• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KAMPANYE KESADARAN PENTINGNYA MEDICAL CHECK UP BAGI MASYARAKAT MUDA JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KAMPANYE KESADARAN PENTINGNYA MEDICAL CHECK UP BAGI MASYARAKAT MUDA JAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL

KAMPANYE KESADARAN PENTINGNYA

MEDICAL CHECK UP BAGI MASYARAKAT

MUDA JAKARTA

Aulia Alif Fianda

Angela Oscario

Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021)53696969, auliafianda@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan perancangan iklan (desain visual) ini adalah untuk dapat mengajak masyarakat dengan strata sosial menengah-ke atas untuk melakukan penanggulangan dini terhadap penyakit yang dapat menyerang kapan pun, terutama yang membawa gen suatu penyakit dari orang tua atau biasa disebut penyakit turunan. Metode perancangan dilakukan dengan beberapa cara seperti studi literatur, wawancara dengan narasumber, dan studi lapangan untuk menunjang data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Analisis yang diperoleh dari data-data yang di dapat melalui beberapa sumber adalah, tingkat harapan hidup sehat masyarakat Indonesia, terutama Jakarta, masih terbilang rendah.

Hasil yang dicapai dari penelitian adalah keberhasilan penyampaian pesan dari suatu iklan kepada target komunikasi, karena penulis harus dapat menyelami psikologi dan kebiasaan (behavior) target komunikasi. Kesimpulan dari perancangan iklan ini adalah, agar masyarakat menengah-ke atas mau melakukan medical check up, maka diperlukan perancangan komunikasi visual yang mampu mengajak target komunikasi untuk melakukan medical check up.

(A)

Kata Kunci : Kesehatan, Waktu, Hidup, Momen

ABSTRACT

Advertising design objectives (visual design) is to be able to invite people with middle to upper social strata to do early prevention of the disease that can strike at any time, especially those carrying the gene of a disease of the elderly or so-called hereditary. Design method is done in several ways such as literature studies, interviews with informants, and field studies to support the required data in this final project. The analysis of the data obtained in the can through multiple sources is, the healthy life expectancy of Indonesian people, especially Jakarta, is still fairly low.

The outcome of the study was the successful delivery of an advertising message to the target communication, because the writer must be able to explore the psychology and habits (behavior) communication targets. The conclusion of this ad design is, that middle-to upper society want to do medical check-up, it is necessary to design the visual communication that is able to engage the target communication to perform medical check up.

(A)

Kata Kunci : Health, Time, Life, Moment

PENDAHULUAN

“Mencegah lebih baik dari mengobati” adalah sebuah paradigma yang diperkenalkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada pertengahan September 1998 dalam rangka membangun program “Indonesia Sehat 2010”. Program “Indonesia Sehat 2010” hanya dilakukan di desa-desa, padahal masyarakat kota pun mengalami ancaman penyakit kritis yang sama. Berbagai

(2)

penyakit berbahaya yang masih banyak tersebar di Indonesia. Penyakit-penyakit ini bahkan dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya, antara lain :

1. Jantung Koroner 2. Tuberkolosis (TB).

3. Diabetes Mellitus (Kencing Manis). 4. Hipertensi/Tekanan Darah Tinggi. 5. Stroke.

6. Kanker.

7. Penyakit Paru Kronis. 8. Diare.

9. Infeksi Saluran Pernafasan. 10. HIV/AIDS.

11. Hepatitis B. 12. Katarak. 13. Kanker Serviks.

80% masyarakat Indonesia jauh dari harapan hidup sehat. Sementara itu, 20% masyarakat menengah-keatas telah habis hartanya untuk biaya pengobatan penyakit berat. Hal ini terjadi akibat mereka kurang peduli untuk melakukan pemeriksaan dini. Dr. Handrawan Nadesul menyebutkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia cenderung tidak waspada dan menunda pengobatan, sehingga penyakit terlambat diketahui atau sudah telanjur stadium lanjut. Medical check up atau pemeriksaan secara berkala

ini adalah suatu upaya pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh yang mencakup pemeriksaan fisik, laboratorium, dan lainnya, guna mengetahui kondisi kesehatan tubuh seseorang dalam jangka waktu tertentu. Namun, masyarakat seringkali mengabaikan check up atau deteksi dini ini. Menurut beliau, selain sebagai pencegahan penyakit kritis, medical check up juga dapat menekan biaya pengobatan karena semakin dini penyakit diketahui, pengobatan akan semakin mudah dan murah. Sedangkan jika sudah stadium lanjut, pengobatan akan semakin sulit dan biayanya pun semakin mahal. (pdpersi.co.id, 2012)

Tarif Medical Check Up Jumlah Prosentase

Harga Rp 400.000 > Rp 1.000.000 47 22,3 % Harga Rp 1.000.000 > Rp 3.000.000 133 63,0 % Harga Rp 3.000.000 < Rp 5.000.000 24 11,4 % Harga Rp 5.000.000 - Rp 10.000.000 5 2,4 % Harga > Rp 10.000.000 2 0,9% Total Jumlah 211 100%

Jika dilihat dari daftar tabel di atas, harga untuk melakukan medical check up cukup variatif dan dapat dijangkau oleh masyarakat menengah ke atas. Menurut Irwan Rinaldi Sikumbang, ada beberapa

(3)

1. Kampanye Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)

2. Imunisasi bersama McD

(4)

4. Kampanye Pasar Sehat, Pasar Bunder, Sragen

5. Cuci Tangan Pakai Sabun

6. Mobil Mammografi

(5)

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan wawancara langsung, maupun mengamati pola perilaku terhadap dua sampel masyarakat muda domisili Jakarta, usia 26 dan 27 tahun dengan jenjang akhir S1, SES (Strata Ekonomi Sosial) A, memiliki pemikiran yang terbuka, dan mengerti tentang medical check up. Sampel ini ditentukan penulis sesuai dengan target audiens yang penulis pilih untuk kampanye ini. Sedangkan, pemilihan usia yang penulis tentukan berdasarkan research yang penulis lakukan tentang usia ideal untuk melakukan medical check up. Hasil yang penulis peroleh melalui wawancara langsung dan pengamatan pola perilaku kedua sampel ini antara lain :

1. Kedua sampel memiliki kegemaran mencoba beragam makanan.

2. Kedua sampel tidak menentukan pola makan tertentu guna menjaga kesehatan fisik. 3. Kedua sampel memiliki kegemaran meluangkan waktu bersama teman-teman (hang out).

4. Kedua sampel belum pernah melakukan medical check up, kecuali setelah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor.

5. Kedua sampel sadar akan pentingnya medical check up, namun belum ingin melakukannya dengan alasan dapat dilakukan di hari tua.

Dapat disimpulkan bahwa kedua sampel yang telah diwawancara oleh penulis sesuai dengan target audiens yang penulis pilih. Sehingga kedua sampel tersebut dapat mewakili seluruh masyarakat muda kota Jakarta usia 25-35 tahun yang menjadi target kampanye penulis.

HASIL DAN BAHASAN

Kurangnya sosialisasi dan ketiadaan kampanye mengenai pentingnya medical check up bagi masyarakat muda Jakarta ini lah yang menjadi landasan bagi penulis untuk merancang kampanye ‘The

Great Moment’ yang bertujuan untuk mengajak masyarakat muda Jakarta (usia 25-35 tahun) yang sibuk

bekerja agar mau meluangkan sebagian waktu mereka untuk melakukan medical check up, sehingga persentase kematian akibat keterlambatan penanganan penyakit menurun.

Big idea dari kampanye ini adalah ‘precious time’ (waktu yang berharga), karena waktu

kebersamaan yang telah berlalu tidak dapat diulang kembali. Media-media yang digunakan untuk mempublikasikan kampanye ini adalah :

1. Microsite

Microsite dari kampanye ‘The Great Moment’ berfungsi sebagai platform yang memberikan informasi

(6)

2. Social Media

Facebook dan Instagram berfungsi sebagai media yang digunakan untuk menyebarkan tata cara

kompetisi yang terdapat dalam kampanye ‘The Great Moment’, sekaligus mengajak audiens untuk berpartisipasi di dalamnya agar berkesempatan memenangkan hadiah berupa diskon untuk 1 kali melakukan medical check up di RS Pondok Indah. Selain itu, Facebook dan Instagram ini juga akan berisi visual post atau gambar-gambar yang berisi fakta-fakta mengenai kesehatan secara umum,

medical check up, dan gambaran kehidupan anak muda Indonesia, terutama Jakarta.

3. Digital Ad.

Terdapat 2 seri digital ad. yang akan dibuat dengan menggunakan transisi dengan media digital (layar

LED atau LCD), yang diletakkan diseputar lampu merah Senayan, Panglima Polim, Senopati,

Kuningan, dan daerah perkantoran lainnya di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Transisi ini diawali dengan penggambaran beberapa wanita dan pria berusia 25 tahun (disesuaikan dengan target audiens) yang sedang berbincang akrab dan seru dengan menggunakan tone hitam-putih (black and white) yang kemudian mereka berubah menjadi jauh lebih tua dengan tone yang berwarna.

(7)

4. Activation

Activation ini nantinya akan diletakkan di beberapa café atau tempat dimana masyarakat muda Jakarta

senang menghabiskan waktunya di akhir pekan bersama teman-temannya (seperti yang tampak dalam

digital ad. seri 1 dan 2). Salah satu media utama untuk menyampaikan pesan atau prosedur kompetisi ‘The Great Moment’ ini berupa standees yang akan diletakkan di meja-meja café tersebut.

(8)

5. Gimmick

Gimmick yang menyerupai foto polaroid ini akan diletakkan di majalah yang mengulas seputar gaya

hidup masyarakat kota menengah ke atas (sesuai target audiens) seperti Cosmopolitan, sebagai salah satu cara untuk dapat mengundang rasa penasaran target audiens agar mereka mau mencari tahu tujuan dari kampanye ini. Desain yang digunakan untuk gimmick serupa dengan yang digunakan untuk

standees yaitu desain interaktif, sehingga cara kerja gimmick ini pun serupa dengan standees.

(9)

6. Web Banner

Web Banner berfungsi untuk memberikan informasi melalui media digital yang sering dikunjungi oleh

target audiens, yaitu situs yang mengulas seputar gaya hidup masyarakat yang sesuai dengan behavior target audiens, seperti situs JKT GO. Web Banner ini juga menggunakan transisi seperti yang terdapat pada digital ad. yang telah dijelaskan sebelumnya. Target audiens dapat langsung meng-klik web

banner untuk mengakses microsite dan mendapat segala informasi mengenai kampanye ini.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN :

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh penulis, tingkat kematian akibat keterlambatan penanganan penyakit yang terlanjur kronis pada masyarakat Jakarta masih terhitung tinggi. Hal tersebut dapat disimpulkan dari rendahnya harapan hidup sehat pada masyarakat Jakarta, yang diakibatkan oleh gaya hidup masyarakat yang masih tidak terkontrol. Tingkat konsumsi masyarakat yang cukup tinggi, tidak diseimbangi dengan olah raga dan konsumsi buah dan sayur. Hal ini tentu dapat memicu munculnya berbagai penyakit, terutama bagi mereka yang sudah memiliki gen penyakit dari orang tua mereka (penyakit turunan).

Salah satu cara yang dapat dilakukan bagi masyarakat Jakarta agar tetap dapat menjaga kesehatan tubuhnya adalah dengan melakukan medical check up. Dengan cara ini, masyarakat dapat mengetahui kondisi tubuh mereka, sehingga akan lebih peduli dan menjaga kesehatan mereka dari dalam (kesehatan organ-organ dalam tubuh) agar dapat menjalani aktivitas dengan maksimal.

Kampanye ‘The Great Moment’ merupakan salah satu strategi komunikasi yang bertujuan untuk mengingatkan masyarakat Indonesia akan pentingnya medical check up, tidak hanya bagi diri mereka sendiri, namun orang-orang di sekitar mereka. Kampanye ini membicarakan seputar momen berharga dalam hidup yang tidak akan dapat terulang atau tergantikan, sehingga masyarakat diingatkan agar selalu menjaga kesehatan fisik mereka, salah satunya dengan melakukan medical check up, agar dapat hadir di momen-momen berharga kedepannya hingga tua nanti.

SARAN :

Bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, agar tidak lupa untuk mengingatkan akan pentingnya kesehatan segala lapisan masyarakat Indonesia, tidak hanya selalu difokuskan kepada mereka yang kekurangan, namun juga mengingatkan masyarakat dengan strata ekonomi menengah-ke atas. Karena bagaimana pun juga, masyarakat dari strata ekonomi menengah-ke atas tersebut menyumbang

(10)

angka kematian yang masih terbilang cukup tinggi, yang disebabkan oleh keterlambatan penanganan penyakit karena kurangnya perhatian mereka terhadap kesehatan mereka sendiri. Salah satu pemicunya adalah karena kesibukan mereka dalam bekerja.

REFERENSI

Ambrose, G., & Harris, P. (2011). The Fundamentals of Creative Design (2nd Edition ed.). Switzerland: Fairchild Books AVA; Second Edition.

Correya, D. D. (2012, Juli 15). Portfolio - Dannilla Donald Correya. Retrieved Mei 19, 2015, from Blogspot: http://danniecorreya.blogspot.com

Fahmy, S., Bock, M. A., & Wanta, W. (2014). Visual Communication Theory and Research (1st Edition ed.). (D. Perlmutter, Ed.) New York, United States of America: Palgrave Macmillan.

Grange, A. l. (2013). Basic Critical Theory for Photographers. Burlington: Focal Press.

Haiken, M. (2010). Caring.com. (M. Haiken, Editor, & Caring, Inc.) Retrieved June Monday, 2015, from Caring.com: https://www.caring.com/

Jefkins, F. (1990). Advertising: Made Simple. Oxford: Made Simple.

Morioka, N., Adams, S., & Stone, T. (2006). Color Design Workbook. Massachusetts, United States of America: Rockport Publishers, Inc.

Oentoro, D. S. (2013, Desember 18). Detik Health. Retrieved Mei 19, 2015, from Detik: http://health.detik.com/read/2013/12/18/182738/2445888/763/ini-pentingnya-lakukan-medical-check-up-di-usia-25-tahun-ke-atas

Okfriani, R. (2013, Januari 6). Kompasiana. Retrieved Juli 20, 2015, from Kompasiana:

http://www.kompasiana.com/raimaokfri/aku-bangga-aku-tahu-kampanye-edukasi-untuk-menekan-laju-hiv-aids_551b84bda333115b28b65b02

Purwanto, D. D. (2010, Maret 09). Omni Hospitals Alam Sutera. Retrieved Mei 19, 2015, from Omni Hospitals: http://www.omni-hospitals.com/omni_alamsutera/blog_detail.php?id_post=5

RI, K. K. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 (2013 ed.). Jakarta, Indonesia: Kementrian Kesehatan RI.

RSMK Group. (2011, November 28). RS Mitra Keluarga Kelapa Gading. Retrieved Mei 19, 2015, from Rumah Sakit Mitra Keluarga Group: http://www.mitrakeluarga.com/gading/

Rustan, S. (2011). HURUFONTIPOGRAFI. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Scott-Kemmis, J. (2013, September 9). The Color Yellow. (Empower Yourself with Color Psychology) Retrieved Juli 20, 2015, from Empower Yourself with Color Psychology: http://www.empower-yourself-with-color-psychology.com/color-yellow.html.

Sikumbang, I. R. (2014, Agustus 15). Kompasiana. Retrieved Mei 19, 2015, from Kompasiana:

http://www.kompasiana.com/irwanrinaldi/kenapa-malas-ikut-medical-check-up_54f674cba33311e6058b4ced

Srambeau. (2010, September 19). Theory of Mass Communication. (Wordpress) Retrieved June 09, 2015, from Wordpress: https://srambeau.wordpress.com

Windahl, S., Signitzer, B., & Olson, J. T. (2009). Using Communication Theory (2nd Edition ed.). London: Sage Publications.

Zubaedah, A. F. (2009). Analisis Pelanggan Medical Check Up Sahid Sahirman Memorial Hospital. Bachelor Thesis, FKMUI, Department of Health, Jakarta.

pdpersi.co.id. (2012, Maret 29). pdpersi.co.id. Retrieved Mei 19, 2015, from PT.INFO SARANA MEDIKA PERSI: http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=752&catid=23

Referensi

Dokumen terkait

Sub sektor yang mempunyai daya penyebaran yang tinggi dan derajat kepekaan yang rendah mengindikasikan bahwa dengan nilai daya penyebaran yang tinggi, subsektor ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak β -glucan pada pakan berpengaruh terhadap total leukosit, limfosit, neutrofil, dan aktivitas aglutinasi, tetapi

Dimulai dari bagaimana mengolah bahan mentahnya, apa saja bahan tambahanya serta bahan pelengkap agar menyempurnakan produk, bagaimana memberikan harga yang sesuai

Sebuah chip ATmega16U2 (ATmega8U2 pada papan Revisi 1 dan Revisi 2) yang terdapat pada papan digunakan sebagai media komunikasi serial melalui USB dan muncul sebagai COM Port

[r]

Interpersonal Metafunctions in Bingu wa Mutharika s Second- Term Political Discourse: A Systemic Functional Grammatical Approach.. International Journal of

Survei dilakukan menggunakan metode sampel acak terpilih ( Purposive Random Sampling). Spesies hama yang ditemukan menyerang tanaman kakao adalah 1) Helopeltis spp. 4)

[r]