• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN SKRIPSI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2015-2019. SAMPUL. SKRIPSI. MUHAMMAD NASRUN 105731105217. PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2021.

(2) KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MAKASSAR TAHUN 2015-2019. HALAMAN JUDUL. SKRIPSI. DISUSUN DAN DIAJUKAN OLEH:. MUHAMMAD NASRUN 105731105217. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021M/1442H. ii.

(3) MOTTO DAN PERSEMBAHAN. MOTTO “Jadilah seperti pohon yang tumbuh dan berbuah lebat. Ketika dilempar batu , tapi membalasnya dengan buah. – Abu Bakar R.A”. PERSEMBAHAN. Kupersembahakan Skripsi ini untuk kedua orang tuaku rahimahullah yang tercinta atas segala pengorbanan dan doanya dan juga untuk saudarasaudaraku tercinta, sahabat-sahabatku serta almamaterku. iii.

(4) iv.

(5) v.

(6) vi.

(7) KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat petunjuk-Nya. Shalawat serta salam tak lupa. penulis. kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW seabagai sang revolusioner sejati yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sampai kepada penyusunan skripsi yang berjudul “Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar Tahun 2015-2019. Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Bapak M. Natsir dan Ibu Salma. D yang senantiasa memberi dukungan baik berupa moral dan moril. Saudari tercinta Nirmayanti, Nirsa, dan Nurhikma dan segenap keluarga besar, orang-orang terdekat serta teman-teman tercinta yang senantiasa mendukung dan memberi semangat hingga akhir studi ini, terimakasih atas segala dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntu ilmu. Semoga apa yang telah memberikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan dunia dan akhirat.. vii.

(8) Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan setinggi-tinginya dan terima kasih banyak di sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. 2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. 3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. AK.CA.CSP, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Ibu Linda Arisanti Razak, S.E., M.Ak. AK.CA, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. 5. Ibu Asriati, SE., M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik. 6. Bapak Amran, SE., M.Ak. Ak.CA, selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik. 7. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dan banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan. 8. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. 9. Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Makassar terimakasih telah memberikan tempat penelitian dan arahan kepada penulis.. viii.

(9) 10. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa Akuntansi Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2017 yang telah berjuang bersama dan telah memberikan bantuan serta dorongan dalam aktivitas studi penulis. 11. Terima kasih untuk semua kerbat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini. Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanaat bagi semua pihak. Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb.. Makassar,. 19 Agustus 2021 10 Muharram 1443. Penulis,. Muhammad Nasrun. ix.

(10) ABSTRAK MUHAMMAD NASRUN, 2021 Kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kota Makassar Tahun 2015-2019. Dibimbing oleh pembimbing I Asriati dan pembimbing II Amran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif. Teknik perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengelolaan data deskriptif kuantitatif bahwa: kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah kota makassar memiliki angka rata-rata 15,6% dan tergolong kurang berkontribusi bagi penerimaan pendapatan asli daerah. Hal ini dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kontribusi penerimaan pajak restoran yang fluktuatif dan lebih besarnya kenaikan realisasi penerimaan dari komponen pendapatan asli daerah lainnya daripada realisasi penerimaan pajak restoran itu sendiri.. Kata Kunci: Kontribusi, Pajak Restoran, PAD. x.

(11) ABSTRACT MUHAMMAD NASRUN, 2021 The contribution of restaurant tax revenue to local revenue of Makassar city in 2015-2019 Supervised by supervisor I Asriati., SE., M.Si and Supervisor II Amran., SE., M.Ak.Ak.CA. This study aims to determine how big the contribution of restaurant taxes to local revenue. The type of reseach used in this research quantitative. The calculation thenique used in this study is descripti quantitative. Based on the results of calculations and management of quantitative descriptive data that: the contribution of restaurant tax revenue to local revenue of Makassar City has an average number of 15,6% and is classified as less contributin to local revenue. This is influenced bye the fluctuating growth rate of restaurant tax revenue contribution and the greater incriease in revenue realization from other components of local revenue than the realization of restaurant tax revenue itself.. Keywords: Contribution, Restaurant Tax, PAD. xi.

(12) DAFTAR ISI. SAMPUL .............................................................................................................. i HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEABSAHAN ........................................................ vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................... x ABSTRACT ........................................................................................................ xi DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8 C. Tujuan Penelitian................................................................................ 8 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10 A. Tinjauan Teori .................................................................................. 10 1. Dasar-dasar Perpajakan ............................................................. 10 2. Pendapatan Asli Daerah ............................................................. 17 3. Pajak Daerah .............................................................................. 21 4. Pajak Restoran ........................................................................... 27 5. Kontribusi ................................................................................... 30. xii.

(13) B. Tinjauan Empiris............................................................................... 30 C. Kerangka Pikir .................................................................................. 34 D. Hipotesis .......................................................................................... 35 BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 36 A. Jenis Penelitian ................................................................................ 36 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 36 1. Lokasi Penelitian ........................................................................ 36 2. Waktu Penelitian ......................................................................... 36 C. Variabel Penelitian ........................................................................... 36 D. Sumber Data .................................................................................... 37 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38 F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 41 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 41 1. Letak Geografis Kota Makassar .................................................. 41 2. Gambaran Umum Badan Pendapatan Daerah ........................... 43 3. Visi dan Misi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar ........... 44 4. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar.......................................................................................... 44 5. Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Badan Pendapatan Kota Makassar.......................................................................................... 47 B. Hasil Penelitian................................................................................. 49 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) .................................................. 49 2. Pajak Restoran ........................................................................... 51 3. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah ......................................... 53 4. Analisis Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran ......................... 54 C. Pembahasan .................................................................................... 57 BAB V PENUTUP ............................................................................................. 59 A. Kesimpulan ...................................................................................... 59 B. Saran ............................................................................................... 59. xiii.

(14) DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61 LAMPIRAN........................................................................................................ 64. xiv.

(15) DAFTAR TABEL No. Judul. Halaman. 1.1 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Makassar ................................... 5 1.2 Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar....................................................... 6 2.1 Hasil Empiris Terdahulu .............................................................................. 30 4.1 Luas Kota Makassar Di Rinci Menurut Luas Kecamatan ............................. 43 4.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar Tahun 2015-2019 .............................................................................................. 51 4.3 Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun 2015-2019 ............................. 53 4.4 Data Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2015-2019 .................... 54 4.5 Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kota Makassar Tahun 2015-2019 .............................................................................. 56. xv.

(16) DAFTAR GAMBAR No. Judul. Halaman. 2.1 Kerangka Pikir ............................................................................................ 35 4.1 Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar ............... 47 4.2 Grafik Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar Tahun 2015-2019 ............................................................................. 54 4.3 Grafik Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar Tahun 2015-2019 ............................................................................. 56. xvi.

(17) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pendapatan belanja negara (APBN) Adriani and Juliandi (2020). Remalja,. (2016). Menyatakan. bahwa. “hampir. dalam. setiap. proyek. pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dibiayai dari dana pajak yang telah dikumpulkan dari masyarakat. Pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dan kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.” Dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Negara,. dibutuhkan. dana. yang. tidak. sedikit. untuk. melaksanakan. pembangunan tersebut. Pembangunan suatu Negara merupakan aspek penting untuk meningkatkan perekonomian Negara (Sukrisno Agoes, 2016) Baru (2018) Era otonomi daerah secara resmi mulai diberlakukan di indonesia sejak januari 2001. Pelaksanaan otonomi ini daerah di tuntut untuk mandiri dalam melaksanakan pemerintahan dimana daerah harus bisa mengatur keuangan sendiri. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan dalam Pasal 15 bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: 1). Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah: hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah; 2). Dana Perimbangan; dan 3). Lain-lain pendapatan daerah yang sah (UU No. 32, 2004). Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka memberikan peluang terhadap pemerintah untuk menggali potensi daerah dan mendapatkan 1.

(18) 2. pemasukan. Sumber pendapatan pemerintahan daerah relatif terprediksi dan lebih stabil sebab pendapatan daerah diatur oleh Undang-Undang dan peraturan daerah yang mengikat dan dapat dipaksakan (Defayanti, 2018). Dan berhasilnya otonomi daerah diukur dengan keuangan suatu daerah yang merupakan faktor pengukur keberhasilannya. Dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tiap daerah dapat mengurus sendiri urusan rumah tangga daerah Benita et al., (2019). Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan. PAD merupakan sumber pendapatan daerah yang secara bebas dapat digunakan oleh masing-masing daerah untuk menyelenggarakan efesiensi sumber daya dan sarana yang terbatas serta melakukan peningkatan efektifitas pemungutan dengan cara melakukan pengoptimalan potensi yang ada serta diupakan menggali sumber-sumber pendapatan yang baru yang potensinya memungkinkan sehingga dapat dipungut pajak dan retribusinya (Wokas & Kobandaha, 2016). Selanjutnya, pemerintah pusat mengeluarkan UU No. 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi yang kemudian telah disempurnakan menjadi UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-Undang No. 18 Tahun 1987 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian disesuaikan dengan kebijakan otonomi daerah sehingga menjadi UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, dimana pembagian jenis pajak menurut lembaga pemungutan pajak terhadap masyarakat..

(19) 3. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai belanja negara seperti pembangunan jalan, pembangunan sekolah, bantuan kesehatan dan lain sebagainya. Pajak Pusat terdiri dari: 1). Pajak Penghasilan; 2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN); 3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM); 4) Bea Materai; dan 5) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB perkebunan, Perhutanan, dan pertambangan) (OnlinePajak, 2018b). Penerimaan pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan berasal dari beberapa sumber, salah satunya sumber penerimaannya adalah Pajak. Untuk dapat membiayai dan memajukan daerah dapat ditempuh suatu kebijaksanaan dengan mengoptimalkan penerimaan pajak, dimana setiap orang wajib membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan pembangunan, sehingga dapat menunjang berkembangnya bisnis adalah Pajak Hotel Ali et al., (2018). Salah satu sumber pajak daerah yang mempunyai potensi yang paling besar seiring dengan semakin maraknya zona perdagangan dan pariwisata ialah pajak restoran. Pada awalnya menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 yang mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran dengan nama pajak Hotel dan Restoran. Tetapi, seiring dengan berkembangnya kedua sektor bisnis tersebut, maka pemerintah indonesia melakukan perubahan undang-undang dan mengeluarkan UU.

(20) 4. Nomor Tahun 2000 dan sekarang telah disempurnakan dalam UU Nomor 28 Tahun 2009, dimana pajak Hotel dan Pajak Restoran telah dipisahkan sebagai sumber pajak daerah yang berdiri sendiri, dimana masing-masing memberi kontribusi yang cukup besar untuk membangun suatu daerah. Kota Makassar ialah pusat perekonomian di wilayah timur Negara Republik Indonesia, yang membuat Kota Makassar mempunyai dampak perkembangan perekonomian yang cukup pesat yaitu ditandai dengan semakin banyak investor yang membangun pusat industri yang berkembang pesat setiap tahun di kota Makassar. Salah satu industri yang sedang trend perkembangannya dan cukup pesat di Kota Makassar adalah industri kuliner atau biasa disebut restoran atau cafe. Perkembangan bisnis restoran membuat penerimaan pajak restoran sebagai salah satu penyumbang pajak daerah, sangat menjanjikan sebagai salah satu pajak daerah yang memiliki kontribusi paling besar dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pajak restoran Makassar diatur dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Makassar No. 3 Tahun 2010. Dalam Perda tersebut dijelaskan bahwa restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran, dimana restoran merupakan penyedia makanan dan/atau minuman yang dikenakan biaya, termasuk Resotran, cafetaria, kantin, bar, warung, dll termasuk jasa katering, terkecuali pelayanan jasa yang nilai pejualannya tidak melebihi Rp 250.000,- Perhari. Lahan dengan produktivitas rendah dimanfaatkan sebagai bisnis yang berpenghasilan dan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang beraneka ragam. Putra (2013:08) Mengatakan bahwa jumlah restoran pada tahun 2012 sebanyak 721 dan jumlah restoran pada tahun 2016.

(21) 5. mencapai 900 restoran. Semakin banyaknya jumlah restoran dikota Makassar mengindikasikan peningkatan pemasukan pajak daerah yang berasal dari bisnis resotran yang berguna bagi pembangunan kota. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Makassar Pendapatan Daerah Tahun Anggaran. Target. Realisasi. %. 2015. 98.788.870.608. 92.279.737.686. 93,41. 2016. 171.138.613.000. 114.006.791.465. 66,2. 2017. 140.000.000.000. 140.867.931.059. 100,62. 2018. 156.000.000.000. 166.283.463.199. 106,59. 2019. 185.000.000.000. 210.528.402.002. 113,8. Sumber: Badan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar Dilihat dari realiasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar disetiap tahunnya mengalami perubahan dari tahun sebelumnya dari target yang sudah ditetapkan. Realisasi pendapatan Pajak Restoran Pada tahun 2015 yaitu Rp 92.279.737.686 dengan presentase 93,41% dari target yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Makassar. Sedangkan target Pajak Restoran tahun 2015 yang ditetapkan Badan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar sebesar Rp 98.788.870.608, maka dari itu target pajak tersebut belum tercapai. Pada tahun 2016 pendapatan realisasi Pajak Restoran yaitu Rp 114.006.791.465 dengan presentase 66,2% dari target yang di tetapkan oleh Pemerintah Kota Makassar. Sedangkan target Pajak Restoran tahun 2016 yang ditetapkan Badan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar sebesar Rp 171.138.613.000, maka dari itu target pajak belum tercapai. Pada tahun 2017 pendapatan realisasi Pajak Restoran yaitu Rp.

(22) 6. 140.867.931.059 dengan presentase 100,62% dari target yang ditetapkan Pemerintah Kota Makassar. Sedangkan target Pajak Restoran tahun 2017 sebesar Rp 140.000.000.000, maka dari itu target pajak telah tercapai. Pada tahun 2018 Pendapatan Realisasi Pajak Restoran yaitu Rp 166.283.463.199 dengan presentase target 106,59% dari target yang ditetapkan Pemerintah Kota Makassar. Sedangkan target Pajak Restoran tahun 2018 yaitu Rp 156.000.000.000, maka target pajak restoran tersebut sudah tercapai. Pada tahun 2019 pendapatan realisasi Pajak Restoran yaitu Rp 210.52.402.002 dengan presentase 113,8% dari target yang ditetapkan Pemerintah Kota Makassar. Sedangkan target Pajak Restoran tahun 2019 yaitu Rp 185.000.000.000, maka dari itu target pajak restoran telah tercapai. Tabel 1.2 Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar Pendapatan Daerah Tahun Anggaran. Target (Rp). Realisasi (Rp). 2015. 904.432.575.000. 709.962.895.492. 2016. 1.193.018.343.000. 879.579.142.506. 2017. 1.086.139.148.000. 949.677.704.216. 2018. 1.194.753.148.000. 947.371.868.404. 2019. 1.340.000.000.000. 1.073.061.660.653. Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar Di kota Makassar memutuskan untuk meningkatkan kenaikan PAD melalu. pajak. daerahnya. yang. merupakan. sumber. utama. dalam. pembangungan daerah. Langkah mengoptimalkan pajak daerah adalah dengan memperluas objek pajaknya. Contohnya mengenai pajak restoran.

(23) 7. sebagai pajak daerah. Bisnis restoran memang patut diperhitungkan sebagai kontributor Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar. Karena, kontributor sektor ini termasuk dalam pemasukan Pendapatan Asli Daerah bagi Kota Makassar. Apalagi Kota Makassar termasuk 5 besar kota terbesar dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia tentunya mobilitas perekonomian cukup berjalan tinggi dimana dengan banyak tersedianya restoran akan mendatangkan penerimaan yang banyak bagi Pendapatan Asli Daerah, berarti makin banyak restoran semakin banyak penerimaan yang akan diperoleh lewat Pajak Restoran. Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari pajak restoran berasal dari banyaknya pengunjung atau pembeli yang mendatangi tempat-tempat makan dan minum. Kontribusi pajak restoran yang selama ini dipungut tentunya akan menambah Pendapatan Asli Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah. daerah. yang. bermanfaat. bagi. proses. pembiayaan. pembangunan dan juga untuk digunakan berbagai pelayanan umum yang berguna untuk menambah keindahan Kota Makassar. Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah selama 5 tahun terakhir dengan rata-rata yaitu 15,6%. Adanya fenomena Pajak Restoran dari banyaknya pengusaha yang membangun usaha dibidang kuliner yang tidak memberitahukan dengan benar pendapatan yang mereka terima dari konsumen. Beberapa fenomena diatas menunjukan potensi pajak restoran yang belum terealisasikan dan kesadaran wajib pajak atau badan yang masih rendah, yang menyebabkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah tidak mencapai target sehingga pelaksanaan pembangunan yang telah direncakan pemerintah daerah.

(24) 8. menjadi terhambat akibat dari penerimaan yang belum maksimal. Belum tercapainya penerimaan pajak restoran pada tahun 2015 dari target yang ditetapkan sebesar Rp 98.788.890.608 perolehan pajak restoran hanya terkumpul sekita Rp 92.279.737.686. sementara pada tahun 2016 belum tercapainya pajak restoran dari target yang ditetapkan sebesar Rp 171.138.613.000,. perolehan. pajak. restoran. yang. terkumpul. Rp. 114.006.791.465, dari data diatas juga menunjukan bahwa setiap tahunnya penerimaan Pajak Restoran meningkat sedangkan Pendapatan Asli Daerah meningkat tapi tidak pernah mencapai target. Berangkat dari uraian diatas, maka salah satu hal yang menarik bagi penulis untuk mengkaji secara jauh dan mengangkat judul penelitian ”Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar Periode 2015-2019 (Studi Kasus Pada Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar)” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yaitu: Seberapa besar Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar Tahun 2015-2019? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar Tahun 2015-2019.

(25) 9. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang realisasi penerimaan pajak restoran terhadap peningkatan pendapatan asli daerah yang terealisasi dari tahun 2015-2019 di kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar b. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi, referensi serta dapat dijadikan sebagai pebanding bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian dengan objek penelitian maupun judul penelitian yang hampir sama di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Dapat diketahui upaya-upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalam pemungutan pajak untuk menambah jumlah pajak daerah Kota Makassar. Dengan bertambahnya pajak secara tidak langsung akan menambah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga dapat digunakan untuk menunjang perekonomian daerah guna tercapainya kesejahteraan masyarakat..

(26) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Teori 1. Dasar-dasar Perpajakan a. Pajak Sari, (2013) Negara melindungi keselamatan jiwa, harta beda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut. Salah satu pakar pajak yang berasal dari Eropa, Sommerfeld, Anderson & Brock. Adapun pengertian pajak menurut beberapa ahli, sebagai berikut: Menurut Rachmat Soemitro dikutip dari buku Sukrisno Agoes, (2016) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan UndangUndang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbalbalik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakann untuk membayar pengeluaran umum” Menurut MJH Smeet dikutip dalam buku Sukrisno Agoes, (2016) “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui normanorma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”. 10.

(27) 11. b. Fungsi Pajak Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan keuangan sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak,. seperti Pajak. Penghasilan. (PPh),. Pajak. Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan sebagainya. Fungsi Regularend (Pengatur) Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Berikut ini beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur. 1) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong mewah. Semakin mewah suatu barang, tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut harganya semakin mahal. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah)..

(28) 12. 2) Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan pendapat. 3) Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar parah pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga memperbesar devisa negara. 4) Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu, seperti industri semen, industri kertas, industri baja, dan lainnya, dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap produksi terhadap industri tersebut karena dapat menggangu lingkungan atau populasi (membahayakan kesehatan) 5) Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan batasan peredaran usaha tertentu, dimaksudkan untuk penyederhanaan perhitungan pajak 6) Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di indonesia. (Resmi 2019:3) c. Asas-asas Pemungutan Pajak (OnlinePajak, 2018) Pajak memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan sebuah negara. Salah satu perannya yaotu sebagai sumber biaya pembangunan negara. Agar aktivitas perpajakan dapat berjalan lancar, pemerintah pun menyediakan payung hukum dan asas pemungutan pajak. Asas perpajakan sendiri merupakan dasar yang digunakan oleh pemerintah saat membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak..

(29) 13. Ada tuga asas pemungutan pajak yang dijadikan pedoma di dunia, antara lain 1) Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau tempat tinggal seseorang 2) Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan seseorang. 3) Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat penghasilan berada. Sedangkan, di indonesia memilik 7 asas pemungutan pajak yang dijadikan pedoman, antara lain: 1) Asas finansial 2) Asas yuridis 3) Asas umum 4) Asas kebangsaan 5) Asas sumber 6) Asas wilayah d. Sistem Pemungutan Pajak Tiga jenis pemungutan pajak. 1) Official Assesment System Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

(30) 14. b) Wajib Pajak bersifat pasif c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus 2) Self Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Ciri-cirinya: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri. b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. 3) With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. (Suandy, 2011) e. Jenis Pajak Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya..

(31) 15. 1) Menurut golongan Pajak dikelompokkan menjadi dua: a) Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Dengan kata lain, proses pembayaran pajak harus dilakukan sendiri. oleh. wajib. pajak. bersangkutan.. Contoh:. Pajak. Penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung oleh pihakpihak tertentu yang memperoleh penghasilan penghasilan tersebut. b) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain karena jenis pajak ini tidak memiliki surat ketetapan pajak. Pajak Tidak Langsung terjadi jika terdapat sesuatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2) Menurut sifat Jenis pajak yang digolongkan berdasarkan sifatnya a) Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya. Suatu pungutan disebut pajak subjektif karena memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), yang memperhatikan tentang kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan atau uang..

(32) 16. b) Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya. Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dari barang yang dikenakan pajak. 3) Menurut Lembaga pemungut Jenis pajak yang digolongkan berdasarkan lembaga pemungutnya. a) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah pusat, dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Contoh Pajak Pusat Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, dan Pajak Bumi. dan. Bangunan. (PBB. perkebunan,. perhutanan,. pertambangan). b) Pajak Daerah merupakan pajak-pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Contoh: Pajak provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Kabupaten/kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan. (OnlinePajak, 2018b) f.. Target Penerimaan Pajak Target Penerimaan Pajak Target pendapatan asli daerah adalah pemikiran hasil penerimaan pendapatan asli daerah yang di harapkan tercapai dalam satu tahun anggaran. Menurut (Suriadinata, 2003:103).

(33) 17. bahwa untuk memperoleh target pendapatan asli daerah (PAD) yang dapat dipertanggung jawabkan, penyusunanya perlu memperhitungkan berbagai faktor-faktor tersebut adalah: 1) Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari tahun anggaran yang. lalu. dengan. memperhatikan. faktor. pendukung. yang. menyebabkan tercapainya realisasi tersebut dan faktor-faktor yang menghambatnya. b) Kemungkinan pencarian jumlah tunggakan tahun-tahun sebelumnya yangdiperkirakan dapat ditagih sampai dengan tahun berjalan. c) Data potensi objek pajak daerah dan estimasi perkembangan perkiraan penerimaan dari penetapan tahun berjalan. d) Kemungkinan adanya perubahan atau penyesuaian tarif dan penyempurnaan sistem pemungutan. e) Keadaan sosial ekonomi dan tingkat kesadaran masyarakat selaku wajib bayar. f). Kebijakan di bidang ekonomi dan moneter. 2. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Kamal,. (2019). Perubahan. pengelolaan. keuangan. daerah. merupakan salah satu dampak dari Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal. Adapun perubahan pengelolaan keuangan daerah meliputi pengelolaan belanja, pembiayaan dan khususnya pendapatan daerah. Adapun sumber pendapatan daerah telah diatur dalam Pasal 285 Ayat (1)18 UU Pemerintahan Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu dari pendapatan daerah yang dimana dengan.

(34) 18. adanya aturan tersebut, Kepala Daerah dapat meningkatkan PAD guna mengurangi ketergantungan dari Pemerintah. Hal ini juga terdampak pada penguatan otonomi dan keleluasaan daerah (loca discretion). Pendapatan Asli Daerah yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundangundangan yang meliputi: 1) Pajak daerah 2) Retribusi daerah 3) Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 4) Lain-lain PAD yang di pisahkan b. Sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah 1) Pajak Daerah Pajak daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah). Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu: a) Sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary) b) Sebagai alat pengatur (regulatory) 2) Retribusi daerah Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan.

(35) 19. atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi 3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4) Lain-lain pendapatanan yang sah Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah selain yang disebut di atas dan milik pemerintah daerah yang sah menurut peraturan perundang-undangan. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan sebagai berikut: a) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan b) Jasa giro c) Pendapatan bunga d) Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah e) Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan, pengadaan barang dan jasa oleh daerah f). Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. g) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan h) Pendapatan denda apajak i). Pendapatan denda retribusi. j). Pendapatan eksekusi atas jaminan. k) Pendapatan dari pengembalian l). Fasilitas sosial dan umum. m) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatih.

(36) 20. n) Pendapatan dari anggaran/cicilan penjualan yang diadakan oleh daerah (Wulandari & Iryanie, 2018) c. Target Pendapatan Asli Daerah Target Pendapatan Asli Daerah adalah perkiraan hasil penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan tercapai dalam satu tahun anggaran. Menurut Suriadinata, (2003:103) mengatakan bahwa untuk memperoleh target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat dipertanggungjawabkan,. penyusunannya. perlu. memperhitungkan. berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari tahun anggaran yang. lalu. dengan. memperhatikan. faktor. pendukung. yang. menyebabkan tercapainya realisasi tersebut dan faktor-faktor yang menghambatnya. 2) Kemungkinan pencarian jumlah tunggakan tahun-tahun sebelumnya yang diperkirakan dapat ditagih sampai dengan tahun berjalan 3) Data potensi objek pajak daerah dan estimasi perkembangan perkiraan penerimaan dari penetapan tahun berjalan. 4) Kemungkinan adanya perubahan atau penyesuaian tarif dan penyempurnaan sistem pemungutan. 5) Keadaan sosial ekonomi dan tingkat kesadaran masyarakat selaku wajib bayar. 6) Kebijakan di bidang ekonomi dan moneter..

(37) 21. 3. Pajak Daerah a. Pengertian Pajak Daerah Berdasarkan UU No. 32 dan 33 Tahun 2004 kemudian di perjeas pada Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bab 1 pas 10 menjelaskan pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Mustoffa, (2018) Pajak daerah menurut M. Siahaan, (2016) mengemukakan bahwa pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (perda), yang wewenang 16 pungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai. pengeluaran. pemerintah. daerah. dalam. pelaksanaan. penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan didaerah. b. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah Bahmid & Wahyudi, (2018) Pemungutan Pajak Daerah sebagai Sumber Penerimaan daerah ditetapkan dengan dasar hukum yang kuat. Beberapa landasan hukum yang mengatur tentang pemungutan pajak daerah, yaitu: 1) UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 2) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah..

(38) 22. 3) UU Nomor 23 tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah 4) UU Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak daerah 5) Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak 6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2002 tentang Pedoman Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah. 7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Keputusan Presiden. Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang pajak daerah. c. Jenis-jenis Pajak Daerah Adisasmita, (2011) Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak digolongkan menjadi dua macam yaitu: 1) Pajak Provinsi Pajak. Provinsi. adalah. pajak. daerah. yang. kewenangan. pemungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah di tingkat provinsi yang dalam hal ini adalah Badan Pendapatan Provinsi dan diatur dalam Peraturan Pemerintah yang penetapannya seragam di seluruh Indonesia. Objek pajak provinsi ini terbilang sempit karena jika ingin diperluas maka harus melalui perubahan dalam undangundang. Pajak provinsi terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBKNB), Pajak Bahan Bakar.

(39) 23. Kendaraan Bermotor (PBBKB), Pajak air Permukaan, dan Pajak Rokok. 2) Pajak Kabupaten/Kota Pajak Kabupaten/kota adalah pajak daerah yang kewenangan pemungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah di tingkat kabupaten/kota yang dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Daerah dan diatur dalam Peraturan Daerah masing-masing. Objek pajak kabupaten/kota lebih luas dibandingkan dengan objek pajak provinsi karena masih dapat diperluas berdasarkan peraturan daerah sepanjang. tidak. bertentangan. dengan. peraturan. perundangundangan yang berlaku. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, pajak Mineral bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). d. Tolak Ukur Penilaian Potensi Penerimaan Pajak Daerah Guna menilai potensi Pajak Daerah sebagai penerimaan daerah, diperlukan beberapa kriteria atau tolak ukur dalam penilaiannya. Menurut Davey 1988, dalam Yuniarti, (2016), terdapat empat kriteria untuk menilai potensi Pajak Daerah yaitu: 1) Kecukupan dan Elastisitas Yang dimaksud dengan kecukupan dan elastisitas dalam menilai potensi Pajak Daerah adalah kemampuan untuk menghasilkan tambahan pendapatan agar dapat menutup.

(40) 24. tuntutan yang sama atas kenaikan pengeluaran Pemerintah Daerah dan dasar pengenaan pajaknya diharapkan berkembang secara otomatis. Contoh: karena terjadi inflasi maka akan terjadi kenaikan harga-harga yang seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk di. daerah. tersebut. dan. bertambahnya. pendapatan. individu. masyarakat di suatu daerah. Dalam hal ini, elastisitas mempunyai dua dimensi yaitu: 2) Pertumbuhan potensi dari dasar pengenaan Pajak Daerah itu sendiri. Dasar pengenaan Pajak Daerah yang dimaksud di sini adalah jumlah harta tetap, pendapatan, atau transaksi komersial yang menjadi dasar perhitungan Pajak Daerah. 3) Sebagai kemudahan untuk memungut pajak tersebut dengan membandingkan hasil penerimaan selama beberapa tahun dengan perubahan-perubahan dalam indeks harga, penduduk, atau produk nasional bruto (GNP). 4) Keadilan Prinsip keadilan yang dimaksud di sini adalah bahwa pengeluaran Pemerintah Daerah haruslah dipikul oleh semua golongan masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupan masing-masing golongan. Keadilan dalam hal perpajakan daerah mempunyai tiga dimensi, yaitu: a) Keadilan secara vertikal, yaitu hubungan dalam pembebanan pajak atas tingkat pendapatan yang berbeda-beda. b) Keadilan secara horizontal, yaitu hubungan pembebanan pajak dengan sumber pendapatan..

(41) 25. c) Keadilan secara geografis, yaitu pembebanan pajak yang harus adil antar penduduk di berbagai daerah. 5) Kemampuan Administratif Kemampuan administratif yang dimaksud di sini mengandung pengertian bahwa waktu yang diberikan dan biaya yang dikeluarkan dalam menetapkan dan memungut pajak sebanding dengan hasil penerimaan Pajak Daerah yang mampu dicapai. 6) Kesepakatan. Politis. Kesepakatan. politis. diperlukan. dalam. pengenaan pajak, penetapan struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan, serta memberikan sanksi bagi yang melanggarnya. Sementara itu, menurut Nick Devas dari Ohio University dalam bukunya “Financing Local Government In Indonesia” (dalam Darwin, 2010:102), suatu pajak daerah dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Penghasilan (Yield) Dari segi penghasilan, suatu Pajak Daerah harus memenuhi tujuan dipungutnya pajak daerah tersebut, stabil dan dapat diprediksi, dapat mengantisipasi gejolak inflasi dan pertumbuhan penduduk, serta biaya untuk memungut harus proporsional dengan hasil yang diperoleh. b) Keadilan (Equity) Dari segi keadilan, Pajak Daerah tersebut harus mencerminkan dasar pengenaan dan kewajiban bayar yang jelas dan tidak semena-mena. c) Efisiensi (Economic Efficiency) Dari segi efisiensi, Pajak Daerah tersebut harus mampu menimbulkan efisiensi dalam alokasi.

(42) 26. sumber-sumber ekonomi daerah, mencegah distorsi ekonomi, dan mencegah ekses dari beban pajak terhadap perekonomian di daerah. d) Implementasi (Ability to Implement) Pajak Daerah tersebut dapat diimplementasikan secara efektif, baik dalam bidang politik maupun kapasitas administrasi. e) Sesuai sebagai Sumber Pendapatan Daerah (Suitability as a Revenue Source) Dalam hal ini, harus ada kejelasan untuk daerah mana Pajak Daerah tersebut diterapkan dan bagaimana cara. pemungutannya. guna. mencegah. usaha-usaha. penghindaran Pajak Daerah dari wajib pajak daerah, objek pajak tidak mudah dialihkan dari satu daerah ke daerah lainnya, pengurasan sumber-sumber ekonomi daerah, dan pemaksaan daerah-daerah yang kurang kapasitas administrasinya. e. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak Daerah Menurut Soemitro, (1990), peningkatan pajak daerah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: 1) Intensifikasi Pajak Daerah Intensifikasi pajak adalah peningkatan intensitas pungutan terhadap suatu subjek dan objek pajak yang potensial namun belum tergarap atau terjaring pajak daerah serta memperbaiki kinerja pemungutan agar dapat mengurangi kebocorankebocoran yang ada. Upaya intensifikasi dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu: a) Penyempurnaan administrasi pajak daerah. b) Peningkatan mutu pegawai atau petugas pemungut..

(43) 27. c) Penyempurnaan Undang-Undang Pajak Daerah. 2) Ekstensifikasi Pajak Daerah Ekstensifikasi pajak daerah yaitu upaya memperluas subjek dan objek pajak daerah serta melakukan penyesuaian tarif. Ekstensifikasi pajak daerah dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu: 1. Perluasan wajib pajak daerah. 2. Penyempurnaan tarif. 3. Perluasan objek pajak daerah 4. Pajak Restoran a. Definisi Pajak Restoran Pajak. Restoran. adalah. sumbangan. atas pelayanan. yang. disediakan oleh restoran kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayanan yang telah disediakan dan juga dilaksanakan oleh restoran (UU No. 28 Tahun 2008 Pasal 1 angka 22 dan 23). (D. Ardhiansyah et al., 2014) b. Objek dan Subjek Pajak Restoran Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh rumah makan, kafetaria, dan semacamnya. Biasanya, pelayanan yang disediakan meliputi pelayanan penjualan makanan/minuman yang dibeli atau dikonsumsi oleh pembeli. Baik dikonsumsi di tempat maupun dibawa pulang atau dimakan tempat lain. Selain itu, ada juga yang tidak termasuk objek pajak, yakni pelayanan yang disediakan restoran yang pengelolaannya tergabung atau menjadi satu manajemennya dengan sebuah hotel. Selain itu, pelayanan yang disediakan oleh suatu restoran yang nilai penjualannya.

(44) 28. tidak melebihi Rp 200.000.000/tahun. Sedangkan subjek pajak restoran adalah orang pribadi maupun badan yang membeli makanan atau minuman dari suatu restoran atau tempat makan yang dikunjungi. (Ananda, 2017) c. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Restoran Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 40 paling tinggi ditentukan sebesar 10% dan ditetapkan dengan peraturan Daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan. hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak restoran yang dipandang sesuai dengan kondisi kabupaten/kota masing-masing. Dasar pengenaan pajak restoran menurut perda No 11 tahun 2011 adalah jumlah pembayaran yang di lakukan kepada restoran berlaku juga untuk pelayanan kepada instansi pemerintahan. Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak restoran adalah sesuai perhitungan berikut Pajak Terutang. = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah pembayaran diterima atau yang seharusnya diterima Restoran. Menurut Pergub nomor 22 Tahun 2007 pemungutan pajak restoran tidak dapat diborongkan artinya seluruh proses pemungutan pajak restoran tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Setiap pengusaha restoran wajib memperhitungkan, membayarkan dan melaporkan sendiri.

(45) 29. pajak. restoran. yang. terutang. dengan. menggunakan. Surat. Pemberitahuna Terutang Pajak Daerah (SPTPD). Artinya fiskus hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban pajak oleh wajib pajak restoran. Menurut M. Siahaan, (2016) masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwin atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Dalam pengertian masa pajak bagian dalam bulan dihitung satu bulan penuh. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun takwin, kecuali Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim. Menurut Pergub No.22 tahun 2007 pajak pasal 9 tentang petunjuk pemungutan pajak restoran, pembayaran masa pajak restoran terutang dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Jika ada keterlambatan dikenakan sanksi bungan sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan ditagih dengan STPD. Menurut Pergub DKI Jakarta Nomor 22 Tahun 2007 pasal 22 dan pasal 24 wajib pajak restoran dengan peredaran usaha atau omset lebih dari Rp.300.000.000 ,- (tiga ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun, wajib menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan standard akuntansi keuangan Indonesia atau prinsip pembukuan secara umum. Dan pembukuan serta dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha Wajib Pajak harus disimpan selama 5 (lima) tahun. Suleman, (2019).

(46) 30. 5. Kontribusi Rumus perhitungan kontribusi Pajak Restoran (Halim, 2004:167), yaitu: 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 =. Qxn × 100% QZn. Keterangan: QX:. Realisasi. penerimaan. Pajak. Restoran. atau. realisasi. biaya. pemungutan Pajak Restoran QZ: Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah n: Tahun (Periode Tertentu) B. Tinjauan Empiris Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menjadikan penelitian terdahulu sebagai acuan dan dasar dalam merumuskan hipotesis. Adapun penelitian terdahulu disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 2. 1 Hasil Empiris Terdahulu. PENELITI Anjela Sindi Crstiamar, (2018) (Jurnal Agregat Vol. 3 No. 2). JUDUL Analisis. METODE. Tingkat. Efektivitas. dan. Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan. Metode Deskriptif Kuantitatif. Asli. Daerah (PAD) (Studi Kasus Pada Kantor Badan. Pelayanan. Pajak Daerah Kota Malang) Ayi Astuti (2019) (Jurnal Akuntansi, Audit dan Sistem Informasi Akuntansi Vol. 3 No.2). Pengaruh Penerimaan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung (Studi Kasus Pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung). Metode analisis kuantitatif. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa persentase efektivitas pemungutan pajak hotel dan pajak restoran dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Malang tahun 2012-2016 adalah sangat efektif dan persentase kontribusi pajak hotel dan pajak restoran dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Malang tahun 20122016 adalah sangat kurang dan kurang. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa penerimaan pajak restoran berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung dan berperan serta dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil penelitian.

(47) 31. penerimaan pajak restoran mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah sebesar 0,977 atau 97,7% sisanya sebesar 2,3% yang berarti bahwa penerimaan pajak restoran dipengaruhi oleh factorfactor lainnya. Chrisy Luwunaung, Yance. Tawas,. Joseph Kambey (2020) (Jurnal Akuntansi Manado. Vol.1. Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Sarmi Provinsi Papua Tahun 2015-2019. Berdasarkan hasil analisis ditemukan. bahwa. penerimaan. pada. pajak yaitu hotel. sektor. maupun. restoran secara pendapatan yang. didapat. meningkatnya. dalam. Pendapatan.. Asli Daerah. pada daerah. No.3). Kabupaten Sarmi pada tahun Metode Deskriptif Kualitatif. 2015-2019. masih. dalam. kategori kecil dimana pada tahun 2015 sebesar 1,48% dan 1,24%, 2016 sebesar 1,70%. dan. 1,75%,. 2017. sebesar 0,50% dan 0,68%, 2018 sebesar 0,53% dan 0,64%,. dan. tahun. 2019. sebesar 0,32% dan 0,26%, tingkat efektifitas Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak hotel dan restoran masih Eka Arif Bijak Saputro, Suhendro, Endang Masitoh (2020) (Jurnal KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi Vol. 12 No. 1). Efektivitas. dan. Kontribusi Pajak Hotel dan. Restoran. Terhadap Pendapatan Daerah. Asli. Metode Deskriptif Kuantitatif. Kota. Surakarta. Martina Norma Analisis Penerimaan Juita, (2019) Pajak Restoran dan (Jurnal Agregat Pajak Hotel Sebagai Vol. 4 No. 1) Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Metode Deskriptif. sangat kurang efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pajak hotel dan pajak restoran pada 2012 - 2017 bervariasi. Tingkat efektivitas pajak hotel tertinggi pada tahun 2013, terendah pada tahun 2015, pajak restoran memiliki efektivitas tertinggi pada tahun 2016 dan terendah pada tahun 2015. Secara keseluruhan, kontribusi pajak hotel dan pajak restoran pada tahun 2012 2017 memberikan kontribusi yang jauh lebih kecil terhadap PAD. Hasil penelitian pajak restoran dan pajak hotel menunjukkan bahwa tingkat kontribusi penerimaan selalu mengalami kenaikan, kedua tingkat laju pertumbuhan.

(48) 32. Malang (Studi Kasus Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang). Muhammad Alfa Niam, (2018) (Jurnal Ilmiah Cendekia Akuntansi Vol. 4 No. 2). Efektiviras. Pajak. Restoran. Untuk. Meningkatkan Pendapatan. Asli. Kualitatif. Metode Deskriptif. Daerah (PAD) Pada Pemerintah. Daerah. Kota Kediri. Ni Luh Putu Anggraini, Jantje J. Tinangon, Stanley Kho Walandouw (2018) (Jurnal Riset Akuntansi Going Concern Vol. 13 No. 4). Analisis. Efektivitas. Pemungutan. Pajak. Hotel. Pajak. dan. Restoran Kontribusi Pendapatan Daerah Tomohon. Serta Terhadap Asli Kota. Metode Deskriptif Kualitatif. penerimaan pajak selalu mengalami peningkatan, ketiga tingkat efektifitas penerimaan pajak selalu mengalami peningkatan signifikan, sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Malang.. Hasil penelitian adalah tingkat pajak restoran di Kota Kediri menggambarkan hasil yang efektif. Rata-rata tingkat efektivitas penerimaan pajak restoran pada tahun 20102014 adalah 145,73%. Kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kota Kediri pada tahun 20102014 berturut-turut sebesar 1,48%, 0,37%, 0,55%, 1,14% dan 1,27% dengan rata-rata sebesar 0,96%. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pajak restoran cukup tinggi, tetapi kontribusi pajak restoran terhadap PAD masih kurang. Untuk itu diperlukan peran pemerintah dan pihak terkait untuk menggali potensi pajak restoran di Kota Kediri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas pemungutan pajak hotel tahun 2013-2017 sudah efektif dengan ratarata 90,40%, sedangkan efektivitas pajak restoran sangat efektif dengan ratarata 132,94%. Kontribusi yang diberikan pajak hotel terhadap pendapatan daerah kota Tomohon tahun 20132017 masih sangat kurang dengan rata-rata 0,60%, sedangkan kontribusi yang diberikan oleh pajak restoran kurang baik dengan rata-rata 12,33%.

(49) 33. Rizki Eka Putra, (2019) (Measeurement: Journal Of The Accounting Study Program Vol.13 No. 2). Analisis Pajak. Kontribusi Hotel,. Pajak. Restoran dan Pajak Hiburan. Dalam. Meningkatkan Pendapatan. Asli. Daerah (PAD) Kota. Metode Kualitatif. Batam Tahun 20142018. Wensy F. I. Rompas, (2019) (Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah Vol. 17 No. 1). Analisis Pemungutan Pajak Restoran Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Minahasa. Ziad Fahreja A, Yani Rizal, Nasrul Kahfi Lubis (2019) (Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 No. 2). Analisis Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Langsa. Metode analisis Deskriptif. Metode Deskriptif Kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian analisis kontribusi menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, persentase kontribusi tertinggi dari penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan hanya mencapai 10.18%, 6.79% dan 2.91%. sedangkan hasil penelitian analisis efektifitas menunjukkan bahwa pada tahun 2014-2018 tingkat efektifitas pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan mengalami fluktuatif. Presentase tertinggi efektifitas pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan yaitu pada tahun 2014 dengan nilai 115.59%, 117.57% dan 109.41% Hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur pelaksanaan pemungutan pajak telah berjalan baik dan mudah untuk dipahami serta bukti potong pembayaran dapat diberikan kepada wajib pajak. Tetapi setiap terjadi perubahan peraturan, petugas pemungut pajak dalam hal ini pemerintah daerah terlambat dalam mensosialisaikannya kepada wajib pajak. Sehingga masih ada wajib pajak belum membayarkan pajaknya. Kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah dapat dikatakan cukup baik walaupun setiap tahunnya mengalami penurunan. Walaupun demikian secara keseluruhan sudah mencapai target yang sudah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase kontribusi pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Langsa dari tahun 2013-2017 tergolong masih sangat kurang. Pajak hotel rata-rata tingkat presentase kontribusinya hanya mencapai 0,50% presentase kontribusi tertinggi sebesar 0,58% dan terendah sebesar.

(50) 34. 0,39%. Pajak restoran ratarata presentase kontribusinya hanya mencapai 0,58% dan terendah sebesar 0,39%. Dan pajak hiburan rata-rata presentase kontribusinya hanya mencapai 0,03% presentase kontribusi tertinggi sebesar 0,05% dan terendah 0,01%. Dapat dilihat secara keseluruan selama lima tahun terakhir rata-rata kontribusi dari penerimaan pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Langsa dikategorikan sangat kurang memberikan kontribusi, karena presentase kontribusi masih dibawah 10%. C. Kerangka Pikir Dalam penelitian ini menjabarkan klarifikasi permasalahan untuk melihat seberapa besar kontribusi pajak restoran terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar. Pajak Restoran. Pendapatan Asli Daerah (PAD). Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Dalam beberapa tahun terakhir di Kota Makassar penerimaan pajak daerah rata-rata mengalami peningkatan realisasi yang akan berdampak positif pada penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang pada akhirnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja daerah diantaranya dari pajak restoran. Badan Pendapatan Daerah kota Makassar menghitung target dan realisasi pajak.

(51) 35. restoran. Apabila target pajak restoran dapat direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama dengan realisasi pendapatan pajak restoran tersebut telah efektif pemungutannya. Rata-rata peningkatan realisasi penerimaan pajak daeah Pendapatan Asli Daerah Pajak Restoran Kontribusi Target Pajak Restoran Realisasis Pajak Restoran. Dengan. efektifnya. pengelolaan. pajak. restoran. maka. dihasilkan. pendapatan pajak restoran yang maksimal, dimana diharapkan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pajak daerah. Sehingga pendapatan asli daerah dapat ditingkatkan dan dapat membiayai pembangunan daerah secara maksimal. D. Hipotesis Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pikir teoritis terhadap rumusan penelitian ini, maka hipotesis penelitian ini ialah diduga bahwa Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar Tahun 2015-2019..

(52) BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono, (2018) disebut metode kuantatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi yang berkenaan dengan masalah yang ingin diteliti, maka penulis mengambil lokasi di Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar yang terletak di Jalan Urip Sumoharjo Jl. Maccini Baru No. 8 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian direncanakan selama 2 (dua) bulan dimulai dari bulan Agustus 2021 sampai dengan bulan September 2021 C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang dijelaskan sebagai berikut. 1. Variabel Independen Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2018a). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah realisasi penerimaan Pajak Restoran. Realisasi yang dimaksud dalam. 36.

(53) 37. penelitian ini adalah seberapa besar jumlah penerimaan Pajak Restoran yang nyata telah berhasil diwujudkan atau dipungut. 2. Variabel Dependen Variabel dependen sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018a). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa besar sumbangsih penerimaan Pajak Restoran yang berhasil dipungut oleh BAPENDA Kota Makassar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar, serta seberapa besar efisiensi penerimaan Pajak Restoran yang berhasil dipungut terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar D. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) dan wawancara mengenai kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah pada Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar. 2. Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau data yang tertulis pada Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar seperti Pajak: Restoran, Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya tahun 20152019..

(54) 38. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian diperlukan data yang objektif karena data yang digunakan sebagai sesuatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan apakah penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidak. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian untuk memperoleh datadata yang diperlukan dengan metode: 1. Teknik Observasi Teknik Observasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada instansi yaitu Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar untuk mendapatkan data-data yang relevan dalam pembahasan skripsi 2. Dokumentasi (Documentation) Dokumentasi adalah pengumpulan data yang telah ada oleh pihak lain terkait dengan penelitian. Data yang diminta berupa realisasi penerimaan Pendapatan Daerah Kota Makssar pada Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar. F. Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan model matematis, statistik, atau komputer yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut hingga penampilan dari hasilnya. Oleh karena itu, metode. deskriptif. kuantitatif. bertujuan. untuk. menggambarkan. dan. mengungkapkan suatu masalah, keadaan, dan peristiwa sebagaimana adanya yang diwakili dengan angka..

(55) 39. Adapun langkah dalam menganalisis data sebagai berikut: Menghitung pertumbuhan kontribusi penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah. 1. Analisis Perhitungan Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kontribusi dikaitkan dengan seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh Pajak Restoran terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar yang tentunya akan mempengaruhi jumlah PAD yang diterima. Selain itu, kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD Kota Makassar dapat dikaitkan dengan Untuk menghitung tingkat kontribusi dapat digunakan rumus (Mahmudi, 2016) yaitu:. 𝑃𝑛 =. 𝑄𝑋𝑛 × 100% 𝑄𝑌𝑛. Keterangan: Pn: Kontribusi penerimaan Pajak Restoran QX: Jumlah penerimaan Pajak Restoran (Rupiah) QY: Jumlah Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Rupiah) N: Tahun (periode) tertentu Setelah. hasil. perbandingan. diperoleh. maka. dapat. dilihat. persentasenya yaitu apakah penerimaan Pajak Restoran mempunyai kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kriterianya. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 690.900.327 Tahun 1996, kriteria untuk.

(56) 40. mengetahui kontribusi Pajak Restoran dalam menopang Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut D. Ardhiansyah et al., (2014): 1. Jika persentasenya antara 0% - 10%, maka dinyatakan bahwa Pajak Restoran tidak berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. 2. Jika persentasenya antara 10,1% - 20%, maka dinyatakan bahwa Pajak Restoran kurang berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. 3. Jika persentasenya antara 20,1% - 30%, maka dinyatakan bahwa Pajak Restoran termasuk tingkat sedang dalam kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah. 4. Jika persentasenya antara 30,1% - 40%, maka dinyatakan bahwa Pajak Restoran cukup berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. 5. Jika persentasenya antara 40,1% - 50%, maka dinyatakan bahwa Pajak Restoran mempunyai kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. 6. Jika persentasenya lebih dari 50%, maka dinyatakan bahwa Pajak Restoran sangat berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dengan analisis ini maka akan mendapatkan seberapa besar kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar. Dengan membandingkan hasil analisis tersebut dari tahun ke tahun selama lima tahun, maka peneliti akan mendapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari kontribusi tersebut dan akan diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil dari tahun ke tahun, sehingga dapat diketahui seberapa besar peranan Pajak Restoran dalam menyumbang kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar..

(57) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kota Makassar Kota makassar adalah sebuah kotamadya dan sekaligus ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai pusat perkembangan dan pelaynan pembangunan. Secara geografis Kota Makassar selain sebagai pusat pengembangan dan pelayanan pembangunan di kawasan Timur Indonesia yang letaknya dipesisir pantai Barat Sulawesi Selatan pada Koordinat 119 24,17,29”-119 31”31”,03” Bujur Timur dan antara 5º 30, 81 - 5º 14, 6, 49” Lintang Selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 0 - 25 m dari permukaan laut, dengan suhu 22º C sampai dengan 32º C dengan curah hujan antara 2000 – 3000 mm dengan rata-rata hujan 10 hari pertahun. Adapun batas-batas administrasi Kota Makassar sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Goea d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar Posisi Kota Makassar secara Ekonomi merupakan pusat pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia, dan telah berkembang dengan cukup pesat, di mana pada tahun 200/2009 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 9,20% pertahun. Secara keseluruhan Kota Makassar memiliki luas 175.77 Km yang terdiri dari 14 Kecamatan, dengan rincian sebagai berikut:. 41.

(58) 42. Tabel 4.1 Luas Kota Makassar Di Rinci Menurut Luas Kecamatan No. Kecamatan. Luas (km2). Presentase (%). 1. Mariso. 1,82. 1,04. 2. Mamajeng. 2,25. 1,28. 3. Tamalate. 18,18. 11,5. 4. Rappocini. 9,23. 5,25. 5. Makassar. 2,52. 1,43. 6. Ujung Pandang. 2,63. 1,5. 7. Wajo. 1,99. 1,13. 8. Bontoala. 2,1. 1,19. 9. Ujung Tanah. 5,94. 3,38. 10. Tallo. 8,75. 3,32. 11. Panakukang. 13,03. 9,7. 12. Manggala. 24,14. 13,73. 13. Biringkanaya. 48,22. 27,43. 14. Tamalanrea. 31,48. 18,11. Jumlah. 175,77. 100. Sumber: BPS Kota Makassar Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa luas Kota Makassar menurut Kecamatan beragam. Kecamatan yang paling luas yaitu Kecamatan Biringkanaya yang luasnya mencakup 4,22 Km2, kemudian menyusul Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Manggala, Kecamatan Tamalate, Kecamatan. Panakukang,. Kecamatan. Rappocini,. Kecamatan. Tallo,.

(59) 43. Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecematan Mamajang, Kecemata Bontoala, Kecamatan Wajo dan yang terakhir yaitu Kecamatan Mariso yang mempunyai luas wilayah yang paling kecil. 2. Gambaran Umum Badan Pendapatan Daerah Sebelum terbentuknya Dinas Pendapatan Kota Tingkat II Makassar, Dinas Pasar, Dinas Air Minum dan Dinas Penghasilan bersama Daerah dibentuk. berdasarkan. surat. Surat. Keputusan. Walikota. Nomor. 155/Kep/A/V1973 Tanggal 24 Mei 1973 terdiri dari beberapa Sub Dinas Taman Hiburan Rakyat, Sub Dinas Pengolahan Tanah Pasir, Sub Dinas Taman Hiburan Rakyat, Sub Dinas Pemeriksaan Kendaraan Tidak Bermotor dan Sub Dinas Administrasi. Adanya keputusan Walikota yang terdapat dalam. Keputusan. Daerah. Tingkat. II. Ujung. Pandang. Nomor. 74/S/Kep/A/V/1977 Tanggal 1 April 1977 bersama dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomoe 3/12/43 Tanggal 9 September 1975 dan Instruktur Menteri, Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Sulawesi Selatan tanggal 25 Oktober 1975 Nomor Keu/3/22/23 tentang pembentukan Dinas Pendaptan Daerah Kota Ujung Pandang telah disempurnakan dan ditetapkan perubahan namanya menjadi Dinas Penghasil Daerah yang kemudian menjadi unit-unit yang menangani sumber-sumber keuangan daerah seperti Dinas Perpajakan Dinas Pasar dan Sub Dinas Pajak Parkir dan semua Sub-sub Dinas Dinas dalam unit penghasilan daerah yang tergabung dalam unit penghasilan daerah dilebur dan dimasukkan pada unit kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Ujung Pandang. Seiring dengan adanya.

(60) 44. perubahan Kota Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, secara otomatis nama Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Ujung Pandang berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Makassar dan sekarang berubah menjadi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar. 3. Visi dan Misi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar a. Visi Visi. Badan. Pendapatan. Daerah. Kota. Makassar. “Pengelolaan. Pendapatan Yang Optimal, Online Terpadu” b. Misi Misi Badan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar 1. Mewujudkan Pengelolaan PAD yang optimal berbasis IT secara terpadu dan terintegrasi. 2. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi dalam bidangnya. 3. Memantapkan koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah. 4. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar a. Tugas Pokok Tugas pokok Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar yaitu merumuskan, membina, dan mengolah pendapatan daerah. b. Fungsi Fungsi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar, adalah sebagai berikut:.

(61) 45. 1) Penyusun perumusan kebijakan teknis dibidang pengelolaan pendapatan serta melakukan pendapatan potensi pendapatan daerah. 2) Penyusun rencana dan program evaluasi pelaksanaan pungutan pendapatan daerah. 3) Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional bidang pendapatan, penetapan, keberatan, dan penagihan serta pembukuan pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak parkir, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengelolaan, batuan galian golongan C, serta pajak pendapatan daerah dan retribusi daerah lainnya. 4) Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional bidang bagi hasil dan pendapata lainnya serta intensifikasi dan ekstensifikasi. 5) Pelaksanaan dan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya. 6) Pelaksanaan sekretariatan badan. 7) Pembinaan unit pelaksanaan teknis..

(62) Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Bapenda Kota Makassar. 46.

(63) 47. 5. Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Badan Pendapatan Kota Makassar a. Kepala Badan Merencanakan, merumuskan, mengembangkan, mengkoordinasi, dan mengendalikan tugas desentrasi, dan tugas pembantu di bidang pendapatan. b. Sekretaris Sekretaris mempunyai tugas membantu kepala Badan yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala Badan. c. Bidang Pajak Reklame dan Pajak Lainnya Bidang Pajak Reklame dan Pajak Lainnya mempunyai tugas melakukan pendataan, penetapan, penagihan bidang pajak reklame dan pajak lainnya. Bidang Pajak Reklame dan Pajak Lainnya mempunyai fungsi yaitu: 1) Pendataan dalam bidang pajak reklame dan pajak lainnya; 2) Penetapan tentang pajak reklame dan pajak lainnya; 3). Penagihan dalam bidang pajak reklame dan pajak lainnya;. d. Bidang Koordinasi, Pengkajian dan Pengawasan Bidang koordinasi, pengkajian dan pengawasan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, merumuskan, mengendalikan verifikasi dan pengawasan, koordinasi bagi hasil pajak dan analisa pendapatan serta pengkajian dan hukum. Bidang Koordinasi, Pengkajian dan Pengawasan mempunyai Fungsi:.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kampanye ini membicarakan seputar momen berharga dalam hidup yang tidak akan dapat terulang atau tergantikan, sehingga masyarakat diingatkan agar selalu menjaga kesehatan fisik

Hemoragik serebral (pecahnya pembuluh darah serebral sehingga terjadi perdarahan ke dalam jaringan otak atau area sekitar), hemoragik dapat terjadi

Jabatan Kesihatan Negeri Sarawak telah mengisytiharkan satu (1) kluster tamat iaitu Kluster Sungai Gemuan, Meradong setelah tiada kes baharu dikesan atau dilaporkan dalam tempoh

Parameter yang digunakan dalam menganalisis kestabilan lereng adalah menggunakan data geometri lereng hasil dari section disposal dan nilai material properties

Sehubungan dengan penelitian yang saya lakukan guna penyusunan skripsi dengan judul ”Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan di SDIT Salsabila

“Dalam rangka terselenggaranya praktik kedokteran yang bermutu dan melindungi masyarakat sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, perlu

Kerisauan sebagian besar guru BK tentang sejauhmana model BKK ini telah diadopsi dan diakomodasi sebagai pola layanan resmi yang akan dikembangkan di sekolah oleh

Penelitian Kelompok yang pernah dilakukan antara lain: “Bentuk Penghormatan dan Pengakuan Negara Terhadap Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Beserta Hak-Hak Tradisionalnya