• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SIVITAS AKADEMIKA UPN VETERAN JATIM TERHADAP BULETIN UPN NEWS (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Sivitas Akademika UPN Veteran Jatim Terhadap Buletin UPN News).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI SIVITAS AKADEMIKA UPN VETERAN JATIM TERHADAP BULETIN UPN NEWS (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Sivitas Akademika UPN Veteran Jatim Terhadap Buletin UPN News)."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Ter hadap Buletin UPN News)

SKR IPSI

Oleh :

RENI SILVIA

NPM. 0843010058

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

Ter hadap Buletin UPN News)

Disusun Oleh :

Reni Silvia

NPM. 0843010058

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING

Dra. Sumardjijati. M.Si

NIP. 196203231993092001

Mengetahui

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Supar wati, M.Si

(3)

Ter hadap Buletin UPN News) Oleh :

Reni Silvia

NPM. 0843010058

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fak ultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Unvier sita s Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur Pada Tanggal 20 Apr il 2012

PEMBIMBING

Dr a. Sumar djijati, M.Si NIP. 196203231993092001

TIM PENGUJ I 1. Ketua

Dr a. Sumar djijati, M.Si NIP. 196203231993092001

2.Sek r etar is

Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 370 06 9 400 351

3.Anggota

Dr . Catur Sur atnoaji, M.Si NPT. 368 04 9 400 281 Mengetahui,

DEKAN

(4)

limpahan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “PERSEPSI SIVITAS AKADEMIKA UPN VETERAN J ATIM TERHADAP BULETIN UPN NEWS”. Hasil skripsi ini tidaklah atas kemampuan penulis semata melainkan terwujud atas bantuan Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si. selaku Dosen Pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis banyak mendapatkan arahan dan bimbingan serta bantuan dari segala pihak dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. selaku Rektor UPN Veteran Jatim. 2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Sumardjijati M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis. 4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Saifuddin Zuhri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

(5)

saran dan bantuannya dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Yusuf Eka Windjanarko yang setia menjadi motivator. “Thank’s For

Everything”.

9. Para informan yang bersedia menjadi sumber penelitian sehingga pengerjaan skripsi ini dapat berjalan lancar (Satya, Lutfi, Saddam, Ibu Sutini, Pak didik, Pak Tom dan Pak Ainur).

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang berifat membangun sangat dibutuhkan oleh penulis guna memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umunya dan bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi khususnya.

Surabaya, 10 April 2012

(6)

Sivitas Akademika UPN Veter an J atim Terhadap Buletin UPN News)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi sivitas

akademika UPN Veteran Jatim terhadap buletin UPN News serta media nirmassa

kampus seperti apa yang diharapkan oleh para sivitas akademika UPN Veteran Jatim.

Buletin UPN News merupakan buletin nirmassa yang diterbitkan oleh Persma

UPN Veteran Jatim. Karena faktor periodesitas mempengaruhi efektifitas buletin

tersebut dalam memegang peranannya sebagai media internal kampus karena level

keterbacaannya tidak tentu. Hal itu mampu menimbulkan perbedaan pandangan

dalam mempersepsi pesan karena pembaca belum tentu akan membaca buletin di

setiap penerbitannya dan persepsi oleh tiap individu pasti berbeda karena dipengaruhi

oleh tatanan psikologinya.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan teori yang

digunakan adalah Individual Differences Theory oleh Melvin D. Khalayak yang

secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan

dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan

nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh tatanan

psikologisnya. (Effendy 2003: 316).

Data yang diperoleh adalah data hasil observasi, wawancara dan studi

literatur. Informan yang didapat didasarkan pada purposive sampling yang mencakup

orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti

berdasarkan tujuan penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 orang

yang telah memenuhi kriteria yang diinginkan oleh peneliti.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, persepsi informan terhadap buletin

UPN News sejauh ini masih positif tapi belum efektif. Banyak kekurangan tentang

tampilan fisik (layout, warna, kertas cetakan), konten atau isi berita, periodesitas dan

aktualitas berita. Media internal yang diharapkan oleh informan adalah media yang

mampu mengcover seluruh pemberitaan yang benar-benar menjadi sumber informasi

independen, memberitakan berita secara terfokus dan fair yang mampu mewakili

semua aspek, sinkronisasi berita dan sebagai media berlatih tanpa meninggalkan

fungsi-fungsi pers.

Kata Kunci :

(7)

HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masa lah ... 1

1.2 Per umusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian………. 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 11

2.1 Per sepsi ... 11

2.1.1 J enis Per sepsi ... 14

2.1.2 Kar akter istik Per sepsi ... 15

2.1.3 Pr oses Per sepsi ... 16

2.1.4 Pr oses Terjadinya Persepsi ... 17

(8)

2.3.1 Cir i-Cir i Ber ita ... 22

2.3.2 Unsur -Unsur Ber ita ... 23

2.3.3 Nilai-Nilai Ber ita ... 25

2.3.4 J enis Ber ita ... 27

2.3.5 Bentuk Ber ita ... 28

2.4 Buletin ... 30

2.4.1 Buletin UPN News ... 31

2.5 Per s Kampus ... 32

2.5.1 Perk embangan Per s Kampus ... 32

2.5.2 Kar akter istik Per s Kampus ... 34

2.5.3 Tantangan Per s Kampus ... 35

2.6 Sivitas Akademika ... 37

2.7 Wawancara Mendalam ... 38

2.8 Individual Differences Theory ... 40

2.9 Ker angka Ber pikir ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Definisi Konseptual ... 44

3.1.1 Media Nir massa ... 45

(9)

3.5 Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN da n PEMBAHASAN ... 51

4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian ... 51

4.1.1 Buletin UPN News ... 51

4.1.2 Sivitas Akademika UPN Veter an J atim ... 52

4.2 Identitas Infor man ... 52

4.3 Penyajian Data dan Analisa Data ... 58

4.3.1 Alasa n Membaca Buletin UPN News ... 59

4.3.2 Hal yang Diketahui Tentang Buletin UPN News 62 4.3.3 Pendapat Tentang Buletin UPN News ... 66

4.3.4 Respon Setelah Membaca Buletin UPN News .... 70

4.3.5 Berita Ber kesan di Buletin UPN News... 74

4.3.6 Tampilan Fisik, Isi Ber ita, Per iodesitas dan Ak tualitas Buletin UPN News ... 77

4.3.7 Hal yang Per lu Dibenahi dar i Buletin UPN News 85 4.3.8 Efektivitas Buletin UPN News... 88

4.3.9 Media Inter nal Selain Ter bitan UKM Per sMa .. 90

(10)

UPN Veter an J atim ... 100

BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 110

5.1 Kesimpulan... 110

5.2 Sar an... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114

(11)

1.1. Latar Belaka ng Masa lah

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia di dalam lingkup komunitasnya memerlukan komunikasi sebagai hasil dari konsekuensi hubungan sosial dengan individu lainnya. Komunikasi diibaratkan sebagai suatu proses penyampaian informasi dan penyampaian makna dari satu orang ke orang yang lain dan satu-satunya cara mengelola aktivitas dalam suatu organisasi adalah melalui sebuah proses komunikasi (Ruslan, 2003: 83). Jadi komunikasi dalam organisasi sangat penting, sebab komunikasi menyangkut suatu proses tindakan bersama untuk dapat saling berbagi informasi antara organisasi dengan publik sasarannya guna mencapai tujuan tertentu. Karena fungsi sesungguhnya dari informasi ini untuk mengurangi ketidakpastian dalam suatu sistem komunikasi di suatu lembaga atau organisasi (Ruslan, 2002: 94).

Manusia telah melakukan komunikasi sejak dari kandungan sampai akhir hayat. Komunikasi diperlukan karena mereka ingin menerima dan menyebarkan informasi, mendidik, menghibur, serta saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti yang dikemukakan oleh Toda (dalam Alo Liliweri, 1997) “Communication is an information transformation process which originates at

mind and ends at a mind” menjelaskan bahwa komunikasi sebagai transmisi

(12)

Kegiatan komunikasi tidak hanya dilakukan secara tatap muka, namun ada juga yang menggunakan alat bantu media untuk menyampaikan pesan. Pada umumnya masyarakat selalu mencari informasi yang dianggapnya perlu untuk mereka ketahui. Manusia dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya melalui informasi, manusia dapat memperluas pengetahuannya sekaligus memahami kedudukan serta perannya dalam masyarakat.

Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap kegiatan yang kita lakukan. Jika dilihat dari prosesnya, Onong U. Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003), membagi komunikasi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a. Proses komunikasi primer adalah penyampaian dalam bentuk lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa) dan pesan non verbal (isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi sekunder adalah media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa atau media non massa (non-mass media).

(13)

kaset video, kaset audio, dan lain-lain. Disebut media nirmassa karena tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal.

Media komunikasi organisasi atau perusahaan merupakan golongan media nirmassa yang tidak memiliki massa sebanyak dan seluas media massa. Media nirmassa ditujukan kepada orang-orang tertentu, misalnya publik internal, kalangan pelanggan dan konsumen (Ruslan, 2006: 203). Meski demikian, media nirmassa cukup efektif dalam menunjang upaya proses publikasi, penyampaian pesan-pesan dan penyebaran informasi umum dari pihak organisasi kepada publik internal yang menjadi sasarannya.

Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan pula dengan memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Pentingnya peranan media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan.

Komunikan sebagai pembaca yang berjumlah banyak dan heterogen umumnya ditemui oleh kalangan organisasi. Dalam prakteknya, pembuatan media organisasi merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi antara dua pihak yang berhubungan, yaitu organisasi dengan khalayaknya, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dan kebutuhan khalayak akan informasi dapat terpenuhi.

(14)

dengan kebiasaan membaca khalayak yang ingin mengulang pada saat yang lain tanpa harus mengakses internet terlebih dahulu. Buletin bisa menyampaikan informasi secara detail dan terperinci, dengan kebiasaan ini maka hal tersebut juga masih dirasakan sebagai kebutuhan. Karena itulah minat orang terhadap media cetak nirmassa tidak berkurang meski stasiun televisi mampu menyiarkan berita dalam waktu yang lebih cepat. Tampaknya kelemahan media cetak nirmassa mampu menjadi kekuatan dibandingkan dengan media informasi lainnya yang lebih canggih.

Informasi yang disajikan dalam media cetak nirmassa bisa disimpan relatif lama dan produknya punya bentuk spesifik yakni ada barangnya yang dapat dipegang. Lebih tegas lagi, produknya berbentuk kertas yang berisi tulisan dan gambar. Dengan adanya bentuk fisik seperti itu, produksi media cetak nirmassa bisa digunting, dikliping lalu disimpan, untuk suatu saat nanti bisa dibaca ulang. Lalu pembahasan informasinya relatif lebih luas dan dalam sehingga wartawan bisa mengungkapkan informasi dari berbagai sudut pandang, atau menganalisis informasi dengan fokus tertentu.

(15)

UPN News, sebagai pers kampus harus mampu menjadi wadah bagi mahasiswa yang ingin menyalurkan dan mendapatkan informasi tentang berita-berita dikampus. Karena salah satu fungsi pers adalah untuk menginformasikan, maka seluruh awak redaksi harus memenuhi kebutuhan informasi warga kampusnya. Karena tanpa adanya komunikasi tidak akan terjadi pertukaran informasi dan interaksi dalam lingkungan. Peran penting komunikasi ini sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat persuasif, edukatif, dan informatif. Maka inilah tantangan yang harus dihadapi, yaitu bagaimana menyampaikan informasi ke seluruh khalayaknya yakni kepada sivitas akademika.

Buletin UPN News dicetak di kertas A4 dibagi dua, namun pada edisi desember 2011 buletin dicetak dikertas A3 dibagi dua. Frekuensi terbitnya tiga bulan sekali dan kadang lebih dari tiga bulan tergantung dari susunan acara keredaksian, berita ditulis oleh mahasiswa yang menjadi anggota redaksi UPN News sendiri yang berasal dari berbagai jurusan. Sebagai wadah penerima dan penyalur informasi di wilayah internal kampus, UPN News bersifat independen. Sehingga berita-berita yang disajikan jauh dari unsur-unsur politik dan sebagainya. Penyebaran buletin dengan terjadinya peristiwa yang dimuat sebagai berita kadang terlampau lama sehingga mempengaruhi aktualitas berita itu sendiri.

Layout yang berwarna hanya dibagian cover depan dan belakang buletin serta

(16)

23 September 2011 saja berjumlah 7793 mahasiswa. Kisaran perbedaan antara jumlah buletin yang dibagikan dengan sivitas akademika yang ada membuat pembagian buletin kurang efektif.

Isi dari buletin selalu dituntut baru dan lebih menarik dibandingkan dengan edisi buletin sebelumnya. Itu artinya isi buletin internal kampus dalam tiap edisi harus memuat informasi yang sedang menjadi perhatian dan kebutuhan pembacanya. Saat pembaca melihat informasi yang ditampilkan dalam buletin tersebut, maka pembaca akan menangkap makna, mengaitkan, merespon, menginterpretasikan lalu akan terbentuk persepsi. Karena menurut Jalaludin Rahmat (1985), persepsi adalah pengalaman tentang obyek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

(17)

Pembaca adalah sasaran komunikasi yang heterogen, masing-masing mempunyai kerangka acuan (frame of refenrence) yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda bukan saja dalam usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar belakang sosial dan kebudayaan, sehingga pada gilirannya berbeda dalam kepercayaan, pandangan hidup, cita-cita, keinginan, kesenangan dan lain sebagainya. Hal itu mampu mempengaruhi persepsi mereka satu sama lain. Kegiatan pembaca dalam membaca buletin UPN News merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan mereka, baik kebutuhan berupa informasi maupun hiburan. Pada hakikatnya persepsi merupakan inti dari sebuah komunikasi, karena jika persepsi seseorang terhadap suatu hal atau objek tidak akurat, maka tidak mungkin orang tersebut bisa berkomunikasi dengan efektif.

Stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media diterima oleh organism atau komunikan melalui 3 tahapan yaitu perhatian pesan, pengertian pesan, dan penerimaan pesan yang kemudian menimbulkan respon atau efek. Komunikator dalam hal ini adalah redaksi buletin UPN news, komunikannya adalah sivitas akademika UPN Veteran Jatim yang memberikan perhatian, pengertian dan penerimaan terhadap informasi yang ditampilkan dalam buletin UPN news.

(18)

buletin UPN News bisa menjaga image positif UPN tapi sejauh ini justru buletin malah menjadi oposisi”. Dari fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi sivitas akademika terhadap buletin UPN News yang diketahuinya selama ini.

Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa persepsi sivitas akademika terhadap buletin UPN News beragam, ada yang peduli dan tak jarang pula yang mengacuhkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah buletin UPN News sudah mampu memenuhi kebutuhan khalayaknya dengan cara mengetahui bagaimana “Persepsi Sivitas Akademika UPN Veteran Jatim Terhadap Buletin UPN News”. Mengetahui bagaimana media internal kampus yang diharapkan oleh sivitas akademika UPN Veteran Jatim.

1.2. Per umusan Masalah

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Masalah-masalah dapat diketahui atau dikaji apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi (Sugiyono, 2006 : 32)

(19)

tentang hal-hal yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian (Arikunto, 2002 : 47).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi sivitas akademika UPN Veteran Jatim terhadap buletin UPN News ?

2. Bagaimana media nirmassa kampus yang diharapkan oleh sivitas akademika UPN Veteran Jatim ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan (Suriasumantri, 1995 : 313). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi sivitas akademika sebagai khalayak buletin UPN News terkait dengan tampilan, konten, periodesitas serta aktualitas berita yang disajikan sekaligus memberi masukan bagi redaksi UPN News untuk perbaikan kedepannya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, diantaranya: 1. Manfaat Akademis

(20)

dasar pengembangan penelitian serupa dan sebagai informasi terhadap pihak lain di masa-masa mendatang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Organisasi

Hasil dari analisis tentang bagaimana persepsi sivitas akademika terhadap buletin UPN News diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi organisasi mengenai persepsi sivitas akademika sebagai khalayaknya. Serta mengetahui sejauh mana buletin UPN News berfungsi sebagai wadah penerima dan penyampai informasi internal kampus. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi bagi redaksi UPN news dengan demikian redaksi mengetahui kekurangan apa saja yang harus diperbaiki dari buletin UPN News tersebut.

b. Bagi Peneliti

(21)

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Per sepsi

Persepsi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengetahuan, dan pergantian informasi tentang sesuatu tersebut.

Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001: 167) adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi merupakan inti dari komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memiliki suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

(22)

perhatian, pengertian, dan penerimaan dari individu sesuai dengan kebutuhan individu dalam pengamatannya.

Hasil pengamatan individu tersebut akan membentuk suatu pandangan terhadap suatu hal. Dalam keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu hal dapat berbeda dengan persepsi orang lain. Hal ini dikarenakan tiap manusia mengalami proses penerimaan (pemahaman), dimana seseorang menafsirkan beberapa hal melalui panca inderanya agar dapat memberi makna pada lingkungannya dan proses tersebut mempengaruhi perilakunya.

Menurut Ujang (2000: 112), persepsi adalah bagaimana cara kita memandang dunia sekitar kita. Karena cara atau proses tersebut berbeda untuk tiap individu sesuai keinginan, nilai-nilai serta harapan masing-masing individu, maka persepsi mengenai suatu hal tersebut tentunya berbeda untuk setiap individu. Selanjutnya masing-masing individu akan cenderung bertindak dan beraksi berdasarkan persepsinya masing-masing.

(23)

Persepsi dapat juga disimpulkan sebagai proses kognitif yang menyangkut penerimaan stimulus, mengorganisir, dan mentafsirkan masukan untuk menciptkan bentuk yang bermakna nyata. Seseorang mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap objek rangsangan yang sama karena adanya tiga proses yang berkenaan dengan persepsi yaitu penerimaan sumber rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara selektif yang mengingat sesuatu yang selektif.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk sebuah persepsi, konsumen melakukan proses memilih, mengorganisasikan, dan juga menginterpretasikannya sebagai stimuli yang diterimanya mengenai suatu hal, yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat maupun tangggapan mengenai hal tersebut.

Penilaian masyarakat terhadap sebuah produk tertentu dapat bersifat positif dan juga negatif. Semuanya tergantung dari individu dalam mempersepsikan produk yang ditawarkan, dibandingkan dengan harapan konsumen yang seharusnya mereka terima. Jika dalam kenyataan sama dengan yang diharapkan maka masyarakat akan memberikan penilaian yang positif terhadap produk tersebut. Tetapi bila ternyata produk yang diterima tidak sesuai dengan harapan konsumen yang menggunakannya, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang negatif terhadap produk tersebut.

(24)

1. Persepsi bukanlah cermin realitas: orang seringkali menganggap bahwa persepsi menyajikan atau pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Persepsi bukanlah cermin. Pertama, indera kita tidak memberikan respon terhadap aspek-aspek yang ada di dalam lingkungan. Kedua, manusia seringkali melakukan persepsi rangsang-rangsang yang pada kenyataannya tidak ada. Ketiga, persepsi manusia tergantung pada apa-apa yang diharapkan, pengalaman, motivasi.

2. Persepsi: kemampuan kognitif yang multifaset pada awal pembentukan proses persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian, lebih besar kemungkinannya anda akan memperoleh makna atau apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman masa lalu, dan untuk kemudian hari ditinggal kembali. Kesadaran dan ingatan juga dapat mempengaruhi persepsi.

3. Atensi: peranannya pada persepsi, atensi atau perhatian adalah keterbukaan kita untuk memilih sesuatu. Beberapa orang psikolog, melihat atensi sebagai sejenis alat saring (filter) yang akan menyaring semua informasi pada detik-detik yang berbeda pada proses persepsi. (Juariah, 2004: 28).

2.1.1 J enis Per sepsi

(25)

a. Persepsi terhadap lingkungan fisik (objek) adalah persepsi manusia terhadap objek melalui lambang-lambang fisik atau sifat-sifat luar dari suatu benda. Dapat diartikan bahwa manusia dalam menilai suatu benda mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Dan persepsi terhadap objek bersifat status karena objek tidak mempersiapkan manusia ketika manusia tersebut mempersiapkan objek-objek tersebut.

b. Persepsi terhadap manusia adalah persepsi manusia terhadap orang melalui sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, dan harapan), dapat diartikan manusia bersifat interaktif karena manusia akan mempersiapkannya dan bersifat dinamis karena persepsi terhadap manusia bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.

c. Persepsi terhadap lingkungan sosial adalah suatu proses bagaimana seseorang menangkap arti dari objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dari lingkungan kita. (Mulyana, 2001: 172).

2.1.2 Karakter istik Per sepsi

Menurut Busch dan Houston 91985) yang dikutip oleh Ujang Sumarwan (2000: 113), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Bersifat Selektif

(26)

Masyarakat cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan dengan urusan pribadi mereka. b. Terorganisir atau teratur

Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokkan kedalam suatu pola atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur. c. Stimulus

Stimulus adalah apa yang dirasakan, dan arti yang terdapat di dalamnya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri.

d. Subyektif

Persepsi merupakan fungsi faktor-faktor pribadi hal-hal yang berasal dari sifat penikmat atau perasa. Kebutuhan, nila-nilai, motif, pengalaman masa lalu, pola pikir dan kepribadian seseorang dalam individu memainkan suatu peran dalam persepsi.

2.1.3 Pr oses Per sepsi

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen, diantaranya: 1. Seleksi

(27)

2. Interpretasi

Yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi sesorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, motivasi. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. (Sobur, 2003: 447).

2.1.4 Pr oses Ter jadinya Per sepsi

Menurut Alex Sobur (2003: 449), proses terjadinya persepsi terdiri dari: 1. Terjadinya Stimuli Alat Indera (sensory stimulation)

Pada tahap pertama, alat-alat indera kita akan dirangsang. Setiap individu pasti memiliki kemampuan pengindraan untuk merasakan stimulus (rangsangan), walau kadang tidak selalu digunakan.

2. Stimulasi Terhadap Alat Indera Diatur

(28)

lengkap. Apa yang kita persepsikan, juga kita tata kedalam suatu pola yang bermakna bagi kita, pola ini belum tentu benar atau salah dari segi objektif tertentu.

3. Stimulasi Alat Indera Ditafsirkan - Dievaluasi

Langkah ketiga adalah penafsiran dan evaluasi yang tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada diri kita. Karena walaupun kita semua sama-sama menerima sebuah pesan, cara masing-masing orang menafsirkan - mengevaluasinya adalah tidak sama.

2.2 Media Komunikasi

(29)

Begitu juga di sebuah organisasi, pemilihan media komunikasi pun harus diperhatikan.

2.2.1 Media Nir massa

Media nirmassa atau media internal pada umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau sekelompok tertentu seperti surat, telepon, telegram, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet, brosur, radio amatir atau radio CB (citizen band), televisi siaran sekitar (closed circuit

television), film dokumenter, kaset video, kaset audio, dan lain-lain. Disebut

media nirmassa karena tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal. (Onong U. Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, 2003).

Media komunikasi organisasi atau perusahaan merupakan golongan media nirmassa yang tidak memiliki massa sebanyak dan seluas media massa. Media nirmassa ditujukan kepada orang-orang tertentu, misalnya publik internal, kalangan pelanggan dan konsumen (Ruslan, 2006, p. 203). Meski demikian, media nirmassa cukup efektif dalam menunjang upaya proses publikasi, penyampaian pesan-pesan dan penyebaran informasi umum dari pihak organisasi kepada khalayak internal yang menjadi sasarannya.

(30)

berjalan dengan baik. Beberapa media antara lain seperti surat, newsletter, tabloid

newspaper, majalah (media cetak/media massa) dan radio, televisi, telepon, film,

dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi (Effendy, 2006, p. 17).

2.2.2 Bentuk-Bentuk Media Nir massa

Frank Jefkins menyebutkan bahwa ada lima bentuk utama media internal/ nirmassa (Soemirat, Ardianto, 2003: 23), yaitu:

1. The Sales Bulletin: sebuah bulletin sebagai media komunikasi regular

antara seorang sales manajer dengan salesmannya di lapangan, terbit secara mingguan.

2. The Newsletter: berisi pokok-pokok berita yang diperuntukkan bagi

pembaca yang sibuk.

3. The Magazine: berisikan tulisan berbentuk feature, artikel, dan gambar,

foto, diterbitkan mingguan, dwimingguan, bulanan, atau setiap dua bulan sekali.

4. The Tabloid Newspaper: mirip surat kabar popular (umum) dan berisikan

pokok-pokok berita yang sangat penting, artikel pendek dan ilustrasi. Diterbitkan mingguan, dwimingguan, bulanan, atau setiap dua bulan sekali.

5. The Wall Newspaper: bentuk media komunikasi staf/ karyawan di lokasi

(31)

2.3 Ber ita

Berita berasal dari bahasa sansekerta yakni Vrit yang dalam bahasa inggris disebut write, arti kata sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. Menurut kamus besar bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwodarminto, “berita berarti kabar atau warta”.

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau mesia online internet. (Sumadiria, 2006: 65).

Berita adalah laporan terkini tentang fakta atau pendapat yang penting atau menarik bagi khalayak dan disebarluaskan melalui media massa atau news is a

newly report of fact or opinion which is important or interesting for the audience

and published through mass media (Yosep, 2009: 22).

Berita adalah informasi yang sudah diolah oleh wartawan dan dinilai punya keunggulan relatif, kadang bersifat obyektif kadang subjektif. Keunggulan relatif sebuah berita banyak ditentukan apakah berita tersebut benar-benar punya nilai, meski seringkali bersifat sangat subjektif tergantung dari siapa yang melihat dan memanfaatkannya (Wibowo, 2003: 27).

Berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang aktual, menarik, berguna, dan dipublikasikan melalui media massa periodik: surat kabar, majalah, radio, televisi (Harahap. 2006: 4).

(32)

1. Fakta tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sedikit saja.

2. Berita itu bisa menceritakan segala aspek secara lengkap. Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal, serta menyukai peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan dan mudah dikenal serta dipandang relevan (Djuroto, 2002: 48).

Ditegaskan bahwa “news must be factual” maka ditarik kesimpulan bahwa berita atau sesuatu dikatakan berita bila ada fakta, interest, dan komunikan atau khalayak” (Mc Quail, 2000: 120). Lebih lanjut Mc Quail (2000: 189) menjelaskan bahwa berita merupakan sesuatu yang bersifat metafisik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang menonjolkannya sendiri.

2.3.1 Cir i-Cir i Ber ita

Mc Quail (2000: 190) menjelaskan bahwa berita mempunyai ciri-ciri tertentu:

1. Berita tepat pada waktunya, tentang suatu peristiwa yang paling akhir atau berulang

(33)

atas berbagai kejadian yang tidak bertalian yang bukan merupakan tugas pokok berita untuk menafsirkan.

3. Berita dapat sirna, artinya berita hanya hidup pada saat terjadinya peristiwa itu serta bagi keperluan dokumentasi dan sumber acuan di kemudian hari dan bentuk informasi lain akan menggantikan berita. 4. Semua peristiwa yang dilakukan sebagai berita seyogyanya bersifat luar

biasa atau paling sedikit tidak terduga, sebagai syarat yang lebih penting daripada signifikansi nyata berita itu sendiri.

5. Disamping ketidakterdugaan, peristiwa berita dicirikan oleh nilai berita lainnya yang relatif dan melibatkan kata putus tentang minat audience. 6. Berita terutama bagi orientasi dan arahan perhatian, bukan pengganti

pengetahuan.

7. Berita dapat diperkirakan.

2.3.2 Unsur -Unsur Berita

Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan unsur-unsur penting dalam berita, antara lain:

1. Faktualitas

Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya, jujur tanpa prasangka dan tidak didramatisir.

2. Objektifitas

(34)

misi tertentu. Suatu berita yang objektif tidak dicampuri dengan sifat subjektifitas atau opini pribadi dari peliput beritanya.

3. Balance (seimbang)

Wartawan dalam menulis berita harus adil, berimbang, harus mengedepankan kebenaran ilmu atau berita itu sendiri dan bukan berdasarkan kebenaran sumber. Menempatkan setiap fakta atau kumpulan fakta menurut proporsinya yang wajar.

4. Nilai berita

Suatu berita yang bernilai harus terdapat keterkaitannya dengan kepentungan umum.

5. Aktualitas

Kecepatan penyampaian laporan mengenai suatu berita kepada khalayak merupakan faktor yang amat penting, karena menyangkut persaingan dengan media cetak lain dan nama baik media cetak yang bersangkutan. 6. Daya tarik

Suatu berita dikatakan menarik apabila informasi yang disajikan membangkitkan kekaguman, rasa lucu atau humor, atau informasi mengenai pilihan hidup.

7. Lengkap

(35)

mengaitkannya secara berarti dengan unsur-unsur lain dan untuk membangun segi pentingnya dengan berita secara keseluruhan.

8. Akurat

Berita harus akurat dalam artian, dimulai dari kecermatannya terhadap ejaan nama, angka tanggal, dan usia serta disiplin diri untuk senantiasa melakukan periksa ulang atas keterangan dan fakta yang ditemuinya. Akurat juga berarti benar dalam memberikan kesan umum, benar dalam sudut pandang pemberitaannya yang dicapai oleh penyajian detail-detail fakta dan tekanan yang diberikan pada fakta-faktanya.

9. Ringkas dan jelas

Berita harus ringkas dan jelas, maksudnya adalah berita yang disajikan haruslah dapat dicerna dengan cepat. Ini artinya suatu tulisan yang ringkasan jelas dan sederhana. Tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung dan padu (Budyatna, 2005: 48-57).

2.3.3 Nilai-Nilai Ber ita

Dalam sebuah berita, terdapat karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna atau yang biasa diterapkan untuk menentukan layak berita (news wirthy). Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Aktualitas (timeliness)

(36)

kaitannya dengan kesegaran (freshness). Bagi sebuah surat kabar, semakin aktual beritanya, artinya semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya.

2. Kedekatan (proximity)

Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan (baik secara fisik maupun emosional) akan menarik perhatian, begitu pula dengan adanya daya tarik sebuah berita, kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita itu. 3. Keterkenalan (prominence)

Kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent names) akan banyak menarik minat pembaca, sebuah nama akan membuat berita dan nama besar membuat berita lebih besar.

4. Dampak (consequence)

Suatu peristiwa yang mengakibatkan timbulnya rangkaian peristiwa yang mempengaruhi banyak orang adalah jelas layak berita. Konsekuensi ini umumnya diterima sebagai nilai berita dan menjadi ukuran pentingnya suatu berita. Semua peristiwa yang layak berita mempunyai konsekuensi.

5. Human interest

Kata human interest secara harfiah artinya menarik minat orang. Dalam berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati, atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya. Sebenarnya cerita human interest berisi nilai nilai cerita (story value) dan bukan nilai berita. Bukan sebuah peristiwa tetapi latar belakang dan peristiwa (the

(37)

2.3.4 J enis Ber ita

Dalam dunia jurnalistik, terdapat berbagi pembagian berita (Rachmat Kriyantono, 2008: 127-130), diantaranya:

1. Hard News

Adalah berita yang bertemakan peristiwa-peristiwa yang “berat” biasanya kurang menyenangkan. Termasuk disini adalah perang, bencana alam, kriminalitas, konflik, kecelakaan, demonstrasi-demonstrasi, dan lainnya.

2. Soft News

Adalah berita tentang peristiwa-peristiwa yang relatif “ringan” biasanya menyenangkan, dan dampaknya terhadap masyarakat tidak terlalu besar. Dibanding hardnews, sifat aktualnya tidak terlalu besar.

3. Berita Langsung (Straight News)

Berita ini mempunyai pola penulisan singkat, ringkas dan langsung. Wartawan tidak terlalu mendalam mengurai isi berita yang menyangkut unsur bagaimana (how) dan mengapa (why). Unsur-unsur terpenting dari peristiwa harus langsung disampaikan ke pembaca. Karena itu, aktualitas adalah unsur terpenting.

4. Stop - Press

Stop-Press adalah berita yang sangat penting, aktualitasnya tinggi, dan

(38)

berita ini ada di halaman muka dan diberi tanda “stop–press” atau “breaking news”.

5. Berita Spot

Berita langsung yang dilaporkan dari tempat kejadian atau wawancara langsung bertemu dengan kejadian yang dilaporkan.

6. Kisah (Features)

Features adalah berita yang khas, pola penulisannya menyerupai karangan.

Disebut khas karena bukan hanya berita tentang sesuatu yang faktual, tetapi ada unsur menarik yaitu sesuatu yang dapat menyentuh emosional orang. Layak tidaknya feature dimuat bukan karena berita itu penting, melainkan karena berita itu ditulis secara menarik atau memang beritanya itu sendiri menarik.

2.3.5 Bentuk Ber ita

Pada umumnya teknik penulisan berita ada dua bentuk, yaitu: 1. Piramida Tegak

Teknik atau cara penulisan berita diawali dari masalah yang kurang penting menuju yang paling penting. Penyajian berita tidak terikat pada waktu atau batasan pemuatan berita. Uraian berita masih memiliki nilai baru, karena masih terkait dengan peristiwa dan pendapat yang ada.

(39)

pendapat baik dari individu, maupun kelompok, sehingga menambah kekayaan data peristiwa atau kejadian yang dibuat berita.

Pada penyajiannya, berita dengan teknik ini, hal-hal yang penting justru diletakkan di bawah sendiri seperti kesimpulan dan analisis penulis. Bagian atas beritanya baru dibuat menarik dengan menggunakan bahasa yang diatur secara runtut. Tubuh beritanya baru diisi dengan data-data fakta (Muslimin dan Djuroto, 2002: 50-51).

2. Piramida Terbalik

Bentuk piramida terbalik adalah bentuk penulisan berita yang ada pada umunya media cetak. Yang biasanya digunakan pada penyajian berita langsung (straight news). Penulisan dengan penggunaan bentuk ini, dapat memudahkan pembaca dalam memahami berita secara tepat. Dengan format penulisan ini, kalimat dan alinea lebih singkat daripada bentuk tulisan yang lain. Penggunaan dan hasil berupa straight news dilakukan subjektif dan setepat mungkin.

Teknik penulisan berita diawali dengan yang paling penting, biasanya berisikan berita pokok. Dimana terjadinya suatu peristiwa atau kejadian atau formula 5W + 1H sangat berperan penting pada alinea ini, sehingga terdapat pengertian yang singkat, padat dan jelas. Posisi pada alinea ini disebut dengan kepala berita.

(40)

pendukung, mulai dari fakta-fakta yang penting sampai fakta tidak penting. Bahasa serta struktur kalimatnya akan mengalir mengikuti fakta-fakta peristiwa yang diperoleh dari sumber berita. Gaya bahasanya lugas, to the point.

Pembaca tidak akan kehilangan informasi utamanya meskipun tidak sempat membaca isi keseluruhan berita dan bagi penulisannya sendiri. Biasanya pada alinea ini disisipkan keterangan-keterangan yang mendukung isi berita tersebut da posisi alinea ini disebut dengan ekor berita (Muslimin dan Djuroto, 2002: 53-54).

2.4 Buletin

Buletin adalah publikasi organisasi yang mengangkat perkembangan suatu topik atau aspek tertentu dan diterbitkan atau dipublikasikan secara teratur (berkala) dalam waktu yang relatif singkat (harian hingga bulanan). Buletin ditujukan kepada khalayak yang lebih sempit yang berkaitan dengan bidang tertentu saja. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat (mirip berita) dimana digunakan bahasa yang formal dan banyak istilah teknis berkaitan dengan bidang tersebut.

Desain serta foto-foto atau ilustrasi dalam buletin umumnya formal. Pilihan ukuran penerbitan buletin biasanya adalah A4 (210 x 287 mm) atau eksekutif (7¼ x 10½ inci). Untuk buletin yang terbit secara berkala dalam jangka waktu sedang (1-2 bulan) biasanya diterbitkan dengan jumlah agak tebal (36-120 halaman). (http://id.wikipedia.org/wiki/Buletin).

(41)

lebih kecil kapasitasnya dari koran atau majalah atau juga tabloid. Namun dalam segi fungsi tidak jauh berbeda dengan koran, majalah atau tabloid. Buletin adalah sebagian dari pers karena fungsi dan tujuannya sama yaitu sebagai media informasi dan juga bisa dibaca kapan saja dan dimana saja. Jika dibandingkan dengan koran harian justru lebih sulit cara penulisannya, karena isinya tidak cepat basi dan bisa dikatakan ringan untuk di pahami.

2.4.1 Buletin UPN News

(42)

2.5 Per s Kampus

Pengertian pers kampus adalah berkala yang diterbitkan oleh mahasiswa untuk mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Karenanya, pers kampus sering juga disebut “pers mahasiswa”. Di Indonesia, yang dimaksud pers kampus adalah media nirmassa yang dikelola oleh mahasiswa di sebuah kampus perguruan tinggi, baik berupa majalah, jurnal, buletin maupun surat kabar. Pangsa pasarnya adalah kalangan mahasiswa juga. Untuk dapat mengelola sebuah pers kampus, mutlak diperlukan pemahaman tentang hakikat pers kampus itu sendiri yang berbeda dengan pers umum (non-kampus).

Pers mahasiswa merupakan bagian kecil dari sebuah arus besar dunia pers nasional, bahkan dunia. Pers mahasiswa selalu berada pada pojok ruang sempit yang dinamakan kampus. Namun keberadannya, pers yang memiliki segmen tersendiri ini memiliki peluang lebih di banding pers umum dengan mengambil segmen plural. Sebagai sarana bagi mahasiswa untuk menyalurkan ide kreatif dalam bentuk tulisan dan melahirkan pikiran guna mengaktualisasikan diri dalam merespon permasalahan.

2.5.1 Per kembangan Per s Kampus

(43)

Pers kampus harus peka terhadap perubahan kondisi sosial politik yang terjadi di tanah air sekarang ini. Sebelum reformasi, pers mahasiswa dapat tampil sebagai media alternatif. Saat itu pers mahasiswa masih dapat menyajikan berita atau tulisan yang pedas, keras, dan kental dengan idealisme. Sayangnya meski kini sudah ada di era reformasi, industri pers umum Indonesia belum bisa membangun suatu kultur jurnalisme yang baik dan kode etik yang baik. Dibandingkan dengan pers umum, pers kampus akan lebih mudah dalam mengakomodasikan nilai-nilai idealis yang sebagian di antaranya tertuang dalam kode etik wartawan Indonesia. Namun demikian, bukan berarti pers kampus bebas dari intervensi.

Masalah keterbatasan dana dan manajemen menjadi penyebab kurang berkembangnya pers kampus di negara ini. Tidak heran apabila disebutkan bahwa pers adalah pilar keempat dari demokrasi. Jadi beralasan pula, jika kita mengatakan bahwa yang diturunkan oleh pers kampus bukan berita tetapi sikap demokratis. Kerja pers kampus sama beratnya dengan pergerakan dan aksi lapangan semacam demonstrasi. Apalagi dengan tuntutan harus menyampaikan informasi sejernih dan seakurat mungkin, pers kampus harus peka dan lebih berani daripada semua elemen pergerakan mahasiswa umumnya. Seperti kata pepatah, “mata pena lebih tajam dari mata pedang”, mungkin itulah yang menjadi kelebihan pers kampus.

(44)

(1959-1965/66) keberadaan pers mahasiswa sarat dengan pergolakan ideologi politik diantara para pelakunya. Kehidupan pers mahasiswa di awal orde baru sangat dinamis. Mereka menikmati kebebasan pers sepenuhnya. Sampai dengan tahun 1974, pers mahasiswa hidup di luar lingkungan kampus. Periode 1980-an, pers mahasiswa berada di kampus kembali. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari keadaan sistem politik waktu itu yang dimulai melakukan kontrol ketat atas pers mahasiswa. Pers mahasiswa pun mulai tergantung pada pihak universitas. Seiring dengan ketergantungan itu, visi mereka pun mulai mengalami perubahan.

2.5.2 Karakter istik Per s Kampus

Karena lahir dari mahasiswa, dikelola oleh mahasiswa dan target utama pembacanya juga mahasiswa, maka karakteristik utama pers kampus adalah independen. Visi, misi dan isinya ditujukan untuk kepentingan mahasiswa juga atau seluruh sivitas akademika, jangan diarahkan menjadi pers umum.

Profil mahasiswa sebagai kaum intelektual harus tercermin dalam pers kampus, yakni ilmiah, objektif, kritis dan tidak menjadi media gosip. Pers kampus juga harus mampu mencerminkan sosok mahasiswa sebagai agent of change dan bebas dari vested interest pihak tertentu.

Pakar jurnalistik dari Universitas Stanford, William L. Rivers, sebagaimana dikutip Assegaf (1985: 104), mengemukakan karakteristik ideal sebuah pers kampus sebagai berikut:

1. Harus mengikuti pendekatan jurnalistik yang serius (must be approached

(45)

2. Harus berisikan kejadian-kejadian yang bernilai berita bagi lembaga dan kehidupannya (it’s should report and explain news worthly events in the

life of the institution).

3. Harus menjadi wadah bagi penyaluran ekspresi mahasiswa (provide

medium for student expression).

4. Haruslah mampu menjadi pers yang diperlukan oleh komunitas kampusnya (it should make it self indispensable to the school community). 5. Tidak boleh menjadi alat permainan yang memuaskan kelompok kecil di

kampus (it can’t be a clique operation a toy for the amusement of a small

group).

6. Harus dapat memenuhi fungsinya sebagai media komunikasi (Serve the

purpose of mass communications).

2.5.3 Tantangan Pers Ka mpus

Pers mahasiswa harus berjuang lebih karena akan ada saja tantangan yang tidak ringan, seperti:

1. Tantangan eksternal

(46)

perubahan minat baca inipun masih dianggap lumayan dibanding dengan menurunnya minat baca mahasiswanya karena lebih tertarik untuk belanja dan memanjakan diri.

2. Tantangan internal

Sebagai bagian dari sebuah entitas kampus, pers mahasiswa sesungguhnya berada pada sebuah negara kecil sehingga sangat bergantung kepada kebijakan pimpinan “negara” itu, hingga segala sesuatu yang ada di dalamnya. Dana tingkat ketergantungan pers mahasiswa didapat dari rektorat, sebab anggaran penerbitan menjadi bagian dari beban rektorat. Pada satu sisi, sistem pendanaan seperti itu tentu saja plus minus, plusnya tidak usaha mencari dana dari luar, sedangkan minusnya, tidak memiliki tingkat independensi, sehingga berpotensi untuk mengkebiri sisi-sisi idealiasme pers itu sendiri.

3. Profesionalisme

Sebagai pers yang mengharapkan partisispasi mahasiswa, pers kampus akan menemukan beberapa kendala pada sisi SDM (Sumber Daya Manusia). Mereka biasanya kalau tidak bekerja paruh waktu, juga terancam oleh hilangnya para pengelola di tengah jalan karena habis masa kuliah. Pergantian SDM yang terlalu cepat akan berakibat pada kualitas dan profesionalisme pers kampus.

(47)

Dengan mengambil segmentasi mahasiswa, sesunggguhnya pers mahasiswa sudah dapat menemukan sebuah pasar yang khas dan tidak dimiliki pers secara umum. Tingkat pendidikan yang tinggi bagi segmen pers mahasiswa adalah nilai plus yang harus dibaca sebagai modal awal untuk menentukan visi media tersebut.

Karenanya, pers mahasiswa tidak boleh kehilangan nilai alternatifnya. Nilai alternatif ini akan semakin kokoh jika para insan pers mahasiswa tidak tergiur oleh konten media secara umum walaupun harus tahu yang memiliki segmen masyarakat umum. Nilai alternatif pers kampus juga harus dipandang sebagai bentuk sarana mahasiswa untuk melakukan sebuah perubahan sosial sesuai dengan fungsi mahasiswa itu sendiri yaitu sebagai agen perubahan sosial (agen of

social change). Sedangkan untuk melakukan sebuah perubahan sosial, dibutuhkan

sebuah amunisi dan amunisi yang paling penting bagi mahasiswa adalah idealisme dan intelektual transformatif, bukan idealisme dan intelektualisme singgasana yang tak pernah menyentuh realitas. Pada ranah inilah pers kampus harus berperan, bukannya menyajikan kegenitan, gosip atau kecengengan.

2.6 Sivitas Akademika

(48)

bekerjasama selaku anasir (component) masyarakat perguruan tinggi. Bekerjasama berarti saling mendukung memberi peluang sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas masing-masing, dalam kerangka tugas perguruan tinggi selaku suatu keseluruhan dan keutuhan. Baik warga kelompok pengajar, kelompok pelajar, maupun warga kelompok non-edukatif. Sering dipanggil dengan sebutan “sivitas akademika” yang tidak lain daripada “warga masyarakat perguruan tinggi”.

2.7 Wawancar a Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai hanya sekali) dengan inforrman (orang yang ingin peneliti ketahui dan yang akan diwawancarai beberapa kali). Karena itu disebut juga wawancara intensif (intensive-interviews). Biasanya menjadi alat utama pada riset kualitatif yang dikombinasikan dengan observasi partisipan.

Wawancara mendalam mempunyai karakteristik yang unik:

(49)

diteliti (Frei, 1992: 288). Atau jika periset merasa data yang terkumpul sudah jenuh (tidak ada sesuatu yang baru) maka peneliti bisa mengakhiri wawancara.

2. Menyediakan latar belakang secara detail mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Dari wawancara ini terelaborasi beberapa elemen jawaban, yaitu opini, nilai-nilai (values), motivasi, pengalaman-pengalaman, maupun perasaan informan.

3. Wawancara mendalam memperhatikan bukan hanya jawaban verbal informan, tapi juga observasi yang panjang mengenai respons-respons non verbal informan.

4. Wawancara mendalam ini biasanya dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali-kali, Tidak seperti wawancara yang biasanya digunakan dalam survey yang mungkin beberapa menit, sebuah wawancara mendalam bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Bahkan bila perlu peneliti sampai harus melibatkan diri secara dekat dengan hidup bersama informan guna mengetahui pola keseharian informan.

5. Memungkinkan memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain. Susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap informan (Denzin, 2989: 105). Jadi pertanyaannya tergantung pada informasi yang ingin anda peroleh dan berdasarkan jawaban informan yang dikembangkan oleh peneliti.

(50)

dengan informan, maka wawancara dapat berlangsung terus (Rachmat, 2006: 999).

2.8 Individual Differ ences Theor y

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individu), teori yang

dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Dalam penelitian ini, media yang dimaksud bukan media massa namun media nirmassa seperti buletin kampus. Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya. sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Sehingga tangggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. (Effendy 2003: 275)

(51)

dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. (Effendy 2003: 275)

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni menganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika veriabel antara bersifat seragam). (Effendy 2003: 275-276)

Individual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang secara

selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh tatanan psikologisnya. (Effendy 2003: 316).

(52)

Peneliti menilai bahwa setiap individu atau dalam penelitian ini adalah sivitas akademika UPN Veteran Jatim berbeda cara pandang dan persepsinya terhadap suatu hal. Begitu juga dengan cara pandang dan penerimaannya terhadap buletin UPN News sebagai salah satu media nirmassa internal kampus bagi sivitas akademika.

2.9 Ker angka Ber pikir

Kepuasan diperoleh individu setelah kebutuhan dapat tercapai. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap individu pasti memiliki kebutuhan dan itu harus dipenuhi agar individu dapat meraih kepuasan dalam hidupnya. Kebutuhan individu tersebut beraneka ragam, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan akan informasi mengenai hal-hal dan fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Kebutuhan akan informasi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi media. Untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal, ada media nirmassa yang tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal, digunakan untuk kalangan sendiri seperti di kampus.

(53)

menentukan keberhasilan penerimaan yang akan membentuk persepsi pembaca seperti pengemasan baik dari segi fisik maupun kontennya..

(54)

3.1 Definisi Konseptual

Penelitian ini hanya difokuskan pada persepsi sivitas akademika sebagai khalayak buletin UPN News. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kualitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian terhadap suatu keadaan dengan sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003: 53). Metode penelitian deskriptif berupaya untuk memberikan gambaran tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, hingga pada akhirnya dapat diperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai fenomena yang sedang diteliti.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang berlaku secara umum) atau bersifat universal, jadi hanya berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan (Kountur, 2003: 29).

(55)

Penelitian ini juga bertipe deskriptif, artinya penulis berusaha menyajikan gambaran mengenai persepsi sivitas akademika sebagai khalayak buletin UPN News. Pengolahan analisa data ini dilakukan dengan tetap mengacu pada teori-teori yang berhubungan dengan masalah dan kemudian akan ditarik kesimpulan dan disertai dengan saran-saran yang dianggap perlu.

Dalam penelitian ini, yang diuraikan adalah bagaimana persepsi sivitas akademika sebagai khalayak buletin UPN News. Dengan menggunakan penerimaan, peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai bentuk respon dari khalayak media tersebut, menerima atau bereaksi sesuai dengan proses pemaknaan dan latar belakang responden yang berbeda-beda.

3.1.1 Media Nir massa

Media nirmassa atau media internal pada umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau sekelompok tertentu seperti surat, telepon, telegram, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet, brosur, radio amatir atau radio CB (citizen band), televisi siaran sekitar (closed circuit

television), film dokumenter, kaset video, kaset audio, dan lain-lain. Disebut

media nirmassa karena tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal. (Onong U. Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, 2003).

(56)

kalangan pelanggan dan konsumen (Ruslan, 2006, p. 203). Meski demikian, media nirmassa cukup efektif dalam menunjang upaya proses publikasi, penyampaian pesan-pesan dan penyebaran informasi umum dari pihak organisasi kepada publik internal yang menjadi sasarannya.

Pada proses komunikasi, media digunakan apabila jumlah komunikan sebagai sasarannya banyak, heterogen, dan berada di tempat yang relatif jauh. Ada berbagai bentuk media yang dijadikan sebagai fasilitator yang mempermudah komunikator menjangkau komunikannya sehingga proses komunikasi tetap dapat berjalan dengan baik. Beberapa media antara lain seperti surat, newsletter, tabloid

newspaper, majalah (media cetak/media massa) dan radio, televisi, telepon, film,

dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi (Effendy, 2006, p. 17).

3.1.2 Individual Differ ences Theor y

(57)

Pesan-pesan yang disampaikan media ditangkap individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan personal individu. Efek komunikasi pada individu akan beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis dalam menerima pesan yang disampaikan media. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam mempersepsi pesan yang diterima.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini berada di wilayah internal UPN Veteran Jatim tepatnya di Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar, Surabaya. Dipilihnya lokasi ini dikarenakan obyek penelitiannya adalah buletin UPN News yang merupakan media nirmassa sehingga subyeknya adalah khalayak internal kampus sendiri yaitu sivitas akademika.

3.3 Infor man

(58)

Digunakan teknik purposive sampling, mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tercatat sebagai sivitas akademika aktif UPN Veteran Jatim b. Mengetahui dan pernah membaca buletin UPN News.

Dalam penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel yang dipergunakan karena bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi maka peneliti tidak perlu lagi mencari informan baru dan proses pencarian informasi dianggap selesai (Bungin, 2003: 53).

3.4 Tek nik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: a. Pengamatan (Observation)

(59)

b. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dan berdialog dengan informan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2003: 110). Peneliti mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya dan sedetail-detailnya guna mendapatkan informasi yang diharapkan. Peneliti juga harus memperhatikan bahasa non-verbal dari informan saat diwawancarai. Pada intinya in depth interview tidak hanya menanyakan pertanyaan, tapi juga mendokumentasikan informasi dan berusaha menemukan makna dan persepsi yang mendalam. Agar wawancara mengarah pada permasalahan, maka dipersiapkan daftar pertanyaan yang akan disusun dengan sifat terbuka dan berstruktur. Pertanyaan juga akan berkembang sesuai keadaan di lapangan. Wawancara berstruktur digunakan untuk menjaring data berupa profil dan latar belakang key

informan.

c. Studi Literatur

Teknik pengumpulan data dengan mencari data penunjang dengan mengolah buku-buku dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.5 Tek nik Analisis Data

(60)

dimana terdapat tiga komponen utama dalam analisis data kualitatif. Antara lain yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dimana ketiganya nanti saling berkaitan untuk menentukan hasil akhir analisis.

a. Pengumpulan Data

Data dikumpulan berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah dipaparkan yang meliputi observasi, interview dan dokumentasi

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. reduksi data menjadi bagian dari analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus dan membuang hal yang tidak penting serta mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

c. Sajian Data

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Buletin UPN News

Buletin UPN News adalah buletin yang diedarkan oleh UKM (Unit Kegiatan

Mahasiswa) Persma UPN Veteran Jatim yang diterbitkan setiap 3 bulan sekali atau

bahkan lebih tergantung dari kegiatan redaksional yang lain dan masalah pendanaan.

Disebut media internal nirmassa karena tidak memiliki daya keserempakan dan

komunikannya bersifat non massal. Berita di peroleh dari dalam kampus dan

disebarkan untuk khalayak kampus sendiri yaitu sivitas akademika seperti pengajar,

mahasiswa dan pegawai UPN Veteran Jatim. Buletin UPN news dicetak di kertas

HVS A4 (dibagi dua) namun edisi Desember 2011 buletin dicetak di kertas ukuran

A3 (dibagi dua), ukuran font nya adalah 10, dicetak sebanyak 350 eksemplar dan

dibagikan ke seluruh fakultas yang ada, tugas pembagian tersebut diatur oleh

distributor. Jumlah buletin yang hanya 350 eksemplar dinilai tidak sebanding dengan

jumlah sivitas akademika yang ada di UPN Veteran Jatim. Jumlah halaman rata-rata

berkisar puluhan dan belum pernah mencapai ratusan halaman, kurang lebih 20

(62)

4.1.2 Sivitas Akademika UPN Veter an J atim

Warga kampus terdiri dari tiga kelompok fungsional, yaitu kelompok pengajar

atau pendidik (disebut pula staf edukatif). Kedua, kelompok pelajar atau anak didik

(disebut mahasiswa). Ketiga, kelompok tenaga non-edukatif terdiri atas pegawai

teknik (studio, laboratorium dan lain sebagainya), pegawai tata usaha dan keuangan

serta karyawan “non spesifik” (penjaga, pembantu dan lain sebagainya). Kelompok

masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri, namun mereka harus bekerjasama

selaku anasir (component) masyarakat perguruan tinggi. Bekerjasama berarti saling

mendukung memberi peluang sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas

masing-masing, dalam kerangka tugas perguruan tinggi selaku suatu keseluruhan dan

keutuhan. Baik warga kelompok pengajar, kelompok pelajar, maupun warga

kelompok non-edukatif. Sering dipanggil dengan sebutan “sivitas akademika” yang

tidak lain daripada “warga masyarakat perguruan tinggi”.

4.2 Identitas Infor man

Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah sivitas akademika UPN

Veteran Jatim. Sehingga nantinya pertanyaan yang diberikan dapat dijawab dengan

sebenar-benarnya dan bisa dipertanggung jawabkan oleh mereka sebagai informan,

yakni mengenai persepsi sivitas akademika UPN Veteran Jatim terhadap buletin UPN

News.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi para informan

(63)

perbedaan tanggapan tentang persepsinya terhadap buletin UPN News, karena

dipengaruhi oleh faktor psikologis tiap individu yang berbeda. Setiap informan akan

memberikan tanggapan, pendapat, dan informasi yang diperlukan dalam menyusun

penelitian ini. Berikut ini peneliti mencantumkan data diri dan latar belakang para

informan yang telah diwawancarai:

1.

Infor man 1

Bernama Satya Rizky, berusia 22 tahun, salah seorang mahasiswa Fakultas

Teknis Industri di UPN Veteran Jatim angkatan 2008. Mahasiswa yang

bertempat tinggal di Manukan Sari 5.19 Surabaya ini aktif di Unit Kegiatan

Mahasiswa Gita Widya Giri atau biasa disebut UKM Paduan Suara. Ia

memang senang membaca dari kecil dan kebiasaan itu berawal dari

keinginan diri sendiri, media yang sering ia jadikan bahan bacaan adalah

media internet. Karena bisa hampir 5 jam dia di depan komputer

menjelajahi dunia maya. Kegiatannya disaat luang adalah browsing mencari

informasi tentang sains dan berkaraoke itu adalah hobinya. Satya

merupakan pembaca setia buletin UPN News karena dari awal masuk UPN

tahun 2008 dia sudah membaca buletin UPN news hingga saat ini.

(Wawancara dilakukan hari Senin, 20 Februari 2012, pukul 15.40 WIB di

(64)

2.

Infor man 2

Bernama Lutfi Bagus Setyawan berusia 21 tahun, salah seorang mahasiswa

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN Veterean Jatim angkatan 2008.

Mahasiswa yang bertempat tinggal di desa Sumput RT 2 RW 1 Sidoarjo ini

juga aktif mengik

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Kamaludin dan Pribadi (2011) dalam Harmawan (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi financial distress antara lain: sensitivitas pendapatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga, kualitas, dan promosi terhadap keputusan pembelian ponsel nokia di Purwokerto (studi pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara religiusitas dengan penerimaan diri pada pasien stroke iskemik di

Efektifitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan kasih-Nya yang sangat besar dan berkat-Nya yang sangat luar biasa, dalam penyusunan skripsi dengan judul

Pr ofil Peser t a Didik yang Mem er lukan Per hat ian Khusus dan yang Ber kesulit an Belaj ar di Sekolah Dasar.. Jakar t a: Pusat Kur ikulum Balit bang

Besaran yang dihitung meliputi : perhitungan daya maksimum setiap kereta, daya maksimum satu rangkaian kereta, faktor daya, kapasitas kereta pembagkit yang dapat

A Quickbird satellite imagery with 60cm ground resolution is used as an interface level to simulate aerial imageries using collinearity equation and down sample