• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru MI Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga T2 942013013 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru MI Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga T2 942013013 BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kegiatan mengajar merupakan proses pengangkatan potensi-potensi yang terdapat dalam diri anak didik yang bertujuan untuk menemukan dan mengarahkan anak didik menjadi dirinya sendiri (Suparman, 2010). Selain itu, Hamalik (2004) juga mengemukakan pendapat tentang mengajar yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengorganisasi lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.

Kegiatan mengajar bisa berlangsung dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Bisa dilakukan secara formal maupun informal. Sebagai contoh kegiatan mengajar yang dilakukan secara informal ialah ketika seorang ibu yang mengajarkan kebersihan kepada anak perempuanya saat di rumah. Sedang kegiatan mengajar yang dilakukan secara formal adalah proses yang terjadi di kelas dalam sebuah sekolah, yaitu guru yang mengajarkan mata pelajaran kepada siswanya. Kegiatan mengajar yang dilakukan secara formal dan informal ini juga efektif dalam membangun dan mengembangkan karakter anak. Hal ini ditegaskan oleh Karo (2012) dalam jurnalnya yang

berjudul “Membangaun Karakter Anak Dengan

(2)

Pendidikan Formal”. Karo menyimpulkan bahwa dalam membangun dan membentuk karakter anak harus ada keterpaduan dan sinergi antara pendidikan di keluarga (informal) dan pendidikan di sekolah (formal). Sehingga di rumah anak memiliki etika di sekolahpun anak juga memiliki etika.

Peran pengajar dalam kegiatan mengajar sangatlah penting. Pengajar harus menguasai materi yang akan disampaikan, pengajar juga harus menguasai suasana dimana ia mengajarkan sesuatu kepada objek yang akan diajarnya, kemudian seorang pengajar juga harus menguasai metode-metode dalam menyampaikan bahan ajar yang akan diajarkanya. Sehingga dengan demikian seorang pengajar dapat menyampaikan materi yang akan diajarkan dengan lancar dan objek yang diajar juga dapat menerimanya dengan baik.

(3)

bertujuan agar siswa mencontoh atau mentauladani apa yang dilakukan oleh seorang guru.

Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Selain sebagai motivator, dinamisator dan fasilitator peran guru yang utama adalah sebagai penyampai materi pelajaran kepada siswanya. Terkait peran guru sebagai penyampai materi terhadap siswa, seorang guru dituntut untuk menguasai secara penuh segala hal yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Mulai dari metode penyampaian materi, penguasaan kelas, cara membuat perencanaan pembelajaran, dan cara mengevaluasi. Hal-hal teknis ini didapat seorang guru ketika mereka belajar diperguruan tinggi kependidikan yang terakreditasi.

(4)

bab yang mengatur secara rinci ketentuan dari guru dan dosen. Diataranya ketentuan tentang kedudukan, fungsi dan tujuan dari seorang guru, hak dan kewajiban guru, prinsip profesionalitas dan lain sebagainya.

Setelah adanya undang-undang tentang guru dan dosen, guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik diwajibkan untuk menempuh kuliah lagi sesuai bidang tugasnya saat itu sehingga harapan kedepan kualitas dan mutu pendidikan akan meningkat secara signifikan. Akan tetapi setelah sembilan tahun undang-undang itu ada, ternyata masih banyak ditemukanya sekolah-sekolah dasar khususnya sekolah swasta yang gurunya mengajar tidak sesuai latar belakang pendidikan yang dimiliki ketika menempuh kuliah.

Sebagai contoh yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-kecamatan Sidorejo kota Salatiga, untuk tingkat pendidikan minimal lulusan sarjana (S1) memang sudah terpenuhi karena rata-rata guru di MI-MI itu telah sarjana, akan tetapi untuk kesesuaian (relevansi) antara latar belakang pendidikan S1 dengan bidang pelajaran yang diampu memang berbeda.

Faktanya, banyak guru di MI se-Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga memiliki latar belakang sarjana Pendidikan Agama Islam akan tetapi ditugaskan untuk menjadi guru kelas yang dituntut menguasai seluruh mata pelajaran. Tentu hal ini tidak sesuai kompetensi yang dimiliki. .

(5)

dasar menyimpulkan bahwa hakekat kualifikasi akademik merupakan tingkat pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh seorang guru yang dibuktikan dengan ijazah dan mencerminkan kemampuan akademik yang relevan dengan bidang tugas guru tersebut. Sehingga untuk memenuhi kualifikasi akademik tidak cukup memiliki tingkat pendidikan minimal saja, akan tetapi kesesuaian (relevansi) antara pendidikan minimal dan bidang tugas juga harus terpenuhi.

Semestinya, untuk penugasan guru kelas di MI berasal dari guru dengan latar belakang Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1 PGMI) sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa:

Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang

sederajat, harus memiliki kualifikasi

akademik pendidikan minimum diploma

empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.”

(6)

terjadi. Dari wawancara dengan tiga kepala sekolah yang peneliti temui saat mengajukan ijin secara lesan, terungkap bahwa memang untuk sumber daya manusia (SDM) guru dengan latar belakang pendidikan PGMI masih sangat minim, sehingga kepala sekolah sulit untuk merekrut guru lulusan PGMI. Selain itu kebijakan tentang kompetensi minimal yang harus dimiliki guru dan kesesuian antara latar belakang pendidikan dengan bidang tugas juga baru, sehingga sebelum kebijakan itu ada, dalam perekrutan guru tidak memperhatikan kualifikasi akademik dan kesesuaian latar belakang dengan bidang tugas, atau dengan kata lain yang penting guru bisa mengajar. Alasan yang ketiga adalah ”membludaknya” sarjana pendidikan Islam di lingkungan Kota Salatiga dan tidak diimbangi dengan kebutuhan guru agama Islam, sehingga mengakibatkan MI-MI di Kota Salatiga digunakan

sebagai “batu loncatan” mereka untuk bisa

mengaplikasikan ilmu yang dimiliki meskipun pada dasarnya hal itu tidak sesuai aturan perundang-undangan karena ketidakrelevanan antara latar belakang pendidikan dan bidang tugas.

(7)

“Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Guru Ekonomi SMAyang menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi yang dimililki oleh seorang guru dengan kinerja guru tersebut. Jadi guru yang mengajar sesuai kompetensinya maka kinerja guru tersebut akan baik begitu pula sebaliknya.

(8)

yang signifikan antara kinerja mengajar guru dengan prestasi belajar siswa.

Untuk itu perlu adanya penelitian yang mampu mengungkapkan dan atau menilai tentang bagaimana sebetulnya kinerja mengajar guru di MI se-Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Karena fungsi dari penilaian atau evaluasi itu sendiri menurut Purwanto (2013) adalah untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan seseorang setelah mengalami atau melakukan kegiatan selama kurun waktu tertentu.

Selanjutnya, Mulyasa (2013) juga menambahkan bahwa evaluasi atau penilaian kinerja juga merupakan satu upaya untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap seorang dalam melaksnakan tugas dan fungsinya. Sehingga setelah diadakanya evaluasi akan terlihat secara jelas atas dasar data-data hasil evaluasi bagaimana gambaran objek evaluasi tentang keterampilan, nilai, sikap dan pengetahuan seseorang atau guru (jika objek evalusai adalah seorang guru).

1.2

Rumusan

Masalah

(9)

1.3

Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis kinerja mengajar guru di Madrasah Ibtidaiyah se-kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tahun 2014 dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat guna menambah referensi pengetahuan dan kepustakaan dalam bidang pendidikan, khususnya mengenai evaluasi kinerja mengajar guru. Selain itu semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bahan kajian yang digunakan untuk penelitian ilmiah selanjutnya. Kemudian menyumbang referensi pengetahuan bagi dunia pendidikan dalam bidang kinerja guru serta menambah khasanah ilmu bagi para pembaca.

1.4.2 Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

There have, however, been examples of good practice in the region - such as Argentina’s integrated strategy for reducing informal employment through economic, social and labour

Temuan lapangan menunjukkan bahwa adaptasi masyarakat kampung Terban terhadap perkembangan kota Yogyakarta adalah dengan menyesuaikan diri dan mengambil manfaat dari perkembangan

[r]

Biaya yang diperlukan dengan adanla keputusan iri dibebankan pada anggaran DIPA Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2014, dengan ketentuan Hoiorafium Pembimbing penulisan

Pada Hari ini Selasa Tanggal Dua Puluh Enam Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Empat Belas (26-08-2014), kami yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja VIII Unit Layanan Pengadaan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Kcuangan Daerah sebagairnana telah diubah derrgan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21

Biaya yang diperlukan dengan adanya keputusan ini dibebankan pada anggaran DIPA Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2015, d€ngan ketentuan Honorariun Penguji Tugas Akhir

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas