365 Lampiran 13 Analisis Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD), yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA di SD dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut aspek-aspek sains. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Sains berasal dari kata

science, yaitu pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk

(19)

berinteraksi dengan alam dan lingkungannya sehingga ilmu pegetahuan penting untuk diajarkan kepada siswa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam Kompas

(1/12/2014) menjelaskan, 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Berdasarkan pemetaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terhadap 40.000 sekolah pada 2012, diketahui bahwa isi, proses, fasilitas, dan pengelolaan sebagian besar sekolah, saat ini masih belum sesuai standar pendidikan yang baik seperti diamanatkan undang-undang. Akbar (2016) dalam jurnal pendidikan menyatakan kurangnya mutu mengajar juga menjadi masalah dalam efisiensi pendidikan. Pendidik kurang mampu untuk mengomunikasikan bahan ajar dengan baik sehingga mudah dimengerti dan menarik perhatian peserta didik. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa guru kurang mampu untuk mengomunikasikan bahan ajar dengan baik sehingga pembelajaran tidak tersampaikan seluruhnya kepada siswa yang berakibat pada hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal. Permasalahan yang masih dihadapi ketika mengajar adalah terdapat guru yang belum menggunakan media pembelajaran karena ketersediaan media yang terbatas dan membutuhkan waktu yang lama untuk mempersiapkan media. Berdasarkan hasil survei dapat kita ketahui bahwa penggunaan media kurang dimanfaatkan dalam pembelajaran, sebagaimana Latief yang dikutip dari Kompas, 25 Mei 2010, menyatakan.

“Proses pembelajaran yang kurang menarik membuat daya serap siswa pada pelajaran

tidak optimal. Hasil penelitian ”Potret Profesionalitas Guru Kota Yogyakarta dalam

Kegiatan Belajar-Mengajar” yang dilakukan Jaringan Penelitian Pendidikan Kota Yogyakarta (JP2KY) awal tahun 2010 menunjukkan, 75% guru peserta penelitian

(20)

Dari pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa terdapat guru yang belum menggunakan media pembelajaran untuk alat bantu menyampaikan materi pembelajaran. Belajar dapat diartikan sebagai memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan (Rahyubi, 2014: 3). Dinyatakan oleh Danim (2010) bahwa tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan menggunakan pola tradisional, akan tetapi juga membutuhkan perubahan dengan pola yang modern supaya anak dapat belajar secara efektif dan efisien. Dari penjelasan di atas, maka media pembelajaran sangat diperlukan untuk membantu dalam menyampaikan materi kepada siswa.

(21)

secara utuh (Kustandi, 2011: 1). Media pembelajaran terdiri dari buku, video, film, slide, gambar, komputer, cerita (buku cerita), dan lain sebagainya.

Penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa tertarik dalam belajar. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah berupa cerita. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa menjumpai berbagai macam cerita dan dari berbagai sumber, akan berbeda dengan cerita yang digunakan sebagai media pembelajaran. Diawali dari hal kontekstual terdekat siswa, yaitu sebuah cerita yang dikemas untuk menyampaikan materi pembelajaran agar materi yang akan disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

(22)

Demi tercapainya hasil belajar yang optimal selain menggunakan media yang cocok dengan tahap perkembangan kognitif siswa, guru juga harus memperhatikan dan memilih metode pembelajaran yang tepat. Pada penelitian ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif yaitu TAI (Team

Assisted Individualization). Slavin (2008: 101) menjelaskan kelebihan dari

model pembelajaran ini yaitu siswa lebih termotivasi untuk belajar karena siswa mencari sendiri informasi yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal di dalam kelompok. Metode ini juga memiliki kelebihan lain yaitu mampu meningkatkan hasil belajar dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang telah diperoleh dengan kuis dan evaluasi

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa dengan menggunakan cerita fabel dapat menjadi media yang tepat untuk diterapkan terhadap siswa SD kelas V dengan harapan supaya ada perbedaan hasil belajar IPA pada materi penyesuaian diri hewan. Strategi yang digunakan, yaitu pembelajaran dengan menggunakan media fabel. Fabel merupakan suatu media pembelajaran dengan cerita hewan, maka seorang guru berkesempatan menggali potensi kecerdasan anak, baik kecerdasan intelegensi, emosi sosial, maupun spiritual yang ada di dalam diri siswa atau anak didiknya. Dalam proses pembelajarannya, siswa diberikan sebuah fabel yang berupa video dan media cerita fabel untuk memahami materi IPA penyesuaian diri hewan terhadap lingkungannya.

(23)

Penyesuaian Diri Hewan. Penelitian ini berjudul “Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD dalam Penggunaan Fabel pada Materi

Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya”. Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif, yaitu quasi

experimental design tipe nonequivalent control group design.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V SD dalam penggunaan fabel pada materi penyesuaian diri hewan terhadap

lingkungannya?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V SD dalam penggunaan fabel pada materi penyesuaian diri hewan terhadap lingkungannya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis, diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

(24)

menjadi referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan judul

“Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD dalam Penggunaan Fabel Pada Materi Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya”. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Memperoleh pengalaman baru dalam menggunakan media fabel sehingga diasumsikan hasil belajar IPA dapat lebih optimal juga sebagai sarana dalam menyampaikan pesan-pesan moral kepada anak.

b. Bagi guru dan calon guru

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan terhadap pemilihan penggunaan media pembelajaran IPA di sekolah.

c. Bagi Sekolah

Menambah wawasan tentang penggunaan media fabel yang dapat diterapkan untuk pembelajaran di sekolah.

d. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman langsung menggunakan media fabel dalam pembelajaran IPA sehingga dapat berguna untuk bekal mengajar pada masa mendatang.

E. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

(25)

berinteraksi layaknya komunitas manusia, dengan permasalahan hidup layaknya manusia, dan berisi cerita rakyat dengan pesan-pesan moral. 2. Hasil belajar merupakan perwujudan dari perubahan tingkah laku yang

menunjukkan tingkat penguasaan kemampuan yang dicapai melalui proses pengalaman belajar yang telah dialami siswa sehingga siswa mampu memperbarui atau mengembangkan kemampuan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang telah dimilikinya.

3. IPA adalah disiplin ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia dengan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.

4. Metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) adalah metode pembelajaran kooperatif, di mana pada proses pembelajaran siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda (heterogen). Metode pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual.

(26)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai landasan teori yang berisi kajian pustaka, penelitian yang mendukung, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka membahas teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian, penelitian yang mendukung membahas tentang penelitian sebelumnya sebagai pendukung penelitian ini yang kemudian dirumuskan dalam kerangka berpikir, sementara hipotesis berisi dugaan sementara dari rumusan masalah penelitian.

A. Kajian Teori

1. Karakteristik Perkembangan Anak Sekolah Dasar (SD) Menurut

Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif Piaget merupakan salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya (Muhibin, 2012: 22). Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan, yaitu: organisasi, adaptif, dan ekuilibrasi. a. Organisasi

(27)

b. Adaptif/adaptasi

Cara anak untuk menyesuaikan skema sebagai tahapan atas lingkungan. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu asimilasi dan akomodasi.

1) Asimilasi

Asimilasi merupakan istilah yang dipakai Piaget untuk merujuk pada memahami pengalaman baru berdasarkan skema yang sudah ada.

2) Akomodasi

Merupakan mengubah skema yang telah ada agar sesuai dengan situasi baru atau bisa dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.

c. Ekuilibrasi

(28)

Secara garis besar, Piaget (2010: 1) membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal. Senada dengan pendapat Piaget (dalam Dahar, 2011: 132-133) Secara ringkas, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Sensorimotor

Tahap sensorimotor terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur dua tahun. Pada tahap ini, inteligensi anak didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, mendengar, membau, dan lain-lain. Dalam tahap ini, anak belum dapat berbicara dengan bahasa, anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di dekatnya. Piaget membagi tahap sensorimotor ini ke dalam enam periode, yaitu periode 1: penggunaan refleks-refleks (usia 0-1 bulan), periode 2: reaksi sirkuler primer (usia 1-4 bulan), periode 3: reaksi sirkuler sekunder (usia 4-10 bulan), periode 4: koordinasi skema-skema sekunder (usia 10-12 bulan), periode 5: reaksi sirkuler tersier (usia 12-18 bulan), periode 6: permulaan berpikir (usia 18-24 bulan).

b. Tahap Praoperasi

(29)

untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama subjek.

c. Tahap Operasi Konkret

(30)

berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Penghilangan sifat egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah.

d. Tahap Operasi Formal

Tahap ini terjadi pada anak usia dua belas tahun sampai dewasa. Pada tahap ini seorang individu dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan, lepas dari apa yang diamati.

Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Semakin tinggi tingkat kognitif anak, maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya (Siregar & Nara, 2011: 33). Karena itu, sebagai guru, harus mampu memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya sehingga dapat memberikan materi dan media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

(31)

perkembangan kognitif suatu anak dibagi melalui tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi atau penyeimbangan. Tahapan tersebut akan berpengaruh pada periode seorang anak dalam memahami dunianya yang berkorelasi dan semakin canggih seiring pertambahan usia. Piaget membaginya melalui empat periode utama, diantaranya sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi formal.

2. Hakikat Hasil Belajar

a. Belajar

Sardiman (2010: 21) mengatakan bahwa belajar diartikan sebagai rangkaian kegiatan jiwa, raga, psiko-fisik, untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hamalik (2009: 37) menjelaskan bahwa belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk perubahan tingkah laku. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. Hilgard dan Gordon (dalam Hamalik 2009: 49) mengatakan bahwa, pada hakikatnya, belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu karena pengalamannya yang berulang-ulang dan perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan-kecenderungan respons bawaan, kematangan atau keadaan temporer dari orang tersebut.

(32)

perubahan tingkah laku (change behavior), ini berarti hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, (2) perubahan perilaku relatif permanen, artinya perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap dan tidak berubah-ubah, (3) perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar berlangsung, perubahan tersebut bersifat potensial, (4) perubahan tingkah laku merupakan hasil pengalaman atau latihan, (5) pengalaman atau latihan dapat memberi penguatan, artinya bahwa sesuatu yang memperkuat akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

Lain halnya dengan Rohman (2012: 172) yang menyatakan bahwa terdapat empat ciri-ciri belajar, yaitu: (1) belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, (2) belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman, (3) belajar terjadi melalui latihan pengalaman, berarti perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi atau kepekaan seseorang yang biasanya tidak hanya berlangsung sementara, (4) perubahan tingkah laku itu menyangkut berbagai aspek kepribadian (fisik/psikis) seperti perubahan pengertian, berpikir, keterampilan, kebiasaan, dan sikap.

(33)

tidak harus segera dapat diamati, (4) perubahan tingkah laku merupakan hasil pengalaman atau latihan, dan (5) melalui latihan dan pengalaman dapat memberi penguatan, artinya sesuatu yang memperkuat akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, atau kepekaan.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Sejalan dengan hal tersebut, Sukmadinata (2009: 101-102) menyatakan bahwa hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Selanjutnya Sudjana (2016: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penjelasan lain disampaikan oleh Hamalik (2006: 30) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah apabila seorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

(34)

ranah kognitif meliputi pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua, ranah afektif, yaitu sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ketiga, ranah psikomotorik, yaitu hasil belajar keterampilan serta kemampuan bertindak.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri siswa (Baharudin & Wahyuni, 2015: 28).

1) Faktor Internal

Faktor internal meliputi faktor fisiologis atau jasmani individu, baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya. Faktor fisiologis dibedakan menjadi dua macam, yang pertama adalah keadaan otot (tonus) jasmani yang merupakaan kondisi fisik yang sehat dan bugar memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Kedua, keadaan fungsi jasmani yang mencakup peran dari fungsi organ tubuh atau pun panca Indra.

(35)

menyangkut tentang komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial merupakan faktor yang menyangkut tentang lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, kelompok, budaya lingkungan spiritual atau lingkungan keagamaan. Lingkungan keluarga seperti ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, letak rumah, pengelolaan keluarga dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Lingkungan sekolah seperti guru, staf administrasi, dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Lingkungan masyarakat seperti kondisi lingkungan tempat tinggal siswa di perkotaan atau di pedesaan, dan di lingkungan bersih atau kumuh akan mempengaruhi hasil belajar.

(36)

metode yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan siswa.

Syah (2008: 144-155) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar ada tiga, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar yang dijelaskan sebagai berikut.

1) Faktor Internal Siswa

(37)

Kedua, sikap siswa yang merupakan gejala internal berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan guru merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan guru, apalagi apabila diiringi kebencian kepada guru atau mata pelajaran yang diajarkan guru dapat menimbulkan kesulitan belajar terhadap siswa.

Ketiga, bakat siswa adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang sebagaimana diungkap Chaplin (dalam Syah, 2008: 150). Hal tersebut artinya bahwa setiap orang memiliki bakat yang berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak tergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat dapat mempengaruhi tingi rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

(38)

perlu berusaha membangkitkan semangat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kita untuk membangun sikap positif.

Kelima, motivasi siswa adalah keadaan internal siswa yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu yang artinya motivasi merupakan daya untuk bertingkah laku secara terarah. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan memberi pengaruh kuat dan relatif lebih permanen dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.

2) Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal siswa yang dapat mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Pertama, faktor lingkungan sosial berupa lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-temannya yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selain itu, lingkungan sosial siswa dapat berupa lingkungan masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

(39)

terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Kedua, lingkungan nonsosial, yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Hal tersebut artinya bahwa seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah sehingga dapat mencapai tujuan belajar tertentu.

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses suatu kegiatan yang dilakukan seseorang, kegiatan mendapatkan, mengolah, dan menerapkan pengetahuan atau informasi yang selalu dialami oleh semua manusia di dunia dengan usaha atau berlatih untuk menuju perkembangan diri dalam pembentukan perilaku melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar ditandai dengan ciri-ciri adanya perubahan tingkah laku (change

behavior) yang menyangkut berbagai aspek kepribadian,

(40)

latihan, melalui latihan dan pengalaman dapat memberi penguatan, artinya sesuatu yang memperkuat akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi atau kepekaan.

(41)

faktor pendekatan belajar yang berkaitan dengan sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan keefisiensian proses mempelajari materi tertentu.

3. Fabel

Sastra adalah pengungkapan tentang kehidupan manusia dengan cara dan bahasa yang khas (Nurgiyantoro, 2013: 2). Sastra anak dipahami sebagai ungkapan citraan kehidupan yang dikisahkan, masih berada dalam jangkauan anak, baik melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengalaman moral, dan diekspresikan dalam bentuk kebahasaan yang dapat dipahami oleh anak (Nurgiyantoro, 2013: 5-6). Teks sastra anak merupakan produk penulisan dapat dipandang sebagai sebuah citraan kehidupan yang dapat dibaca anak. Berikut ini adalah skema genre sastra anak.

(42)

Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa fabel merupakan salah satu jenis dari sastra tradisional dari genre sastra anak. Nurgiyantoro (2013:

22) menyatakan, istilah “tradisional” dalam kesusastraan merupakan

cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya, dan siapa penciptanya, serta dikisahkan secara turun-temurun secara lisan. Penjelasan lain dikemukakan oleh Mitchell (2003: 228) bahwa cerita tradisional (traditional literature) merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat pada masa lalu yang umumnya disampaikan secara lisan. Nurgiyantoro (2010: 172) menjelaskan bahwa sastra tradisional ada beberapa macam, yaitu mitos (myths), legenda, cerita binatang (fables, fabel), dongeng, cerita wayang.

(43)

sastra Indonesia, seringkali diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran (tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, Burung Gagak dan Burung Elang, Semut dan Belalang, dan sebagainya.

Sarumpaet (2010: 22) juga menjelaskan, fabel pada umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya dan cerita yang menggunakan binatang sebagai gambaran manusia yang utuh, konon dianggap oleh sejarawan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad VI SM (meski ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari

Aesop). Kumpulan cerita binatang berjudul “Aesop’s Fables” yang ditulis

oleh Wiliam Caxton di Inggris pada 1484, merupakan cerita fabel tradisional yang kali pertama diciptakan.

a. Jenis-jenis Fabel

(44)

klasik berbeda dengan cerita binatang modern. Cerita binatang klasik hadir semata-mata karena dipakai sebagai sarana mengajarkan moral tertentu, sedangkan cerita binatang modern hadir sebagai hasil kreativitas penulisan karya sastra yang dimaksudkan untuk memuaskan pembaca (khususnya anak-anak) atau memperlengkapi bacaan sastra.

Nurgiyantoro (2010: 191), cerita fabel klasik maupun modern mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk memberikan pesan-pesan moral kepada pembaca, terutama anak-anak (Huck, dkk, 1987: 303); Mitchell, 2003: 245). Fang (1975: 3) mengemukakan bahwa masyarakat lama memilih tokoh binatang untuk menyampaikan pesan moral yang pertama, cerita binatang sudah muncul sejak manusia masih primitif dan, dalam masyarakat primitif, orang setiap hari berkumpul dengan binatang. Kedua, cerita binatang berasal dari India, kemudian menyebar ke Asia dan Eropa karena di India terdapat banyak cerita binatang yang termasyhur seperti Jataka dan Pancatancatra.

(45)

b. Manfaat Fabel

Cerita anak diyakini memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Berikut ini dikemukakan manfaat cerita bagi anak yang sedang dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan yang melibatkan berbagai aspek kedirian yang secara garis besar dikelompokkan dalam nilai personal dan nilai pendidikan (Nurgiyantoro, 2010: 36).

Nurgiyantoro (2010: 37) memaparkan bahwa manfaat sastra dalam nilai personal, yaitu perkembangan emosional, intelektual, imajinasi, rasa sosial, rasa etis, dan religius, yang dijelaskan berikut ini.

1) Perkembangan Emosional

Secara langsung atau tidak langsung, dengan membaca buku-buku cerita, anak akan belajar bersikap dan bertingkah laku secara benar, bagaimana mengelola emosi agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

2) Perkembangan Intelektual

(46)

yang belajar seni dalam tiga bidang tersebut lebih tinggi dari pada kemampuan anak yang tidak belajar seni. Hal ini disebabkan pembelajaran apresiasi terhadap seni menunjang peningkatan kreativitas di mana aspek kreativitas merupakan sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran dalam bidang apapun.

3) Perkembangan Imajinasi

Imajinasi akan memicu bertumbuh dan berkembangnya daya kreativitas. Imajinasi dipahami bukan sebagai khayalan atau daya khayal saja, tetapi mengarah pada makna pemikiran yang kreatif (creative thinking).

4) Pertumbuhan Rasa Sosial

Kesadaran bahwa orang hidup mesti membaca dalam kebersamaan, rasa tertarik masuk dalam kelompok sudah mulai terbentuk ketika anak berusia 3-5 tahun dan kesadaran bahwa ada orang lain di luar dirinya. Kesadaran tersebut dapat ditumbuhkembangkan melalui bacaan sastra lewat perilaku tokoh. Anak pada usia 10-12 tahun mempunyai cita rasa keadilan dan kepedulian kepada orang lain yang lebih tinggi usianya. Melalui bacaan sastra yang mengeksploitasi kehidupan bersosial secara baik akan mampu menjadikannya sebagai contoh bertingkah laku sosial sebagaimana aturan sosial yang berlaku.

5) Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius

(47)

sikap dan perilaku tokoh dalam cerita. Nurgiyantoro (2010: 41-47) juga mengemukakan bahwa manfaat sastra dalam nilai pendidikan, yaitu eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, pengembangan nilai keindahan, pemahaman wawasan multikultural dan pemahaman kebiasaan membaca yang dijelaskan sebagai berikut ini.

1) Eksplorasi dan Penemuan

Ketika membaca cerita, anak melakukan eksplorasi, sebuah penjelajahaan, sebuah petualangan imajinasi, ke sebuah dunia yang lebih relatif yang belum dikenalkan, dan menawarkan berbagai pengalaman kehidupan. Pengalaman menjelajah secara imajinatif, anak mampu mengkritisi untuk melakukan penemuan-penemuan atau prediksi bagaimana solusi ditawarkan.

2) Perkembangan Bahasa

Melalui membaca sastra, peningkatan penguasaan bahasa anak harus dipahami tidak hanya melibatkan kosakata dan struktur kalimat, tetapi lebih menyangkut keempat kemampuan berbahasa tersebut dengan strategi yang dikreasikan sendiri oleh guru secara kontekstual.

3) Pengembangan Nilai Keindahan

(48)

merasakan keindahannya. Hal ini dapat dilihat dari reaksi anak berupa tertawa, ekspresi wajah yang ceria. Aspek keindahan dalam diri anak bersama dengan berbagai aspek yang lain akan membawa dampak positif bagi perkembangan personalitasnya. 4) Pemahaman Wawasan Multikultural

Berhadapan dengan bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan wawasan budaya berbagai kelompok sosial dari berbagai belahan dunia. Melalu bacaan dapat dijumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berbeda dengan masyarakat lainnya. 5) Pemahaman Kebiasaan Membaca

Penyakit malas membaca, dapat berkurang dengan adanya pembiasaan anak untuk membaca buku-buku, terutama melalui buku-buku yang disukainya.

(49)

berbagai manfaat dalam nilai persoalan, yaitu dalam perkembangan emosional, intelektual, imajinasi, rasa sosial, rasa etis, dan religius. Sedangkan manfaat dalam pendidikan, yaitu eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, nilai keindahan, pemahaman wawasan multikultural, kebiasaan membaca.

4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Samatowa (2011: 24) menjelaskan, bahwa IPA merupakan terjemahan dari kata-kata dalam bahasa Inggris, yaitu natural science,

artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA atau science pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

Argumen yang sama juga dikatakan oleh Widi dan Sulistyowati (2014: 23), Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai tiga kata, yaitu Ilmu, Pengetahuan, dan Alam. Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia, sedangkan pengetahuan alam merupakan pengetahuan tentang alam semesta dan seisinya. Dengan pengertian tersebut, IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam.

(50)

fenomena lain, sehingga keleluhurannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan disiplin ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis. Pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia dengan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Metode TAI (Team Assisted

Individualization)

a. Pengertian TAI (Team Assisted Individualization)

Slavin (2005: 187) menjelaskan bahwa metode TAI (Team

Assisted Individualization) merupakan suatu penggabungan program

antara pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual untuk memenuhi kebutuhan berbagai kelas yang berbeda. Pada awalnya, model pembelajaran kooperatif metode TAI (Team Assisted

Individualization) dirancang khusus untuk mengajarkan

keterampilan berhitung atau matematika untuk siswa kelas 3-6 SD. Seiring perkembangan berikutnya, metode TAI (Team Assisted

Individualization) ini mulai diterapkan ke dalam materi yang

berbeda (Huda, 2014: 125). Metode ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa (Daryanto & Rahadjo, 2009: 246).

(51)

belajar pada siswa. Langkah-langkah pembelajaran BiDaK sebagai berikut: (1) membuat kelompok yang heterogen dan diberikan bahan ajar berupa modul, (2) siswa belajar di dalam kelompok dan dibantu oleh siswa yang pandai secara individual, saling tukar-menukar dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi secara tes formatif.

b. Komponen Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

Salvin (2008: 196-200) mengemukakan terdapat delapan komponen dalam model pembelajaran kooperatif metode TAI (Team

Assisted Individualization), sebagai berikut.

1) Tim, yaitu pembentukan kelompok secara heterogen yang beranggotakan 4-5 orang.

2) Tes penempatan, yaitu pemberian pretest kepada siswa sebagai dasar pertimbangan pembentukan kelompok.

3) Materi kurikulum, yaitu lembar kerja siswa berisi materi pembelajaran. Tiap unit pada lembar kerja memiliki bagian tersendiri.

(52)

5) Skor tim dan rekognisi tim, yaitu pemberian skor pada setiap kelompok atas hasil kerja yang telah dilakukan dan pemberian penghargaan pada kelompok yang berhasil dengan baik maupun yang kurang berhasil.

6) Kelompok pengajaran, yaitu siswa secara umum menerima pengenalan konsep-konsep dari materi pokok sebelum mengerjakan soal-soal secara individu.

7) Tes fakta, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang telah diperoleh oleh siswa.

8) Unit seluruh kelas, yaitu guru menghentikan program individual dan memberikan materi kepada siswa dengan strategi penyelesaian masalah.

c. Tahapan dalam Pembelajaran Kooperatif Metode TAI (Team

Assisted Individualization)

Daryanto dan Rahardjo (2009: 247) menjelaskan beberapa tahapan dalam pembelajaran kooperatif. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Guru memberikan tugas kepada kepada siswa untuk mempelajari materi yang telah dipersiapkan guru

2) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individu untuk mendapatkan skor awal

(53)

4) Hasil belajar siswa secara individu dibawa ke dalam kelompok dan setiap anggota kelompok saling memeriksa pekerjaan teman. 5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,

mengarahkan, dan memberikan penegasan mengenai materi yang telah dipelajari.

6) Guru memberikan siswa kuis secara individual.

7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

d. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Metode TAI (Team Assisted

Individualization)

Slavin (2008: 101) menjelaskan kelebihan dari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

1) Siswa lebih termotivasi untuk belajar karena siswa mencari sendiri informasi yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal di dalam kelompok.

2) Mampu meningkatkan hasil belajar dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang telah diperoleh dengan kuis dan evaluasi.

3) Mengurangi perilaku yang kurang dibutuhkan ketika pembelajaran berlangsung lewat aktivitas berpindah dan mengerjakan soal. 4) Membantu siswa yang kurang pandai untuk bersama-sama

(54)

e. Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif Metode TAI (Team

Assisted Individualization)

Amin (2006: 11) mengemukakan keterbatasan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)

sebagai berikut.

1) Tidak adanya persaingan antar kelompok, dalam metode ini mengedepankan pada pengoptimalan hasil belajar pada akhir pembelajaran sehingga hanya mementingkan dalam satu kelompok semua anggota dapat memahami materi yang disampaikan tanpa adanya persaingan antar kelompok

2) Ada kemungkinan siswa yang lemah bergantung pada siswa yang pandai. Kemungkinan ini akan muncul karena siswa yang pandai dalam kelompok mengajari siswa yang lemah sehingga akan ada saling bergantung jika tidak ada pengawasan dari guru.

(55)

kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan maupun jenis kelamin, hasil belajar siswa secara individu dibawa ke dalam kelompok dan setiap anggota kelompok saling memeriksa pekerjaan teman, guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan mengenai materi yang telah dipelajari, guru memberikan siswa kuis secara individual, guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Metode ini memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Erika

(2006) dengan judul “Efektifitas Pemberian Dongeng Fabel Terhadap Perkembangan Perilaku Kerja Sama Anak-anak Usia 5-6 Tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dongeng tidak efektif dalam meningkatkan perilaku moral terutama perilaku kerjasama pada anak usia 5-6 tahun. Sampel pada penelitian ini adalah 60 siswa, desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design. instrumen pengumpulan data menggunakan daftar penilaian observasi perilaku kerjasama yang dibuat berdasarkan permainan puzzle. Hasil penelitian menyatakan pada kelompok kontrol nilai sig. (2-tailed) 0,940 > 0,05, dan pada kelompok eksperimen nilai sig. (2-tailed) 0,938 > 0,05 maka Ho diterima

(56)

Selanjutnya penelitian yan dilakukan oleh Sulis (2016) dengan judul

“Analysis of Moral Value in Aesop’s Fable towards Children’s Character

Building” Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1).

Penelitian Kepustakaan atau Analisa Isi yang merupakan desain dari penelitian ini, 2). Pencatatan dokumen sebagai metode pengumpulan data, 3). Tiga belas cerita terpilih dari Aesop’s Fable sebagai objek kajian dari penelitian ini, 4). Dokumen sebagai instrumen pengumpulan data, 5). Bukti berdasarkan teori dan strategi code-recode sebagai teknik verifikasi data dalam penelitian kepustakaan ini, 6). Pengelompokan data, pengkodean data yang dibutuhkan, reduksi data yang tidak dibutuhkan, interpretasi data, dan penyajian data adalah metode analisa data. Dengan demikian, penelitian ini membahas nilai-nilai moral yang terkandung dalam Aesop’s fable guna mengajak setiap pembaca khususnya para guru dan orang tua untuk mendidik siswa atau anak mereka tentang bertingkah laku yang patut dalam kehidupan sosial. Jadi Aesop’s fable dapat digunakan oleh para orang tua dan guru sebagai materi belajar bagi anak- anak dalam rangka mengajarkan moral dan membangun karakter yang baik kepada anak anak.

Widyawati (2016) melakukan penelitian dengan judul “Cerita Anak

Fabel pada Harian Kompas Tahun 2015: Kajian Strukturalisme Robert

Stanton”. Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana fakta

(57)

tema, dan sarana cerita anak fabel pada harian Kompas tahun 2015. (2) Mendeskripsikan kesatuan cerita anak fabel pada harian Kompas tahun 2015. (3) Memberikan penilaian dan menemukan formula cerita anak fabel pada harian Kompas tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah fakta cerita, tema, dan sarana cerita pada cerita anak berupa fabel dalam harian Kompas tahun 2015. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks cerita anak fabel dalam harian Kompas tahun 2015 yang berjudul Keajaiban Pesan Ibu karya Kak Awam edisi Minggu, 6 Desember 2015, Nando Tak Pernah Bersyukur karya Ramajani Sinaga edisi Minggu, 11 Oktober 2015, dan cerita Ujian Akhir Fija karya Fifadila edisi Minggu, 1 Maret 2015. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa fabel anak pada harian Kompas tahun 2015 memiliki kualitas yang baik.

Dias (2014) melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa atas Penggunaan Media Gambar Siswa Kelas IV dalam Tema

Selalu Berhemat Energi”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan eksperimen, metode kuasi eksperimen tipe nonequivalent control

group design. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IVA

(58)

dokumentasi dan wawancara. Prosedur analisis data penelitian ini terdiri dari penentuan hipotesis, manajemen data, menentukan taraf signifikansi, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah independent t-test yang didukung dengan menggunakan Mirosoft Excel dan Statistical Product and Service Solutions

(SPSS). Hasil analisis data menunjukkan rata-rata skor posttest kelompok kontrol lebih rendah (Mean = 71,07; Standar Error of Mean = 3,675) dibandingkan dengan skor posttest kelompok eksperimen (Mean = 81,79;

Standar Error of Mean = 3,675). Perbedaan ini signifikan t (56) = -2,167 p <

0,05 dan memiliki small effect size dengan r = 0,282. Hasil analisis data kemudian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa atas penggunaan media gambar. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan, karena meneliti tentang hasil belajar siswa dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

Anjarwati (2015) melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan

Model Pembelajaran Kooperatif Metode Team Assisted Individualization

Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa

(59)

KKM meningkat menjadi 55%. Pada siklus II, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 78,77 dengan presentase sebesar 100%.

Gambar 2.2 menjelaskan lima penelitian orang lain yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnnya tersebut telah meneliti tentang fabel, hasil belajar dan metode Team Assisted Individualization. Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang sudah dijelaskan sebelumnnya

Gambar 2.2 Skema Penelitian

(60)

memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang relevan penelitian ini menggunakan media pembelajaran fabel untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Penelitian ini juga menggunakan metode pembelajaran TAI

(Team Assisted Individualization) yang diterapkan di kedua kelas.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, menjadikan pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian dengan judul

Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD dalam Penggunaan Fabel pada Materi Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya” dengan jenis penelitian kuantitatif.

C. Kerangka Berpikir

Anak usia 7 sampai 11 tahun tergolong dalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Dalam tahap ini perkembangan pemikiran secara terbalik, operasi-operasi logis, konservasi, kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah konkret, pemikiran berbasis pengalaman. Karena itu, sebagai guru harus mampu memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya, sehingga dapat memberikan materi sesuai dengan media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

(61)

individu yang turut mengubah dan membentuk perilaku siswa dari pengalaman belajar yang telah dialami siswa sehingga siswa mampu memperbaharui atau mengembangkan kemampuan (kognitif, afektif dan psikomotor) yang telah dimilikinya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan disiplin ilmu yang membahas tentang gelaja-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang penting dan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari karena selalu berhubungan dengan alam semesta yang berada dekat di lingkungan sekitar anak. Salah satu yang dipelajari dalam IPA yaitu makhluk hidup seperti hewan. Salah satu media yang dapat digunakan adalah berupa fabel karena dengan menggunakan fabel yang dikemas sedemikian rupa (berupa buku cerita) anak akan memiliki gambaran materi dengan jelas dan tidak lagi berpikir abstrak dan melatih siswa untuk memahami sendiri kebenaran dari suatu teori yang akan dipelajari. Pembelajaran yang melibatkan fabel diyakini dapat memberikan banyak manfaat dalam proses perkembangan anak dalam belajar, melalui media fabel, siswa diajak memiliki pengalaman belajar bermakna dalam proses menemukan konsep.

Demi tercapainya hasil belajar yang optimal selain menggunakan media yang cocok dengan perkembangan, guru juga harus memperhatikan dan memilih metode pembelajaran yang tepat. Pada penelitian ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif yaitu TAI (Team Assisted Individualization)

(62)

diharapkan siswa benar-benar memahami materi pembelajaran dalam kelompok juga keterbatasan waktu dalam pembelajaran, dengan pembelajaran menggunakan metode ini siswa yang kurang memahami materi dapat dibantu oleh teman satu kelompoknya. Sehingga semua siswa dalam kelompok dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Berikut adalah bagan kerangka berpikir.

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

Gambar 2.3 menunjukkan proses berpikir yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa dengan menggunakan media fabel, hasil belajar IPA siswa kelas V SD pada materi penyesuaian diri hewan terhadap lingkungannya akan lebih dimengerti siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini.

H0: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V SD dalam

penggunaan fabel pada materi penyesuaian diri hewan terhadap lingkungannya.

Ha: Ada perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V SD dalam penggunaan

(63)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab tiga ini akan membahas mengenai jenis penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, jadwal pengambilan data, variabel, instrumen penelitian, uji validitas reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma atau pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi atau quasi eksperiment yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan suatu media yaitu dengan cara menggunakan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan (Sugiyono, 2015: 114). Peneliti menggunakan quasi

eksperiment dengan tipe nonquivalent pretest-posttest control-group design

yaitu desain eksperimen yang memiliki dua kelompok, di mana kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan

(treatment) dan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol pengendali

(control) yang nantinya hasil pada kelompok pertama akan dibandingkan

dengan hasil pada kelompok kedua untuk melihat apakah ada perbedaan antara kedua kelompok.

(64)

design yaitu membandingkan dua kelompok di mana kedua kelompok tersebut sama-sama diberi pretest dan posttest tetapi hanya kelompok eksperimen saja yang diberi perlakuan (Creswell, 2012: 242). Desain penelitian ini digunakan untuk melihat perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dengan kelompok yang diberi perlakuan atau kelompok eksperimen. Desain nonquivalent pretest-posttest control-group digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Nonquivalent Pretest-Posttest Control-Group

Keterangan:

O1 : pengukuran kemampuan awal pada kelompok eksperimen

O2 : pengukuran kemampuan akhir pada kelompok eksperimen

X : pemberian perlakuan

O3 : pengukuran kemampauan awal pada kelompok kontrol

O4 : pengukuran kemampauan akhir pada kelompok kontrol

Gambar di atas menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu O1 dan O2 sebagai kelompok ekperimen dan O3 dan O4

sebagai kelompok kontrol. Pengukuran kemampuan awal siswa akan dilakukan dengan menggunakan pretest yang diberikan kepada kedua kelompok yaitu O1 dan O3 kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. X

menunjukkan sebuah perlakuan, perlakuan ini akan dilakukan secara berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah diberikan perlakuan kemudian dilakukan pengukuran kemampuan akhir siswa melalui

O1 X O2 ...

Gambar

Gambar 2.1. Skema Genre Sastra Anak
Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa fabel merupakan salah satu
Gambar 2.2 menjelaskan lima penelitian orang lain yang memiliki
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi makanan pasien dan kaitannya

pelaksanaan kredit, sistim kerja dari pihak penjamin yang efektif dalam pemberian kredit

JAGUNC SI'BACAI ?AXAN TERNAI( YANG

Petak omisi dilakukan untuk mengetahui kemampuan tanah secara alami menyediakan hara bagi tanaman dan melihat respon tanaman terhadap pemupukan yang mempertimbangkan

Sedangkan untuk bagian yang di ukur tingkat keausan dari pahat yang berdiameter 12 mm adalah bagian atas, dan bagian samping pada pahat karena pada bagian

Dalam buku panduan umum dewan pendidikan dan sekolah, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Mengengah (2005:44) yang memuat

I hereby declare that this thesis entitled “ The Influence of Principal Leadership and Engagement of School Committee toward the Effectiveness of