8 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Perkembangan Anak
2.1.1 Pengertian Perkembangan
2.1.2 Ciri-ciri Perkembangan
Berikut ciri-ciri perkembangan menurut Soetjiningsih (1995) :
2.1.2.1 Perkembangan merupakan proses yang bersifat continue (berkelanjutan) dari konsepsi sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak didalam kandungan, dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana perkembangan dapat mudah diamati.
2.1.2.2 Dalam periode tertentu ada masa percepatan atau masa perlambatan. Tiga masa pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas.
2.1.2.3 Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbeda.
2.1.2.5 Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal (perkembangan dari atas ke bawah).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
2.1.3.1 Faktor Internal (alami)
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi dari dalam individu itu sendiri (Perry & Potter, 2005).
a. Genetika/Herediter
Faktor herediter merupakan faktor turunan secara genetik dari orang tua kepada anak. Contoh herediter adalah jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya identitas dan kecepatan dalam pembelahan berhentinya pertumbuhan tulang (Hidayat & Aziz, 2005).
b. Pengaruh Hormon
c. Temperamen
Temperamen ditandai dengan alam perasaan psikologis dimana anak dilahirkan dan termasuk dalam tipe perilaku yang mudah, lambat, hangat atau sulit. Hal tersebut berpengaruh pada interaksi antara individu dan lingkungan (Kozier, 2004).
2.1.3.2 Faktor Eksternal (Lingkungan)
Faktor eksternal merupakan faktor yang diperoleh dari luar individu.
a. Keluarga
Keluarga memberi pengaruh melalui nilai, kepercayaan, adat istiadat dan pola spesifik dari interaksi dan komunikasi (Perry & Potter, 2005).
b. Kelompok dan Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya memberi pelajaran lingkungan yang baru dan berbeda dalam hal interaksi dan komunikasi serta perilaku (Kozier, 2004).
c. Pengalaman Hidup
mengaplikasikan apa yang telah dipelajari pada kebutuhan yang perlu dipelajari (Perry & Potter, 2005).
d. Kesehatan Lingkungan
Tingkat kesehatan mempengaruhi respon individu terhadap lingkungan dan respon orang lain pada individu tersebut. Sehingga proses perkembangan dapat terganggu bila kesehatan lingkungan tidak kondusif (Perry & Potter, 2005).
e. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat mempengaruhi apa dan bagaimana kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya dipenuhi (Nursalam dkk, 2005).
f. Istirahat, Tidur dan Olahraga
g. Status Kesehatan
Sakit atau cedera yang berkepanjangan bisa menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi dan menjawab kebutuhan dan tugas tahap perkembangan (Hidayat & Aziz, 2005).
h. Iklim dan Cuaca
Iklim atau cuaca menjadi salah satu faktor tumbuh kembang anak. Pada musim tertentu, makanan bergizi dapat mudah diperoleh, atau sebaliknya justru menjadi sulit (Hidayat & Aziz, 2005).
2.1.4 Gangguan Pada Anak
Gangguan atau kelainan dimasa anak-anak berpotensi terjadi pada usia 0-12 tahun pada dasarnya, tiap-tiap tahap perkembangan yang berbeda-beda, tergantung pada fase perkembangan yang dialami setiap usia anak (Fadhli A, 2010).
lain gangguan bicara, keterlambatan mental, autis, lambat belajar dan gangguan pamusatan perhatian Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Fadhli A, 2010).
Masa anak-anak merupakan masa emas untuk mempersiapkan seorang individu menghadapi tuntutan zaman sesuai potensinya. Jika terjadi gangguan perkembangan, apapun bentuknya, deteksi sedini mungkin merupakan kunci penting keberhasilan program intervensi atau koreksi atas gangguan yang terjadi. Semakin dini gangguan terdeteksi, maka semakin tinggi pula kemungkinan tercapainya tujuan intervensi (Fadhli A, 2010).
2.2 Konsep Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
2.2.1 Pengertian
ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relatif tidak mampu menahan diri bahkan benar-benar tidak bisa menunggu (Martin G.L, 2008).
2.2.2 Tipe dan Gejala ADHD
2.2.2.1 Tipe Hiperaktivitas-impulsif
Anak dengan tipe ini menunjukkan kelakuan yang agresif, perilaku yang aneh, tanpa rasa bersalah atau tidak disukai, dan berprestasi buruk di sekolah. Mereka akan menunjukkan pengendalian diri yang lemah dan impulsifvitas yang lebih besar. Anak hiperaktif lebih berisik, kacau, berantakan, tidak tanggung jawab, dan tidak matang (Martin G.L, 2008).
2.2.2.2 Kurang Memperhatikan, Mudah Mengalami Gangguan
buruk. Anak dengan tipe ini digambarkan seorang yang pemalas dan sering tenggelam dalam pikirannya sendiri, apatis dan lesu. Ia kurang agresif, impulsif dan hiperaktif di rumah maupun di sekolah dan lebih sedikit memiliki masalah dalam pergaulan (Martin G.L, 2008).
2.2.2.3 Kombinasi
2.2.3 Teori-teori Penyebab ADHD
Penyebab utama munculnya gejala ADHD belum ditemukan pasti, namun menurut Martin G.L (2008) terdapat beberapa gagasan yang menjelaskan penyebab ADHD.
2.2.3.1 Faktor Keturunan dan Neurologis
Keturunan adalah faktor tunggal yang dipercaya sebagai nominator umum pada anak ADHD. Anak-anak yang mengidap ADHD empat kali lebih mungkin memiliki satu dara kandung dan orangtua yang juga mengidap ADHD daripada anak normal.
2.2.3.2 Cedera Otak
ADHD diperkirakan terjadi sebagai efek dari infeksi, luka berat, cedera, atau komplikasi lainnya yang terjadi pada otak selama masa kehamilan atau persalinan. Kerusakan pada otak dapat menyebabkan gejala hiperaktivitas, ketiadaan perhatian dan impulsivitas.
2.2.3.3 Kematangan Otak yang Tertunda
pemeriksaan-pemeriksaan neurologis, dan terdapat kesamaan antara kurang perhatian, pengendalian impuls, dan pengaturan diri anak ADHD dan anak normal. Gagasan diatas belum ada bukti neurologi yang mendukung sehingga sifatnya masih hipotesis.
2.2.3.4 Penyakit Medis
Penyakit bisa menyebabkan perhatian yang buruk dengan cara yang tidak spesifik. Penyakit-penyakit tertentu yang telah dihubungkan dengan gejala-gejala ADHD mencakup kekurangan zat besi, anemia, hipertiroidisme, cacing kremi, hipoglisemia dan petit mal epilepsy.
2.2.3.5 Obat-obatan
mengonsumsi seperti obat alergi dan obat epilepsi bisa mengakibatkan ketiadaan perhatian.
2.2.3.6 Merokok
Risiko ADHD lebih tinggi pada bayi yang ibunya merokok selama masa kehamilan. Ibu yang merokok mungkin sedang mengalami gangguan perhatian, oleh karena itu risiko ADHD yang meningkat pada keturunannya bisa terjadi karena pengaruh genetis bukan karena merokok.
2.2.3.7 Bahan Tambahan Pada Makanan
Pada tahun 1974 Dr. Benjamin Feingold, seorang dokter ahli alergi anak, mengatakan bahwa separuh lebih dari semua hiperaktivitas disebabkan oleh zat pewarna, perasa buatan dan MSG (Monosodium Glutamat). Namun belum terdapat bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak normal dapat mengidap ADHD dengan mengonsumsi zat-zat tersebut.
2.2.4 Patofisiologi
frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu atau lebih seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD (Tanoyo D.P, 2015).
Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan mengingat apa yang telah kita pelajari, serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek berfungsi untuk mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain (Tanoyo DP, 2015).
perilaku impulsif, quick temper, membuat keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lain-lain. Sedangkan sistem limbik mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur perubahan emosional yang normal, level energi normal, rutinitas tidur normal, dan level stress yang normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya masalah pada hal tersebut (Tanoyo D.P, 2015).
2.2.5 Penatalaksanaan ADHD
Terapi umum pada anak ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan non farmakologi seperti konseling, terapi perilaku dan stimulasi senam otak (brain gym) yang berguna untuk meringankan efek gejala ADHD (Tanoyo D.P, 2015).
2.2.5.1 Farmakologi
Obat-obat yang paling umum digunakan untuk terapi ADHD di Indonesia yaitu Methilphenidate dan Dekstroamfetamin. Obat ini bersifat psikostimulan yang dapat memperbaiki gejala-gejala inti. Namun obat ini hanya bekerja dengan waktu terbatas. Jika penggunaan jangka panjang dapat berfungsi 6-12 jam dan jangka pendek hanya 4 jam. Karena fungsi obat bertahan dalam jangka pendek, maka obat ini bersifat ketergantungan dalam penggunaannya (Tanoyo D.P, 2015)
2.2.5.2 Non Farmakologi
menggunakan obat-obatan. Berikut ini beberapa terapi non farmakologi pada anak ADHD menurut Tanoyo D.P (2015) :
2.2.5.2.1 Terapi Konseling
Terapi konseling atau yang biasa disebut psikoterapi adalah terapi yang dilakukan oleh seorang dokter spesialis, psikiater maupun tenaga ahli di bidangnya. Terapi ini sangat bermanfaat karena dapat mengurangi perilaku negatif pada anak tersebut. Namun terapi ini sangat membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena ditangani oleh tenaga ahli dibidangnya secara langsung.
2.2.5.2.2 Terapi Perilaku
membantu menormalisasi gangguan dan membantu penderita agar fokus pada informasi umum.
2.2.5.2.3 Stimulasi Senam Otak/Brain Gym
Penanganan terpenting untuk ADHD adalah edukasi dan pelatihan (edu feed back). Hal tersebut dibutuhkan bertujuan agar keluarga memahami dengan benar penyebab, gejala dan penanganannya. Salah satu contoh edukasi yang diberikan ke keluarga dan anak adalah dengan memberikan stimulasi senam otak (brain gym).
2.3 Konsep Senam Otak (Brain Bym)
2.3.1 Pengertian Senam Otak (Brain Gym)
Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan pertama kali digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology Foundation (Edu-K), USA untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak dan aktivitas gerakan-gerakan guna menarik keluar seluruh potensi seseorang (Dennison PE & Dennison GE, 2002).
2.3.2 Mekanisme Brain Gym
(Dennison PE & Dennison GE, 2002) mengatakan bahwa, otak dibagi ke dalam 3 fungsi yakni, dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan belakang), serta dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang harus dilakukan bervariasi, diantaranya yaitu :
2.3.2.1 Dimensi Lateralitas
kanan, dan juga untuk integrasi ke dua sisi tubuh (bilateral integration), yaitu untuk menyebrangi garis tengah tubuh untuk bekerja di bidang tengah. Bila keterampilan ini sudah dikuasai, orang akan mampu memproses linear, simbolis tertulis (misalnya tulisan), dengan dua belahan otak dari kedua jurusan: kiri ke kanan atau kanan ke kiri, yang merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik.
Ketidakmampuan untuk menyebrangi garis tengah mengakibatkan ketidakmampuan belajar (learning disabled) seperti sulit menulis dan cenderung menulis huruf terbalik (disgrafia) dan sulit membaca (disleksia). Beberapa gerakan untuk dimensi ini adalah Lazy Eight’s dan The Elephant (Dennison PE & Dennison GE, 2002).
2.3.2.2 Dimensi Pemfokusan
Pemfokusan adalah kemampuan menyebrangi “garis tengah partisipasi” yang memisahkan
belakang (batang otak atau brainstem) yang merekam semua pengalaman, lalu informasi diproses dan diteruskan ke otak bagian depan utnuk diekspresikan sesuai tuntutan dan keinginannya.
Ketidaklengkapan perkembangan refleks menghasilkan ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif dalam proses belajar. Sebagai contoh anak yang mengalami fokus-kurang (underfocused) seperti “kurang perhatian”, “kurang pengertian”, dan “hiperaktif”. Contoh gerakan untuk dimensi ini
adalah burung hantu (Dennison PE & Dennison GE, 2002).
2.3.2.3 Dimensi Pemusatan
memberi arti (Dennison PE & Dennison GE, 2002).
Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh bereaksi “berjuang atau melarikan diri” atau ketidakmampuan untuk
merasakan atau menyatakan emosi. Gerakan yang membuat sistem badan menjadi relaks dan membantu untuk mengolah informasi tanpa pengaruh emosi negatif disebut pemusatan atau bertumpu pada dasar yang kokoh (Dennison PE & Dennison GE, 2002).
2.3.3 Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain Gym
2.3.4 Tahap-tahap dalam Pelaksanaan Brain Gym
2.3.4.1 Persiapan
Sebelum melakukan brain gym pada anak ADHD perlu dilakukan beberapa persiapan seperti termasuk didalamnya membuat kontrak waktu dengan orangtua maupun anak tersebut dan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan brain gym seperti air putih, kursi dan lain-lain.
2.3.4.2 Orientasi
Strategi komunikasi yang baik dengan orang tua dan anak ADHD sangat dibutuhkan sebelum pelaksanaan brain gym, karena melalui komunikasi peneliti dapat membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud tujuan diadakannya pelaksanaan brain gym pada anak ADHD dan menanyakan kesiapan anak tersebut. 2.3.4.3 Tahap Kerja
Energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus memulainya dengan energetis (minum air), clear (melakukan pijat saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan kiat rileks) dan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang lain.
a. E (Energetis), Minum Air Putih
Air mempunyai banyak fungsi dalam tubuh untuk menunjang belajar anak dan orang dewasa. Sebelum melakukan senam otak, anak atau siapapun harus minum air putih secukupnya untuk meningkatkan konsentrasi dan stamina dalam mengikuti senam otak. b. C (Clear), Memijat Saklar Otak
c. A (Aktif), Melakukan Gerakan Silang
Dalam gerakan silang ini, anak menggerakkan secara bergantian pasangan kaki dan tangan yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di tempat. Gerak Silang mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan penyebrangan garis tengah bagian lateral tubuh. Lakukan latihan beberapa kali dalam sehari selama 2-3 menit. Mulailah dengan gerakan pelan, agar dapat diperhatikan bagian tubuh mana yang bergerak dan tidak bergerak. Gerakan Silang mengaktifkan otak untuk garis tengah penglihatan, pendengaran, kinestetik, perabaan, sentuhan, gerakan mata dari kiri ke kanan, dan meningkatkan kebersamaan penglihatan kedua mata (binokular).
d. P (Positif), Melakukan kiat Rileks
menyilangkan pergelangan kaki kiri ke atas kaki kanan, kemudian menjulurkan tangannya ke depan dan menyilangkan pergelangan tangan kirinya ke atas tangan kanan, lalu menjalin jari-jari, menarik kedua tangan dan meletakkan didada. Sambil menutup mata bernafas dalam dan relaks selama 1 menit. 2.3.4.4 Tahap Inti (Melakukan Gerakan Brain Gym)
Tabel 2.3 Gerakan Senam Otak
Cross crawl (gerakan silang) Untuk mengaktifkan indera
kinestetik, sentuhlah tiap tangan ke lutut dari depan yang berlawanan dan tumit dari belakang berlawanan yang berlawanan pula.
Kemampuan akademik:
mengeja, menulis,
mendengarkan, membacar dan memahami/mengerti.
Perilaku dan sikap tubuh:
meningkatkan koordinasi
kiri-kanan, memperbaiki
Lazy eight's ( 8 Tidur) Gerakan tangan mulai dari titik
tengah ke arah atas, melingkar ke kiri bawah naik ke titik tengah lagi dan terus ke kanan atas, berputar ke kanan bawah, kembali ke titik tengah, demikian seterusnya.
Kemampuan akademik:
mekanisme membaca,
pengenalan simbol dan pengertian membaca.
Perilaku dan sikap tubuh:
The Elephant (Gajah) Gerakan gajah mengaktifkan
bagian dalam telinga untuk
keseimbangan dan
kesetimbangan yang lebih baik, juga mengintegrasikan otak untuk mendengar dengan kedua telinga, membuat relaks otot tengkuk yang tegang akibat dari terlalu banyak membaca misalnya. Pegang telinga sebelah kanan menggunakan tangan kiri, kemudian tangan kanan lurus keatas sejajar kepala. Kemudian buatlah seperti angka delapan menggunakan tangan kanan.
Kemampuan akademik:
pemahaman mendengar, berbicara, mengeja, dan mengingat secara berurutan.
kemampuan gerakan kepala kiri dan kanan, penglihatan binokuler, tengkuk tetap relaks saat konsentrasi, koordinasi tubuh atas dan bawah, dan mengaktifkan telinga bagian dalam untuk keseimbangan khususnya membantu saat mengalami jet lag atau mabuk perjalanan.
The Owl (Burung Hantu) Anak memijat satu bahu untuk
membuat relaks otot leher yang tegang sambil menggerakkan kepala perlahan.
Kemampuan akademik:
Perilaku dan sikap tubuh:
kemampuan menggerakkan kepala ke kiri dan kenan, kekuatan dan keseimbangan otot leher dan tengkuk, mengurangi kebiasaan juling.
The active arm (Mengaktifkan Tangan) Mengaktifkan satu tangan dan
kepala tetap relaks. Pada saat melakukan gerakan anak menghembuskan napas dalam hitungan delapan atau lebih. Kemampuan akademik: menulis
kreatif dan mengeja.
Perilaku dan sikap tubuh:
pada tangan dan jari.
The gravitational glider (Luncuran Gravitasi)
Gerakan ini untuk merelakskan
daerah pinggang, pinggul dan seitarnya serta dapat dilakukan dengan duduk maupun berdiri.
Kemampuan akademik:
pemahaman waktu membaca dan pemikiran abstrak.
Perilaku dan sikap tubuh:
keyakinan diri, percaya diri, stabilitas, ekspresi diri, sikap tubuh relaks meskipun duduk lama.
Brain buttons (Sakelar Otak) Sakelar otak (jaringan lunak di
Kemampuan akademik:
kemampuan membaca,
koordinasi tubuh.
Perilaku dan sikap tubuh:
keseimbangan tubuh kiri-kanan, tingkat energy lebih baik, meningkatkan kerja sama kedua mata, merelakskan otot tengkuk dan bahu.
Earth buttons (Tombol Bumi) Ujung jari satu tangan
menyentuh bawah bibir, ujung lainnya di pinggir atas tulang kemaluan (15 cm di bawah pusar).
Kemampuan akademik:
kemampuan membaca,
organisasi, ketrampilan penglihatan dekat dan jauh. Perilaku dan sikap tubuh:
terbuka.
Balance buttons (Tombol Imbang)
Biarkan anak menyentuh
tombol imbang yang terdapat di belakang telinga, pada sebuah lekukan di batas rambut antara tengkorak dan tengkuk (4-5 cm kek iri dan kekanan dari garis tengah tulang belakang). Sementara tangan yang satunya menyentuh pusar selama 30 detik, lalu ganti dengan tangan satunya lagi. Dagu relaks dan kepala dalam posisi normal menghadap ke depan.
Kemampuan akademik:
ketrampilan mengeja dan matematika.
Perilaku dan sikap tubuh:
perasaan enak dan nyaman, sikap terbuka dan mau menerima, mata, telinga dan kepala lebih tegak lurus pada bahu, mengurangi fokus berlebihan dan memperbaiki refleks-refleks.
Space buttons (Tombol Angkasa) Letakkan satu tangan di atas
bibir di garis tengah depan, yang lain di garis tengah belakang pada tulang ekor atau lebih ke atas agar aman dan sopan.
Kemampuan Akademik:
keterampilan mengatur,
kemampuan membaca,
konsentrasi pada
motivasi.
Perilaku dan sikap tubuh:
kemampuan untuk relaks dan duduk dengan nyaman dan tegak di kursi, meningkatkan lamanya perhatian.
The Thinking Cap (Pasang Telinga)
Dengan ibu jari dan telunjuk,
pijat secara lembut daun telinga sambil menariknya keluar, mulai dari ujung atas, menurun sepanjang lengkungan dan berakhir di cuping.
Kemampuan akademik:
pemahaman ketika mendengar, berbicara, menyanyi, tampil di depan umum dan penyampain lisan dan mengeja.
Perilaku dan sikap tubuh:
lebih baik, jangkauan pendengaran dan penglihatan ke sekeliling lebih luas.
Hook-ups (Kait Relaks) Sambil duduk, anak
menyilangkan pergelangan kaki kiri ke atas kanan. Silangkan pergelangan tangan kirinya ke atas tangan kanan, lalu menjalinkan jari-jari, menarik
kedua tangan, dan
melakukannya di dada. Sambil menutup mata, bernapas dalam dan relaks selama 1 menit. Kemampuan akademik:
mendengar dan berbicara lebih jelas, menghadapi tes dan tantangan sejenis, belajar dengan papan ketik.
Perilaku dan sikap tubuh:
meningkatkan koordinasi dan keseimbangan, serta perasaan nyaman terhadap lingkungan.
The Energyc Yawn (Menguap Berenergi) Menguap baik jika dibarengi
dengan menyentuh tempat tegang di rahanag yang dapat menolong menyeimbangkan tulang tengkorak, meghilangkan ketegangan dikepala dan rahang.
Kemampuan akademik:
membaca dengan suara, menulis kreatif, berbicara di depan umum.
Perilaku dan sikap tubuh:
resonasi vokal lebih dalam, penglihatan relaks, meningkatkan kreativitas, ekspresi dan keseimbangan.
2.3.4.5 Tahap Terminasi
2.4 Kerangka Teori
Perkembangan anak Gangguan pada anak
1. Ciri-ciri
perkembangan anak
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perkembangan anak Internal
Eksternal
Autis
Keterlambatan
mental Tunawicara ADHD dll
Tipe 1. Hiperaktivitas-
impulsivitas 2. Kurang
memperhatikan, mudah mengalami gangguan 3. Kombinasi
Keturunan Cidera Otak Kematangan Otak
Tertunda Penyakit Medis Obat-obatan Merokok
Bahan Tambahan pada Makanan Teori Penyebab Non farmakologi Penanganan Brain Gym
1. Mekanisme Brain gym
2. Gerakan-gerakan Brain gym
Manfaat :
Meningkatkan fokus Meningkatkan
konsentrasi Meningkatkan
durasi perhatian Pengendalian diri dll
Farmakologi