• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stimulasi Senam Otak (Brain Gym) pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD): Studi Kasus pada Anak ADHD T1 462012084 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stimulasi Senam Otak (Brain Gym) pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD): Studi Kasus pada Anak ADHD T1 462012084 BAB IV"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

57

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Partisipan

4.1.1 Gambaran Keluarga Anak ADHD

(2)

4.1.2 Gambaran Anak ADHD (an.N)

An.N lahir di Salatiga melalui proses persalinan normal. Ketika berumur kurang dari 1 tahun, an.N pernah beberapa kali jatuh dari tempat tidur karena ditinggal ibunya menyuci. Ketika berumur kira-kira 11 bulan, an.N demam tinggi hingga akhirnya kejang dan dibawa ke rumah sakit. An.N mendapat perawatan di rumah sakit selama 10 hari. Sejak saat itu an.N mulai mengonsumsi obat-obatan seperti Ikalep (obat anti kejang) sampai saat ini. Riwayat kejang an.N sudah mencapai angka lebih dari lima kali sejak an.N berumur 11 bulan sampai yang terakhir di tahun 2015.

(3)

Prohiper yang mengandung Methylphenidate (obat antihiperaktif).

Saat ini an.N duduk di kelas satu sekolah dasar di Getasan. Selain sekolah di SD Getasan, orang tua an.N juga mengantarkannya ke sekolah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Salatiga. Ketika an.N pergi ke sekolah Getasan, orang tuanya selalu mendampingi selama proses belajar mengajar. Hal tersebut dilakukan karena anak tidak bisa tenang, sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar (harus intensive dibimbing), konsentrasi yang mudah goyah (tidak bertahan lama) jika melihat hal baru, tidak sabar menunggu giliran di kelas dan kebiasaan anak yang tiba-tiba mencubit bahkan menendang teman kelasnya sendiri. Sedangkan jika an.N pergi ke sekolah anak berkebutuhan khusus yang ada di Salatiga, orang tua tidak mendampingi selama proses belajar mengajar.

(4)

harus dihindari. Orang tua mengetahui bahwa jenis makan-makanan tersebut dapat meningkatkan hiperaktifnya.

Orang tua an.N selalu mengantarkan an.N kontrol bulanan di salah satu Rumah Sakit Salatiga. Selain mengonsumsi obat Prohiper dan Icalep sebagai penanganan utama, orang tua juga melakukan beberapa penanganan lain. Seperti membawa anak terapi pijat saraf yang ada di Ambarawa setiap awal bulan. Kemudian membawa an.N ke sekolah anak berkebutuhan khusus juga menjadi salah satu penanganan menurut mereka.

4.2 Karakteristik Partisipan

(5)

tidak sabar menunggu giliran dan menjawab tanpa memikirkan jawaban yang ia keluarkan.

Gejala ADHD pada an.N termasuk dalam tipe kombinasi. Hiperaktif pada tipe kombinasi tidak seperti hiperaktif di tipe Hiperaktif-Impulsif yang berantakan dan tidak bertanggungjawab. Kemudian, meskipun tipe kombinasi juga memiliki prestasi yang belum baik, namun pada tipe Kurang memerhatikan dan Mudah mengalami gangguan, memiliki prestasi yang lebih buruk (Martin, 2008). Selain itu, ADHD dengan tipe kombinasi juga termasuk yang paling kooperatif diantara kedua tipe lainnya karena masih mau mengikuti perintah, tidak seperti pada tipe Hiperaktif-Impulsif (kacau) dan tipe Kurang memerhatikan dan Mengalami Gangguan (apatis).

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Setting Penelitian

(6)

“Supaya berhasil ngajarin senam otak sama anak ADHD itu yah lingkungannya harus nyaman biar anaknya enggak lari kesana kemari”. (P3, B22)

Tempat atau lingkungan yang dipilih dan digunakan oleh pelatih dalam melaksanakan senam otak pada an.N yaitu didalam ruangan. Jika pelaksanaan senam otak pada anak tersebut dilakukan di luar rumah, maka dapat memungkinkan adanya stimulus/rangsangan lain diluar rumah yang dapat mengganggu konsentrasinya saat melakukan senam otak. Kemudian kebiasaan anak yang selalu siap bergerak lari menuju ke pusat yang menarik perhatiannya juga mendukung dilakukannya senam otak pada anak ADHD di dalam ruangan.

Selain memperhatikan lingkungan pelaksanaan stimulasi, hal lain yang harus diperhatikan adalah sarana yang mendukung pelaksanaan stimulasi senam otak. Sarana disini berarti alat yang mendukung jalannya stimulasi senam otak pada anak ADHD.

“Memberikan apa yang dibutuhkan anak ADHD supaya anak itu fokusnya di tempat kita saja”. (P3, B22)

(7)

Sarana yang digunakan pelatih untuk mempertahankan perhatian anak berada dekat dengan pelatih yaitu menggunakan laptop yang berisi musik dan video-video kesukaan anak ADHD. Selain itu, pelatih juga menggunakan musik kesukaan an.N saat pelaksanaan stimulasi senam.

Menjadi pelatih senam otak untuk anak ADHD tidaklah mudah karena dapat mempengaruhi jalannya pelaksanaan stimulasi. Pelatih harus memiliki trik-trik khusus untuk mempertahankan perhatian anak agar mau mengikuti senam otak.

Trik-triknya itu sih yang penting pelatihnya harus pintar menarik perhatian anak itu dan juga harus sabar”. (P3, B30)

(8)

4.3.2 Gambaran Senam Otak Pada Anak ADHD

Berdasarkan Lembar Observasi I-VIII

4.3.2.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan pelatih untuk mempersiapkan seperti alat dan bahan dan kontrak waktu guna melancarkan jalannya stimulasi senam otak pada anak ADHD. Waktu yang digunakan pelatih saat memberikan stimulasi senam otak yaitu kurang lebih 30 menit. Kemudian mempersiapkan alat dan bahan seperti menyediakan air dan kursi. Sebelum melakukan senam otak, anak selalu dianjurkan untuk minum air secukupnya dan kursi yang disediakan berguna jika anak tidak mau melakukan senam otak dalam kondisi berdiri. Pada tahap ini juga selain pelatih mempersiapkan alat dan bahan orang tua juga harus memastikan bahwa anak dalam kondisi yang sehat dan mampu mengikuti senam otak.

4.3.2.2 Tahap Orientasi

(9)

dan Terminasi. Jika pada pertemuan pertama dilakukan “memperkenalkan diri dan menanyakan nama”, namun

pada pertemuan kedua hingga ke delapan pelatih tidak melakukannya lagi. Pelatih hanya mengingatkan kembali namanya pada an.N.

Respon anak pada pelatih di tahap orientasi ini selalu menunjukkan ketertarikan dalam setiap percakapannya. Meskipun an.N beberapa kali bergerak lari keluar rumah secara tiba-tiba saat berinteraksi, namun ketika an.N masuk ke rumah maka interaksi akan berjalan kembali. Biasanya an.N memulai pembicaraan seperti menanyakan “kamu tinggalnya dimana”.

4.3.2.3 Tahap Kerja

(10)

Gambar 4.1 Pelatih dan an.N sedang melakukan gerakan Clear (Pijat Saklar Otak)

Gambar 4.2 Pelatih dan an.N sedang melakukan gerakan Positif.

[image:10.516.87.447.77.571.2]
(11)

Pada tahap ini, anak selalu mengikuti gerakan seperti yang dilakukan oleh pelatih. Seperti pada gerakan C (Clear) atau memijat saklar otak dimana gerakan tersebut dilakukan sambil mata melirik ke kiri dan ke kanan. Namun, pada bagian ketika anak harus melakukan gerakan sambil mata melirik ke kanan dan ke kiri, Ia belum bisa menirukan hal tersebut. Selanjutnya pada gerakan P (Positif) yaitu gerakan mengaitkan jari-jari tangan dan meletakkannya pada dada kemudian menutup mata serta bernafas secara relaks. Selama delapan kali pertemuan terkadang anak tidak mau menutup mata meskipun sudah diberi perintah oleh pelatih beberapa kali. Pada gerakan A (Aktif) atau gerakan silang, anak belum bisa banyak menirukan gerakan ini, seperti anak belum bisa memegang lutut kanan dari depan menggunakan tangan kiri begitu juga sebaliknya. Kemudian anak tidak bisa melakukan gerakan silang memegang tumit kiri dari belakang menggunakan tangan kanan begitu juga sebaliknya.

4.3.2.4 Tahap Inti (Gerakan Brain Gym)

(12)

peneliti berdasarkan manfaat dan temuan masalah dilapangan serta gerakan-gerakan tersebut tentunya dapat dilakukan oleh an.N.

[image:12.516.86.446.188.600.2]

Dibawah ini adalah gambar beberapa gerakan inti yang diberikan pelatih yang diikuti oleh anak N.

Gambar 4.4 Pelatih dan an.N sedang melakukan gerakan inti. The Elephant The Active Arms

The Energyc Yawn

Lazy Eight’s The Thinking Cap

(13)
[image:13.516.77.446.114.556.2]

Gambar 4.5 Grafik gerakan Inti yang berhasil dilakukan an.N selama delapan kali pertemuan

Berdasarkan gambar diatas, pada pertemuan pertama, an.N sama sekali tidak melakukan gerakan inti. Hal tersebut dikarenakan anak mulai bosan dan hiperaktif (tiba-tiba bergerak menuju yang menjadi perhatiannya). Meskipun pelatih sudah berusaha untuk mencoba mengarahkan anak untuk melakukan senam otak, namun anak menolak dan memilih melakukan kegiatan yang an.N sukai.

(14)

Eight’s). Sedangkan pada pertemuan III anak dapat

melakukan sebanyak 5 gerakan yaitu The Elephant, Lazy Eight’s, The Thinking Cap, Space Buttons dan Ballance

Buttons. Pelatih tidak bisa melanjutkan gerakan-gerakan selanjutnya ketika anak sudah mulai bosan dan hiperaktif. Pada saat melakukan gerakan inti, An.N tiba-tiba keluar rumah dan menuju hal yang menarik perhatiannya yaitu memegang motor yang ada dihalaman rumah. Ketika anak diajak bicara dan dibujuk untuk melakukan senam otak, anak sudah mulai tidak menghiraukan ajakan pelatih untuk senam otak.

(15)

The Energyc Yawn) meskipun tidak dilakukan secara berurutan. Hal tersebut disebabkan karena ketika an.N bosan, Ia memusatkan perhatiannya pada laptop yang menjadi sumber musik. Saat proses dimana pelatih berusaha membujuk an.N untuk melanjutkan gerakan selanjutnya, maka disitulah yang membuat pelatih tidak melakukan gerakan secara berurutan.

Pada pertemuan V pelatih memberikan 5 gerakan inti yaitu gerakan The Thinking Cap, Space Buttons, Ballance Buttons, The active arms dan The Energyc Yawn. Sedangkan pada pertemuan VII pelatih melakukan 6 gerakan yaitu The Elephant, The Lazy Eight’s, Thinking Cap, Space Buttons, Ballance Buttons, dan The Gravitational Glider. Pada pertemuan V, gerakan inti tidak dilakukan secara berurutan karena sama halnya seperti pada pertemuan IV. Sedangkan pada pertemuan VII, gerakan dilakukan secara berurutan. Namun, ada beberapa gerakan yang tidak diberikan oleh pelatih seperti gerakan The Active Arms dan Energic Yawn (lembar observasi V dan VII).

(16)

The Thinking Cap, Space Buttons, Ballance Buttons, Active arms, The Gravitational Glider dan The Energyc Yawn) pada an.N. Pada pertemuan VI pelatih memberikan senam otak pada anak ADHD tidak berurutan disebabkan karena anak yang mulai bosan dan memerhatikan laptop (sumber musik) serta hiperaktifnya. Sedangkan pada pertemuan VIII, pelatih memberikan gerakan inti sebanyak 8 gerakan secara berurutan.

4.3.2.5 Tahap Terminasi

Tahap terminasi merupakan proses dimana pelatih mengevaluasi terkait memberikan pujian an.N dalam keberhasilannya dalam melakukan senam otak. Kemudian pelatih menanyakan perasaan an.N setelah mengikuti senam otak. Hal tersebut dilakukan pelatih agar menumbuhkan rasa nyaman dan percaya an.N pada pelatih di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Serta pelatih juga harus membuat kontrak pertemuan selanjutnya pada anak dan orang tua.

4.3.3 Respon anak ADHD Saat Diberikan Stimulasi Senam

Otak

(17)

lembar observasi pelaksanaan senam otak (pertemuan I-VIII) dan wawancara pelatih. Berdasarkan lembar observasi pertemuan I-VIII bahwa setiap pertemuan anak mau melaksanakan senam otak secara bertahap. Anak yang pada pertemuan pertama tidak mau melakukan gerakan inti karena sudah merasa bosan dan perhatiannya yang mudah teralihkan hingga membuatnya lari menuju perhatian tersebut. Namun, pada pertemuan terakhir (observasi VIII) anak sudah mau melakukan senam otak secara bertahap dan dapat melakukan hampir keseluruhan gerakan inti pada senam otak.

Tidak jauh berbeda dengan hasil observasi I-VIII, hasil wawancara pada pelatih, menunjukkan bahwa anak setiap pertemuannya semakin mau diajak senam. Berikut ungkapan yang dikatakan pelatih.

Pas pertama kali ngajarin senam otak, anaknya malu-malu gitu, soalnya kan kita belum dekat gitu. Tapi lama-lama anak itu semakin mau diajak senam kak. Tapi kadang-kadang anaknya mau gak mau gitu kak. Gimana yah,,, semuanya tergantung anakna juga lah pokoknya”. (P3, B36)

(18)

Namun, setiap pertemuannya an.N semakin mau diajak untuk mengikuti pelaksanaan stimulasi senam otak.

4.3.4 Pengaruh Senam Otak Pada Anak ADHD (An.N)

Untuk mengetahui pengaruh signifikan senam otak pada an.N, didalam penelitian ini menggunakan tiga indikator, yaitu observasi peneliti (Lembar Observasi), skor Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif (SPPAHI) dan wawancara pada orang tua (Ayah/Ibu).

Berdasarkan lembar observasi yang dilakukan peneliti dari pertemuan I-VIII (lihat grafik Gambar 4.4) menunjukkan bahwa setiap minggunya an.N semakin mau diajak untuk melakukan stimulasi senam otak. Observasi ini juga didukung oleh hasil wawancara pada pelatih (P3, B36). Selain itu, anak yang semakin mau untuk mengikuti senam otak, maka perhatian anak juga mengalami peningkatan.

(19)

skor tersebut juga terjadi pada pengisian SPPAHI pada guru an.N. Skor sebelum dilakukannya stimulasi senam otak pada an.N adalah 91 > 29 (29 adalah batas Cut off Score Guru). Setelah diberikan stimulasi senam otak skornya berubah menjadi 77 > 29.

Berdasarkan hasil wawancara pada pelatih mengenai respon anak setelah diberikan senam otak, Ia merasa bahwa senam otak sangat efektif jika dilakukan rutin setiap hari pada anak ADHD.

“Yahh,, menurut saya senam otak itu efektif dilakukan sama anak ADHD, soalnyakan senam otak itu bisa mengurangi perilaku hiperaktifnya. Pertamanya aja kak anaknya itu susah diajak senam, tapi lama-lama dia mau juga kan. Misalnya dilakukan terus menerus juga bisa menambah fokusnya”. (P3, B42)

(20)

Jika hasil observasi, wawancara pada pelatih dan hasil skor SPPAHI yang mengalami penurunan menunjukkan secara signifikan pengaruh senam otak pada anak ADHD. Hal tersebut berbeda dengan hasil wawancara pada orang tua (Ibu).

Peneliti : Kalau menurut ibu, gimana perubahan sama adek N sekarang bu setelah diajarin senam otak ? (P1, B101)

Ibu : “Kayaknya masih sama saja mba, yah masih gitu-gitu aja mba. Hiperaktifnya,, terus konsentrasinya yang rendah. Tapi mungkin karena gak rutin itu kali yah mba”. (P2, B102)

Berdasarkan percakapan diatas, Ibu an.N merasa belum ada perubahan yang tampak pada anaknya setelah diberikan senam otak. Namun ibu merasa ada kemungkinan perubahan jika senam otak dilakukan secara rutin pada anaknya.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Lingkungan, Sarana yang Mendukung dan Pelatih

Mempengaruhi Pelaksanaan Stimulasi Senam Otak

(21)
(22)

kecemasan yang dirasakan. Kemudian Massey (2001) juga mengatakan bahwa menjadi seorang pelatih atlet anak-anak harus mengetahui keadaan atletnya.

4.4.2 Respon Anak yang Semakin Mau Mengikuti Stimulasi

Senam Otak

Respon adalah setiap tingkah laku berupa tanggapan atau balasan terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Respon yang muncul pada an.N saat pelaksanaan stimulasi senam otak menunjukkan bahwa anak semakin mau mengikuti senam otak. Hal tersebut berdasarkan dari hasil lembar observasi pelaksanaan senam otak pada anak ADHD (pertemuan I-VIII) dan wawancara pada pelatih. Respon tersebut juga didukung oleh penelitian Harini D (2010) bahwa perilaku yang paling tampak selama proses penelitian adalah anak ADHD makin hari makin mau diajak senam otak, bahkan mengajak untuk melakukan senam otak.

4.4.3 Pengaruh Stimulasi Senam Otak pada Anak ADHD

(23)

Dikatakan beresiko tinggi ADHD apabila skor SPPAHI yang diisi oleh orang tua dan guru melebihi batas Cut off Score (Saputro, 2007). Berdasarkan hasil skor (SPPAHI) yang diisi oleh orang tua dan guru setelah diberikan stimulasi senam otak terdapat penurunan jumlah skor dengan penurunan masing-masing 14 skor. Hasil skor SPPAHI yang diisi oleh orang tua dan guru menunjukkan bahwa skor SPPAHI oleh orang tua lebih tinggi dibanding guru sekolah. Hal tersebut disebabkan orang tua lebih mengerti keseharian anak walaupun perbedaan hasil skornya tidak terpaut jauh. Jadi, berdasarkan penurunan jumlah skor SPPAHI yang signifikan, berarti ada pengaruh stimulasi senam otak pada anak ADHD.

(24)

logika, serta menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh.

Gambar

Gambar 4.1 Pelatih dan an.N sedang melakukan gerakan
Gambar 4.4 Pelatih dan an.N sedang melakukan gerakan inti.
Gambar 4.5 Grafik gerakan Inti yang berhasil dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan model Creative Problem Solving siswa diharapkan mampu belajar secara mandiri dan dapat memecahkan permasalahan yang ada pada proses pembelajaran

Sekarang saya ingin meninjau bersama Anda tiga ca- ra atau metode dasar mengenai memperoleh air hi- dup dari reservoir tulisan suci: (1) membaca tulisan suci dari awal hingga

bahwa ketentuan dalam Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor 119/2813/SJ Nomor 117/KMK.07/2020 ten tang Percepatan Penyesuian Anggaran

Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.(Merill)).. Pemberian Bokashi dengan Dosis

POWER PURCHASE AGREEMENT BOJONEGARA FINANCE LEASE AGREEMENT PLTU TANJUNG JATI B HUB.HUKUM PARA PIHAK PT PLN (Persero) sebagai buyer , IPP sebagai seller PT PLN

[r]

STUDI MENGENAI CONSTRUCTION WASTE PADA PROYEK KONSTRUKSI DI DAERAH KABUPATEN BADUNG, I Putu Gede Jaya Purnatha, NPM 08 02 13008, tahun 2013, Bidang Keahlian Manajemen

Mengetahui faktor-faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya waste atau pemborosan pada proyek konstruksi di Daerah Kabupaten