i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS III SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh:
Restu Galih Agung Samekta
091134112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Allah SWT yang tidak henti-hentinya memberikan perlindungan
dan anugerahNya selama hidupku.
Kedua orang tuaku Bpk. Totok Wasana dan Ibu Sunaryati
senantiasa memberikan dukungan moral dan materiil kepadaku
serta do’a yang tak pernah putus untuk kesuksesanku dan
kelancaran hidupku.
Kedua adikku Rangga dan Rijal yang selalu mendukungku.
Sahabat terdekatku Ferawaty Sulistyaningrum selalu
menemaniku, membantuku dan penyemangatiku.
Bapak ibu dosen yang membimbingku untuk menjadi calon
pendidik yang baik.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku
menjadi calon pendidik yang berkualitas.
MOTTO
Kesalahan bukan untuk kita tutupi, tetapi perlu kita akui dan
segera meminta maaf dan berusaha tidak menggulangi.
Jujurlah pada diri sendiri maka orang lain akan mempercayai kita.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 05 Juni 2013 Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Restu Galih Agung Samekta
NIM : 091134112
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 05 Juni 2013 Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL
Restu Galih Agung Samekta Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1 menggunakan pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2012/2013. Peningkatan siswa dapat dilihat dari kenaikan rata-rata keaktifan dan nilai siswa dan juga persentase siswa yang mencapai KKM. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1 pada tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 siswa. Objek penelitian adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Penelitian ini dilaksanakan dalam satu siklus yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan tes di akhir siklus. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal keaktifan siswa sebelum dilakukan tindakan menggunakan pendekatan kontekstual. Pada indikator siswa bertanya kepada guru atau bertanya dengan teman tentang materi pembelajaran IPA pada kegiatan belajar berlangsung, pada kondisi awal memiliki rata-rata kumulatif 1,2 dan menjadi 1,9 mengalami peningkatan 58% dari kondisi awal, indikator siswa yang mengemukakan pendapat saat proses pembelajaran memiliki rata-rata komulatif 1,7 dan menjadi 2,4 mengalami peningkatan 41 % dari kondisi awal, indikator siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam proses pembelajaran IPA memiliki rata-rata komulatif 1,8 dan menjadi 2,8 mengalami peningkatan 55% dari kondisi awal. Prestasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan menggunakan pendekatan kontekstual, nilai rata-rata siswa kelas III tahun pelajaran 2012/2013 adalah 64,7 dan persentase yang mencapai KKM yaitu 40%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 80,4 dan persentase siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 85%. Peneliti tidak melanjutkan ke siklus berikutnya, karena sudah mencapai target yang di tentukan oleh peneliti bersama guru kelas. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas III, guru diharapkan untuk selalu berinovasi dalam pembelajaran. Banyak metode, pendekatan dan model yang bisa digunakan salah satunya dengan pendekatan kontekstual.
viii
ABSTRACT
IMPROVING STUDENTS’ ACTIVENESS AND ACHIEVEMENT IN LEARNING SCIENCE OF THIRD GRADER OF SD PLAOSAN I
USING THE CONTEXTUAL APPROACH
Restu Galih Agung Samekta Sanata Dharma University
2013
This study aims to determine the increasing activity and the science achievement for the third grade students of SD Negeri Plaosan 1 using the contextual approach year 2012/ 2013. The students’ improvment can be seen by students’ average improvment of their activeness and scores and also the persentage of the students who achievethe KKM. The research methodology used in this research is a classroom action research (CAR). The research subject is the of this research IIIrd students’ of SD Negeri Plaosan 1 2012/ 2013 academic year in the total number of 20 students. The research objects is the increasing of the students’ activities and the achievement on the science field. This study was conducted in a single cycle consisting of planning, implementation, observation and the reflex. The Data collection techniques in this study are obtained by the obervation during the learning process and test at the end of the session. The Data obtained were analyzed by descriptive qualitative .
The results showed that the preliminary data on average student activeness prior to the act of using contextual approach. On indicators the students ask the teacher or ask their friend about the science it has when the learning activities take place in the early conditions it has the average cumulation from 1,2 became 1,9 it increase 58 % from the early condition, The students indicator that express during the learning process have the average cumulation from 1,7 became 2,4 it increase 41% from the early condition.The student indicator which student did the task given by teacher during the science learning process have the average cumulation from 1,8 became 2,8 it increase 55% from the early condition. Before the researcher use contextual approach, the students’ achievement in 2012/2013 academic year is 64,7 for the average score af the IIIrd grade students and the persentage who reach the KKM is 40 %. After the action of the first cycle, the average grade increasing became 80,4 and the percentage that reach the KKM increasing 85%. The researchers did not continue to the next cycle, because it has reached the determanition by the researcher with the class teacher.
Based on the result using the contextual approach in the effort of increasing students’ activeness and achievement in science subject for the III grader, teachers are expected to constantly innovate in learning. Many methods, approach and models that can be used with contextual approach.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. E. Catur Rismiati, S. Pd., M.A. Ed. D., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Wahyu Wido Sari, S.Si., M. Biotech selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang sangat berguna selama penelitian ini.
5. Sumarjoko, S.Ag., selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Plaosan 1, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas III SD Negeri Plaosan 1.
6. Patrisia Betris Yan A, S. Pd., selaku guru kelas kelas III SD Negeri Plaosan 1, yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi peneliti.
7. Siswa-siswi kelas III SD Negeri Plaosan 1, yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
x
9. Teman-teman PPL Laily, Uswatun, Wahyu dan Arifin, yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.
10. Teman-teman angkatan 2009 kelas VIII C Dimas, Eko, Dwi, Endah, Risti, Vita, Dian, M. Tyas dll, terimakasih atas dukungan yang diberikan.
11. Teman-teman bimbingan skripsi Novi, Eka, Endah, Puji, Handoko, Prima, Vivin, Dien dll, terima kasih atas dukungan yang diberikan.
12. Teman terdekat saya Ferawaty Sulistyaningrum, Arifin Septyanto Nugroho, Rina Setyowati, terimakasih atas dukungannya.
13. Teman-teman angkatan 2009 kelas VIII C, terima kasih atas dukungan yang diberikan.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan peneliti lain.
Yogyakarta, 05 Juni 2013 Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
1.4 Tujuan Penelitian ... 9
1.5 Definisi Operasional ... 9
1.6 Manfaat Penelitian ... 10
2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 12
2.1.1 Keaktifan belajar ... 12
2.1.2 Prestasi Belajar ... 16
2.1.3 Pendekatan Kontekstual ... 24
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 30
2.1.5 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 32
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 39
xii
2.4 Hipotesis Tindakan ... 45
3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 47
3.2 Setting Penelitian (berisi tempat, subjek, objek, dan waktu penelitian) ... 49
3.3 Rencana Tindakan ... 51
3.3.1 Persiapan ... 51
3.3.2 Pelaksanaan ... 52
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 54
3.5 Instrumen Penelitian ... 56
3.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ... 61
3.7 Teknik Analisis Data ... 73
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 77
4.2 Pembahasan ... 97
5. KESIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN 5.1 Kesimpulan ... 106
5.2 Saran ... 107
5.3 Keterbatasan ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 109
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator Keaktifan ... 15
Tabel 2 Jenis Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi ... 23
Tabel 3 Jadwal Penelitian ... 50
Tabel 4 Lembar Observasi Keaktifan ... 58
Tabel 5 Kisi-kisi soal ... 60
Tabel 6 Hasil validitas Silabus ... 64
Tabel 7 Hasil validitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 66
Tabel 8 Perhitungan Validitas Soal ... 68
Tabel 9 Kualifikasi IK ... 70
Tabel 10 Taraf Kesukaran Item Soal yang Valid ... 72
Tabel 11 Kriteria Reliabilitas ... 73
Tabel 12 Hasil penghitungan Reliabilitas... 73
Tabel 13 Kriteria Keberhasilan Keaktifan Siswa ... 75
Tabel 14 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 76
Tabel 15 Hasil Observasi pertemuan 1 ... 88
Tabel 16 Hasil Observasi pertemuan 2 ... 89
Tabel 17 Hasil Observasi pertemuan 3 ... 90
Tabel 18 Hasil Observasi pertemuan 4 ... 91
Tabel 19 Jumlah Hasil Observasi Siklus1 ... 93
Tabel 20 Hasil Evaluasi ... 95
Tabel 21 Peningkatan Keaktifan Siswa ... 99
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Model penelitian Kurt Lewin ... 35
Gambar 2.Model penelitian Kemmis dan Taggart jenis spiral ... 36
Gambar 3.Model penelitian John Elliot ... 37
Gambar 4.Model penelitian Hopkins ... 38
Gambar 5.Model penelitian Dave Ebbutt ... 38
Gambar 6.Model penelitian Dave Ebbutt ... 43
Gambar 7.Model penelitian Dave Ebbutt ... 44
Gambar 8. Model spiral menurut Kemmis dan Taggart... 48
Gambar 9. Grafik keaktifan siswa ... 94
Gambar 10. Persentase lulus KKM ... 96
Gambar 11. Rata-rata kelas ... 96
Gambar 12. Hasil Evaluasi Siswa 1 ... 102
Gambar 13. Lanjutan Evaluasi Siswa 1 ... 103
Gambar 14. Hasil Evaluasi Siswa 2 ... 104
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat ijin sebelum dan sesudah penelitian ... 113
Lampiran 2. Perangkat pembelajaran sebelum divaliditas ... 115
Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Perangkat Pembelajaran ... 148
Lampiran 4. Perangkat pembelajaran setelah validitas ... 160
Lampiran 5. Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 193
Lampiran 6. Hasil lembar observasi ... 213
Lampiran 7. Hasil Belajar Siswa ... 221
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini memuat latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia dan dirasakan penting bagi kehidupan manusia. Begitu pentingnya pendidikan, maka Indonesia mengatur secara khusus perihal pendidikan ini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003. Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk kita kritisi dari konsep pendidikan berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003. Pertama, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Ketiga, pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak didik, sehingga dalam proses pendidikan harus berorientasi pada siswa (student active learning). Keempat, akhir dari proses pendidikan agar siswa memiliki kemampuan spritual kecerdasan dan ketrampilan yang diperlukan untuk diri sendiri, masyarakat dan negara (Sanjaya, 2012: 3).
pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Sanjaya (2012:1) menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Daryanto & Raharjo (2012: 1) menjelasakan bahwa kenyataan di sekolah-sekolah sering kali guru yang aktif sehingga murid-murid tidak diberi kesempatan untuk aktif. Tidak jauh berbeda, Uno & Mohammad (2012: 75) juga menjelasakan kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru yaitu bercerita dan berceramah. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah. Disamping itu, media jarang digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi kering dan kurang bermakna.
bahwa keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung pada beberapa aspek. Salah satu aspek yang mempengaruhi adalah bagaimana cara guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal serupa juga dikemukakan oleh Sanjaya (2012: 13) bahwa komponen yang sangat mempengaruhi pendidikan adalah guru, sebab guru adalah ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Peranan seorang guru begitu penting untuk mengelola pembelajaran di kelas dalam menentukan keberhasilan pendidikan.
Pendidikan sekolah dasar, menurut Mikarsa & Taufik dan Prianto (2007:1.13) merupakan bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional. Tujuan pendidikan di Sekolah Dasar mencakup pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai tingkat perkembangan siswa. Dahar (dalam Agustiana & Tika, 2013: 274) menjelaskan bahwa masa usia sekolah dasar merupakan tahap yang penting bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Perkembangan kognitif siswa SD masih dalam tahapan operasi konkrit. Pada tahap operasi konkrit, siswa mampu berpikir logis melalui objek-objek konkrit, dan merupakan permulaan berpikir rasional. Kegiatan belajar dan berpikir anak pada tahap operasi konkrit sebagian besar melalui pengalaman nyata yang berawal dari proses interaksi dan bukan dengan lambang, gagasan atau abtraksi.
pembelajaran IPA menjadi bermakna dan pada akhirnya menjadi proses IPA menyenangkan. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan aktif yang dilakukan siswa untuk membangun pengetahuan dan aktif mencari pengetahuan kemudian mengkonstruksi pengetahuan tersebut dalam pikirannya. Pembelajaran konstruktivis terpusat pada siswa (student centre intruction), siswa sudah membawa pengetahuan dari awal dan tugas guru membantu agar siswa mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan kebutuhan dan situasi siswa. Sejalan dengan hal itu, Uno & Mohammad (2012: 75) menjelaskan bahwa selama proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, semestinya menciptakan suasana siswa yang benar-benar berperan aktif dalam proses pembelajaran.
1,7. Indikator yang ketiga, mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam proses pembelajaran IPA memiliki rata-rata komulatif 1,8.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III, yang dilakukan pada tanggal 8 Januari 2013. Diperoleh informasi kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 memiliki kriteria ketuntasan minimal 67. Siswa bisa dikatakan mencapai KKM, jika nilainya mencapai 67 atau lebih. Pada tahun pelajaran 2011/2012 siswa yang mencapai KKM ada 6 siswa (35, 2% ) dari 17 siswa, sedangkan 11 siswa (64,7 %) belum mencapai KKM dan nilai rata-rata kelas 66,5. Dari hasil ujian tengah semester pada mata pelajaran IPA kelas III, semester ganjil pada tahun 2012/2013 siswa yang mencapai KKM ada 8 siswa (40 %) dari 20 siswa, sedangkan 12 siswa (60 %) belum mencapai KKM dan nilai rata-rata kelas 64,7 dengan rentangan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 54. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas, dapat disimpulkan keaktifan siswa kelas III pada mata pelajaran IPA relatif rendah dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Zaini & Munthe dan Aryani (2008: xiv) ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan.
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang inovatif antara lain pendekatan kontekstual dan pembelajaran kooperatif. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Sanatowa (2010:2) menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan dan memenuhi pendidikan IPA, perlu pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPA antara lain: pendekatan lingkungan, pendekatan ketrampilan proses, pendekatan inquiry, dan pendekatan terpadu.
(Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Autentic Assessment).
Lebih lanjut lagi Rusman (2012: 193-198), menjelaskan bahwa penggunaan teknik bertanya dalam pendekatan kontekstual bertujuan untuk menggali informasi dari siswa atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Selanjutnya pendekatan kontekstual pada komponen konstruktivisme dan inkuiri mendorong peserta didik untuk belajar menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Pada komponen masyarakat belajar siswa dapat bekerja sama, berdiskusi danbertukar pendapat, dengan demikian, tujuh komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual akan membantu siswa aktif menemukan sendiri konsep yang akan dipelajarinya, belajar untuk aktif bekerjasama dalam proses pembelajaran, terlebih lagi dapat mengaitkan konsep pengetahuannya dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012, dengan menggunakan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan keaktifan dan presatasi belajar IPA. Seperti yang dikemukakan Johnson (dalam Rusman, 2012: 187) pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Pembelajaran kontekstual cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis, dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pendekatan kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa dapat menerapkan dalam kehidupan mereka
Berdasarkan kondisi pembelajaran di kelas III di SD Negeri Plaosan 1, maka dilakukan upaya dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Untuk itu, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dan mengambil judul “ Peningkatan Keaktifan dan
Prestasi belajar IPA Siswa Kelas III SD Negeri Plaosan 1 Menggunakan
Pendekatan Kontekstual”.
1.2 Batasan Masalah
1.3RumusanMasalah
1.3.1 Bagaimana pendekatan kontekstual dilaksanakan dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA kelas III di SD Negeri Plaosan 1 tahun ajaran 2012/2013?
1.3.2 Bagaimana pendekatan kontekstual dilaksanakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas III di SD Negeri Plaosan 1 tahun ajaran 2012/2013?
1.4Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Untuk mengetahui bagaimana pendekatan kontekstual dilaksanakan dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA kelas III di SD Negeri Plaosan 1 tahun ajaran 2012/2013.
1.4.2 Untuk mengetahui bagaimana pendekatan kontekstual dilaksanakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas III di SD Negeri Plaosan 1 tahun ajaran 2012/2013.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Keaktifan belajar adalah keterlibatan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. 1.5.2 Prestasi belajar adalah bukti penguasaan pengetahuan seseorang dalam mata
1.5.3 Pembelajaran kontekstual adalah adalah konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
1.5.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam.
1.5.5 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif melalui tindakan-tinndakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas profesional.
1.6 Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah disampaikan adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.6.1 Bagi Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman dalam melakukan PTK khususnya menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas III di SD Negeri Plaosan 1 tahun pelajaran 2012/2013.
1.6.2 Bagi Pihak Sekolah
mata pelajaran IPA pada siswa kelas III di SD Negeri Plaosan 1 tahun pelajaran 2012/2013.
1.6.3 Bagi Guru
Memberikan inspirasi bagi guru-guru SD untuk melakukan PTK khususnya menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
1.6.4 Bagi Siswa
Bagi siswa, hasil penelitian menggunakan pendekatan kontektual ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Siswa dapat belajar dengan benda yang dijumpai sehari-hari, sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna.
1.6.5 Bagi Program Studi
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian ini landasan teori ini akan membahas beberapa landasan teori terkait dengan penelitian. landasan ini dibagi menjadi 4 bagian: kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan hipotesis tindakan.
2.1Kajian Pustaka
Pada bagian kajian pustaka ini akan membahas tentang keaktifan, belajar, prestasi belajar, pembelajaran kontekstual, IPA, Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2.1.1 Keaktifan Belajar
2.1.1.1 Pengertian Keaktifan dalam Proses Pembelajaran
Dimyati & Mujiono (2010:51) mengimplikasikan keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:19) aktif dapat berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai keadaan siswa dapat aktif. Usman (2011:23) menjelaskan secara harfiah pembelajaran aktif diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor.
Siregar & Nara (2011: 97) menjelasakan bahwa belajar aktif merupakan perkembangan dari teori belajar yang menyatakan, bahwa belajar yang efektif itu adalah dengan mengerjakan, bukan menghafalkan. Aktif dimaksudkan dalam proses pembelajaran yakni, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat. Sedangkan menurut Gora & Sunarto (2010:12) menjelaskan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan menyimpulkannya kemudian diterapkan) dengan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pembelajaran aktif menurut Zaini & Munthe dan Ariyani (2008: xiv) suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang keaktifan, dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu kegiatan yang berwujud perilaku-perilaku agar siswa aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran aktif, menekankan pada keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor. Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, memganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
2.1.1.2 Indikator keaktifan
pemecahan masalah; bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah; melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh, melatih diri dalam memecahkan masalah, serta menggunakan kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolahnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Beberapa ciri dari pembelajaran aktif dalam panduan pembelajaran model ALIS (Active Learning in School) dalam Uno & Mohammad (2012: 75-76) antara lain: pembelajaran berpusat pada siswa; pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata; pembelajaran mendorong anak berpikir tingkat tinggi; pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda; pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru); pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar; pembelajaran berpusat pada anak; penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar; guru memantau proses belajar siswa; guru memberi umpan balik terhadap hasil kerja anak. Uno & Mohammad (2012: 77) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran adalah siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat dan mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang ciri-ciri keaktifan siswa, maka peneliti bersama kelompok studi berdiskusi tentang indikator keaktifan yang digunakan untuk mengukur keaktifan siswa dalam pembelajaran dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1: Indikator Keaktifan
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Berdasarkan pada Tabel 1, indikator keaktifan yang pertama diuraikan menjadi tiga aspek yaitu bertanya kepada guru bila tidak memahami persoalan, bertanya kepada siswa lain bila tidak memahami persoalan, serta terlibat dalam proses tanya jawab yang diajukan guru tentang materi pelajaran berlangsung. Indikator yang kedua diuraikan menjadi dua aspek yaitu mengemukakan gagasan secara spontan, dan melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru. Indikator keaktifan yang ketiga diuraikan menjadi dua aspek yaitu turut serta dalam mengerjakan tugas dan mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan.
2.1.2 Prestasi Belajar
2.1.2.1 Pengertian Belajar
Pendapat lain tentang definsi belajar dikemukakan Hamalik (2011:154) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Mulyasa (2006:189) menjelaskan belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Beberapa ahli pendidikan mengemukakan tentang belajar, seperti yang dinyatakan Skiner (dalam Syah, 2012: 64) belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progersif. Chaplin (dalam Syah, 2012: 65) mengatakan bahwa belajar adalah proses perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihaan dan pengalaman. Wittig (dalam Syah, 2012: 65) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.1.2.2 Ciri-ciri perilaku belajar
Syah (2011:114) menyebutkan bahwa setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah: perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam proses belajar berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Perubahan positif dan aktif adalah perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha siswa sendiri. Perubahan efektif dan fungsional adalah perubahan yang timbul karena proses belajar secara efektif, sehingga membawa perubahan dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan belajar bersifat fungsional adalah belajar yang relatif menetap dan siap bila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
2.1.2.3 Pengertian Prestasi
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam
2.1.2.4 Pengertian Prestasi Belajar
Mulyasa (2006:190) menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik intenal maupun ekternal. Lanawati (dalam Akbar & Hawadi, 2006:168) prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan belajar siswa sesuai dengan tujuan intruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa. Menurut Olivia (2011:75) prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan yang di tetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Salah satu tes dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar.
Purwanto (dalam Hapsari, 2005:75) menyebutkan prestasi belajar adalah hasil-hasil belajar yang telah diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka tertentu. Tidak jauh berbeda, Ahmadi (dalam Hapsari, 2005:75) juga berpendapat bahwa prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan atau mencapai tujuan. Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar semakin peting dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama antara lain: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasaan hasrat ingiin tahu. Para ahli
dorongan bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagia indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern adalah tingkat rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena perserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang definisi prestasi belajar, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa yang diperoleh dari interaksi internal maupun ekternal terhadap tujuan yang di tetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa diperlukan evaluasi belajar.
2.1.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
terlibat dalam pembelajaran dan berpengaruh pada prestasi belajar, adalah masukan mentah (raw input), menunjukkan pada karakteristk individu yang mungkin dapat mempermudah atau justru menghambat proses pembelajaran. Masukan instrumental, menunjukkan pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program dan masukan lingkungan masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.
Sependapat dengan Mulyasa, Slameto (2010: 54-72) juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: Faktor internal dan Faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, seperti jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor dari luar individ seperti faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
2.1.2.6 Indikator Prestasi Belajar
Tabel 2: Jenis Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi
A. Ranah Cipta
2. Dapat menunjukkan kembali
1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan
2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
1. Tes lisan 2. Tes tertulis
4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara
2. Dapat mengklasifikasikan/ memilah-milah
3. Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
B. Ranah Rasa (afektif) 1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak
1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi
2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan
4. Internalisasi (pendalaman) 1. Mengakui dan menyakini 2. Mengikari
2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
1. Keterampilan bergerak dan bertindak
1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya
1. Observasi 2. Tes tindakan
2.1.3 Pendekatan Kontekstual
2.1.3.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual
Sanjaya (2012:255) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Yudhawati & Haryanto (2011: 51), pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sependapat dengan Yudhawati & Haryanto, menurut Komalasari (2011: 6) pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.
“ Contextual teaching and learning enables student to connect the content of
academic subject with the immediate context of their daily lives to discover
meaning. It enlarge their personal context furthermore, by providing students
with fresh experience that simulate the brain to make new connection and
consecuently, to discover new meaning”.
Sementara itu Howey R, Keneth (dalam Rusmawan, 2010:190) mendefinisikan CTL sebagai berikut.
“ contekstual teaching is teaching that enables learing in wich student
employ their academic understanding and abilities in a veriety of in-and out
of school context to solve simulated or real world problem, both alone and
with othes” .
Berdasarkan definisi tentang kontekstual dari beberapa ahli, Suyono & Hariyanto (2011:18) menjelaskan bahwa jika ditarik dari awal sesuai dengan filosofinya ada kontinuitas yang dimulai dari pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran (metode mengajar), teknik pembelajaran dan model pembelajaran. Namun perlu dipahami bahwa dalam berbagai sumber, istilah tersebut sering dipertukarkan bahkan dimaknai sama. Hal ini juga berlaku pada pembelajaarn kontekstual, Sanjaya menjelaskan bahwa kontekstual merupakan strategi, Nurhadi menjelaskan bahwa kontekstual merupakan strategi, Rusman menjelaskan bahwa kontekstual merupakan model pembelajaran dan Yudhawati & Haryanto menjelaskan bahwa kontekstual merupakan pendekatan.
antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata serta menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan situasi kehidupan nyata.
2.1.3.2 Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memilki beberapa karakteristik yang khas yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran lainnya (Komalasari, 2011: 7). Setiap pendekatan pembelajaran, memiliki kesamaan juga ada perbedaa tertentu. Hal ini karena setiap pendekatan memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada perbedaan dalam membuat (skenario) yang disesuaikan dengan pendekatan yang akan diterapkan (Rusman, 2012:193). Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang dikembangkan yaitu:
2.1.3.2.1 Konstruktivisme (Contructivism)
Sanjaya (2012: 264) menjelaskan bahwa konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam sruktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu berasal dari dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintepretasi objek tersebut.
Manusia perlu mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Pembelajaran kontekstual menekankan pentingnya siswa membangun diri sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar lebih diwarnai student centre daripada teacher centre.
2.1.3.2.2 Inkuiri (Inquiry)
2.1.3.2.3 Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan informasi sendiri. Peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajari (Sanjaya, 2012: 266).
Trianto (2011: 115) berpendapat pengetahuan yang dimiliki sesorang, selalu
bermula dari ‘bertanya’. Bertanya bagi siswa merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasisis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketaahuinya.
2.1.3.2.4 Masyarakat Belajar (Learning Community)
kerjasama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk lain dalam kelompok belajar formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat saling berbagi.
2.1.3.2.5 Pemodelan (Modelling)
Pemodelan artinya dalam proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa (Sanjaya, 2012: 267). Pemodelan merupakan asas yang penting didalam pembelajaran kontekstual sebab melalui pemodelan siswa akan terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Dalam kegiatan pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.
2.1.3.2.6 Refleksi (Reflection)
Trianto (2011:118) menyebutkan refleksi pembelajaran merupakan respon terhadap aktivitas atau pengetahuan dan ketrampilan yang baru diterima dari proses pembelajaran. Menurut Rusman (2012:197) refleksi adalah berpikir kebelakang tentang apa saja yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
2.1.3.2.7 Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
gambaran perkembangan belajar siswa (Trianto, 2011:119). Penilaian nyata dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar, pengaruh positif bagi perkembangan intelektual dan mental siswa (Sanjaya, 2012:269).
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kat dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science pengertiannya sebagai ilmu tentang alam dan mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2010: 3). Sedangkan Fowler (dalam Trianto, 2010:136) menyatakan IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Kardi & Nur (dalam Trianto, 2010:136) mendefinisikan IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Pendapat lain dikemukakan Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) IPA adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam.
2.1.4.2 Hakikat Pendidikan IPA
Donosepoetro (dalam Trianto, 2010:137) menyebutkan hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Menurut Prihantoro (dalam Trianto, 2010:137) hakikat IPA merupakan suatu produk,proses, dan aplikasi. Cain dan Evans (dalam Agustiana, 2013:272) berpendapat bahwa IPA pada hakikatnya memiliki 2 komponen yaitu komponen produk dan proses. Sebagai sebuah produk, IPA terdiri dari sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep dan hukum tentang gejala alam. Sebagai sebuah proses, IPA merupakan suatu rangkaian yang terstruktur dan sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, prisnsip dan hukum tentang gejala alam.
2.1.5 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
2.1.5.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Aqib dkk (2009: 3) menjelaskan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil siswa meningkat. Menurut Kusumah & Dwitaga (2009:9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru didalam kelas. Sanjaya (2011: 26) PTK diartikan sebagai prose pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta mengalisis setiap pengaruh dari perlakuan.
Arikunto (dalam Suyadi, 2010:3) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap tindakan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Menurut Carr & Kemmis (dalam Wardani dkk, 2007:1.3) penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Mills (dalam Wardani dkk, 2007:1.4) juga menjelaskan bahwa penelitian tindakan sebagai “sytematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan
berdampak positif dalam berbagai praktik persekolahan termasuk memperbaiki hasil belajar siswa
Elliot (dalam Arifin, 2011: 96) menyebutkan bahwa penelitian tindakan merupakan kajian tentang situasi sosial dengan suatu tindakan agar dapat memperbaiki mutu situasi di dalamnya. Pendapat lain dikemukakan Ebbutt (dalam Arifin, 2011: 97) penelitian tindakan adalah suatu studi percobaan yang sistematis untuk memperbaiki praktik pendidikan dengan melibatkan kelompok partisipan (guru) melalui tindakan pembelajaran dan refleksi sebagai akibat dari tindakan tersebut. Sedangkan Hopkins (dalam Arifin, 2011: 97) penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas.
Natawijaya (dalam Muslich, 2009: 9) menjelaskan bahwa PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu. Menurut Suyanto (dalam Muslich, 2009: 9) PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melalui tindakan-tinndakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas profesional.
2.1.6.2 Karakteristik PTK
Suyadi (2010: 4) menyebutkan karakteristik PTK terdiri dari: guru merasa ada permasalahan yang mendesak sehingga membutuhkan penyelesain; refleksi merupakan ciri khas dari PTK yang paling esensial; penelitian dilakukan di dalam
“kelas” fokus penelitian adalah guru dan siswa; bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Sukidin & Basrowi dan Suranto (2002:22-23) menguraikan tentang karakteristik PTK antara lain: problema yang diangkat untuk dipecahkan; perlu tindakan atau aksi tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Menurut Arikunto & Suhardjono dan Supardi (2007:108-109) prisnsip dalam PTK antara lain: problema yang diangkat dari masalah guru; guru menyadari ada persoalan dalam proses pembelajaran; dapat dilakukan secara kolaboratif; perlu tindakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar; ada perubahan ke arah perbaikan dan hal positif; dalam penelitian terjadi reflektif selama penelitian dan pengambilan tindakan; reflektif berkelanjutan dalam proses dan hasil penelitian.
2.1.6.3 Model-model Penelitian Tindakan
Ada beberapa model PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikan antara lain; model Kurt Lewin; model Kemmis & McTaggart; model Dave Ebbutt; model John Eliot; dan model Hopkins (Taniredja & Pujiati, dan Nyata, 2012: 23-27).
2.1.6.2.1 Model Kurt Lewin
empat langkah, yaitu 1)perencanaan (planning); 2) aksi atau tindakan (acting); 3) observasi (observing) dan refleksi (reflecting), model Kurt Lewin tampak pada gambar 1.
Gambar 1. Model Dasar penelitian tindakan dari Kurt Lewin (Taniredja & Pujiati, dan Nyata, 2012: 23).
2.1.6.2.2 Model Kemmis dan Taggart
Gambar 2.Model penelitian Kemmis dan Taggart jenis spiral (Mulyaningsih, 2011: 70)
2.1.6.2.3 Model John Elliot
Gambar 3.Model penelitian John Elliot (Taniredja & Pujiati, dan Nyata, 2012: 25).
2.1.6.2.4. Model Hopkins
Gambar 4.Model penelitian Hopkins (Taniredja & Pujiati, dan Nyata, 2012: 26).
2.1.6.2.5. Model Dave Ebbutt
Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan Kemmis dan Elliot, tetapi tidak setuju mengenai beberapa interpretasi Elliot dari karya Kemmis. Model Dave Ebbutt tampak pada gambar 5.
2.2 Hasil penelitian yang relevan
Pada bagian ini dijelaskan beberapa penelitian relevan yang pernah diteliti sebelumnya dan telah teruji hasilnya, penelitian tersebut dilakukan oleh Nugoroho, Lestari, Prastanto dan Suwandari tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dengan pendekatan kontekstual. Dengan penelitian yang relevan ini, sekiranya dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan pada siswa kelas III di SD N Plaosan 1 tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar.
Sebuah Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) diterbitkan oleh
Universitas Sanata Dharma dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Penelitian lain tentang pendekatan kontekstual dilakukan oleh Lestari (2011)
di terbitkan oleh Universitas Sanata Dharma dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual Dalam Mata Pelajaran IPA Tentang Macam-Macam Gerak Benda Siswa Kelas III SD Kanisius Klepu Minggir Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitiannya sangat memuaskan dengan melihat KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah yaitu 64. Hasil analisis tes akhir kondisi awal nilai rata-rata kelas 59. Didapat 17 siswa (60%) dari 29 siswa belum mencapai KKM dan 12 siswa (40%) dari 29 siswa sudah mencapai nilai KKM. Hasil analisis terakhir siklus 1 nilai rata-rata kelas mencapai 68 dengan target penelitian 64. Didapat 7 siswa (25%) dari 29 siswa belum mencapai KKM dan 22 siswa (75%) dari 29 siswa sudah mencapai KKM hasil analisis tes terakhir siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 79 dengan target penelitian 70. Didapat 4 siswa (14%) dari 29 siswa belum mencapai KKM dan 25 (86%) dari 29 siswa siswa sudah mencapai KKM. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA tentang macam-macam gerak benda siswa kelas III SD kanisius Klepu Minggir semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian lain tentang pendekatan kontekstual oleh Prastanto (2011) di
KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah yaitu 7. Hasil penelitiannya dengan kondisi awal nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM 45%. Setelah di laksanakan siklus 1 nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM 61,29%. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM 77,41%. Penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas II SD N Cacangan Cangkringan Sleman. Hal tersebut ditunjukkan dari keaktifan siswa dengan kondisi awal 35 % mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 64,5 % dan pada siklus II menjadi 80,64 %. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontektual dapat digunakan sebagai alternatif pendekatan yang dapat meningkatan keaktifan dan prestasi belajar untuk melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah pada siswa kelas II SD N Cacangan Cangkringan Sleman.
Penelitian yang dilakukan oleh Suwandari (2012) diterbitkan oleh Universitas
Sanata Dharma dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pada
Pembelajaran Bunyi Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD
Kristen Kalam Kudus Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”.
Gambar 6: Bagan Penelitian Relevan
Penelitian oleh Nugroho (2011)
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Inkuiri Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Budya Wacana Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.
Hasil Penelitian: dengan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dapat meningkatan prestasi belajar
Penelitian oleh Lestari (2011)
Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual Dalam Mata Pelajaran IPA Tentang Macam-Macam Gerak Benda Siswa Kelas III SD Kanisius Klepu Minggir Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011 Hasil Penelitian: Menggunakan Pendekatan Kontekstual dapat meningkatan prestasi belajar
Penelitian oleh Suwandari (2012)
Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pada Pembelajaran Bunyi Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.
Hasil Penelitian: melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatan keaktifan dan prestasi belajar
Kesimpulan
Peneliti akan menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar . Hal ini telah pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya dengan pendekatan kontektual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA
Prestasi Prestasi belajar dan
keaktifan Penelitian oleh Prastanto (2011)
Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual Untuk Melakukan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah Pada Siswa Kelas II SD N Cacangan Cangkringan Sleman.
2.3 Kerangka Berpikir
Gambar 7: Mind Map kerangka berpikir
Berdasarkan gambar 7, Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang didapat dari orang lain atau lingkungan sekitar yang relatif menetap sebagai hasil latihan dan pengalaman yang berlangsung secara progersif serta melibatkan proses kognitif. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting khususnya sekolah dasar, karena materi IPA dapat dijumpai siswa baik secara sadar atau secara tidak sadar setiap hari. Mata pelajaran IPA disusun agar menarik bagi siswa dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Masa usia sekolah dasar merupakan tahap yang penting bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya.
Perkembangan kognitif siswa SD masih dalam tahapan operasional konkret. Pada tahap
operasi konkret siswa mampu berpikir logis melalui objek-objek konkret, dan merupakan
permulaan berpikir rasional. Pendekatan belajar mengajatr yang sesuai adalah CTL
IPA
Siswa SD Keaktifan
pendekatan yang mencakup kesesuain dengan antara situasi dan belajar anak dengan situasi nyata.
Sesuai penjelasan diatas, pendekatan kontekstual merupakan pendekatan belajar dimana guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata serta menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan situasi kehidupan nyata. Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang dikembangkan guru yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian nyata. Pendekatan kontekstual memberikan kesempatan siswa untuk beraktivitas dalam menemukan pengetahuan secara luas dan berdampak positif dalam proses pembelajaran melalui pengalaman yang diperoleh sehingga mejadi proses pembelajaran yang bermakna. Pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dalam proses belajar mengajar berlangsung dan prestasi belajar siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), menurut Hopkins (Arifin,2011:97) yaitu suatu penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang menggabungkan prosedur penelitian dengan subtatif, yaitu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri,atau usaha seseorang yang untuk memahami apa yang sedang terjadi dengan melibatkan diri dalam proses perbaikan.
Penelitian tindakan kelas (PTK), ini dilakukan secara kolaboratif partisipatoris, yakni kerjasama peneliti dengan guru kelas sebagai pelaku tindakan. Dalam PTK ini menganut model Kemmis dan Mc Taggart yang menggunakan siklus sistem spiral masing-masing terdiri atas 4 komponen yaitu plan (rencana tindakan), act (tindakan) dan observe serta reflection (pengamatan dan refleksi). Untuk lebih jelasnya, seperti tampak pada gambar 8 :
Gambar 8: Model spiral menurut Kemmis dan Taggart (Mulyatiningsih, 2011:70)
a. Perencanaan
Rencana merupakan satu kebutuhan pokok dalam melaksanakan setiap kegiatan. Rencana perlu dituangkan dalam sebuah format, yang memungkinkan kita membuat perencanaan secara sistematis. Sehingga dengan adanya perencanaan yang sistematis akan memperbaiki, meningkatkan atau merubah tingkah perilaku dan sikap sebagai solusi suatu masalah yang dihadapi. Adapun rencana yang disusun secara umum meliputi menyusun rancangan meliputi keseluruhan aspek terkait penelitian, sedangkan secara khusus meliputi penyusunan rancangan dari siklus per-siklus. Hasil perencanaan biasanya dimasukkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Tindakan
upaya untuk memperbaiki, meningkatan atau perubahan dalam proses belajar mengajar.
c. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitian selama pelaksanaan tindakan. Antara pelaksanaan dengan pengamatan sebetulnya bukan merupakan urutan karena waktu atau saat terjadinya bersamaan. Alat yang digunakan untuk mengobservasi dapat berupa lembar pengamatan atau check list.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan merenung, melihat dan mengkaji dari pelaksanaan dan hasil observasi yang dilakukan. Guru dan peneliti berdiskusi tentang masalah selama pelaksanaan siklus. Peneliti menentukan keputusan untuk menentukan siklus lanjutan ataukah berhenti karena permasalahan sudah terselesaikan.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SD Negeri Plaosan 1 yang beralamat di dusun Plaosan, Tlogoadi, Mlati , Sleman. Letak bangunan sekolah berada di dekat pemukiman warga dan persawahan.
3.2.2 Subjek Penelitian
masukan Guru Kelas III, 2 siswa tidak bias dijadikan subjek penelitian karena tidak dapat mengikuti pelajaran dengan maksimal (ABK)
3.2.3 Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa di kelas III SD Negeri Plaosan 1 dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Peneliti mengharapkan keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa akan meningkat selama mempelajari materi ini dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.
1 Observasi penelitian √ 2 Penyusunan proposal √
3 Permohonan ijin
penelitian √
4 Pengumpulan data √ √
5 Pengolahan data √
6 Penyusunan laporan √
7 Ujian Skripsi √
8 Revisi √
3.3Rencana Tindakan
Rencana tindakan dalam penelitian ini terdiri dari persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penjelasan tentang rencana tindakan tersebut terdapat di bawah ini.
3.3.1 Persiapan
Kegiatan pertama yang dilakukan untuk merencanakan penelitian ini adalah peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian kepada kepala sekolah SD Negeri Plaosan 1. Setelah mendapatkan izin, peneliti akan menemui guru kelas III untuk mendapatkan informasi dan mengatur waktu untuk melakukan observasi. Adapun persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan observasi, mempersiapkan indikator keaktifan, dan alat untuk mendokumentasikan selama proses observasi. Jika persiapan observasi kelas sudah siap maka peneliti melakukan observasi pada siswa kelas III sebagai subjek penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi awal kegiatan pembelajaran berlangsung dan karakteristik siswa.
pembelajaran, peneliti akan menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini berupa, lembar observasi, kisi-kisi soal evaluasi dan soal evaluasi.
3.3.2 Pelaksanaan/ Tindakan
Siklus I akan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 jam pelajaran (2 JP).
3.3.2.1 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan peneliti meliputi: Mendalami Silabus, RPP dan LKS dan menyiapkan bahan pelajaran serta alat peraga maupun media yang akan digunakan selama proses penelitian .Perangkat pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 2 hal 115-147.
3.3.2.2 Pelaksanaan tindakan
3.3.2.2.1 Pertemuan 1
Pada pertemuan 1 guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Guru memberikan salah satu contoh gerak benda, kemudian setiap kelompok diberikan lembar kerja siswa untuk berdiskusi dan melakukan percobaan mengenai tiga jenis gerak benda. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dari percobaan yang dilakukan.
3.3.2.2.2 Pertemuan 2