• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA KLINIK BERHENTIMEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN KOTA MEDAN TAHUN 2017 SKRIPSI OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA KLINIK BERHENTIMEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN KOTA MEDAN TAHUN 2017 SKRIPSI OLEH:"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA KLINIK BERHENTIMEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN KOTA MEDAN TAHUN 2017. SKRIPSI. OLEH:. RINDI MUTIARA SARI NIM: 131000401. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(2) KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA KLINIK BERHENTI MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN KOTA MEDAN TAHUN 2017. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. OLEH:. RINDI MUTIARA SARI NIM: 131000401. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(3) HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Dengan ini saya menyatalan bahwa skripsi yang berjudul “KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA KLINIK BERHENTI MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN KOTA MEDAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.. Medan, Februari 2018. Rindi Mutiara Sari 131000401. i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(4) ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(5) ABSTRAK. Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi oleh dunia, karena telah membunuh 7 juta orang setiap tahunnya.Klinik Berhenti Merokok adalah sebuah program. pemerintah yang diatur dalam Peraturan. Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dengan tujuan untuk mengurangi prevalensi perokok dan penyakit akibat merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Kota Medan sehingga bisa diketahui bagaimana kebutuhan serta ketertarikan masyarakat untuk menggunakan layanan KBM.Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari informan atau sekitar 66,4% mengaku tertarik untuk berhenti merokok dan menggunakan layanan KBM. Namun dengan beberapa alasan seperti masalah waktu dan pelayanan.Sedangkan sisanya mengaku belum berkeinginan untuk berhenti merokok. Disarankan kepada Puskesmas Padang Bulan agar memaksimalkan pelayanan,. mensosialisasikan. program. KBM. kepada. masyarakat,. serta. meningkatkan sarana dan prasarana demi keberhasilan Klinik Berhenti Merokok.. Kata Kunci: rokok, merokok, Klinik Berhenti Merokok, Kawasan Tanpa Rokok, Puskesmas.. iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(6) ABSTRACT. Smoking is one of the biggest health issues the world has deal with, because it has killed about 7 million people each year. Smoke Cessation Clinic is a government program set out in The Regulation number 39 of Health Minister in 2016 on Implementation Guidelines for Healthy Indonesia with Family Approach with the aim of reducing the prevalence of smoking and smoking-related disease. This study aims to determine the needs of the community to use the service of Smoke Cessation Clinic in the working area of Puskesmas Padang Bulan in Medan city so it can be known how the needs and interests of the community to use the service of Smoke Cessation Clinic. Type of the research is descriptive with qualitative approach. Qualitative is done by interview. The result of this study indicate that most of the informants or about 66.4% claimed to be unterested in quiting smoking and using the Smoke Cessation Clinic service. But with several reasons such as time and service issues. While the rest claimed to have no desire to quit smoking. Suggested to Puskesmas Padang Bulan to maximize the servise, socialize Smoke Cessation Clinic program, and improve facilities and infrastructure for the success of Smoke Cessation Clinic.. Keywords: cigarette, smoking, Smoke Cessation Clinic, no smoking area, Puskesmas.. iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(7) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Rabb semesta alam yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan judul “Kebutuhan Masyarakat pada Klink Berhenti Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kota Medan Tahun 2017”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, kritik, saran dan do’a yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih serta apresiasi yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji II yang telah memberikan pengarahan, dukungan dan waktu untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, dukungan dan waktu untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 5. dr. Rehulina Ginting, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Padang Bulan sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan pengarahan, dukungan dan waktu untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini.. v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(8) 6. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik. 7. Seluruh dosen dan staff di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah memberikan banyak pelajaran bagi penulis. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tak terhingga kepada: 1. Mama tercinta, Isma Budiani Siregar, S.Pd yang tak pernah lupa menyebut nama penulis di setiap do’a dan sujudnya, sekaligus motivator terbesar dalam hidup penulis, serta Papa tercinta Saprian yang selalu memberikan dukungan moral dan motivasi, adik-adik tersayang, Nadya Ayu Ningsih, S.Ked, Tasya Nabila dan Andini Maharani yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, serta Omar kucing kesayangan yang selalu menghibur penulis. 2. Sahabat-sahabat terbaik seperjuangan di FKM USU yang telah berbagi suka duka Dila, Dayah, Tasya, Assi, Tina, Richfa, Fitri, Leli, Jannah. 3. Sahabat-sahabat PBL penulis di Desa Lestari Dadi Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, sahabat LKP di Puskesmas Muliorejo Kecamatan Medan Sunggal, sahabat sepeminatan AKK, yang telah member dukungan dan motivasi kepada penulis. 4. Teman-teman CCM di Kelas E 2013 Tasya, Yusra, Rina, Uty, Elfa, Dinda, Zahra, Nazmi yang selalu saling berbagi dalam suka duka. 5. Sahabat-sahabat terbaik sejak SMP RED Eka Purnama Sahra, S.Ked dan Sri Dhina Pohan S.Ikom yang tak henti memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.. vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(9) 6. Sahabat-sahabat terbaik sejak SMA, Wina, Putri dan Leni yang telah memberikan dukungan dan doanya. 7. Sahabat-sahabat terbaik SMAN 3 Medan, Mega, WItri dan Qiqa yang telah memberikan support dan saling berbagi. 8. Keluarga Kecil LMAI UKMI FKM USU yang sela lu menyemangati dan memberikan doanya kepada penulis. 9. Keluarga Besar UKMI FKM USU dan UKMI Ad-Dakwah USU yang telah turut mendoakan penulis terutama Mbak Ainun dan Aqila. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dari penulisan ini, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi. pembaca. dan. untuk. pengembangan. kebijakan. dan. ilmu. pengetahuan.Assalamu’alaikum Wr. Wb.. Medan. Februari 2018. Rindi Mutiara Sari. vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(10) DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................... i HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii ABSTRAK.........................................................................................................iii ABSTRACT ....................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................viii DAFTAR TABEL.............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................... 8 1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok .......................................................................................................... 10 2.1.1Penyakit Akibat Rokok ................................................................. 10 2.2Distribusi Masalah Rokok ............................................................................ 11 2.3 Jenis Rokok ................................................................................................. 13 2.4 Kandungan Rokok....................................................................................... 14 2.5 Perilaku Merokok ........................................................................................ 15 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ............................... 16 2.7 Teori Model Agency Relationship............................................................... 17 2.7.1Faktor-faktor yang Mempengaruhi Demand................................. 19 2.8 Klinik Berhenti Merokok ............................................................................ 21 2.9 Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia ............................................. 22 2.9.1Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 .......................... 22 2.9.2Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 .................................. 22 2.9.3Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 ........................ 23 2.10 Implementasi FCTC .................................................................................. 26 2.11 MPOWER ................................................................................................. 28 2.12 Kerangka Pikir........................................................................................... 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 33 3.2 LokasiPenelitian .......................................................................................... 33 3.3 Waktu Penelitian ......................................................................................... 33. viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(11) 3.4 Informan Penelitian ..................................................................................... 33 3.5 Metode Pengumpulam Data ........................................................................ 34 3.6 Definisi Operasional.................................................................................... 34 3.7 Instrumen Penelitian.................................................................................... 34 3.8 Metode Analisis Data .................................................................................. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 GambaranUmum Puskesmas Padang Bulan ............................................... 36 4.1.1 Sejarah dan Visi Misi Puskesmas Padang Bulan ......................... 36 4.1.2 Gambaran Demografi Puskesmas Padang Bulan ......................... 36 4.1.3Sarana dan Prasarana Puskesmas Padang Bulan........................... 37 4.1.4 Klinik Berhenti Merokok ............................................................. 39 4.2 Karakteristik Informan............................................................................... 40 4.3 Hasil Wawancara ....................................................................................... 41 4.3.1Ingin Berhenti Merokok dan Tertarik Mencoba Layanan Klinik Berhenti Merokok ....................................................... 41 4.3.2Mengetahui Kawasan Tanpa Rokok ............................................. 42 4.3.3Mengetahui Bahaya Merokok ....................................................... 43 4.4 Kesimpulan dan Hasil Wawancara ............................................................ 45 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Masukan ...................................................................................................... 46 5.1.1Teori Behavioral Model Andersen ................................................ 46 5.1.2Kebijakan ...................................................................................... 48 5.1.3 Tenaga Kesehatan ........................................................................ 49 5.1.4 Sarana dan Prasarana.................................................................... 49 5.2 Proses .......................................................................................................... 50 5.2.1 Kebutuhan Masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok .............. 50 5.3 Luaran.......................................................................................................... 50 5.4 Klinik Berhenti merokok............................................................................. 50 5.5 Kawasan Tanpa Rokok................................................................................ 52 5.6 Jurnal terkait Klinik Berhenti Merokok ...................................................... 53 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan.................................................................................................. 54 6.2 Saran ........................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA. ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(12) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru........................... 38 Tabel 4.2 Fasilitas Gedung UPT Puskesmas Padang Bulan ................................. 38 Tabel 4.3 KarakteristikInforman ........................................................................... 40 Tabel 4.4 Pernyataan Kepala Keluarga mengenai Keinginan untuk Berhenti Merokok ................................................................................. 41 Tabel 4.5 Pernyataan Kepala Keluarga mengenai Pengetahuan tentang KTR (Kawasan Tanpa Rokok) ...................................................................... 42 Tabel 4.6 Pernyataan Kepala Keluarga mengenai Pengetahuan tentang Bahaya Merokok................................................................................................ 43 Tabel 4.7 Pernyataan Kepala Keluarga mengenai Kunjungan ke Puskesmas Padang Bulan ........................................................................................ 44 Tabel 4.8 Kesimpulan dari Wawancara kepada Informan .................................... 45. x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(13) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1Model Agency Relationship Cooper 1975 ……….……... 18 Gambar 2.2KerangkaPikir …………...……….……………………… 31. xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(14) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Wawancara ................................................................. 58 Lampiran 2. Surat Izin Penelitian .................................................................... 60 Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian .......................................... 61 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 62 Lampiran 5. Data Informan ............................................................................. 66. xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(15) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Rindi Mutiara Sari dilahirkan di Medan pada tanggal 22 Juni 1995.Penulis beragama Islam dan merupakan anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Ayahanda Saprian dan Ibunda Isma Budiani Siregar.Alamat penulis di Komplek Taman Umar Asri Blok B No. 9, Jalan Umar, Glugur Darat 1, Medan Timur. Pendidikan. formal. penulis. dimulai. dari. TK. Al-Qur’an. Ulfah. Padangsidempuan pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001, SDN 1 Padangmatinggi Padangsidempuan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2007, SMPN 1 Padangsidempuan pada tahun 2007 sampai dengan 2010, SMAN 3 Medan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2018. Selama masa pendidikan penulis pernah mengikuti beberapa organisasi yaitu UKMI FKM USU, yang merupakan organisasi Islam di Kampus FKM bidang Promosi Keislaman dan Lembaga Mentoring Agama Islam.UKMI AdDakwah USU merupakan organisasi tingkat universitas, penulis pernah menjadi angota di bidang. Gardamedia dan Lembaga Mentoring Agama Islam, serta. Sahiva USU.. xiii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(16) 1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi. oleh dunia yang akibatnya masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia.. Kegiatan. merokok. bukan. hal yang. tabu dilakukan dalam. bermasyarakat. Hal ini karena merokok dianggap sebagai kebiasaan turuntemurun bahkan dianggap sebagai simbol-simbol budaya tertentu bagi sebagian masyarakat, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Merokok telah membunuh 7 juta orang setiap tahunnya.Lebih dari 6 juta dari kematian tersebut merupakan perokok aktif dan sekitar 890.000 lainnya perokok pasif.Hampir 80% dari jumlah 1 miliar perokok tinggal di negara miskin dan berkembang, dimana rokok menjadi penyebab penyakit dan kematian terberat.Indonesia (34%) termasuk dalam 5 negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia, dan yang kedua di Asia Tenggara setelah Kiribati (40%).(WHO, 2017). Klinik Berhenti Merokok adalah sebuah program pemerintah yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dalam Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular agar dilakukan kegiatan penyuluhan tentang dampak buruk rokok dan penyelenggaraan layanan upaya berhenti merokok. Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menginstruksikan kepada Menteri Kesehatan untuk melaksanakan kampanye Gerakan Masyarakat Hidup. 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(17) 2. Sehat serta meningkatkan advokasi dan pembinaan daerah dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Klinik Berhenti Merokok didirikan dengan tujuan untuk mengurangi prevalensi perokok dan penyakit akibat rokok dengan memberikan layanan konsultasi, terapi, dan pemeriksaan kadar nikotin dan CO serta tekanan darah sehingga dapat menjadi motivasi untuk berhenti merokok. Selain itu, Klinik Berhenti Merokok juga dapat menjadi tempat pelatihan tenaga-tenaga kesehatan dan penelitian sebagai upaya untuk mengembangkan program ini. Klinik Berhenti Merokok merupakan pelayanan yang tidak dipungut biaya dan dapat ditempatkan di Puskesmas, klinik swasta, dan rumah sakit. Pembiayaan Klinik Berhenti Merokok dapat dibebankan pada APBD atau sumber lain pendapatan daerah yang sah. Pendanaan klinik berhenti merokok dapat berupa kerja sama kemitraan dengan pihak swasta melalui corporate social responsibility (CSR) sepanjang bukan kerja sama dengan industri rokok (Susilo, dkk., 2016). Program ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu jumlah perokok aktif dan pasif yang semakin meningkat, serta peningkatan jumlah kasus yang disebabkan oleh penyakit akibat rokok.Data Survei Sosial Nasional (Susenas), Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas yaitu; 27% (Susenas 1995); 31,5% (SKRT 2001); 34,7% (Riskesdas 2007); dan 36,3% (Riskesdas 2013). WHO memperkirakan merokok telah membunuh 7 juta. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(18) 3. orang setiap tahunnya, 6 juta di antaranya merupakan perokok aktif dan sisanya adalah perokok pasif.(WHO, 2017). Berdasarkan data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014 yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), rata-rata pengeluaran masyarakat untuk konsumsi tembakau dan sirih sebesar 11,4% dari total pengeluaran untuk makanan. Bahkan, pengeluaran untuk konsumsi rokok lebih tinggi dibandingkan untuk pendidikan, terutama pada golongan masyarakat bawah (pengeluaran Rp. 300.000 - Rp. 750.000).Salah satu faktor utama yang menjadikan masyarakat Indonesia dekat dengan rokok ialah rendahnya cukai rokok.Menurut Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSCIAKMI) pada survei Euromonitor International tahun 2013, harga rokok di Indonesia sangat murah. Misalnya, harga rokok premium kurang dari Rp. 1.000,per batang, yaitu ketiga termurah di ASEAN setelah Kamboja dan Vietnam (TCSC-IAKMI, 2014). Penyelenggaraan Klinik Berhenti Merokok di seluruh Indonesia dapat dikatakan belum merata.Belum semua daerah di Indonesia memiliki Klinik Berhenti Merokok.Namun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Klinik Berhenti Merokok telah didirikan di pelayanan kesehatan maupun instansi pemerintah sejak tahun 2009 dan masih beroperasi hingga kini. Kota Medan sendiri, baru memiliki 6 Klinik Berhenti Merokok yang terdapat di 6 puskesmas, yaitu Puskesmas Sering, Puskesmas Rantang, Puskesmas Sunggal, Puskesams Johor, Puskesmas Bromo dan Puskesmas Medan Labuhan. Puskesmas Padang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(19) 4. Bulan adalah salah satu puskesmas yang belum mendirikan Klinik Berhenti Merokok. Pada tahun 2013, Riset Kesehatan Dasar menyatakan jumlah perokok di Indonesia usia di atas 15 tahun yaitu laki- laki sebanyak 64,9 % dan perempuan 2,1%. Provinsi Sumatera Utara memiliki jumlah perokok berumur di atas 10 tahun yang merokok setiap harinya yaitu sebanyak 24,2% (Riskesdas, 2013). Menurut data Kemenkes, jumlah perokok mengalami peningkatan setiap tahunnya. Didapati bahwa prevalensi remaja usia 15-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014. Perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat lebih dari 100% dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di tahun 1995 menjadi 18% di tahun 2013. Pada remaja usia 15-19 tahun prevalensi konsumsi tembakau hisap dan kunyah meningkat 13,4% dalam kurun waktu 18 tahun (1995-2013), terutama pada remaja laki- laki, presentase meningkat sebanyak 23,6% (13,7% menjadi 37,3%). Pada remaja perempuan, pola prevalensi cenderung mengalami fluktuasi, namun meningkat hingga 3 kali lipat yaitu sebanyak 2,8% (0,3% menjadi 3,1%) tahun 2013 (TCSC-IAKMI, 2014). Negara Indonesia telah memiliki sejumlah kebijakan yang mengatur peringatan kesehatan pada kemasan rokok.Kebijakan-kebijakan yang mengatur peringatan kesehatan pada kemasan rokok adalah UU No. 36 Tahun 2009, PP No. 109 Tahun 2012 dan Permenkes No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. (Fakta Tembakau, 2014). Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 di. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(20) 5. dalam pasal 114 menetapkan bahwa setiap orang yang memproduksi rokok wajib mencantumkan peringatan kesehatan, dalam pasal 115 menetapkan 7 kawasan tanpa rokok, pasal 199 menetapkan setiap orang yang memproduksi dan memasukkan rokok ke wilayah NKRI dengan tidak mencantumkan peringatan berbentuk gambar akan dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak 50 juta rupiah. Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 di dalam pasal 14 a yat 1 sampai dengan 3 ditetapkan bahwa setiap orang yang memproduksi Produk Tembakau ke wilayah Indonesia harus mencantumkan peringatan kesehatan berupa gambar dan tulisan yang memiliki satu makna dan tercetak menjadi satu dengan kemasan tembakau. Kemudian di dalam pasal 17 ayat 4 bagian a menetapkan bahwa pencantuman peringatan ditempatkan di bagian atas kemasan seluas 40% dan pada pasal 27 ayat 1 bagian a menetapkan pencantuman peringatan kesehatan pada iklan adalah dalam bentuk gambar dan tulisan paling sedikit 10% dari durasi iklan dan 15% dari luas iklan. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau menetapkan di dalam pasal 1 ayat 2 bahwa peringatan kesehata n dalam bentuk gambar dan tulisan yang memberikan infoermasi mengenai bahaya merokok. Kemudian di dalam pasal 3 ayat 4 menyatakan bahwa gambar dan tulisan peringatan kesehatan harus mempunyai satu makna yang tercetak menjadi satu sengan kemasan produk tembakau dan bukan merupakan stiker yang ditempelkan pada kemasan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(21) 6. Selain kebijakan tersebut, Menteri Kesehatan dalam Permenkes No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga memutuskan dalam Upaya Pengenda lian Penyakit Tidak Menular agar dilakukan kegiatan penyuluhan tentang dampak buruk rokok dan penyelenggaraan layanan upaya berhenti merokok. Dalam Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Presiden Joko Widodo juga menginstruksikan Menteri Kesehatan untuk melaksanakan kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat serta meningkatkan advokasi dan pembinaan daerah dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di daerahnya. Pemerintah Daerah Kota telah mengeluarkan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok No. 3 Tahun 2014. Pada Perda KTR ini, ditetapkan 7 (tujuh) kawasan tanpa rokok, yaitu fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum (Perda KTR No. 3 Tahun 2014). Penelitian tentang kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok (KBM) belum pernah dilakukan sebelumnya, padahal program ini sudah lama dianjurkan penyelenggaraannya.Berdasarkan penelitian Susanti di Kabupaten Purwakarta, sebanyak 33,3% dari masyarakat mempunyai motivasi baik untuk menggunakan KBM. Hambatan penyelenggaraan KBM disebabkan oleh faktorfaktor: 1) pembiayaan, 2) sarana dan prasarana, 3) insentif, 4) koordinasi, 5) tugas pokok dan fungsi petugas, 6) perencanaan, 7) sosialisasi, 8) dukungan pemerintah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(22) 7. daerah, dan 9) evaluasi. Sepertiga masyarakat. memerlukan KBM yang. seharusnya difasilitasi oleh pemerintah. Bila program ini berhasil maka akanmampu mendorong kelompok perokok dengan motivasi kurang untuk menggunakan KBM.KBM yang telah tersedia merupakan asset dan potensi di kabupaten Purwakarta untuk mengatasi perilaku merokok di masyarakat.Perlu advokasi kepada pemerintah daerah untuk melakukan revitalisasi KBM (Susanti, 2012). Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti di Yogyakarta, ada hubungan antara tekanan sosial, motivasi, dan persepsi dengan niat memanfaatkan KBM.Faktor yang paling besar berpengaruh terhadap niat memanfaatkan KBM adalah faktor persepsi dan motivasi untuk berhenti merokok.Namun, KBM di RS Yogyakarta belum optimal dalam menyediakan ruangan yang mudah dijangkau dan nyaman, serta sarana pendukung dan alat pemeriksaan fisik, selain itu jumlah tenaga konselor yang masih kurang (Widiastuti, 2013). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kebutuhan Masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Kota Medan dengan menggunakan teori Behavioral Model Andersen dimana Andersen menjabarkan beberapa faktor dan variabel yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut ialah predisposing, enabling, dan need (Alan Sorkin, 1984).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(23) 8. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemikiran yang diutarakan pada latar belakang tersebut, maka. perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan?. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan masyarakat pada. Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Kota Medan tahun 2018. 1.4. Manfaat Penelitian Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. sebagai berikut: 1.. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bahan kajian bagi. Dinas Kesehatan Kota Medan dalam upaya mendirikan Klinik Berhenti Merokok di seluruh puskesmas Kota Medan. 2.. Bagi Puskesmas Padang Bulan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bahan kajian. Puskesmas Padang Bulan untuk mendirikan Klinik Berhenti Merokok. 3.. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi. masyarakat sebagai bahan kajian pengetahuan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan Klinik Berhenti Merokok, sehingga diharapkan masyarakat dapat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(24) 9. mendukung dan memberikan masukan sebagai saran untuk kemajuan program pemerintah ini. 4.. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam menyusun. karya tulis ilmiah dan mampu mengembangkan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam terkait dengan Klinik Berhenti Merokok.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(25) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Rokok Menurut WHO, nikotin adalah bahan aktif yang paling penting yang. terkandung di dalam tembakau yang merupakan racun, dan rokok adalah alat yang digunakan sebagai penghantar racun tersebut. Menurut Permenkes No. 28 Tahun 2013, rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tobacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. 2.1.1 Penyakit Akibat Rokok Menurut WHO, merokok dapat merusak paru-paru dengan cara menghancurkan jalan masuk udara dan kantung-kantung udara kecil (alveolus) di dalam paru-paru. Penyakit paru-paru yang disebabkan oleh merokok yaitu COPD (Chronic Obtructive Pulmonary Disease) atau penyakit paru obstruktif kronis, seperti emfisema, bronkitis kronis, hingga pada kebanyakan kasus menyebabkan kanker paru-paru. Bagi orang dewasa, menghirup asap rokok (pasif) dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan gangguan saluran pernapasan yang serius, seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan kanker paru-paru (WHO, 2017). Penyakit-penyakit dimana merokok dianggap sebagai faktor risiko yang penting, yaitu (Bustan, 2007): 1.. Batuk menahun.. 10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(26) 11. 2.. Penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif menahun (PPOM), bronkhitis, dan empisema.. 3.. Ulkus peptikum.. 4.. Infertility.. 5.. Gangguan kehamilan, bisa berupa keguguran, kehamilan luar rahim.. 6.. Artherosklerosis sampai penyakit jantung koroner.. 7.. Beberapa jenis kanker seperti kanker mulut, kanker paru, kanker system pernapasan lainnya. Juga kanker kandung kemih, pankreas atau ginjal.. 2.2. Distribusi Masalah Rokok Menurut WHO didapatkan jumlah perokok di seluruh dunia lebih dari 1,2. milyar individu dan 80% diantaranya berada di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Indonesia sendiri menempati kedudukan 4 besar negara dengan prevalensi perokok terbesar di dunia, yaitu 34% dari penduduk dewasa merokok setiap harinya, setelah Kiribati (40%), Montenegro (38%), dan Yunani (35%) (WHO, 2016). Jumlah batang rokok yang dikonsumsi di Indonesia cenderung meningkat dari 182 milyar batang pada tahun 2001 (Tobacco Atlas, 2002) menjadi 260,8 milyar batang pada tahun 2009 (Tobacco Atlas, 2012). Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap oleh orang Indonesia per harinya adalah 12,3 batang (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2013, prevalensi merokok usia 15 tahun ke atas adalah sebesar 36,3% atau naik sekitar kurang lebih 2% dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 34,3%. Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, pola prevalensi merokok memiliki. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(27) 12. kesamaan dengan beberapa tahun sebelumnya yaitu prevalensi merokok pada lakilaki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.Prevalensi merokok pada laki- laki meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, prevalensi merokok laki- laki dewasa meningkat dari 65,8% tahun 2010 menjadi 66%. Demikian juga proporsi perempuan perokok dewasa meningkat dari 4,1% tahun 2010 menjadi 6,7%. Jika dilihat menurut lokasi, di daerah pedesaan jumlah batang rokok yang dikonsumsi sedikit lebih banyak pada tahun 2013 (10,8%) dibandingkan daerah perkotaan (10,3%), baik pada laki- laki maupun perempuan, kecuali pada tahun 2010 perempuan perkotaan justru lebih banyak mengonsumsi rokok dan produk tembakau lain (6,4%) dibandingkan dengan perempuan di pedesaan (5,6%). Jika dilihat lebih lanjut pada tahun 2013, proporsi laki- laki yang mengonsumsi tembakau hisap lebih besar daripada tembakau kunyah (64,9% dan 1,1%). Pola sebaliknya Nampak pada perempuan, dimana proporsi perempuan pengkonsumsi tembakau kunyah lebih banyak 2. kali lipat dibandingkan perempuan. pengkonsumsi tembakau hisap (4,6% dan 2,1%). Perempuan anak-anak dan balita adalah kelompok yang paling banyak terpajan asap rokok di dalam rumah dibandingkan laki- laki. Tahun 2007, 40,5% penduduk semua umur (91 juta) terpajan asap rokok di dalam rumah. Sementara tahun 2010 prevalensi perokok pasif dialami oleh dua dari lima penduduk dengan jumlah berkisar 92 juta penduduk. Tahun 2013, jumlah ini meningkat menjadi sekitar 96 juta jiwa. Perempuan lebih tinggi (54%) dari pada laki- laki (24,2%) dan anak usia 0-4 tahun yang terpajan adalah 56%, atau setara dengan 12 juta anak terpajan asap rokok.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(28) 13. Menurut data Riskesdas, Sumatera Utara menempati urutan ke-18 dari 33 provinsi dengan jumlah perokok terbesar di Indonesia yaitu 28,4%. Berdasarkan jenis kelamin, presentase laki- laki perokok umur 10 ke atas yaitu sebesar 54,9% dan perempuan perokok umur 10 tahun ke atas yaitu sebesar 2,5% (Fakta Tembakau, 2014). 2.3. Jenis Rokok Di Indonesia rokok merupakan produk yang unik dan penuh kontroversi. serta merupakan convenience product yakni barang yang dibeli konsumen secara terus menerus tanpa harus banyak melakukan pertimbangan dalam proses pembeliannya. Jenis olahan tembakau berdasarkan bahan baku yang beredar di Indonesia yang telah beredar sejak lama, yaitu (IAKMI, 2013): a) Rokok putih (white cigarette) atau di Indonesia dikenal sebagai rokok pabrikan. Rokok ini merupakan jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Rokok putih ini berisi hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan rasa dan aroma tertentu seperti mentol dan digulung dengan menggunakan penggulung kertas dan biasanya ujungnya diberi filter (cellulose acetat). b) Rokok kretek (kretek cigarette) adalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Kandungan utama cengkeh adalah eugenol yang merupakan anastetik lokal yang mengakibatkan setiap hisapan rokok menjadi lebih berbahaya.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(29) 14. c) Pipa adalah tembakau yang digunakan dengan menggunakan pipa yang terbuat dari batu atau tanah liat, tembakau tersebut diletakkan di dalam angkok dan asapnya dihisap dari ujung tangkai pipa. d) Rokok batangan terbuat dari tembakau yang tidak dijemur da n dibungkus dengan kertas rokok. e) Tembakau cerutu yakni tembakau yang difermentasi yang digulung dengan daun tembakau atau dnegan kata lain terdapat 2 fungsi tembakau yakni sebagai pembungkus dalam (omblad) dan pembungkus luar (dekblad). f) Linting (handroll) adalah rokok yang dibuat sendiri oleh perokok yang terdiri dari irisan tembakau halus dan kertas rokok. Umumnya perokok yang melinting sendiri rokoknya akan terpapar tembakau yang lebih tinggi kandungan nikotin dan tarnya. g) Rokok klembek adalah rokok yang bahan bakunya atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. h) Tembakau kunyah adalah tembakau yang dikunyah dimulut dalam pipi, bibir bagian dalam dengan dihisap atau dikunyah. 2.4. Kandungan Rokok Menurut Tirtosastro dan Murdiyati dalam jurnal Kandungan Kimia. Tembakau dan Rokok tahun 2009, kandungan kimia tembakau yang sudah teridentifikasi jumlahnya mencapai 2.500 komponen, sedangkan dalam asap terdapat 4.800 macam komponen. Dari komponen ini telah diidentifikasi yang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(30) 15. membahayakan kesehatan adalah tar, nikotin, gas CO, dan NO yang dihasilkan oleh tanaman tembakau, dan beberapa bahan-bahan residu yang terbentuk saat penanaman, pengolahan, dan penyajian dalam perdagangan yaitu residu pupuk dan pestisida, TSNA (tobacco specific nitrosamine), B-a-P (benzo-a-pyrene), dan NTRM (nontobacco related material) (Tirtosastro dan Murdiyati, 2009). Menurut Tjandra tahun 1997, rokok pada dasarnya merupakan pabrik kimia, dimana didalamnya terdapat sekitar 4000 bahan kimia, 40 dari zat tersebut sudah diketahui dapat menyebabkan kanker. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yakni komponen gas dan komponen padat atau partikel.Komponen gas dalam rokok terbesar adalah CO atau karbonmonoksida sedangkan komponen padat atau partikel dibagi menjadi nikotin dan tar. Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Tentang KTR Nomor 3 Tahun 2014, nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotiana tobacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Tar adalah asap yang merupakan total residu dihasilkan saat rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air, yang bersifat karsinogenik. 2.5. Perilaku Merokok Merokok adalah kebiasaan yang diasosiasikan dengan suatu urutan ritual. (Peters and Morgan, 2002). Ritual tersebut dimulai dengan mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya, lalu salah satu ujungnya dibakar, kemudian menghisap asap pembakaran tersebut dari ujung lain yang tidak dibakar. Perilaku merokok dapat juga dikatakan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas membakar. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(31) 16. rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. 2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Dikemukan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang faktor- faktor. yang mempengaruhi kebiasaan merokok: 1.. Faktor biologis; banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin yang terdapat dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting dalam menyebabkan efek ketergantungan merokok. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Aditama tahun 1997 bahwa nikotin dalam. darah. perokok menyebabkan. seseorang. menjadi. memiliki. kecenderungan untuk terus menerus merokok. 2.. Faktor. psikologis;. salah. satu. efek. positif. dari. nikotin. adalah. dapatmeningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk mengakrabkan suasana bahkan dapat menimbulkan kesan modern dan berwibawa sehingga membuat rokok merupakan perilaku kunci dalam bergaul dengan orang lain. 3.. Faktor. lingkungan. sikap, kepercayaan. sosial; dan. lingkungan. perhatian. sosial. individu. akan. kepada. mempengaruhi perokok,. jika. lingkungan sosialnya tidak bermasalah dengan perilaku merokok, maka akanmempengaruhi individu tersebut untuk merokok. 4.. Faktor demografis; faktor ini meliput karakteristik dasar individu yang mendukung individu untuk merokok seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lainnya.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(32) 17. 5.. Faktor. sosial. budaya;. kebiasaan. budaya,. etnik. tertentu,. tingkat. pendidikan, agama serta pekerjaan seseorang akan mempengaruhi perilaku merokoknya. 6.. Faktor sosial politik; kebijakan dan upaya baik berupa peningkatan harga rokok, pelarangan iklan hingga kampanye dari individu maupun institusi untuk mencegah seseorang dari merokok akan mempengaruhi seseorang untuk merokok atau tidak.. 2.7. TeoriBehavioral Model Andersen Salah satu model demand untuk pelayanan kesehatan yang paling terkenal. ialah teori Behavioral Model Andersen. Menurut teori ini, keputusan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan tergantung pada rangkaian atau kondisi dari tiga komponen, yaitu: predisposing, enabling, dan need seperti yang terlihat dalam gambar 2.1 (Alan L. Sorkin, 1983). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(33) 18. Predisposing. Enabling. Illness Level (Need). Demographic:. Family:. Perceived:. Age, Sex, Marital Status, Past Illness. Income, Health Insurance, Type of Regular Source, Access to Regular Source. Symptoms, Diagnoses, General Store. Social Structure:. Community:. Evaluated:. Education, Race, Occupation, Family Size, Ethnicity, Religion, Residential Mobility. Ratios of Health Personnel and Facilities to Population, Price of Health Service, Region of Country, Urban-Rural Character. Symptoms, Diagnoses. Beliefs:. Health Service Use. Values Concerning Health and Illness, Attitudes Toward Health Services, Knowledge about Disease. Gambar 2.1 TeoriBehavioral Model Andersen Komponen predisposing mencakup variabel- variabel yang menjelaskan faktor- faktor individual yang secara tidak langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan dan tidak dianggap sebagai alasan khusus untuk menggunakan pelayanan kesehatan.Faktor- faktor yang terdapat di dalamnya yaitu variabel demografi, struktur sosial, dan kepercayaan kesehatan.Usia, jenis kelamin, dan status perkawinan adalah contoh-contoh variabel demografi yang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(34) 19. sangat dekat hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan. Struktur sosial dibagi dalam beberapa variabel seperti pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal yang kemungkinan. mempengaruhi lingkungan. fisik. dan sosial. seseorang.kepercayaan tentang suatu penyakit dan pengobatan medis. dapat. dianggap sebagai kondisi predisposing (pengaruh) karena kepercayaan akan kesehatan sangat mempengaruhi perilaku pengobatan. Komponen. enabling. yaitu. variabel- variabel. yang. memungkinkan. seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan.Kondisi enabling (pendorong) dapat diperkirakan dari latarbelakang keluarga seperti pendapatan, perlindungan asuransi, dan pelayanan kesehatan rutin dan oleh sumber daya masyarakat terkait dengan keseluruhan pasokan layanan kesehatan. Dengan adanya kedua kondisi yaitu faktor predisposing dan enabling, penggunaan pelayanan kesehatan seseorang juga bergantung pada kebutuhan pengobatan. Komponen kebutuhan ini dapat dipisahkan ke dalam perceived need yang diperhitungkan dari laporan keadaan kesehatan pribadi atau lama sakit dan evaluated need yang diperkirakan dari diagnose klinis. Dengan taksiran-taksiran empiris dari model Andersen, variabel need (kebutuhan) secara umum adalah alasan terkuat dalam penggunaan pelayanan. 2.7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Te rhadap Pelayanan Kesehatan Menurut Fuch (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) faktor- faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabe l- variabel. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(35) 20. ekonomi seperti tarif, ada tidaknya system asuransi, dan penghasilan, variabelvariabel demografis dan organisasi. Disamping faktor-faktor tersebut, terdapat faktor lain misalnya, pengiklanan, pengaruh jumlah dokter, fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengaruh inflasi. Faktor- faktor ini saling terkait satu sama lain secara kompleks (Trisnantoro, 2004). Untuk mendukung hubungan tersebut dapat beroperasi secara efisien, menurut Artells (1981) diperlukan tiga kelompok informasi yaitu: 1.. Pengetahuan dasar mengenai masalah- masalah medis, yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya pasien tidak harus memilikinya. Informasi ini menyangkut pengetahuan khusus untuk melakukan penilaian status kesehatan dan mengidentifikasikan perawatan apa saja yang tersedia.. 2.. Keterangan tentang keadaan pasien, Yang meliputi pengetahuan tentang symptom pasien, sejarah kesehatan dan keadaan lingkungan paisen sehingga memungkinkan dokter untuk menerapkan ilmu kedokterannya terhadap kasus yang saat ini tengah dia temui pada pasiennya. Juga yang termasuk dalam informasi ini adalah posisi keuangan pasien dan sumber keuangan lainnya yang dia miliki.. 3.. Informasi tentang penilaian pasien sendiri mengenai penyakit yang tengah dideritanya. Pada penilaian ini termasuk di dalamnya preferensi pasien atas berbagai alternative perawatan yang tersedia, sikapnya dalam menghadapi risiko dan penilaiannya atas kemungkinan trade-off dari beraneka dimensi keadaan sehat, seperti kalau ingin sembuh dari suatu penyakit maka sebagai imbalannya harus rela mengorbankan cara makan atau gaya hidup buruk. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(36) 21. lainnya sampai harus rela mengorbankan kenikmatan saat ini kalau ingin tetap sehat kemudian hari. Dalam hal ini, Klinik Berhenti Merokok adalah sebuah need (kebutuhan) yang menjadi jalan keluar ketika seorang perokok merasakan wants (keinginan) akan keadaan sehat yang lebih baik dari kondisinya yang sekarang dan demand (permintaan) akan perilaku mencari pengobatan atau bantuan dokter. 2.8. Klinik Berhenti Merokok Menteri Kesehatan dalam Permenkes No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman. Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga memutuskan dalam Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular agar dilakukan kegiatan penyuluhan tentang dampak buruk rokok dan penyelenggaraan layanan upaya berhenti merokok (Permenkes No. 39 tahun 2016). Klinik Berhenti Merokok merupakan upaya untuk menolong perokok yang ingin berhenti merokok.Klinik Berhenti Merokok merupakan pelayanan yang tidak dipungut biaya dan dapat ditempatkan di Puskesmas, klinik swasta, dan rumah sakit. Pembiayaan Klinik Berhenti Merokok dapat dibebankan pada APBD atau sumber lain pendapatan daerah yang sah. Pendanaan klinik berhenti merokok dapat berupa kerja sama kemitraan dengan pihak swasta melalui corporate social responsibility (CSR) sepanjang bukan kerja sama dengan industri rokok (Susilo, dkk., 2016). Jenis pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat di Klinik Berhenti Merokok yaitu pemeriksaan jantung dan tekanan darah, pengetahuan tentang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(37) 22. bahaya rokok, pemeriksaan smoke analizer, atau alat pendeteksi kadar CO dan nikotin dalam napas, serta dapat berkonsultasi dalam upaya berhenti merokok. 2.9. Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. 2.9.1 Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 telah mengatur mengenai produksi, peredaran dan penggunaan, produk yang mengandung tembakau baik padat, cair dan gas yang bersifat adiktif. Bahkan dalam Undangundang ini telah menyebutkan beberapa ruang publik yang dijadikan sebagai KTR (Kawasan Tanpa Rokok) yakni fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses ajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat tempat umum yang telah di tetapkan. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 di dalam pasal 114 menetapkan bahwa setiap orang yang memproduksi rokok wajib mencantumkan peringatan kesehatan, dalam pasal 115 menetapkan 7 kawasan tanpa rokok, pasal 199 menetapkan setiap orang yang memproduksi dan memasukkan rokok ke wilayah NKRI dengan tidak mencantumkan peringatan berbentuk gambar akan dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak 50 juta rupiah. 2.9.2 Peraturan Pe merintah No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Te mbakau Bagi Kesehatan Sebagai turunan dari UU kesehatan No. 36 tahun 2009 tersebut diterbitkanlah Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 yang berisi regulasi produksi dan peredaran produk tembakau. Peraturan pemerintah ini bertujuan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(38) 23. untuk meningkatkan perlindungan terhadap masyarakat mengenai produk atau bahan yang mengandung zat adiktif berupa tembakau bagi kesehatan. Hal- hal yang diatur dalam PP tersebut antara lain dalam produksi tembakau, setiap produsen berkewajiban melakukan pengujian kadar nikotin dan tar kecuali untuk produk klobot, klembak, menyan, cerutu dan tembakau iris selama teknologi belum memungkinkan. Dilarang menggunakan bahan tambahan lain kecuali yang telah dapat dibuktikan tidak berbahaya bagi kesehatan serta terdapat pembatasan jumlah minimal batang per bungkus yakni paling sedikit 20 batang bagi rokok putih mesin, diluar jenis itu terdapat ketentuan yang berbeda. Dalam pasal 14 ayat 1 sampai dengan 3 ditetapkan bahwa setiap orang yang memproduksi Produk Tembakau ke wilayah Indonesia harus mencantumkan peringatan kesehatan berupa gambar dan tulisan yang memiliki satu makna dan tercetak menjadi satu dengan kemasan tembakau. Kemudian di dalam pasal 17 ayat 4 bagian a menetapkan bahwa pencantuman peringatan ditempatkan di bagian atas kemasan seluas 40% dan pada pasal 27 ayat 1 bagian a menetapkan pencantuman peringatan kesehatan pada iklan adalah dalam bentuk gambar dan tulisan paling sedikit 10% dari durasi iklan dan 15% dari luas iklan. Beberapa informasi yang wajib dicantumkan dalam bungkus rokok bilamana produk tersebut akan diedarkan antara lain: a). Kadar tar dan nikotin. b). Pernyataan bahwa “tidak ada batas aman” dalam merokok. c). Mengandung lebih dari 4000 zat kimia berbahaya serta lebih dari 43 zat penyebab kanker. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(39) 24. d). Dilarang menjual atau memberi rokok kepada anak berumur dibawah 18 tahun dan perempuan hamil. e). Kode produksi, tanggal-bulan-tahun, nama dan alamat produsen Dalam PP ini juga melarang menjual rokok dengan mesin layan diri. (vending machine) dan mencantumkan kata “Light”, “Ultra Light” “Mild” “Low Tar” dan kata-kata lain yang mengindikasikan kualitas, superioritas, rasa aman, pencitraan dan lain sebagainya. Selain itu, dalam setiap peredaran produk tembakau berkewajiban mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan seluas 40% pada kemasan depan dan belakang. Ketentuan ini tidak berlaku bagi rokok klobot, klembak menyan, dan cerutu batangan. Upaya pemerintah untuk dapat melindungi anak dan remaja dari upaya agresif adalah dengan membuat kebijakan terhadap industri tembakau. Salah satu upaya pengendalian tembakau dalam media iklan berdasarkan PP no. 102 tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1.. Iklan dalam media cetak. tidak boleh di sampul/halaman depan,. berdekatan dengan iklan makanan/minuman, tidak se- halaman penuh, tidak pada media cetak bagi anak, remaja dan perempuan. 2.. Iklan di media penyiaran iklan di TV maupun radio hanya boleh ditayangkan pukul 21.30 s/d 05.00, yang merupakan waktu istirahat bagi anak-anak dan remaja.. 3.. Iklan di media teknologi informasi harus menerapkan verifikasi umur 18+ untuk membatasi akses, contohnya iklan pada laman-laman internet.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(40) 25. 4.. Iklan di media luar ruang tidak di KTR, tidak di jalan utama atau protokol, harus sejajar 35 dengan bahu jalan, maksimal 72 m2 . Mengenai informasi kesehatan dalam bungkus rokok, pemerintah dalam. hal ini Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes No. 28 tahun 2013 yang mengatur mengenai mekanisme dan persyaratan dalam pencantuman peringatan kesehatan dan infomasi kesehatan dalam produk tembakau, dimana didalamnya terdapat gambar yang akan dicantumkan dalam kemasan produk tembakau. 2.9.3 Perme nkes No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau menetapkan di dalam pasal 1 ayat 2 bahwa peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan yang memberikan infoermasi mengenai bahaya merokok. Kemudian di dalam pasal 3 ayat 4 menyatakan bahwa gambar dan tulisan peringatan kesehatan harus mempunyai satu makna yang tercetak menjadi satu sengan kemasan produk tembakau dan bukan merupakan stiker yang d itempelkan pada kemasan. Hal lainnya yang telah dilakukan Indonesia dalam upaya pengendalian tembakau adalah dengan diterbitkannya Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Peraturan bersama ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 dibuat dengan tujuan untuk. memberikan acuan bagi pemerintah daerah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(41) 26. dalam menetapkan KTR, memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih da n sehat bagi masyarakat, dan melindungi kesehatan secara umum dari dampak buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun ruang lingkup KTR yang ditetapkan dalam peraturan bersama ini sesuai dengan yang diatur oleh UU No. 36 Tahun 2009 antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat belajar mengajar, tempat ibadah, tempat bermain anak, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. 2.10 Implementasi FCTC FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) adalah sebuah kerangka konvensi pengendalian tembakau atau treaty adalah traktat dunia untuk mengendalikan tembakau yang dirancang oleh WHO yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum. Naskah ini dirancang tahun 1995 dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Intergovermental Negotiating Body (INB) di Geneva dilatarbelakangi oleh bukti-bukti bahwa tembakau merupakan zat adiktif. dan. kandungannya. baik. yang. terkandung. dalam. tembakau. maupun. asapnya menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian prematur. Naskah ini mendapat masukan dari negara-negara di dunia, dan secara resmi dibuka ratifikasi dan tanda tangan pada Juni 2003 dan Juni 2004. Konvensi FCTC ini baru ditandatangani oleh 169 negara. Ketentuan menurut World Health Assembly traktat akan berlaku secara otomatis di semua negara dalam 5 tahun apabila sudah ditandatangani oleh 40 negara dan sejak 27. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(42) 27. Februari 2005 traktat ini sudah mulai berlaku menjadi Hukum Internasional. Indonesia walaupun ikut terlibat aktif dalam menyusun rancangan FCTC baik dalam pertemuan-pertemuan internasional maupun pertemuan regional antara negara anggota WHO di kawasan Asia Tenggara.Namun Indonesia satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum atau tidak meratifikasi dan menandatangani traktat ini. Berdasarkan ketentuan tetap saja Indonesia harus melaksanakan traktat pada tahun 2010.Padahal seluruh masyarakat global sepakat bahwa butir-butir dalam FCTC merupakan upaya perlindungan kesehatan masyarakat yang merupakan hak azasi manusia yang bersifat universal. Tujuan dari FCTC adalah melindungi generasi saat ini dan yang akan datang dari perusakan kesehatan, sosial, lingkungan dan ekonomi yang diakibatkan oleh konsumsi tembakau atau rokok. dan. paparan. asap. rokok,. yang. diterapkan. pada semua. institusi/bagian/negara pada tingkat nasional regiona l dan internasional untuk terus menerus dan substansial mengurangi prevalensi penggunaan tembakau dan prevalensi paparan asap rokok, FCTC ini terdiri dari 21 bagian dengan 38 pasal ditambah 2 lampiran, dimana didalamnya tercantum pokok-pokok kebijakan serta protokol pengendalian tembakau yang mencakup: 1.. Menaikan harga dan pajak rokok (pasal 6). 2.. Perlindungan terhadap paparan asap rokok (pasal 8). 3.. Pembungkusan dan label produk rokok (pasal 11). 4.. Edukasi, komunikasi dan pelatihan untuk kesadaran publik (pasal 12). 5.. Pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok (pasal 13). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(43) 28. 6.. Tindakan. pengurangan. terhadap. ketergantungan. rokok. dan. pengobatan ketergantungan rokok (pasal 14) 7.. Tindakan untuk mengurangi suplai rokok atau tembakau (pasal 15 – 17), termasuk pelarangan penjualan oleh dan kepada anak anak. 8.. Perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (pasal 18). 2.11 MPOWER Strategi MPOWER dan Penerapannya di Indonesia Guna memperluas perlawanan terhadap epidemi tembakau, World Health Organization menyarankan 6 langkah pengendalian tembakau dan kematian yang disebut dengan strategi MPOWER. 1.. Monitor penggunaan tembakau dan pencegahannya Monitor penggunaan tembakau dan dampak yang ditimbulkan harus. diperkuat untuk kepentingan perumusan kebijakan. Saat ini 2/3. negara. berkembang di seluruh dunia tidak memiliki data dasar penggunaan tembakau pada anak muda dan orang dewasa.Hampir 2/3 perokok tinggal di 10 negara dan Indonesia menduduki posisi ketiga (WHO, 2008).Saat ini Indonesia telah memiliki data dasar penggunaan tembakau untuk remaja dan dewasa secara berkala dalam beberapa survei berbasis masyarakat (SKRT, RISKESDAS, GATS, GYTS, GSPS,. dan. GSHP). sejak. tahun. 1995.Survei. nasional. ini. mengalami peningkatan metodologi sehingga bisa dibandingkan secara nasional maupuninternasional. 2.. Perlindungan terhadap asap tembakau. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(44) 29. Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok tetapi juga orang di sekitarnya (perokok pasif). Lebih dari separuh negara di dunia, dengan populasi mendekati 2/3 penduduk dunia, masih membolehkan merokok di. kantor. pemerintah,. tempat. kerja. dan. di. dalam. gedung.. Perlindungan terhadap asap tembakau hanya efektif apabila diterapkan Kawasan Tanpa Rokok 100%. Sampai saat ini, sudah ada tiga provinsi dan 12 kabupaten atau kota yang memiliki Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok. Pelaksanaan. lebih menekankan. enforcement).Sebanyak. pada. 15 kabupaten/kota. penegakan sudah. hukum. memiliki. (law. Peraturan. Walikota/Bupati dan Peraturan Gubernur. Kabupaten dan kota pada tahap ini masih perlu memperjuangkan Peraturan Daerah melalui DPRD setempat. 3.. Optimalkan dukungan untuk berhenti merokok Tiga dari 4 perokok di seluruh dunia menyatakan ingin berhenti. merokok namun bantuan komprehensif yang tersedia baru dapat menjangkau 5% nya. Bantuan yang dapat diberikan adalah: 1) Pelayanan konsultasi bantuan berhenti merokok yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer; 2) Quitline: Telepon layanan bantuan berhenti merokok yang mudah diakses dan cuma-cuma; 3) Terapi obat yang murah dengan pengawasan dokter. Pada tahun 2012, ada tiga provinsi yang sedang dalam uji coba untuk. pelayanan konseling. berhenti merokok di tingkat Puskesmas, yaitu DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Sejak tahun 2007, pada tingkat pelayanan sekunder dan tersier (BP4 dan RS), sudah dilakukan inisiasi pelayanan berhenti merokok di Klinik Quitline FK UGM DI Yogyakarta, BP4 DI Yogyakarta, Klinik Berhenti Merokok. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(45) 30. FKUNDIP Semarang, RS Persahabatan Jakarta, RS Sahid Suherman Jakarta, dan beberapa klinik yang tersebar di kabupaten/ kota di Indonesia . 4.. Waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau Walaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi. kesehatan,. namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya.. Karena itulah, pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam bentuk gambar. Sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya. Karena itulah, pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam bentuk gambar. Sesuai Amanat UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 115 sudah terdapat Peraturan Pemerintah (PP) No. 102 tahun 2012 yang mengatur peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok. 5.. Eliminasi iklan, promosi dan sponsor terkait tembakau Pemasaran tembakau memiliki peranan besar dalam meningkatkan. gangguan kesehatan dan kematian karena tembakau.Larangan terhadap promosi produk tembakau. adalah. senjata. yang. ampuh. untuk. memerangi. tembakau.Sepuluh tahun sejak inisiasi larangan iklan rokok dijalankan, konsumsi rokok di negaradengan larangan iklan turun 9 kali lipat dibandingkan dengan negara tanpa larangan iklan. 6.. Raih kenaikan cukai tembakau Dengan menaikkan cukai tembakau, harga rokok menjadi lebih mahal. Hal. ini merupakan cara tembakau dan. yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian. mendorong. harus dilaksanakan. secara. perokok. untuk. keseluruhan. berhenti. untuk. Strategi MPOWER. mencapai. hasil. yang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(46) 31. efektif.Dengan menaikkan cukai tembakau, harga rokok menjadi lebih mahal. Hal ini merupakan cara. yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian. tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti. Sejak tahun 2007, Indonesia secara bertahap sudah meningkatkan cukai rokok, dari 42% harga eceran menjadi 51%. pada. tahun. 2012.. Diharapkan. peningkatan. cukai. tetap. berlangsungsehingga dapat menurunkan konsumsi rokok. 2.12 Kerangka Pikir Input. Output Process. 1. Teori Behavioral Model Andersen 2. Kebijakan 3. Tenaga Kesehatan, 4. Sarana dan. Kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan. Evaluasi. Prasarana. Gambar 2.2 Kerangka Pikir Berdasarkan gambar 2.2di atas, dapat dirumuskan definisi sebagai berikut: 1.. Masukan. (input). adalah. segala. sesuatu. yang. dibutuhkan. dalam. mengimplementasikan K linik Berhenti Merokok agar dapat berjalan dengan baik, meliputi: Teori, Kebijakan, Tenaga Kesehatan, dan Sarana dan Prasarana. a.. TeoriBehavioral Model Andersen yaitu teori yang menjelaskan hubungan antara faktor- faktor predisposing, enabling dan need dalam penggunaan pelayanan kesehatan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(47) 32. b.. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Peraturan dan undang-undang yang berkaitan dan mendukung Klinik Berhenti Merokok ini, yaitu Permenkes Nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dan Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Presiden Joko Widodo melaksanakan. kampanye. menginstruksikan Menteri Kesehatan untuk Gerakan. Masyarakat. Hidup. Sehat. serta. meningkatkan advokasi dan pembinaan daerah dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). c.. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan berfokus pada Klinik Berhenti Merokok.. d.. Sarana, prasarana, dan peralatan yang termasuk di dalamnya yaitu: obat, peralatan pemeriksaan, peralatan kebersihan, dan perlengkapan pemeriksaan yang mendukung.. 2.. Proses (process) adalah langkah- langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu menggali informasi bagaimana kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan.. 3.. Keluaran (output) hasil yang hendak dicapai, yaitu bagaimana kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(48) BAB III METODE PENELITIAN. 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu. penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis dan lisan dari orang-orang yang akan diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moeloeng, 2000). Penelitian ini dipilih untuk mengetahui kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan. 3.2. Lokasi Penelitian Wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Kota Medan, Sumatera Utara.. 3.3. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desembertahun 2017.. 3.4. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di. wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang belum maupun sudah mengetahui adanya Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok No. 4 Tahun 2014 dan program Klinik Berhenti Merokok, mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar, serta bersedia memberikan masukan yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Kota Medan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 128 orang yang terdiri dari 2 orang kepala keluarga yang merokok dari setiap 64 lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan.. 33 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(49) 34. 3.5. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer, yang. dikumpulkan melalui metode proporsional random sampling.Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara (interview) dengan informan secara acak yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 3.6. Definisi Operasional. 1.. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk. memperoleh kesejahteraan dan. kenyamanan. 2.. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membuat sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individuindividu yang berada dalam kelompok tersebut.. 3.. Klinik Berhenti Merokok adalah program pemerintah yang didirikan untuk memberikan konseling dan konsultasi serta pemeriksaan jantung dan tekanan darah kepada masyarakat yang ingin berhenti merokok.. 3.7. Instrumen Penelitian Alat untuk pengumpulan data adalah pedoman wawancara, alat perekam. suara, kamera, buku dan alat tulis yang mendukung untuk melihat kebutuhan masyarakat pada Klinik Berhenti Merokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(50) 35. 3.8. Metode Analisis Data Analisis data untuk wawancara dalam penelitian ini mengutip konsep yang. diberikan Miles dan Huberman (1992), yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas: 1.. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian. pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. 2.. Penyajian data Penyajian data penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk narasi,. matriks, grafik, jaringan dan bagan. 3.. Verifikasi atau penarikan kesimpulan Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan. berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(51) BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Puskesmas Padang Bulan 4.1.1 Sejarah dan Visi Misi Puskesmas Padang Bulan UPT Puskesmas Padang Bulan mulai dibangun pada tahun 1986 dengan Peletakan Batu Pertama dilakukan oleh Pangdam I/Bukit Barisan yaitu Bapak Sarwo Edhi Wibowo (Brigjen TNI). Puskesmas Padang Bulan kemudian selesai dibangun pada tanggal 20 Juli 1986. Dalam upaya melakukan pembangunan dalam bidang kesehatan serta mendukung program pemerintah, Puskesmas perlu merumuskan tujuan dan citacita agar pelaksanaan menjadi lebih terarah, cepat dan tepat sasaran. Tujuan dan cita-cita dibentuk dalam Visi dan Misi sebagai berikut: Visi: Mewujudkan Masyarakat Kecamatan Medan Baru yang Sehat Mandiri dan Berkeadilan. Misi: a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kecamatan Medan Baru b. Meningkatkan kualitas SDM kesehatan yang profesional dan berkomitmen tinggi c. Meningkatkan tata kelola Puskesmas yang baik melalui perbaikan sistem informasi dan manajemen Puskesmas yang profesional, akuntabel, efektif dan efisien. 36 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(52) 37. d. Mewujudkan pembangunan kesehatan yang berintegrasi lintas program dan lintas sektoral e. Meningkatkan peran serta masyarakat demi tercapainya kemandirian masyarakat dalam hidup sehat 4.1.2 Gambaran Demografi Puskesmas Padang Bulan UPT Puskesmas Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru yang meliputi 6 Kelurahan, yaitu : 1. Titi Rantai 2. Padang Bulan 3. Merdeka 4. Babura 5. Petisah Hulu 6. Darat Data Geografis UPT Puskesmas Padang Bulan adalah sebagai berikut : 1. Luas Wilayah. : 540 Ha. 2. Jumlah Kelurahan. : 6 Kelurahan. 3. Jumlah Lingkungan. : 64 Lingkungan. 4. Jumlah KK. : 10.283 KK. 5. Batas Wilayah. :. Utara : Kecamatan Medan Petisah Selatan : Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang Timur : Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang Barat : Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(53) 38. 6. Kependudukan: Penduduk Kecamatan Medan Baru adalah 44.342 jiwa, dengan Kelurahan Baburapaling banyak sebanyak 2.744 KK dan 10.828 jiwa yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru Tahun 2016 Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Jumlah Lk. Pr. Jumlah. Lingkungan. KK. Petisah Hulu. 4.534. 4.992. 9.526. 12. 1.369. Babura. 4.957. 5.871. 10.828. 13. 2.744. Merdeka. 1.817. 2.117. 3.934. 13. 1.006. Darat. 1.103. 2.417. 3.520. 4. 891. Padang. 5.403. 5.056. 10.459. 12. 2.860. Titi Rantai. 2.942. 3.223. 6.165. 10. 1.413. Jumlah. 20.756. 23.676. 44.342. 64. 10.283. Bulan. 4.1.3 Sarana dan Prasarana di Puskesmas Padang Bulan UPT Puskesmas Padang Bulan berupa bangunan permanen berlantai 2 yang dijelaskan dalam tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Fasilitas Gedung UPT Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016 No Fasilitas Gedung Jumlah 1. Loket Pendaftaran. 1. 2. Ruang Tunggu. 1. 3. Poli Umum. 3. 4. Poli Gigi. 1. 5. Poli KIA / KB. 1. 6. Poli Fisioterapi. 1. 7. Poli Rujukan. 1. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(54) 39. 8. Poli Emergensi. 1. 9. Poli Imunisasi. 1. 10. Poli Reproduksi. 1. 11. Ruang Kepala Puskesmas. 1. 12. Ruang Adminstrasi. 1. 13. Ruang Periksa IMS dan PDP. 1. 14. Ruang Konsultasi. 1. 15. Ruang Menyusui. 1. 16. Apotek. 1. 17. Ruang Gizi. 1. 18. Laboratorium. 1. 19. Gudang. 3. 20. Kamar Mandi. 6. 21. Gudang Obat. 1. 22. Dapur. 1. 23. Ruang Shalat. 1. 24. Aula (Ruang Pertemuan). 1. 4.1.4 Klinik Berhenti Merokok Klinik Berhenti Merokok merupakan program yang baru dilaksanakan sekitar 2 bulan di Puskesmas Padang Bulan.Penyelenggaraan Klinik Berhenti Merokok masih sederhana dengan pelaksanaan satu minggu sekali pada hari Rabu pukul 2 siang di Rungan Konsultasi.Pihak puskesmas sejauh ini masih kekurangan tenaga kesehatan untuk menjalankan KBM. Selanjutnya pihak puskesmas akan melakukan perekrutan dan pelatihan tenaga kesehatan untuk keahlian fisioterapi. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk melaksanakan terapi kurang lebih selama 1 jam.Sedangkan alat-alat yang dibutuhkan selama terapi hanya spiro. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(55) 40. meter, karena terapi untuk berhenti merokok pada dasarnya hanya berupa edukasi dan totok bagian anggota tubuh saja. 4.2 Karakteristik Informan Karakteristik informan yang diteliti terdiri dari kepala keluarga yang tinggal di setiap lingkungan di 6 kelurahan wilayah kerja puskesmas, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.3 Karakteristik Informan Penelitian Karakteristik Informan Jumlah Jenis Kelamin Laki- laki 125 Perempuan 3 Usia 20-30 tahun 29 30-40 tahun 49 40-50 tahun 28 >50 tahun 22 Pendidikan SD/sederajat 28 SMP/sederajat 7 SMA/sederajat 82 PT/sederajat 11 Pekerjaan PNS 8 Wiraswasta 113 IRT 1 Pensiun 6. (%) 97,6 2,3 22,6 38,3 21,9 17,2 21,9 5,4 64 8,6 6,2 88,3 0,8 4,7. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas kepala keluarga yang merokok adalah laki- laki, yaitu sebanyak 125 orang (97,6%) namun ada 3 orang (2,3%) kepala keluarga perempuan yang merokok. Rentang usia kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan yaitu 20 sampai dengan 70 tahun, dimana mayoritas kepala keluarga berumur 30-40 tahun (38,3%). Pendidikan terakhir yang ditempuh mayoritas kepala keluarga adalah SMA yaitu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(56) 41. berjumlah 82 orang (64%), disusul lulusan SD berjumlah 28 orang (21,9%), SMP berjumlah 7 orang (5,4%) dan lulusan Perguruan Tinggi berjumlah 11 orang (8,6%). Pekerjaan mayoritas kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan adalah wiraswasta yaitu berjumlah 113 orang (88,3%). 4.3 Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, didapati beberapa pernyataan yang dianggap penting oleh peneliti untuk dijadikan fokus hasil penelitian. Pernyataan tersebut antara lain: 4.3.1 Ingin Berhenti Merokok dan Tertarik Mencoba Layanan Klinik Berhenti Merokok Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapati bahwa sebanyak 85 orang (66,4%) kepala keluarga mengaku ingin berhenti merokok dan tertarik untuk mencoba layanan Klinik Berhenti Merokok. Tabel 4.4 Pernyataan Kepala Keluarga mengenai Keinginan untuk Berhenti Merokok dan Menggunakan LayananKlinik Berhenti Merokok Informan Pernyataan Kalau ditanya maunya, ya mau kali lah. Karna saya sekarang udah sembunyi-sembunyi, udah Informan 1 dilarang (merokok) sama orang rumah. Sekarang kan bahayanya udah tau semua, udah tua dek, udah skit-sakitan. Tidak tahu (Klinik Berhenti Merokok), apa itu? ya pengennya sih pengen (berhenti merokok). Informan 2 Lumayan tertariklah (ke KBM). Bahaya merokok tau, sakit-sakit paru-paru gitu kan. Mau la coba ke situ (Klinik Berhenti Merokok). Ya Informan 3 umpamanya kalau ada obat untuk berhenti merokok sekali minum saya mau kali la dek. Apa itu (Klinik Berhenti Merokok)? Nggak tau (ada KBM di Puskesmas). Oh, mau (mencoba ke KBM). Informan 4 Siapa yang gak mau sehat yakan dek. Liat waktunya juga ya kalau sempat. Tau (Klinik Berhenti Merokok), ada peraturannya? Informan 5 Saya mau (ke KBM) tapi tergantung pelayanannya.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(57) 42. Kadang pelayannya ini yang bikin kita malas kan. Tapi kalau udah ada peraturan, pelayanan juga bagus, ya saya mau.. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan informan, peneliti mendapati bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan merasakan keinginan yang terpendam untuk berhenti merokok, mengingat pengetahuan akan bahaya merokok dari masyarakat yang cukup baik, sehingga keinginan untuk berhenti timbul walaupun hanya sedikit. Namun peneliti juga menjumpai sebagian kecil masyarakat yang mengaku sudah berhenti merokok, dan akan berhenti merokok dengan kemauan sendiri atau tanpa bantuan orang lain. Sehingga merasa tdiak memerluka n kunjungan ke Klinik Berhenti Merokok.. 4.3.2 Mengetahui KTR (Kawasan Tanpa Rokok) Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapati bahwa sebanyak 57 orang (44,5%) kepala keluarga mengaku mengetahui adanya kebijakan KTR (Kawasan Tanpa Rokok). Tabel 4.5 Pernyataan Kepala Keluarga me ngenai Pengetahuan tentang KTR Informan Pernyataan Tau (KTR), yang ada bacaan dilarang Informan 1 merokok kan? Kayak di plaza, kantor gitu ya. Tau (KTR). Tempat tidak boleh Informan 2 merokok, misalnya ya di puskesmas, rumah sakit. Taula (KTR), rumah sakit sekolah gitu Informan 3 ya. Tau (KTR), ada peraturannya kan? Ya Informan 4 tempat dilarang merokok. Tempattempat umum lah.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Gambar

Gambar 2.1 TeoriBehavioral Model Andersen
Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

KESATU : Membentuk Tim Penyelenggara Ujian Nasional SMA/MA/SMK dan Pendidikan Kesetaraan Paket A, Paket B dan Paket C Tahun Pelajaran 2015/2016, dengan susunan

BIDANG CIPTA KARYA DPU KABUPATEN KLATEN.. JL Sulaw

(1) Analisis faktor-faktor penentu keberhasilan pelaksanaan proyek perumahan berdasarkan biaya, mutu, dan waktu, (a) faktor penentu keberhasilan pelaksanaan proyek

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, bukan hanya pada saat pasien datang ke rumah sakit

Penilaian untuk variabel Reliability (keandalan) dikatakan sangat puas jika nilai median lebih dari atau sama dengan 16, puas jika nilai median 8 sampai 15 , tidak puas jika

tindakan/kejadian yang dilakukan/terjadi di waktu lampau yang merujuk waktu terjadinya dengan yang merujuk pada kesudahannya, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur

Memiliki NPWP dan Telah melunasi kewajiban perpajakan tahun pajak terakhir (SPT Tahunan) Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak setempat sesuai

Pada penulisan ilmiah ini Penulis mencoba mengangkat masalah ini yaitu membuat suatu permainan sederhana yang dapat dimainkan oleh siapa saja Program aplikasi ini dibuat