• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Model Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kota Padangsidimpuan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Model Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kota Padangsidimpuan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Model Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kota Padangsidimpuan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

1

Ali Amran, M.Si,

2

Zilfaroni, MA

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, IAIN Padangsidimpuan e-mail;

1

amranhsbz2@gmail.com,

2

zilfa83@gmail.com

Abstact

This research is about how to increase community empowerment through the dynamic process of human capital and physical capital. The relationship between capital and empowerment improvement will be tested by placing the empowerment process as a mediating variable to explain the related activities. The functioning of the government in strengthening and empowering the community through assistance and community self-help requires assistance based on needs and coordination. Data retrieval was sourced from primary data collected using a survey method using a questionnaire.

There is a correlation where the higher the empowerment process will be able to create community empowerment. The existence of sufficient human resources and natural resources is the main capital of empowerment. The application of the results of this study is that empowerment wants the development of human capital, and it will be even better if empowerment is supported by the development of the ability of the perpetrators of empowerment.

Keywords: Model, Empowerment, Village Community

Abstrak

Penelitian ini tentang bagaimana meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui proses dinamis modal manusia dan modal fisik. Hubungan antara modal dan perbaikan keberdayaan akan diuji dengan meletakkan proses pemberdayaan sebagai variabel mediasi untuk menjelaskan aktivitas-aktivitas yang terkait.

Keberfungsian pihak pemerintah dalam menguatkan serta memberdayakan masyarakat melalui bantuan dan swadaya masyarakat membutuhkan pendampingan berasaskan kebutuhan dan koordinasi. Pengambilan data bersumber pada data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuesioner.

Terdapat korelasi dimana semakin tinggi proses pemberdayaan akan dapat menciptakan keberdayaan masyarakat. Keberadaan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang cukup menjadi modal utama pemberdayaan. Penerapan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pemberdayaan menginginkan pengembangan modal manusia, dan akan lebih baik lagi jika pemberdayaan didukung oleh pengembangan kemampuan pelaku pemberdayaan.

Kata kunci: Model, Pemberdayaan, Masyarakat Desa

PENDAHULUAN.

(2)

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang mengedepankan pelibatan masyarakat dalam semua tahapan pembangunan. Pendekatan pemberdayaan ini menjadikan masyarakat tidak hanya penerima manfaat pembangunan melainkan memposisikan masyarakat sebagai pelaku dalam pembangunan. Prinsip top-down tidak lagi efektif diterapkan pada program- program pembangunan yang didanai oleh pemerintah. Pembangunan itu harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat bukan disesuaikan dengan keinginan masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat harus benar-benar memperhatikan proses dari suatu program

Metode pambangunan melalui pendekatan alternatif pemberdayaan masyarakat di Indonesia, telah dimulai sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kesejahteraan Sosial. Pada pasal 1 disebutkan bahwa setiap warga Negara berhak atas kesejahteraan sosial yang layak dan berkewajiban ikut serta dalam mewujudkan usaha-usaha kesejahteraan sosial. Seiring berkembang problematika kehidupan ekonomi bangsa dan negara, peraturan tersebut disempurnakan dengan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Usaha kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.

1

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan pembangunan yang diatur secara formal baru mulai pada saat undang-undang ini disahkan

A. Konsep dan Teori Pemberdayaan

Definisi Pemberdayaan dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek bahasa (etimologis) dan aspek istilah (epistemologi). Secara bahasa kata pemberdayaan memiliki kata dasar „daya‟ yang artinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan untuk melakukan tindakan.

2

Kata daya mendapatkan awalan “ber” sehingga menjadi berdaya

3

. Berarti (a) berkekuatan; berkemampuan; bertenaga; (b) mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu. Selanjutnya, kata berdaya kembali mendapatkan imbuhan pe-an, sehingga menjadi kata pemberdayaan. Pemberdayaan berarti to give power or authority to artinya memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain atau to give ablity or enable artinya upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan. Pemberdayaan dalam bahasa Inggris disebut empower artinya memberi kuasa atau wewenang kepada (orang lain). Istilah pemberdayaan masyarakat sebagai terjemahan dari kata empowerment mulai ramai dibicarakan bersandingan dengan pengentasan kemiskinan (poverty alleviation) Theresia Aprillia et.e

4

Upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu

1

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

2

Kamus Besar Bahasa Indonesia,

“Arti Kata daya,”

http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=daya&varbidang=all&vardialek=all&varragam=a ll&varkelas=all&submit=tabel (akses 13 Agustus 2019)

3

http://artikata.com/arti-362279-berdaya.html

(3)

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).

2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Memberdayakan mengandung pula arti melindungi (advokasi). Maksudnya, dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat

B. Pemberdayaan Daerah

Pemberdayaan daerah dapat dilihat dari dua aspek yaitu koordinasi antar instansi dan keterkaitan hubungan kota-desa

5

. Pertama, hubungan antar instansi baik pusat, provinsi dan kabupaten/kota seringkali tidak seirama dan terbinanya hubungan yang vertikal. Selain itu, setiap instansi hanya bertanggungjawab atas program yang dirumuskan oleh instansinya tanpa mau melakukan sinkronisasi program lintas lembaga. Hubungan yang efektif dalam program pembangunan masyarakat adalah membina hubungan yang horizontal dan terbinanya koordinasi yang baik.

Hubungan yang demikian itu akan melahirkan keuntungan yaitu;

1). Terhindarnya duplikasi program dan imitasi rencana, 2). Menjaga kesinambungan program dan mencegah kesenjangan antara pembangunan fasilitas dengan penggunaan tenaga ahli yang diperlukan oleh instansi, 3).

Menciptakan pelayanan yang memuaskan karena kelemahan program masing-masing instansi dapat disempurnakan dan keunggulan strategi pun dapat ditularkan. Kedua, keterkaitan kota dengan desa dalam pembangunan. Pemerintah berasumsi bahwa pembangunan kota dengan desa tidak memiliki hubungan sehingga pada umumnya pemerintah menggunakan strategi yang menempatkan pembangunan desa suatu yang terpisah dari pembangunan perkotaan. Padahal, ada hubungan signifikan antara desa dan kota, yaitu 1) peningkatan hasil pertanian di pedesaan akan membawa dampak bagi pertumbuhan dan kemajuan perkotaan. 2) peningkatan dan variasi produksi pertanian di pedesaan akan memicu tumbuhnya pusat-pusat perdagangan di perkotaan, 3) fluktuasi kesempatan kerja dan penyempitan lahan pertanian di desa akan memicu arus urbanisasi karena di perkotaan lapangan kerja tersedia luas dan lebih beragam. Hubungan-hubungan tersebut memberikan pemahaman bahwa terdapat hubungan timbal balik kemajuan desa dengan kota.

Pembangunan pedesaan hendaknya dapat memperkuat kota sebagai tempat yang akan memasarkan hasil-hasil pertanian ke semua lapisan masyarakat dan penampung tenaga kerja yang berlebihan di pedesaan serta pensuplai kebutuhan pertanian bagi masyarakat pedesaan.

Oleh karena itu, pembangunan desa haruslah memperhatikan tingkat kemampuan kota dan tidak sekedar mempertahankan swasembada pangan semata.

5

Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta;

Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 15-18

(4)

C. Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat, digunakan secara umum dan luas. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan).

Partisipasi menurut menurut Nogi (2005) adalah keterlibatan seseorang dalam kegiatan bersama yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Partisipasi menurut Steele adalah:

Merupakan unsur kunci pembangunan, pengertian partisipasi bukan semata-mata melalui pilihan umum saja, ia juga mengandung suatu sistem yang benar-benar menjamin terwujudnya hak sosial dan ekonomi, setelah hak- hak sipil dan politik serta pendidikan kewarganegaraan. Di dalamnya harus ada budaya partisipasi (aculture of participation) di mana rakyat membutuhkan sejumlah kemampuan dan sumber daya untuk berperan.

Sedangkan menurut Keith Davis mengemukakan bahwa partisipasi adalah “Participation can be defined as mental and emotional involvement of a person in a group situation which encourages him to group goals and share responbility in them”. Artinya partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Berdasarkan definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang di ikut sertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan disekitarnya dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, dan keinginan. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya, Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Istilah

“rakyat” menunjuk pada adanya jumlah yang besar dari “penduduk” yang

memiliki kehendak umum bersama (masyarakat sipil) dan dihadapkan pada

pemerintah yang mengatur dan memerintah kehendak tadi. Sehingga dengan

demikian terdapat kepentingan akan terprioritas dengan jelas. Menurut

Budiarjo bahwa masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan

yang di tata (societymeans a system of ordered relation)”. Menurut Ralp

masyarakat adalah setiap kelompok yang telah cukup lama hidup dan bekerja

sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir

tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

(5)

D. Model Dan Fungsinya

Menurut Deutsch dalam Severin dan Tankard (2008), “Model adalah struktur simbol dan aturan kerja yang diharapkan selaras dengan serangkaian poin yang relevan dalam struktur atau proses yang ada.

6

Model sangat vital untuk memahami proses yang lebih kompleks”. Jadi, berdasarkan pandangan Deutsch, model merupakan struktur simbol dalam sebuah proses guna memahami proses yang sifatnya kompleks. Struktur ini bisa terlihat bila divisualisasikan. model menurut. Mulyana adalah wakil dari gejala dengan menonjolkan unsur unsur yang dianggap penting oleh pembuatnya. Aubrey Fisher dalam Mulyana, (2007) merumuskan, “Model adalah analogi yang mengabstrasikan dan memilih bagian dari keseluruhan unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori.

Fungsi adalah tugas pokok dari sesuatu. Jadi fungsi model berarti tugas pokok dari model. Menurut Deutsch dalam Severin and Tankard (2008), fungsi model adalah: (1) Mengorganisasi, yakni mengatur dan menghubungkan data yang tidak terlihat sebelumnya. (2) Heuristic, yakni memberi kemungkinan menuju metode baru yang belum dikenal. (3) Prediktif, yakni melakukan prediksi yang bersifat kuantitatif mengenai kapan dan seberapa banyak. (4) Pengukuran, data yang diperoleh dengan bantuan sebuah model bisa menjadi suatu ukuran baik sekedar ranking atau sekala rasio penuh,

7

Sedangkan menurut Gordon, Wiseman dan Larry Barker dalam (Mulyana, 2007), model komunikasi mempunyai tiga fungsi; pertama melukiskan proses komunikasi; kedua, menunjukkan hubungan visual; dan ketiga, membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.

8

E. Konsep dan pendekatan Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang muncul sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat barat, terutamanya Benua Eropa. Konsep ini muncul sejak decade 70-an dan kemudian terus berkembang sampai saat ini.

9

Konsep pemberdayaan diartikan sebagai proses melepaskan situasi atau keadaan ketertekanan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, kehilangan atau ketiadaan otoritas, keterpinggiran, ketersisihan, kebangkitan dari kekalahan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kelemahan/powerless. Dengan diberdayakan diharapkan dapat memberikan energi dan kekuatan baru untuk

6

Severin, W. J., Tankard, J. W. (2008). Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terapan

di dalam Media Massa (Edisi Kelima). Jakarta: Kencana Media Group.

7

Severin, W. J., Tankard, J. W. (2008). Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terapan

di dalam Media Massa (Edisi Kelima). Jakarta: Kencana Media Group

8

Mulyana, D. (2007). Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

9

Saifuddin Yunus, Suadi dan Fadli, “Model Pemberdayaan Masyarakat Terpadu,”

Cetakan I (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2017), 1.

(6)

dapat mereposisi status yang lemah menjadi setara dan sejajar dengan status yang diharapkan.

10

Pemberdayaan tidak sekedar memberikan kewenangan atau kekuasaan kepada pihak yang lemah saja. Pada pemberdayaan terkandung makna proses pendidikan dalam meningkatkan kualitas individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mampu berdaya, memiliki daya saing, serta mampu hidup mandiri.

Pemberdayaan adalah menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri.

Saat pelaksanaanya, pemberdayaan memiliki makna: dorongan atau motivasi, bimbingan, atau pendampingan dalam meningkatkan kemampuan individu atau masyarakat untuk mampu mandiri. Upaya tersebut merupakan sebuah tahapan dari proses pemberdayaan dalam mengubah perilaku, mengubah kebiasaan lama menuju perilaku baru yang lebih baik, dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.

11

Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 11.

Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

12

Menurut pendapat penulis dari pengertian konsep pemberdayaan di atas adalah memberdayakan masyarakat lemah yang tadinya tidak berdaya menjadi berdaya, pemberdayaan yang maksimal tentunya sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berpotensi dalam ekonomi, karena istilah pemberdayaan dapat dikatakan sebagai konsep pembangunan.

Pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat dianggap perlu agar pemberdayaan itu sendiri menjadi tepat sasaran. Dalam buku Suharto (2005:

67). Pelaksana proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan yang dapat disingkat 5P, yaitu:

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus

10

Nyoman Sumaryadi, “Sosiologi Pemerintahan Dari Perspektif Pelayanan, Pemberdayaan, Interaksi, dan Sistem kepemimpinan Pemerintahan Indonesia” (Bogor: Ghalia Indonesia, 2018), 57–58.

12

Al-Qur’an, 13:11.

(7)

mampu membebaskan masyarakat dari sekar-sekar kultural dan struktural yang menghambat.

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Dubois dan Miley dalam bukunya Suharto (2005: 68). Memberi beberapa titik atau teknik yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat:

1. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati, menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (self- determination), menghargai perbedaan dan keunikan individu, menekankan kerja sama klien (client partnership)

2. Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri klien, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, dan menjaga kerahasiaan klien.

3. Terlibat dalam pemecahan masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien, merangkai tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar dan melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.

4. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui ketaatan terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam pengembangan profesional, riset, dan perumusan kebijakan, penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.

Berdasarkan dari penjelasan di atas adalah bahwa banyak cara yang

dilakukan dalam tahap pemberdayaan masyarakat masing-masing tahap

(8)

tentunya memberikan gambaran bahwa dengan melakukan tahapan tersebut pemberdayaan masyarakat akan berjalan dengan sesuai harapan. Namun dalam tahapan pemberdayaan masyarakat yang paling penting adalah konsistensi dengan tujuan karena terkadang kondisi masyarakat yang tidak selalu sama sewaktu-waktu dapat menyebabkan kegagalan dalam pemberdayaan masyarakat

F. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan

Terdapat beberapa prinsip dalam pemberdayaan yaitu menurut Ife dan Kartasasmita dalam bukunya Indrawijaya dan Pranoto (2011: 64-65), yaitu:

1. Prinsip partisipasi, bahwa kegiatan pemberdayaan dalam pelaksanaannya harus lebih banyak melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat miskin sendiri mulai dari tahap perencanaan program, pelaksanaan, pengawasan sampai tahap memetik hasil.

2. Prinsip sustainability, mengarahkan hasil-hasil yang dicapai melalui kegiatan pemberdayaan hendaknya dapat di lestarikan masyarakat sendiri sehingga menciptakan pemupukan modal dalam wadah sosial ekonomi setempat

3. Prinsip demokratis, menghendaki agar rakyat dalam kegiatan pemberdayaan perlu diberikan kesempatan dan keleluasaan kepada dalam hal untuk menentukan sendiri strategi dan arah pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas yang mereka miliki.

4. Prinsip transparansi, mengisyaratkan bahwa kegiatan pemberdayaan itu melibatkan berbagai pihak sehingga dalam pengelolaan sumber daya- sumber daya. Terutama keuangan harus dilakukan secara transparan, (terbuka) agar semua pihak ikut memantau dan mengawasi penyaluran dan mulai dari pihak sponsor sampai pada masyarakat sasaran.

5. Prinsip akuntabilitas, mengharuskan pengelolaan keuangan harus dapat dilakukan oleh masyarakat dan pelaksana secara terpusat atau tersentralisasi dengan petunjuk dan aturan yang ketat yang dilakukan oleh pemerintah.

6. Prinsip desentralisasi, dimaksudkan bahwa pelaksanaan kegiatan pemberdayaan bukan lagi dilakukan secara terpusat atau tersentralisasi dengan petunjuk dan aturan yang ketat yang dilakukan oleh pemerintah.

7. Prinsip profitable, memberikan pendapat yang memadai dan mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis.

8. Prinsip acceptable, mengarahkan agar bantuan yang diberikan kepada kelompok sasaran hendaknya dikelola sedemikian rupa agar mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat sebagai pelaksana serta pengelola.

Prinsip replicable, mengisyaratkan agar pengelola program pemberdayaan

agar dapat memperhatikan aspek pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat

(9)

dengan mudah digulirkan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.

Peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui bantuan dana yang dapat diciptakan dari kegiatan sosial ekonomi dengan menganut beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat kelompok sasaran (acceptable).

2. Dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat di pertanggungjawabkan (accountable)

3. Memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis (profitable)

4. Hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat (sustainable)

5. Pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas (replicable).

Sumodiningrat juga mengemukakan indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang mencakup:

1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya pemodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial dengan kelompok lain.

5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya

Kesimpulan dalam penjelasan prinsip pemberdayaan masyarakat

adalah bahwa dalam mengukur keberhasilan sebuah pemberdayaan

masyarakat diperlukan indikator-indikator yang telah di jelaskan di atas

namun indikator yang terpenting dalam mengukur sebuah keberhasilan

dalam pemberdayaan masyarakat adalah terciptanya kemandirian

masyarakat dimana masyarakat dapat mengatasi sendiri permasalahan

yang ada di lingkungannya tanpa bergantung kepada pemerintah sehingga

dalam hal ini pemerintah tidak lagi menjadi fasilitator seperti yang saat ini

kebanyakan terjadi.

(10)

G. Studi Model Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kota Padangsidimpuan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

Pemberdayaan masyarakat desa merupakan salah satu program pemerintah desa dalam memanfaatkan sumber daya yang ada supaya dapat berkembang serta dapat membantu proses kemajuan desa, dengan meningkatkatnya perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Model pemberdayaan masyarakat desa pada bidang formal di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat diidentifikasikan beberapa hal pokok yaitu:

a) Dinas PMD memiliki tiga bidang yaitu, Bidang Pemerintahan Desa, Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan kelembagaan Desa. Setiap bidang memiliki programnya masing-masing seperti:

1) Bidang pemberdayaan desa memiliki program yaitu, pemberdayaan lembaga-lembaga di Desa seperti LKMD, pemberdayaan dilakukan melalui penguatan lembaga, sosialisasi tusi lembaga desa mulai dari LKMD, LPMD, PPK Desa, Karang Taruna dan Kelompok Binaan PKK. Program pemberdayaan desa dilaksanakan melalui desa binaan, terdapat 15 desa binaan dari seluruh wilayah sekitar Kabupaten Tapanuli Selatan dari lintas OPD. Khusus PMD memiliki 3 desa binaan dalam setahun. Program kegiatan pembinaan desa seperti memasak, keterampilan menjahit dan lain sebagainya.

2) Proses pelaksanaan program desa binaan melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, sesuai dengan program binaan, misalnya pemberdayaan di bidang pertanian melibatkan dinas pertanian, desa wisata melibatkan dinas pariwisata dan lain sebagainya.

13

“Program kegiatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan oleh Dinas Sosial melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan pemberian bantuan sembako bagi masyarakat yang kurang mampu. Program kegiatan Program Keluarga Harapan (PKH) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat agar masyarakat keluar dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang disebut dengan graduasi.

Dengan pelaksanaan program Keluarga Harapan ditargetnya penerima program ini untuk tahun berikutnya tidak lagi terdaftar sebagai penerima akan tetapi sudah keluar dari penerima PKH tersebut. Proses seleksi penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dilakukan melalui musyawarah desa kemudian direkomendasikan kepada Dinas Sosial.

Kementerian Sosial Republik Indonesia di Jakarta turut berpartisipasi dalam melakukan proses seleksi anggota Program Keluarga Harapan (PKH), setelah melalui persetujuan atau rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten Tapanuli Selatan. Data Badan Pusat Statusti Kabupaten Tapanuli Selatan menyebutkan bahwa daerah berpenduduk 278.587

4

jiwa hanya 40 persen dari jumlah penduduk yang akan menerima PKH dan sembako.

13

Moraisyah Parlaungan Harahap, Kabid Pemberdayaan Kelembagaan Dan Desa, Kantor

PMD Kabupaten Tapanuli Selatan, Wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul : 10:00 – 11:00 WIB

(11)

Penerima PKH harus terdata dalam DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) Kementerian Sosial Republik Indonesia.”

14

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa model pemberdayaan masyarakat desa pada bidang formal di Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan dilakukan dengan penerapan kebijakan langsung dari lembaga atau dinas terkait dalam program pemberdayaan masyarakat, atau dapat disebut metoda top down, dari atas ke bawah. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di desa langsung dikelola oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Sosial Republik Indonesia melibatkan dinas terkait. Masyarakat dalam hal ini hanya menerima dan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat tersebut.

b) Komparasi model pemberdayaan masyarakat desa pada bidang penyelenggaraan program di kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan

Pemberdayaan masyarakat pada bidang penyelenggaraan program di KabupatenTapanuli Selatan mencakup pada bidang pemerintahan, kelembagaan, ekonomi masyarakat, dan pendidikan.

Pemberdayaan masyarakat di bidang pemerintahan desa mencakup semua sumber daya yang ada di pemerintahan desa seperti kepala desa, perangkat desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Bentuk kegiatan dari pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, musyawarah dalam penyusunan program-program desa, koordinasi dalam pelaksanaan program-program desa, dan peningkatan kualitas kinerja di pemerintahan desa. Dengan adanya program pemberdayaan ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja pada pemerintahan desa dalam membangun serta memajukan desa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pemberdayaan Kelembagaan dan Desa mengatakan bahwa:

“Program kegiatan turun ke desa melibatkan OPD (Organisasi Perangkat Desa) lainnya sesuai dengan topik program yang sedang dilaksanakan, seperti pemberdayaan bidang ekonomi akan bekerjasama dengan Dinas Sosial, pembuatan bibit pertanian akan bekerjasama dengan Dinas Ketapang dan lain sebagainya.

Jadwal pembinaan masyarakat desa dilakukan tiga kali dalam seminggu dengan melibatkan 3 aparat dari PMD (pemberdayaan masyarakat desa). Pada tahun 2020 program desa binaan dilaksanakan sebanyak 15 desa, dengan kualifikasi 3 desa khusus binaan PMD (pemberdayaan masyarakat desa), dan 12 desa binaan OPD (organisasi

14

Samsiati, Kabid Pemberdayaan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Tapanuli Selatan,

Wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul : 11:00 – 12:00 wib

(12)

perangkat desa) lainnya dari 212 yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.”

15

Program pemberdayaan masyarakat di bidang kelembagaan mencakup semua lembaga kemasyarakatan yang ada di desa bersangkutan se-Kabupaten Tapanuli Selatan. Program ini bertujuan untuk membangun lembaga yang lebih terarah, produktif, dan terorganisir serta dapat menjalankan fungsi dari lembaga. Bentuk program pemberdayaan kelembagaan ini dapat berupa pelatihan tentang manajemen pengelolaan lembaga, penyelenggaraan kegiatan, dan peningkatan sarana/prasarana. Dengan program pemberdayaan tersebut di bidang kelembagaan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan fungsi lembaga agar dapat membantu pemerintah desa dalam menjalankan roda pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pemberdayaan Kelembagaan dan Desa mengatakan bahwa:

“Pemberdayaan masyarakat pada bidang kelembagaan desa dalam hal ini aparat dari dinas PMD (Pemberdayaan Pasyarakat Desa) mendampingi pengurus lembaga desa tersebut untuk menggalakkan Gotong Royong dan kegiatan lainnya di masyarakat desa, dengan terjadwal satu kali dalam seminggu tim turun ke lapangan.

Khusus binaan PMD (pemberdayaan masyarakat desa) dilaksanakan melalui program sebagai berikut:

1) Program terpadu peningkatan peranan wanita menuju warga sehat sejahtera (PTP2WKSS), dilaksanakan di Desa Sibakkua, Kecamatan Angkola Barat.

2) Kegiatan Tertib administrasi PKK di Desa Huta Ginjang dan Tapus, Kecamatan Aek Billah.

Hasil Program desa binaan ini akan diperlombakan di tingkat provinsi, namun pada tahun 2020 di pending dahulu dikarenakan musibah Covid 19 dan akan diperlombakan kembali pada tahun 2021.”

16

Selanjutnya program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian desa. Program ini mencakup pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), industri rumah tangga, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), kelompok tani, pasar, serta penunjang ekonomi

15

Moraisyah Parlaungan Harahap, Kabid Pemberdayaan Kelembagaan Dan Desa, Kantor PMD Kabupaten Tapanuli Selatan, Wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul : 10:00 – 11:00 WIB

16

Moraisyah Parlaungan Harahap, Kabid Pemberdayaan Kelembagaan Dan Desa, Kantor PMD Kabupaten Tapanuli Selatan, Wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul : 10:00 – 11:00 WIB

(13)

masyarakat lainnya. Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, workshop, pemodalan/permodalan, bantuan alat produksi, peningkatan sarana/prasarana dan lain-lain. Adanya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.

“Program pemberdayaan yang dilakukan Dinas Sosial berupaya memaksimalkan program PKH (Program Keluarga Karapan) agar masyarakat mengalami peningkatan pada ekonomi dan keluar dari keluarga penerima PKH (Program Keluarga Harapan) sebagai keluarga mandiri dan sejahtera. Pembinaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial, berupa pendampingan peserta PKH (Program Keluarga Harapan) oleh tenaga pendamping yang professional, merekalah yang dilibatkan secara langsung dalam membuat program pemberdayaan masyarakat di berbagai desa.”

17

Koordinasi dengan PMD (Pemberdayaan Masyarakat Desa) dalam pemberdayaan desa diperoleh informasi bahwa:

“program pemberdayaan di bidang ekonomi yakni memfasilitasi pendirian lembaga ekonomi desa yakni BUMDES (Badan Usaha Milik Desa), sekarang ada di 12 desa di Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun demikian dan usaha BUMDES yang sudah berdiri tersebut belum semuanya berjalan secara maksimal contohnya seperti BUMDES Desa Palsabolas, belum berjalan dengan baik karena tidak adanya penyertaan modal dari dana desa dan masih kurangnya Sumber Daya Manusia yang dapat mengelola BUMDes bersangkutan.

Saat ini Kabupaten Tapanuli Selatan sudah terdapat 14 (empat belas) BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang jika digabung permodalannya memiliki aset 36 Miliar, hal ini cukup berpotensi untuk dikembangkan, namun kenyataannya tetap saja belum berjalan dengan baik.

Adapun kendala yang dihadapi dalam pengelolaan BUMDES (badan usaha milik desa) adalah kurangnya SDM (sumber daya manusia) yang bisa diandalikan dalam pengelolaan BUMDES (badan usaha milik desa) misalnya, manajemen bisnis, manajemen keuangan dan perencanaan, pembuatan laporan keuangan. Berdasarkan hal itu dengan ketiadaan SDM yang kurang mumpuni maka pada umumnya BUMDES-BUMDES yang bediri belum dapat beroperasi dengan baik”

18

Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PNPM pedesaan atau pendamping desa diperoleh informasi sebagai berikut: “Pendamping Desa ada tiga bidang, salah satunya adalah

17

Aprita, Kasi Identifikasi dan penguatan Kapasitas, Dinas Sosial Kabupaten Tapanuli Selatan, wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul: 11:00-!2:00 Wib

18

Dodi Tagor Alfonso, Pendamping Desa Kecamatan Angkola Timur, Kantor Desa

Pargarutan Julu, wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul: 15:00 WIB

(14)

bidang Pemberdayaan Masyarakat. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Pendamping Desa berperan sebagai fasilitator, sekitar tahun 2012-2015 namanya adalah PNPM (program nasional pemberdayaan masyarakat).

Sejak tahun 2015 PNPM (program nasional pemberdayaan masyarakat) tidak ada lagi dan dilanjutkan dengan Pendamping Desa.

Proses pembangunan dan pemberdayaan desa sistemnya adalah open menu, program pembangunan apa saja yang akan dilaksanakan disetiap desa akan diserahkan kepada masyarakat desanya. Program pembangunan desa mana saja yang akan dilaksanakan akan dibahas dalam musyawarah desa, dalam hal ini Pendamping Desa dilibatkan dan menjadi fasilitator dalam penentuan program pembangunan, dituangkan dalam RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah daerah), Pendamping Desa memberi saran dan rekomendasi jenis pembangunan yang akan dilaksanakan, dan pendamping dari segi regulasinya. Akan tetapi kenyataannya tidak semua rekomendasi dari pendamping desa yang dilaksanakan oleh pemerintah desa.

Pembangunan umumnya lebih banyak dilaksanakan dalam bidang fisik seperti peningkatan sarana dan prasarana desa, dan hanya sedikit pemberdayaan masyarakat pada bidang ekonomi. Beberapa program pemberdayaan yang dilaksanakan dalam bentuk pendampingan misalnya: pembinaan lembaga desa, supaya terlibat dengan pembangunan desa, agar lembaga-lembaga desa bisa bersinergi dalam pembangunan desa, juga membuat berbagai pelatihan.

Berdasarkan hal ini Pendamping desa hanya sebagai fasilitator.”

19

Disamping itu program pemberdayaan masyarakat lainnya yang dilaksanakan adalah program pemberdayaan di bidang pendidikan merupakan program pemerintah desa dalam meningkatkan pendidikan masyarakat agar lebih berkualitas dan kompeten. Sasaran dari pemberdayaan ini tidak hanya ditujukan kepada para pelajar saja, namun juga kepada para pengajar maupun lembaga pendidikan lainnya. Bentuk dari pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan guru, peningkatan sarana dan prasarana, bantuan biaya pendidikan untuk masyarakat kurang mampu, beasiswa untuk siswa yang berprestasi, dan lain-lain. Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat serta menciptakan masyarakat yang berkualitas dan kompeten.

“Program pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan melalui program KIP ( kartu Indonesia Pintar) sekolah, dalam hal ini Dinas Sosial terlibat dalam calon penerima KIP (kartu Indonesia

19

Dodi Tagor Alfonso, Pendamping Desa Kecamatan Angkola Timur, Kantor Desa

Pargarutan Julu, wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul: 15:00 WIB

(15)

Pintar) sekolah harus melalui rekomendasi dari Dinas Sosial terlebih dahulu.”

20

Koordinasi dengan PMD dalam pemberdayaan masyarakat pada bidang pendidikan diperoleh informasi bahwa: “pemberdayaan masyarakat desa pada bidang pendidikan yaitu peningkatan SDM (sumber daya manusia) masyarakat, misalnya dalam bentuk pelatihan- pelatihan peningkatan kemampuan masyarakat desa Kabupaten Tapanuli Selatan.”

21

c) Komparasi model pemberdayaan masyarakat desa pada bidang monitoring dan evaluasi program di Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan

Hal utama dalam pemberdayaan masyarakat desa adalah mewujudkan masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi dan kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip–prinsip pemberdayaan.

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/ material.

Untuk mengevaluasi keberhasilan suatu program pemberdayaan dalam hal ini dilakukan langsung oleh dinas terkait dengan beberapa tahapan yang dilakukan, misalnya dengan melakukan monitoring secara terjadwal dan berkala ke desa-desa penerima manfaat dari program pemberdayaan masyarakat desa yang dilakukan.

Dalam hal pelaksanaan evaluasi dan monitoring ini dari dua daerah yang menjadi lokasi penelitian baik di Kota Padangsidimpuan maupun Kabupaten Tapanuli Selatan, menerapkan pola yang sama yakni dengan melakukan evaluasi dan monitoring setiap program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan.

Upaya memberdayakan masyarakat Desa Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu:

20

Aprita, Kasi Identifikasi dan penguatan Kapasitas, Dinas Sosial Kabupaten Tapanuli Selatan, wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul: 11:00-!2:00 WIB

21

Dodi Tagor Alfonso, Pendamping Desa Kecamatan Angkola Timur, Kantor Desa

Pargarutan Julu, wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul: 15:00 WIB

(16)

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, dimana yang dipakai sebagai titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masyarakat, memiliki setiap potensi yang dapat dikembangkan.

2. Memperkuat, potensi atau daya yang dimiliki masyarakat Desa dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif, selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini mengikuti langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.

3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi, dalam proses pemberdayaan, harus di cegah yang lemah menjadi bertambah lemah oleh karena kekurangan pemberdayaan, Oleh karena itu perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat desa secara berkesinambungan.

Pemberdayaan dalam hal ini menekankan pada pemberdayaan menyangkut aspek sumber daya manusianya.

Sumber Daya Manusia menjadi landasan pengembangan pemberdayaan dan menjadi mediasi peningkatan keberdayaan masyarakat dari modal fisik. Oleh karena itu berbagi ilmu pengetahuan merupakan syarat untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi. Masyarakat akan lebih optimal dalam pengembangan pemberdayaan apabila di dukung proses peningkatan kualitas manusianya.

Adapun upaya-upaya yang telah diberikan dalam pemberdayaan masyarakat desa di Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pemberdayaan Kelembagaan dan Desa diperoleh informasi bahwa: “proses pembangunan di desa dilakukan melalui ADD (alokasi dana desa) dalam hal ini aparat PMD (pemberdayaan masyarakat desa) dalam proses penyusunannya dilakukan hanya sebatas tatap muka didampingi oleh PMD (pemberdayaan masyarakat desa).

Sosialisasi kegiatan yang dilakukan focus pada tugas dan fungsi LKMD (lembaga ketahanan masyarakat desa).

22

Adapun target pembinaan dari PMD (pemberdayaan masyarakat desa) terhadap desa meliputi:

a) Menggalakkan gotong royong

Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan masyarakat desa. Melalui gotong royong dapat memupuk kerja sama yang baik dan pekerjaan yang berat dapat menjadi ringan.

b) Melembagakan lembaga adat desa

22

Moraisyah Parlaungan Harahap, Kabid Pemberdayaan Kelembagaan Dan Desa, Kantor

PMD Kabupaten Tapanuli Selatan, Wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul : 10:00 – 11:00 WIB

(17)

Hal ini bertujuan untuk melestarikan, memberdayakan dan mengembangkan adat istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat desa.

c) Membuat desa agar berdaya melalui pengoptimalan fungsi lembaga desa

`Dari beberapa program tersebut untuk melihat target pencapaian dari Pembinaan yang dilaksanakan di desa-desa tersebut akan dilaksanakan evaluasi pada pertengahan dan setelah selesai program. Bahkan dilakukan dalam bentuk kegiatan perlombaan desa untuk melihat keberhasilan program. Karena pada awalnya program kegiatan desa binaan memiliki target keberhasilan yaitu harus juara dalam perlombaan desa binaan pada tingkat provinsi, yang di mana diadakan lomba pada setiap 2 tahun sekali pada tingkat provinsi.

Pada tahun 2019 perlombaan desa yang dilaksanakan di tingkat provinsi utusan desa Tapanuli Selatan masuk nominasi 5 desa dan hanya satu desa memperoleh juara harapan 2 yaitu desa Aek Pardomuan kategori PTPWKSS. Dalam hal ini desa Aek Pardomuan masih banyak kekurangan sehingga masih perlu ditingkatkan, perubahan sikap masyarakat juga masih kecil.”

23

Adapun strategi yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu: strategi pendampingan dan fasilitator di desa-desa dalam menjalankan program desa, dan juga kaloborasi dengan bidang yang ada di PMD (pemberdayaan masyarakat desa) seperti bidang ekonomi dan pemerintahan desa, misalnya dalam peningkatan dan pemunculan kreasi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mereka.

Sehubungan dengan hal itu Desa Sibakkua, sedang dikembangkan sebagai desa produsen gula aren. Hal ini akan dilibatkan tenaga ahli dari kabupaten dalam proses pembinaan.

Kemudian dalam proses pembinaan desa juga dilibatkan tenaga pendamping dari kecamatan, dalam bentuk kerjasama pembinaan. Pada dasarnya pendamping desa merupakan perpanjangan tangan kementrian yang ada di desa, namun dengan demikian tetap dilakukan sinergi dalam pemberdayaan masyarakat desa. Selain itu juga dilibatkan pendamping lokal 1 (satu) orang dari setiap desa dalam program pemberdayaan masyarakat.

Namun demikian, kenyataan di lapangan pendamping lokal desa ini kurang maksimal bertugas dalam pantauan PMD (pemberdayaan masyarakat desa), walaupun anggaran terus berjalan, maka dalam hal ini perlu peningkatan peran pendamping lokal desa tersebut. PMD (pemberdayaan masyarakat desa) berpendapat bahwa

23

Moraisyah Parlaungan Harahap, Kabid Pemberdayaan Kelembagaan Dan Desa, Kantor

PMD Kabupaten Tapanuli Selatan, Wawancara, Rabu, 14 April 2021, Pukul : 10:00 – 11:00 WIB

(18)

keterlibatan pendamping desa dalam proses pemberdayaan desa hanya sekitar 70 persen.

Selanjutnya keterkaitan dengan pemerintah desa dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat desa dilakukan dengan kerjasama antara Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pemerintahan desa dengan berbagai lembaga-lembaganya.

Proses pemberdayaan masyarakat desa PMD (pemberdayaan masyarakat desa) melakukan bekerjasama dengan pemerintahan desa, terutama dalam bidang regulasi pelaksanaan ADD (alokasi dana daerah) dan menyarankan agar kegiatan-kegiatan desa tepat sasaran.

PMD (pemberdayaan masyarakat desa) mensosialisasikan kepada pemerintahan desa tentang regulasi-regulasi yang perlu dilaksanakan pemerintahan desa dalam pelaksanaan program pembangunan di desa.

Dari hasil evaluasi dan monitoring yang dilaksanakan Dinas PMD (Pemberdayaan Masyarakat Desa) diketahui bahwa pemanfaatan dana desa masih dominan kepada infrastruktur, sarana dan prasarana desa dalam bentuk pembangunan fisik, untuk pemberdayaan masyarakat hanya sekitar 20 persen dan belum maksimal. Hal ini dirasakan belum maksimal menyentuh pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa bersangkutan.

Contoh ADD (Alokasi Dana Desa) Desa Pardomuan pada tahun 2021 sekitar 1.368.664.000 milyar, dengan jumlah penduduk 2.129 jiwa, pembangunannya masih fokus pada pembangunan fisik di desa tersebut, belum masuk kepada program-program pemberdayaan masyarakat secara maksimal, khususnya bidang perekonomian, program-program yang mengarah kepada peningkatan pendapatan dan pengelolaan potensi sumber daya dan sumber alam belum maksimal.

Dengan demikian dapat ketahui bahwa pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat masih perlu mendapat perhatian dan harus diarahkan lebih dominan kepada program-program yang langsung menyentuh perekonomian masyarakat, agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat menuju tercapainya masyarakat yang maju dan sejahtera.

H. Kesimpulan

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

Model pemberdayaan desa Kabupaten Tapanuli Sealatan dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi dan analisis kebutuhan. Pada tahap identifikasi terdapat tiga hal, yaitu : adanya kebutuhan dana desa serangkaian pelestarian adat dan budaya, belum optimalnya pengelolaan potensi palemahan, dan perlu pengelolaan secara profesional Sumber daya lainnya untuk kesejahteraan (masyarakatnya).

Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengatasi masalah dalam

pemberdayaan desa yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini

dilakukan dengan penerapan manajemen modern dengan pembentukan unit-unit

(19)

bisnis dan pemberdayaan masyarakat serta aplikasi teknologi informasi dan komunikasi sebagai media komunikasi dengan stakeholder.

Model Pemberdayaan masyarakat desa pada bidang monitoring dan evaluasi program di Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki kesamaan antara kedua daerah tersebut, yang dilakukan oleh setiap dinas yang terkait dengan program pemberdayaan masyarakat, dengan monitoring dan evaluasi setiap program dilakukan pada pertengahan dan setelah selesai program I. Daftar Pustaka

Abu Huraerah, “ Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat”

(Bandung: Humaniora,1997).

Andi Kesumawardani Alwi Paluseri, “Analisis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kawasan Home Industri Unggulan (KHILAN) Di Kota Palopo” (Skripsi, Makassar, Universitas Hasanuddin, 2017).

Aprilia Theresia, etal. Pembangunan Berbasis Masyarakat (Bandung:

Alfabeta, 2014).

Aziz Muslim, “Metodologi pengembangan Masyarakat,” Cetakan I (Yogyakarta: Teras, 2009).

BPS Kota Padangsidimpuan, Statitstik Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2018, (BPS; Padangsidimpuan, 2018).

BPS Kabupaten Tapanuli Selatan, Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan, (BPS; Tapanuli Selatan, 2017).

Google Scholar, Kata Kunci: Studi Komparatif, diakses pada 13 Agustus 2019 Dwi Pratiwi Kurniawati, Bambang, Imam Hanafi, “Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi (studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto),” Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 1, No. 4 (n.d.): 10–11.

Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas, Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Depdiknas, 2008).

Icol Dianto, Problematika Pendamping Desa Profesional Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kota Padangsidimpuan, Dimas, Vol 5 No 2, 2018

Kholidah Attina Yopa, “Model pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Desa Wisata Budaya Di Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah” (Yogyakarta, UNY, 2017).

McQuail, D., Windhal, S. (1985). Model-Model Komunikasi (terjemahan;

Putu Laxman Pendit). Jakarta: Uni Primas

Mulyana, D. (2007). Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

(20)

Muhammad Hasan, Muhammad Azis, “Pembangunan Ekonomi &

Pemberdayaan Masyarakat” (Padang: Indonesia: Akademia Permata, 2013), 12.

Muhammad Hasan, Muhammad Azis, “Pembangunan Ekonomi &

Pemberdayaan Masyarakat,” Cetakan I (Makassar: CV. Nur Lina & Pustaka Taman Ilmu, 2018), 158–59.

Mulyana, D. (2007). Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, danPoskolonial, (Jakarta: Rajawali Press, 2011)

Nyoman Sumaryadi, “Sosiologi Pemerintahan Dari Perspektif Pelayanan, Pemberdayaan, Interaksi, dan Sistem kepemimpinan Pemerintahan Indonesia”

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2018), 57–58.

Severin, W. J., Tankard, J. W. (2008). Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa (Edisi Kelima). Jakarta: Kencana Media Group

Saifuddin Yunus, Suadi dan Fadli, “Model Pemberdayaan Masyarakat Terpadu,” Cetakan I (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2017), 1.

Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 15-18

Teresiah, et al, Pembangunan Berbasis Masyarakat… hlm. 119-120

Severin, W. J., Tankard, J. W. (2008). Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa (Edisi Kelima). Jakarta: Kencana Media Group.

Severin, W. J., Tankard, J. W. (2008). Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa (Edisi Kelima). Jakarta: Kencana Media Group

Yunastiti Purwaningsih, Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan, dan Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No 1, Juni 2008.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

Referensi

Dokumen terkait

”usulan yang dibicarakan dalam musyawarah adalah usulan yang disepakati dan yang nantinya akan dikerjakan di desa”. Responden lainnya Ibu TH yang memberi penilaian rendah dalam hal

a) Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta

Permasalahan yang ada di Desa Pokak terkait pengelolaan dana desa, bahwa pada tahap pelaksanaan masyarakat tidak dilibatkan secara aktif dalam proses

Kegiatan sosialisasi untuk merumuskan perencanaan pembangunan desa secara partisipatif dalam musyawarah desa tentunya yang dilaksanakan dirasakan sangat penting,

Apakah masyarakat juga turut dilibatkan dalam penetapan program pembangunan yang dilakukan di desa

Secara organisasi, LPM Desa Salibabu hampir tidak pernah lagi terlibat langsung dalam kegiatan pelaksanaan suatu program pembangunan desa yang ditetapkan dalam

Ketidakberdayaan petani masyarakat dalam melaksanakan pembangunan desa yang dilakukan oleh pemerintah desa maka berdayaannya akan mengembangkan, sehingga pemberdayaannya

Pembangunan desa memiliki pengaruh yang penting maupun strategi dalam percepatan pembangunan daerah dan nasional, karena didalamnya terdapat pemerataan terhadap pembangunan