Multimedia Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Psikomotor Siswa pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
diajukan oleh : Santi Riani
0804253
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
PENERAPAN MODEL
QUANTUM
TEACHING
BERBASIS
SOCIAL
NETWORKING
DAN MULTIMEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN
PSIKOMOTOR SISWA DALAM PADA
PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
Oleh Santi Riani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Santi Riani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN SANTI RIANI NIM : 0804253
Penerapan Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan
Multimedia Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Psikomotor Siswa Pada
Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,
Dr. Dedi Rohendi, M.T. NIP. 196705241993021001
Pembimbing II,
Drs. H. Heri Sutarno, M.T. NIP. 195607141984031002
Mengetahui,
Penerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan
Psikomotor Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
ABSTRAK
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa sebelum dan setelah menggunakan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran, dan mengetahui respon siswa terhadap penerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode Kuasi Eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental (One Grup Pretest Posttest Design). Data dikumpulkan melalui instrumen tes yang berbentuk uraian dan petunjuk instruksional. Hipotesis diuji menggunakan uji ANOVA. Hipotesis uji ( (H1) dalam penelitian ini adalah Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan psikomotor yang signifikan pada siswa ) Penelitian ini dilakukan pada sampel yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah siswa 32orang, yakni kelas 8D sebagai kelas eksperimen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi dan psikomotor sebelum (pretest) dan setelah (posttest) penerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran. Dari penelitian didapat hasil bahwa nilai total rata-rata sebelum adalah 9,17 untuk kemampuan komunikasi dan 12,64 untuk kemampuan psikomotor dan nilai total rata-rata setelah adalah 9,73 untuk kemampuan komunikasi dan 14,36 untuk kemampuan psikomotor. Setelah dilakukan uji ANOVA dengan Fhitung = 4,842 dan Ftabel = 3,29 pada taraf α = 0,05 sebesar 1,552. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H0) ditolak dan hipotesis (H1) diterima. Artinya kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa dalam mata pelajaran TIK dengan menggunakan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran meningkat dari pada sebelumnya.
Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi, Kemampuan Psikomotor,Quantum
Teaching, Multimedia Pembelajaran.
Application of Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning to Improve Communication and Psychomotor Ability
ii
ABSTRACT
Based formulation of the problem, this study aims to determine the differences in communication and psychomotor skills of students before and after using Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning, and know the students' response to the application of Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning. This study uses a quasi-experiment with the design of the study is a Pre-Experimental (One Group Pretest Posttest Design). Data gathered through the test instrument in the form of descriptions and instructional guidance. Hypotheses were tested using ANOVA. Hypothesis test ((H1) in this study is Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning can improve communication skills and significant psychomotor students) study was conducted on a sample consisting of one class by the number of students 32orang, the class as a class 8D experiments. Hypothesis testing is done by comparing the average results of the communication and psychomotor skills test before (pretest) and after (posttest) the application of Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning. From the research result that the total value of the average before was 9.17 to 12.64 for the ability of communication and psychomotor skills and the total value of the average after was 9.73 to 14.36 for the ability of communication and psychomotor skills. After testing with the ANOVA Fvalue = 4.842 and Ftable = 3.29 at α = 0.05 level of 1,552. It can be concluded that the hypothesis (H0) is rejected and the hypothesis (H1) is accepted. Means of communication and psychomotor skills of students in ICT subjects using Quantum Teaching Model-Based Social Networking and Multimedia Learning increased than before.
Keywords: Communication Skills, Psychomotor Ability, Quantum Teaching,
DAFTAR ISI
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
1.6 Definisi Operasional ...10
1.7 Hipotesis ...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...12
2.1 Multimedia ...12
2.1.1 Multimedia Pembelajaran ...12
2.1.2 Metodologi Pengembangan Multimedia ...14
2.2 Quantum Teaching ...16
2.2.1 Pengertian Quantum Teaching ...18
2.2.2 Teori Pendukung Quantum Teaching ...18
2.2.3 Asas Utama Quantum Teaching ...22
2.2.4 Prinsip – Prinsip Quantum Teaching ...23
2.2.5 Model Quantum Teaching ...26
2.2.6 Sintaks Pembelajaran Quantum Teaching ...26
ix
2.3.2 Saluran Komunikasi ...31
2.3.3 Kemampuan Komunikasi ...32
2.4 Psikomotor ...34
2.4.1 Pengertian Psikomotor ...34
2.4.2 Pengukuran Ranah Psikomotor ...38
2.5 Social Networking ...42
2.5.1 Sejarah Facebook ...42
2.5.2 Perkembangan Facebook di Dunia ...45
2.5.3 Fasilitas Facebook ...46
2.5.4 Facebook Sebagai Sarana Komunikasi ...47
BAB III DESAIN PENELITIAN ...49
3.1 Multimedia Pembelajaran ...49
3.5 Populasi dan Sampel ...52
3.5.1 Populasi ...52
3.5.2 Sampel ...53
3.6 Instrumen ...54
3.6.1 Media Pembelajaran ...54
3.6.2 Instrumen Tes ...55
3.6.3 Instrumen Non Tes ...55
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian ...56
3.7.1 Validitas ...56
3.7.2 Reliabilitas ...58
3.7.3 Tingkat Kesukaran ...59
3.8 Teknik Analisis Data Hasil Penelitian ...61
3.8.1 Pengolahan Data Tes ...61
3.8.2 Pengolahan Data Non Tes ...66
3.9 Prosedur Penelitian ...68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...73
4.1 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ...73
4.2 Implementasi Multimedia dalam Proses Pembelajaran ...73
4.3 Analisis Data Hasil Penelitian ...78
4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian ...79
4.3.2 Uji Anova Terhadap Hasil Penelitian ...80
4.4 Analisis Data Observasi ...84
4.5 Analisis Data Angket Respon Siswa ...85
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ...87
4.6.1 Kemampuan Komunikasi dan Psikomotor Siswa Berdasarkan Skor Rata-Rata ...87
4.6.2 Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran ...89
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...90
5.1 Kesimpulan ...90
5.2 Rekomendasi ...90
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah penting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan merupakan suatu proses dan cara untuk seseorang
sehingga orang tersebut memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dari
itu, pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia. Di Indonesia, pendidikan
dapat diperoleh dengan cara formal yaitu dengan sekolah dan kuliah. Masalahnya
apakah pendidikan di Indonesia sudah memiliki mutu yang baik? Dari aspek
kualitas, pendidikan kita sungguh sangat meprihatinkan dibandingkan dengan
kualitas pendidikan bangsa lain. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan
yang sangat mencolok dari peringkat kualitas pendidikan negara Indonesia bila
dibandingkan dengan negara lain. Sebagaimana diberitakan Kompas (3/3/2011)
halaman 12 pada kolom “Pendidikan & Kebudayaan”, berdasarkan data dalam Education for All (EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan
UNESCO dan diluncurkan di New York pada Senin, 1/3/2011, indeks
pembangunan pendidikan Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara yang
disurvei.
(http://nurbaiti45.wordpress.com/2011/05/15/peringkat-pendidikan-indonesia-menurun/)
Perkembangan teknologi seperti sebuah pesawat jet yang sangat cepat.
perkembangan teknologi. Tidak dapat dipungkiri perkembangan teknologi yang
berkembang begitu cepat ini sangat besar pengaruh terhadap setiap aspek
kehidupan. Perkembangan teknologi menjadi baik dampaknya apabila dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh penggunanya. Teknologi erat kaitannya dengan
segala sesuatu yang dapat mempermudah pekerjaan setiap aspek kehidupan. Salah
satu aspek yang terkena dampak dari perkembangan teknologi yang begitu pesat
saat ini adalah aspek pendidikan. Aspek pendidikan yang terkena dampak dari
perkembangan teknologi salah satunya antara lain adalah dalam hal pembelajaran
di dalam kelas. Sudah menjadi hal yang wajar, ketika memasuki kawasan Sekolah
Menengah Atas, atau bahkan Sekolah Menengah Pertama, sering dijumpai banyak
siswa yang membawa komputer jinjing (laptop), untuk membantu proses
pembelajaran, bahkan membantu pekerjaan mereka di sekolah.
Sayangnya, perkembangan teknologi yang sudah bisa dimanfaatkan oleh
beberapa siswa dan guru di sekolah, tidak bisa diikuti oleh perkembangan
pendidikan secara umum. Sesungguhnya pendidikan pada dasarnya merupakan
proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga
mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Oleh karena
itu, pendidikan perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan baik dari
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Salah satu sarana yang dipakai untuk
memfasilitasi pendidikan di Indonesia adalah sekolah. Sayangnya,
sekolah-sekolah tersebut jauh dari harapan.
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana
berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar
siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom dalam (Sumardi, 2008) yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin
dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Pengelompokkan
tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah
binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Pada dasarnya TIK merupakan mata pelajaran yang menuntut keseimbangan
antara kemampuan mengungkapkan materi melalui tulisan maupun
mempraktikkan materi yang diberikan. Namun setelah melakukan studi lapangan,
masih banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan yang kurang seimbang.
Mereka yang menguasai kemampuan psikomotor cenderung kurang dapat
mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, atau dengan kata lain mereka kurang
menguasai kemampuan komunikasi. Permasalahan ini pada mulanya muncul
dikarenakan mereka merasa suasana kelas yang biasa begitu canggung, mereka
merasa keadaan kelas yang kurang mendukung untuk mereka dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi maupun kemampuan psikomotor
proses yang meliputi penyampaian dan penerimaan hasil pemikiran melalui
simbol kepada orang lain. Sedangkan kemampuan psikomotor merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Kemampuan
psikomotor berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan
oleh Simpson dalam blog (Zaifbio,2009) yang menyatakan bahwa :
„Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotor adalah kawasan yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi antara proses mental dan fisik dalam melakukan kegiatan atau gerakan yang bersifat jasmaniah‟. (Mukhtar, 2011).
Masalah lain yang muncul dilapangan adalah kurangnya komunikasi antar
siswa untuk dalam proses pembelajaran. Hal ini timbul seiring dengan kesibukan
siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Akan tetapi, permasalahan ini bisa
diminimalkan karena saat ini banyak macam dan bentuk jejaring sosial / social
network yang beredar di dunia maya, dan ini dapat memfasilitasi siswa untuk
berinteraksi / bersosialisasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Mengingat
terbatasnya interaksi yang terhalang oleh waktu belajar di sekolah maupun di luar
sekolah. Salah satu social network yang sangat marak saat ini adalah facebook.
Banyak sekali manfaat dari berbagai fitur yang dimiliki oleh facebook.
Salah satu fitur yang akan disoroti disini adalah pemanfaatan media group.
Dengan media ini siswa dapat berdiskusi dan memberikan pendapat mereka. Bagi
siswa yang masih malu mengeluarkan pendapat di depan kelas, diharapkan
melalui dunia maya. Hal ini diharapkan, dengan seringnya muncul memberi
pendapat dan bertanya di dunia maya. Akan berbanding lurus di dunia nyaatanya.
Perlahan siswa tidak akan canggung lagi berbicara di depan kelas. Berkat
sosialisasi yang sering dilakukan di facebook dan keterbiasaan untuk saling
berinteraksi. Hal ini menunjukkan banyaknya manfaat yang diperoleh dari
teknologi, khususnya social network yang sangat marak saat ini.
Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi
masalah-masalah tersebut. Menurut penulis model Quantum Teaching berbasis
Social Networking merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa. Model Quantum
Teaching menumbuhkan minat siswa untuk belajar,
Mengingat bahwa segalanya “berbicara,” maka Ambak harus betul-betul dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu menghasilkan pengaruh positif bagi keberlangsungan minat siswa dalam belajar. Menurut Magnesen (1983)
dikatakan bahwa kita belajar :“10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar,30 % dari apa yang kita lihat. 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar,70 % dari apa yang kita katakan,90 % dari apa yang kita katakana dan lakukan. (Rutoto Sabar, 2008)
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan unsur
yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di
dalam kelas. Sedangkan social networking menumbuhkan keberanian siswa untuk
dapat bersosialisasi dengan sesama temannya difasilitasi oleh dunia maya. Social
networking juga dapat menjadi sarana siswa dalam melatih kemampuan
komunikasi secara tertulis, setelah mereka menghilangkan rasa canggungnya
melalui komunikasi di dunia maya. Selain itu juga, Quantum Teaching
siswa untuk dapat berkomunikasi. Quantum Teaching merupakan salah satu
metode pembelajaran yang menguraikan tentang cara-cara baru yang
mempermudah proses pembelajaran dan menekankan pada terciptanya suasana
yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan mempunyai
kemauan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar (DePorter. B, 2000:15).
Peranan media pun tidak dapat dilepaskan dalam upaya peningkatan kualitas
proses pembelajaran. Media digunkana sebagai sarana penunjang dalam
pembelajaran. Cakupan media terdiri atas media visual, audio dan audio-visual.
Pengertian mulitimedia menurut (Sanjaya, 2011)
“Sajian teknologi multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai
teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan
yang terintegrasi”
Pada kasus kali ini, terdapat satu kelas yang memiliki kemampuan komunikasi dan psikomotor yang berbeda, perbedaan ini mungkin dikarenakan adanya kelompok-kelompok pada kelas tersebut. Sehingga ada beberapa siswa yang senang duduk berkelompok, memiliki kecenderungan mendapatkan nilai yang lebih baik dari teman-teman yang lain. Untuk itu akan diadakan penelitian tentang kemungkinan tersebut. Peneliti aka membagi kelas tersebut menjadi tiga kelompok yang akan diteliti, yakni kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah. Nilai pada kelompok-kelompok tersebut nantinya akan menjadi nilai awal dan akhir yang diproses selama penelitian. Dan atas latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat judul “Penenerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia Pembelajaran untuk
1.2RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka pokok
permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut :
a.
Apakah penerapan model Quantum Teaching Berbasis Social NetworkingMutimedia Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan
psikomotor siswa?
b.
Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran TIK dengan penerapanModel Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan Multimedia
Pembelajaran?
1.3BATASAN MASALAH
Agar masalah yang dikaji lebih terfokus dan terarah maka penulis
membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII semester ganjil tahun ajaran
2012/2013.
b. Kompetensi dasar yang digunakan adalah membuat dokumen pengolah angka
sederhana.
c. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan multimedia pembelajaran
model Quantum Teaching berbasis social networking.
d. Penggunaan multimedia pembelajaran sebagai sarana penunjang pembelajaran.
e. Kemampuan komunikasi dan psikomotor awal siswa merupakan kemampuan
komunikasi dan psikomotor yang dimiliki siswa ketika belum memperoleh
ini dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yakni kelompok atas, tengah dan
bawah.
f. Peningkatan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa dilihat atau dinilai
dari selisih nilai yang diperoleh siswa dari hasil pretest dan posttest yang
dilakukan sebelum dan setelah perlakuan, dan kegiatan observasi yang akan
dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
g. Respon siswa terhadap pembelajaran ini dilihat atau dinilai dari angket yang
disebar di akhir proses pembelajaran.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji
penerapan multimedia pembelajaran model Quantum pada pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap kemampuan komunikasi dan
psikomotor siswa.
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, tujuan
penelitian ini yaitu untuk :
a. Mengetahui apakah penerapan model Quantum Teaching Berbasis Social
Networking Mutimedia Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi dan psikomotor siswa?
b. Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran TIK dengan
penerapan Model Quantum Teaching Berbasis Social Networking dan
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi pihak-pihak
tertentu di antaranya yaitu:
1. Bagi peneliti
Mengetahui pengaruh penerapan multimedia pembelajaran model
Quantum Teaching untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan
psikomotor siswa.
2. Bagi guru
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk memilih dan
mengembangkan alternatif multi media pembelajaran yaitu multimedia
pembelajaran model Quantum Teaching untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi dan psikomotor siswa.
3. Bagi siswa
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa dalam menyediakan fasilitas
pembelajaran, yang dapat membantu siswa agar dapat belajar aktif dan
kreatif serta mandiri. Penelitian ini juga mampu memberikan suasana yang
berbeda dalam pembelajaran TIK.
4. Bagi Satuan Pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan wacana baru tentang media serta
kebijakan sekolah dalam kaitannya dengan pengembangan media
1.6DEFINISI OPERASIONAL
1. Quantum Teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang
menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar (De porter. B, 2004).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa quntum teaching adalah
orkrestasi atau simfoni bermacam-macam interaksi yang ada mencakup
unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
2. Multimedia Pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat
yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat,
mudah, dan benar.
3. Kemampuan komunikasi adalah berlangsungnya suatu kegiatan yang
memiliki kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan, komunikasi
terjadi dalam bentuk verbal (lisan) atau nonverbal (tulis) dalam
memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Kemampuan komunikasi
merupakan salah satu keterampilan proses yang dapat mengungkap
gagasan, temuan, bahkan perasaan kepada orang lain. Kemampuan
komunikasi yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi secara
tulisan.
4. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya. Kemampuan psikomotor yang akan diteliti adalah kemampuan
sepenuhnya tergantung pada panduan atau arahan, tetapi sesorang dapar
melahirkan sendiri melalui kreativitasnya.
5. Kemampuan komunikasi dan psikomotor awal siswa yang digunakan
merupakan kemampuan komunikasi dan psikomotor yang dimiliki siswa
ketika belum memperoleh suatu perlakuan pembelajaran. Kemampuan
komunikasi dan psikomotor awal ini dikelompokkan ke dalam 3 kategori,
yakni kelompok atas, tengah dan bawah.
1.7HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.
Menurut Sudjana (2005) hipotesis adalah “asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan
pengecekannya ”.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka hipotesisnya
adalah “Penerapan Multimedia Pembelajaran Model Quantum Teaching meningkatkan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa menjadi lebih baik
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
3.1.1 Tahap Perancangan
Tahap perancangan dimulai dengan mempersiapkan pokok bahasan
sebagai materi pelajaran yang akan disajikan ke dalam media pembelajaran ini. Adapun Kompetensi Dasar (KD) yang diambil adalah “Membuat
dokumen pengolah angka sederhana”. Materi yang disajikan dalam media ini
adalah tentang rumus statistika sederhana dan fungsi logika IF.
Pada tahap ini juga dilakukan analisis materi pembelajaran serta
pembuatannya mengacu pada indikator materi dan indikator kemampuan
komunikasi dan psikomotor yang merupakan topik kajian dalam penelitian
ini. Selain itu, alur pembelajaran dalam media ini juga mengadopsi pada
tahapan model Quantum Teaching.
a. Flowcart Media Pembelajaran
Flowchart merupakan diagram alir yang menggambarkan alur
sebuah program yang dibuat dari awal hingga akhir. Flowchartyang
merupakan alur media pembelajaran yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada lampiran A.
Perancangan storyboard media pembelajaran dilakukan berdasarkan
indikator intrapersonal intelligences dan kesesuaian keterlaksanaan
media. Tampilan storyboard selengkapnya terdapat dalam lampiran
3.1.2 Tahap Produksi
Pada tahap produksi inilah aplikasi multimedia pembelajaran dibuat.
Dalam prosesnya digunakan program aplikasi Adobe Flash CS3 dengan
kombinasi Actionscript 3.0 sebagai program utama pembuatan multimedia
pembelajaran. Selain itu digunakan pula program aplikasi Adobe Photoshop 7
dan Camtasia 8.0.2 serta program aplikasi pendukung lainnya. Aplikasi
multimedia pembelajaran ini dijalankan secara offline atau tanpa
menggunakan koneksi internet
3.2 METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode Kuasi
Eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan Pre-Experimental Design.
Sesuai dengan tujuannya metode kuasi eksperimen yaitu melihat hubungan antar
variabel – variabel penelitian. Variabel – variabel yang dimaksud di sini adalah
penggunaan model pembelajaran Multimedia Pembelajaran Model Quantum
Teaching dalam pembelajaran TIK sebagai variabel bebas dan kemampuan
komunikasi dan psikomotor siswa sebagai variabel terikat.
3.3 DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
Pre-Experimental Design. Dalam desain ini masih terdapat variabel luar yang
merupakan hasil dependen tersebut bukan semata – mata dipengaruhi oleh
variabel independen.
Dalam penelitian kali ini, bentuk penelitian yang digunakan adalah One
Group Pretes-Posttest Design, karena pada penelitian ini hanya menggunakan
satu kelompok eksperimen tanpa kelompok pembanding. Kelompok eksperimen
hanya diberikan pretest sebelum perlakuan untuk mengetahui keadaan awal,
kemudian diberikan posttest setelah diadakan perlakuan untuk mengetahui
keadaan akhir.
Desain penelitian dapat digambarkan seperti berikut :
Gambar 3.1
One-Group Pretest Posttest Design
Sugiyono (2009 :111)
Keterangan :
O1 : pre-test
O2 : post-test
X : perlakuan
3.4 VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 kategori, yaitu variabel
bebas independent variable dan variabel terikat dependent variable (Sugiyono,
2011 : 39).
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penerapan Multimedia
Pembelajaran Model Quantum Teaching. Variabel ini dilambangkan sebagai
X dalam desain penelitian.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
komunikasi dan psikomotor pada mata pelajaran TIK. Variabel ini
dilambangkan sebagai Y dalam desain penelitian.
Hubungan antara keduanya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.2 Hubungan Antar Variabel
Hasil pengukuran dari variabel Y berupa kemampuan komunikasi dan
psikomotor terhadap mata pelajaran TIK setelah diterapkan Multimedia
Pembelajaran Model Quantum Teaching akan dibandingkan berdasarkan
kemampuan normal siswa, yakni kelompok atas, tengah, dan bawah untuk melihat
dampak dari variabel X.
3.5 POPULASI DAN SAMPEL
3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Peneliti mengambil populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung.
3.5.2 Sampel
Dalam penelitian kali ini sampel yang digunakan adalah kelas VIII-D
yang merupakan bagian dari populasi. Untuk menentukan sampel yang
digunakan pada penelitian ini, menggunakan metode Sampling Purposive
karena sampel yang ditentukan atas pertimbangan tertentu. Alasan
menggunakan metode tersebut, karena sekolah tidak memungkinkan
mengadakan pemilihan sampel secara acak/random sampling. Sampling
Purposive merupakan bagian dari jenis Non Probability Sampling, dimana
jenis ini tidak memberikan peluang yang sama untuk setiap unsur atau
anggota populasi untuk dijadikan sampel. Untuk kemudian sampel dibagi ke
dalam 3 kelompok yakni kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok
bawah. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan yang tidak merata di dalam
satu kelas tersebut. Pengelompokan kelas didasarkan atas analisis
kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa pada mata pelajaran TIK di
semester sebelumnya. Kriteria pengelempokan sebagai berikut :
a. Kelompok A (atas) merupakan kelompok siswa yang memiliki nilai murni
lebih dari rata-rata ( ̅̅̅ ditambah simpangan baku (s).
b. Kelompok B (tengah) merupakan kelompok siswa yang memiliki nilai
murni diantara rata-rata ( ̅̅̅ ditambah simpangan baku (s) dan rata-rata ( ̅̅̅
c. Kelompok C (bawah) merupakan kelompok siswa yang memiliki nilai
murni dibawah rata-rata ( ̅̅̅ dikurangi simpangan baku (s).
3.6 INSTRUMEN
Instrumen penelitian merupakan salah satu faktor keberhasilan penelitian.
Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana perbedaan hasil belajar yang terjadi
ketika sebelum diberikan perlakuan dan setelah dilakukan perlakuan. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini :
3.6.1 Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Selain komputer sebagai alat praktikum dalam
pembelajaran pengolah angka sederhana, penelitian kali ini menggunakan
multimedia pembelajaran.
Dalam multimedia ini terdapat materi pembelajaran yang harus
dimengerti oleh siswa serta sebuah evaluasi di akhir materi. Alur multimedia
dibuat sesuai dengan tahapan model Quantum Teaching. Sehingga
multimedia ini dapat dioperasikan sendiri oleh siswa. Dalam proses
pembelajaran di dalam kelas, peniliti bertugas membimbing dan mengarahkan
siswa saat mengoperasikan multimedia, khusunya dalam tahapan model
Quantum Teaching yang tidak terdapat dalam media yang digunakan.
Tahapan Quantum Teaching yang tidak terdapat pada media yaitu dua tahap
3.6.2 Instrumen Tes
a. Soal Kemampuan Komunikasi
Soal kemampuan komunikasi dalam bentuk uraian digunakan untuk
mengetahui kemampuan komunikasi tulisan siswa yang meliputi
kemampuan membaca gambar, grafik, dan tabel yang dikaitkan dalam
konteks pembelajaran program aplikasi pengolah angka. Soal terdiri dari
lima butir.
b. Soal Kemampuan Psikomotor
Soal kemampuan psikomotor dalam bentuk soal praktikum untuk
mengetahui keemampuan siswa dalam mengerjakan soal dalam bentuk
praktikum sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada soal. Soal terdiri
dari dua butir, namun memiliki beberapa sub indikator pada setiap
soalnya.
Rincian kisi – kisi soal kemampuan komunikasi dan psikomotor terdapat
pada bagian lampiran. Sebelum itu perlu adanya pengujian terhadap soal yang
akan dijadikan instrumen. Perlu dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan indeks kesukaran.
3.6.3 Instrumen Non Tes
a. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan lembar pengamatan untuk siswa, guru dan
proses pembelajaran selama pembelajaran berlangsung. Manfaat dari
lembar observasi adalah mengetahui hal – hal yang tidak dapat diamati
berlangsung. Observasi dilakukan pada kelas yang menggunakan
multimedia pembelajaran model quantum teaching.
b. Angket
Angket berisi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang ditetapkan. Angket diisi
siswa setelah semua tahap dilaksanakan. Angket pada penelitian ini
digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran
TIK menggunakan multimedia pembelajaran model quantum teaching.
3.7 PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN
Alat evaluasi yang baik harus memperhatikan beberapa kriteria seperti
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. (Arikunto,2003).
Oleh karena itu perlu ada pengujian instrumen yang dilakukan sebelum diujikan
dalam penelitian. Pengujian instrumen dilakukan kepada kelompok siswa diluar
sampel, untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda pada instrumen yang akan digunakan oleh sampel penelitian.
3.7.1 Validitas
Validitas yang digunakan dalam pengujian instrumen ini adalah validitas empiris. Istilah validitas empiris memuat kata „empiris‟ yang artinya
pengalaman. Menurut Arikunto (2005) “Sebuah instrumen dapat dikatakan
memiliki validitas empiris apabila telah diuji dari pengalaman”. Jenis validitas
tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.”
Cara mengetahui validitas instrumen yang digunakan pada penelitian ini,
dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh
Pearson (Suherman,2003:120), adapun rumus untuk menguji validitas digunakan
rumus korelasi product momen, sebagai berikut
Keterangan :
rXY = validitas satu butir soal
N = banyaknya peserta tes
X = nilai satu butir soal
Y = nilai total
Interpretasi validitas butir soal yang lebih rinci mengenai nilai rXY tersebut
dibagi ke dalam kategori sebagai berikut ini menurut Guilford (Suherman,2003)
Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas Soal Uraian Koefisien Validitas Kriteria
0,90 < rXY ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,70 < rXY ≤ 0,90 Validitas tinggi 0,40 < rXY ≤ 0,70 Validitas sedang 0,20 < rXY ≤ 0,40 Validitas rendah 0,00 < rXY ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
rXY ≤ 0,00 Tidak Valid
Berdasarkan tabel kriteria inilah tingkat validitas instrumen penelitian dapat
diketahui.
(∑ (∑ (∑
3.7.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk memperoleh gambaran keajegan suatu
instrumen penelititan yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data.
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Seandainya terjadi perubahan hasil, perubahan
itu dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2005).
Perhitungan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Product Moment Pearson, yaitu sebagai berikut:
(Suherman, 2003)
Untuk mencari realibilitas seluruh tes, digunakan rumus Spearman-Brown yang pada prinsipnya adalah menghitung koefisien korelasi diantara kedua belah koefisien yaitu sebagai berikut:
⁄ ⁄ = koefisien validitas butir item soal
Untuk mengetahui interpretasi mengenai besarnya reliabilitas suatu tes maka
digunakan rentang sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Uraian Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas cukup 0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,00 < r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah
(Arikunto,2005)
3.7.3 Tingkat Kesukaran
Soal tes yang baik harus memiliki kriteria tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
disebut indeks kesukaran. Berikut merupakan rumus untuk mencari nilai dari
indeks kesukaran :
Kriteria indeks kesukaran yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang
diperoleh dari soal tersebut semakin sulit soal tersebut. Sebaliknya semakin besar
indeks kesukaran semakin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran yang
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Uraian
Koefisien Indeks Kesukaran Kriteria
P = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
P = 1,00 Terlalu Mudah
(Suherman, 2003 : 213)
3.7.4 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2005). Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Tanda negatif pada indeks
diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukkan kualitas testee.
Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
(Suherman,2003) Di mana :
DP = Daya Pembeda
̅̅̅̅ = Rata-Rata Kelompok Atas ̅̅̅̅ = Rata-Rata Kelompok Bawah
SMI = Skor Maksimal Ideal
Setelah indeks daya pembeda didapatkan, maka harga terebut
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Uraian Koefisien Daya Pembeda Kriteria
0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
D ≤ 0,00 Sangat Jelek
3.8 TEKNIK ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analis data pendekatan
metode kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan
posttest kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa dari dua kelas, sedangkan
data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan hasil angket siswa. Setelah data
terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan dan analisis data-data
tersebut untuk kemudian menguji kebenaran hipotesis.
3.8.1 Pengolahan Data Tes
Data yang diolah merupakan data yang berupa nilai tes kemampuan
komunikasi dan tes kemampuan psikomotor. Yaitu merupakan nilai tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest) setelah pembelajaran. Kemudian diukur
peningkatannya (gain).
a. Penyekoran Soal Uraian
Skor untuk soal uraian / essay diadaptasu dari Generic
Mathematics Scaring Rubric-Special Review High School Proficiency
Tabel 3.5 Pedoman Penyekoran Soal Uraian
Respon Siswa Terhadap Soal Nilai
-Siswa melaksanakan prosedur sebagaimana seharusnya dan memberikan semua respon pada semua hal yang menjadi bagian dari persoalan
-Respon dan penjelasan yang diberikan jelas dan efektif (sesuai dengan apa yang ditanyakan), sehingga tidak perlu diadakan pengujian kembali terhadap jawaban yang diberikan
-Kalaupun ada kesalahan, hal tersebut hanyalah kesalahan sederhana yang tidak mengubah esensi dari jawaban yang seharusnya atau tidak melingkupi konsep-konsep yang esensial.
3
-Siswa melaksanakan hampir semua prosedur yang dianjurkan dan memberikan respon yang relevan pada beberapa bagian pertanyaan.
-Kurang jelas dalam merespon pertanyaan dan memberikan jawaban.
-Terdapat kesalahan kecil pada konsep yang esensial
2
-Respon terhadap prosedur yang diberikan tidak sempurna, bahkan terdapat kesalahan yang fatal dalam jawabannya. -Penjelasan tidak sempurna dan tidak jelas sehingga
menimbulkan pertanyaan mengenai jawaban yang diberikan
-Respon menunjukkan ketidakpahaman siswa terhadap konsep yang diberikan
1
-Ditemukan banyak kesalahan dalam pengerjaan soal. -Tidak ada penjelasan terhadap jawaban atau respon yang
diberikan
-Siswa tidak memberikan jawaban
0
b. Analisis Indeks Gain
Analisis gain dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan
komunikasi dan psikomotor siswa setelah dilakukan pembelajaran TIK
dengan menggunakan metode Multimedia Pembelajaran Model
Quantum Teaching dan kelas kontrol yang tidak mendapatkan
kelompok tersebut. Meltzer (2002) mengembangkan sebuah alternatif
untuk menjelaskan gain yang disebut indeks gain yang dirumuskan
sebagai berikut :
Hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan
gain ternormalisasi menurut klasifikasi Meltzer (2002) sebagai berikut :
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Gain
Nilai Interpretasi
0,7< ≤ 1 Tinggi
0,3 ≤ ≤ 0,7 Sedang
0 ≤ < 0,3 Rendah
c. Uji Anova
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Anova (analysis of
variance). Anova merupakan suatu cara untuk melihat perbedaan rerata
melalui pengetasan variansinya. Adapun yang dibandingkan dalam uji
hipotesis ini adalah gain ternormalisasi.
Sebelum melakukan perhitungan Anova, data yang ada dibagi
kedalam 3 kelompok, kelompok A (atas), kelompok B (tengah),
kelompok C (bawah) berdasarkan analisis nilai murni mata pelajaran
TIK pada semester sebelumnya dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kelompok A (atas) merupakan kelompok siswa yang memiliki
b. Kelompok B (tengah) merupakan kelompok siswa yang memiliki
nilai murni diantara rata-rata ( ̅̅̅ ditambah simpangan baku (s) dan
rata-rata ( ̅̅̅ dikurangi simpangan baku (s).
c. Kelompok C (tengah) merupakan kelompok siswa yang memiliki
nilai murni dibawah rata-rata ( ̅̅̅ dikurangi simpangan baku (s).
Untuk melakukan uji Anova tidak perlu dilakukan perhitungan
normalitas terlebih dahulu. Russefendi (1993:369) menyatakan bahwa
pengujian normalitas merupakan uji prasyarat bagi uji-t dalam melihat
perbedaan rerata, untuk skripsi biasanya tidak dilakukan.
Jenis Anova yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anova
satu jalur, karena hanya mempertimbangkan satu varians saja, yakni
peningkatan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa. Perbedaan
rerata dengan Anova dapat ditulis sebagai berikut :
(Russefendi, 1993 : 412) Keterangan :
RJK : variansi antar kelompok (rerata jumlah kuadrat antar)
∑ ∑
J : jumlah seluruh data N : banyak data K : banyak kelompok
nj : banyak anggota kelompok-j Ji : jumlah data dalam kelompok-j
Tabel 3.7 Rancangan Anova
H0 : tidak terjadi peningkatan kemampuan komunikasi dan psikomotor yang signifikan pada siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkan Multimedia Pembelajaran Model Quantum Teaching
H1 : terjadi peningkatan kemampuan komunikasi dan psikomotor yang signifikan pada siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkan Multimedia Pembelajaran Model Quantum Teaching Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 (dengan harapan kebenaran data mencapai 95%) dengan kriteria :
3.8.2 Pengolahan Data Non Tes
a. Lembar Observasi
Data hasil observasi dianalisis seperti hal – hal apa saja yang
tidak dilakukan dan saran yang diberikan oleh observer. Untuk
menghitung lembar observasi digunakan penilaian menggunakan skala Gutman. Skala pengukuran tipe ini, terdapat jawaban “Ya” atau
“Tidak”, “Benar” atau “Salah”, “Pernah” atau “Tidak Pernah”,
“Negatif” atau “Positif” dan lain- lain (Sugiyono 2011). Data diperoleh
dapat berupa data dua alternatif.
Skala ini digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tergas
terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Jawaban dibuat dengan
skor tertinggi 1 (satu) dan terendah 0 (nol). Untuk mengubahnya ke
dalam taksiran presentase digunakan rumus sebagai berikut :
Hasil perhitungan tersebut dapat diinterprestasikan menggunakan
tabel berikut :
Tabel 3.8 Skala Kategori Hasil Observasi Presentase Kategori
80% < S ≤ 100% Sangat Baik
60% < S ≤ 80% Baik
40% < S ≤ 60% Cukup
20% < S ≤ 40% Kurang
b. Angket
Hasil data angket diolah untuk mengetahui respon siswa
mengenai pembelajaran metode quantum teaching. Data yang diperoleh
dari angket menggunakan skala Likert.Derajat penilaian siswa terbagi
dalam lima kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS),Sangat Tidak Setuju Sekalai (STSS).
Kemudian, skala kualitatif tersebut diterjemahkan ke dalam skala
kuantitatif (Suherman,2003):
a. Untuk jawaban yang pernyataan yang bersifat positif. Jawaban SS
diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 3, STS diberi skor 2,
dan STSS diberi skor 1.
b. Untuk jawaban yang pernyataan yang bersifat negatif. Jawaban SS
diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, STS diberi skor 4,
dan STSS diberi skor 5.
Kemudian, untuk mengukur data yang telah diperoleh
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P : presentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyaknya responden
Setelah dianalisis dilakukan, jawaban kemudian diinterprestasikan
yang didapat sehingga diketahui apakah siswa merespon pembelajaran
TIK menggunakan Quantum Teaching dengan baik atau sebaliknya.
Tabel 3.9 Kategori Prosentase Hasil Jawaban Angket
(Hartati, 2010)
3.9 PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian yang akan dibahas pada sub bab ini adalah tahapan
-tahapan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Mulai dari tahap
persiapan,tahap pelaksanaan, dan tahap akhir dari penelitian yang akan
dilaksanakan.
3.9.1 Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini antara lain :
1. Studi literature berarti kegiatan yang pencarian informasi–informasi
penting tentang model pembelajaran Quantum Teaching. Dan
mempelajari model pembelajaran tersebut agar nantinya dapat
digunakan sebagai sarana untuk dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi dan psikomotor siswa dalam diskusi.
Prosentase Kategori
P = 0 Tak seorang pun 0 < P < 25 Sebagian Kecil 25 ≤ P < 50 Hampir Setengahnya
P = 50 Setengahnya 50 < P < 75 Sebagian Besar 75 ≤ P < 100 Hampir Seluruhnya
2. Studi lapangan yaitu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh data yang menggambarkan tentang suatu masalah
keadaan dan gejala di lapangan.
3. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian
4. Menyusun instrumen pembelajaran, berupa RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), media pembelajaran (multimedia
interaktif), angket, lembar observasi, soal pretest dan posttest.
5. Sebelum tes diadakan, kelayakan instrumen diteliti dan divalidasi
terlebih dahulu oleh satu dosen selain dosen pembimbing dan kepada
guru pengajar TIK.
6. Melakukan perbaikan instrumen jika ada instrumen yang dinilai
kurang layak.
7. Melakukan uji coba instrumen, berupa soal uraian, soal praktikum,
uji coba istrumen dilakukan di SMP Negeri 10 Bandung kelas IX C,
dengan jumlah siswa 41 orang.
8. Menganalisa hasil uji instrumen, berupa validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda.
9. Menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitian
10. Mengurus perizinan untuk melaksanakan penelitian di sekolah.
11. Menentukan waktu penelitian dan penyesuaian materi ajar, serta
mengetahui kondisi kelas dengan menghubungi kepala sekolah,
pembantu kepala sekolah, bagian kurikulum, dan guru mata
12. Pemilihan sampel kelas.
3.9.2 Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 10 Bandung, kegiatan yang dilakukan
pada tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan :
1. Melakukan pretest di awal pembelajaran, bertujuan untuk mengukur
kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
disusun. Pembelajaran dilakukan di laboratorium komputer.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia
pembelajaran model Quantum Teaching disesuaikan dengan
indikator-indikator kemampuan komunikasi dan psikomotornya.
Keenam tahapan tersebut secara umum dapat dipaparkan sebagai
berikut :
a. Tumbuhkan,
Pada tahapan ini siswa diberikan sebuah rangsangan minat awal
untuk mempelajari materi yang akan diberikan. Pemberian
rangsangan ini dilakukan dengan cara meberitahukan apa manfaat
yang akan didapatkan setelah mempelajari materi ini.
b. Alami
Pada tahapan ini siswa diberikan sebuah sugesti positif bahwa
tidak ada materi yang sulit. Pemberian sugesti ini dilakukan
dengan cara memberikan kaitan materi yang diajarkan dengan
c. Namai
Pada tahapan ini siswa dibimbing untuk dapat mengingat materi
yang diberikan, caranya dengan menamai materi dengan nama
yang mudah diingat. Hal ini bertujuan agar siswa mampu
mengingat lebih lama, dan menghindari penghafalan materi,
melainkan pemahaman terhadap materi.
d. Demonstrasikan
Merupakan tahapan dimana siswa diberikan sebuah demonstrasi
melalui tayangan pada media.
e. Ulangi
Siswa diminta melakukan pengulangan, dengan cara memberikan
soal dan menjawabnya di komputer mereka masing-masing.
f. Rayakan
Jika sebuah materi layak untuk dipelajari, maka setiap pencapaian
layak pula untuk dirayakan. Perayaan ini dilakukan dengan cara tepuk tangan dan berteriak “aku berhasil” di dalam kelas bersama
-sama.
4. Melakukan evaluasi pembelajaran (posttest) untuk mengetahui
peningkatan kemamampuan komunikasi dan psikomotor siswa.
3.9.3 Tahap Akhir
1. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh informasi mengenai pengaruh penggunaan multimedia
pembelajaran model Quantum Teaching.
2. Tahap analisis hasil data hasil dilakukan untuk membandingkan data
hasil pretest sebelum diberikan perlakuan dengan data hasil posttest
setelah dilakukan perlakuan.
3. Uji hipotesis dilakukan untuk penarikan kesimpulan, menolak atau
menerima hasil hipotesis berdasarkan hasil pengolahan data.
4. Menyimpulkan hasil kesimpulan penelitian berdasarkan hasil uji
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian quasi eksperimen dalam penerapan Multimedia
pembelajaran model Quantum menunjukkan bahwa :
1. Penerapan multimedia pembelajaran quantum teaching mampu
meningkatkan kemampuan komunikasi dan psikomotor siswa sebanyak 0,71
dan 0,72 point untuk kelompok atas dan tengah, dilihat dari indeks gain
normal.
2. Sebanyak 75% atau hampir semua siswa merespon positif terhadap
penerapan multimedia pembelajaran quantum teaching dilihat dari hasil
angket yang disebarkan setelah melakukan penelitian.
5.2 REKOMENDASI
Berdasarkan poin – poin kesimpulan di atas, peneliti merekomendasikan
beberapa hal untuk dapat dijadikan sebuah pertimbangan pemikirian, diantaranya :
Multimedia pembelajaran model Quantum Teaching merupakan alternatif meodel
pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan minat siswa dalam
belajar untuk bisa berkomunikasi dan mempraktekan apa yang diajarkan, maka
1. Pada saat sebelum pelaksanaan guru harus mempersiapkan segala aspek
pendukung seperti Rencana Persiapan Pembelajaran yang sistematis
sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran nantinya. Selain
itu guru juga harus mempersiapkan alat bantu, karena dalam metode ini alat
bantu ikut berperan dalam meningkatkan minat siswa.
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam metode ini adalah multimedia
pembelajaran baik guru maupun siswa sudah sangat mengenal bahkan
mungkin sudah fasih dalam menggunakannya, sehingga tidak akan
mengalami kerepotan dalam pembuatan maupun peragaan media.
3. Pengkondisian saat belajar harus sangat diperhatikan. Karena pada saat
menggunakan model ini di kelas siswa diarahkan agar bisa menyenangi
kelas dan suasananya, sehingga kelas dibuat sangat menyenangkan seperti
sedang dalam permainan.
4. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya ditindaklanjuti dengan cara
mengembangkan penelitian sejenis tetapi dengan pokok bahasan yang
berbeda. Sehingga dapat dilihat bahwa penerapan multimedia pembelajaran
model Quantum Teaching ini memang sangat sesuai untuk diterpakan pada
materi TIK lainnya.
5. Fasilitas laboratorium komputer sebagai faktor pendukung lain dalam
penerapan meodel ini harus memadai, agar efektifitas pembelajaran dapat
Daftar Pustaka
_________. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum.
_________. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : UPI
Ali,dkk.(2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Tandur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi. [Online].Tersedia:
http://jurnal.upi.edu/find/view/811/PENERAPAN%20STRATEGI%20PEMBE LAJARAN%20TANDUR%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20HASIL% 20BELAJAR%20SISWA%20PADAMATA%20PELAJARAN%20TEKNOL OGI%20INFORMASI%20DAN%20KOMUNIKASI [15 Juli 2012]
A'la,Miftahul.(2010).Quantum Teaching.JogyaKarta: DIVAPres
Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara
_________.(2005).Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara
Binato,Iwan.(2009). Metode Pengembangan Multimedia. [Online] tersedia : http://iwanbinanto.com/2009/01/19/metode-pengembangan-multimedia/[13
Juni 2013]
93
Halimah, Lely. (2007). Menumbuhkembangkan Kecerdasan Majemuk Siswa SD melalui Penerapan Metodolodi Quantum Teaching dalam Pembelajaran
Tematik. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Vol._V_No._7 _April_2007/Menumbuhkembangkan_Kecerdasan_Majemuk_Siswa_SD_mela lui_Penerapan_Metodologi_Quantum_Teaching_dalam_Pembelajaran_Temati k_%28Developing_Multiple_Intelligences_of_Elementry_Student_Through_th e_Appli.pdf [15 Juli 2012]
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.Hidayat, Rudi; Nana Juhana; dan Deden Suryana. (2006). Teknologi Informasi dan Komunikasi Jilid 1 untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Hermawan, Hendy.(2010).Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Bandung : Citra Prima
Mahajan, Gourav. (2012). Multimedia in Teacher Education: Perceptions & Uses. Journal of Education and Practice [Online], 3, (1), 5-13. Tersedia:
ww.iiste.org. [14Juni 2013]
Mukhtar.(2011).Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi(Sebuah Orientasi Baru).Jakarta : GPPres
Mulyanah, Ade.(2012).PENGAJARAN QUANTUM ( QUANTUM TEACHING) DALAM PENGAJARAN TATA BAHASA TINGKAT DASAR BAGI PENUTUR
ASING (BIPA).[Online]. Tersedia:
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Nazir,M.(2005).Metode Penelitian.Bogor:Ghalia Indonesia.
Nurbaiti. (2011). Peringkat Pendidikan Indonesia Menurun. [Online] Tersedia :
http://nurbaiti45.wordpress.com/2011/05/15/peringkat-pendidikan-indonesia-menurun/ [7 Februari 2012]
Ruseffendi. E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta. Bandung : Tarsito.
Rusman.(2011).Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru.Jakarta : RajawaliPres
Rustaman, Nuryani. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : UPI
Sanjaya, Wina. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sudjana, Nana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sugiyono.(2008).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta
________.(2010).Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Suherman S. Ar.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI
Sumardi. (2011). Taksonomi Bloom : Mengembangkan Strategi Berpikir Berbasis TIK. [Online]. Tersedia
Sutopo, Ariesto Hadi. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Syamsudin,Abin.(2007).Psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosda Karya
Wardhana,Y.(2010).Teori Belajar dan Mengajar. Bandung : Pribumi Mekar
Widodo, Aris.(2009).Pengaruh Metode Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Bangunan Gedung di SMKN 3
Semarang.[Online]