• Tidak ada hasil yang ditemukan

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tindak tutur memuji yang dilakukan oleh Chen (1993:49-75) menunjukkan adanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tindak tutur memuji yang dilakukan oleh Chen (1993:49-75) menunjukkan adanya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pujian dan respons terhadap pujian adalah bagian dari strategi kesantunan berbahasa. Holmes (2003:177) mengemukakan pujian dapat menimbulkan nilai yang positif bagi pembicara dan pendengarnya. Berkaitan dengan memberi pujian dan merespons pujian dengan tepat harus mempertimbangkan berbagai hal.

Perilaku berbahasa masyarakat tutur yang menganut budaya barat dengan budaya

timur memiliki perbedaan. Studi empiris yang dilakukan selama ini menunjukkan

bahwa satu tindak tutur yang sama akan direalisasikan dengan sangat berbeda oleh

penutur yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda. Studi terhadap

tindak tutur memuji yang dilakukan oleh Chen (1993:49-75) menunjukkan adanya

perbedaan cara dalam memberikan pujian maupun memberikan respon terhadap

pujian. Pengaruh budaya terhadap penggunaan bahasa dalam tindak tutur memuji

sangat terlihat ketika orang memberikan respon terhadap pujian. Perbedaan itu

nampak pada pola bahasa, atribut yang menjadi sumber pujian, urutan frekuensi,

fungsi dan respon yang diberikan. Perbedaan yang paling mencolok terletak pada

strategi yang digunakan dalam menanggapi pujian. Dalam kultur budaya Barat,

respon terbanyak adalah menerima pujian sedangkan dalam budaya Asia, orang

Asia cenderung menghindari sikap memuji diri sendiri. Salah satunya adalah

budaya Arek dari Jawa Timur yang pusat ideologisnya ada di Surabaya, merupakan

sub budaya dari masyarakat Asia. Budaya Arek dikenal memiliki sifat egaliter,

terbuka, demokratis, cenderung lebih kasar dan memiliki karakter solidaritas yang

(2)

tinggi. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam tuturan yang digunakan masyarakat Surabaya untuk memuji dan merespon pujian.

Banyak hal yang mendasari munculnya perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam berbahasa, salah satunya adalah budaya. Dalam memberikan dan merespon sebuah pujian diperlukan sebuah media komunikasi yang disebut bahasa.

Bentuk bahasa yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan berbeda untuk derajat yang berbeda pada semua masyarakat tutur (Holmes, 2013:159). Digambarkan bahwa bahasa laki-laki lebih tegas, matang, dan laki-laki suka berbicara terang- terangan dengan kosakata yang tepat. Namun, bahasa yang digunakan oleh perempuan tidak tegas, tidak secara terang-terangan, dan berhati-hati ketika mengungkapkan sesuatu. Adanya sifat yang dapat bertukar antara laki-laki dan perempuan, setelah menerapkannya dan mempersandingkannya merupakan hasil dari konstruksi sosial budaya.

Objek yang dikaji dalam penelitian kali ini adalah tuturan memuji dan

merespon pujian yang dilakukan kalangan remaja di Surabaya. Remaja dipilih

karena pada usia remaja dianggap memiliki lebih banyak variasi saat melakukan

pujian atau melontarkan pujian. Karena masa remaja adalah masa yang dianggap

paling produktif. Sebuah studi baru yang diterbitkan di Lancet Child & Adolescent

Health oleh Susan Sawyer (2018) menyebutkan rentang usia baru untuk

masa remaja atau fase kehidupan yang membentang antara masa kanak-kanak dan

dewasa. Menurut penelitian tersebut, remaja adalah suatu periode transisi dari masa

awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10

hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Dimana usia

tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Remaja dikhususkan

(3)

bagi mereka yang lahir dan besar di Surabaya. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan dialek Surabaya. Bahasa Surabaya dikenal juga sebagai bahasa Arekan atau bahasa Suroboyoan yang merupakan sebuah dialek bahasa Jawa yang diucapkan di Surabaya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya. Secara tingkatan bahasa jawa, bahasa Suroboyoan bisa dikatakan sebagai bahasa paling kasar.

Berikut adalah contoh strategi memuji dan bentuk respon pujian yang diberikan oleh laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam konteks (-A,+P). Laki-laki (L) memberikan pujian dengan tuturan “Weh wes hijrah rek , tambah ayu ae hehe”, sementara perempuan (P) memberikan pujian dengan tututan “Kamu keliatan beda ya”. Kedua tuturan tersebut berisi konteks pujian diberikan kepada orang asing dan pujian terkait penampilan. Saat merespon pujian Laki-laki (L) memberikan respon pujian dengan tuturan “Haha biasa wong ganteng ancen ngene iki”, sementara perempuan (P) memberikan respon pujian dengan tututan “Haha boong banget ya?”

Kedua tuturan tersebut berisi konteks merespon pujian dari orang asing yang terkait penampilan.

Berdasarkan contoh di atas, terlihat perbedaan tuturan yang digunakan oleh

remaja laki-laki dan perempuan baik dalam memberikan pujian ataupun merespon

sebuah pujian. Maka dari itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena

bertujuan untuk membahas strategi memuji dan bentuk merespon sebuah pujian

berdasarkan gender serta perbedaannya. Memuji dan merespon sebuah pujian

sebagai salah satu tindak bahasa atau perilaku berinteraksi merupakan kajian yang

dibahas dengan pendekatan pragmatik. Selain berdasarkan gender bahasa juga

dapat berbeda berdasarkan usia penutur dan usia mitra tuturnya. Selain itu budaya

(4)

juga mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur dalam memberikan pujian dan juga merespon sebuah pujian. Untuk itu kajian pada penelitian ini diterapkan pada tuturan memuji yang ada di lingkungan remaja.

Beberapa ahli sudah pernah melakukan penelitian mengenai analisis memuji dan merespon pujian, diantaranya oleh Herbert (1990) dalam bukunya

“Sex-based differences in compliment behavior. Language in Society”. Holmes (1998) mengelompokkan jenis-jenis pujian menjadi empat. Pomerantz (1978) adalah yang pertama kali membahas respon terhadap pujian dalam perspektif Chen (1993) dalam penelitiannya “Responding to compliments: A constrastive study of politeness strategies between American English and Chinese speakers”. Urano (1998) melakukan studi tentang transfer pragmatik yang bersifat negatif di dalam respon yang disampaikan pemelajar bahasa Inggris dari Jepang.

Penelitian kali ini berbeda dari penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Karena pada penelitian ini tuturan memuji dan merespon pujian dikaji secara pragmatik dan objek penelitian ini adalah remaja Surabaya. Hasil akhir dari penelitian ini, diharapkan dapat menemukan bagaimankah strategi memuji dan bentuk dari mesepon sebuah pujian dikalangan remaja di Surabaya. Hal tersebut juga didukung dari variabel yang sudah ditentukan sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari permasalahan yang telah digambarkan dalam latar belakang, maka diperlukan adanya perumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi :

1. Bagaimanakah strategi memuji yang digunakan remaja Surabaya berdasarkan

gender?

(5)

2. Bagaimanakah bentuk respon terhadap pujian yang digunakan remaja Surabaya berdasarkan gender?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tulisan ini bertujuan untuk meneliti struktur dan karakteristik bahasa serta kaitannya dengan bahasa dan gender, sedangkan tujuan penelitian yang berkaitan dengan rumusan masalah adalah:

1. Menjelaskan strategi memuji yang digunakan remaja Surabaya berdasarkan gender.

2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk respon terhadap sebuah pujian yang digunakan remaja Surabaya berdasarkan gender.

1.4 Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat yang didapatkan dalam penelitian tindak tutur memuji dan respon terhadap pujian di kalangan remaja Surabaya dengan menggunakan analisis berbasis bahasa dan gender, yaitu manfaat teoritis serta manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini dalam pengembangan keilmuan diharapkan dapat menambah kekayaan penelitian terhadap perkembangan ilmu linguistik, terutama kajian pragmatik serta kajian bahasa dan gender.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan lebih

bermanfaat bagi hubungan sosial yang dimiliki remaja Surabaya. Dengan adanya

(6)

penelitian ini, diharapkan dapat mengubah hubungan komunikasi remaja Surabaya agar tidak salah dalam memuji dan merespon sebuah pujian.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai tindak tutur memuji dan merespon pujian sudah pernah dilakukan oleh beberapa ahli di antaranya Herbert (1990), Holmes (1998) , Pomerantz (1978), Herbert (1988), Chen (1993), dan Urano (1998). Berikut ini diuraikan hasil penelitin mereka satu per satu secara garis besar.

Herbert (1990) dalam bukunya “Sex-based differences in compliment behavior. Language in Society.” melakukan studi lebih lanjut tentang tanggapan pujian. Ada tiga kategori dasar dari tanggapan pujian, yaitu (1) setuju, (2) tidak setuju, dan (3) permintaan interpretasi. Kategori pertama terdiri dari menerima dan tidak menerima. Selanjutnya, menerima dikategorikan menjadi token apresiasi, penerimaan komentar, dan peningkatan pujian. Sedangkan non-accept dibagi menjadi comment history, reassignment, dan return. Kategori kedua, tidak setuju, terdiri dari skala turun, pertanyaan, ketidaksepakatan, kualifikasi, ketidaksetujuan, dan tidak ada pengakuan. Kategori terakhir, interpretasi permintaan, dapat mencakup permintaan. Dilanjutkan oleh Herbert (1998), dalam peneltitiannya yang berjudul “Sex-Based Differences in Compliment Behavior” mengklasifikasikan pujian menjadi:

pujian atas penampilan, pujian atas pertunjukan atau keterampilan, pujian atas harta, dan pujian atas kepribadian. Pertama, pujian atas penampilan

diberikan untuk mengagumi penampilan seseorang. Biasanya tentang penampilan yang dituju, seperti pakaian, rambut, badan, dll.

Holmes (1998) dalam penelitiannya “Complimenting - A positive politeness

strategy” mengelompokkan jenis-jenis pujian menjadi empat, yaitu pujian terhadap

(7)

penampilan petutur (appearance compliment), pujian terhadap kemampuan, prestasi atau perbuatan baik petutur (ability/performance compliment), pujian terhadap benda yang dimiliki petutur (possesions compliment), pujian terhadap terhadap kepribadian atau keramahan petutur (personality/friendliness), dan pujian terhadap kepribadian atau keramahan petutur (personality/friendliness). Dalam melakukan tindak tutur memuji terdapat tiga kemungkinan strategi tindak tutur memuji yang digunakan, yakni (1) memuji langsung, (2) memuji tidak langsung dan (3) memuji dalam hati.

Pomerantz (1978) yang pertama kali membahas respon terhadap pujian dalam perspektif pragmatik. Dia mengatakan bahwa di dalam Bahasa Inggris Amerika penerima pujian menghadapi dua kondisi konflik yang mendatangkan dilema bila meresponnya. Kondisi tersebut adalah (a) setuju dengan pemberi pujian dan (b) hindari memuji diri sendiri. Bila penerima pujian setuju dengan pemberi pujian dengan menerima kondisi (a), maka dia melanggar kondisi (b). Pada sisi lain, bila penerima pujian tidak menerima pujian dengan maksud mengikuti kondisi (b), maka respon ini dianggap menciptakan suatu tindak mengancam muka pemberi pujian sehingga melanggar kondisi (a).

Herbert (1988) dalam “Paying compliments: A sex-preferential positive politeness strategy” melakukan penelitian tentang respon yang disampaikan oleh

mahasiswa Amerika terhadap pujian yang disampaikan oleh mahasiswa Afrika.

Dalam analisis datanya, Herbert mengelompokkan respon respon ini kedalam tiga

kelompok, yaitu setuju (agreeing), tidak setuju (non-agreeing), dan interpretasi

permintaan (request interpretation).

(8)

Chen (1993), dalam penelitiannya “Responding to compliments: A constrastive study of politeness strategies between American English and Chinese speakers” menyatakan bahwa penutur bahasa Cina dan bahasa Inggris, mengemukakan empat kategori respon, yaitu acceptance, compliment returns, deflections, dan rejections. Penutur bahasa Inggris Amerika cenderung menggunakan acceptance dan deflection, sedangkan mayoritas penutur bahasa Cina menggunakan strategi rejection (Penolakan).

Selanjutnya, Urano (1998) dalam penelitiannya “Negative pragmatic transfer in compliment responses by Japanese learners of English” melakukan studi tentang transfer pragmatik yang bersifat negatif di dalam respon yang disampaikan pemelajar bahasa Inggris dari Jepang. Dari penelitian tersebut, ditemukan perbedaan yang cukup signifikan antara respon yang disampaikan oleh penutur bahasa Inggris dan penutur bahasa Jepang. Pemelajar bahasa Inngris di Jepang cenderung mentransfer cara-cara yang lazim di dalam bahasa Jepang ke dalam bahasa Inggris dalam merespon suatu pujian. Akhirnya dia menyimpulkan bahwa terjadi transfer negatif dalam merespon suatu pujian.

Penelitian yang berkaitan dengan pujian pernah dilakukan oleh Zhao Jian Xiang (2013), dengan tesisnya yang berjudul “A Study of Gender Differences in Compliments and Responses of Chinese International Students”. Dalam penelitian tersebut, Zhao menggunakan Speech Act Theory milik Austin (1962), Face Theory and Politeness Principle milik Brown & Levinson (1978) dan yang terakhir adalah teori Sociolinguistic Views on Gender Differences in Language milik Maltz &

Booker (1982); Crawford (1995). Penelitian ini dilakukan melalui penggunaan

kuesioner dan memperoleh 269 pujian dan 360 tanggapan pujian yang diberikan

(9)

oleh 60 siswa internasional Tiongkok (30 pria dan 30 wanita) yang dipilih dari berbagai fakultas di Universitas Malaya (UM). Siswa internasional Cina cenderung memberi pujian untuk orang lain untuk wanita menggunakan pujian yang lebih eksplisit daripada pria, sedangkan pria menggunakan strategi yang lebih implisit.

Sementara dalam hal merespon pujian dari yang lain, siswa internasional Cina lebih suka strategi penerimaan daripada strategi penolakan. Wanita menggunakan strategi penerimaan dan kombinasi lebih dari pria, sedangkan pria menggunakan lebih banyak penolakan dan tidak merespon pujian.

Penelitian yang berkaitan dengan memuji dan merespon pujian juga pernah dilakukan oleh Yoshida A. dengan tesisnya yang berjudul “Compliments and Compliment Responses in Japanese Conversation”. Penelitian ini menyelidiki tindakan memberi dan menerima pujian dalam konteks percakapan bahasa Jepan.

Dengan mengadopsi metodologi analitik percakapan, dapat menjelaskan bagaimana peserta percakapan memberi dan menerima pujian selama berlangsungnya percakapan. Desain pujian mungkin mencerminkan perhatian pemberi pujian untuk penerima, khususnya, perhatian terhadap wilayah pribadi penerima. Analisis tersebut tentang bagaimana peserta memuji atasan, bagaimana mereka memanfaatkan pihak ketiga sebagai mediator, dan bagaimana tawa muncul dalam pujian semuanya menunjukkan kemungkinan memberi pujian dengan melibatkan tingkat kesopanan negatif tertentu.

Penelitian berkaitan dengan pujian di Indonesia pernah dilakukan oleh

Muhammad Ridha D.S (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Makian dan Pujian

dalam Ragam ‘Amiyyah Mesir”. Penelitian ini memanfaatkan teori sintaksis dan

morfologi untuk menguraikan bentuk-bentuk makian dan pujian. Adapun untuk

(10)

meneliti referensi makian dan pujian menggunakan teori metafora, sementara fungsi makian dan pujian memanfaatkan teori sosiolinguistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pujian meliputi bentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat.

Referensi pujian berupa kategori binatang, gelar dan panggilan, benda-benda, keadaan orang, profesi, kekerabatan, aktivitas, etnik dan bangsa serta bagian tubuh sedangkan fungsi pujian adalah untuk mengungkapkan rasa senang, rasa kagum, rasa intim dan keakraban, rasa sayang, rasa suka dan ungkapan rasa hormat.

Sari (2013) dalam skripsi yang berjudul “Gender Based Differences Compliment and Compliment Response Behavior in American Talk Show The Oprah Winfrey Show” membahas perilaku dalam pemberian pujian berdasarkan perbedaan gender yang terdapat di acara The Oprah Winfrey Show. Selain itu, penelitian tersebut juga membahas tanggapan terhadap pujian yang diberikan oleh para pengisi acara talk show. Sampel diambil dari seluruh peserta pengisi acara (pembawa acara, bintang tamu, penonton), baik pria maupun wanita. Data diperoleh dari sepuluh video acara The Oprah Winfrey Show yang diambil secara acak. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa wanita lebih sering memberikan pujian pada lawan jenis. Wanita dan pria cenderung memberikan pujian secara eksplisit serta menggunakan bermacam strategi dalam menanggapi pujian yang diterima.

1.5.2 Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, penelitian

yang saat ini dilakukan berjudul “Tindak Tutur Memuji dan Respon terhadap Pujian

di Kalangan Remaja Surabaya: Analisis Berbasis Gender” berbeda dari penelitian

yang dilakukan sebelumnya, karena mengkaji tuturan memuji dan respon terhadap

(11)

pujian dari sudut pandang pragmatik. Tuturan pada penelitian ini merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif yang didapatkan berdasarkan konteks yang sudah dibuat sebelumnya. Penelitian tuturan memuji dan merespon pujian hanya berdasarkan pada konteks tertentu. Selain itu penelitian ini hanya berfokus pada kalangan remaja Surabaya. Penelitian ini juga mengklasifikasikan tuturan memuji dan merespon pujian berdasarkan gender. Hasil akhir pada penelitian ini dapat ditemukan bagaimana perbedaan remaja perempuan dan laki-laki Surabaya dalam memuji dan merespon pujian.

1.6 Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep memiliki arti yang penting mengenai penjelasan istilah-istilah yang digunakan dalam sebuah penelitian. Selain itu, operasionalisasi konsep dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terarah serta untuk menghindari penafsiran yang salah mengenai istilah-istilah tersebut.

Diperoleh batasan-batasan yang jelas agar pengertiannya tidak samar. Dalam hal ini istilah-istilah yang perlu diberi penjelasan adalah sebagai berikut.

Tindak tutur : tindak tutur yang dimaksud adalah tuturan-tuturan memjuji dan merespon pujian yang digunakan oleh remaja Surabaya. Tindak tutur sendiri merupakan aktivitas bertutur yang tidak hanya terbatas pada tuturan itu sendiri, namun juga aksi dari tuturan tersebut.

Memuji : memuji yang dimaksud adalah strategi yang

digunakan oleh responden untuk menjawab

kuesioner yang sudah disediakan. Kuesioner tersebut

(12)

berbentuk kasus-kasus yang berisi cerita pendek.

Responden diminta untuk membayangkan dan memberikan tanggapan berupa pujian terhadap kasus yang ada.

Respon Pujian : respon pujian adalah jawaban atau tanggapan dari responden dalam menjawab sebuah kasus. Kasus- kasus tersebut berupa cerita pendek yang berisi pujian. Responden diminta untuk membayangkan dan memberikan respom terhadap pujian yang ada.

Remaja Surabaya : remaja Surabaya yang dimaksud dalam kontek ini adalah responden yang berusia 10-22 tahun. Yang lahir, besar dan tinggal di Surabaya. Menggunakan bahasa dengan dialek Surabaya dalam berkomunikasi sehari-hari.

Gender : gender dan bahasa terbagi menjadi dua yaitu

feminism dan maskulin. Bahasa perempun memiliki

karaktereristik feminim, sementara bahasa laki-laki

memiliki karakteristik maskulin. Gender memiliki

peran dalam mempengaruhi penggunaan bahasa

untuk berkomunikasi terutama dalam memuji dan

merespon pujian.

(13)

1.7 Sistematika Penyajian

Penelitian tentang “Tindak Tutur Memuji Dan Respon terhadap Pujian Di Kalangan Remaja Surabaya: Analisis Berbasis Gender” akan disajikan dalam lima bab.

Bab I adalah “Pendahuluan”, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, operasionalisasi konsep dan sistematika penyajian.

Bab II adalah “Kerangka Teori”, yang berisikan teori-teori yang relevan dengan objek penelitian sebagai dasar pemahaman dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori tindak tutur pragmatik, bahasa dan gender, teori memuji dan merspon pujian.

Bab III adalah “Metode Penelitian”, berupa pembahasan tentang metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.

Bab IV adalah “Analisis Data dan Pembahasan”, berisi analisis data tindak tutur strategi memuji yang digunakan oleh remaja Surabaya berdasarkan gender.

Serta bentuk respon pujian yang digunakan oleh remaja Surabaya berdasarkan gender.

Bab V adalah “Penutup”, berisi simpulan dan saran terhadap penelitian yang

dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Data dianalisis menggunakan Indeks Williamson yaitu suatu analisis untuk mengetahui daerah Satuan Wilayah Pembangunan II (SWP II) Propinsi Jawa Timur yang

Segenap Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan masalah administrasi yang

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Chen & Chang, 2012) pada konsumen green product pengguna produk electronic di Taiwan , (Wu

Sebagai fasilitator, guru harus berusaha agar dirinya benar-benar menjadi orang yang dapat membantu anak didik jika mengalami suatu hambatan dalam mengembangkan bakat

Kejadian ini juga menunjukkan bahawa dalam bilik darjah sains sekolah rendah, selain daripada percakapan guru atau pelajar, aktiviti P&P yang lain juga turut menyumbang

Investor B membeli Sukuk Ritel di pasar perdana sebesar Rp70 juta, dengan tingkat imbalan 5,47% per tahun. - Total hasil yang diterima adalah Rp71.400.000 (nilai nominal Sukuk

Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, telah dilakukan perubahan terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di