• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Penelitian Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Kajian Prinsip Good Governace Dalam Ekonomi Islam Dan Pelaksanaan Ekonomi Islam Di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Penelitian Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Kajian Prinsip Good Governace Dalam Ekonomi Islam Dan Pelaksanaan Ekonomi Islam Di Indonesia."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

KAJIAN PRINSIP GOOD GOVERNACE DALAM EKONOMI ISLAM DAN

PELAKSANAAN EKONOMI ISLAM DI INDONESIA

OLEH

Djanuardi,S.H.,MH. ( Ketua)

Dr. HJ. Lastuti Abubakar.S.H.,MH. (Anggota)

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2009

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Unversitas Padjadjaran Nomor : 866a/H6.7/Kep/FH/2009

Tanggal : 1 Juni 2009

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

ABSTRAK

Sejalan dengan perkembangan ekonomi global, saat ini terjadi transformasi sistem ekonomi dari sistem konvesional ke arah sistem ekonomi syariah. Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, memiliki peluang untuk mengambil peran dalam aktivitas ekonomi global, khususnya untuk menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia melalui instrumen syariah. Salah satu standar investasi yang dibutuhkan oleh para investor adalah perusahaan yang menerapkan prinsip good corporate governance. Berdasarkan hal itu, perlu dilakukan penelitian tentang penerapan good corporate governance dalam aktivitas sariah.

Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan ruang lingkup hukum Ekonomi Islam adalah penelitian hukum normatif. Sebagai penelitian hukum normatif, penelitian dilakukan terhadap data primer, dan sekunder, yang berkaitan. Data dan bahan penelitian dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan, studi lapangan dan browsing di internet. Dalam rangka membatasi wilayah penelitian, dalam penelitian ini memfokuskan kepada penelitian hukum normatif dan penelitian asas-asas hukum. Peneltian dilakukan secara deskriptif analisis dan hasil penelitian disajikan secara analisis kualitatif yuridis.

Hasil penelitian menyimpulkan 10 kareteristik good governance yang meliputi :Participation (Partisipasi),Rule of Law ( Penegakan Hukum ),Transparansi . Orientasi pada Konsensus/kesepakatan.Keadilan (kesetaraan),Effektivitas dan Effisien, Akuntabilitas, Strategic Vision ( wawasan ke depan ), Responsif ( daya tanggap), Pengawasan, ternyata dilakukan juga dalam etika bisnis yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan agama penjelasan pasal 49 huruf I yang dimaksud ruang lingkup ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah meliputi: bank syariah,asuransi syariah,reassuransi syariah,reksa dana syariah,obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah,sekuritas syariah,pembiayaan syariah, pegadaian syariah,dana pension lembaga keuangan syariah,bisnis syariah

(3)

ABSTRACT

Long time ago, Moslem are contage with the economic pluralism deaseses. Where Moslem are lived in the middle of the others economic system. Such as liberal economic system as known as capitalism and also socialist economic system. This contagious occurred as an effect of the Moslem debility it self. Moslem doesn't have their own economic system which is comes as strong as the others economic system. To get trough to this situation, as the sustainable of the economic syaria system which already occurred in our country, this research could give us an inportant information especially on the Moslem economic system in Indonesia. The new era of born on Moslem economic such “Bank Muamalah Indonesia”, “Bank Perkreditan Rakyat Syariah”, Syaria insurance, Syaria Investment Market, and the other economic activity related to the syaria economic, which can be implemented in Indonesia.

This research, are intended to the development of the syaria economic system which related to the normative law. This research are going to elaborate the primary and secondary which related to the main issues by using study on the theory which contain in books, internet research and practically research such observe to the field of object. In order to limited the areas of research, this kind of research are focus on the normative law and the legal basis of law. In way, descriptive analystic and as the result of this research are represented on the Yuridist analysis qualitatif.

As the result of the research are conclude the ten characteristic of Good Govenance, which contain as a follow : Participation, Rule of Law, Transparancy, Orientation in Consensus, Fairness (equality), Effective and Efficient, Accountability, Strategic Vision, Responsive, and Actuating. which is this kind of the characteristic of Good Govenance, was being implemented before by Prophet Muhammad SAW. Bassed on the constitutional bill no 3 years 2006 about challenging of constitutional, bill no 7 years 1989 about Religious Court, further on the explanatory from the article 49 I, which told us about the Syaria areas, as be considers as an action or business, which is run by a syaria principle, such a follow : Bank syaria, syaria insurrance, syaria reasurrance,syaria mutual fund, syaria obligation, syaria valuable document and letter, syaria security, syaria funding, syaria collateral, syaria retirement institutions and syaria business.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji saya sampaikan kehadirat Allah Subhanahuwataala. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Pujian dan doa yang saya panjatkan sebagai ungkapan rasa syukur atas telah dapat diselesaikannnya laporan penelitian ini. Bahasan utama dari penelitiam ini adalah tentang Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Islam di Indonesia, mudah-mudah menjadi bahan masukan baik Dunia Islam pada umumnya dan Dunia Universitas pada khususnya. Sebagai sesuatu yang baru tentunya masih belum banyak perhatian dari baik para ahli maupun masyarakat umum,demikian juga dengan bahan pustaka masih sulit didapatkan, oleh sebab itu saya menyadari masih diperlukan saran dan kritik yang membangun atas hasil penelitian ini untuk meningkatkan kualiatasnya

Untuk kebaikan semua pihak yang telah diberikan kepada, saya ucapkan terima kasih semoga amal serta budi baik ibu bapak dicatat sebagai amal sholeh. Amin yaa robbal alamin.

Wabilahitaufiqi wal hidayah wassalamu alaikum warohmatulohi Wabarakatuh.

Bandung, Desember 2009

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………..……… i

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN.……… ii

ABSTRACT……….. iii

ABSTRAK……… …. iv

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR ISI………..………. vi

BAB I PENDAHULUAN……….………. 1

A. Latar Belakang Penelitian...……… 1

B. Identifikasi Masalah……..……… 3

E. Kerangka Pemikiran……..………. 3

BAB II PENGERTIAN HUKUM EKONOMI ISLAM DAN RUANG LINGKUP HUKUM EKONOMI ISLAM………..………. 9

A. Pengertian Muammalah………..……….. 9

B.Pengertian Ekonomi Syariah………..………. 12

C. Kegiatan Ekonomi Dalam Pandangan Islam………. 13

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……….. 17

BAB IV METODE PENELITIAN.……….… 18

(6)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah sistem menyeluruh yang menyentuh seluruh kehidupan manusia dari mulai masalah terkecil sampai kepada masalah yang sangat besar sekalipun dan Islam telah memformat dengan sempurna melalui pengaturannya serta menerangkan hukumnya. Sampai-sampai Islam digambarkan sebagai suatu risalah yang menjangkau dimensi yang terbentang memanjang sehingga mencakup keabadian zaman, menjangkau dimensi yang terbentang lebar sehingga mengatur seluruh antero bangsa-bangsa, dan ia menjangkau dimensi yang terbentang mendalam sehingga meliputi seluruh dunia dan akhirat.

Negeri kita Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun dalam kehidupan perekonomian umat Islam berada dalam posisi minoritas. Hal itu disebabkan selain menyangkut etos kerja umat Islam, juga berkaitan erat dengan pemahaman kegiatan ekonomi. Banyak kalangan masyarakat Islam menilai/memahami persoalan ekonomi sebagai persoalan dunia yang lepas dari pesoalan agama. Akibatnya persoalan perekonomian merupakan hal teralienasi dalam kajian Keislaman. Hal itu terbukti dengan jarangnya kajian ekonomi Islam yang dipaparkan pada waktu ceramah agama atau pengajian.

(7)

Apakah umat Islam Indonesia akan berkutat dalam kondisi yang tidak menguntungkan itu ? jawabanya ada pada umat Islam sendiri. Allah Swt mengingatkan dalam firmannya :

“ bagi manusia adalah ,malaikat-malaikat yang menjaganya bergiliran, dimuka, dan dibelakangnya. Mereka menjaganya dengan perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Allah menghendaki kehancuran sesuatu kaum, maka tidak ada yang sanggup mencegahnya. Dan tidak ada pelindung mereka selain Allah.”

( TQS : Surat Ar Rad ayat 11)

Langkah perubahan perekonomian umat Islam Indonesia harus dimulai dengan pemahaman bahwa kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan kehidupan dan anjuran yang berdimensi ibadah.

Rasulullah SAW mengemukakan, seseorang yang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya ( termasuk kebutuhan orang tua, isteri dan anaknya ) adalah orang yang berusaha karena Allah. Selain itu, juga ditegaskan bahwa dunia ini adalah lading/kebun ( tempat mencari bekal dan mempersiapkan diri ) untuk kehidupan di akhirat kelak.

(8)

biarlah kami menguasai urusan akhirat dan mereka untuk urusan dunia ). Padahal Islam risalah untuk dunia dan akhirat.1

Untuk keluar dari permasalahan tersebut, seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi yang bercorak syariah di negeri kita dewasa ini, kiranya makalah ini dapat menambah wawasan perekonomian umat Islam di Indonesia pada khususnya, sehingga kelahiran Bank Muammalat Indonesia ( BMI ), Bank Perkreditan Rakyat Syariah, Asuransi Syariah, Gadai syariah Multi Level Syariah ( ditandai dengan lahirnya PT Ahad Net Intenasional), Pasar Modal Syariah, serta kegiatan ekonomi yang bercorak syariah lainnya dapat diterima keberadaannya oleh umat Islam Indonesia.

Untuk itu, maka peneliti akan mengkaji : “KAJIAN PRINSIP GOOD GOVERNACE DALAM EKONOMI ISLAM DAN PELAKSANAAN EKONOMI ISLAM DI INDONESIA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengemukakan berbagai masalah yang akan dikaji lebih lanjut sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Prinsip Good Governance dapat di Implementasikan dalam sistem Ekonomi Islam ( Syariah ) dikaitkan dengan Etika Bisnis yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Ruang Lingkup apa sajakah yang telah dilaksanakan di Indonesia dengan adanya perkembangan Ekonomi Syariah.

C. Kerangka Pemikiran

1Muhmmad Antonio Syafi’i ,Bank, Bangking, and Financial tentang Bank Muammalat,

(9)

Dalam sebuah haditsnya yang panjang diriwayatkan oleh Imam Ahmad : Nabi Muhammad SAW, pernah ditanya oleh seorang sahabat yang bernama Nu’man bin Basyir ra.tentang periodisasi yang akan dilalui umat Islam.2

Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan bahwa umat Islam akan mengalami : 1. Periode Masa Kenabian ( Nubuwwah ) di mana Rasulullah SAW, masih

hidup ada diantara mereka sampai saat tertentu yang dikehendaki Allah Swt. Periode ini lahirnya Periode Mekkah dan Periode Madinah .

2. Periode masa kekhalifahan yang mengikuti .manhaj atau jalan Nabi Muhammad SAW ( khilafah ala Minhajin Nubuwwah ) sampai saat tertentu yang dikehendaki Alllah Swt. Periode ini berjalan kurang lebih 30 tahun atau sering dikenal dengan masa Al-Khulafa Al-Rasyidin.3

3. Periode masa raja-raja yang menggigit ( Malikan Adhdhon) sampai saat tertentu yang dikehendaki oleh Allah Swt. Pada periode ini lahirnya Dinasti Bani Umayyah dan Dinasti Abbasiyah sampai hilangnya kekhalifahan Utsmaniyah di Turki.

4. Periode masa-masa raja ditaktor ( Malikan Jabriyyatan ) sampai saat tertentu yang dikehendaki oleh Allah Swt. Periode ini munculnya pengertian Negara modern, akan tetapi format ketatanegaraan sudah berubah, yaitu pemisahan Negara dengan agama sehingga melahirkan Negara-negara sekuler ;

5. Setelah itu akan kembali ke masa Khilafah ala Minhajin Nubuwwah. Kalau kita analisis , maka kita sudah masuk ke masa ini hal ini terbukti dengan lahirnya gerakan gerakan Khilafah seperti Ikhwanul Muslim, Hizbut Tahir, Jamaah Tabliq , dan lain-lain, lahirnya wacana persatuan Islam ( Uni Islam ) yang dilontarkan Presiden Khatami ( Presiden Iran ) dalam kunjungannya ke Malaysia. Presiden Khatami mengusulkan pembentukan sebuah lembaga “

2

Al ChaidardanHerdiSahraad, Negara MadinahRefleksitentang AgamadanPluralisme, Madani Press, Jakarta, 2000, halamani

3DikenaldenganKhalifah Yang Empatyaitu, Abu Bajkar.r.a., Umar bin Khattabra, Utsman bin Affanra,

(10)

Persatuan Islam “ sebagai sebuah kekuatan di dunia, saat bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad4

Berdasarkan hadits diatas maka akan lahir konsep Ekonomi Islam yang salah satu substansinya mengadopsi dari fiqih muammalat yang kemudian di sesuaikan dengan perkembangan Ilmu Hukum.

Landasan akidah, nilai fundamental Islam menjadi landasan dalam berbagai aktivitas termasuk aktivitas ekonomi. Akidah Islam menjadi keyakinan dan sekaligus panduan bagi setiap muslim dalam melangkah sehingga aktivitas duniawi tidak hanya berorientasi untuk berkarya secara materi namun juga memiliki nilai tambah berupa kemenangan dan keuntungan (falaah) di akhirat. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya ;

“ Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan Sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS Ali Imran ayat 57)

Landasan akhlaq, ekonomi Islam merupakan bagian dari manifestasi akhlaq Islam dalam bidang ekonomi. Nilai dan kehormatan pada diri seorang manusia ditentukan oleh kualitas akhlaqnya. Akhlaq dalam Islam merupakan nilai yang strategis dalam eksistensi kehidupan manusia karena akhlaq menyangkut aspek yang multidimensional. Islam mengatur bagaimana akhlaq manusia dengan penciptanya, akhlaq manusia dengan lingkungannya, akhlak manusia dengan sesamanya kesemuanya itu diatur untuk bisa menghadirkan suatu tatanan kehidupan yang lurus dan tertib selaras dengan prinsip dasar ajaran Islam. Akhlaq Islam dalam bidang ekonomi menyangkut semua dimensi dan aktivitas ekonomi sehingga tercapai keselarasan dan kesinambungan (sustainability) pembangunan bagi kesejahteraan umat manusia. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an :

(11)

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS Al-Bayyinah : 7)

Sedangkan Ekonomi Islam menurut M. Umar Chapra5 adalah seorang ahli ekonomi yang mendapat pendidikan S2 (master) di Karachi dan S3 (Ph.D) di Minnesota. Ia memiliki pengalaman mengajar dan meneliti di bidang ekonomi. Tercatat pernah mengajar di Universities of Wisconsin, Plattvile dan Kentucky, Lexington, USA. Selama masa karirnya ia juga pernah bergabung dengan lembaga pendidikan dan penelitian yang terkenal seperti Institute of Development Economic dan Central Institute of Islamic Research, Pakistan. Juga bertindak sebagai Senior Economic Adviser di the Saudi Arabian Monetary Agency. Karya tulisnya yang berkaitan dengan ilmu ekonomi Islam yaitu Toward a just Monetary System mengantarkannya meraih penghargaan yaitu The Islamic Development Bank Award dan The King Faisal International Prize.

Ada Tiga masalah pokok perekonomian yaitu what (apa), How (bagaimana) dan for whom (untuk siapa) menjadi fokus kajian dalam aktivitas ekonomi. Menurut Chapra ketiga pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang ‘sarat nilai’. Interpretasi terhadap ketiga bentuk pertanyaan tersebut sangat dipengaruhi oleh sejauh mana worldview yang dipakai oleh seseorang atau masyarkat. Orientasi kehidupan di dunia ini mengenai hakikat manusia, makna hidup, hak milik, tujuan penggunaan sumberdaya, hubungan antar individu, hubungan antara manusia dan lingkungan dsb dipengaruhi oleh kerangka berfikir seseorang akan kehidupan ini. Dalam hubungannya dengan sistem ekonomi, Chapra memandang ada tiga prinsip dasar Islam yaitu Tauhid, Khilafah dan ‘Al a‘dalah (keadilan) sebagai suatu kerangka yang tidak saja membentuk Islamic Worldview tetapi juga maqasid dan strategi. Tauhid menjadi landasan utama bagi setiap muslim dalam menjalankan setiap aktivitasnya. Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini Allah SWT Tuhan yang Maha Esa. Prinsip Tauhid ini yang kemudian

5

(12)

mendasari pada semua aspek dan pemikiran kehidupan Islam yaitu Khilafah dan ‘Adalah.

Prinsip Khilafah merepresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya. Misi kekhalifahan manusia ini ia mempunyai kebebasan dalam berfikir, memilih, merubah kondisi hidupnya menurut keinginannya. Konsep Khalifah ini mempunyai beberapa implikasi yaitu persaudaraan universal (universal brotherhood), sumberdaya sebagai amanah (resources as a trust), gaya hidup sederhana (humble life style) dan kebebasan manusia (human freedom).Prinsip ‘Adalah menurut Chapra merupakan konsep yang tidak terpisahkan dari dua konsep sebelumnya yaitu Tauhid dan Khilafah, karena prinsip ini merupakan bagian yang integral dengan maqasid al-Syari’ah (tujuan syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Tuhan harus digunakan untuk merefleksikan maqasid al-syari’ah empat diantaranya adalah need fullfilment, respectable source of earning, equitable distribution of income and wealth dan growth and stability.

Abdul Manan6adalah seorang guru besar di Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank, Jeddah. Gelar M.A diperoleh di Bangladesh, M.A in Economics dan Ph.D di Michigan. Abdul Manan termasuk salah satu pemikir ekonomi Islam kontemporer yang cukup menonjol. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya karya tulis yang telah dihasilkan salah satu karya tulisnya adalah Islamic Economics: Theory and Practice yang terbit tahun 1970 dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

6

(13)

Sebagai seorang ilmuwan, ia mengembangkan ekonomi Islam berdasarkan pada beberapa sumber hukum yaitu :

1. Al-Qur’an 2. Sunnah Nabi 3. Ijma’

(14)

BAB II

PENGERTIAN HUKUM EKONOMI ISLAM DAN RUANG LINGKUP HUKUM EKONOMI ISLAM

Sebelum menjelaskan apa yang dimaksud dengan Huklum Ekonomi Islam terlebih dulu , peneliti akan memaparkan apa yang dimaksud dengan pengertian muammalah dan fikih muammalah.

A. PENGERTIAN MUAMMALAH7

Fikih Muammalah terdiri atas dua kata yaitu fiqih dan muammalah. Agar definisi fikih muammalah lebih jelas, terlebih dahulu akan diuraikan sekilas tentang pengertian fikih.

1. Pengertian Fikih.

Menurut terminologi , fikih pada umumnya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah ( ibadah ), yakni sama dengan arti Syariah Islamiyah. Namun perkembangan

selanjutnya, fikih diartikan sebagai bagian dari Syariah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum Syariah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.

2. Pengertian Muammalah.

Menurut terminologi , kata muammalah adalah bentuk masdar dari kata ‘amala saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.

7RachmatSyafe’i ,FiqihMuammalahUntuk IAIN, STAIN, PTAIS, danUmum, PustakaSetia, Bandung,

(15)

3. Pengertian Fikih Muammalah

Pengertian Fikih Muammalah menurut terminologi dapat dibagi menjadi : a. Pengertian Fikih Muammalah dalam Arti Luas

Di antara definisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang definisi fikih muammalah yaitu :

1) Menurut Ad-Dimyati.8

“ Aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi “

2) menurut Muhammad Yusuf Musa.9

“ Peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia. “

Menurut pengertian ini manusia kapanpun dan dimanapun harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktivitas manusia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.

b. Fikih Muammalah dalam arti Sempit

Beberapa definisi fikih muammalah menurut ulama adalah : 1) menurut Hudhari Beik10

“ Muammalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling tukar manfaat.”

2) menurut Idris Ahmad

“ Muammalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang baik.”

Kalau kita telaah secara seksama defines di atas fikih muammalah dalam arti sempit menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan Allah yang telah

8

Ad-Dimyati, IanahAth-Thalibin, Toha Putra Semarang, tanpatahun, halaman 2

9 Abdul Majid, Pokok-PokokFikihMuammalahdanHukumKebendaandalam Islam, IAIN SGD,

Bandung, 1986, halaman 1.

(16)

ditetapkan untuk mengatur antara manusia dengan cara memperoleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan mal ( harta benda).

4. Ruang Lingkup Fikih Mummalah11

Berdasarkan pembagian fikih muammalah di atas ruang lingkup fikih muammalah yaitu :

a. ruang lingkup Muammalah Adabiyah

Hal-hal yang termasuk ruang lingkup fikih muammalah adabiyah adalah ijab Kabul, saling meridoi, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.

b. Ruang Lingkup Muammalah Madaniyah yaitu : 1) jual beli ( al-bai’ at-ijarah ),

2) gadai ( ar Rahan ),

3) jaminan dan tanggungan ( kafalah dan dhaman ), 4) pemindahan hutang ( hiwalah ),

5) pailit ( at Taflis ),

6) batas bertindak ( al-hajru ),

7) perseroan atau perkongsian ( asy syirkah ), 8) perseroan harta dan tenaga ( al-mudharabah ), 9) sewa menyewa tanah ( al musaqah, al mukhabarah ), 10) upah ( ujral al-amal ),

11) gugatan ( asy-syuf’ah ), 12) sayembara ( al-ji’alah ),

11

(17)

13) pembagian kekayaan bersama ( al qismah ), 14) pemberian ( al-hibah ),

15) pembebasan ( al Ibra ), 16) damai ( ash shulhu ),

17) beberapa masalah mu’ashirah seperti bunga bank, asuransi, kredit, dan lainnya.

Jadi dengan demikian ruang lingkup fikih muammalah tediri atas (1) ruang lingkup fikih muammalah adabiyah, dan (2) ruang lingkup fikih muammalah Madaniyah.

B. Pengertian Ekonomi Syariah

H Zainuddin Ali memberikan rumusan Ekonomi syariah adalah ekonomi syariah yang merupakan bagian dari sitem perekonomian syariah, memiliki kareteristik dan nilai-nilai yang bercorak kepada amar ma’ruf nahi mungkar yang berarti mengerjakan yang benar dan meninggalkan yang dilarang12

Sedangkan menurut peraturan perundangan undangan yang dimaksud ekonomi syariah adalah :

a. undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan agama penjelasan pasal 49 huruf I yang dimaksud ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah meliputi :

1) bank syariah 2) asuransi syariah 3) reassuransi syariah 4) reksa dana syariah

5) obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah 6) sekuritas syariah

12

(18)

7) pembiayaan syariah 8) pegadaian syariah

9) dana pension lembaga keuangan syariah 10) bisnis syariah

11) lembaga keuangan mikro syariah

b. Peraturan Mahkamah Agung nomor 2 Tahun 2008.tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dalam Buku I Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum yang dimaksud ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah.

C. KEGIATAN EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM

Kegiatan Ekonomi Islam dalam pandangan islam merupakan tuntunan kehidupan. Di samping itu juga merupakan anjuran yang memiliki dimensi ibadah. Hal itu dapat dilihat dalam firman Allah :

“ sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu ( sumber) penghidupan. Amat

sedikitlah kamu bersyukur.”

(TQS : Surat Al Ar’af ayat 10 )

Perintah untuk melakukan aktivitas yang produktif bagi pemenuhan kehidupan manusia diakhiri dengan kalimat “ apabila kamu telah menunaikan shalat bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah ( al-jum’ah :19).

(19)

Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya, “ Ketahuilah bahwa jika dia

berusaha ( mendapatkan rezeki ) untuk keperluan kedua orang tua atau salah

seorang mereka, maka dia berusaha karena Allah. Jika dia berusaha untuk

mendapatkan rezeki guna kepentingan orang-orang yang berada di bawah tanggung

jawabnya ( seperti anak dan isteri ), dia berusaha karena Allah.Bahkan jika dia

berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dia berusaha karena Allah.

Allah Maha Besar dan Maha Agung.

Bahkan semasa hidupnya Nabi sering memberikan nasihat ekonomi kepada kaum muslimin “ berusahalah untuk mendapatkan perlindungan Allah dan kekafiran, kekurangan, dan kehinaan. “

( hadits riwayat Nasai )

Berdasarkan ungkapan al Qur’an dan Al hadits tersebut jelas menunjukkan bahwa harta ( kekayaan materi ) merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kaum muslimin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa islam tidak menghendaki umatnya hidup dalam ketertinggalan dan keterbelakangan ekonomi, sejalan dengan ungkapan : sesungguhnya kefakiran mendekati kekafiran ( Al Hadits). 1. Pedoman Berdagang ( Berbisnis )13

Pedoman untuk berdagang meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Motivasi Mengutamakan Perdagangan.

Rasulullah SAW memberikan gambaran mengenai posisi perdkagangan dibandingkan dengan usaha-usaha di bidang lain sebagaimana sabdanya :

“ perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada sembilan pintu dari sepuluh pintu rezeki “

Jadi sepuluh pintu rezeki yang diberikan oleh Allah swt sembilan di antarannya ada di dunia perdagangan. Allah membuka sepuluh pintu bagi semua manusia untuk mendapatkan harta. Kalau sembilan pintu di antaranya di buka untuk

13

(20)

dunia perdagangan, satu yang tersisa itu diperebutkan oleh ribuan usaha di bidang lain.

b. Penghargaan Allah Kepada Pelaku Ekonomi.

Bagaimana bentuk penghargaan Allah Swt kepada pedagang ? dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :

“ Pedagang yang jujur dan amanah akan tinggal bersama para nabi, para shiddiq dan para syuhada di hari kiamat. “

( Hadits riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Maksud dari hadits tersebut kelak di akhirat para pedagang yang benar-benar jujur akan mendapat fasilitas dari Allah sebagaimana halnya fasilitas yang diberikan kepada para nabi. Jadi walaupun martabat kenabian itu hanya diberikan Allah kepada orang-orang tertentu serta tidak bisa diwariskan, tetapi tertutup pintu kepada setiap orang selain nabi untuk memperoleh fasilitas yang sama dengan nabi di akhirat, mereka adalah orang-orang yang menjadi pedagang jujur.

Di samping itu hadits ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa dunia perdagangan mengandung resiko-resiko moral yang berat. Karena apa ? Karena jaminan yang akan diperoleh pedagang yang jujur begitu mulia, sehingga derajatnya sama dengan nabi. Melihat jaminan yang akan diperoleh para pedagang yang jujur akan disamakan beratnya dengan nabi, maka resikonya pun dapat dibayangkan sama beratnya seperti apa yang dihadapi oleh para nabi.

c. Jaminan kebebasan Lalu Lintas Dagang

Perdangan itu wajib dibiarkan bebas, tidak boleh dibatasi. Siapapun termasuk pemerintah tidak boleh ikut campur dalam pembatasan kebijaksanaan perdagangan.

Rasulullah SAW bersabda :

“ Biarkan sebagian manusia memberikan rezeki kepada sebagian manusia.” ( hadits diriwayatkan oleh Baihaqi )

(21)
(22)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mengkaji dan mengetahui Prinsip Good Governance dapat di Implementasikan dalam sistem Ekonomi Islam ( Syariah ) dikaitkan dengan Etika Bisnis yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. 2. Untuk mengkaji dan mengetahui Ruang Lingkup Ekonomi Islam yang

telah dilaksanakan di Indonesia dengan adanya perkembangan Ekonomi Islam

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktek sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan untuk bahan pengembangan Kajian Hukum, khususnya yang berkaitan dengan Hukum Ekonomi Islam dan umumnya bagi Hukum Islam di Indonesia. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Negara dan masyarakat yang konsen terhadap pelaksanaan Hukum Islam di Indonesia khusunya para praktisi di bidang ekonomi Islam, baik dalam bidang perbankan syariah , asuransi syariah, gadai syariah dan lain-lain.

(23)

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut : Dalam melakukan penelitian penulis akan mempergunakan metode penelitian dan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian bersifat deskriftif analitis, yaitu peneltian melukiskan fakta-fakta yang berupa data sekunder seperti bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder.

2. Metode Pendekatan

Dalam penelitian akan digunakan metode penelitian dengan pendekatan yuridis normatif 14artinya penelitian dititik beratkan pada penggunaan data sekunder yaitu berupa asas-asas hukum dan norma hukum yang berlaku.

3. Tahap Penelitian.

Tahap penelitian kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh data sekunder berupa :

a. Bahan-bahan hukum primer ( primary source or authorities )15 Seperti peraturan perundang-undangan :

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

14

SoerjonoSoekanto, PengantarPenelitianHukum, UI Press, Jakarta, 1986, halaman 52

(24)

2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara

3) Dan lain-lain

b. bahan-bahan hukum primer , yaitu bahan-bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer serta hasil-hasil penelitian sebelumnya, antara lain disertasi, artikel, opini-opini masyarakat yang dimuat dalam majalah dan media masa cetak lainnya dan lain sebagainya. c. bahan-bahan hukum tersier antara lain berupa Kamus umum Bahasa

Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Bahasa Arab, dan lain sebagainya. 4. Teknik Pengumpulan Data

Terhadap data sekunder dilakukan studi dokemen ( bahan pustaka ) guna mendapatkan landasan teoretis berupa pendapat-pendapat atau tulisan para ahli atau pihak-pihak yang berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam ketentuan formal maupun data melalui naskah resmi.

5. Metode Analisis Data.

Selanjutnya dari data yang diperoleh ,dianalis secara kaulitatif, artinya data tersebut disusun secara sistematis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Data yang diperoleh dalam penelitian ini secara yuridis normatif yang dilakukan dengan memperhatikan tiga hal yaitu :

1) Peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain tidak boleh saling bertentangan ;

2) Memperhatikan hirarkis peraturan perundang-undangan ; 3) Memperhatikan kepastian hukum.

6. Lokasi Penelitian

(25)

BAB V

PENERAPAN ASAS-ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM EKONOMI ISLAM DAN PELAKSANAAN EKONOMI ISLAM DI

INDONESIA

A. Penerapan Asas-asas Good Governance Dalam Ekonomi Islam

Dalam menganalisis penerapan asas-asas good governance dalam ekonomi Islam, peneliti akan mempergunakan 10 kareteristik Good Governance sebagai tolak ukur , untuk kemudian mencoba membandingkannya dengan Etika Bisnis nabi Muhammad SAW.16

Kareteriatik asas-asas Good Governance itu penulis rinci sebagai berikut : a. Participation ( Partisipasi), yang mensyaratkan bahwa setiap warga Negara mempunyai suara dalam menentukan kebijakan Negara, berdasar kebebasan berasosiasi dan berpartisipasi secara konstruktif.

Dalam etika bisnis Nabi Muhammad SAW asas ini tidak disebut secara tegas dalam bentuk asas, akan tetapi hal ini dapat dilihat dari perilaku bisnis nabi. Nabi Muhammad SAW mampu mengelola dan memusatkan keja sama dengan staf bisnisnya secara berkelanjutan, salah satu kebiasaan yang ditunjukkkan nabi adalah pemberian hdiah atas kreativitas dan prestasi yang mereka tunjukkan.

Hakim ibn HIzam: “ Nabi mengirim padanya uang saku satu dinar untuk membeli seekor hewan korban untuknya, ia membeli seekor domba seharga satu dinar,

menjuanya kembali seharga dua dinar, membeli seekor hewan korban

16

(26)

seharga satu dinar, dan membawanya bersama keuntungan satu dinar yang

didapatnya. Nabi memberikan satu dinar tadi sebagai sedekah serta

memohonkan berkah atasnya.”

( HR. Tirmidzi dan Abu Dawud )

Aspek pendelegasian dan kemitraan menjadi salah satu cirri transaksi ekonominya. Abdullah Ibn Umar meriwayatkan bahwa Nabi menyerahkan pepohonan kelapa dan jazirah khaibar kepada orang-orang Yahudi dikota Khaibar

dengan syarat mereka harus memnafaatkan apa yang merek miliki dan ia mandapat

seperdua dari hasilnya ( HR. Tirmidzi ).

b. Rule of Law ( Pengakkan Hukum ), yang menentukan bahwa pemerintah harus berdasarkan hukum bukan berdasrkan kekuasaan belaka.

Asas ini dalam etika bisnis nabi dapat kita lihat dalam prinsip Tauhid. Tauhid rubuhiyyah merupakan keyakinan bahwa semua yang ada di ala mini adalah miliki

dan dikuasai oleh Allah Swt. Tauhid Uluhiyyah menyatakan adanya aturan dari-Nya dalam menjalankan kehidupan. Kedua nilai diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam kegiatan ekonomi, bahwa setiap harta ( asset ) dalam transaksi bisnis hakikatnya milik Allah Swt. Pelaku ekonomi ( manusia ) hanya mendapat amanah dan mengelola ( istikhlaf), dan oleh karenanya seluruh asset dan anasir transaksi harus dikelola sesuai dengan ketentuan pemilik yang hakiki yaitu Allah swt. Kepeloporan Nabi Muhammad SAW dalam meninggalkan praktik riba ( usury-interest ), transaksi fiktif ( gharar ), perjudian dan spekulasi ( masyir ) serta komoditi haram adalah wujud dari keyakinan tauhid ini.

c. Transparansi .

(27)

d. Orientasi pada Konsensus/kesepakatan.

Asas ini dapat diihat dalam etika bisnis nabi. Pada saat beliau menjadi kepala Negara, law enforcement benar-benar ditegakkan kepada para pelaku bisnis nakal. Beliau pula yang memperkenalkan asas “ facta Sun Servanda” yang kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan perjanjian. Di tangan para pihaklah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan transaksi yang dibangun atas dasar saling setuju ( ridha) sebagaimana sabda nabi : “ sesungguhnya transaksi jual beli itu ( wajib ) didasarkan atas saling setuju… “ ( al hadits ).

e. Keadilan (kesetaraan)

Asas ini dalam etika bisnis nabi diwujudkan dalam kehidupan ekonomi. Sungguh dalam segala jenis bisnis yang dijalani Nabi Muhammad SAW, menjadikan nilai adil sebagai standar utama. Kedudukan dan tanggungjawab para pelaku bisnis ia bangun melalui prinsip “ akad yang saling setuju” ia meninggalkan transaksi riba dan memasyaratkan kontrak mudharabah atau kontrak musyarakah (equity participation), karena sistem “ profit sharing and lost sharing system “ ( bagi hasil ) dalam dua transaksi ini dianggap lebih mendekati nilai-nilai “ Adil” dan “ seimbang “

f. Effektivitas dan Effisien

(28)

perjalanan. Dan janganlah kamu mengahmbur-hamburkan hartamu secara bebas .

Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu

bersikap sangat ingkar kepada Tuhannya. )

( TQS: Al-Isra ayat 26-27 ).

Hal ini dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW yang hidupnya sederhana tidak boros, nabi tidur hanya beralaskan tikar dan kadang-kadang banyak puasa dalam kehidupan sehari-harinya.

g. Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawababkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai emegang

kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Nabi Muhammad Saw mewariskan pula pilar tanggungjawab dalam kerangka dasar etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi dengan pertanggungjawaban manusia, setelah menentukan daya pilih antara yang baik dann buruk, harus menjalani konsekuensi logisnya. Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya ( TQS : Al Muddatsir : ayat 38 }

Karena keuniversalannya sifat al-a’dal maka setiap individu harus mempertanggungjawabkan tindakannya. Tak seorangpun dapat lolos dari konsekuensi perbuatan jahatnya.hanya dengan mencari kambing hitam.

Wujud dari etika ini adalah terbangunnya transaksi yang fair dan bertanggungjawab. Nabi menunjukkan integritas yang tinggi dalam memenuhi segenap klausul kontraknya dengan pihak lain seperti dalam hal pelayanan kepada pembeli, pengiriman barang tepat waktu, dan kualitas barang yang dikirim. Di samping itu beliau pun kerap mengaitkan suatu proses ekonomi dengan melarang diperjualbeilakan produk-produk tertentu ( yang dapat merusak masyarakat dan lingkungan )

(29)

Reputasi nabi Muhammad Saw dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh Muhaddits, Abdul Razzaq : ketika mencapai usia dewasa memilih wirausaha. Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi manajer perdagangan para investor ( shohibul mal ) berdasarkan bagi hasil. Seorang investor besar Mekkah Khadijah mengangkatnya menjadi manajer ke pusat perdagangan Habashah di Yaman. Kecakapan sebagai wirausaha telah mendatangkan keuntungan dan tidak satupun jenis bisnis yang ia tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash, dan Bahrain disebelah timur semenanjung Arab. Di antara ratusan pembantu bernama Abdul Qois menemuinya dan menceritakan ada utusan kabilah dari Bharain. Nabi Muhammad SAW menanyakan siapa pemimpinnya, dan dijawab bahwa pemimpin beliau adalah Al_Ashajj. Pada saat bertemu langsung Al-Ashajj ditanya berbagai masalah dan orang-orang yang terkemuka serta kota-kota perdagangan di Bahrain seperti Safa, Mushaqqar, dan Hijar. Pemimpin kabilah tersebut sangat terkejut dan tercegang atas keluasan pengetahuan dan kedalaman pemahaman beliau tentang geografi negerinya. i. Responsif ( daya tanggap )

Dimana proses pelaksanaan kebijakan dan proses pelayanan oleh lembaga-lembaga Negara dan pemerintahan dilaksanakan seefektif mungkin dan seramah mungkin, demi kepentingan masyarakat yang membutuhkan kebijaksanaan dan atau pelayanan tersebut.

(30)

dengannya, maka aku menjanjikan untuk mengantar kepadanya, tetapi aku lupa . ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan menemukan nabi masih berada di sana , Nabi bersabda “ Engkau telah membuat resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu “

( Hadits riwayat Abu Dawud )

Pada posisinya sebagai pembeli, loyalitas dan kesungguhan itu pun ditunjukkan dengan sangat simpatik. Jabir berkata “ Saya sedang melakukan perjalanan dengan menunggang seekor unta yang sudah kelelahan, tetapi nabi lewat dan memukulnya,

unta tadi berjalan lagi. Ini belum pernah ia lakukan sebelumnya. Nabi lalu

bersabada : Jualah unta itu padaku seharga satu uqiyah ( 40 dirham ) saya setuju

tetapi dengan syarat saya boleh mengendarainya sampai ke rumah. Ketika sampai di

Madinah saya serahkan unta tersebut , dan ia membayar kontan. “

j. Pengawasan

Jujur dan amanah itu adalah sifat seorang muslim ,karena hal itu maka pelaksanaan ekonomi Islam merupakan ibadah yang diawasi tidak hanya oleh manusianya itu sendiri tetapi diawasi oleh Allah Swt

B. Ruang Lingkup Ekonomi Islam Yang Telah Dilaksanakan Di Negara Indonesia.

Seperti telah diuraikan di atas begitu luasnya ruang lingkup ekonomi Islam, maka peneliti akan menganalisis ruang lingkup apa saja yang telah diterapkan di Indonesia, Ruang Lingkup tersebut di antaranya :

1. Perbankan Syariah dan BPR Syariah17

Perkembangan kantor Bank Umum Syariah dan jaringan kantor cabangnya secara national menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun, peningkatan jaringan kantor cabang tersebut terjadi pada tahun 1999 di mana tumbuh pada tahun

17

(31)

ini sebesar 144 % dengan 22 jaringan kantor cabang, sedangkan kantor Bank Perkreditan rakyat Syariah hanya berkembang 3 % dengan 79 kantor cabang. Untuk tahun 2000 perkembangan perbankan syariah di Indonesia, khususnya di Jawa Barat mencatat pertumbuhan yang mengembirakan yaitu terjadi penambahan 3 (tiga ) bank umum dengan jaringan kantor menjadi 28 kantor cabang. Dan yang paling penting membanggakan telah lahir bank kantor syariah yang kantor pusatnya berada di Jawa Barat yaitu Bank Jabar Syariah.

Dari sisi total asset perkembangan bank syariah dan BPR Syariah. Perkembangan asset bank umum syariah secara umum mengalami pertumbuhan positif, tahun 1998-1999 mengalami peningkatan sebesar 133% yaitu dari 479 miliar menjadi 1,1 Triliun menjadi 1.3 Triliun.

2. Asuransi Syariah18

Pada tanggal 24 Februari 1994 di Indonesia telah diadakan penandatanganan akta pendirian PT Syarikat Takaful Indonesia.

Menurut siaran pers sebagaimana dikutip oleh Republika bahwa Syarikat Takaful didirikan dengan modal Rp 80 miliar . Sedangkan modal setornya mencari Rp 16 miliar. Dalam Syarikat Takaful tersebut Bank Muammalat Indonesia memegang 15 % saham, sedangkan selebihnya dikuasai oleh PT Karya Abadi Bangsa.

Takaful sebagai asuransi yang bertumpu pada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketkawaan ( wa’taawaanu alal birri wat taqwa ) dan perlindungan ( at-ta’min), menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menangung satu sama lain. Sistem ini dengan meniadakan tiga unsur yang masih dipertanyakan yaitu gharar, maisir, dan riba.

Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka keleluasaan pada asuransi Takaful untuk membuka perwakilan-perwakilan di daerah. Oleh karena itu bermunculanlah kantor-kantor perwakilan di daerah yaitu di Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi,

18

(32)

Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Balikpapan, Ujung Pandang, Palembang, Samarinda, Batam, Banda Aceh dan Kendari.

3. Reksadana Syariah

Reksadana Syariah adalah reksadana yang membatasi diri untuk berinvestasi hanya pada jenis efek yang memberi hasil sesuai dengan syariah Islam dan diterbitkan oleh perusahaan yang dalam operasinya tidak melanggar syariah Islam sementara pemilikan efek dilakukan dengan cermat agar investasi tersebut tidak termasuk kategori gharar. Lembaga ini masih baru yaitu didirikan pada tahun 2001 oleh PT Dana Reksa Investment Management.

4. Multi Level Syariah19

Untuk mengantisipasi trend globalisasi ekonomi dan informasi yang terkadang membawa dampak negatif terhadap umat Islam dan sebagai upaya menghadapi era globalisasi dalam bidang ekonomi, produk asing yang makin deras memasuki wilayah ekonomi umat Islam di Indonesia, maka pada tanggal 10 Sya’ban 1416 atau 1 Januari 1996 telah didirikan sebuah perusahaan dengan sistem Multi Level Marketing Syariah yang diberi nama PT Ahad Net International. Pada tanggal 17 Agustus 1996 diluncurkan produk pertamanya oleh Menko Kersa Azwar Anas yang didampingi Sekretaris ICMI Adi Sasono dan pada tanggal 1 September 1996 dimulai penerimaan mitra niaga, dan penjualan produk telah mulai dilakukan pada tanggal 19 September 1996.

Sebagai sebuah perusahaan multi level marketing syariah tentunya hanya memasarkan produk yang Islami, dengan kata lain dijamin halal dan suci, sehingga tidak ada keraguan bagi umat slam I Indonesia untuk memakai an d mengkonsumsinya.

5. Badan Arbitrase Syariah Nasional

19

(33)

Basyarnas20 merupakan lembaga arbitrase yang berperan menyelesaikan sengketa antara pihak-pihak yang melakukan akad ekonomi syariah , di luar jalur pengadilan , untuk mencapai penyelesaian terbaik ketika upaya musyawarah tidak menghasilkan mufakat. Putusan basyarnas bersifat final dan mengikat. Untuk melakukan eksekusi atas putusan tersebut, penetapan eksekusinya diberikan oleh pengadilan negeri setempat. Sedangkan sengketa ekonomi Islam yang akan diputus selain jalur non litigasi dapat pula dilakukan lewat jalur litigasi yaitu lewat Peradilan Agama21

6. Badan Amil Zakat

Penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam khususnya di Indonesia yang mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu .

Upaya penyempurnaan zakat lebih berhasilguna dan berdayaguna serta dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan adanya beberapa alas an di atas, maka Pemerintah Indonesia pada tahun 1999 mengeluarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat ini dapat diselenggarakan oleh pemerintah dengan membentuk Badan Amil Zakat Nasional, Propinsi, Kota, dan Kabupaten, serta Kecamatan atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah. 22

Pada masa sekarang di Indonesia berkembang lahirnya Zakat Profesi, Konsep Zakat Saham dan Zakat Obligasi.

20SebelumbernamaBasyarnasdikenaldenganBadanArbitraseMuammalat Islam ( BAMUI ), dimana

BAMUI masihdibawahMajelisUlama Indonesia, sedangkanBasyarnassekarangsudahindependen.

21

SetelahUndang-undangNomor 7 Tahun 1989 diamandemendenganUndang-undangNomor 3 Tahun 2006,maka wewenangPeradilan agama bertambah .pengadilan agama

dapatmemutusperkaratentangsengketaekonomi Islam ( lihatpasal 49 )

22

(34)

Zakat Profesi adalah zakat yang dihitung dari seluruh penghasilan yang didapatkan kemudian dikurangi oleh biaya kebutuhan hidup ( pasal 686 ayat 1 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah )

Pengertian Dasar Saham dan Obligasi

Saham merupakan hak kepemilikan terhadap sejumlah tertentu kekayaan suatu perseroan terbatas (PT). Setiap lembar saham memiliki nilai tertentu yang sama. Dan besarnya hak kepemilikan seseorang atas harta perusahaan ditentukan oleh jumlah lembar saham yang dimilikinya

Obligasi adalah kertas berharga yang berisi pengakuan bahwa bank, perusahaan, atau pemerintah berhutang kepada pembawanya sejumlah tertentu dengan bunga tertentu pula.

Baik saham maupun Obligasi, keduanya merupakan kertas berharga yang berlaku dalam transaksi-transaksi perdagangan khusus yang disebut BURSA EFEK.

Cara menghitung zakat Saham dan Obligasi adalah 2.5% (dua setengah persen) atas jumlah terendah dari semua saham/obligasi yang dimiliki selama setahun, setelah dikurangi pinjaman untuk membeli saham/obligasi tersebut (jika ada).

Dalil dan Syarat Wajib zakat Saham dan Obligasi

"Sayidina Ali telah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: Apabila kamu

mempunyai (uang simpanan) 200 dirham dan telah cukup haul (genap setahun),

maka diwajbkan zakatnya 5 dirham. Dan tidak diwajibkan mengeluarkan zakat

(emas) kecuali kamu mempunyai 20 dinar. Dan apabila kamu memiliki 20 dinar dan

(35)

kadarnya jika nilainya bertambah, dan tidak diwajibkan zakat suatu harta kecuali

genap setahun". (HR Abu Daud)

Syarat wajib zakat saham dan obligasi

a) Islam

b) Milik sendiri c) Merdeka d) Cukup e) haul

f) Cukup nisab

7. Baitul Mal Wat Tamwil

Istilah baitul mal wat tamwil sebenarnya berasal dari dua suku kata yaitu baitul mal dan baitul tamwil. Istilah baitul mal berasal dari kata bait dan al mal artinya

bangunan atau rumah. Sedangkan al-mal berarti harta benda atau kekayaan. Jadi secara harfiah berarti rumah harta benda. Namun demikian kata baitul mal bisa diartikan sebagai perbendaharaan ( umum atau negara ). Sedangkan menurut fikih berarti suatu lembaga atau badan yang bertugas mengurusi kekayaan negara terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan, maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain.23

Pada decade tahun 2000-an lahirlah Kelompok Swadaya Masyarakat Baitul Mal Wat Tamwil ( KSM-BMT ) adalah kelompok orang yang menyatakan diri untuk

saling membantu dan bekerja sama membangun sumber pelayanan keuangan guna memdorong dan membangun usaha produktif dan meningkatkan taraf hidup para anggota dan keluarganya.24

Setelah menyimak uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia membawa dampak positif bagi

23

HarunNasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jambatan, Jakarta, 1992, halaman 161.

(36)

pertumbuhan perekonomian nasional di Indonesia terbukti dengan meningkatnya pengerahan dana dari masyarakat yang jumlah assetnya semakin meningkat.

8. Gadai Syariah25

Menurut bahasa gadai ( al-rahn) berarti altsubut dan al-habs yaitu penetapan dan panahanan. Ada pula yang menjelaskan bahwa ar rahn adalah terkurung atau terjerat, sedangkan menurut syara gadai adalah akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna darinya.

9. Pasar Modal Syariah26

Prinsip instrument pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrument syariah di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat , misalnya saham yang berprinsipkan syariah dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang sesuai dengan syariah

10. Obligasi Syariah 27

Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasiional MUI N0. 32/ DSN-MUI/IX/2002 yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil /margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

11. Surat Berharga Syariah Negara

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dalam pasal 1 undang-undang ini yang dimaksud dengan Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat

25

HendiSuhendi, op.cit. halaman 105.

26HeriSudarsono. Bank danLembagaKeuangansyariahEkonisia, Yogyakarta,2004, halaman. 185 27Nurulhudadan Mustafa Edwin Nasution, InvestasipadaPasar Modal Syariah, Predana Media

(37)

berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian peneyertaan terhadap asset SBSN dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

12. Kartu Pembiayaan Berdasarkan Syariah

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasiional MUI 28 yang dimaksud dengan

a. Syariah Charge Card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang kartu (hamil al-bithaqah) sebagai alat bayar atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat tertentu yang harus dibayar

lunas kepada pihak yang memberikan talangan (mushdir al-bithaqah) pada waktu yang telah ditetapkan.

b. Membership Fee (rusum al-'udhwiyah) adalah iuran keanggotaan, termasuk perpanjangan masa keanggotaan dari pemegang kartu sebagai imbalan izin menggunakan fasilitas kartu;

c. Merchant Fee adalah fee yang diambil dari harga objek transaksi atau pelayanan sebagai upah/imbalan (ujrah samsarah), pemasaran (taswiq) dan penagihan (tahsil aldayn);

d. Fee Penarikan Uang Tunai adalah fee atas penggunaan fasilitas untuk penarikan uang tunai (rusum sahb alnuqud)

e. Denda keterlambatan (Late Charge) adalah denda akibat keterlambatan pemba yaran yang akan diakui sebagai dana sosial.

f. Denda karena melampaui pagu (Overlimit Charge) adalah denda yang dikenakan karena melampaui pagu yang diberikan (overlimit charge) tanpa persetujuan penerbit kartu dan akan diakui sebagai dana sosial.

13. Wakaf

Aset wakaf di Indonesia terbilang besar. Menurut data Badan Wakaf Indonesia (BWI), sampai Oktober 2007, jumlah seluruh tanah wakaf di negeri ini sebanyak

28

(38)

366.595 lokasi, dengan luas 2.686.536.565,68 meter persegi. Sayangnya, potensi itu masih belum dimanfaatkan secara optimal. Maka, suatu langkah yang tepat, jika Badan Wakaf Indonesia tahun ini menitikberatkan pada pengelolaan aset-aset wakaf agar bernilai produktif. Ini tercermin dari pernyataan Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia Thalhah Hasan usai bertemu Wakil Presiden Yusuf Kalla, sebagaimana dilansir harian Umum Republika, . mengatakan bahwa Badan Wakaf Indonesia akan mengembangkan wakaf produktif yang hasilnya untuk kesejahteraan umat.

Gagasan ini 29sangat menarik, sebab selama ini pengembangan wakaf di Indonesia bisa dibilang mati suri. Jika dibanding negara-negara mayoritas berpenduduk Islam lain, perwakafan di Indonesia tertinggal jauh. Sebut saja Mesir, Aljazair, Sudan, Kuwait, dan Turki, mereka jauh-jauh hari sudah mengelola wakaf ke arah produktif. Sekadar contoh, di Sudan, Badan Wakaf Sudan mengola aset wakaf yang tidak produktif dengan mendirikan bank. Lembaga keuangan ini digunakan untuk membantu proyek pengembangan wakaf, mendirikan perusahaan bisnis dan industri. Contoh lain, untuk mengembangkan produktifitas aset wakaf, pemerintah Turki mendirikan Waqf Bank and Finance Corporation. Lembaga ini secara khusus untuk memobilisasi sumber wakaf dan membiayai berbagai jenis proyek joint venture.

Bahkan, di negara yang penduduk muslimnya minor, pengembangan wakaf juga tak kalah produktif. Sebut saja Singapura, satu misal. Aset wakaf di Singapura, jika dikruskan, berjumlah S$ 250 juta. Untuk mengelolanya, Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) membuat anak perusahaan bernama Wakaf Real Estate Singapura (WAREES). WAREES merupakan perusahaan kontraktor guna memaksimalkan aset wakaf. Contoh, WAREES mendirikan gedung berlantai 8 di atas tanah wakaf. Pembiayaannya diperoleh dari pinjaman dana Sukuk sebesar S$ 3 juta, yang harus dikembalikan selama lima tahun. Gedung ini disewakan dan penghasilan bersih

29

(39)

mencapai S$ 1.5 juta per tahun. Setelah tiga tahun berjalan, pinjaman pun lunas. Selanjutnya, penghasilan tersebut menjadi milik MUIS yang dialokasikan untuk kesejahteraan umat.

Menarik bukan? Kalau mereka bisa, mengapa negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia ini tak mampu. Masyarakat Islam Indonesia mampu melakukan, bahkan lebih dari itu, jika benar-benar serius menangani soal ini. Apalagi, pengembangan wakaf di Indonesia kini sudah menemukan titik cerahnya, sejak disahkannya UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf dan PP No. 42 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan. Kalau begitu, sekarang tinggal action saja, tak perlu banyak berwacana. Kalau dulu, banyak orang berdiskusi dan berharap adanya lembaga khusus yang menangani perwakafan di Indonesia, kini Badan Wakaf Indonesia disingkat dengan BWI sudah berdiri (sejak tahun 2007). Tinggal bagaimana memaksimalkan lembaga independen30 amanat undang-undang itu. (Bab VI, pasal 7, UU No. 41 tahun 2004).

Untuk bisa mengoptimalakan pengelolaan aset wakaf ke arah produktif, perlu adanya persamaan persepsi atau sudut pandang tentang apa dan bagaimana mengembang perwakafan di Indonesia. Sebab, selama ini pemahaman masyarakat masih berbeda-beda dalam perkara ini. Di samping itu, batu sandungan juga tak jarang melintang di tengah-tengah upaya untuk memajukan perwakafan di Indonesia. Pertama, pemahaman tentang pemanfaatan dan harta benda wakaf. Selama ini, umat Islam masih banyak yang beranggapan bahwa aset wakaf itu hanya boleh digunakan untuk tujuan ibadah saja. Misalnya, pembangunan masjid, komplek kuburan, panti asuhan, dan pendidikan. Padahal, nilai ibadah itu tidak harus berwujud langsung seperti itu. Bisa saja, di atas lahan wakaf dibangun pusat perbelanjaan, yang keuntungannya nanti dialokasikan untuk beasiswa anak-anak yang tidak mampu, layanan kesehatan gratis, atau riset ilmu pengetahuan. Ini juga bagian dari ibadah.

30BerdasarkanUndng-UndangNomor 41 tahun 2004 TentangWakaf BWI adalahlembaga independent

(40)

Selain itu, pemahaman ihwal benda wakaf juga masih sempit. Harta yang bisa diwakafkan masih dipahami sebatas benda tak bergerak, seperti tanah. Padahal wakaf juga bisa berupa benda bergerak, antara lain uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayaan intelektual, dan hak sewa. Ini sebagaimana tercermin dalam Bab II, Pasal 16, UU No. 41 tahun 2004, dan juga sejalan dengan fatwa MUI ihwal bolehnya wakaf uang.

Kedua, jumlah tanah strategis dan kontroversi pengalihan tanah. Jika ditilik jumlah tanah wakaf, memang sangatlah luas. Tapi tak semuanya bisa dikategorikan tanah strategis. Hal ini bisa dicermati dari lokasi dan kondisi tanah. Kalau lokasinya di pedalaman desa dan tanahnya tak subur, secara otomatis, susah untuk diproduktifkan. Karena itu, jalan keluarnya adalah pengalihan tanah atau tukar guling (ruislag) untuk tujuan produktif. Dan ternyata, langkah ini pun berbuah kontroversi.

Memang secara fikih, ada perbedaan pendapat. Imam Syafii berpendapat bahwa tukar guling harta wakaf itu tidak boleh secara mutlak, apapun kondisinya. Sementara sebagian Ulama Syafiiyah (murid-murid imam Syafii) membolehkan, asal digunakan untuk tujuan produktif. Selain itu, Imam Hambali dan Hanafi juga memperbolehkan tukar guling dengan tujuan produktif. Jadi, tukar guling itu hakikatnya diperbolehkan oleh para fuqaha asal untuk tujuan produktif. Apalagi, kini permasalahan ini sudah diatur secara gamblang dalam Bab VI, pasal 49-51, PP No. 42 tahun 2006.

(41)

Keempat, nazhir (pengelola) masih tradisional dan cenderung konsumtif. Meski tidak termasuk rukun wakaf, para ahli fikih mengharuskan wakif (orang yang wakaf) untuk menunjuk nazhir wakaf. Nazhir inilah yang bertugas untuk mengelola harta wakaf. Tapi, sayangnya para nazhir wakaf di Indonesia kebanyakan masih jauh dari harapan. Pemahamannya masih terbilang tradisional dan cenderung bersifat konsumtif (non-produktif). Maka tak heran, jika pemanfaatan harta wakaf kebanyakan digunakan untuk pembangunan masjid dan kuburan. Secara benefit, apa yang bisa dihasilkan dari masjid dan kuburan? Bisa-bisa tidak dapat keuntungan malah rugi untuk biaya perawatan.

Kemudian pada masa sekarang munculnya istilah wakaf alternatif di Indonesia misalnya wakaf Tunai

Wakaf Tunai31

Dalam catatan sejarah Islam , wakaf uang ternyata sudah dipraktekkan sejak awal abad kedua Hijiriyah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Bahwa Imam al-Zuhri salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar kodifikasi hadits ( tadwin al Hadits ) memfatwakan , diajurkannya wakaf uang dinar dan dirham untuk pembangunan sarana dakwah, social dan pendidikan umat islam. Adapun caranya adalah dengan menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. Namun demikian faktor resiko seperti kerugian yang akan mengancam kesinambungan wakaf, perlu dipertimbangkan guna mengantisipasi madharat yang lebih besar.

14. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBI Syariah)

Bank Central dapat menerbitkan instrument moneter berdasarkan prinsip syariah yang berupa Sertifikat Bank Indonesia syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditas bank syariah ( Pasal 600 KHES ). SBI syariah diatur dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ( KHES ) dari pasal 600 sampai dengan pasal 604.

31Depag RI, WakafTunaidalamperspektifHukum Islam, Depag RI DirjenBimbinganMasyarakat Islam

(42)

15. Pembiayaan Rekening Koran Syariah

Pembiayaan Rekening Koran Syariah dilakukan dengan perjanjian untuk perwakilan. Masalah pembiayaan rekening Koran diatur dalam KHES dari pasal 618 sampai dengan pasal 626.

16. Dana Pensiun Syariah.

Jenis dana Pensiun Syariah terdiri atas :

a. Dana Pensiun Pemberi Kerja Syariah dan atau, b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah,

Dana Pensiun Syariah dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah diatur dalam Pasal 627 sampai dengan pasal 674.

17. Lahirnya Berbagai Dasar Hukum Ekonomi Syariah. a) Fatwa DSN Tentang ekonomi Syariah.

Perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia demikian cepat, khususnya perbankan, asuransi, reksadana, pasar modal, pegadaian, leasing, dan lembaga keuangan mikro syariah. Jika pada tahun 1990-an jumlah kantor layanan perbankan syariah masih belasan, maka tahun 2000an, jumlah kantor pelayanan lembaga keuangan syariah itu melebihi enam ratusan yang tersebar di seluruh Indonesia ditambah ribuan office channeling atau layanan syare di seluruh kantor pos di Indonesia. Asset perbankan syari’ah ketika itu hanya ratusan milyard, saat ini assetnya lebih dari Rp 41 triliun. Lembaga asuransi syariah pada tahun 1994 hanya dua buah yakni Asuransi Takaful Keluarga dan Takaful Umum, kini telah berjumlah 47an lembaga asuransi syariah.

(43)

membutuhkan fatwa-fatwa syariah dari lembaga ulama (MUI) berkaitan dengan praktek dan produk di lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut.

Perkembangan lembaga keuangan syariah yang demikian cepat harus diimbangi dengan fatwa-fatwa hukum syari’ah yang valid dan akurat, agar seluruh produknya memiliki landasan yang kuat secara syari’ah. Untuk itulah Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dilahirkan pada tahun 1999 sebagai bagian dari Majlis Ulama Indonesia.

DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mempunyai fungsi melaksanakan tugas-tugas MUI dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga keuangan syariah. Salah satu tugas pokok DSN adalah mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam (Syari`ah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di lembaga keuangan syari`ah. Melalui Dewan Pengawas Syari`ah melakukan pengawasan terhadap penerapan prinsip syari`ah dalam sistem dan manajemen lembaga keuangan syari`ah (LKS).

Kedudukan Fatwa

Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat. Bahkan umat Islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab posisi fatwa di kalangan masyarakat umum, laksana dalil di kalangan para mujtahid (Al-Fatwa fi Haqqil ’Ami kal Adillah fi Haqqil Mujtahid). Artinya, Kedudukan fatwa bagi orang kebanyakan, seperti dalil bagi mujtahid.

(44)

menyuguhkan model pengembangan bahkan pembaharuan fiqh muamalah maliyah. (fiqh ekonomi)

Secara fungsional, fatwa memiliki fungsi tabyin dan tawjih. Tabyin artinya menjelaskan hukum yang merupakan regulasi praksis bagi lembaga keuangan, khususnya yang diminta praktisi ekonomi syariah ke DSN dan taujih, yakni memberikan guidance (petunjuk) serta pencerahan kepada masyarakat luas tentang norma ekonomi syari’ah.

Memang dalam kajian ushul fiqh, kedudukan fatwa hanya mengikat bagi orang yang meminta fatwa dan yang memberi fatwa. Namun dalam konteks ini, teori itu tidak sepenuhnya bisa diterima, karena konteks, sifat, dan karakter fatwa saat ini telah berkembang dan berbeda dengan fatwa klasik. Teori lama tentang fatwa harus direformasi dan diperpaharui sesuai dengan perkembangan dan proses terbentuknya fatwa. Maka teori fatwa hanya mengikat mustaft (orang yang minta fatwa) tidak relevan untuk fatwa DSN. Fatwa ekonomi syariah DSN saat ini tidak hanya mengikat bagi praktisi lembaga ekonomi syariah, tetapi juga bagi masyarakat Islam Indonesia, apalagi fatwa-fatwa itu kini telah dipositivisasi melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI). Bahkan DPR baru-baru ini, telah mengamandemen UU No 7/1989 tentang Perdilan Agama yang secara tegas memasukkan masalah ekonomi syariah sebagai wewenang Peradilan Agama.

(45)

Fatwa dalam definisi klasik bersifat opsional ”ikhtiyariah” (pilihan yang tidak mengikat secara legal, meskipun mengikat secara moral bagi mustafti (pihak yang meminta fatwa), sedang bagi selain mustafti bersifat ”i’lamiyah” atau informatif yang lebih dari sekedar wacana. Mereka terbuka untuk mengambil fatwa yang sama atau meminta fatwa kepada mufti/seorang ahli yang lain.Jika ada lebih dari satu fatwa mengenai satu masalah yang sama maka ummat boleh memilih mana yang lebih memberikan qana’ah (penerimaan/kepuasan) secara argumentatif atau secara batin. Sifat fatwa yang demikian membedakannya dari suatu putusan peradilan (qadha) yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi para pihak yang berperkara. Namun, keberadaan fatwa ekonomi syari’ah yang dikeluarkan DSN di zaman kontemporer ini, berbeda dengan proses fatwa di zaman klasik yang cendrung individual atau lembaga parsial. Otoritas fatwa tentang ekonomi syari’ah di Indonesia, berada dibawah Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama Indonesia. Komposisi anggota plenonya terdiri dari para ahli syari’ah an d ahli ekonomi/keuangan yang mempunyai wawasan syari’ah. Dalam membahas masalah-masalah yang hendak dikeluarkan fatwanya, Dewan Syari’ah Nasional (DSN) melibatkan pula lembaga mitra seperti Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Biro Syari’ah dari Bank Indonesia. Fatwa dengan definisi klasik mengalami pengembangan dan penguatan posisi dalam fatwa kontemporer yang melembaga dan kolektif di Indonesia. Baik yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI untuk masalah keagamaan dan kemasyarakatan secara umum, maupun yang dikeluarkan oleh DSN MUI untuk fatwa tentang masalah ekonomi syari’ah khususnya Lembaga Ekonomi Syari’ah. Fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI menjadi rujukan yang berlaku umum

Referensi

Dokumen terkait

yaitu planning, acting, observing, dan reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah siswa kelas IV SD Negeri No.16 Sungai Putih Kecamatan Bayang dengan jumlah

Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan serta diuji menggunakan uji jarak Duncant

Teori fiqih menjelaskan bahwa darah nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan wanita (farji) karena melahirkan, meskipun anak yang dilahirkan mengalami keguguran.Dalam

Faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama dengan faktor- faktor lainnya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur, serta tingkat kematian

dan setelah pengomposan terdapat adanya perbedaan temperatur antara kontrol dengan perlakuan. Hasil analisis temperatur kompos disajikan pada Gambar 1. Temperatur

[r]

Dalam pelaksanaan praktik mengajar, secara langsung praktikan dibimbing Bapak Marsudi,ST untuk mengampu mata pelajaran Teknik Listrik pada kelas X AV 1 dan kelas X AV 2.

Perancangan Media Promosi Online "Harapan Indah Florist" Tidak Disetujui Perancangan Interaktif Permainan Anak Tempo Doeloe Tidak Disetujui Proposal Pembuatan Ulang Katalog