• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Mikroba Pengikat N Pada Akar untuk meningkatkan Kesuburan dan Produk Pakan Ternak Berbasis Sistem Tiga Strata Secara in vitro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Mikroba Pengikat N Pada Akar untuk meningkatkan Kesuburan dan Produk Pakan Ternak Berbasis Sistem Tiga Strata Secara in vitro."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS SISTEM TIGA STRATA SECARA IN VITRO

Oleh:

SRI ANGGRENI LINDAWATI

PROGRAM DOKTOR ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

(2)

i

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Sang Hyang Widi Wase, berkat karunia-Nya, makalah dengan judul “Pemanfaatan Mikroba Pengikat N pada Akar

Untuk Meningkatkan Kesuburan Dan Produk Pakan Ternak Berbasis STS Secara In Vitro” dapat diselesaikan pada waktunya. Melalui kesempatan ini disampaikan

terimakasih kepada dosen pengasuh Bapak Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS dan Ibu Dr. Ir. I Nyoman Suryani, MS atas saran dan arahannya dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu mohon saran dan kritik yang bersifat menyempurnakan, sangat diperlukan. Akhir kata semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi yang memerlukan.

(3)

ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

PEDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Manfaat ... 3

PEMBAHASAN ... 4

KESIMPULAN ... 13

(4)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman pakan merupakan salah satu faktor pendukung dalam perencanaan produksi ternak oleh sebab itu kualitas dan ketersediaannya harus terus menerus terjaga sehingga dapat memenuhi kebutuhan ternak. Selama ini ketersediaan hijauan pakan masih sangat kurang dikarenakan oleh anggapan bahwa tanaman pakan tidak menguntungkan secara ekonomi. Oleh karena itu pertanian yang mengkhusus dalam memproduksi tanaman pakan masih sangat jarang di Indonesia. Tanaman pakan biasanya terintegrasi dalam pengelolaan lahan yang bertujuan untuk konservasi tanah dan air (As-syakur et al., 2006).

Masyarakat mulai sadar, pentingnya akan ketersediaan pakan ternak dalam

(5)

tanah. Salah satunya adalah bintil akar pada tanaman legumenosa akan memberikan sumbangan untuk kesuburan tanah. Salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman dengan jalan inovasi teknologi pemanfaatan bakteri pengikat N yang ada pada bintil akar. Dahlanet al,(2012) melaporkan pada bintil akar akan ditemukan adanya bakteri pengikat N yang dapat menyerap N pada tanah maupun diudara. Nitrogen banyak tersedia dalam tanah tetapi lebih banyak pada udara 74%. Ini tidak dapat langsung digunakan oleh tanaman tetapi harus difiksasi oleh mikroba penambat N (Nitrogen tersedia bagi tanaman). Mikroba penambat N ada yang hidup bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba yang hidup bersimbiosis dalam bintil akar legumenosa adalah

Rhizobium sp, khusus untuk legumenosa, sedangkan mikroba penambat N non legumenosa simbiosis dapat digunakan untuk semua jenis tanaman sebagai factor tumbuh, seperti Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Bakteri ini akan dapat menangkap N bebas

diudara. Bakteri ini berfungsi untuk, 1) menjaga kesuburan tanah, 2) mampu menyerap unsur hara sehingga disebut sebagai factor tumbuh/biostimulan. Mekanisme kerja dari bakteri ini dapat memperpanjang akar melalui pembentukan sekat-sekat akar sehingga bintil akar bertambah banyak yang dapat menyebabkan penyerapan unsur hara lebih banyak. Hal ini menyebabkan tanah menjadi lebih subur karena tersedianya unsur hara lebih banyak dengan harapan kesegaran tanaman lebih lama/lebih tahan terhadap kekeringan sehingga untuk jangka panjang dengan harapan yang terprogram dalam STS 4 bulan musim hujan dan 8 bulan musim kering, sehingga masalah penyediaan pakan yang 8 bulan musim kering dapat diperpendek waktunya.

Tanaman pakan ternak yang akan dikembangkan dalam konsep ini, yakni tanaman kedelai. Jasmalet al,(2010) melaporkan hasil penelitianya bahwa tanaman pangan seperti kedelai, jerami kedelai dan bijinya dapat dipakai sebagai pakan untuk sapi penggemukan (sapi potong) karena digunakan sebagai sumber protein. Disamping itu dari fungsi tanaman pangan, kedelai sangat baik untuk kesehatan sehingga dapat menciptakan ternak yang sehat. Kedelai dapat membantu meningkatkan kondisi penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, diabetes. osteoporosis, kanker.

(6)

Perumusan Masalah

Perumusan masalahnya adalah :

Bagaimana cara meningkatkan kesuburan tanah dan mengatasi penyediaan pakan ternak dan ketahanan tananam pada musim kemarau di lahan STS (kering, marginal, kritis)

Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Tiga Strata

2. Untuk mengetahui mekanisme mikroba pengikat N pada akar dapat meningkatkan kesuburan dan produk pakan ternak berbasis STS melalui perbanyakan akar dan bintil akar.

3. Dapat dikembangkannya pemanfaatan bakteri pengikat N sebagai factor tumbuh untuk

kesuburan dan mempersiapkan tanaman pakan hijauan didaerah /lahan STS.

Manfaat

1. Terciptanya konsep penggunaan jasa mikroba dalam pola tanam pakan ternak 2. Dapat berfungsi sebagai fungisida

3. Terdukungnya pengembangan Sistem tiga strata (termodifikasi) melalui penggunaan jasa mikroba.

4. Ketahanan tanaman pakan ternak dapat diperpanjang.

PEMBAHASAN

Sistem Tiga Strata (STS).

Dalam penyediaan pakan ternak, yang menjadi problem, adalah pada saat penyediaan pakan pada musim kemarau, sehingga Nitis (2001) memperkenalkan hasil penelitian pola tanam pakan ternak dengan Sistem Tiga Strata.

(7)

bahkan turun berat badannya. Dengan pertumbuhan kompensasi, turunnya berat badan dapat dikejar asal tidak lebih dari 20% berat badan. Hal ini dapat ditanggulangi dengan STS.

Sistem Tiga Strata adalah menyediakan hijauan berkualitas sepanjang tahun yaitu dengan mengatur waktu pemotongan/pemangkasan hijauan untuk ternak (Nitis, 2001). Pola penyediaan pakan dibedakan atas 3 bagian, yaitu :

1. Strata 1: pada musim hujan sebagian besar sumber pakan ternak berasal dari rumput dan leguminosa

2. Strata 2: pada musim kering sebagian hijauan makanan ternak berasal dari semak-semak.

3. Strata 3: akhir musim kering sebagian besar hijauan makanan ternak berasal dari pohon.

Dengan mengintegrasikan tanaman leguminosa pada STS, diharapkan kesuburan lahan akan bertambah karena sumbangan nitrogen dari bintil-bintil akarnya. Disamping itu nilai gizi ransum ternak berkualitas karena legumenosa, kadar proteinnya lebih tinggi dari non legumenosa.

Deskripsi STS

Lahan yang digunakan untuk STS ini seluas 25 are, yang terdiri dari 3 bagian, yaitu : -) Bagian inti seluas 1600 m2, bagian ini terletak ditengah unit. Lahan ini ditanami

jagung, kedele, ketela pohon atau tanaman lain (cengkeh, vanili, kelapa). Tata cara penanamannya seperti yang biasa dilakukan petani.

-) Bagian selimut, lahan ini seluas 900 m2 yaitu lahan yang terletak antara bagian inti dan bagian pinggir. Pada bagian ini ditanami rumput seperti bafel, orokloa dan

panikumserta leguminosa sepertisentrosemia,stelo veranodanstelo skabra. -) Bagian pinggir adalah bagian paling luar yang mengelilingi bagian selimut dengan

(8)

dan 1000 semak lamtoro (Strata II). Sebanyak 14 pohon bunut, 14 pohon santan, 14 pohon waru (Strata III), maka akan diperoleh setiap 2500 m2STS akan terdapat 1600 m2 tanaman pangan, 900 m2 rumput dan legumenosa 2000 semak dan 42 pohon.

Manfaat STS

Manfaat diterapkan STS pada lahan tanaman pakan hijauan :

1. Meningkatkan persediaan dan mutu hijauan makanan ternak. Setiap unit STS terdapat 9 are rumput dan leguminosa, 2000 semak dan 42 pohon. Hal ini akan meningkatkan persediaan hijauan sebesar 48 %. Daun leguminosa sentrosema, stelo skabra danstelo verano pada stratum 1. Daun gamal,akasia velosa dan lamtoro pada stratum 2 mengandung protein 18-25.

2. Menyediakan hijauan sepanjang tahun, dengan memotong hijauan sesuai dengan pola STS yaitu S1 pada musim hujan, S2 pada pertengahan musim kering dan S3 pada akhir musim kering.

3. Mempercepat pertumbuhan dan reproduksi ternak, mutu hijauan meningkat maka sapi jantan tumbuh 13% lebih cepat, sapi betina beratnya hingga 81% dan interval birahinya lebih cepat 31%, frekuensi birahi menjadi 69 % lebih sering, berat anak lahir 12% lebih tinggi dan berat anak waktu sapih 18% lebih besar (Agustyanto, 2003), perkembangan didaerah Nusa Penida. Disamping itu STS juga mengurangi waktu memelihara ternak,karena makanan sudah tersedia.

4. Meningkatkan kesuburan tanah, bintil akar dari tanaman legumenosa yang dapat melepaskan nitrogen untuk tanaman disekitarnya. Sedangkan akar dan daun rumput, semak dan pohon yang melapuk juga bisa meningkatkan humus tanah.

5. Mengurangi erosi, bagian selimut dan bagian pinggir dari STS dapat menahan air hujan diatas tanah sehingga tidak mengalir dengan deras, sehingga erosi pada tanah miring dapat dikurangi sebesar 45%.

(9)
[image:9.612.165.436.91.352.2]

Gambar 1.Denah Sistem Tiga Strata .

Integrasi STS Dengan ternak

Ternak (sapi,kambing, 7 ayam kampung) diintegrasikan pada tahun ke 2. Lahan 9 are rumput dan 2000 semak serta 42 pohon menyediakan cukup pakan untuk 1 ekor sapi berat 375 kg, atau satu ekor induk dengan satu ekor pedet sapih atau 6 ekor kambing dengan berat masing-masing 60 kg. Satu ekor STS cukup untuk 25-50 ekor ayam kampung.

Pakan Ternak Berbasis STS Termodivikasi Dengan Tanaman Kedelai

(10)

Terkait dengan sistem tiga strata yaitu penerapannya pada lahan kering maupun marginal, sehingga untuk memodivikasi diperlukan tanaman yang mampu tumbuh di lahan tersebut. Kedelai merupakan tanaman legumenosa yang mampu tumbuh dilahan marginal. Lahan marginal adalah lahan yang tidak terurus oleh campur tangan manusia sehingga merupakan lahan kritis. Nitis (2001) menyatakan bahwa jenis-jenis tanaman dalam system tiga strata, yakni pada Strata I (rumput dan leguminosa (leguminosa sentrosema,

steloskabradansteloverano)). Strata II, terdiri dari tanaman semak (gamal, akasiavelosa

dan lamtoro). Pada Strata III terdiri dari pohon. Pakan ternak system strata tiga yang termodivikasi dapat dilihat pada Gambar. 1 dibawah ini dengan mengganti legumenosa

pada Strata 1 dengan jenislegumenosayang lain yaitu kedelai.

Tanaman kedelai digunakan sebagai pengganti legumenosa pada Strata 1 disebabkan, 1) tanaman kedelai dapat tumbuh pada lahan marginal, kering tetapi

memerlukan hara tinggi protein karena itu perlu pupuk dalam penanaman. Untuk mengantisipasi hal ini dicoba menggunakan bakteri pengikat N untuk membantu penyediaan unsur hara. 2) dalam hal ini bertujuan untuk pemeliharaan sapi potong (penggemukan) karena kedelai berfungsi sebagai sumber protein. Anonimous (2006) menyatakan bahwa sifat fungsional kedelai, yakni mempunyai efek menyehatkan karena mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam linoleat dan linolenat, membantu kesehatan jantung, kolesterol, tekanan darah tinggi, osteoporosis dan ginjal.

Mikroba Pengikat N sebagai Unsur Hayati

Hara hayati merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman menyediakan unsur hara. Hara hayati ini juga menghasilkan hormon tumbuhan, asam amino, vitamin, dan dapat berfungsi sebagai fungisida. Biswas et al, (2000) melaporkan bahwa bakteri yang bermanfaat dan bersifat sebagai pupuk untuk mengembalikan kesuburan tanah termasuk kedalam bakteri PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) seperti bakteri penambat nitrogen yaitu genus

Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut pospat seperti genus Bacillus,

(11)

pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses seperti dekomposisi bahan organic, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifiksi dan denitrifikasi. Kyuma (2004) Rhizobium (Root Nodulating Bacteria) adalah bakteri yang mampu menambat protein dari udara melalui simbiosis dengan membentuk bintil akar pada tanaman leguminosa, sedangkan

Azotobacter, Azospirillum merupakan bakteri non simbiotik yang berasosiasi dengan berbagai tanaman. Bakteri tersebut mempunyai kemampuan menambat nitrogen bebas dari udara sehingga unsur N tersedia bagi tanaman serta sebagai pemantap agregat tanah dan interaksinya akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Aguskrisno (2012) bentuk N diatmosfir yaitu, ammonia (NH3), molekul nitrogen (N2), dinitrit oksida (N2O), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2). Bakteri ini juga menghasilkan hormone pertumbuhan dan juga mampu merombak bahan organik (selulosa, amilosa) di dalam tanah dan bakteri ini dapat menghambat bakteri pathogen melalui sintesis senyawa

antibiotic. Widawati dkk (2015) melaporkan bahwa bakteri Rhizobium leguminosa,

Bacillus, Azotobacter dan Azospirillum dapat melarutkan pospat dan nitrogen dengan

kisaran pH 5.1- 6.0 dengan populasi 109 cfu/mL. Bakteri ini juga menghasilkan hormon IAA yaitu diperoleh pada Bacillus, Azotobacter dan Azospirillum berturut-turut 6.08; 6.14; 6.21 ppm. Khamali et al, (2015), melaporkan hasil penelitianya, bahwa bakteri tersebut menghasilkan juga hormone IAA , acetoin dan urease yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan tanaman.

Manfaat Mikroba Pengikat N Dalam Meningkatkan Kesuburan Tanah

(12)
[image:12.612.97.551.153.383.2]

tinggi populasi mikroba tanah, akan makin tinggi aktivitas biokimiawinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisa tanah sebelum dan sesudah tanam (pemupukan)

Sampel pH tanah P tersedia(mg/g) Total plate count(cfu/g)

Tanah asal 5.80 0.65a 1.00x105

Tanah sesudah panen

7

Tanpa pupuk 5.80 0.65a 1.00x105

Pupuk kompos 6.45 0.81c 2.00x106

Pupuk kimia 6.44 0.72d 1.00x105

POH azofir 1 7.02 0.91d 3.00x107

POH azofor 2 7.01 0.83c 3.00x107

POH azofos 7.04 0.95d 3.00x107

POH mix 7.12 0.95d 4.00x107

Keterangan:

POH azofor 1 : inokulan cair dari bakteriBradyrhizobium japonicum,Rhizobiun1,Rhizobium2,Rhizobium

3,AzotobacterdanAzospirillum

POH azofor 2 : Rhizobium leguminosarum,burkhoderia cepacea,Bcenospacea,Banthiana,Azotobacter

danAzospirillum

POH azofos :B. cereus,B.thuringiensis,B. megaterium,B .phantothenticus,Azotobacterdan

Azospirillum

Bakteri ini diinkubasi selama 1 minggu hingga total plate count 108-109cfu/g

(13)

tanaman dalam menyerap unsur hara sehingga kualitas dan kuantitas tanaman dapat ditingkatkan, dikelompokan dalam bakteri PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), merupakan bakteri penambat N seperti, genus Rhizobium, Azospirillum

dan bakteri pelarut fospat seperti, Bacillus dan Pseudomonas, Arthrobacter, Bacterium

dan Mycobacterium. Rhizobhium, bakteri yang mampu menambat N dari udara melalui simbiosis dengan membentuk bintil akar pada tanaman legumenosa (Kyuma, 2004).

Azospirillum dan Azotobacter merupakan bakteri non smbiotik yang berasosiasi dengan berbagai tanaman dengan kemampuannya menambat nitrogen bebas dari udara sehingga unsur N tersedia bagi tanaman serta sebagai pemantap agregat tanah dan interaksinya akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dengan memperbanyak bintil akar. Selain itu juga menghasilkan hormon pertumbuhan dan mampu merombak bahan organic selulosa, amiselulosa didalam tanah dan sekaligus mampu menghambat patoghen melalui

sintesis senyawa antibiotik sehingga pemanfaatan mikroba penambat N sekaligus dapat berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri pathogen pada tanah. Khamali et al, (2015) bakteri pengikat N termasuk sebagai bakteri penghasil acetoin dan menghasilkan hormon sebagai factor tumbuh yang akhirnya disebut Plant Growth Promoting (IAA). Akbar e tal, (2007), melaporkan semua isolat hasil identifikasi dari akar kedelai menghasilkan hormone IAA (Bacillus cereus (6.08), Azotobacter(6.14) dan Azospirillum

(6.21)). Alexander (1977) menyatakan bahwa Azotobacter merupakan bakteri fiksasi N2 yang mampu menghasilkan substansi pemicu tumbuh IAA sehingga (Gholami et al,

(14)
[image:14.612.99.547.91.294.2]

Tabel 2. Hasil Panen Kedelai per 10 pohon

Perlakuan Berat tanaman /10 pohon

∑ bintil

akar/10 pohon (butir)

Berat

Polong/10pohon (g)

∑ polong/10pohon

(buah)

Berat biji/10 pohon

Tanpa pupuk

290a 78a 150.50a 380a 87.42a

Pupuk kompos

290a 97c 150.85a 372a 99.94bc

Pupuk kimia

320ab 85b 151.20a 397a 100.7c

POH azofor 1

440cd 119e 227.42d 483cd 126.4e

POH azofor 2

400c 112d 183.04c 460bc 116.37d

POH azofos

360b 98c 177.12b 425ab 103.3c

POH Mix 480d 129f 229.40d 512d 130.5e

Mekanisme kerjanya, bakteri penambat N akan menghasilkan acetoin (3 hydroksibutan-2- butanone) dan enzim urease. Acetoin merupakan senyawa volatile yang dihasilkan oleh bakteri yang berfungsi sebagai pemicu dalam proses stimulasi pertumbuhan tanaman dan juga dapat menginduksi ketahanan tanaman ( Ryu et al, 2003). Taghavi et al, (2009) acetoin berperan penting dalam menstimulasi terjadinya proses organogenesis (morphogenesis) tanaman sehingga pembentukan organ-organ tanaman lebih cepat sehingga pertumbuhan tanaman semakin cepat. Diperjelas oleh Rudrappa et al, (2010) acetoin dapat meningkatkan pembentukan jumlah cabang, akar, dan bunga. Sedangkan urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3, selanjutnya

NH3 akan diserap oleh akar menjadi N bagi tanaman sehingga meningkatkan efisiensi tanaman dalam penggunaannya. Khamali et al, (2015) dalam penelitiannya melaporkan

(15)
[image:15.612.97.541.117.263.2]

Tabel 3. Pengaruh acetoin-producing terhadap tinggi tanaman, diameter batang, kandungan klorafil, jumlah bintil akar, berat kering akar, berat kering tanaman kedelai Perlakuan Tinggi tanaman Diameter batang (mm) Kandungan klorofil (SPAD unit) Jumlah bintil akar Berat kering akar (gr) Berat kering batang (gr)

Kontrol 30,25 c 0,622 a 38,7 a 7 a 1.70 a 14.60 a

K. pneumoniaA552 34,42 b 1,039 b 51,2 b 19 c 2.15 b 17.30 b

K. variicola04 35,12 ab 1,352 b 49,7 b 34 d 2.25 b 18.95 c

P. mirabilisAL3Ba 34,52 b 1,350 b 49,8 b 18 c 2.20 b 18.15 c

P. rettgeriAL2TT 37,07 a 1,854 b 50,1 b 18 c 2.34 b 19.70 c

K. pneumonia06 33,82 b 1,352 b 47,9 b 12 b 1.90 a 16.25 b

Nilai yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Tabel 4. Pengaruh acetoin-producing inokulan rhizobakter terhadap jumlah polong pertanaman, bobot polong pertanaman, kadar air biji, dan kadar protein biji

Perlakuan Jumlah polong

pertanaman

Berat polong pertanaman

Kadar air biji Kadar protein biji

Kontrol 52.52 a 25.55 a 64,99 11.06 a

K. pneumoniaA552 54.43 a 28.00 c 66,41 12.97 b

K. variicola04 60.18 b 28.21 c 66,76 13.65 c

P. mirabilisAL3Ba 64.10 c 29.71 d 67,23 14.64 d

P. rettgeriAL2TT 61.64 b 27.71 b 66,31 13.85 c

K. pneumonia06 53.75 a 26.10 a 65,07 12.43 b

Nilai yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

KESIMPULAN Berdasarkan atas hal diatas dapat disimpulkan bahwa;

1. Mikroba pengikat N mampu memperbanyak dan memperpajang akar tanaman dan bintil akar,diameter batang, jumlah polong dan berat polong kedelai sehingga pertumbuhan lebih cepat .

[image:15.612.101.518.343.485.2]
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, GHA., Arab, SM., Alikhani., Allahdadi, I., Arzanesh, MH. 2007. Isolation and selection of indigenous Azospirillum spp. And IAA of superior strain on wheat roots. World J. Agric Sci 3: 523-529.

Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Mycrobiology. 2nd ed. John Wiley and Sons, New York.

Aguskrisno. 2012. Pemanfaatan Bakteri Rhizobium sp Dalam Meningkatkan Produktivitas Pertanian. Pondok Ilmu Habitat Orang-orang Pengembang Ilmu. https://aguskrisnoblog.wordpress.com.2012.

Agustyanto, P. 2003. Alternatif Keterdesiaan Hijauan Makanan Ternak Sepanjang Tahun di Lahan Kering. Panitia penyuluhan STS. Departemen pertanian Balai INformasi Pertanian Bali.

Anonymous. 2006. Karateristik Kedelai Sebagai Bahan Pangan Fungsional. Produksi eBook Pangan.com.Pemetaan kesesuaian iklim tanaman pakan serta kerentanannya terhadap perubahan iklim dengan system informasi geografi di provinsi Bali. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.

As-syakur, A.R., Suarna, I.W., Rusna, I.W., Dibia, I.N. 2006. Pemetaan kesesuaian iklim tanaman pakan serta kerentanannya terhadap perubahan iklim dengan system informasi geografi (SIG) di provinsi bali. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.

Biswas, J.C., Ladha, J.K., Dazzo,F.B. 2000. Rhizobial inoculation improves nutrient uptake and growth of lowland rice. Soil Sci.Soe.Am.J.64: 1644-165

Dachlan,A., Badron Zakaria., Anna, K., Pairunan dan Elkawakib Syam’un. 2012. Inokulasi Azotobacter dan kompos limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah Universita Udayana.

Hindersah, R., Simarmata, T. 2004. Potensi rizobakter azotobacter dalam meningkatkan kesehatan tanah. Jurnal Natur Indonesia. 5 (2): 127-133.

Gholami, A., S. Shahsavani, S., Nezarat, S. 2009. The effect of plant growth promoting rhizobzcteria (PGPR) on germination, seedling growth and yield of maize. Intl Schol Sci Res Innov, 3(1): 9-14.

Khalimi, K., Mayadewi,N.A.,Sutari,W.S. Pemanfaatan bakteri penghasil acetoin dan urease sebagai seed coating technology dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman kedelai. SEMNASTEK LPPM..Unud.

Kyuma Kazutake. 2004. Paddy soil science. Kyoto Univ. Press and Trans Pacific Press, Kyoto.

(17)

Obaton, M. 1977. Effektivenes, Saprophitic and competitive ability three properties of Rhizobium essensial for increasing the yield of inoculated legumes, in: Ayanaba A, dart PJ (eds) Biological Nitrogen Fixation in Farming System of the Tropics. John Wiley & Sons, New York.

Rudrappa, T., M.L. Biedrzycki., S.G.Kunjeti., N.M. Donofrio., K.J. Czymmek., Paul, w and H.P. Bais. 2010. The Rhizobacterial Elicitor Acetoin Induces Systemic Resisteance in Arabidopsis thaliana. Departement of Plant and Soil Science.Delaware Bioteknology Institute., Newark,DE USA.

Ryu,C,-M., C.-H. Hu, M.S.Reddy and J.W. Kloepper. 2003. Different signaling pethways of induced resistence by rhizobacteria in Arabidopsis thaliana against two pathovars of Pseudomonas syringae.New Phytol. 160:413-420.

Saraswati, R., Sumarsono. 2008. Pemanfaatan mikroba penyubur tanah sebagai komponen teknologi pertanian. Iptek Tanaman Pangan, 3 (1): xx

Taghavi,S., C. Garafola., S. Monchy., L. Newman.,A. Hoffman., N. Weyens., T. Barac., J. Vanangronsveld., Lelie and D.Van Der. 2009. Genome survey and characterization of endophytic bacteria exhibiting a beneficial effect on growth and development oj poplar trees. Applied and environmental microbiology. P. 748-0757 vol 75,No3

Gambar

Gambar 1.Denah Sistem Tiga Strata
Tabel 1. Hasil analisa tanah sebelum dan sesudah tanam (pemupukan)
Tabel 2. Hasil Panen Kedelai per 10 pohon
Tabel 3.Pengaruh acetoin-producing terhadap tinggi tanaman, diameter batang,kandungan klorafil, jumlah bintil akar, berat kering akar, berat keringtanaman kedelai

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Material yang digunakan pada pusat kebudayaan Yogyakarta ini antara lain: untuk lantai pada area public seperti lobby, menggunakan granit tile dengan pertimbangan low

Dasar salep yang ideal menurut banyak ahli ditentukan berdasarkan sifat fisika kimianya, yaitu stabil, bereaksi netral, tidak mengotori, tidak mengiritasi, tidak

0 Saya tidak mengkritik atau menyalahkan diri saya lebih dari seperti biasanya.. 1 Saya lebih kritis terhadap diri saya lebih

rahmatnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Sejarah Arsitektur Masjid Agung Baitussalam Purwokerto (1910-2016) ”.. Tak lupa pula sholawat serta

il uji paired t-test diperoleh nilai p sebesar 0.000 (p&lt;0.05) yang berarti bahwa ada perbedaan rata-rata kualitas tidur responden yang signifikan sebelum dan

Penelitian ini menjelaskan bahwa 36 balita yang memiliki kepadatan tempat tinggal kurang dan diantaranya 18 balita mengalami pneumonia, hal ini bisa dikatakan

Puji syukur Alhamdulillah kita haturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Skripsi dengan judul: