PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF
BERBASIS INTERNET PADA BERITA WACANA LISAN
OLEH SISWA/I KELAS VII SMP NEGERI 2 TIMANG
GAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
SURYANA 8106121007
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF
BERBASIS INTERNET PADA BERITA WACANA LISAN
OLEH SISWA/I KELAS VII SMP NEGERI 2 TIMANG
GAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
SURYANA 8106121007
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS INTERNET PADA BERITA WACANA LISAN OLEH SISWA/I SMP
NEGERI 2 TIMANG GAJAH TAHUN AJARAN 2012/2013
Nama : Suryana
Nim : 8106121007
Prodi : Teknologi pendidikan
Menyetujui DOSEN PEMBIMBING
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Prof. Dr. Sahat Siagian, M. Pd Prof. Dr. Muhammad Badiran, M .Pd NIP : 19610104 198703 1017 NIP : 194410301976031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknologi pendidikan
PERSETUJUAN REVISI DEWAN PENGUJI TESIS
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS INTERNET PADA BERITA WACANA LISAN OLEH SISWA/I SMP
NEGERI 2 TIMANG GAJAH TAHUN AJARAN 2012/2013
No. NAMA TANDA TANGAN
1. Prof. Dr. Sahat Siagian, M. Pd ... Pembimbing I
2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M .Pd ... Pembimbing II
3. Prof. Dr. Abdul Hasan Saragih, M.Pd ... Narasumber/ Penguji
4. Dr.R. Mursid, M.Pd ... Narasumber/ Penguji
5. Dr.Rosmawaty Harahap, M.Pd ... Narasumber/ Penguji
Nama : Suryana Nim : 8106121007
i ABSTRAK
SURYANA, Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Berita Wacana Lisan Kelas VII SMP Negeri 2 Timang Gajah. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013
Studi ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan multimedia interaktif yang layak digunakan, mudah dipelajari siswa dan dapat dipakai untuk pembelajaran individual, (2) untuk mengetahui keefektifan multimedia interaktif yang dikembangkan pada mata pelajaran berita wacana lisan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan produk Borg dan Gall yang dipadu dengan model pengembangan pembelajaran Dick dan Carey. Model pengembangan produk pembelajaran ini merupakan model yang disusun secara terprogram dengan urutan yang sistematis dan memenuhi karakteristik siswa dalam belajar. Model ini meliputi enam tahapan, yakni: studi literatur, perencanaan atau desain pengembangan, pengembangan produk, validasi ahli, uji coba, revisi, produk akhir. Subyek uji coba terdiri dari dua ahli materi mata pelajaran berita wacana lisan, dua ahli desain pembelajaran, dua ahli rekayasa perangkat lunak dan desain grafis, tiga siswa untuk uji perorangan, sembilan siswa untuk uji kelompok kecil, dan lima puluh delapan siswa untuk uji lapangan. Data tentang kualitas produk pengembangan ini dikumpulkan dengan angket. Data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan; (1) uji ahli materi mata pelajaran berita wacana lisan berada pada kualifikasi sangat baik (93.83%), (2) uji ahli desain pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik (88.55%), (3) uji ahli rekayasa perangkat lunak dan desain grafis berada pada kualifikasi sangat baik (94.10%), (4) uji coba perorangan berada pada kualifikasi sangat baik (91.43%), uji coba kelompok kecil berada pada kualifikasi sangat baik (93,63%), uji coba lapangan berada pada kualifikasi sangat baik (97.96%).
Produk akhir dari pengembangan media pembelajaran ini dilanjutkan dengan uji keefektifan produk. Penelitian dilakukan pada siswa semester ganjil kelas VII tahun pelajaran 2012/2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 58 siswa yang terdiri dari 29 siswa sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan multimedia interaktif dan 29 siswa sebagai kelas kontrol yang menggunakan media cetak dan audio sebagaimana yang berlangsung selama ini dalam proses pembelajaran.
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan multimedia interaktif dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan media cetak dan audio. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengolahan data diperoleh thitung = 3,328 pada taraf
ii ABSTRACT
SURYANA, Development of Internet-Based Interactive Multimedia in news word express. Thesis: Graduate Program, State University of Medan, 2013.
This study aimed to: (1) produces interactive multimedia that are appropriate to use, easy to learn and can be used for students with individual learning; (2) to determine the effectiveness of interactive multimedia that are developed in the course of berita wacana lisan.
The type of this study is the research development of research that uses the Borg and Gall model of product development combined with the model of Dick and Carey's learning development. The product of this development learning model is conducted by sequence composed systematic programming that meet the characteristics of students in learning. This model includes six stages, described as follow: (1) literature study; (2) Planning or design development; (3) Product development; (4) expert validation, (5) testing, (6) revision of the final product. The Test subjects of this development process are consisted of : (1) two expert related to the berita wacana lisan; (2) two instructional design experts; (3) two experts that related to software engineering and graphic design; (4) three students for individual trials; (5) nine students to test a small group; and (6) fifty-eight students to the field test. Data regarding the quality of the product was collected by questionnaire. The collected data is analyzed by qualitative descriptive analysis techniques.
The analysis results showed : (1) The Expert assessment related to the berita wacana lisan is within the range of very good (89.83%); (2) The Expert assessment related to the instructional design is within the range of very good (84.38%); (3) The Expert assessment related to the engineering and design software the graphics subject is within the range of very good (88.15%); (4) The individual trials subject assessment is within the range of very good (92.92%); (5) The small-group trials subject assessment is within the range of very good (93.33%) and (6) The field trials result is within the range of very good (97.72%).
The final product of the development of instructional media is followed by a test of the effectiveness of the product. The study was conducted in odd semester students VII class 2012/2013 school year. The method used in this study is quasi-experimental methods. Study sample as many as 58 students consisting of 29 students as a classroom experiment that were treated using an interactive learning medium and 29 students as a control class that uses text media and audio as a medium of learning that took place during this learning process.
v
B. Identifikasi Masalah ... 15
C. Pembatasan Masalah ... 15
D. Rumusan Masalah ... 16
E. Tujuan Penelitian Pengembangan... 16
F. Manfaat Penelitian Pengembangan ... 17
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGUJIAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis ... 18
1. Hakikat Pembelajaraan Bahasa Indonesia ... 18
a. Pembelajaraan Bahasa Indonesia ... 18
b. Berita Wacana Lisan ... 20
2. Teori Pengembangan Produk ... 25
a. Tinjauan Teknologi Pembelajaran ... 25
b. Hakikat Media Pembelajaran ... 28
1. Media cetak ... 33
2. Audio... 38
3. Multimedia Interaktif Berbasi Internet ... 40
c. Softwere Presentasi Multimedia Interaktif Berbasi Internet ... 49
3. Pengembangan Multimedia Interaktif pada Mata pelajaran Bahasa Indonesia ... 60
vi
C. Kerangka Berpikir ... 68
D. Hipotesis Penelitian ... 69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 70
B. Model Pengembangan ... 70
3. Pelaksanaan Uji Coba ... 75
4. Jenis data ... 77
5. Instrumen Pengumpulan Data ... 78
a. Lembar Angket ... 79
b. Lembar Wawancara ... 83
c. Lembar Observasi... 83
6. Teknik Pengumpulan Data ... 84
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan Produk ... 85
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Delapan Tipe Intelegensi Gardner ... 29
Tabel 2. Dua Pandangan Tentang Desain Multimedia... 43
Tabel 3. Dua Tujuan Multimedia Learning... 45
Tabel 4. Tiga Pandangan Tentang Multimedia ... ...45
Tabel 5. Sintaksis Model Presentasi ... 55
Tabel 6. Teori Kognitif Tentang Multimedia Learning ... 57
Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Materi Penelitian ... 79
Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian tentang Kualitas Materi Pembelajaran, Sistem Penyampaian Pembelajaran dan Kualitas Strategi Pembelajaran ... 80
Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Penelitian tentang Kualitas Desain Informasi, Desain Interaksi, dan Desain Presentasi ... 81
Tabel 10. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kualitas Rekayasa Perangkat Lunak Ahli Perangkat Lunak...82
Tabel 11. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kualitas Materi Pembelajaran dan Kualitas Teknis/Tampilan...82
Tabel 12. Data Analisis Kebutuhan ... ..85
Tabel 13. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Oleh Ahli Materi Tentang Kualitas Materi Pembelajaran (Skala 1-5)...91
Tabel 14. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Oleh Ahli Materi Tentang Kualitas Strategi Pembelajaran (Skala 1-5)...91
ix
Tabel 19. Ikhtisar Data Hasil Kajian Terhadap Multimedia Interaktif Matakuliah Menggambar Teknik Ahli Materi ... ... 94
Tabel 20. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Oleh Ahli Desain Pembelajaran Tentang Aspek Kualitas Desain Pembelajaran (Skala 1-5)... 96
Tabel 21. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Oleh Ahli Desain Pembelajaran Tentang Aspek Kualitas Desain Informasi (Skala 1-5)... 96
Tabel 22. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Oleh Ahli Desain Pembelajaran Tentang Aspek Kualitas Desain Interaksi Skala 1-5)... 97
Tabel 23. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Oleh Ahli Desain Pembelajaran Tentang Aspek Kualitas Presentasi (Skala 1-5) ... 98
Tabel 24. Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli Desain Pembelajaran Terhadap Kualitas Desain Pembelajaran... 98
Tabel 25. Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli Desain Pembelajaran Terhadap Kualitas Desain Informasi ... 99
Tabel 26. Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli Desain Pembelajaran Terhadap Kualitas Interaksi ... 99
Tabel 27. Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli Desain Pembelajaran Terhadap Kualitas Presentasi ... 99
Tabel 28. Ikhtisar Data Hasil Kajian Terhadap Multimedia Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Oleh Ahli Desain
Pembelajaran ... 100
Tabel 29. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Oleh Ahli Rekayasa Perangkat Lunak dan Desain Grafis Pada Aspek Pemprograman (Skala 1-5)... 101
Tabel 30. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Oleh Ahli Rekayasa Perangkat Lunak Pada Aspek Kualitas Teknis/Tampilan (Skala 1-5)... 102
Tabel 31. Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli Rekayasa Perangkat Lunak
x
Tabel 32. Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli Rekayasa Perangkat Lunak Terhadap Kualitas Teknis/Tampilan ... 102
Tabel 33. Ikhtisar Data Hasil Kajian Terhadap Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Oleh Ahli Rekayasa Perangkat Lunak ... 103
Tabel 34. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Perorangan di SMP Negeri 2
Timanggajah kelas VII Tentang Kualitas Materi Pembelajaran ... 104
Tabel 35. Skor Penilaian Penilaian Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Perorangan di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII Tentang Aspek Kualitas
Teknis/Tampilan ... 104
Tabel 36. Tingkat Kecenderungan Penilaian Terhadap Aspek Kualitas Materi Pembelajaran Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Materi
Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Perorangan di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII ... 105
Tabel 37. Tingkat Kecenderungan Penilaian Terhadap Aspek Kualitas Teknis/ Tampilan Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Perorangan di SMP
Negeri 2 Timanggajah kelas VII. ... 106
Tabel 38. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Uji Coba Kelompok Kecil di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII Pada Aspek Kualitas Materi pembelajaran ... 107
Tabel 39. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Uji Coba Kelompok Kecil di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII Pada Aspek Kualitas Teknis/Tampilan ... 107
Tabel 40. Tingkat Kecenderungan Penilaian Terhadap Aspek Kualitas Materi Pembelajaran Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada Materi
Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Kelompok Kecil di SMP
Negeri 2 Timanggajah kelas VII. ... 108
Tabel 41. Tingkat Kecenderungan Penilaian Terhadap Aspek Kualitas Teknis/Tampilan Multimedia Interaktif Berbasis Internet Pada
Materi Berita Wacana Lisan Uji Coba Kelompok Kecil Pada Uji
Coba Kelompok Kecil di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII. ... 108
xi
Tabel 43. Skor Penilaian Multimedia Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Uji Coba Lapangan di SMP Negeri 2
Timanggajah kelas VII Pada Aspek Kualitas Materi Pembelajaran . 109
Tabel 44 Skor Penilaian Multimedia Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Uji Coba Lapangan di SMP Negeri 2
Timanggajah kelas VII Pada Aspek Kualitas Teknis/Tampilan ... 110
Tabel 45 Tingkat Kecenderungan Penilaian Terhadap Aspek Kualitas Materi Pembelajaran Multimedia Interaktif Berbasis Internet pada Materi
Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Lapangan di SMP Negeri 2
Timanggajah kelas VII ... 111
Tabel 46 Tingkat Kecenderungan Penilaian Terhadap Aspek Kualitas Teknis/Tampilan Multimedia Interaktif Berbasis Internet pada
Materi Berita Wacana Lisan Pelajaran Pada Uji Coba Lapangan di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII ... 111
Tabel 47 Persentase Rata-Rata Hasil Penilaian Terhadap Multimedia
Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Oleh Ahli Materi ... 112
Tabel 48 Persentase Rata-Rata Hasil Penilaian Terhadap Multimedia
Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Oleh Ahli Desain Pembelajaran ... 115
Tabel 49 Persentase Rata-Rata Hasil Penilaian Terhadap Multimedia
Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Oleh Ahli Rekayasa Perangkat Lunak ... 117
Tabel 50 Persentase Rata-Rata Hasil Penilaian Terhadap Multimedia
Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Perorangan ... 120
Tabel 51 Persentase Rata-Rata Hasil Penilaian Terhadap Multimedia
Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Kelompok Kecil ... 121
Tabel 52 Persentase Rata-Rata Hasil Penilaian Terhadap Multimedia
Interaktif Berbasis Internet pada Materi Berita Wacana Lisan Pada Uji Coba Lapangan di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII ... 122
Tabel 53 Data Hasil Revisi Pada 3 Topik Oleh Ahli Materi ... 124
xii
Tabel 55 Data Hasil Revisi Pada Topik Pengertian dan Unsur-Unsur Berita Oleh Ahli Materi ... 125
Tabel 56 Data Hasil Revisi Pada Topik contoh Vidio Berita Oleh Ahli
Materi ... 126
Tabel 57 Data Hasil Revisi Ahli Desain Pembelajaran ... 126
Tabel 58 Data Hasil Revisi Ahli Rekayasa Perangkat Lunak ... 127
Tabel 59 Frekwensi Nilai Hasil Belajar yang Dibelajarkan Dengan
Menggunakan Multimedia Interaktif ... 128
Tabel 60 Frekwensi Nilai Hasil Belajar yang Dibelajarkan Dengan Tanpa
Menggunakan Multimedia Interaktif ... 129
Tabel 61 Rangkuman Presentasi Rata-rata Hasil Penilaian Terhadap
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Pembelajaran ... 2
Gambar 2. Definisi Teknologi Pendidikan/Pembelajaran Seels dan Richey ... 27
Gambar 3. Prosedur Pengembangan Borg & Gall (1983:775) ... 61
Gambar 4. Bagan Model Pengembangan Desain Instruksional Dick & Carey .... 65
Gambar 5. Bagan Prosedur Pengembangan media Pembelajaran Interaktif
berpaduan Borg & Gall dan Dick & Carey (2005) ... 73
Gambar 6. Tahap-Tahap Ujicoba Produk Pemngembangan Multimedia Interaktif
Berbasis internet Pada Materi Berita Wacana Lisan ... .89
Gambar 7. Diagram Batang Perolehan Skor Empiris Multimedia Interaktif
Berbasis internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Oleh Ahli
Materi ... 113
Gambar 8. Diagram Batang Perolehan Skor Empiris Multimedia Interaktif
Berbasis internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Oleh Ahli Desain
Pembelajaran ... 116
Gambar 9. Diagram Batang Perolehan Skor Empiris Multimedia Interaktif
Berbasis internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Oleh Ahli
Rekayasa Perangkat Lunak ... 118
Gambar 10. Diagram Batang Perolehan Skor Empiris Evaluasi Multimedia
Interaktif Berbasis internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Pada
Ujicoba Perorangan di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII ... 120
Gambar 11. Diagram Batang Perolehan Skor Empiris Evaluasi Multimedia
Interaktif Berbasis internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Pada
Ujicoba Kelompok Kecil di SMP Negeri 2 Timanggajah kelas VII. 121
Gambar 12. Diagram Batang Perolehan Skor Empiris Evaluasi Multimedia
Interaktif Berbasis internet Pada Materi Berita Wacana Lisan Pada
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Silabus Bahasa Indonesia Kelas VII SMP ... 151
Lampiran II. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ... 152
Lampiran III. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)... 154
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Setelah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran), Kementerian
Pendidikan Nasional menggagas ide baru dengan inovasinya yang bertajuk
Kurikulum Berkarakter. Hal ini berdasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat
tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi muda. Oleh
karena itu pada era saat ini diperlukan kurikulum pendidikan yang berkarakter;
dalam arti dapat diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik terutama
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang terdiri dari empat keterampilan
dasar berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keempat
keterampilan tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Tujuan
pembelajaran bahasa adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks
komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran,
daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu
dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Sementara itu, dalam kurikulum 2010 disebutkan bahwa tujuan
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara umum meliputi: (1) Siswa
menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
(nasional) dan bahasa negara. (2) Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi
bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
2
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial. (4) Siswa memiliki
disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis). (5) Siswa mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. (6) Siswa menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk sampai pada tujuan tersebut, diperlukan strategi penyampaian
pembelajaran berupa metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada
pembelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pelajar.
Adapun strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi
antara pelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran.
Miarso, (2009: 460) menjelaskan, Proses pembelajaran dapat digambarkan
dengan pola sebagai berikut:
Gambar 1. Proses Pembelajaran KURIKULUM
GURU GURU
DENGAN
MEDIA GURU
MEDIA GURU MEDIA MEDIA
3
Masih banyak di antara kita, para guru, yang menggunakan pola No. 1,
yaitu memberikan pelajaran tanpa menggunakan media. Pada pola No. 2 guru
mulai menggunakan media yang dikembangkan sendiri. Sedangkan pada pola No.
3 guru menggunakan media yang telah tersedia. Pada pola No. 4 guru berbagi
tugas dengan media, misalnya media untuk presentasi pada bahan pembelajaran,
sedang guru untuk membina jalannya pembelajaran. Pada pola No. 5, terjadi
belajar (mandiri, individual, dan lain-lain) dengan hanya menggunakan media.
Untuk itu di dalam pembelajaran dibutuhkan komunikasi yang baik dalam
penyaluran pesan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu pokok
pembelajaran. Pesan tersebut disampaikan guru kepada siswa melalui suatu media
dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu. Dalam sistem pembelajaran
modern saat ini, siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima
pesan, tetapi dapat berbalik fungsi, siswa bertindak sebagai komunikator atau
penyampai pesan. Dalam kondisisi seperti ini, maka akan terjadi komunikasi dua
arah. Suatu kegiatan pembelajaran dibutuhkan media untuk meningkatkan tingkat
keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut
akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan
sumber/penyalur pesan lewat media tersebut.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan kondisi pendidikan saat ini, di
sekolah-sekolah yang banyak menggunakan pendekatan ekspositori. Pendekatan
ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkahlaku di kelas dan penyebaran
pengetaahuan dikontrol oleh guru sehingga komunikasi yang terjadi hanya satu
4
hanya diberikan kesempatan berinteraksi saat guru bertanya dan siswa menjawab.
Dan apabila guru kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan
kepada siswa guru menggunakan alat bantu seperti buku, gambar, bagan, grafik,
dan lain-lain yang berbentuk terpisah. Sehingga sistem pembelajaran ekspositori
yang di terapkan di sekolah saat ini kurang fleksibel dan inovatif.
Hal ini sesuai dengan fakta dilapangan yang di temui peneliti khususnya di
SMP Negeri 2 Timang Gajah proses belajar yang terjadi hanyalah satu arah, di
mana guru yang menjadi kominukator dan penyampai pesan dan siswa hanya
berperan sebagai audien, selain itu media yang di gunakan masih media terpisah
dalam bentuk media cetak dan audio pada pelajaran bahasa Indonesia dengan
materi berita wacana lisan, sangat membutuhkan waktu yang ekstra dalam
pelaksanaannya di lapangan. karena itu penulis tertarik mengambil materi berita
wacana lisan, karena masih banyak siswa SMP yang belum mengerti mengenai
materi tersebut walau terlihat mudah, Untuk itu di perlukan media yang bersifat
multimedia interaktif, di mana semua contoh dan pesan pelajaran terdapat dalam
satu piranti yang berbentuk satu kesatuan yang utuh yang saat ini lebih dikenal
dengan multimedia interaktif.
Guru yang kreatif akan menggunakan media yang inovatif selain
diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dalam proses belajar mengajar untuk
lebih cepat dan mudah memahami atau mengerti terhadap materi pelajaran yang
disampaikan, juga lebih baik dalam pemanajemenan waktu. Maka dalam proses
pembelajaran melalui multimedia interaktif akan terjadi perubahan pengetahuan
5
interaksi antara multimedia interaktif yang disajikan guru kepada siswa cukup
cermat, cepat dan tepat.
Melihat perkembangan ilmu dan teknologi, pembelajaran secara umum
sedikit banyaknya terpengaruh oleh adanya perkembangan dan
penemuan-penemuan dalam bidang keterampilan dan komputerisasi. Pengaruh
perkembangan tersebut nampak jelas dalam upaya-upaya pembaharuan sistem
pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, media pembelajaran menjadi suatu
bidang yang seyogianya dikuasai oleh setiap guru profesional.
Tumbuhnya kesadaran terhadap pentingnya pengembangan media
pembelajaran di masa yang akan datang, diharapkan akan dapat direalisasikan
dalam praktik. Banyak usaha yang dapat dikerjakan, di samping memahami
penggunaannya, para gurupun dituntut untuk mengembangkan keterampilan
“membuat sendiri” media yang menarik, murah dan efesien, dengan tidak
menolak kemungkinan pemanfaatan alat modern yang sesuai dengan kebutuhan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran di era industrialisasi saat ini.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut, guru juga sebaiknya tidak
melupakan siswa untuk memanfaatkan semua alat indra yang dimilikinya.
Artinya, dapat di lakukan dengan menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat
diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan
untuk menerima dan mengelola pesan semakin besar kemungkinan pesan tersebut
dimengerti dan diharapkan dapat menerima dan menyerap dengan mudah. Baik
6
Levie (dalam Arsyad, 2010:9) mengungkapkan:
yang membacakan hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Dilain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan(sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dual coding
hypothesis (hipotesis koding ganda).
Hal ini juga sependapat dengan Paivio (dalam Arsyad, 2010:9) yang
menyatakan bahwa, “ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah
simbol-simbol verbal kemudian menyimpannya dalam bentuk proposisi image,
dan yang lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan
dalam bentuk proposisi verbal”.
Belajar dengan mengunakan indera ganda pandangan dan pendengaran
berdasarkan konsep di atas akan memberikan keuntungan bagi siswa dikarenakan
Siswa akan lebih termotivasi dalam belajar, dibandingkan materi pelajaran yang
hanya disampaikan dengan satu stimulus pandang atau dengar.
Para ahli memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan
pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera pedengaran sangat
menonjol perbedaannya seperti yang dijelaskan oleh Bough (dalam Arsyad,
2010:10) yaitu, “kurang lebih 90% hasil belajar seseorang di peroleh melalui
indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera pendengaran, dan
5% lagi dengan indera lainnya”. Sedangkan menurut Dale (dalam Arsyad,
7
pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera
lainya sekitar 12%”.
Tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama
penerimaan isi pembelajaran/pesan sangat berperan besar dalam proses
pembelajaran. dikarenakan oleh pengalaman langsung akan memberikan kesan
paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang
terkandung dalam pengalaman itu, hal ini terjadi karena melibatkan indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan learning by
doing.
Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu
dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti bagan, grafik atau kata. Pesan
yang terkandung dalam lambang-lambang, akan ditafsirkan dengan indera yang
terbatas, yakni indera penglihatan dan indera pendengaran. Meskipun tingkat
partisipasi fisik berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan
berkembang. Sesungguhnya, pengalaman kongkret dan pengalaman abstrak
dialami silih berganti; hasil belajar dari pengalaman langsung mengubah dan
memperluas jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya, kemampuan
interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman
yang di dalamnya ia terlibat langsung.
Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti merasa tertantang untuk
mengembangkan sebuah media yang dapat melibatkan alat indera peserta didik
8
Media pembelajaran itu sendiri, terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur
peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawakannya
(softwere). Sehingga media pembelajaran memerlukan peralatan untuk
menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan
atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut, media merupakan
salah satu komponen utama dalam pembelajaran selain, tujuan, materi, metode
dan evaluasi, maka sudah seharusnya dalam pembelajaran guru menggunakan
media pelajaran yang disajikan dengan menggunakan media elektronik yang
didesain untuk kepentingan belajar mengajar. Untuk itu pemilihan media di sini
sangatlah penting, karena kedudukan media yang strategis dapat menunjang
motivasi dan keberhasilan dalam belajar. Dengan tidak mengindahkan konsep
pembelajaran sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat suatu totalitas
yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapaian
tujuan. Untuk itu diperlukan media yang sesuai dengan materi pembelajaran yang
akan disampaikan, agar proses pembelajaran ini tepat sasaran dan sesuai dengan
kurikulum dan silabus yang ada di sekolah tersebut.
Dilihat dari pengadaan media pembelajaran, Susilana,(2009:61)
menjelaskan:
media dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu media yang sudah tersedia di lingkungan sekolah atau tersedia di pasaran (media
by utilization), dalam hal ini media dirancang secara khusus oleh
9
Masing-masing media pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kelebihan dari media siap pakai adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya
untuk pengadaannya. kekurangannya media siap pakai belum tentu sesuai dengan
kebutuhan, tujuan, dan karakteristik materi yang akan diajarkan di sekolah yang
dimaksud. Dan untuk media by design kekurangannya dalam merancang media
adalah memerlukan waktu, tenaga dan biaya. Adapun kelebihan dari media ini
kecil kemungkinan ketidak sesuaian media dengan kebutuhan materi dan tujuan
yang diharapkan dalam proses pembelajaran karena yang mendesain adalah guru
itu sendiri. Di sini guru juga diharapkan tidak hanya berberan sebagai
transformator artinya guru berperan hanya sebagai penyampaian pesan dengan
menggunakan komunikasi langsung (direct communication), pola ini membuat
siswa kurang aktif karena, siswa hanya menerima materi saja. Seperti halnya
analogi gelas yang siap diisi air. Konsep ini tidak sesuai dengan konsep
pembelajaran (instructional), pembelajaran memandang siswa sebagai individu
yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang perlu dieksplorasi secara
optimal.
Selain memandang penting peranan siswa dalam belajar, proses
pembelajaran juga menuntut peran guru lebih luas. Peran tersebut adalah sebagai
desainer pembelajaran dalam kata lain mampu merancang sebuah pembelajaran
yang baik dan termasuk di dalamnya merancang media pembelajaran.
Sebaik-baiknya media yang digunakan dalam pembelajaran adalah memiliki tingkat
relevansi dengan tujuan, materi dan karakteristik siswa. Di lihat dari wewenang
10
materi, mengetahui tujuan apa yang mesti dibuat dan mengenali betul kebutuhan
siswanya. Dengan demikian alangkah baiknya kalau media juga dibuat oleh guru.
Karena guru yang mengetahui secara pasti kebutuhan untuk pembelajarannya,
termasuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa pada materi yang
diajarkan. Disinilah peran guru sebagai creator (menciptakan media yang tepat,
efesien dan menyenangkan bagi siswa).
Media yang dapat dibuat guru tidak terbatas jenis dan bentuknya,
tergantung hasil pemilihannya mana yang paling tepat, dari sekian banyak media
yang cocok untuk siswa. Selain itu media yang umum digunakan saat ini adalah
media berbasis komputer seperti media presentasi yang kemudian di koneksi
dalam bentuk internet. Maka sangat tepat jika guru mampu membuat media
minimal media grafis dan media presentasi berbantu komputer dengan
berbasiskan internet.
Keberadaan internet yang telah meluas sampai tingkat sekolah menengah
saat ini belum banyak digunakan untuk meningkatkan prestasi, khususnya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan internet dalam bidang pendidikan
hingga saat ini belum maksimal. Pembelajaran berbasis internet merupakan
komponen sistem penyampaian pengajaran yang dapat digunakan dalam
mendukung proses pembelajaran. Penerapan berbasis internet dilandasi oleh
persepsi bahwa pembelajaran akan berlangsung dengan baik, efektif, dan
menyenangkan jika didukung oleh media pembelajaran yang dapat menarik minat
11
Pembelajaran berbasis internet merupakan sebuah program pembelajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat
lunak berupa komputer dan internet yang berisi materi pelajaran. Dalam
pembelajaran berbasis internet ini, sajian utamanya berupa bacaan dan
demonstrasi. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk memberikan pemahaman
secara tuntas kepada siswa mengenai materi atau pelajaran yang sedang
dipelajarinya. Dalam pembelajaran ini, guru sebagai tutor berorientasi pada upaya
membangun motivasi belajar siswa melalui penggunaan software komputer yang
berbasis internet.
Belajar dengan bantuan komputer atau belajar dengan bantuan media yang
lain, misalnya: buku, kaset, dan sebagainya, memiliki tujuan yang sama yaitu
memberi pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi untuk saat ini pembelajaran
berbasis internet merupakan salah satu solusi yang cukup baik dalam dunia
pendidikan terutama dalam proses belajar dan mengajar karena mencakup semua
media yang digunakan dalam belajar. Mulai dari materi untuk dibaca, suara yang
memberi penjelasan sampai tersedianya soal latihan dan pembahasannya. Selain
itu juga memungkinkan pemanajemenan waktu belajar yang lebih efektif dan
fleksibel.
Penggunaan internet sebagai media pembelajaran memberikan
kemungkinan pengelolaan proses pembelajaran yang lebih inovatif, karena
penggunaan internet sebagai multimedia interaktif diharapkan dapat membuat
siswa belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan dan daya tangkap
12
menambah wawasan guru dalam menyajikan media yang menarik untuk siswa,
sehingga tidak membuat jenuh dan bosan dengan media mengajar yang itu-itu
saja. Dengan adanya multimedia interaktif ini maka kejenuhan dan kebosanan
siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan dengan media cetak (buku), akan
berubah menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Arsyad (2010: 70),
“multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media. Ia bisa berupa kombinasi
antara teks, grafik, animasi, suara, dan vidio. Dan Susilana (2009: 126) juga
menjelaskan, “definisi media interaktif ialah alat atau sarana pembelajaran yang
berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang
secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi/subkompetensi mata
pelajaran yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya”.
Dari penjelasan kedua ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
multimedia interaktif adalah media yang terdiri lebih dari satu unsur media yang
di dalamnya terdapat materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang sengaja dirancang secara sistematis dan menarik.
Multimedia interaktif ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan
efektifitas hasil belajar bagi penggunanya. Pembelajaran dengan menggunakan
multimedia interaktif juga dapat memberikan respon terhadap stimulus yang
diberikan oleh siswa. Selain itu setiap respon dimungkinkan untuk diberikan
penguatan (reinforcemen) secara otomatis yang telah terprogram, penguatan
terhadap jawaban benar dan salah dari siswa reinforcemen diberikan untuk
13
didesain. Hal ini sesuai dengan tori belajar Behaviorisme (Stimulus-Respons) di
mana belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan
paradigma S-R (Stimulus-Respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons
tertentu terhadap yang datang dari luar.
Pembelajaran multimedia interaktif juga dapat digunakan oleh siswa
secara individual, tidak hanya dalam setting kelas di sekolah, tetapi juga di rumah.
Materi dapat diulang-ulang sesuai kehendak siswa karena telah disajikan dalam
bentuk CD pembelajaran. Atau dapat pula disajikan secara klasifikasi dengan
jumlah siswa maksimal 50 orang di ruang komputer, atau kelas biasa, dan dapat
dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah
tersedia di program komputer dengan bantuan proyektor.
Selain itu multimedia interaktif juga dapat menumbuhkan keingintahuan
siswa terhadap materi dan merubah rasa ingin tahu untuk mempelajari media itu
sendiri. Rancangan isi dan desain multimedia interaktif, memberi peluang untuk
menumbuhkan kreatifitas siswa melalui kegiatan-kegiatan belajar dengan
menggunakan multimedia interaktif. Selain itu visualisasi dan audiovisual
informasi yang disampaikan, akan menumbuhan motivasi belajar terhadap siswa
di dalam kelas. Seperti teori belajar Ausubel, materi yang dipelajari diasimilasikan
dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Belajar
seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna. Untuk itu diperlukan
dua persyaratan: (1) materi yang secara potensial bermakna, dan dipilih serta
14
masa lalu, (2) Suatu situasi belajar yang bermakna. Faktor motivasional
memegang peranan penting dalam teori ini.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar, seorang guru hendaknya mampu untuk memberikan
atau menampilkan media belajar yang menarik, sehingga siswa dapat memahami
makna dari isi materi mendengarkan berita melalui wacana lisan. Pada materi ini
biasanya guru menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media yang
berbeda-beda yaitu, buku, koran, audio pembacaan berita, sehingga media tersebut tidak
dirancang menjadi satu kesatuan yang utuh atau multimedia yang lebih efesien
dan inovatif. Dan dari multimedia interaktif tersebut diharapkan agar siswa
memiliki kemampuan untuk mengungkapkan atau menunjukkan makna dari isi
yang terkandung dalam media pembelajaran yang telah disajikan. Sehingga
bentuk visual/audiovisual yang di kemas dalam multimedia interaktif khususnya
dalam materi pembelajaran yang disampaikan dalam satu media pembelajaran
diharapkan dapat memberikan inovasi dan motivasi yang menunjang keberhasilan
dalam tujuan pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian
15
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang berkenaan dengan penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara memenuhi tuntutan kurikulum yang bervariasi?
2. Apakah penyebab Materi berita wacana lisan masih banyak disajikan dalam
bentuk media cetak?
3. Bagaimanakah cara penyusunan materi berita wacana lisan dalam desain
multimedia interaktif berbasis internet yang lebih efektif, efisien dan inovatif?
4. Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar materi berita wacana lisan oleh
siswa SMP kelas VII?
5. Apakah penyebab tidak bervariasi penyajikan media dan teknologi
pembelajaran oleh guru yang membuat siswa jenuh/bosan dalam kegiatan
belajar mengajar?
6. Apakah penyebab guru tidak mampu dalam mengembangkan dan mendesain
multimedia pembelajaran yang interaktif dengan materi berita wacana lisan.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka timbulah
pertanyaan-pertanyaan permasalahan yang memerlukan jawaban. Sehingga menuntut penulis
untuk membatasi permasalahan dalam penelitian ini, untuk lebih terarah dan
mendalam. Maka permasalahan penelitian ini dibatasi dengan beberapa variabel,
yang pertama pengembangan multimedia interaktif berbasis internet, yang kedua
adalah hasil belajar dari materi berita wacana lisan oleh siswa/i kelas VII SMP
16
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, masalah penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
1. Apakah pengembangan produk multimedia interaktif berbasis internet pada
berita wacana lisan efektif digunakan untuk siswa/i kelas VII di SMP Negeri 2
Timang Gajah tahun pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimanakah efektifitas produk multimedia interaktif berbasis internet pada
berita wacana lisan oleh siswa/i kelas VII di SMP Negeri 2 Timang Gajah
tahun pelajaran 2012/2013?
E.Tujuan Penelitian Pengembangan
Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk menjawab
masalah-masalah dalam perumusan masalah-masalah di atas, secara oprasional penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui:
1. Bentuk pengembangan produk multimedia interaktif berbasis internet pada
berita wacana lisan oleh siswa/i kelas VII di SMP Negeri 2 Timang Gajah
tahun pelajaran 2012/2013
2. Untuk melihat keefektifan produk multimedia interaktif berbasis internet pada
berita wacana lisan oleh siswa/i kelas VII di SMP Negeri 2 Timang Gajah
17
F. Manfaat Penelitian Pengembangan
Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat secara
teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pengembangan
produk multimedia interaktif berbasis internet pada berita wacana lisan pada
khususnya.
2. Untuk menstimulasi buah pikiran yang berguna sebagai rujukan maupun
bandingan bagi penelitian lanjutan yang mengkaji pengembangan multimedia
interaktif berbasis internet pada materi berita wacana lisan.
Dan secara praktis penelitian ini bermanfaat:
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam menambah
wawasan peneliti sebagai pendidik khususnya pada materi berita wacana lisan
sehingga kedepan dapat meningkatkan pelayanan dan akses pendidikan yang
lebih baik kepada para peserta didiknya.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menghasilkan
kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan produk
multimedia interaktif berbasis internet untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di sekolah.
3. Bagi peserta didik, tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah dan pengawas),
hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan khususnya
penelitian pengembangan multimedia interaktif berbasis internet dan
141
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil dan pembahasan penelitian
pengembangan multimedia interaktif berbasis internet yang dikemukakan
sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Hasil validasi dari ahli materi terhadap multimedia interaktif berbasis
internet pada berita wacana lisan yang dikembangkan menunjukkan
bahwa; (1) kualitas materi pembelajaran dinilai sangat baik dengan
persentase rata-rata sebesar 95,00%, (2) kualitas strategi pembelajaran
dinilai sangat baik dengan persentase rata-rata sebesar 94,00%, (3) kualitas
sistem penyampaian pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase
rata-rata sebesar 92,50%. Dengan demikian multimedia interaktif berbasis
internet pada materi berita wacana lisan yang dikembangkan dengan
menggunakan beberapa program dan Macromedia Flash Professioanl 10
secara keseluruhan termasuk dalam kategori “Sangat Baik”.
2) Hasil validasi dari ahli desain pembelajaran terhadap multimedia interaktif
berbasis internet pada berita wacana lisan yang dikembangkan dengan
menggunakan beberapa program dan Macromedia Flash Professional 10
menunjukkan bahwa; (1) kualitas desain pembelajaran dinilai sangat baik
dengan persentase rata-rata 87,50%, (2) kualitas desain informasi dinilai
sangat baik dengan persentase rata-rata sebesar 87,50%, (3) kualitas desain
interaksi dinilai baik dengan Persentase rata-rata sebesar 92,50%, (4)
142
sebesar 81,70%. Berdasarkan hasil validasi tersebut disimpulkan bahwa
multimedia interaktif berbasis internet pada berita wacana lisan yang
dikembangkan termasuk dalam kriteria sangat baik sehingga dapat
diterima dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.
3) Hasil validasi dari ahli rekayasa perangkat lunak terhadap multimedia
interaktif berbasis internet pada berita wacana lisan yang dikembangkan
dengan beberapa program dan Macromedia Flash Professioanal 10
dinyatakan bahwa; (1) pemrograman dinilai sangat baik dengan persentase
rata-rata sebesar 93,33 %, (2) kualitas teknis/tampilan dinilai sangat baik
dengan persentase rata-rata sebesar 92,70%. Dengan demikian multimedia
interaktif yang dikembangkan secara keseluruhan termasuk dalam kriteria
sangat baik.
4) Menurut tanggapan siswa/i kelas VII SMP N 2 Timang Gajah pada uji
coba perorangan dinyatakan bahwa multimedia interaktif yang
dikembangkan dengan beberapa program dan Macromedia Flash
Professional 10 termasuk kategori sangat baik dimana aspek materi
pembelajaran dinilai dengan persentase rata-rata sebesar 93,39% dan
kualitas teknis tampilan sebesar 89,52%.
5) Menurut tanggapan siswa/i kelas VII SMP N 2 Timang Gajah pada uji
coba kelompok kecil dinyatakan bahwa multimedia interaktif yang
dikembangkan dengan beberapa program dan Macromedia Flash
Professional 10 termasuk kategori sangat baik dimana aspek materi
pembelajaran dinilai dengan persentase rata-rata sebesar 91,39% dan
143
6) Menurut tanggapan siswa/i kelas VII SMP N 2 Timang Gajah pada uji
coba lapangan dinyatakan bahwa multimedia interaktif yang
dikembangkan dengan beberapa program dan Macromedia Flash
Professional 10 termasuk kategori sangat baik dimana aspek materi
pembelajaran dinilai dengan persentase rata-rata sebesar 97,84 % dan
kualitas teknis tampilan sebesar 98,08 %.
7) Media pembelajaran yang dikembangkan peneliti layak untuk digunakan
sebagai multimedia interaktif pada berita wacana lisan siswa/i kelas VII
SMP N 2 Timang Gajah semester ganjil, karena memiliki nilai rata-rata
yang lebih tinggi dari nilai median skala Likert.
8) Terhadap penggunaan multimedia interaktif pada tes hasil belajar siswa
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan multimedia interaktif berbasis internet (kelas eksperimen)
lebih tinggi = 12,06 dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan media pembelajaran buku teks (kelas kontrol) = 10,76.
Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
multimedia inetraktif dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
media cetak dan audio, dimana diperoleh thitung sebesar 3,285 sedangkan
ttabel pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan 94 adalah: 1,70.
9) Multimedia interaktif memiliki keefektifan sebesar 80,46 % lebih tinggi
144 B. Implikasi
Upaya meningkatkan Proses Belajar Mengajar dan hasil belajar siswa pada
berita wacana lisan, guru memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna
pada siswa, salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah melalui
penggunaan media pembelajaran khususnya multimedia interaktif yang telah
dikemas dalam bentuk CD didukung dengan sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah. kerjasama yang baik dengan melibatkan guru sebagai tenaga
edukatif, siswa sebagai pembelajar, sekolah fasilitator dan administrasi, pegawai
sebagai pelayan dan penyedia fasilitas, secara tidak memiliki peran, fungsi dan
tugas yang berbeda dengan tujuan sama yakni upaya bagaimana meningkatkan
proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan kesimpulan dan temuan pada penelitian pengembangan
multimedia interaktif berbasis internet yang telah teruji memiliki implikasi yang
tinggi dibandingkan dengan media cetak dan audio yang selama ini digunakan
guru dalam proses pembelajaran. Adapun implikasi yang dimaksud adalah sebagai
berikut: (1) Multimedia interaktif berbasis internet pada berita wacana lisan akan
mempermudah dalam proses pembelajaran dengan program studi bahasa
Indonesia bagi siswa, di mana multimedia interaktif pada berita wacana lisan ini
dilengkapi dengan teks animasi, video dan tutorial yang nyata sehingga
mempermudah dan meningkatkan daya hayal siswa dalam proses belajar
khususnya materi berita wacana lisan, (2) Multimedia interaktif ini sangat
memberikan sumbangan positif dan praktis terutama dalam pelaksanaan proses
145
memberikan kemudahan dalam menyelenggarakan pembelajaran sehingga
berdampak pada efektifitas proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Dengan demikian multimedia interaktif berbasis internet dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam penyampaian materi pembelajaran
dan bidang ilmu lain dengan pertimbangan di mana siswa memiliki ketertarikan
dalam proses pembelajaran akan meningkatkan hasil belajarnya pula, (3)
Penerapan multimedia interaktif berbasis internet memerlukan kesiapan siswa
untuk melaksanakan pembelajaran dengan media baru secara mandiri sehingga
siswa akan dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal, bila menerapkan
multimedia interaktif berbasis internet secara maksimal pula, (4) Dengan
menggunakan multimedia interaktif berbasis internet siswa diberi kesempatan
untuk mengembangkan kreatifitasnya sebagai usaha dalam mendalami materi
pembelajaran yang diberikan. Pada saat siswa mengalami masalah dalam
pendalaman materi, siswa dapat memahami materi dengan lebih jelas dan mudah
dengan melihat teks animasi dan video yang telah disediakan, sehingga siswa
dapat belajar dengan lebih efektif. (5) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar pada materi berita wacana lisan siswa yang dibelajarkan
menggunakan multimedia interaktif dengan siswa yang diajarkan tanpa
146 C. Saran
Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan serta
implikasi hasil penelitian, berikut ini diajukan beberapa saran yaitu:
a. Multimedia interaktif berbasis internet pada berita wacana lisan memerlukan
adanya komputer berbasis internet sehingga hendaknya komputer yang ada
dilaboratorium komputer SMP N 2 Timang Gajah ditambah sesuai dengan
jumlah siswa yang diterima pada jurusan tersebut
b. Multimedia interaktif ini adalah alat untuk membantu dalam proses
penyampaian pembelajaran khususnya pada materi berita wacana lisan maka
dari itu keberadaan guru masih sangat diperlukan sebagai fasilitator dan siswa
tetap terlibat aktif dalam proses pembelajaran mata pelajaran bahasa
Indonesia.
c. Pada kenyataannya hingga saat ini proses pembelajaran pada materi berita
wacana lisan masih dilakukan dengan cara konvensional dengan
menggunakan media cetak dan audio, maka disarankan agar multimedia
interaktif berbasis internet mulai saat ini sudah harus digunakan dengan alasan
multimedia interaktif mampu memberi umpan balik yang lebih baik bagi
siswa.
d. Agar hasil produk lebih maksimal dan layak digunakan lebih jauh lagi, maka
diperlukan pengembang yang terdiri dari: ahli pengembang kurikulum, ahli
bidang studi dan ahli materi yang profesional, ahli media, dukungan dana,
sarana dan waktu yang tersedia, dan kemampuan sarana-prasarana dalam
147
e. Pada prodi teknologi pendidikan hendaknya diadakan sarana dan prasarana
yang mendukung matakuliah produksi media yang bersifat pada produk dan
adanya pembelajaran flash maupun software yang dapat digunakan untuk
produksi media yang lainnya pada prodi teknologi pendidikan yang bertujuan
untuk bekal dan mempermudah siswa dalam proses pembuatan media
pembelajaran interaktif (khususnya dalam penelitian R&D berbasis TIK).
f. Dengan alasan keterbatasan waktu dan dana peneliti, sehingga masih banyak
beberapa pengaruh-pengaruh yang belum terkontrol maka perlu kiranya
DAFTAR PUSTAKA
Achmad & Alek. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2010. Media Pengajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Borg, W. &V Gall, M.D. 1983. Educational Research. An Introduction (4nd ed). New York & London: Longman
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2009. Sintasis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dick, W. dan Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction. United States of America: Scott Foresman and company
Keraf, gorys. 1994. komposisi. Jakarta: Nusa Indah
Hakim, lukmanul. 2004. Cara Ampuh Menguasai Macromedia Flash Profesional 8.0. Jakarta: PT Elex Media komputindo
Jacobsen, David A & Eggen, Paul. Kauchak, Donald. 2009. Methods for Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Juanda & Rosdyanto. 2007. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo
Reynolds, David & Muijs, Daniel. 2008. Effevtive Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Russell, James D & Smaldino, Sharon. Lowther, Deborah L. 2011. Instructional Technology
& Media For Learning. Jakarta: Kencana
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Ciputat: PT. Ciputat Press
Sapari, Nia Kurniati. 2008. Kopetensi Berbahasa Indonesia untuk Kelas VII SMP/MTS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rhineka Cipta
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya
Sudjana, Nana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Susilana, Rudi & Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV.Wacana Prima
Tarigan, Guntur. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keteranipilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Mayer, E. Richard. 2009. Multimedia Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar