• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS SOCIAL NETWORKING DAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PSIKOMOTOR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS SOCIAL NETWORKING DAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PSIKOMOTOR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Multimedia Pembelajaran untuk

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Psikomotor Siswa pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

diajukan oleh : Santi Riani

0804253

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

(2)

PENERAPAN MODEL

QUANTUM

TEACHING

BERBASIS

SOCIAL

NETWORKING

DAN MULTIMEDIA

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN

PSIKOMOTOR SISWA DALAM PADA

PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI

Oleh Santi Riani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Santi Riani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SANTI RIANI NIM : 0804253

Penerapan Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan

Multimedia Pembelajaran untuk

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Psikomotor Siswa Pada

Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Dr. Dedi Rohendi, M.T. NIP. 196705241993021001

Pembimbing II,

Drs. H. Heri Sutarno, M.T. NIP. 195607141984031002

Mengetahui,

(4)
(5)

Penerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan

Psikomotor Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

ABSTRAK

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa sebelum dan setelah menggunakan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran, dan mengetahui respon siswa terhadap penerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode Kuasi Eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental (One Grup Pretest Posttest Design). Data dikumpulkan melalui instrumen tes yang berbentuk uraian dan petunjuk instruksional. Hipotesis diuji menggunakan uji ANOVA. Hipotesis uji ( (H1) dalam penelitian ini adalah Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan psikomotor yang signifikan pada siswa ) Penelitian ini dilakukan pada sampel yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah siswa 32orang, yakni kelas 8D sebagai kelas eksperimen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi dan psikomotor sebelum (pretest) dan setelah (posttest) penerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran. Dari penelitian didapat hasil bahwa nilai total rata-rata sebelum adalah 9,17 untuk kemampuan komunikasi dan 12,64 untuk kemampuan psikomotor dan nilai total rata-rata setelah adalah 9,73 untuk kemampuan komunikasi dan 14,36 untuk kemampuan psikomotor. Setelah dilakukan uji ANOVA dengan Fhitung = 4,842 dan Ftabel = 3,29 pada taraf α = 0,05 sebesar 1,552. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H0) ditolak dan hipotesis (H1) diterima. Artinya kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa dalam mata pelajaran TIK dengan menggunakan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran meningkat dari pada sebelumnya.

Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi, Kemampuan Psikomotor,Quantum

Teaching, Multimedia Pembelajaran.

Application of Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning to Improve Communication and Psychomotor Ability

(6)

ii

ABSTRACT

Based formulation of the problem, this study aims to determine the differences in communication and psychomotor skills of students before and after using Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning, and know the students' response to the application of Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning. This study uses a quasi-experiment with the design of the study is a Pre-Experimental (One Group Pretest Posttest Design). Data gathered through the test instrument in the form of descriptions and instructional guidance. Hypotheses were tested using ANOVA. Hypothesis test ((H1) in this study is Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning can improve communication skills and significant psychomotor students) study was conducted on a sample consisting of one class by the number of students 32orang, the class as a class 8D experiments. Hypothesis testing is done by comparing the average results of the communication and psychomotor skills test before (pretest) and after (posttest) the application of Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning. From the research result that the total value of the average before was 9.17 to 12.64 for the ability of communication and psychomotor skills and the total value of the average after was 9.73 to 14.36 for the ability of communication and psychomotor skills. After testing with the ANOVA Fvalue = 4.842 and Ftable = 3.29 at α = 0.05 level of 1,552. It can be concluded that the hypothesis (H0) is rejected and the hypothesis (H1) is accepted. Means of communication and psychomotor skills of students in ICT subjects using Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning increased than before.

Keywords: Communication Skills, Psychomotor Ability, Quantum Teaching,

(7)

DAFTAR ISI

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Definisi Operasional ...10

1.7 Hipotesis ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...12

2.1 Multimedia ...12

2.1.1 Multimedia Pembelajaran ...12

2.1.2 Metodologi Pengembangan Multimedia ...14

2.2 Quantum Teaching ...16

2.2.1 Pengertian Quantum Teaching ...18

2.2.2 Teori Pendukung Quantum Teaching ...18

2.2.3 Asas Utama Quantum Teaching ...22

2.2.4 Prinsip – Prinsip Quantum Teaching ...23

2.2.5 Model Quantum Teaching ...26

2.2.6 Sintaks Pembelajaran Quantum Teaching ...26

(8)

ix

(9)

2.3.2 Saluran Komunikasi ...31

2.3.3 Kemampuan Komunikasi ...32

2.4 Psikomotor ...34

2.4.1 Pengertian Psikomotor ...34

2.4.2 Pengukuran Ranah Psikomotor ...38

2.5 Social Networking ...42

2.5.1 Sejarah Facebook ...42

2.5.2 Perkembangan Facebook di Dunia ...45

2.5.3 Fasilitas Facebook ...46

2.5.4 Facebook Sebagai Sarana Komunikasi ...47

BAB III DESAIN PENELITIAN ...49

3.1 Multimedia Pembelajaran ...49

3.5 Populasi dan Sampel ...52

3.5.1 Populasi ...52

3.5.2 Sampel ...53

3.6 Instrumen ...54

3.6.1 Media Pembelajaran ...54

3.6.2 Instrumen Tes ...55

3.6.3 Instrumen Non Tes ...55

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian ...56

3.7.1 Validitas ...56

3.7.2 Reliabilitas ...58

3.7.3 Tingkat Kesukaran ...59

(10)

3.8 Teknik Analisis Data Hasil Penelitian ...61

3.8.1 Pengolahan Data Tes ...61

3.8.2 Pengolahan Data Non Tes ...66

3.9 Prosedur Penelitian ...68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...73

4.1 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ...73

4.2 Implementasi Multimedia dalam Proses Pembelajaran ...73

4.3 Analisis Data Hasil Penelitian ...78

4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian ...79

4.3.2 Uji Anova Terhadap Hasil Penelitian ...80

4.4 Analisis Data Observasi ...84

4.5 Analisis Data Angket Respon Siswa ...85

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ...87

4.6.1 Kemampuan Komunikasi dan Psikomotor Siswa Berdasarkan Skor Rata-Rata ...87

4.6.2 Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran ...89

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...90

5.1 Kesimpulan ...90

5.2 Rekomendasi ...90

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah penting dalam

kehidupan manusia. Pendidikan merupakan suatu proses dan cara untuk seseorang

sehingga orang tersebut memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dari

itu, pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia. Di Indonesia, pendidikan

dapat diperoleh dengan cara formal yaitu dengan sekolah dan kuliah. Masalahnya

apakah pendidikan di Indonesia sudah memiliki mutu yang baik? Dari aspek

kualitas, pendidikan kita sungguh sangat meprihatinkan dibandingkan dengan

kualitas pendidikan bangsa lain. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan

yang sangat mencolok dari peringkat kualitas pendidikan negara Indonesia bila

dibandingkan dengan negara lain. Sebagaimana diberitakan Kompas (3/3/2011)

halaman 12 pada kolom “Pendidikan & Kebudayaan”, berdasarkan data dalam Education for All (EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan

UNESCO dan diluncurkan di New York pada Senin, 1/3/2011, indeks

pembangunan pendidikan Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara yang

disurvei.

(http://nurbaiti45.wordpress.com/2011/05/15/peringkat-pendidikan-indonesia-menurun/)

Perkembangan teknologi seperti sebuah pesawat jet yang sangat cepat.

(12)

perkembangan teknologi. Tidak dapat dipungkiri perkembangan teknologi yang

berkembang begitu cepat ini sangat besar pengaruh terhadap setiap aspek

kehidupan. Perkembangan teknologi menjadi baik dampaknya apabila dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh penggunanya. Teknologi erat kaitannya dengan

segala sesuatu yang dapat mempermudah pekerjaan setiap aspek kehidupan. Salah

satu aspek yang terkena dampak dari perkembangan teknologi yang begitu pesat

saat ini adalah aspek pendidikan. Aspek pendidikan yang terkena dampak dari

perkembangan teknologi salah satunya antara lain adalah dalam hal pembelajaran

di dalam kelas. Sudah menjadi hal yang wajar, ketika memasuki kawasan Sekolah

Menengah Atas, atau bahkan Sekolah Menengah Pertama, sering dijumpai banyak

siswa yang membawa komputer jinjing (laptop), untuk membantu proses

pembelajaran, bahkan membantu pekerjaan mereka di sekolah.

Sayangnya, perkembangan teknologi yang sudah bisa dimanfaatkan oleh

beberapa siswa dan guru di sekolah, tidak bisa diikuti oleh perkembangan

pendidikan secara umum. Sesungguhnya pendidikan pada dasarnya merupakan

proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga

mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Oleh karena

itu, pendidikan perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan baik dari

pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Salah satu sarana yang dipakai untuk

memfasilitasi pendidikan di Indonesia adalah sekolah. Sayangnya,

sekolah-sekolah tersebut jauh dari harapan.

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana

(13)

berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar

siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom dalam (Sumardi, 2008) yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin

dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Pengelompokkan

tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah

binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:

a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)

b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)

c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)

Pada dasarnya TIK merupakan mata pelajaran yang menuntut keseimbangan

antara kemampuan mengungkapkan materi melalui tulisan maupun

mempraktikkan materi yang diberikan. Namun setelah melakukan studi lapangan,

masih banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan yang kurang seimbang.

Mereka yang menguasai kemampuan psikomotor cenderung kurang dapat

mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, atau dengan kata lain mereka kurang

menguasai kemampuan komunikasi. Permasalahan ini pada mulanya muncul

dikarenakan mereka merasa suasana kelas yang biasa begitu canggung, mereka

merasa keadaan kelas yang kurang mendukung untuk mereka dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi maupun kemampuan psikomotor

(14)

proses yang meliputi penyampaian dan penerimaan hasil pemikiran melalui

simbol kepada orang lain. Sedangkan kemampuan psikomotor merupakan

kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan

bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Kemampuan

psikomotor berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,

menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan

oleh Simpson dalam blog (Zaifbio,2009) yang menyatakan bahwa :

„Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotor adalah kawasan yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi antara proses mental dan fisik dalam melakukan kegiatan atau gerakan yang bersifat jasmaniah‟. (Mukhtar, 2011).

Masalah lain yang muncul dilapangan adalah kurangnya komunikasi antar

siswa untuk dalam proses pembelajaran. Hal ini timbul seiring dengan kesibukan

siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Akan tetapi, permasalahan ini bisa

diminimalkan karena saat ini banyak macam dan bentuk jejaring sosial / social

network yang beredar di dunia maya, dan ini dapat memfasilitasi siswa untuk

berinteraksi / bersosialisasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Mengingat

terbatasnya interaksi yang terhalang oleh waktu belajar di sekolah maupun di luar

sekolah. Salah satu social network yang sangat marak saat ini adalah facebook.

Banyak sekali manfaat dari berbagai fitur yang dimiliki oleh facebook.

Salah satu fitur yang akan disoroti disini adalah pemanfaatan media group.

Dengan media ini siswa dapat berdiskusi dan memberikan pendapat mereka. Bagi

siswa yang masih malu mengeluarkan pendapat di depan kelas, diharapkan

(15)

melalui dunia maya. Hal ini diharapkan, dengan seringnya muncul memberi

pendapat dan bertanya di dunia maya. Akan berbanding lurus di dunia nyaatanya.

Perlahan siswa tidak akan canggung lagi berbicara di depan kelas. Berkat

sosialisasi yang sering dilakukan di facebook dan keterbiasaan untuk saling

berinteraksi. Hal ini menunjukkan banyaknya manfaat yang diperoleh dari

teknologi, khususnya social network yang sangat marak saat ini.

Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi

masalah-masalah tersebut. Menurut penulis model Quantum Teaching berbasis

Social Networking merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa. Model Quantum

Teaching menumbuhkan minat siswa untuk belajar,

Mengingat bahwa segalanya “berbicara,” maka Ambak harus betul-betul dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu menghasilkan pengaruh positif bagi keberlangsungan minat siswa dalam belajar. Menurut Magnesen (1983)

dikatakan bahwa kita belajar :“10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar,30 % dari apa yang kita lihat. 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar,70 % dari apa yang kita katakan,90 % dari apa yang kita katakana dan lakukan. (Rutoto Sabar, 2008)

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan unsur

yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di

dalam kelas. Sedangkan social networking menumbuhkan keberanian siswa untuk

dapat bersosialisasi dengan sesama temannya difasilitasi oleh dunia maya. Social

networking juga dapat menjadi sarana siswa dalam melatih kemampuan

komunikasi secara tertulis, setelah mereka menghilangkan rasa canggungnya

melalui komunikasi di dunia maya. Selain itu juga, Quantum Teaching

(16)

siswa untuk dapat berkomunikasi. Quantum Teaching merupakan salah satu

metode pembelajaran yang menguraikan tentang cara-cara baru yang

mempermudah proses pembelajaran dan menekankan pada terciptanya suasana

yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan mempunyai

kemauan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar (DePorter. B, 2000:15).

Peranan media pun tidak dapat dilepaskan dalam upaya peningkatan kualitas

proses pembelajaran. Media digunkana sebagai sarana penunjang dalam

pembelajaran. Cakupan media terdiri atas media visual, audio dan audio-visual.

Pengertian mulitimedia menurut (Sanjaya, 2011)

“Sajian teknologi multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai

teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan

yang terintegrasi”

Pada kasus kali ini, terdapat satu kelas yang memiliki kemampuan komunikasi dan psikomotor yang berbeda, perbedaan ini mungkin dikarenakan adanya kelompok-kelompok pada kelas tersebut. Sehingga ada beberapa siswa yang senang duduk berkelompok, memiliki kecenderungan mendapatkan nilai yang lebih baik dari teman-teman yang lain. Untuk itu akan diadakan penelitian tentang kemungkinan tersebut. Peneliti aka membagi kelas tersebut menjadi tiga kelompok yang akan diteliti, yakni kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah. Nilai pada kelompok-kelompok tersebut nantinya akan menjadi nilai awal dan akhir yang diproses selama penelitian. Dan atas latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat judul “Penenerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran untuk

(17)

1.2RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka pokok

permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut :

a.

Apakah penerapan model Quantum Teaching Berbasis Social Networking

Mutimedia Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan

psikomotor siswa?

b.

Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran TIK dengan penerapan

Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia

Pembelajaran?

1.3BATASAN MASALAH

Agar masalah yang dikaji lebih terfokus dan terarah maka penulis

membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII semester ganjil tahun ajaran

2012/2013.

b. Kompetensi dasar yang digunakan adalah membuat dokumen pengolah angka

sederhana.

c. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan multimedia pembelajaran

model Quantum Teaching berbasis social networking.

d. Penggunaan multimedia pembelajaran sebagai sarana penunjang pembelajaran.

e. Kemampuan komunikasi dan psikomotor awal siswa merupakan kemampuan

komunikasi dan psikomotor yang dimiliki siswa ketika belum memperoleh

(18)

ini dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yakni kelompok atas, tengah dan

bawah.

f. Peningkatan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa dilihat atau dinilai

dari selisih nilai yang diperoleh siswa dari hasil pretest dan posttest yang

dilakukan sebelum dan setelah perlakuan, dan kegiatan observasi yang akan

dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

g. Respon siswa terhadap pembelajaran ini dilihat atau dinilai dari angket yang

disebar di akhir proses pembelajaran.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji

penerapan multimedia pembelajaran model Quantum pada pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap kemampuan komunikasi dan

psikomotor siswa.

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, tujuan

penelitian ini yaitu untuk :

a. Mengetahui apakah penerapan model Quantum Teaching Berbasis Social

Networking Mutimedia Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi dan psikomotor siswa?

b. Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran TIK dengan

penerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan

(19)

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi pihak-pihak

tertentu di antaranya yaitu:

1. Bagi peneliti

Mengetahui pengaruh penerapan multimedia pembelajaran model

Quantum Teaching untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan

psikomotor siswa.

2. Bagi guru

Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk memilih dan

mengembangkan alternatif multi media pembelajaran yaitu multimedia

pembelajaran model Quantum Teaching untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi dan psikomotor siswa.

3. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa dalam menyediakan fasilitas

pembelajaran, yang dapat membantu siswa agar dapat belajar aktif dan

kreatif serta mandiri. Penelitian ini juga mampu memberikan suasana yang

berbeda dalam pembelajaran TIK.

4. Bagi Satuan Pendidikan

Penelitian ini dapat memberikan wacana baru tentang media serta

kebijakan sekolah dalam kaitannya dengan pengembangan media

(20)

1.6DEFINISI OPERASIONAL

1. Quantum Teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang

berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang

menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar (De porter. B, 2004).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa quntum teaching adalah

orkrestasi atau simfoni bermacam-macam interaksi yang ada mencakup

unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.

2. Multimedia Pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat

yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat,

mudah, dan benar.

3. Kemampuan komunikasi adalah berlangsungnya suatu kegiatan yang

memiliki kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan, komunikasi

terjadi dalam bentuk verbal (lisan) atau nonverbal (tulis) dalam

memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Kemampuan komunikasi

merupakan salah satu keterampilan proses yang dapat mengungkap

gagasan, temuan, bahkan perasaan kepada orang lain. Kemampuan

komunikasi yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi secara

tulisan.

4. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang berhubungan dengan

aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan

sebagainya. Kemampuan psikomotor yang akan diteliti adalah kemampuan

(21)

sepenuhnya tergantung pada panduan atau arahan, tetapi sesorang dapar

melahirkan sendiri melalui kreativitasnya.

5. Kemampuan komunikasi dan psikomotor awal siswa yang digunakan

merupakan kemampuan komunikasi dan psikomotor yang dimiliki siswa

ketika belum memperoleh suatu perlakuan pembelajaran. Kemampuan

komunikasi dan psikomotor awal ini dikelompokkan ke dalam 3 kategori,

yakni kelompok atas, tengah dan bawah.

1.7HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.

Menurut Sudjana (2005) hipotesis adalah “asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan

pengecekannya ”.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka hipotesisnya

adalah “Penerapan Multimedia Pembelajaran Model Quantum Teaching meningkatkan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa menjadi lebih baik

(22)

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

3.1.1 Tahap Perancangan

Tahap perancangan dimulai dengan mempersiapkan pokok bahasan

sebagai materi pelajaran yang akan disajikan ke dalam media pembelajaran ini. Adapun Kompetensi Dasar (KD) yang diambil adalah “Membuat

dokumen pengolah angka sederhana”. Materi yang disajikan dalam media ini

adalah tentang rumus statistika sederhana dan fungsi logika IF.

Pada tahap ini juga dilakukan analisis materi pembelajaran serta

pembuatannya mengacu pada indikator materi dan indikator kemampuan

komunikasi dan psikomotor yang merupakan topik kajian dalam penelitian

ini. Selain itu, alur pembelajaran dalam media ini juga mengadopsi pada

tahapan model Quantum Teaching.

a. Flowcart Media Pembelajaran

Flowchart merupakan diagram alir yang menggambarkan alur

sebuah program yang dibuat dari awal hingga akhir. Flowchartyang

merupakan alur media pembelajaran yang akan dikembangkan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada lampiran A.

(23)

Perancangan storyboard media pembelajaran dilakukan berdasarkan

(24)

indikator intrapersonal intelligences dan kesesuaian keterlaksanaan

media. Tampilan storyboard selengkapnya terdapat dalam lampiran

3.1.2 Tahap Produksi

Pada tahap produksi inilah aplikasi multimedia pembelajaran dibuat.

Dalam prosesnya digunakan program aplikasi Adobe Flash CS3 dengan

kombinasi Actionscript 3.0 sebagai program utama pembuatan multimedia

pembelajaran. Selain itu digunakan pula program aplikasi Adobe Photoshop 7

dan Camtasia 8.0.2 serta program aplikasi pendukung lainnya. Aplikasi

multimedia pembelajaran ini dijalankan secara offline atau tanpa

menggunakan koneksi internet

3.2 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode Kuasi

Eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan Pre-Experimental Design.

Sesuai dengan tujuannya metode kuasi eksperimen yaitu melihat hubungan antar

variabel – variabel penelitian. Variabel – variabel yang dimaksud di sini adalah

penggunaan model pembelajaran Multimedia Pembelajaran Model Quantum

Teaching dalam pembelajaran TIK sebagai variabel bebas dan kemampuan

komunikasi dan psikomotor siswa sebagai variabel terikat.

3.3 DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Pre-Experimental Design. Dalam desain ini masih terdapat variabel luar yang

(25)

merupakan hasil dependen tersebut bukan semata – mata dipengaruhi oleh

variabel independen.

Dalam penelitian kali ini, bentuk penelitian yang digunakan adalah One

Group Pretes-Posttest Design, karena pada penelitian ini hanya menggunakan

satu kelompok eksperimen tanpa kelompok pembanding. Kelompok eksperimen

hanya diberikan pretest sebelum perlakuan untuk mengetahui keadaan awal,

kemudian diberikan posttest setelah diadakan perlakuan untuk mengetahui

keadaan akhir.

Desain penelitian dapat digambarkan seperti berikut :

Gambar 3.1

One-Group Pretest Posttest Design

Sugiyono (2009 :111)

Keterangan :

O1 : pre-test

O2 : post-test

X : perlakuan

3.4 VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 kategori, yaitu variabel

bebas independent variable dan variabel terikat dependent variable (Sugiyono,

2011 : 39).

(26)

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penerapan Multimedia

Pembelajaran Model Quantum Teaching. Variabel ini dilambangkan sebagai

X dalam desain penelitian.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan

komunikasi dan psikomotor pada mata pelajaran TIK. Variabel ini

dilambangkan sebagai Y dalam desain penelitian.

Hubungan antara keduanya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Hubungan Antar Variabel

Hasil pengukuran dari variabel Y berupa kemampuan komunikasi dan

psikomotor terhadap mata pelajaran TIK setelah diterapkan Multimedia

Pembelajaran Model Quantum Teaching akan dibandingkan berdasarkan

kemampuan normal siswa, yakni kelompok atas, tengah, dan bawah untuk melihat

dampak dari variabel X.

3.5 POPULASI DAN SAMPEL

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai

(27)

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Peneliti mengambil populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung.

3.5.2 Sampel

Dalam penelitian kali ini sampel yang digunakan adalah kelas VIII-D

yang merupakan bagian dari populasi. Untuk menentukan sampel yang

digunakan pada penelitian ini, menggunakan metode Sampling Purposive

karena sampel yang ditentukan atas pertimbangan tertentu. Alasan

menggunakan metode tersebut, karena sekolah tidak memungkinkan

mengadakan pemilihan sampel secara acak/random sampling. Sampling

Purposive merupakan bagian dari jenis Non Probability Sampling, dimana

jenis ini tidak memberikan peluang yang sama untuk setiap unsur atau

anggota populasi untuk dijadikan sampel. Untuk kemudian sampel dibagi ke

dalam 3 kelompok yakni kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok

bawah. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan yang tidak merata di dalam

satu kelas tersebut. Pengelompokan kelas didasarkan atas analisis

kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa pada mata pelajaran TIK di

semester sebelumnya. Kriteria pengelempokan sebagai berikut :

a. Kelompok A (atas) merupakan kelompok siswa yang memiliki nilai murni

lebih dari rata-rata ( ̅̅̅ ditambah simpangan baku (s).

b. Kelompok B (tengah) merupakan kelompok siswa yang memiliki nilai

murni diantara rata-rata ( ̅̅̅ ditambah simpangan baku (s) dan rata-rata ( ̅̅̅

(28)

c. Kelompok C (bawah) merupakan kelompok siswa yang memiliki nilai

murni dibawah rata-rata ( ̅̅̅ dikurangi simpangan baku (s).

3.6 INSTRUMEN

Instrumen penelitian merupakan salah satu faktor keberhasilan penelitian.

Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana perbedaan hasil belajar yang terjadi

ketika sebelum diberikan perlakuan dan setelah dilakukan perlakuan. Instrumen

yang digunakan pada penelitian ini :

3.6.1 Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan dalam

proses pembelajaran. Selain komputer sebagai alat praktikum dalam

pembelajaran pengolah angka sederhana, penelitian kali ini menggunakan

multimedia pembelajaran.

Dalam multimedia ini terdapat materi pembelajaran yang harus

dimengerti oleh siswa serta sebuah evaluasi di akhir materi. Alur multimedia

dibuat sesuai dengan tahapan model Quantum Teaching. Sehingga

multimedia ini dapat dioperasikan sendiri oleh siswa. Dalam proses

pembelajaran di dalam kelas, peniliti bertugas membimbing dan mengarahkan

siswa saat mengoperasikan multimedia, khusunya dalam tahapan model

Quantum Teaching yang tidak terdapat dalam media yang digunakan.

Tahapan Quantum Teaching yang tidak terdapat pada media yaitu dua tahap

(29)

3.6.2 Instrumen Tes

a. Soal Kemampuan Komunikasi

Soal kemampuan komunikasi dalam bentuk uraian digunakan untuk

mengetahui kemampuan komunikasi tulisan siswa yang meliputi

kemampuan membaca gambar, grafik, dan tabel yang dikaitkan dalam

konteks pembelajaran program aplikasi pengolah angka. Soal terdiri dari

lima butir.

b. Soal Kemampuan Psikomotor

Soal kemampuan psikomotor dalam bentuk soal praktikum untuk

mengetahui keemampuan siswa dalam mengerjakan soal dalam bentuk

praktikum sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada soal. Soal terdiri

dari dua butir, namun memiliki beberapa sub indikator pada setiap

soalnya.

Rincian kisi – kisi soal kemampuan komunikasi dan psikomotor terdapat

pada bagian lampiran. Sebelum itu perlu adanya pengujian terhadap soal yang

akan dijadikan instrumen. Perlu dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan indeks kesukaran.

3.6.3 Instrumen Non Tes

a. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar pengamatan untuk siswa, guru dan

proses pembelajaran selama pembelajaran berlangsung. Manfaat dari

lembar observasi adalah mengetahui hal – hal yang tidak dapat diamati

(30)

berlangsung. Observasi dilakukan pada kelas yang menggunakan

multimedia pembelajaran model quantum teaching.

b. Angket

Angket berisi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa untuk

mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang ditetapkan. Angket diisi

siswa setelah semua tahap dilaksanakan. Angket pada penelitian ini

digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran

TIK menggunakan multimedia pembelajaran model quantum teaching.

3.7 PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN

Alat evaluasi yang baik harus memperhatikan beberapa kriteria seperti

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. (Arikunto,2003).

Oleh karena itu perlu ada pengujian instrumen yang dilakukan sebelum diujikan

dalam penelitian. Pengujian instrumen dilakukan kepada kelompok siswa diluar

sampel, untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda pada instrumen yang akan digunakan oleh sampel penelitian.

3.7.1 Validitas

Validitas yang digunakan dalam pengujian instrumen ini adalah validitas empiris. Istilah validitas empiris memuat kata „empiris‟ yang artinya

pengalaman. Menurut Arikunto (2005) “Sebuah instrumen dapat dikatakan

memiliki validitas empiris apabila telah diuji dari pengalaman”. Jenis validitas

(31)

tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.”

Cara mengetahui validitas instrumen yang digunakan pada penelitian ini,

dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh

Pearson (Suherman,2003:120), adapun rumus untuk menguji validitas digunakan

rumus korelasi product momen, sebagai berikut

Keterangan :

rXY = validitas satu butir soal

N = banyaknya peserta tes

X = nilai satu butir soal

Y = nilai total

Interpretasi validitas butir soal yang lebih rinci mengenai nilai rXY tersebut

dibagi ke dalam kategori sebagai berikut ini menurut Guilford (Suherman,2003)

Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas Soal Uraian Koefisien Validitas Kriteria

0,90 < rXY ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,70 < rXY ≤ 0,90 Validitas tinggi 0,40 < rXY ≤ 0,70 Validitas sedang 0,20 < rXY ≤ 0,40 Validitas rendah 0,00 < rXY ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

rXY ≤ 0,00 Tidak Valid

Berdasarkan tabel kriteria inilah tingkat validitas instrumen penelitian dapat

diketahui.

(∑ (∑ (∑

(32)

3.7.2 Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk memperoleh gambaran keajegan suatu

instrumen penelititan yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data.

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Seandainya terjadi perubahan hasil, perubahan

itu dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2005).

Perhitungan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus Product Moment Pearson, yaitu sebagai berikut:

(Suherman, 2003)

Untuk mencari realibilitas seluruh tes, digunakan rumus Spearman-Brown yang pada prinsipnya adalah menghitung koefisien korelasi diantara kedua belah koefisien yaitu sebagai berikut:

(33)

⁄ ⁄ = koefisien validitas butir item soal

Untuk mengetahui interpretasi mengenai besarnya reliabilitas suatu tes maka

digunakan rentang sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Uraian Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas cukup 0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,00 < r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

(Arikunto,2005)

3.7.3 Tingkat Kesukaran

Soal tes yang baik harus memiliki kriteria tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

disebut indeks kesukaran. Berikut merupakan rumus untuk mencari nilai dari

indeks kesukaran :

Kriteria indeks kesukaran yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang

diperoleh dari soal tersebut semakin sulit soal tersebut. Sebaliknya semakin besar

indeks kesukaran semakin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran yang

(34)

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Uraian

Koefisien Indeks Kesukaran Kriteria

P = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

P = 1,00 Terlalu Mudah

(Suherman, 2003 : 213)

3.7.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2005). Angka yang menunjukkan

besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Tanda negatif pada indeks

diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukkan kualitas testee.

Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

(Suherman,2003) Di mana :

DP = Daya Pembeda

̅̅̅̅ = Rata-Rata Kelompok Atas ̅̅̅̅ = Rata-Rata Kelompok Bawah

SMI = Skor Maksimal Ideal

Setelah indeks daya pembeda didapatkan, maka harga terebut

(35)

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Uraian Koefisien Daya Pembeda Kriteria

0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,00 < D ≤ 0,20 Jelek

D ≤ 0,00 Sangat Jelek

3.8 TEKNIK ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analis data pendekatan

metode kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan

posttest kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa dari dua kelas, sedangkan

data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan hasil angket siswa. Setelah data

terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan dan analisis data-data

tersebut untuk kemudian menguji kebenaran hipotesis.

3.8.1 Pengolahan Data Tes

Data yang diolah merupakan data yang berupa nilai tes kemampuan

komunikasi dan tes kemampuan psikomotor. Yaitu merupakan nilai tes awal

(pretest) dan tes akhir (posttest) setelah pembelajaran. Kemudian diukur

peningkatannya (gain).

a. Penyekoran Soal Uraian

Skor untuk soal uraian / essay diadaptasu dari Generic

Mathematics Scaring Rubric-Special Review High School Proficiency

(36)

Tabel 3.5 Pedoman Penyekoran Soal Uraian

Respon Siswa Terhadap Soal Nilai

-Siswa melaksanakan prosedur sebagaimana seharusnya dan memberikan semua respon pada semua hal yang menjadi bagian dari persoalan

-Respon dan penjelasan yang diberikan jelas dan efektif (sesuai dengan apa yang ditanyakan), sehingga tidak perlu diadakan pengujian kembali terhadap jawaban yang diberikan

-Kalaupun ada kesalahan, hal tersebut hanyalah kesalahan sederhana yang tidak mengubah esensi dari jawaban yang seharusnya atau tidak melingkupi konsep-konsep yang esensial.

3

-Siswa melaksanakan hampir semua prosedur yang dianjurkan dan memberikan respon yang relevan pada beberapa bagian pertanyaan.

-Kurang jelas dalam merespon pertanyaan dan memberikan jawaban.

-Terdapat kesalahan kecil pada konsep yang esensial

2

-Respon terhadap prosedur yang diberikan tidak sempurna, bahkan terdapat kesalahan yang fatal dalam jawabannya. -Penjelasan tidak sempurna dan tidak jelas sehingga

menimbulkan pertanyaan mengenai jawaban yang diberikan

-Respon menunjukkan ketidakpahaman siswa terhadap konsep yang diberikan

1

-Ditemukan banyak kesalahan dalam pengerjaan soal. -Tidak ada penjelasan terhadap jawaban atau respon yang

diberikan

-Siswa tidak memberikan jawaban

0

b. Analisis Indeks Gain

Analisis gain dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan

komunikasi dan psikomotor siswa setelah dilakukan pembelajaran TIK

dengan menggunakan metode Multimedia Pembelajaran Model

Quantum Teaching dan kelas kontrol yang tidak mendapatkan

(37)

kelompok tersebut. Meltzer (2002) mengembangkan sebuah alternatif

untuk menjelaskan gain yang disebut indeks gain yang dirumuskan

sebagai berikut :

Hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan

gain ternormalisasi menurut klasifikasi Meltzer (2002) sebagai berikut :

Tabel 3.6 Kriteria Indeks Gain

Nilai Interpretasi

0,7< ≤ 1 Tinggi

0,3 ≤ ≤ 0,7 Sedang

0 ≤ < 0,3 Rendah

c. Uji Anova

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Anova (analysis of

variance). Anova merupakan suatu cara untuk melihat perbedaan rerata

melalui pengetasan variansinya. Adapun yang dibandingkan dalam uji

hipotesis ini adalah gain ternormalisasi.

Sebelum melakukan perhitungan Anova, data yang ada dibagi

kedalam 3 kelompok, kelompok A (atas), kelompok B (tengah),

kelompok C (bawah) berdasarkan analisis nilai murni mata pelajaran

TIK pada semester sebelumnya dengan kriteria sebagai berikut :

a. Kelompok A (atas) merupakan kelompok siswa yang memiliki

(38)

b. Kelompok B (tengah) merupakan kelompok siswa yang memiliki

nilai murni diantara rata-rata ( ̅̅̅ ditambah simpangan baku (s) dan

rata-rata ( ̅̅̅ dikurangi simpangan baku (s).

c. Kelompok C (tengah) merupakan kelompok siswa yang memiliki

nilai murni dibawah rata-rata ( ̅̅̅ dikurangi simpangan baku (s).

Untuk melakukan uji Anova tidak perlu dilakukan perhitungan

normalitas terlebih dahulu. Russefendi (1993:369) menyatakan bahwa

pengujian normalitas merupakan uji prasyarat bagi uji-t dalam melihat

perbedaan rerata, untuk skripsi biasanya tidak dilakukan.

Jenis Anova yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anova

satu jalur, karena hanya mempertimbangkan satu varians saja, yakni

peningkatan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa. Perbedaan

rerata dengan Anova dapat ditulis sebagai berikut :

(Russefendi, 1993 : 412) Keterangan :

RJK : variansi antar kelompok (rerata jumlah kuadrat antar)

(39)

∑ ∑

J : jumlah seluruh data N : banyak data K : banyak kelompok

nj : banyak anggota kelompok-j Ji : jumlah data dalam kelompok-j

Tabel 3.7 Rancangan Anova

H0 : tidak terjadi peningkatan kemampuan komunikasi dan psikomotor yang signifikan pada siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkan Multimedia Pembelajaran Model Quantum Teaching

H1 : terjadi peningkatan kemampuan komunikasi dan psikomotor yang signifikan pada siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkan Multimedia Pembelajaran Model Quantum Teaching Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 (dengan harapan kebenaran data mencapai 95%) dengan kriteria :

(40)

3.8.2 Pengolahan Data Non Tes

a. Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis seperti hal – hal apa saja yang

tidak dilakukan dan saran yang diberikan oleh observer. Untuk

menghitung lembar observasi digunakan penilaian menggunakan skala Gutman. Skala pengukuran tipe ini, terdapat jawaban “Ya” atau

“Tidak”, “Benar” atau “Salah”, “Pernah” atau “Tidak Pernah”,

“Negatif” atau “Positif” dan lain- lain (Sugiyono 2011). Data diperoleh

dapat berupa data dua alternatif.

Skala ini digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tergas

terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Jawaban dibuat dengan

skor tertinggi 1 (satu) dan terendah 0 (nol). Untuk mengubahnya ke

dalam taksiran presentase digunakan rumus sebagai berikut :

Hasil perhitungan tersebut dapat diinterprestasikan menggunakan

tabel berikut :

Tabel 3.8 Skala Kategori Hasil Observasi Presentase Kategori

80% < S ≤ 100% Sangat Baik

60% < S ≤ 80% Baik

40% < S ≤ 60% Cukup

20% < S ≤ 40% Kurang

(41)

b. Angket

Hasil data angket diolah untuk mengetahui respon siswa

mengenai pembelajaran metode quantum teaching. Data yang diperoleh

dari angket menggunakan skala Likert.Derajat penilaian siswa terbagi

dalam lima kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),Tidak Setuju

(TS), Sangat Tidak Setuju (STS),Sangat Tidak Setuju Sekalai (STSS).

Kemudian, skala kualitatif tersebut diterjemahkan ke dalam skala

kuantitatif (Suherman,2003):

a. Untuk jawaban yang pernyataan yang bersifat positif. Jawaban SS

diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 3, STS diberi skor 2,

dan STSS diberi skor 1.

b. Untuk jawaban yang pernyataan yang bersifat negatif. Jawaban SS

diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, STS diberi skor 4,

dan STSS diberi skor 5.

Kemudian, untuk mengukur data yang telah diperoleh

menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P : presentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyaknya responden

Setelah dianalisis dilakukan, jawaban kemudian diinterprestasikan

(42)

yang didapat sehingga diketahui apakah siswa merespon pembelajaran

TIK menggunakan Quantum Teaching dengan baik atau sebaliknya.

Tabel 3.9 Kategori Prosentase Hasil Jawaban Angket

(Hartati, 2010)

3.9 PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian yang akan dibahas pada sub bab ini adalah tahapan

-tahapan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Mulai dari tahap

persiapan,tahap pelaksanaan, dan tahap akhir dari penelitian yang akan

dilaksanakan.

3.9.1 Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini antara lain :

1. Studi literature berarti kegiatan yang pencarian informasi–informasi

penting tentang model pembelajaran Quantum Teaching. Dan

mempelajari model pembelajaran tersebut agar nantinya dapat

digunakan sebagai sarana untuk dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi dan psikomotor siswa dalam diskusi.

Prosentase Kategori

P = 0 Tak seorang pun 0 < P < 25 Sebagian Kecil 25 ≤ P < 50 Hampir Setengahnya

P = 50 Setengahnya 50 < P < 75 Sebagian Besar 75 ≤ P < 100 Hampir Seluruhnya

(43)

2. Studi lapangan yaitu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

memperoleh data yang menggambarkan tentang suatu masalah

keadaan dan gejala di lapangan.

3. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian

4. Menyusun instrumen pembelajaran, berupa RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran), media pembelajaran (multimedia

interaktif), angket, lembar observasi, soal pretest dan posttest.

5. Sebelum tes diadakan, kelayakan instrumen diteliti dan divalidasi

terlebih dahulu oleh satu dosen selain dosen pembimbing dan kepada

guru pengajar TIK.

6. Melakukan perbaikan instrumen jika ada instrumen yang dinilai

kurang layak.

7. Melakukan uji coba instrumen, berupa soal uraian, soal praktikum,

uji coba istrumen dilakukan di SMP Negeri 10 Bandung kelas IX C,

dengan jumlah siswa 41 orang.

8. Menganalisa hasil uji instrumen, berupa validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda.

9. Menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitian

10. Mengurus perizinan untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

11. Menentukan waktu penelitian dan penyesuaian materi ajar, serta

mengetahui kondisi kelas dengan menghubungi kepala sekolah,

pembantu kepala sekolah, bagian kurikulum, dan guru mata

(44)

12. Pemilihan sampel kelas.

3.9.2 Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 10 Bandung, kegiatan yang dilakukan

pada tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan :

1. Melakukan pretest di awal pembelajaran, bertujuan untuk mengukur

kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan.

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

disusun. Pembelajaran dilakukan di laboratorium komputer.

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia

pembelajaran model Quantum Teaching disesuaikan dengan

indikator-indikator kemampuan komunikasi dan psikomotornya.

Keenam tahapan tersebut secara umum dapat dipaparkan sebagai

berikut :

a. Tumbuhkan,

Pada tahapan ini siswa diberikan sebuah rangsangan minat awal

untuk mempelajari materi yang akan diberikan. Pemberian

rangsangan ini dilakukan dengan cara meberitahukan apa manfaat

yang akan didapatkan setelah mempelajari materi ini.

b. Alami

Pada tahapan ini siswa diberikan sebuah sugesti positif bahwa

tidak ada materi yang sulit. Pemberian sugesti ini dilakukan

dengan cara memberikan kaitan materi yang diajarkan dengan

(45)

c. Namai

Pada tahapan ini siswa dibimbing untuk dapat mengingat materi

yang diberikan, caranya dengan menamai materi dengan nama

yang mudah diingat. Hal ini bertujuan agar siswa mampu

mengingat lebih lama, dan menghindari penghafalan materi,

melainkan pemahaman terhadap materi.

d. Demonstrasikan

Merupakan tahapan dimana siswa diberikan sebuah demonstrasi

melalui tayangan pada media.

e. Ulangi

Siswa diminta melakukan pengulangan, dengan cara memberikan

soal dan menjawabnya di komputer mereka masing-masing.

f. Rayakan

Jika sebuah materi layak untuk dipelajari, maka setiap pencapaian

layak pula untuk dirayakan. Perayaan ini dilakukan dengan cara tepuk tangan dan berteriak “aku berhasil” di dalam kelas bersama

-sama.

4. Melakukan evaluasi pembelajaran (posttest) untuk mengetahui

peningkatan kemamampuan komunikasi dan psikomotor siswa.

3.9.3 Tahap Akhir

(46)

1. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data untuk

memperoleh informasi mengenai pengaruh penggunaan multimedia

pembelajaran model Quantum Teaching.

2. Tahap analisis hasil data hasil dilakukan untuk membandingkan data

hasil pretest sebelum diberikan perlakuan dengan data hasil posttest

setelah dilakukan perlakuan.

3. Uji hipotesis dilakukan untuk penarikan kesimpulan, menolak atau

menerima hasil hipotesis berdasarkan hasil pengolahan data.

4. Menyimpulkan hasil kesimpulan penelitian berdasarkan hasil uji

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian quasi eksperimen dalam penerapan Multimedia

pembelajaran model Quantum menunjukkan bahwa :

1. Penerapan multimedia pembelajaran quantum teaching mampu

meningkatkan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa sebanyak 0,71

dan 0,72 point untuk kelompok atas dan tengah, dilihat dari indeks gain

normal.

2. Sebanyak 75% atau hampir semua siswa merespon positif terhadap

penerapan multimedia pembelajaran quantum teaching dilihat dari hasil

angket yang disebarkan setelah melakukan penelitian.

5.2 REKOMENDASI

Berdasarkan poin – poin kesimpulan di atas, peneliti merekomendasikan

beberapa hal untuk dapat dijadikan sebuah pertimbangan pemikirian, diantaranya :

Multimedia pembelajaran model Quantum Teaching merupakan alternatif meodel

pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan minat siswa dalam

belajar untuk bisa berkomunikasi dan mempraktekan apa yang diajarkan, maka

(48)

1. Pada saat sebelum pelaksanaan guru harus mempersiapkan segala aspek

pendukung seperti Rencana Persiapan Pembelajaran yang sistematis

sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran nantinya. Selain

itu guru juga harus mempersiapkan alat bantu, karena dalam metode ini alat

bantu ikut berperan dalam meningkatkan minat siswa.

2. Media pembelajaran yang digunakan dalam metode ini adalah multimedia

pembelajaran baik guru maupun siswa sudah sangat mengenal bahkan

mungkin sudah fasih dalam menggunakannya, sehingga tidak akan

mengalami kerepotan dalam pembuatan maupun peragaan media.

3. Pengkondisian saat belajar harus sangat diperhatikan. Karena pada saat

menggunakan model ini di kelas siswa diarahkan agar bisa menyenangi

kelas dan suasananya, sehingga kelas dibuat sangat menyenangkan seperti

sedang dalam permainan.

4. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya ditindaklanjuti dengan cara

mengembangkan penelitian sejenis tetapi dengan pokok bahasan yang

berbeda. Sehingga dapat dilihat bahwa penerapan multimedia pembelajaran

model Quantum Teaching ini memang sangat sesuai untuk diterpakan pada

materi TIK lainnya.

5. Fasilitas laboratorium komputer sebagai faktor pendukung lain dalam

penerapan meodel ini harus memadai, agar efektifitas pembelajaran dapat

(49)

Daftar Pustaka

_________. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum.

_________. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : UPI

Ali,dkk.(2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Tandur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi. [Online].Tersedia:

http://jurnal.upi.edu/find/view/811/PENERAPAN%20STRATEGI%20PEMBE LAJARAN%20TANDUR%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20HASIL% 20BELAJAR%20SISWA%20PADAMATA%20PELAJARAN%20TEKNOL OGI%20INFORMASI%20DAN%20KOMUNIKASI [15 Juli 2012]

A'la,Miftahul.(2010).Quantum Teaching.JogyaKarta: DIVAPres

Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara

_________.(2005).Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara

Binato,Iwan.(2009). Metode Pengembangan Multimedia. [Online] tersedia : http://iwanbinanto.com/2009/01/19/metode-pengembangan-multimedia/[13

Juni 2013]

(50)

93

(51)

Halimah, Lely. (2007). Menumbuhkembangkan Kecerdasan Majemuk Siswa SD melalui Penerapan Metodolodi Quantum Teaching dalam Pembelajaran

Tematik. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Vol._V_No._7 _April_2007/Menumbuhkembangkan_Kecerdasan_Majemuk_Siswa_SD_mela lui_Penerapan_Metodologi_Quantum_Teaching_dalam_Pembelajaran_Temati k_%28Developing_Multiple_Intelligences_of_Elementry_Student_Through_th e_Appli.pdf [15 Juli 2012]

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.Hidayat, Rudi; Nana Juhana; dan Deden Suryana. (2006). Teknologi Informasi dan Komunikasi Jilid 1 untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Hermawan, Hendy.(2010).Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Bandung : Citra Prima

Mahajan, Gourav. (2012). Multimedia in Teacher Education: Perceptions & Uses. Journal of Education and Practice [Online], 3, (1), 5-13. Tersedia:

ww.iiste.org. [14Juni 2013]

Mukhtar.(2011).Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi(Sebuah Orientasi Baru).Jakarta : GPPres

Mulyanah, Ade.(2012).PENGAJARAN QUANTUM ( QUANTUM TEACHING) DALAM PENGAJARAN TATA BAHASA TINGKAT DASAR BAGI PENUTUR

ASING (BIPA).[Online]. Tersedia:

(52)

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Nazir,M.(2005).Metode Penelitian.Bogor:Ghalia Indonesia.

Nurbaiti. (2011). Peringkat Pendidikan Indonesia Menurun. [Online] Tersedia :

http://nurbaiti45.wordpress.com/2011/05/15/peringkat-pendidikan-indonesia-menurun/ [7 Februari 2012]

Ruseffendi. E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta. Bandung : Tarsito.

Rusman.(2011).Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru.Jakarta : RajawaliPres

Rustaman, Nuryani. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : UPI

Sanjaya, Wina. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sudjana, Nana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono.(2008).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta

________.(2010).Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suherman S. Ar.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI

Sumardi. (2011). Taksonomi Bloom : Mengembangkan Strategi Berpikir Berbasis TIK. [Online]. Tersedia

(53)

Sutopo, Ariesto Hadi. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Syamsudin,Abin.(2007).Psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosda Karya

Wardhana,Y.(2010).Teori Belajar dan Mengajar. Bandung : Pribumi Mekar

Widodo, Aris.(2009).Pengaruh Metode Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Bangunan Gedung di SMKN 3

Semarang.[Online]

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 3.2 Hubungan Antar Variabel
Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas Soal Uraian
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Uraian Interpretasi Reliabilitas sangat tinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepemilikan instituisonal sebagai salah satu struktur corporate governance memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemenmelalui proses monitoring secara

Sekolah saat ini menjadi bagian yang sangat penting bagi masyarakat karena sekolah merupakan peran utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dan merupakan

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“REDUKSI KONSUMSI ENERGI PERANGKAT BERGERAK WIMAX MELALUI PENGATURAN BEBAN PROTOKOL TRANSPORT” Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu.. ayahanda

dilakukan pengaturan beban protokol transport pada data video energi yang. dikonsumsi sebesar

[r]

Pelaksanaan pengajaran melalui metode insersi atau lampiran ini dilihat dari segi waktu pelaksanaannya, tidaklah terlalu memakan banyak waktu, sebab disaat

Adapun permasalahan yang ingin diselesaikan dalam penelitian ini adalah mengenai : (a) gambaran kecerdasan emosional guru di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung; (b)