Geng Motor Di Media Massa Online)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Pada Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veter an” Jawa Timur
Oleh:
FERRY SRI KURNIAWATI
NPM: 0843010227
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Geng Motor Di Media Massa Online)
Disusun Oleh :
FERRY SRI KURNIAWATI
NPM : 0843010227
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur Pada Tanggal 20 J uni 2013
TIM PENGUJ I :
Pembimbing Utama 1. Ketua
Dr s. Kusnarto, M.Si J uwito, S.sos, M.Si
NIP. 195808011984021001 NPT. 367049500361
2. Sekretaris
Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 3700694 00351
3. Anggota
Dr s. Kusnarto, M.Si
NPT. 1958080 1198 4021 001
Mengetahui DEKAN
Geng Motor Di Media Massa Online)
Disusun Oleh :
FERRY SRI KURNIAWATI
NPM. 0843010227
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 1950808011984021001
Mengetahui Dekan
Geng Motor Di Media Massa Online)
Disusun Oleh :
FERRY SRI KURNIAWATI
NPM : 0843010227
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur Pada Tanggal 20 J uni 2013
TIM PENGUJ I :
Pembimbing Utama 1. Ketua
Dr s. Kusnarto, M.Si J uwito, S.sos, M.Si
NIP. 195808011984021001 NPT. 367049500361
2. Sekretaris
Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 3700694 00351
3. Anggota
Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 1958080 1198 4021 001
Mengetahui WS. DEKAN
Nya kepada penulis sehingga Proposal dengan judul PERSEPSI REMAJ A
SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN GENG MOTOR DI MEDIA
CETAK (Studi Deskr iptif Per sepsi Remaja Sur abaya Tentang Pemberitaan
Geng Motor Di Media Cetak) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si
selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Selain itu penulis
juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual
maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk segala
Surabaya, 01 Oktober 2012
LEMBAR PERSETUJ UAN ... ii
2.1.5 Proses Terjadinya Persepsi ... 17
2.1.6 Hal-hal yang Mempengaruhi Persepsi ... 19
3.1 Metode Penelitian... 41
3.2 Definisi Operasional ... 42
3.2.1 Persepsi ... 42
3.2.2 Remaja ... 44
3.2.3 Geng Motor ... 45
3.3 Informan Penelitian ... 45
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.5 Teknik Analisis Data ... 47
DAFTAR PUSTAKA
Media Massa Online)
Tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimanakah persepsi remaja tentang pemberitaan geng motor di media cetak. Berbagai macam kenakalan remaja muncul akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok,dan tindakan-tindakan kriminalitas lainnya. Saat ini beberapa media cetak kerap memberitakan tentang aksi kekerasan yang dilakukan para remaja terutama yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah geng motor.
Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pengambilan data primer melalui wawancara in depth interview serta observasi dari informan terkait. Berdasarkan hasil penelitian bahwa para narasumber ini dari segi pemberitaan informasi yang diperoleh para informan yang berinisial MR, JN dan DN menyatakan bahwa mereka yang tidak termotivasi terhadap pemberitaan tersebut. Beda halnya yang disampaikan oleh informan yang berinisia doel, informan ini mengatakan bahwa mencari informasi itu bukan hanya di media massa saja, namun alangkah baiknya jika kita belajar dari hal-hal di sekitar kita, sebab lebih baik mengungkap realitas yang sebenarnya mengenai geng motor khususnya yang ada di Surabaya.
Kata Kunci : Geng Motor, Pemberitaaan Media Online
ABSTRAC
FERRY SRI KURNIAWATI SURABAYA PERCEPTION OF YOUTH GANGS OF NEWS ONLINE MOTOR IN MASS MEDIA (Descriptive Study of Adolescent Perceptions about Preaching Surabaya Motorcycle Gang in Mass Media Online).
The purpose of this research which is to determine how the perception of adolescents about motorcycle gangs news in online media. Wide range of juvenile delinquency emerged lately as a fight as individuals or groups, and other criminal acts. Currently several print media often preach about violence committed by the youth especially, better known to the public as a motorcycle gang.
This research method is descriptive qualitative primary data collection through interviews in depth interviews and observations of informants related.
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa akan beralihnya ketergantungan hidup
kepada orang lain (Hurlock, 1993). Dia mulai menentukan jalan hidupnya.
Selama menjalani pembentukan kematangan dalam sikap, berbagai perubahan
kejiwaan terjadi, bahkan mungkin kegoncangan. Kondisi semacam ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia tinggal. Masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal dua puluh tahunan. Masa remaja merupakan masa
antara kanak-kanak dan dewasa. Transisi perkembangan pada masa remaja
berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun
sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. (Hurlock, 1993)
Pada sisi lain remaja seringkali tidak mempunyai tempat mengadu
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga sebagai pelarian
remaja seringkali terjerumus, seperti mabuk-mabukan, narkotika dan tindak
kriminalitas.Kenakalan remaja sudah menjadi masalah di semua negara.
Setiap tahun tingkat kenakalan remaja ini menunjukan peningkatan, sehingga
mengakibatkan terjadinya problema sosial. Lingkungan sangat berpengaruh
besar dalam pembentukan jiwa remaja. Bagi remaja yang ternyata salah
kemudian adalah berdampak negatif terhadap perkembangan pribadinya. Akan
tetapi, bila dia memasuki lingkungan pergaulan yang sehat seperti memasuki
organisasi pemuda yang resmi diakui oleh pemerintah maka sudah tentu
berdampak positif bagi perkembangan kepribadiannya.
Kenakalan remaja akhir-akhir ini yang sangat mengkhawatirkan adalah
akibat pengaruh dari lingkungan sosial. Gejala-gejala kejahatan yang muncul
merupakan akibat dari proses perkembangan pribadi remaja yang sedang
berupaya mencari identitas diri. Yang dimaksud dengan perkembangan adalah
sebuah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perkembangan dalam
kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Dalam bukunya
yang berjudul Human Development Papalia & Olds menjelaskan bahwa
terdapat tiga aspek perkembangan yakni : perkembangan fisik, perkembagan
kognitif, dan perkembangan kepribadian atau sosial. (Papalia & Olds, 2001)
Dalam berhubungan dengan orang lain serta dengan duninya, remaja
memiliki beberapa masalah yang harus dihadapinya. Permasalahan yang
dihadapi oleh remaja saat ini sangatlah kompleks seperti yang banyak
diberitakan oleh media belakangan ini, seperti perilaku penarikan diri dari
lingkungan social, tawuran, seks diluar nikah, mengkonsumsi narkoba, dan
perilaku-perilaku lainnya. Perilaku remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Kata media berasal dari bahasa latin yakni ”Medius” yang berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media diartikan
Pegertian media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, persaan, perhatian dan minat seseorang.
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua yakni
media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun
media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota.
Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain.
Tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan
anatara komunikastor dan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan
lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti dalam Oermana, 2009:14)
Kenakalan remaja yang diberitakan dalam berbagai forum dan media
dianggap semakin membahayakan, berbagai macam kenakalan remaja muncul
akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok,
penggunaan obat-obatan berbahaya seperti narkoba, pemerkosaan, dan
tindakan-tindakan kriminalitas lainnya. Saat ini beberapa media cetak kerap
memberitakan tentang aksi kekerasan yang dilakukan para remaja terutama
anggota dari klub motor atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah
geng motor. Geng motor menjadi momok yang menakutkan bagi warga
beberapa waktu belakangan. Berita mengenai sekumpulan "manusia
positif yang mereka lakukan, tapi aksi brutal dan kekerasan yang menciptakan
teror bagi masyarakat. (www.antaranews.com)
Geng Motor pada mulanya disebut sebagai sekumpulan manusia yang
memiliki hobi bersepeda motor yang membuat kegiatan berkendara sepeda
motor secara bersama sama baik tujuan konvoi maupun touring dengan sepeda
motor. Berawal dari kecenderungan hobi yang sama dari beberapa orang,
kemudian membentuk perkumpulan. Beberapa geng motor belakangan telah
berubah dari kumpulan hobi mengendarai motor menjadi hobi menganiaya
orang, hingga hobi melakukan aksi perampokan. Bicara lebih lanjut mengenai
gang motor, keresahan mengenai aksi brutal dan kekerasan geng motor
ternyata telah lebih dahulu dirasakan di Surabaya.
(http://id.wikipedia.org./wiki/Geng_Motor)
Keberadaan kelompok-kelompok pelaku balapan liar ini memicu
mereka berkomplot ke dalam geng motor. Tidak perlu mereka membuat secara
resmi perkumpulan ini. Tinggal buat kesepakatan, maka jadilah berbagai
kegiatan yang mereka lakukan tanpa pikir panjang akibatnya. Apalagi jika di
dalamnya sudah dilatarbelakangi oleh orang-orang berkepentingan khusus
untuk menyetir anak-anak muda ini.
Belakangan ini istilah geng motor dan klub motor ini mengalami
pergeseran arti. Beberapa rekan yang masih aktif dalam klub motor tidak mau
disamakan dengan geng motor. Klub motor biasanya berijin resmi dari
kepolisian dan mempunyai AD ART sendiri. Beberapa ciri dikemukakan oleh
memperhatikan keamanan (safety riding). Klub motor juga melakukan
aktivitas di siang hari. Aktivitas yang sering dilakukan biasanya berkumpul
dalam satu komunitas dan mendiskusikan hal-hal yang bermanfaat. Bahan
diskusi biasanya seputar motor, semisal bagaimana memperbaiki atau
modifikasi motor. Bahkan mereka juga kadang melakukan charity event,
misalnya ketika bulan ramadhan membagikan makan sahur kepada para
gelandangan. Paling sering dilakukan oleh klub motor adalah konvoi motor ke
tempat wisata dengan sanak keluarga. Sehingga, bisa jadi hal inilah yang juga
membuat anggota klub motor sangat solid satu dengan lainnya.
(www.republika.co.id)
Perbandingan istilah geng motor dan klub motor yakni dilihat dari
jumlah anggota yang banyak dan merupakan gabungan anak muda yang
berasal dari berbagai tempat. Menurut hasil bacaan dari berbagai sumber,
kebanyakan dari orang-orang anggota geng motor adalah anak muda yang
berstatus jobless ataupun sedang menduduki bangku sekolah menengah dan
sedang bingung mencari identitas diri. Aksi yang dilakukan geng motor
biasanya brutal dan semakin anarkhis. Menjarah serta berkelahi dengan
anggota geng motor yang lainnya juga kerap menghiasi kebiasaan anggota
geng motor. Herannya, beberapa waktu lalupun geng motor pernah berjaya di
beberapa kota besar semisal Bandung dan Jakarta, dan sekarang kejadiannya
terulang lagi. Kejahatan yang dilakukanpun dirasa semakin berani, bahkan
masih berstatus sebagai pelajar disalah satu sebuah sekolahan pada waktu
siang hari. (www.republika.co.id)
Aksi Geng Motor memang benar-benar meresahkan, kejadian ini
terjadi di salah satu tempat nongkrong remaja di Surabaya. Aksi tersebut juga
pernah terjadi sebelumnya di Surabaya pada tahun 2011, berita yang
bersumber dari Harian Pos Kota menyatakan :
“Dua geng motor di Surabaya terlibat aksi kekerasan. Kali ini terjadi di Jalan Kerto Menanggal Surabaya. Empat anggota salah satu anggota geng motor di Surabaya yang usianya masih belasan tahun
menghajar ramai-ramai korbannya. Ironisnya
pengeroyokan itu dipicu karena rebutan cewek. Namun akibat ulah kriminalnya itu, keempat pelaku ditangkap anggota Polsek Gayungan dan dijebloskan ke tahanan.”
(www.republika.co.id)
Aksi yang dilakukan geng motor tidak hanya terjadi di Surabaya saja,
pada bulan April 2012 masyarakat Ibu Kota juga dihebohkan dengan berita
mengenai aksi sekumpulan geng motor tersebut., sebagaimana yang diliput
oleh wartawan TEMPO berikut ini :
“TEMPO, Jakarta melaporkan bawa belasan pelajar yang notabene merupakan anggota geng motor menyerang gerai 7-Eleven di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Kejadian berlangsung Jum’at dini hari, 13 April 2012, pukul 02.30. Mereka membawa samurai dan tongkat. Menurut saksi mata ada sekitar 50 sepeda motor yang dikendarai gerombolan itu. Ciri-ciri fisik penyerang saat itu adalah badan besar dan berambut cepat. Begitu sampai di 7-Eleven mereka
mengobrak-abrik meja-meja di luar bangunan 7-Eleven.
Masalah geng motor belakangan ini adalah masalah kenakalan remaja
yang banyak diperbincangkan di setiap kalangan. Adapun penyebab
keikutsertaan remaja dalam geng motor terkhususnya di berbagai kota besar di
Indonesia adalah ketidak harmonisan keluarga, kesetiakawanan antar teman,
pencarian jati diri, dan tren yang dianggap remaja saat ini adalah bentuk
pertemanan yang paling baik.
Adapun hambatan-hambatan dalam menanggulangi kenakalan remaja
adalah terdapat dalam diri pribadi remaja itu sendiri dan terdapat pada
keluarga dan lingkungan tempat tinggal remaja itu. Dan adapun upaya-upaya
dalam penanggulangan kenakalan remaja, khususnya kenakalan remaja geng
motor seperti yang marak diberitakan belakangan ini adalah dengan
melakukan pendekatan pada pribadi remaja yang telah terjerumus ke dalam
geng motor baik secara prefentif, represif, dan rehabilitatif.
Banyak pihak yang sebenarnya bisa membantu menyelesaikan
permasalahan geng motor:
1. Bebaskan jalanan dari aksi-aksi balapan liar yang sering ditemui, karena
aksi ini juga sudah meresahkan dan memakan korban jiwa. Apalagi
perkembangan komunitas balapan liar lebih mudah menjurus kepada geng
motor.
2. Aktifkan kembali karang taruna yang ada dengan aksi-aksi yang
3. Berikan ruang aktifitas fisik dan olah raga umum seperti lapangan sepak
bola, lapangan bulu tangkis
4. Libatkan anak-anak muda dalam setiap kegiatan yang dilakukan RT, RW,
kelurahan, kecamatan
5. Berikan bekal pelatihan-pelatihan khusus dan pendampingan untuk bekal
mereka berwirausaha.
6. Pengawasan harus terintegrasi dilakukan semua pihak baik orang tua, guru
di sekolah, kepolisian, pejabat dari tingkat terendah hingga tinggi.
(http://muda.kompasiana.com/2012/balapan-liar-cikal-bakal-geng-motor)
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
yakni mengenai bagaimana persepsi remaja tentang pemberitaan geng motor
di media cetak ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimanakah
persepsi remaja tentang pemberitaan geng motor di media cetak.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna baik secara teoritis
1. Kegunaan teoritis yakni untuk dapat menambah wacana serta memberikan
informasi dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi
sebagai bahan masukan maupun referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis yakni untuk dapat memberikan masukan pada pihak
Kepolisian untuk selalu memberikan fasilitas kenyamanan kepada
masayarakat agar tidak resah akan pemberitaan dan aksi geng motor,
sehngga tidak terjadi aksi balas dendam ataupun aksi-aksi main hakim
sendiri atas perilaku yang dilakukan oleh anggota geng motor.
3. Kegunaan umum yakni untuk dapat memberikan pertimbangan dan
masukan pada orang tua yang memiliki anak remaja untuk selalu
mengawasi perilaku anak-anaknya agar anak-anak mereka tidak
terjerumus pada kenakalan-kenakalan remaja yang mengarah pada
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui tahap pemilihan,
pengelolahan, dan pengertian dari informasi mengenai sesuatu tersebut.
Tindakan seseorang ajan sesuatu hal banyak dipengaruhi oleh hal tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
(2001:167), Mulyana mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses internal
yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan serta
menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan dari proses tersebut dapat
mempengaruhi perilaku kita nantinya. Persepsi merupakan sebuah inti dari
komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat maka tidak akan
memungkinkan kita berkomunikasi secara efektif. Dari persepsilah yang
menentukan kita untuk memiliki suatu pesan dan mengabaikan pesan yang
lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antara individu, dan sebagai
konsekuensinya maka semakin cenderung membentuk suatu kelompok
budaya ataupun kelompok identitas. Berikut ini beberapa pengertian
persepsi yang didefinisikan oleh beberapa pakar komunikasi untuk
memperjelas pengertian dari persepsi itu sendiri, antara lain :
1) Rudolf R. Verdeber
2) J.Cohen
“Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai
penerimaan objek eksternal. Persepsi adalah pengetahuan yang tampak
mengenai apa yang ada diluar sana”.
3) Brian Fellows
“Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme dalam
menerima dan menganalisis sebuah informasi”.
4) Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken
“Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk menggali sebuah
rangsangan”.
5) Joseph A. Devito
“Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang dapat mempengaruhi indera kita”. (Mulyana, 2001:
167-168)
Dari pengertian-pengertian mengenai persepsi diatas pada dasarnya
telah disimpulkan oleh Dedy Mulyana dengan sempurna, seperti yang
dituliskan sebelumnya. Dan dari pengertian-pengertian persepsi diatas juga
dapat diketahui bahwa persepsi merupakan inti dari sebuah komunikasi,
sedangkan penafsiran atau interpretasi merupakan inti dari persepsi yang
identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi.
Liliweru dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Komunikasi Antar
Budaya (2003:137) menyatakan bahwa persepsi yang dimiliki oleh
sebuah saringan untuk menyaring pesan yang dikirim dan disandi balik.
Persepsi disebut inti dari komunikasi karena jika persepsi itu sendiri sifatnya
tidak akurat maka tidak akan tercipta pula sebuah komunikasi yang efektif.
Persepsilah yang menentukan seseorang memilih suatu pesan dan
mengabaikan pesan yang lain. Jadi dapat disimpulkan secara sederhana
bahwa untuk membentuk sebuah persepsi maka setiap individu harus
melakukan tahap atau proses pemilihan, pengorganisasian, serta
penginterpretasian sebagai stimuli yang diterimanya mengenai suatu hal,
yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat, ataupun tanggapan
mengenai hal tersebut.
2.1.2 Karakter Per sepsi
Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikutip oleh Ujang
Sumarwan (2000:113), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai
berikut :
1. Bersifat selektif
Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas atau
kemampuan mereka dalam memperoleh semua informasi dari
lingkungan. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang
terbatas dari objek-objek maupun perisriwa yang banyak sekali dalam
lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek
mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak memiliki kaitan
dengan urusan pribadi mereka.
2. Terorganisir dan teratur
Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari
perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokan ke dalam
suatu pola ataupun informasi yang membentuk keseluruhan, Jadi
ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha
untuk mengatur. Stimulus adalah apa yang dirasakan dan arti yang
terdapat didalamnya adalah fungsi dari perangsang tersebut atau
pendorong itu sendiri.
3. Subyektif
Persepsi merupakam fungsi dari factor pribadi hal-hal yang berasal
dari sifat penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai-nilai, motif,
pengalaman, masa lalu, pola pikir, dan kepribadian seseorang dalam
individu dalam memainkan sebuah peran dala persepsi.
2.1.3 J enis Per sepsi
Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:171),
Deddy Mulyana mengemukakan bahwa pada dasarnya persepsi manusia
1. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik
Persepsi tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik
seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera
seseorang menipu diri orang tersebut. Hal tersebut disebabkan karena:
a. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang seperti keadaan
cuaca yang membuat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam
peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan
ke dalam air akan terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat
tersebut berposisi lurus. Hal inilah yang biasa disebut dengan ilusi.
b. Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan
orang lain
c. Budaya yang berbeda
d. Suasana psikologis yang berbeda juga dapat menimbulkan
perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain didalam
mempersepsikan suatu objek.
2. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial
Yang dimaksud dengan persepsi sosial adalah proses menangkap arti
objek-objek sosial dan kejadian yang dialami seseorang didalam
lingkungan orang tersebut. Sedangkan menurut Brehm dan Kassin,
persepsi sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya
manusia dalam memahami orang lain. Persepsi sosial dikatakan lebih
a. Manusia bersikap dinamis oleh karena itu persepsi terhadap manusia
dapat berubah dari waktu ke waktu dan lebih cepat dari pada
persepsi terhadap objek.
b. Persepsi sosial tidak hanya menanggapi sifat-sifat yang tampak dari
luar, namun juga sifat-sifat ataupun alasan-alasan internalnya.
c. Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat seseorang
mempersepsikan orang lain,maka orang lain tersebut tidak diam saja
melainkan turut mempersepsikan orang tersebut.
2.1.4 Komponen Persepsi
Seperti telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya bahwa inti dari
komunikasi adalah persepsi, sedangkan inti dari persepsi itu sendiri adalah
interpretasi atau penafsiran. Berikut ini penguraian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan persepsi selain dari penafsiran itu sendiri. Adapun hal-hal
yang berhubungan dengan persepsi atau komponen dari persepsi antara lain
:
1. Penginderaan (Sensasi)
Penginderaan dapat ditangkap melalui alat-alat indera kita antara lain :
a. Mata sebagai indera penglihatan dalam menyampaikan pesan
nonverbal ke otak untuk kemudian diinterpretasikan. Otak
menerima kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual
sehhingga dapat dikatakan penglihatan sebagai indera yang paling
b. Telinga sebagai indera pendengaran juga dalam menyampaikan
pesan nonverbal ke otak untuk kemudian ditafsirkan dan suara ini
dapat diterima dari semua arah.
c. Hidung sebagai indera penciuman
d. Kulit sebagai indera peraba
e. Lidah sebagai indera pengecap maupun perasa
2. Atensi
Dalam proses persepsi, atensi sangat tidak terhindarkan sebab sebelum
seseorang memberikan respon atau menafsirkan kejadian ataupun
rangsangan apapun, orang tersebut terlebih dahulu memperhatikan
kejadian atau rangsangan tersebut. Dalam hal ini rangsangan yang
menarik perhatian seseorang akan dianggap lebih penting oleh orang
tersebut, dari pada rangsangan yang tidak menarik perhatiannya.
Rangsangan yang tidak menarik perhatian seseorang akan cenderung
diabaikan oleh orang tersebut.
3. Interpretasi
Interpretasi sebuah pesan yang diperoleh seseorang melalui salah satu
atau lebih indera orang tersebut merupakan tahap terpenting dalam
proses persepsi. Namun tidak semua pesan atau rangsangan yang
ditangkap oleh indera seseorang akan diinterpretasikan semuanya oleh
orang tersebut, karena berbagai alasan antar lain : tidak sesuai dengan
kepentingannya, keterbatasan kemampuan panca indera dalam
sama, dan tidak semua rangsangan memiliki daya tarik yang sama bagi
orang tersebut. (Mulyana, 2001:168-170)
Tubbs dan Moss dalam bukunya Human Communication
(2003:39-40) mengemukakan bahwa komponen persepsi terdiri dari seleksi atau
selektif, organisasi dan penafsiran. Persepsi adalah suatu proses aktif
dimana setiap orang memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan
semua pengalamannua secara selektif. Pemilihan stimuli tersebut
bergantung pada minat, motivasi, keinginan, dan harapan. Manusia
cenderung mengorganisasikan stimuli secara efektif, berarti bahwa stimuli
diurutkan dan disajikan dalam sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap,
dan dapat diindera. Stimuli dipersepsi dan diorganisasi secara selektif,
selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula. Artinya stimuli diberikan
makna secara unik oleh orang yang menerimanya sesuai masa lalu, asumsi
perilaku, suasana hati, dan harapan orang tersebut. Oleh Mulyana
(2001:169) dikatakan bahwa tiga tahap ataupun komponen persepsi baik
sensasi, atensi, dan interpretasi atau seleksi (mencakup sensasi dan atensi),
organisasi dan interpretasi pada dasarnya adalah sama.
2.1.5 Pr oses Terjadinya Persepsi
Proses persepsi secara umum terbagi dalam empat tahap, yakni :
1. Perhatian dan Seleksi (Attention and Selection)
Pemilihan secara selektif hanya memberikan kesempatan pada proporsi
dari proses yang terkontrol, yaitu individu secara sadar memutuskan
informasi mana yang akan diperhatikan dan mana yang diabaikan.
2. Organisasi (Organization)
Pada tahap ini seluruh informasi yang telah masuk seleksi pada tahap
sebelumnya akan diorganisasikan. Adapun cara untuk mengorganisasi
informasi secara efisien adalah schema. Schema adalah kerangka
kognitif yang menggambarkan pengetahuan yang diorganisasi dengan
pemberian konsep atau stimulus yang dibangun melalui pengalaman.
3. Interpretasi (Interpretation)
Setelah perhatian digambarkan pada stimulus tertentu dan informasi
telah diorganisasi maka individu akan mencoba untuk memperoleh
jawaban tentang makna dari informasi tersebut. Tahap ini sangat
dipengaruhi oleh causal attribution, yaitu sebuah percobaan untuk
menjelaskan mengapa sesuatu itu terjadi seperti itu.
4. Pencarian Kembali (Retrieval)
Informasi yang telah disimpan dalam memori harus dicari kembali bila
informasi tersebut digunakan. Individu akan lebih mudah mendapatkan
kembali informasi yang telah tersimpan bila telah terskema dan
terorganisir.
Jadi proses persepsi diawali dengan perhatian dan seleksi terhadap
informasi yang ada, kemudian informasi yang telah terseleksi tersebut
tersebut diorganisir, setelah itu mulailah tahap interpretasi yaitu individu
membutuhkan informasi tersebut, maka dilakukan tahap pencarian kembali.
(Schermerhorn, 1994:153-155)
2.1.6 Hal-hal Yang Mempengar uhi Persepsi
Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:176),
Mulyana menjelaskan bahwa setiap orang memiliki gambaran yang berbeda
mengenai realitas disekelilingnya. Berikut ini beberapa prinsip penting
mengenai persepsi terutama yang berkaitan dengan persepsi sosial, yang
dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip ini mempengaruhi persepsi yang
dilakukan manusia antara lain :
1. Persepsi berdasarkan pengalaman
Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai
realitas (sosial) yang telah dipelajaru sebelumnya. Menurut Gudy
Kunst dan Kim dalam Mulyana (2001:158) bahwa persepsi manusia
terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa
lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian yang
serupa. Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu
objek jelas akan membuat seseorang akan menafsirkan objek
tersebut berdasarkan dugaan semata atau pengalaman yang mirip.
Hal tersebut membuat seseorang terbiasa merespon suatu objek
dengan cara tertentu, sehingga seseorang sering kali gagal
mirip. Manusia cenderung memperlakukan objek tersebut seperti
sebelumnya, padahal terdapat rincian lain dalam objek tersebut.
2. Persepsi bersifat selektif
Jika setiap saat seseorang diserbu dengan jutaan rangsangan indrawi
dan diharuskan menafsirkan rangsangan tersebut semuanya, pastilah
seseorang tersebut tidak mampu melakukannya, sebab adanya
keterbatasan kemampuan indrawi setiap orang dalam menangkap
rangsangan disekitarnya. Faktor utama yang mempengaruhi
selektifitas adalah atensi, dimana atensi ini sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Faktor internal seperti :
1) Faktor biologis antara lain rasa lapar dan haus, yang
berhubungan dengan kebutuhan
2) Faktor fisiologis yaitu bentuk fisik yang tampak
3) Faktor sosial seperti : gender, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pengalaman, penghasilan, peranan, status sosial,
masa lalu ataupun kebiasaan
b. Faktor psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, emosi dan
harapan. Faktor eksternal adalah atribut-atribut objek yang
dipersepsi seperti gerakan, kontras, kebaruan, ataupun perulangan.
3. Persepsi bersifat dugaan
Sama seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena
kelima inderanya. Proses persepsi yang bersifat dugaan ini
memungkinkan seseorang menafsirkan suatu objek dengan makna
yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Hal tersebut
disebabkan karena keterbatasan informasi yang diperoleh melalui
alat-alat indera yang dimiliki manusia, menyebabkan terjadinya
ruang kosong sehingga perlu menciptakan persepsi yang bersifat
dugaan agar dapat menyediakan informasi yang lengkap bagi ruang
kosong tersebut.
4. Persepsi bersifat evaluatif
Tidak pernah ada persepsi yang seratus persen objektif, setiap orang
perlu melakukan interpretasi berdasarkan masa lalu dan
kepentingannya ketika melakukan interpretasi pesan, seseorang
harus melakukan evaluasi pesan berdasarkan pengalaman terdahulu
yang pernah dialaminya, begitu pula setelah melakukan interpretasi
pesan seseorang akan tetap melakukan evaluasi berdasarkan
pengalaman yang pernah dialami terdahulu untuk mencocokan
apakah kejadiannya sama. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi
dan subjektif.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Setiap rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Mulyana dalam
bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001-191) menyatakan
bahwa dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi seseorang,
mengorganisasikan suatu objek, seseorang biasanya meletakkan
dalam suatu konteks tertentu dengan prinsip-prinsip :
a. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau
kedekatan dan kelengkapan
b. Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu rangsangan
atau kejadian berdasarkan latar belakangnya
2.1.7 Media Massa
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan
pada tahun 1920 untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus
didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan
sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan
tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap
media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi
tinggi karena pilihan mereka yang terbatas.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih
banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung
pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka
dapat dari media massa tertentu. Berikut ini adalah pengertian media massa
menurut beberapa ahli :
1) Menurut UU No. 40 tahun 1999
Media massa adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
2) Menurut Oemar Seno Adji
Media massa dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran,
gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis. Sedangkan media massa
dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass
communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang
baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.
3) Menurut Kustadi Suhandang
Media massa adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang
terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala
kebutuhan hati nurani khalayaknya.
4) Menurut Wilbur Schramm
Dalam bukunya Four Theories of the Press yang ditulis oleh Wilbur
Schramm mengemukakan empat teori terbesar pers, yaitu the
authotarian, the libertarian, the social responsibility dan the soviet
communist theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian
pers sebagai pengamat, guru, dan forum yang menyampaikan
pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka ditengah tengah
5) Menurut McLuhan
Dalam bukunya Understanding Media terbitan tahun 1996 mengenai
media massa sebagai the extended man, yaitu yang menghubungkan satu
tempat dengan tempat lain dan peristiwa satu dengan peristiwa lain pada
moment yang bersamaan.
6) Menurut Raden Mas Djokomono
Menurut Bapak Pers Nasional, media massa adalah yang membentuk
pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang
mampu membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak
hak Bangsa Indonesia masa penjajahan Belanda.
2.1.8 J enis Media Massa
Adapun jenis-jenis media massa dibagi sebagai berikut :
1. Media Massa Cetak (Printed Media).
Media massa yang dicetak dalam lembaran kertas, dari segi formatnya
dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi : koran atau
suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano), tabloid (1/2
broadsheet), majalah (1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto), buku
(1/2 majalah), newsletter (folio atau kwarto, jumlah halaman lazimnya
4-8), dan buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8). Isi media
massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini,
2. Media Massa Elektronik (Electronic Media)
Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar
dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi,
dan film.
3. Media Online (Online Media, Cybermedia)
Jenis media massa yang dapat kita temukan di internet (situs web).
2.1.9 Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa yakni
sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut :
1)Harold D. Laswell :
a. Media massa sebagai media untuk menginformasikan segala sesuatu
yang layak untuk diinformasikan (to inform)
b. Media massa sebagai media untuk pendidikan (to educate)
c. Media massa sebagai media untuk mengibur khalayak las (to entertain)
2)Wright :
a. Pengawasan (Surveillance)
Terhadap ragam peristiwa yang dijalankan melalui proses peliputan
dan pemberitaan dengan berbagai dampaknya –tahu, panik,
b. Menghubungkan (Correlation)
Mobilisasi massa untuk berpikir dan bersikap atas suatu peristiwa
atau masalah.
c. Transmisi Kultural (Cultural Transmission)
Berfungsi sebagai pewarisan budaya, sosialisasi.
d. Hiburan (Entertainment).
3)De Vito :
a. Media massa sebagai media menghibur
b. Media massa sebagai media untuk meyakinkan
c. Media massa sebagai media untuk menginformasikan
d. Media massa sebagai media untuk menganugerahkan
e. Media massa sebagai media untuk membius
f. Menciptakan rasa kebersatuan
4)UU No. 40/1999 :
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Pengawasan Sosial (social control) –pengawas perilaku publik dan
2.1.10 Pengertian Remaja
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” Istilah ini mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut Piaget, secara
psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa. Masa remaja adalah usia di mana anak tidak lagi merasa
di bawah tingkat orang dewasa melainkan berada dalam tingkatan yang
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat,
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, tranformasi
yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya
merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan.
Monks membagi masa remaja menjadi tiga kelompok tahap usia
perkembangan, yaitu early adolescence (remaja awal) yang berada pada
rentang usia 11 sampai 15 tahun, middle adolescence (remaja pertengahan)
yang berada pada rentang usia 15 sampai 18 tahun, dan late adolescence
(remaja akhir) yang berada pada usia 18 sampai 21 tahun. Sarwono
menyatakan definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah
menggunakan batasan usia 11-21 tahun dan belum menikah dengan
pertimbangan sebagai berikut:
2. Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil
balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak
lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwaseperti tercapainya identitas diri (ego identity,
menurut Erick Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan
psikoseksual (menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan
kognitif (menurut Piaget) maupun moral
4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih
menggantungkan diri pada orang tua
Dari definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti
perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh.
Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun dianggap dan
diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun
kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Karena itu defenisi remaja di sini
dibatasi khusus untuk orang yang belum menikah. Dari berbagai defenisi
mengenai remaja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan
suatu periode perkembangan dari transisi antara masa anakanak dan dewasa,
2.1.11 Ciri-Ciri Remaja
Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks maka terdapat
tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju
kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :
1. Remaja awal (12-15 tahun) Pada tahap ini, remaja masih merasa heran
terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka
mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan
ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan
menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
2. Remaja madya (15-18 tahun) Pada tahap ini, remaja sangat
membutuhkan teman-teman. Ada kecendrungan narsistik yaitu
mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman
yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini
remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus
memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimis atau pesimis, dan sebagainya.
3. Remaja akhir (18-21 tahun) Tahap ini adalah masa mendekati
kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian :
a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentinagn diri sendiri
dengan orang lain
e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat
umum. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
ciri-ciri masa remaja adalah bahwa masa remaja adalah merupakan
periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia
yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan
ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan
2.1.12 Tugas Per kembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa
(1991) antara lain, memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi
secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
Selain itu remaja juga diharapkan memperoleh peranan sosial, menerima
kebutuhannya, dan menggunakannya dengan efektif, memperoleh kebebasan
emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya, mencapai kepastian akan
kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri, memilih dan mempersiapkan
lapangan pekerjaan, mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga,
membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (1992)
pra-remaja, anak tumbuh demikian cepat yang mengarah pada bentuk orang
dewasa yang diiringi perkembangan sikap dan citra diri. Remaja diharapkan
dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka
sendiri, bukan khayalan dan impian. Mampu menerima dan memahami peran
seks usia dewasa, pada masa remaja diharapkan remaja menerima keadaan
diri sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab
masing-masing. Sering kali terjadi ada remaja yang menyesali diri sebagai pria atau
wanita, terutama jika bentuk tubuh mereka tidak memuaskan.
Remaja juga diharapkan mampu membina hubungan baik dengan
anggota kelompok yang berlainan jenis. Akibat adanya kematangan seksual
yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan
sosial terutama hubungan dengan lawan jenis. Dalam hal ini, seorang remaja
harus mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis atau
semua jenis agar memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga. Selain itu,
remaja juga diharapkan mencapai kemandirian emosional, tugas
perkembangan yang harus dihadapi remaja adalah bebas dari ketergantungan
emosional seperti dalam masa kanak-kanak mereka.
Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami
perasaan bergantung. Remaja juga dituntut untuk mengembangkan konsep
dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran
sebagai anggota masyarakat sebagai anggota masyarakat sebagai hasil dari
perpaduan unsur-unsur pertumbuhan biologis dan keragaman pengalaman
Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu
yang berada diluar pengalamannya. Dengan kata lain, remaja sudah dapat
memikirkan kemungkinan sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk
memecahkan suatu persoalan atau masalah.
Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua juga merupakan salah satu tugas perkembangan pada remaja.
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa. Proses pengikatan individu kepada kelompok
sosialnya telah berkembang sejak lahir. Proses ini diperluas selama masa
anak dan remaja. Remaja yang mengikuti kegiatan keagamaan akan dapat
mengembangkan sikap batin atau sikap keterikatan sosialnya terhadap orang
lain.
2.1.13 Pengertian Geng Motor
Geng motor adalah sekumpulan orang yang memiliki hobi
bersepeda motor yang membuat kegiatan berkendara sepeda motor secara
bersama-sama yang memiliki tujuan konvoi maupun touring dengan sepeda
motor. Pengertian geng motor ini sebenarnya berawal dari sebuah
kecenderungan hobi yang sama dari beberapa orang, namun belakangan
geng motor semakin meresahkan masyarakat karrna pada saat ini pengertian
geng motor memang melekat dengan aksi kekerasan. Hal ini karena
mengendarai motor menjadi hobi menganiaya orang, hingga hobi melakukan
aksi perampokan masal.
Geng motor ini pada awalnya berkembang di kota Bandung,
namun saat ini geng motor bisa kita temui hampir di setiap kota-kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Medan, bahkan merembet ke kota kecil seperti
Malang, Kediri , dan lain sebagainya. Perlu dibedakan antara geng motor
dengan Club Motor. Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau
spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal,
seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter, kelompok HONDA,
SUZUKI, TIGER, dan MIO. Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor
besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan
sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh
pengendara lain.
Saat ini geng-geng motor sudah berada dalam taraf berbahaya, tak
segan mereka tawuran karena beberapa anggota geng tersebut melakukan
tindakan kriminalitas. Perbedaan mencolok dari geng motor dan club motor
adalah :
1. Kebanyakan anggota geng motor tidak memakai perangkat safety
seperti helm, sepatu dan jaket.
2. Membawa senjata tajam yang dibuat sendiri atau udah dari
pabriknya seperti samurai, badik hingga bom Molotov.
3. Biasanya hanya ada pada malam hari dan tidak menggunakan
4. Anggota geng motor cenderung jauh dari beberapa kegiatan sosial
5. Anggota geng motor lebih banyak kepada kaum lelaki yang sangar,
peminuma alkohol, penjudi dan lain sebagainya.
6. Motor yang mereka gunakan cenderung tidak lengkap (tidak
menggunakan spion, knalpot standart, dan lain sebagainya)
7. Visi dan misi mereka jelas, hanya membuat kekacauan dan ingin
menjadi geng terseram diantara geng motor lainnya hingga sering
terjadi tawuran diatas motor.
8. Tidak terdaftar di kepolisian atau masyarakat setempat.
Namun sekarang perlu diwaspadai karena ada geng motor yang
berkedok club motor. Berpakaian rapi, safety dan penuh perlengkapan
berkendaraan namun arogan, anarkis dan egois kalau dijalan serta tak segan
mereka membuat rusuh bila merasa diganggu. Selama AD/ART mereka
jelas dan terdaftar dipihak kepolisian, club motor tidak bakal berubah
menjadi geng motor. (http:// wordpress.com/2012/05/02/geng-motor/)
2.1.14 Penyebab Remaja Ter libat Dalam Geng Motor
Tentunya sangat banyak hal-hal yang menyebabkan remaja
terjerumus ke dalam kawanan geng motor. Namun, salah satu penyebab
utama mengapa remaja memilih bergabung dengan geng motor adalah
kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua. Hal ini bisa jadi
disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan pekerjaan,
dalam bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat mengganti dahaga
mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua.
Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan, perhatian,
pujian, dan kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau
keluarganya, karena secara alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan
emosi yang sangat kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, dan kasih sayang
tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di
tempat lain. Salah satu tempat yang paling mudah mereka temukan untuk
mendapatkan pengakuan tersebut adalah di lingkungan teman sebayanya.
Sayangnya, kegiatan-kegiatan negatif kerap menjadi pilihan
anak-anakbroken home tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan
eksistensinya.
Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja
saat ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana
atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif.
Remaja pada umumnya, lebih suka memacu kendaraan dengan kecepatan
tinggi. Namun, ajang-ajang lomba balap yang legal sangat jarang digelar.
Padahal, ajang-ajang seperti ini sangat besar manfaatnya, selain dapat
memotivasi untuk berprestasi, juga sebagai ajang aktualisasi diri. Karena
sarana aktualisasi diri yang positif ini sulit mereka dapatkan, akhirnya
mereka melampiaskannya dengan aksi ugal-ugalan di jalan umum yang
berpotensi mencelakakan dirinya dan orang lain.
2.2 Kerangka Berpikir
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam
memaknai sesuatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang
pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang
berbeda-beda setiap individu tersebut dalam menciptakan sebuah pesan
komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk berita yakni
berupa berita mengenai aksi Geng Motor yang marak terjadi belakangan ini.
Didalam dirinya, manusia mengalami komunikasi dengan dirinya
yang disebut dengan komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal
pada hakikatnya adalah jenis komunikasi ditinjau dari segi tatanannya.
Secara umum tatanan komunikasi terbagi menjadi tiga, komunikasi pribadi
(personal communication), komunikasi kelompok (group communication),
dan komunikasi massa (mass communication). Komunikasi intrapersonal
merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan
simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus
penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses
internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu
bentuk komunikasi yang lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti tentang persepsi remaja
di Surabaya terhadap isi berita Geng Motor di media cetak yang akan diteliti
melalui indikator penyampaian pesan melalui berita tersebut. Individu dari
remaja yang memiliki pengetahuan atau wawasan yang tinggi adalah
berita mengenai aksi Geng Motor yang marak belakangan ini. Dengan
demikian dapat diharapkan bahwa semakin tinggi pengetahuan maupun
wawasan individu dalam remaja maka akan semakin baik dalam
3.1 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula. Metode ini menggambarkan
serta menguraikan atas suatu kejadian sejernih mungkin tanpa adanya
perlakuan terhadap objek yang diteliti.
Metode kualitatif kebanyakan digunakan untuk meneliti sebuah
dokumen baik berupa teks, gambar, symbol, dan sebagainya untuk
memahami realita maupun budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Metode
kualitatif ini merujuk pada metode analisis dokumen untuk menemukan,
mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis dokumen untuk memahami
makna signifikasi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yakni pendekatan yang tidak menggunakan statistik maupun
angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian dari kualitatif ini tidak dapat
digeneralisasikan, sifatnya universal. Jadi hanya dapat berlaku pada situasi
dan kedaaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang
serupa dilakukan. Menurut Rakhmat (2004:24), penelitian deskriptif kualitatif
1. Masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku
2. Mengidentifikasi Membuat perbandingan maupun evaluasi
3. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang
3.2 Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan definisi operasional disini adalah pembatasan
atau perincian prosedur yang memungkinkan penjelasan atau tidaknya realitas
tertentu mengenai bagaimana penjelasan atau tidaknya realitas tertentu
sebagaimana yang digambarkan menurut konsepnya. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data yang
sedalam-dalamnya pula. Metode ini menggambarkan serta menguraikan atas
suatu kejadian sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang
diteliti.
3.1.1 Per sepsi
Persepsi biasanya digunakan dalam mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap sesuatu benda maupun sesuatu kejadian yang dialami.
Setiap orangpun memiliki pendapat yang berbeda- beda mengenai subyek
maupun obyek yang mereka hadapi. Yang dimaksudkan dengan persepsi
mengenai pemeberitaan Geng Motor di beberapa media cetak. Pada dasarnya
persepsi manusia terbagi menjadua yakni:
1. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik
Persepsi tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik
seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera
seseorang menipu diri orang tersebut. Hal tersebut disebabkan karena :
a. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang seperti keadaan
cuaca yang membuat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam
peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan
ke dalam air akan terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat
tersebut berposisi lurus. Hal inilah yang biasa disebut dengan ilusi.
b. Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan
orang lain
c. Budaya yang berbeda
d. Suasana psikologis yang berbeda juga dapat menimbulkan
perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain didalam
mempersepsikan suatu objek.
2. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial
Yang dimaksud dengan persepsi sosial adalah proses menangkap arti
objek-objek sosial dan kejadian yang dialami seseorang didalam
lingkungan orang tersebut. Sedangkan menurut Brehm dan Kassin,
manusia dalam memahami orang lain. Persepsi sosial dikatakan lebih
sulit dan kompleks disebabkan karena :
a. Manusia bersikap dinamis oleh karena itu persepsi terhadap manusia
dapat berubah dari waktu ke waktu dan lebih cepat dari pada
persepsi terhadap objek.
b. Persepsi sosial tidak hanya menanggapi sifat-sifat yang tampak dari
luar, namun juga sifat-sifat ataupun alasan-alasan internalnya.
c. Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat seseorang
mempersepsikan orang lain,maka orang lain tersebut tidak diam saja
melainkan turut mempersepsikan orang tersebut.
3.2.2 Remaja
Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks maka terdapat
tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju
kedewasaan dengan disertai karakteristiknya, yakni : remaja awal, remaja
madya, dan tahapan remaja akhir.
Yang dimaksudkan dengan remaja dalam penelitian ini adalah
seseorang remaja yang berusia antara 11-21 tahun, berstatus sebagai pelajar
dalam sebuah Institusi Sekolahan, dan merupakan anggota geng motor yang
masih aktif. Karena seperti yang dijelaskan oleh Hurlock (1992) mengenai
tugas perkembangan remaja yakni salah satunya remaja diharapkan dapat
membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
belakangan ini, maka informan dalam penelitian ini adalah para remaja
yang merupakan anggota geng motor.
3.2.3 Geng Motor
Yang dimaksud dengan Geng motor dalam penelitian ini adalah
sekumpulan orang yang memiliki hobi bersepeda motor yang membuat
kegiatan berkendara sepeda motor secara bersama-sama yang memiliki
tujuan konvoi maupun touring dengan sepeda motor.
3.3 Infor man Penelitian
Informan kunci (key informant) adalah orang-orang yang memiliki
pengetahuan luas dan mendalam tentang komunitasnya (orang luar yang
lama bekerja dengan satu komunitasnya) yang dapat memberikan data yang
berharga atau informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyanto,
2006:189).
Informan dalam penelitian ini dibatasi pada remaja yang berusia
11-24 tahun yang berstatus sebagai pelajar salah satu sekolah (baik negeri
maupun swasta) yang berdomisili di Surabaya. Selain itu informan dalam
penelitian ini difokuskan kepada pelajar yang tergabung dalam salah satu
anggota klub motor di Surabaya, dengan pertimbangan bahwa usia remaja
merupakan fase dimana ia mencari jati diri. Kebanyakan remaja jaman
sekarang cenderung lebih mudah untuk dipengaruhi, dan mayoritas remaja
saat ini telah tergabung dalam salah satu anggota geng motor, dan masa
remaja cenderung memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi dalam memperoleh
3.4Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini antara lain:
1. Pengamatan (Observation)
Merupakan kegiatan yang setiap saat kita lakukann. Dengan
perlengkapan yakni panca indera yang kita miliki maka secara tidak
langsung kita sedang mengamati obyek-obyek yang ada disekitar kita.
Kegiatan observasi ini merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan
untuk memahami lingkungan. Observasi disini diartikan sebagai
kegiatan mengamati secara langsung suatu obyek untuk melihat dengan
dekat kegiatan yang dilakukan obyek tersebut. (Kriyantono, 2007:106)
2. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Merupakam percakapan antara peneliti dengan seseorang yang berharap
mendapatkan informasi. Dan informan adalah seseorang yang
diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu obyek.
Wawancara mendalam adalah suatu cara langsung bertatap muka
dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam.
Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi yang tinggi secara intensif,
selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai
hanya sekali), dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui atau
pahami dan yang akan diwawancarai beberapa kali). (Kriyantono,
3. Studi Literatur
Teknik pengumpulan data dengan mencari data penunjang dengan
mengolah buku-buku dan sumber bacaan yang lain yang memiliki kaitan
dengan masalah penelitian.
3.5Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kualitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
Melalui pendekatan metodologi ini akan menjangkau secara komperhensif
dengan tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan. Pada
tahap analisis data, penelitian dilakukan bersamaan dengan pengambilan
data. Analisis data penelitian berupa proses pengkajian hasil wawancara,
4.1. Gambar an Umum Kota Sur abaya
Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, merupakan kota dan
pelabuhan terbesar kedua di Indonesia. Dengan sejarah 712 tahunnya. Surabaya
merupakan salah satu kota tertua di Indonesia. Julukan yang paling terkenal
adalah Kota Pahlawan karena keberanian arek-arek Suroboyo dalam berjuang
untuk mempertahankan kemerdekaan pada akhir Perang Dunia II.
Kini, Surabaya adalah kota budaya, pendidikan, pariwisata, maritim,
industri, dan perdagangan yang mengalami perkembangan pesat. Surabaya
memiliki masyarakat yang multi etnis, pergururan tinggi – perguruan tinggi
terkemuka, obyek-obyek pariwisata yang menarik, pelabuhan laut, kawasan
industri dan pusat-pusat perbelanjaan. Surabaya juga telah menjalin kerjasama
“Sister City” dengan tiga kota di dunia, yaitu Busan (Korsel), Kochi (Jepang) dan
Seattle (USA).Sumber: Dokumentasi Best Practice Kota-kota, Jilid 4, 2008
4.1.1. Kondisi Georafis
Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia memiliki
luas sekitar 326,37 km2 dan secara astronomis terletak di antara 07° 21’ Lintang
Selatan dan 112° 36’ s/d 112° 54’ Bujur Timur. Sebagian besar wilayah Surabaya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 meter di atas permukaan air
laut, kecuali di sebelah Selatan dengan ketinggian 25 – 50 meter di atas
Batas wilayah Kota Surabaya adalah sebelah Utara dan Timur dibatasioleh
Selat Madura, sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Sidoarjo dan sebelah Barat
dibatasi oleh Kabupaten Gresik. Populasi penduduk Kota Surabaya sampai
dengan bulan Juni 2005 mencapai 2.701.312 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki
– laki sejumlah 1.358.610 jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 1.342.702
jiwa, dengan tingkat kepadatan 8.277 jiwa / km2.
Secara administrasi pemerintahan kota Surabaya dikepalai oleh Walikota
yang juga membawahi koordinasi atas wilayah administrasi Kecamatan yang
dikepalai oleh Camat. Jumlah Kecamatan yang ada di kota Surabaya sebanyak 31
Kecamatan dan jumlah Kelurahan sebanyak 163 Kelurahan dan terbagi lagi
menjadi 1.363 RW (Rukun Warga) dan 8.909 RT (Rukun Tetangga).
Secara topografi Kota Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72 %
(25.919,04 Ha) dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m LWS,
sedang sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di Wilayah Surabaya
Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Adapun kemiringan lereng tanah
berkisar 0 - 2% daerah dataran rendah dan 2 -15 % daerah perbukutan landai.
Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada dasarnya merupakan tanah liat
atau unit-unit pasir. Sedang jenis tanah, sebagian besar berupa tanah alluvial,
selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan).
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Surabaya mengenal 2 musim yaitu musim
hujan dan kemarau. Curah hujan rata-rata 172 mm, dengan temperatur berkisar