• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis hasil didasarkan atas data dan infonnasi yang berkaitan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis hasil didasarkan atas data dan infonnasi yang berkaitan dengan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

A. Analisis Hasil

Analisis hasil didasarkan atas data dan infonnasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Data dan informasi diperoleh melalui observasi, wawancara serta pengamatan terhadap dokumen, catatan, buku, yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Berikut ini diuraikan hasil penelitian penulis yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Serang.

1. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Serang

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pemeriksa dan penelitian dokumen yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak di KPP Serang, prosedur pelaksanaan PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan) atas Wajib Pajak Badan diuraikan sebagai berikut: PSL Wajib Pajak Badan dimulai dengan diterbitkannya SPPP (Surat Perintah Pemeriksaan Pajak) oleh Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak. Di dalam SPPP telah ditunjuk siap saja yang akan memeriksa Wajib Pajak yang masuk ke dalam kriteria pemeriksaan. Satu SPPP untuk PSL menunjukkan satu Wajib Pajak yang akan diperiksa oleh empat orang pemeriksa yang terdiri dan seorang Supervisor (Kepala Seksi), seorang Ketua Tim, dan dua orang anggota pemeriksa. Setelah SPPP terbit, para pemeriksa melakukan tahapan-tahapan pemeriksaan mulai dari persiapan sampai dengan terbitnya LHP/LPP. Kegiatan pemeriksaan ini dimulai pada saat pertama kali pemeriksa

37

(2)

menunjukkan SPPP kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa, dan menjelaskan

kepada Wajib Pajak maksud dan tujuan pemeriksaan. Kemudian Wajib Pajak diminta untuk membubuhkan tandatangannya sebagai bukti bahwa Wajib Pajak telah menerima, membaca dan mengetahui maksud kedatangan pemeriksa. SPPP memuat identitas Wajib Pajak, identitas Pemeriksa, tahun pajak yang akan diperiksa, dan ditandatangani oleh Kepala KPP Serang.

Setelah pemeriksaan dimulai, pemeriksa memerlukan data atau keterangan dari Wajib Pajak berupa laporan-laporan, catatan-catatan, buku-buku dan dokumen-dokumen Wajib Pajak. Data-data ini kemudian diolah oleh Pemeriksa yang dituangkan ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Kemudian KKP disarikan ke dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)/Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP), Nota Penghitungan (Nothit), dan DKHP (Daftar Koreksi Hasil Pemeriksaan). LPP, Nothit, dan DKHP selanjutnya didistribusikan pada seksi terkait untuk tindakan monitoring dan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan.

Berikut prosedur pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Pemeriksa di KPP Serang :

a. Prosedur Persiapan Pemeriksaan Pajak

Pada tahap ini Pemeriksa KPP Serang melakukan persiapan, dalam hal ini dilakukan oleh dua orang anggota pemeriksa. Tahap ini tidak termasuk dalam perhitungan jangka waktu penyelesaian pemeriksaan, jadi waktunya tidak dibatasi. Adapun tahapannya meliputi:

(3)

1) Mempelajari Berkas Wajib Pajak/Berkas Data

Pemeriksa KPP Serang memeriksa semua berkas Wajib Pajak termasuk mencocokkan segi pembayaran pajak, memeriksa SPT, Laporan Keuangan, mencari tahu apakah pernah diperiksa tahun sebelumnya, jika memang pernah diperiksa maka hasil pemeriksaan tersebut dipelajari beserta berkas-berkas penting iainnya. Dari berkas-berkas tersebut pemeriksa memperoleh gambaran secara umum mengenai kegiatan usaha Wajib Pajak, kapan didirikan, siapa direktur dan pemegang sahamnya, bagaimana proses kegiatan usahanya, bagaimana pemenuhan kewajiban perpajakannya selama ini, dan apakah laporan keuangan tersebut diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dan inforrnasi umum lainnya sebagai dasar pemeriksaan. Hasil dari mempelajari berkas Wajib Pajak ini semuanya dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).

2) Menganalisis SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak

Setelah mengetahui gambaran umum atas Wajib Pajak, pemeriksa KPP Serang melakukan perbandingan laporan keuangan Wajib Pajak tahun diperiksa dengan tahun sebelumnya. Perbandingan ini dilakukan secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal berarti membandingkan naik turunnya suatu aktiva/pasiva pada tahun pemeriksaan dengan tahun sebelumnya. Misalnya, persediaan naik sebesar 21,5 % sedangkan laba mengalami penurunan sebesar 4%

dibanding tahun sebelumnya. Disini akan terlihat perkiraaan apa yang menurun/meningkat secara mencolok. Sedangkan secara vertikal, adalah membandingkan setiap perkiraaan dengan total aktivanya. Misahiya aktiva

(4)

tetapnya 6% dari total aktiva. Disini akan menunjukkan komposisi dari perusahaantersebut apakah sudah wajar ditinjau dari segi usahanya.

Semua hasil analisis tersebut dituangkan dalam KKP Neraca Komparatif dan Laba Rugi Komparatif.

3) Mengindentifikasikan Masalah

Setelah mengetahui komposisi laporan keuangan komparatif dan jenis

kegiatan Wajib Pajak, pemeriksa KPP Serang melakukan identifikasi masalah.

Identifikasi masalah ini dilakukan hanya sebatas pengetahuan pemeriksa terhadap pengamatan kedua tahap sebelumnya, ditambah dengan pengetahuan pemeriksa mengenai jenis usaha Wajib Pajak. Isi dari identifikasi masalah secara umum menjabarkan kondisi perusahaan ditinjau dari Laporan Keuangan Komparatif dan jenis usaha Wajib Pajak. Misalnya, pada perkiraaan peredaran usaha mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar 20%, sementara harga pokok produksi relative tetap. Hasil identifikasi masalah ini dituangkan dalam KKP identifikasi masalah.

4) Melakukan Pengenalan Lokasi Wajib Pajak

Para Pemeriksa KPP Serang tidak pernah melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak sebelum memeriksa. Hal ini karena keterbatasan waktu dan tenaga mengingat hasil yang diperoleh dirasakan kurang maksimal.

5) Menentukan Ruang Lingkup Pemeriksaan

Ruang lingkup pemeriksaan juga tidak pernah ditentukan sebelumnya oleh Pemeriksa dengan alasan belum ada cukup bukti penunjang untuk menentukan lingkup pemeriksaan yang nantinya akan diperdalam oleh Pemeriksa.

Alasan lain adalah karena kurang praktis jika ruang lingkup telah ditentukan

(5)

terlebih dahulu, padahal dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan nanti akan

dimutakhirkan lagi.

6) Menyusun Program Pemeriksaan

Program pemeriksaan disusun oleh Pemeriksa KPP Serang berdasarkan perkiraan-perkiraan yang terdapat dalam Laporan Keuangan. Dalam program pemeriksaan ini, pemeriksa merencanakan langkah-langkah yang diambil untuk mencari, mengumpulkan dan mencocokkan bukti-bukti serta dokumen dengan laporan keuangan yang telah disertakan sebagai lampiran dalam SPT. Program pemeriksaan ini tidak selalu tepat waktu dengan kondisi yang ditemui di lapangan, dan akhirnya tidak dipakai sebagai pedoman untuk mengawasi, membimbing, dan mengarahkan pelaksanaan pemeriksaan. Para Pemeriksa biasanya membuat program pemeriksaan secara standar, hanya untuk memenuhi formalitas yang harus dijalankan, karena pada tahap ini Pemeriksa belum punya cukup informasi dan Wajib Pajak. Sehingga program pemeriksaan yang dibuat adalah yang bersifat umum,

7) Menentukan Buku-Buku dan Dokumen Yang Akan Dipinjam

Ketika Pemeriksa KPP Serang menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam, pemeriksa berpedoman pada laporan keuangan Wajib Pajak, dengan melihat perkiraan-perkiraan didalamnya. Selain itu juga meminjam semua dokumen yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban perpajakannya, seperti bukti setor, dan bukti-bukti lain yang relevan dengan pemeriksaan. Dalam hal ini pemeriksa berhati-hati agar tidak meminjam dokumen yang tidak dibutuhkan dalam pemeriksaan.

(6)

8) Menyediakan Sarana Pemeriksaan

Umumnya, Pemeriksa KPP Serang menyiapkan sarana pemeriksaan

seperti Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa, Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP), Surat Pemberitahuan tentang Pemeriksaan Pajak kepada Wajib Pajak, Formulir Surat Permintaan Peminjaman Dokumen, Formulir Daftar Buku-Buku, Catatan-Catatan dan Dokumen lainnya yang akan dipinjam oleh Pemeriksa, dan Formulir Bukti Peminjaman Buku-Buku, Catatan-Catatan dan Dokumen Lainnya.

Sedangkan formulir-formulir lain yang telah tersedia di tempat kerja pemeriksa dan biasanya hanya dibawa jika diperlukan. Misalnya Formulir Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, Formulir Berita Acara Penolakan Pemeriksaan, Formulir Surat Pernyataan Menolak Membantu Kelancaran Pemeriksaan, Formulir Kertas Kerja Pemeriksaan dan Iain-lain.

b. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pada tahap inilah jangka wdktu pemeriksaan mulai dihitung yaitu ketika pertama kali Pemeriksa KPP Serang bertemu dengan Wajib Pajak untuk menjelaskan alasan pemeriksaan, prosedur pelaksanaan mi meliputi:

1) Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak

Pada tahapan ini, Pemeriksa KPP Serang mendatangi Wajib Pajak ke tempat usaha atau kantor atau tempat kedudukan atau pabrik atau tempat tinggal atau tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha. Kemudian pemeriksa memperkenalkan diri dengan menunjukkan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa. Selanjutaya pemeriksa menunjukkan SPPP dan Surat Pemberitahuan tentang Pemeriksaan Pajak kepada Wajib Pajak.

(7)

Pemeriksa melaksanakan pemeriksaannya dengan cara mengadakan wawancara/tanya jawab dengan Wajib Pajak dan orang-orang yang dianggap dapat mengungkapkan tambahan informasi yang bermanfaat untuk keberhasilan pemeriksaan. Selain wawancara, pemeriksa juga memeriksa pada bagian-bagian/

fungsi-fungsi yang ada pada perusahaan.

Seluruh data dan informasi yang berhasil dikumpulkan pemeriksa dibawa ke KPP Serang untuk diperiksa. Adapun informasi yang diminta yang belum dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak, dapat diantarkan ke KPP Serang oleh Wajib Pajak paling lambat tujuh hari sejak ditandatanganinya surat pemberitahuan tentang Pemeriksaan Pajak kepada Wajib Pajak.

2) Penilaian Atas System Pengendalian Intern

Para Pemeriksa di KPP Serang hanya melakukan penilaian sebatas ada tidaknya pemisahan fungsi dalam perusahaan dan pengamatan atas arus dokumen dan barang. Lebih jauh tentang hal lain tidak diperdalam lagi. Kemudian hasil ini langsung dituangkan dalam LHP/LPP tanpa dicatat dalam KKP.

3) Pemutakhirkan Ruang Lingkup dan Program Pemeriksaan

Proses pemutakhiran ruang lingkup dan program pemeriksaan tidak pernah dilakukan oleh Pemeriksa KPP Serang, karena hanya akan menghabiskan waktu.

Waktu yang tersedia relatif singkat untuk menyelesaikan PSL, yaitu hanya 1 bulan. Oleh karena itu, pemeriksa menganggap tidak perlu membuang waktu hanya untuk memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan. Karena pada tahap persiapan pemeriksa membuat program pemeriksaaan yang bersifat umum, maka walaupun tidak dimutakhirkan lagi masih dinilai relevan.

(8)

4) Pemeriksaan Atas Buku-Buku, Catatan-Catatan dan Dokumen-Dokumen Pemeriksaan atas buku, catatan, dokumen yang telah dipinjam dari Wajib Pajak dilakukan oleh Pemeriksa KPP Serang dengan cara :

a) Melakukan transir atas dokumen -dokumen penjualan, Faktur Penjualan dan pengiriman barang dan melakukan penghitungan ulang atas jumlah baik harga jual maupun kuantumnya.

b) Melakukan hal yang sama dengan dokumen penjualan terhadap dokumen pembelian, potongan penjualan dan retur, dokumen harga pokok dan dokumen lain yang menyangkut peredaran usaha.

c) Melakukan penelusuran kembali atas biaya pembentuk harga pokok penjualan yang diperkenankan sebagai pengurang menurut peraturan perpajakan yang berlaku.

d) Memeriksa apakah terdapat penghasilan di luar usaha yang diterima Wajib Pajak selama periode pemeriksaan, misalnya seperti bunga yang diterima dari bank, dll.

e) Menelusuri biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaaan seperti gaji yang dibayarkan kepada karyawan, biaya penjualan, biaya administrasi, biaya penyusutan, dan biaya lainnya. Semua biaya tersebut harus benar-benar diteliti apakah telah sesuai dengan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto menurut peraturan perpajakan yang berlaku.

f) Membuat daftar penyusutan atas aktiva tetap perusahaaan yang berpedoman pada peraturan perpajakan untuk dibandingkan dengan penyusutan yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.

(9)

g) Untuk biaya gaji, bonus, upah dan honorarium harus dicocokkan dengan yang telah dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT Tahunan PPh pasal 21

h) Mengecek kebenaran pajak yang telah disetor kepada Negara dengan SSP lembar kedua yang disimpan sebagai arsip pada KPP Serang

i) Melakukah pemeriksaan lain sesuai dengan jenis pajak tertentu, misalnya untuk perbankan ditekankan pada penyisihan piutang ragu-ragu, untuk perusahaan leasing ditekankan pada perjanjian awal leasing, dan pemeriksaan spesifik lainnya.

Pemeriksaan diatas semuanya dilakukan secara menyeluruh (full audit).

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan dokumen mi, kemudian dicatat dalam KKP

sesuai dengan perkiraaan masing-masing. Setiap KKP yang dibuat oleh Tim Pemeriksa didiskusikan, ditelaah, dan ditandatangani oleh semua Tim Pemeriksa.

5) Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga Bila Dianggap Perlu.

Konfirmasi yang dilakukan oleh Pemeriksa KPP Serang adalah konfirmasi atas Faktur Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Konfirmasi ini diperlukan untuk menghitung pajak keluaran dan pajak masukan yang boleh dikreditkan. Hasil konfinnasi ini kemudian dicocokkan dengan yang dilaporkan Wajib Pajak,

kemudian dicatat dalam KKP

6) Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak Yang Diperiksa

Setelah Pemeriksa KPP Serang melakukan konfirmasi dan memeriksa berkas, dokumen, catatan, dan bukti-bukti dari Wajib Pajak, diperoleh perbedaaan-perbedaan yang disebabkan adanya Koreksi Fiskal. Koreksi Fiskal ini selanjutnya ditujukan kepada Wajib Pajak secara tertulis. Pembahasan mengenai

(10)

koreksi tersebut dengan Wajib Pajak hanya dilakukan jika Wajib Pajak memintanya.

Selanjutnya kepada Wajib Pajak kemudian diberikan kesempatan seluas- luasnya untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai koreksi fiskal yang telah dilakukan. Apabila Wajib Pajak mengajukan sanggahan harus disertai dengan bukti, data dan dokumen yang mendukung dalam waktu tujuh hari sejak diterimanya surat pemberitahuan hasil pemeriksaan tersebut. Apabila tidak ada sanggahan maka dalam kurun waktu tersebut, Wajib Pajak dianggap telah menyetujui hasil pemeriksaan tersebut.

7) Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference)

Closing conference hanya dilakukan oleh Pemeriksa KPP Serang pada hasil pemeriksaan khusus, karena biasanya koreksinya tersebut cukup materiil di banding hasil pemeriksaan rutin. Dalam melaksanakan closing conference, Pemeriksa dan Wajib Pajak bertemu untuk melakukan penandatanganan berita acara hasil pemeriksaan yang didalamnya memuat seluruh hasil pemeriksaan berupa Surat Ketetapan Pajak (SKP) Kurang Bayar, Nihil, Lebih Bayar.

Kemudian pimpinan perusahaan atau penanggung jawab perusahaan menandatangani berita acara tersebut yang dibubuhi meterai, yang berarti Wajib Pajak telah menyetujui seluruh hasil pemeriksaan. Dengan ditandatanganinya berita acara tersebut, maka kegiatan pelaksanaan pemeriksaan pajak telah selesai.

(11)

c. Prosedur Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak

1) Melakukan Penyusunan LPP

LPP disusun berdasarkan format/blangko yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak beserta tata cara pengisiannya. Para Pemeriksa di KPP Serang memenuhi semua peraturan pengisian LPP ini sesuai dengan petunjuk dan

diisi dengan lengkap. Isi dari LPP tidak lain adalah ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan pemeriksaan

2) Pengesahan LPP

LPP yang telah selesai ditandatangani Pemeriksa Serang disertai dengan

KKP, diserahkan kepada Ketua Tim dan Supervisor untuk ditelaah. Bila telah disetujui, penelaah akan membubuhkan tandatangannya pada LPP dan paraf pada KKP. Kemudian LPP beserta KKP diteruskan kepada Kepala KPP untuk

mendapatkan persetujuan. Pada saat ini biasanya Nota Penghitungan juga telah dibuat dan diserahkan bersama dengan LPP beserta KKP.

3) Pembuatan Nota Penghitungan dan DKHP

Untuk menghemat waktu, Pemeriksa KPP Serang dalam membuat Nota

Penghitungan (Nothit) diserahkan bersamaan dengan penyerahan LPP dan KKP

yang selanjutnya akan disetujui oleh Kepala Kantor. Sedangkan DKHP yang

berisi uraian hasil pemeriksaan sesuai dengan LPP dan KKP hanya ditandatangani

oleh Supervisor/Kepala Seksi PPh Badan

4) Pengiriman LPP, Nota Penghitungan dan DKHP

Setelah semuanya selesai, Pemeriksa KPP Serang melakukan pendistribusian dokumen sesuai dengan alur masing-masing dokumen tersebut.

(12)

Seperti pengiriman DKHP kepada Direktorat Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak sebagai laporan dan berkas lainnya dikirim ke seksi terkait.

Setelah semua tahapan dilalui dan diperoleh hasil pemeriksaan yang dituangkan dalam bentuk LPP selanjutnya pada setiap akhir bulan dan awal bulan berikutnya, Koordinator Pelaksana PPh Badan II membuat pengawasan penerbitan, penyelesaian dan tunggakan SPPP. Hal ini ditujukan untuk mempermudah pengawasan penyelesaian pekerjaaan pemeriksaan selama satu bulan. Dalam kurun waktu satu tahun penyelesaian pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel I

Penyelesaian Pemeriksaan Sederhana Lapangan Wajib Pajak Badan pada KPP Serang Selama Tahun 2003

1)

eterangan

Tunggakan tahun lalu Terfait tahun ini Beban pemeriksaan selama 1 tahun Selesai tahun ini Tunggakan tahun ini

Lebih bayar

(1)

-

21 21

21

-

Pemeriksaan Sederhaoa Lapangan Peraeriksaan Rutin

Kompensasi Kenigian

(2)

-

17 17

17

-

Lain-

nya

(4)

-

34 34

34

-

Jumlah , (1+2+3)

(5)

-

72 72

72

-

Pemeriksaan Khiisus Analisa

Data (6)

-

25 25

25

-

Lain nya

(7)

- - -

- -

Jumlah (6+7) : (8)

-

25 25

25

-

Total (5+8)

(9)

-

97 97

91

-

Sumber : Diolah dari data yang dibuat oleh Koordinator Pelaksana PPh Badan II tahun 2003

Berikut ini disampaikan beberapa nama Wajib Pajak yang telah dilakukan pemeriksaan berdasarkan kriteria pemeriksaan sebagaimana tersebut dalam tabel diatas :

1. Pemeriksaan Rutin Berdasarkan SPT Tahunan PPh Badan Lebih Bayar

a. PT. Murni Mapan Mandiri, NPWP : 01.501.987.0-401.000, Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan Tahun 2003 menunjukkan Lebih Bayar Rp. 1.910.004.861,-

(13)

b. PT. Indocast Sarana Jaya, NPWP : 01.455.298.8-401.000, Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan Tahun 2003 menunjukkan Lebih BayarRp. 187.620.194,-

c. PT. Dover Chemical, NPWP : 01.207.369.8-401.000, Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan Tahun 2003 menunjukkan Lebih BayarRp. 399.200.241,-

2. Pemeriksaan Rutin Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan Rugi Tidak Lebih Bayar (Dikompensasikan)

a. PT. Puncak Ardumulya Realty, NPWP : 01.337.736.1-401.000, Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan Tahun 2003 menunjukkan Rugi Tidak Lebih Bayar (Dikompensasikan) Rp. 256.328.000,-

b. PT. Carita Krakatau International, NPWP : 01.244.001.2-401.000 Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan Tahun 2003 menunjukkan Rugi Tidak Lebih Bayar (Dikompensasikan) Rp. 875.561.000,-

c. PT. Colorindo Aneka Chemical, NPWP : 01.483.476.6-401.000 Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan Tahun 2003 menunjukkan Rugi Tidak Lebih Bayar (Dikompensasikan) Rp. 1.566.325.250,-

3. Pemeriksaan Rutin Berdasarkan Keterangan Lainnya (Penghapusan NPWP) a. CV. Alwan Pratama, NPWP : 01.793.595.8-401.000, Wajib Pajak

mengajukan permohonan penghapusan NPWP dikarenakan sudah tidak beroperasi.

(14)

b. CV. Sanggasuma Buana Jaya, NPWP : 01.485.715.5-401.000 Wajib Pajak mengajukan pennohonan penghapusan NPWP dikarenakan sudah tidak beroperasi.

c. CV. Ada, NPWP : 01.244.133.3-401.000 Wajib Pajak mengajukan permohonan penghapusan NPWP dikarenakan sudah tidak beroperasi.

4. Pemeriksaan Khusus Berdasarkan Analisis Data

a. PT. Mitra Pesona Keramindo, NPWP : 01.754.794.4-401.000, berdasarkan analisis data oleh pemeriksa terdapat kesalahan dalam penerapan ketentuan penyusutan aktiva.

b. PT. Parigi Laju Sakti, NPWP : 01.430.740.9-401.000, berdasarkan analisis data oleh pemeriksa terdapat pembebanan biaya yang menurut ketentuan perpajakan tidak diperbolehkan.

c. PT. Cilegon Raya Utama Motor, NPWP : 01.120.494.8-401.000, berdasarkan analisis data oleh Pemeriksa terdapat pendapatan dari penyewaan bus (yang merupakan usaha utama Wajib Pajak) tidak dilaporkan seluruhnya.

2. Kriteria Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Serang

Pada tahun 2003, KPP Serang menggolongkan PSL dalam dua kriteria pemeriksaan > yaitu:

a. Kriteria Pemeriksaan Rutin : 1). SPTLebihBayar

2). Kompensasi Kerugian

(15)

3). Lainnya (Kriteria Seleksi, LP2 Rutin, Penghapusan NPWP).

b. Kriteria Pemeriksaan Khusus : 1). Analisis Data.

Kriteria Pemeriksaan Pajak selama tahun 2003 digambarkan oleh Tabel dibawah ini dalam daftar beban pemeriksaan.

Tabel II

Daftar Beban Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) Wajib Pajak Badan Selama Tahun 2003 Berdasarkan Kriteria Pemeriksaan

Kriteria Pemeriksaan

Pemeriksaan Rutin : 1). SPT Lebih Bayar

2). SPT Kompensasi Kerugian 3). Lainnya

Total Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus:

1). Analisis Data

Total Pemeriksaan Khusus

Total beban pemeriksaan selama tahun 2003

Beban Pemeriksaan selama Tahun 2003

21 Pemeriksaan 17 Pemeriksaan 34 Pemeriksaan 72 Pemeriksaan

25 Pemeriksaan 25 Pemeriksaan 97 Pemeriksaan

Sumber : Diolah dari data Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPh Badan Tahun 2003

3. Pelaksana Pemeriksa Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Serang

Pada tahun 2003, jumlah seluruh karyawan dan karyawati KPP Serang sebanyak 109 orang dan 21 persen atau sebanyak 23 orang pemeriksa diantaranya adalah pemeriksa yang telah memiliki Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa, Data ini diperoleh dari arsip kepegawaian yang didukung dengan tanya jawab langsung dengan para pemeriksa. Dari total pemeriksa di KPP Serang, tidak seluruhnya melakukan PSL untuk Wajib Pajak Badan, karena masih ada jenis-jenis pemeriksaan lainnya, seperti PSL untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, PPN, P2PPh.

(16)

Oleh karena itu untuk PSL Wajib Pajak Badan dikonsentrasikan dan menjadi tanggung jawab, wewenang, dan tugas dari Seksi PPh Badan. Tetapi dalam pelaksanaannya, masih dibutuhkan koordinasi dengan seksi lain yang terkait.

Selama Tahun 2003, beban pemeriksaan atas Wajib Pajak Badan menjadi tanggung jawab para pemeriksa yang terdiri dari : Kepala Seksi PPh Badan, Koordinator Pelaksana PPh Badan I, Koordinator Pelaksana PPh Badan II dan Pelaksana Seksi PPh Badan sebanyak 5 Orang. Dengan demikian jumlah pemeriksa PSL Wajib Pajak Badan periode 1 Januari 2003 sampai dengan 31 Desember 2003 sebanyak 8 orang sudah termasuk Supervisor dan Ketua Tim.

Dalam rangka peningkatan standar kualitas pemeriksaan, menurut pemeriksa pada tahun 2002 pernah diadakan in house training yang diikuti oleh seluruh pemeriksa, yang diadakan selama satu bulan sekali. Selain itu, KPP Serang selalu mengirimkan pegawainya untuk mengikuti diklat pemeriksaan yang diadakan oleh Kanwil DJP Jawa Bagian Barat I dan Kantor Pusat DJP. Adapun gambaran mengenai pendidikan yang dimiliki para pemeriksa dapat dilihat dalam table sebagai berikut:

TabeUII

Daftar Tenaga Pemeriksa di Seksi PPh Badan No

1 2 3

Namadan Jabatan

Andreas Mutholib, SH,MM

Kepala Seksi PPh Badan Charles P. Siagian

Koordinator Pelaksana PPH Badan I

Joko Pitoyo, SE,S.Sos Koordinator Pelaksana PPh Badan II

Pendidikan Formal

S2 SI SI

Diklat yang pernah diikuti DPT III Pajak

Diklat Pemeriksa Pajak

Diklat Pemeriksa Pajak

Pengalaman sebagai pemeriksa

26 Tahun 9 Tahun 14 Tahun

(17)

4

5 6 7 8

Asep Ahmad Mulyadi Pelaksana

Murdohandoko Pelaksana

Tonggo Pasaribu Pelaksana

Dede Saleh Pelaksana Mulyani Pelaksana

D III STAN

SI D III Pajak

SMA SMA

DPTII Pajak

DPT II Pajak

-

DPT II Pajak DPT II Pajak

5 Tahun

8 Tahun 6 Tahun 2 Tahun 2 Tahun Sumber : Data Kepegawaian KPP Serang

TabellV

Daftar Penyelesaian Pemeriksaan Selama Tahun 2003 Keterangan

Tunggakan dari tahun-tahun sebelumnya

SPPP yang terbit selama tahun 2003 Beban Pemeriksaan selama tahun 2003 LPP yang selesai dari:

SPPP tahun sebelumnya (2002) SPPP tahun ini (2003)

Total LPP yang selesai tahun 2003 Tunggakan pemeriksaan akhir tahun 2003

Pemeriksaan Rutin

-

72 72

72 72

-

Pemeriksaan Khusus

-

25 25

25 25

-

Total

-

97 97

97 97

-

Sumber : Data Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPh Badan Tahun 2003

Untuk pengukuran kinerja tiap pemeriksa di Seksi PPh Badan KPP Serang, Kanwil DJP Jawa Bagian Barat I melakukan peringkat berdasarkan jumlah hasil pemeriksaan setiap pemeriksa.

Selama tahun 2003 KPP Serang menghasilkan 97 LHP/LPP dari PSL Wajib Pajak Badan (dapat dilihat pada tabel HI). Dari 97 LHP/LPP tersebut dihasilkan oleh pelaksana pemeriksa efektif sebanyak 5 Orang. Ini berarti jika dirata-rata setiap pelaksana pemeriksa pajak menghasilkan 19 LHP/LPP dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan Kanwil DJP Jawa Bagian Barat I telah

(18)

memberikan standar prestasi untuk seorang pemeriksa dalam satu tahun sebanyak 20 pemeriksaan.

4. Monitoring dan Tindak Lanjut Pemeriksaan Pajak

Monitoring dilakukan dengan dikirimkannya DKHP ke Direktorat Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan tindak lanjut pemeriksaan diawali dengan diterbitkannya produk pemeriksaan berupa SKPKB, SKPLB, atau SKPN. Setelah Surat Ketetapan Pajak terbit, maka Wajib Pajak akan menyelesaikan dengan seksi lain dan sudah bukan menjadi tugas, tanggung jawab, dan wewenang para pemeriksa di Seksi PPh Badan, karena pekerjaan pemeriksaan telah selesai pada saat ditandatanganinya Berita Acara Hasil Pemeriksaan dan Laporan Pemeriksaan Pajak.

B. PEMBAHASAN

1. Evaluasi atas Prosedur Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Serang

Tujuan utama suatu compliance audit di bidang perpajakan adalah menentukan tingkat kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam hal ini Wajib Pajak, dan untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaannya. Untuk menguji tingkat kepatuhan ini, Direktur Jenderal Pajak telah memberikan wewenang kepada KPP Serang untuk melaksanakan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang terdaftar di wilayah kerja KPP Serang. KPP Serang dalam melaksanakan tugas pemeriksaan ini, berusaha menerapkan suatu prosedur pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak.

(19)

Apabila ditinjau dari segi auditing, prosedur pemeriksaan pajak di KPP Serang pada dasarnya telah memenuhi kelima unsur pokok pemeriksaan, yaitu : a. Dilakukan pada suatu usaha atau entitas tertentu yang memproduksi suatu

informasi dimana informasi ini akan berguna bagi pihak lain. Dalam hal ini, Wajib Pajak menurut sudut pandang perpajakan merupakan suatu entitas usaha. Setiap Wajib Pajak mengeluarkan informasi berupa Laporan Keuangan yang menjadi dasar perhitungan pajak yang harus disetor kepada negara. Jadi KPP Serang dalam melakukan pemeriksaan benar-benar memeriksa suatu entitas usaha.

b. Pemeriksaan merupakan suatu proses sistemik dalam rangka pengumpulan bukti-bukti sebagai alat untuk mendukung dilakukannya evaluasi atas bukti- bukti tersebut. Proses pengumpulan bukti ini telah terdapat pada prosedur pemeriksaan yang dilakukan KPP Serang. Bukti-bukti yang digunakan sebagai pendukung evaluasi diperoleh dari berbagai pihak, seperti berkas Wajib Pajak yang dimiliki KPP Serang sebagai arsip, dokumen Wajib Pajak yang dipinjam oleh Pemeriksa pada saat pemeriksaan di lapangan, dan konfirmasi pada pihak ketiga. Selanjutnya para pemeriksa juga telah melakukan evaluasi atas bukti- bukti tersebut dengan cara mempelajari, mengukur, dan menelaah. Hasil dari evaluasi ini diarahkan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilaksanakan oleh Wajib Pajak. Secara prosedural, evaluasi yang dilakukan pemeriksa dari bukti yang dikumpulkan telah memadai.

c. Pemeriksaan yang dilakukan memberikan informasi yang telah diukur untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan. Unsur

(20)

ini merupakan lanjutan dan unsur kedua, dimana hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Kriteria disini adalah undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Hasil dari pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah Wajib Pajak telah memenuhi peraturan perpajakan dan melaporkannya dengan benar. Pemeriksa KPP Serang dalam hal ini telah berpedoman pada kriteria yang ada dalam menentukan tingkat kesesuaian SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak yang diperiksa.

d. Pemeriksaan harus dilakukan oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya dan independen. KPP Serang telah memiliki karyawannya yang dianggap kompeten dalam bidang perpajakan dan telah mendapatkan pendidikan teknis sebagai pemeriksa pajak serta memiliki ketrampilan dalam hal pemeriksaan pajak. Namun dalam hal pemeriksa haruslah seorang yang independen, KPP Serang belum memiliki cara yang tepat untuk menjamin setiap pemeriksa bersifat independen. Independensi bagi seorang pemeriksa sangatlah penting, terutama pada aparat pemerintahan (public serving) seperti pada KPP Serang.

Seharusnya KPP Serang dapat memberikan jaminan dan kepercayaan penuh kepada masyarakat dalam hal ini Wajib Pajak, agar Wajib Pajak memiliki kesadaran untuk membangun negara melalui pembayaran pajak. Jika Wajib Pajak menyangsikan independensi pemeriksa pajak, maka Wajib Pajak cenderung akan melakukan kecurangan pajak dengan cara memberikan imbalan tertentu pada pemeriksa agar kewajiban membayar pajaknya diperkecil atau dihapuskan. Salah satu cara yang dapat menjadi pilihan dalam

(21)

menyikapi masalah independensi misalnya di KPP Serang disediakan kotak pengaduan yang bisa diisi oleh masyarakat yang mengetahui adanya tindakan yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak yang menunjukkan bahwa pemeriksa tidak independen dengan disertai bukti. Dengan adanya Iaporan yang masuk dapat diselidiki kebenarannya meialui bukti yang ditunjukkan oleh masyarakat tersebut. Cara Iain yang bisa ditempuh adalah mengajak kerjasama dengan masyarakat untuk memerangi ketidakindependesinya pemeriksa meialui penyuluhan perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perpajakan dan ketaatan perpajakan Wajib Pajak. Bila cara ini dilakukan dengan tepat, maka diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat bahwa pegawai pajak adalah mitra dan abdi masyarakat yang dapat dipercaya, bukan sebagai musuh yang harus ditakuti dan dicurigai.

e. Penuangan hasil pemeriksaan ke dalam KKP dan LHP. Akhir dari prosedur pelaksanaan pemeriksaan ditandai dengan dituangkannya hasil pemeriksaan ke dalam LHP berupa LPP dengan produk tambahan sebagai tindak lanjut dan monitoring, berupa nota penghitungan dan DKHP. Nota penghitungan ini adalah dasar diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP). SKP yang terbit ada tiga macam yaitu SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar), SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar), dan SKPN ( Surat Ketetapan Pajak Nihil). SKP ini merupakan tindak lanjut dari pemeriksaan pajak, karena dengan diterbitkannya SKP, berarti ada kewajiban dan hak yang timbul bagi Wajib Pajak. Sedangkan DKHP adalah sarana monitoring pemeriksaan yang berisi ringkasan yang berisi ringkasan hasil pemeriksaan. DKHP dikirimkan

(22)

kepada Direktorat Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak yang bertugas memonitor kegiatan pemeriksaan pajak diseluruh wilayah Indonesia.

Pada akhir laporan pemeriksaan, pemeriksa selalu membuat Nota Penghitungan dan DKHP. Nota Penghitungan ini oleh Pemeriksa dikirimkan ke seksi TUP (Tata Usaha Perpajakan) untuk dibuatkan SKP-nya. Pemeriksa juga selalu mengirimkan DKHP kepada Direktorat Pemeriksaan, Penyidikan

dan Penagihan Pajak yang berkedudukan di Kantor Pusat DJP.

Berdasarkan uraian diatas dilihat dari sisi perpajakan, prosedur Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) Wajib Pajak di KPP Serang telah memenuhi ketentuan perpajakan yang berlaku pada tahun 2003. Pemeriksaan diawali dengan diterbitkannya SPPP yang merupakan bukti bahwa KPP Serang mendapat wewenang untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan yang tercantum dalam SPPP. Setelah SPPP terbit, dilakukan prosedur-prosedur pemeriksaan yang meliputi prosedur persiapan pemeriksaan, prosedur pelaksanaan pemeriksaan dan prosedur pembuatan laporan.

Pada tahap persiapan, pemeriksa KPP Serang telah melakukan analisis berkas-berkas Wajib Pajak yang tersimpan dalam arsip KPP Serang. Analisis berkas ini bertujuan untuk megetahui gambaran umum perusahaan, menentukan kedalaman pemeriksaan, mempersiapkan apa yang akan ditanyakan dan diminta dalam mengumpulkan data, dan persiapan lainnya sehubungan dengan pemeriksaan. Selain itu pemeriksa juga telah menyiapkan formulir dan surat-surat sehubungan dengan pemeriksaan. Tetapi biasanya tidak semua formulir disiapkan, melainkan hanya yang dibutuhkan saja. Hal ini bisa dimaklumi mengingat banyak

(23)

sekali formulir yang harus dibawa ke tempat Wajib Pajak padahal tidak semuanya dipakai.

Selanjutnya pemeriksa telah melewati tahap pelaksanaan dengan mendatangi ke tempat Wajib Pajak untuk menjelaskan maksud diadakannya pemeriksaan dan dan meminta Wajib Pajak membubuhkan tanda tangan sebagai bukti bahwa Wajib Pajak mengerti dan menyetujui diiakukan pemeriksaan atas usahanya. Pemeriksa juga telah melakukan pemeriksaan atas Wajib Pajak dengan baik dan prosedural dan diakhiri dengan closing conference, yaitu tidak melebihi satu bulan kecuali untuk pemeriksaan khusus. Apabila jangka waktu satu bulan belum mencukupi, maka pemeriksa mengajukan surat permohonan perpanjangan jangka waktu pemeriksaan. Selama tahun 2003, untuk pemeriksaan rutin tidak ada perpanjangan jangka waktu pemeriksaan. Perpanjangan pemeriksaan hanya dilakukan pada

pemeriksaan khusus.

Pada tahap terakhir, pemeriksa telah menyusun laporan hasil pemeriksaan yang disarikan dari KKP. Pembuatan laporan ini seiring dengan dilakukannya evaluasi atas berkas-berkas dan dokumen Wajib Pajak. Dengan dibuatnya laporan ini, berarti kegiatan pemeriksaan pajak di KPP Serang telah berakhir. Tindak lanjut monitoring sudah bukan menjadi tugas, tanggungjawab, dan wewenang para pemeriksa. Tugas monitoring dilakukan oleh Direktur Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak, sedangkan tugas tindak lanjut dilakukan oleh Seksi lain dalam KPP Serang yaitu Seksi Penagihan dan Seksi Penerimaan dan Keberatan, jika Wajib Pajak mengajukan keberatan atas hasil pemeriksaan.

Prosedur ini dinilai cukup baik karena sudah dilakukan pemisahan fungsi antara

(24)

pembuat laporan (pemeriksa), pembuat ketetapan, bagian penagihan dan bagian yang melayani keluhan/ketidakpuasan Wajib Pajak atas hasil pemenksaan.

Secara keseluruhan, baik auditing maupun perpajakan, prosedur

pemeriksaan di KPP Serang sudah memenuhi persyaratan. Hanya membutuhkan

sedikit perbaikan dalam hal meningkatkan dan terus memantau independensi para pemeriksanya. Karena independensi merupakan faktor penting dalam menyelatnatkan penerimaan negara dan sektor pajak. Jangan sampai penerimaan dari sektor pajak ini dinikmati oleh sebagian orang saja dengan cara yang tidak baik. Apalagi bila mengingat kembali pada tujuan awal dilakukannya pemeriksaan atas Wajib Pajak adalah untuk menguji kepatuhan, maka jangan sampai digunakan untuk kepentingan pribadi para pemeriksa pajak. Untuk menghindari hal ini terjadi, perlu dipikirkan lagi bagaimana cara yang tepat dalam menjaga inpendensi para pemeriksa pajak.

Berikut dapat diuraikan lebih lanjut atas pelaksanaan prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa KPP Serang :

1) Evaluasi terhadap Prosedur Persiapan Pemeriksaan Pajak

Pada tahap ini, jangka waktu pemeriksaan belum dihitung. Ini berarti selama Pemeriksa KPP Serang masih dalam tahap persiapan pemeriksaan pajak, tidak ada jatuh tempo yang membatasinya walaupun SPPP telah lama terbit.

Sebaiknya diberikan batasan waktu untuk tahapan ini, karena waktu yang diberikan tidak terbatas bisa menambah tunggakan pemeriksaan. Selain itu secara tidak langsung memberikan peluang kepada Wajib Pajak yang beritikad kurang baik untuk melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses

(25)

pemeriksaan. Pada tahap ini, terdapat delapan langkah kegiatan yang akan dievaluasi. Kegiatan-kegiatan itu adalah sebagai berikut:

a) Mempelajari Berkas Wajib Pajak/Berkas Data

Dalam mempelajari berkas-berkas Wajib Pajak, Pemeriksa KPP Serang terkesan hanya sekedar mengumpulkan dan meneliti untuk dituangkan dalam KKP dan LPP saja. Sebaiknya kegiatan pada tahap ini tidak terhenti sampai disini saja. Setelah mengetahui gambaran umum kegiatan usaha Wajib Pajak, hendaknya pemeriksa mempelajari jenis usahanya, mencari tahu usaha sejenis dengan Wajib Pajak sebagai pembanding, dan juga mempelajari peraturan perpajakan yang berlaku bagi kegiatan usaha Wajib Pajak yang akan diperiksa. Dengan keterbatasan data yang ada, tindakan yang bisa memaksimalkan informasi yang diperoleh antara lain:

a. 1) Mempelajari akte notaris dan akte perubahannya jika ada

Pemeriksa hendaknya meneliti akte notaris apakah didalamnya terdapat pemegang saham yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Selain itu, juga harus diungkapkan struktur permodalannya, susunan pemegang saham, bagan organisasi, dan informasi lain yang terkait.

a.2) Mempelajari Struktur Perusahaan

Struktur organisasi perlu dipelajari, minimal pemeriksa mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas perusahaan. Jadi sewaktu pemeriksa mendatangi ke tempat Wajib Pajak, pemeriksa sudah tahu harus bertemu dengan siapa. Jangan sampai pemeriksa tidak tahu siapa direkturnya atau pemilik perusahaanya. Jika hal ini terjadi, akan merugikan pemeriksa sendiri, karena pemeriksa tidak akan bisa

(26)

menjalankan pemeriksaan jika pemilik atau direktur menyembunyikan diri dan

menyuruh karyawannya untuk menggantikannya.

a.3) Mempelajari Hasil Pemeriksaan Tahun Sebelumnya Jika Ada.

Jika Wajib Pajak pernah diperiksa tahun sebelumnya, hal ini akan lebih

memudahkan pemeriksa dalam memperolah gambaran kegiatan usaha, bagaimana proses produksinya, perkiraan apa yang rawan penggelapan pajak, temuan-temuan apa saja yang dihasilkan, dan informasi lain yang relevan. Tentu saja informasi ini tidak sepenuhnya harus dijadikan dasar pemeriksaan, karena bagaimanapun juga informasi tersebut adalah data dari tahun lalu. Tentu saja kondisi saat ini telah mengalami perubahan, tetapi setidaknya masih dapat digunakan sebagai acuan dalam pemeriksaan

a.4) Mempelajari Peraturan Perpajakan

Setiap Wajib Pajak pasti memiliki spesialisasi khusus dalam bidang usahanya. Dengan berbedanya jenis usaha, maka tentu berbeda pula peraturan perpajakarinya. Sebagai pemeriksa, hendaknya menyiapkan dan memperdalam peraturan perpajakan terbaru yang berkaitan dengan usaha Wajib Pajak

Hal-hal tersebut akan menunjang keahlian pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Jadi pemeriksa akan memiliki cukup bekal menghadapi Wajib Pajak yang berusaha melakukan kecurangan dan mejadikan aparat pemeriksa pajak lebih berkualitas sehingga disegani oleh Wajib Pajak.

b) Menganalisis SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak

Analisis yang dilakukan Pemeriksa KPP Serang terhadap SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak masih sebatas perbandingan angka-angka dalam

(27)

laporan keuangan secara horizontal maupun vertical saja. Sebenarnya akan lebih

baik jika dilakukan analisis yang lebih mendalam, misalnya menentukan perkiraan yang dijadikan prioritas dalam pemeriksaan. Dengan adanya prioritas terhadap perkiraan tertentu yang dianggap signifikan, pemeriksaan akan lebih terfokus dan efisien. Dari prioritas yang telah dipilih akan mendapatkan hasil yang lebih optimal dengan mengembangkan pemeriksaan pada perkiraan prioritas tersebut, daripada memeriksa semua perkiraan dengan bobot yang sama.

c) Mengidentifikasikan Masalah

Jika memperhatikan uraian tentang identifikasi masalah terhadap Wajib Pajak yang diperiksa, Pemeriksa KPP Serang hanya menguraikan dan menjabarkan masalah secara urnum dari hasil perbandingan Laporan Keuangan.

Pemeriksa baru menuangkan analisis Laporan Keuangan pada saat seharusnya membuat identifikasi masalah. Ini dikarenakan pada tahap sebelumnya pemeriksa belum melakukan analisis. Analisis ini juga sebatas penggambaran kondisi laporan keuangan perusahaan tahun diperiksa dibandingkan pada tahun sebelumnya.

Sebaiknya Pemeriksa KPP Serang melakukan analisis yang lebih mendalam. Dari hasil analisis ini akan dapat mengidentifikasikan masalah apa yang harus mendapatkan tekanan dalam pemeriksaan. Akan lebih baik lagi jika penekanan pada hal-hal yang lebih spesifik berkaitan dengan jenis usaha Wajib Pajak. Sebagai contoh terhadap pos-pos yang dikaji lebih dalam seperti berikut:

c.l) Peredaran usaha yang mengalami kenaikan sebesar 40 % apakah diikuti dengan kenaikan laba kotor yang sebanding. Jika diasumsikan dalam kondisi

(28)

tetap, peredaran usafaa yang naik 40% haras diikuti pula dengan kenaikan laba bruto. Jika ternyata laba brutonya tetap atau bahkan turun, maka harus dicari tahu penyebabnya. Apakah disebabkan oleh komponen harga pokok atau kondisi lainnya, misalnya kenaikan nilai kurs.

c.2) Aktiva tetap yang meningkat sangat tinggi yaitu 72%. Mengapa aktiva menjadi sangat tinggi nilainya, apakah sengaja dibuat agar penyusutan juga tinggi dan pada akhirnya laba kena pajak dapat ditekan. Perlu dihitung ulang masalah pembebanan penyusutan, apakah telah memenuhi ketentuan perpajakan.

c.3) Biaya umum dan administrasi meningkat 104% dari tahun sebelumnya, sedangkan prosentase penjualan dan produksi cenderung stabil. Untuk mengetahui penyebabnya harus ditelusuri lagi pos-pos perkiraan yang terdapat dalam biaya umum dan administrasi. Apakah ada pengeluaran yang tidak seperti biasanya atau ada pengeluaran tak terduga yang jumlahnya cukup material. Karena apabila penjualan dan produksinya stabil, maka biaya yang dikeluarkan perusahaan sangat tidak wajar jika naik dua kali lipat,

Identifikasi masalah yang dilakukan oleh pemeriksa selama ini masih bersifat umum yaitu menggambarkan perbandingan kegiatan usaha Wajib Pajak.

Maka sebaiknya diperbaharui lagi agar identifikasi benar-benar dapat membantu pemeriksaan secara optimal.

d) Melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak.

(29)

Tahap pengenalan ke lokasi Wajib Pajak tidak dilakukan oleh Pemeriksa KPP Serang pada saat persiapan pemeriksaan dengan alasan membuang waktu dan tenaga. Sangat disayangkan karena pengenalan lokasi sebenarnya penting untuk mengetahui gambaran fisik kegiatan usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Sampai dengan tahap ini, pemeriksa hanya melihat gambaran usaha kegiatan Wajib Pajak secara tertulis, yaitu melalui laporan yang disampaikan ke KPP Serang. Pengenalan lokasi ini dinilai cukup penting untuk mengetahui apakah yang digambarkan Wajib Pajak telah sesuai dengan kondisi fisik yang

sesungguhnya di lapangan. Jika pemeriksa tidak melakukan pengenalan terlebih dahulu sebelum melaksanakan pemeriksaan, maka berarti pemeriksaan yang

dilakukan oleh pemeriksa belum terlalu matang. Karena sebelum melakukan kontak langsung dengan Wajib Pajak, pemeriksa seharusnya mengetahui dan memastikan alamat Wajib Pajak. Lokasi usahanya, baik kantor maupun pabrik.

Akan lebih mudah bagi pemeriksa jika hal-hal tersebut dilakukan tanpa

sepengetahuan dari Wajib Pajak. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan berpura-pura menjadi pelanggan atau pembeli, cara lain yang dapat diterapkan adalah mewanwancarai penduduk sekitar pabrik atau kantor atau pedagang yang berada disekitar pabrik.

e) Menentukan ruang lingkup pemeriksaan

Ruang lingkup pemeriksan yang telah ditentukan sebelum

dilaksanakannya pemeriksaan sangatlah penting, karena pada dasarnya diperlukan untuk menentukan luas dan arah pemeriksaan. Tetapi Pemeriksa KPP Serang melewatkan langkah yang penting ini dengan alasan telah cukup mengetahui

(30)

gambaran usaha Wajib Pajak. Sebenarnya menentukan ruang lingkup pemeriksaan tidak memakan waktu lama, jika dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. Untuk menentukan ruang lingkup sebenarnya tidak terlalu sulit, mengingat pemeriksa telah melakukan identifikasi masalah. Jadi rasanya alasan yang dibuat pemeriksa untuk menghindari ruang lingkup pemeriksaan dinilai kurang tepat.

Akibat tindakan pemeriksa tersebut, pemeriksaan bisa menjalar dan meluas pada masalah-masalah yang sebenarnya tidak perlu diperiksa. Dengan ditentukannya ruang lingkup terlebih dahulu juga memungkinkan suatu pemeriksaan berjalan lebih efesien dan efektif.

f) Menyusun Program Pemeriksaan

Program pemeriksaan yang dibuat oleh Pemeriksa KPP Serang dinilai cukup memadai, walaupun masih bersifat umum dan belum menjurus ke jenis usaha tertentu. Tetapi program pemeriksaan yang dibuat ini terkesan hanya sebagai formalitas saja. Dari segi isi, program pemeriksaan yang dibuat pemeriksa masih terkesan sangat umum dan terlalu singkat untuk menggambarkan langkah apa yang akan dilakukan pada saat pemeriksaan. Hal ini sengaja dilakukan pemeriksa dengan alasan sudah cukup berpengalaman sehingga pemeriksa tidak lagi memikirkan tujuan utama disusunnya program pemeriksaan. Tujuan disusunnya program pemeriksaan yaitu sebagai sarana pembimbing bagi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan dan sebagai acuan bagi pemeriksa berikutnya.

(31)

Dalam pelaksanaannya, porgram pemeriksaan yang telah dibuat tidak terlalu berperan dalam langkah-langkah pemeriksaan. Terbukti tidak adanya penjelasan oleh pemeriksa tentang program pemeriksaan yang mana saja yang telah dijalankan dan mana yang tidak dijalankan. Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pemeriksa hanya membuat program pemeriksaan sebagai formalitas agar hasil pemeriksaan lengkap dan sah menurut hukum.

g) Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam

Kegiatan menentukan buku dan dokumen yang dipinjam dari Wajib Pajak oleh Pemeriksa KPP Serang telah dipersiapkan dengan cukup baik, tetapi kurang maksimal. Cukup baik karena semua dokumen, buku dan catatan yang

berhubungan dengan kewajiban perpajakan dan perkiraan-perkiraan yang

tercantum dalam laporan keuangan telah disiapkan untuk diminta beserta bukti- bukti pendukungnya. Kurang maksimal karena data yang diminta hanya

berhubungan dengan laporan yang dimunculkan oleh Wajib Pajak. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Wajib Pajak sengaja membuat beberapa laporan keuangan

yang berbeda dengan tujuan penghindaran pajak. Menghadapi Wajib Pajak semacam ini dibutuhkan cara tersendiri untuk mencegahnya melakukan penghindaran pajak. Namun para pemeriksa sepertinya tidak pernah memikirkan hal tersebut, apalagi mencari cara untuk menjerat Wajib Pajak yang berusaha

melakukan penghindaran atau memperkecil pembayaran pajaknya.

h) Menyediakan sarana pemeriksaan

Ketika hendak melangkah ke tahap pelaksanaan pemeriksaan. Para Pemeriksa KPP Serang umumnya hanya membawa tanda pengenal, SPPP, surat

(32)

pemberitahuan dan formulir beserta bukti peminjaman berkas. Sarana ini memang telah mencukupi jika pemeriksaan berjalan lancar, maksudnya Wajib Pajak menerima dengan baik kedatangan para pemeriksa beserta tujuan dilakukannya

pemeriksaan dan Wajib Pajak bersedia bekerjasama dengan para pemeriksa dalam hal ini mau memberikan buku, dokumen, dan catatan akuntansi yang dipinjam oleh Pemeriksa. Jika yang dihadapi adalah Wajib Pajak yang secara tegas menolak dilakukan pemeriksaan pajak atas kegiatan usahanya, maka pemeriksa harus kembali ke KPP Serang untuk mengambil surat pernyataan penolakan pemeriksaan dan formulir berita acara penolakan pemeriksaan. Atau jika Wajib Pajak bersedia dilakukannya pemeriksaan, tetapi tidak mau membantu kelancaran pemeriksaan dan menyembunyikan dokumen dan ruangan tertentu agar tidak diketahui pemeriksa, maka fomulir surat pernyataan penolakan membantu kelancaran pemeriksaan sangat diperlukan, juga dibutuhkan formulir segel beserta formulir berita acara penyegelan. Pada dasarnya semua formulir dan surat-surat yang dipersyaratkan untuk dibawa pada saat mendatangi Wajib Pajak adalah sangat penting. Oleh karena itu hendaknya pemeriksa menyiapkan semua sarana tesebut agar tidak menyebabkan pemeriksa kembali ke kantor hanya untuk mengambil formulir atau surat yang dibutuhkan. Hal ini akan membuat pemeriksa tampak tidak siap menghadapi Wajib Pajak, dan bisa berakibat Wajib Pajak menyangsikan kredibilitas pemeriksa sebagai pemeriksa pajak.

2) Evaluasi terhadap Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan diawali dengan memeriksa di tempat Wajib Pajak sampai dengan pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Prosedur yang

(33)

dilalui telah sesuai dengan pedoman pemeriksaan pajak yang telah ditetapkan.

Kegiatan tersebut diuraikan dalam bentuk evaluasi sebagai berikut:

a) Memeriksa di tempat Wajib Pajak

Ketika memulai melakukan pemeriksaan, Pemeriksa KPP Serang dalam satu tim benar-benar mendatangi tempat usaha Wajib Pajak. Langkah pertama setelah bertemu dengan Wajib Pajak adalah memperkenalkan diri dengan menunjukkan kartu tanda pengenal pemeriksa. Hal ini dilakukan agar Wajib Pajak yakin dan mengetahui dengan pasti bahwa para pemeriksa ini memang benar- benar wakil dari Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas melaksanakan pemeriksaan pajak atas kegiatan usaha yang telah dijalankan.

Setelah memperkenalkan diri, pemeriksa menjelaskan maksud kedatangan sesuai dengan yang tercantum dalam SPPP kepada pemilik atau penanggungjawab perusahaan. Selanjutnya pemeriksa melakukan langkah-langkah pemeriksaan sesuai dengan pedoman pelaksanaan pemeriksaan pajak. Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan, selama ini para pemeriksa tidak pernah mengalami kesulitan dalam tahapan ini karena Wajib Pajak yang diperiksa tidak pernah melakukan penolakan pemeriksaan.

b) Melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern

Penilaian atas pengendalian intern terhadap kegiatan usaha Wajib Pajak hanya dilakukan oleh Pemeriksa KPP Serang sebatas ada tidaknya pemisahan fungsi dan pengamatan atas arus dokumen dan barang. Sangat disayangkan sebenarnya, karena penilaian atas sistem pengendalian intern mi sangat penting.

Pemeriksa tidak memperdalam lagi tanpa menyebutkan alasan mengapa tahap ini

(34)

dilalui begitu saja. Sebaiknya dilakukan telaah lebih jauh tentang kegiatan pda tahap ini karena hasil dari penilaian atas sistem pengendalian intern perusahaaan

akan sangat membantu jalannya pemeriksaan.

Pemeriksaan yang baik atas sistem pengendalian intern sebaiknya

dilakukan sebagai berikut:

b.l) Mengumpulkan informasi berupa struktur organisasi ,bagan perkiraan , arus dokumen, arus barang, dan informasi berguna lainnya. Kemudian meiakukan tanya jawab sambil rnengamati proses pelaksanaan sistem pengendalian intern di tempat Wajib Pajak.

b.2) Informasi yang diperoleh dicatat, ditelaah, dinilai dan ditarik kesimpulan sementara berupa uraian singkat mengenai sistem pengendalian intern Wajib Pajak.

b.3) Meiakukan pengujian dan penilaian tentang hal-hal sebagai berikut:

b.3.1) Adanya pemisahan tugas/fungsi dalam hal pencatatan, pembukuan, penyimpanan, dan pembayaran.

b.3.2) Otorisasi atas transaksi penjualan.

b.3.3) Dokumen yang dibuat prenumbered, dokumen dipersiapkan dan dibuat pada saat transaksi, dokumen telah mencerminkan seluruh informasi yang dibutuhkan dan dokumen hendaknya dibuat sesederhana mungkin dengan manfaat yang maksimal.

b.3.4) Adanya pengendalian fisik atas aktiva perusahaan b.3.5) Adanya kontrol berupa pengecekan secara independent

(35)

b.4) Membuat kesimpulan yang menyatakan baik buruknya sistem pengendalian

intern.

Hasil penelitian diatas juga akan dipakai untuk memutakhirkan kembali ruang lingkup dan program pemeriksaan. Jika sistem pengendalian internnya baik, maka pemeriksa hendaknya membatasi pengujian. Jika sistem pengendalian internnya buruk hendaknya pemeriksa mengembangkan pengujian, tentu saja harus tetap mempertimbangkan manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Oleh sebab itu penilaiaan atas sistem pengendalian intern ini muntlak diperlukan pemeriksa, agar pemeriksaan lebih terarah dan tepat menuju sasaran yang diinginkan. Dengan demikian hasil yang diperoleh nantinya akan sangst memuaskan.

c) Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan

Karena tidak dilakukannya pengujian dan penilaian atas sistem pengendalian intern, maka Pemeriksa KPP Serang juga tidak memiliki dasar untuk melakukan pemutakhiran ruang lingkup dan program pemeriksaan.

Pemeriksa tidak menganggap penting permasalahan ini, karena itu pemeriksa tidak perlu lagi memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan. Alasan yang diberikan pemeriksa tetap sama, yaitu keterbatasan waktu yang disediakan untuk memeriksa, maka ruang lingkup dan program pemeriksaan tetap menggunakan yang lama karena masih relevan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Langkah penilaian atas sistem pengendalian intern, kemudian melakukan pemutakhiran ruang lingkup dan program pemeriksaan seharusnya

(36)

dilakukan karena akan membantu proses pemeriksaan berjalan terarah dan terkendali sehingga pemeriksaan akan berlangsung lebih efisien dan efektif.

Dalam pemeriksaan yang baik dengan catatan tidak terbentur waktu yang singkat, pemutakhiran ruang lingkup dan program pemeriksaan boleh dilakukan lebih dari satu kali. Apabila terdapat data baru yang memungkinkan pemeriksa untuk menggali lebih dalam dari data tersebut, maka harus segera dilakukan pemutakhiran kembali. Kegiatan pemutakhiran ini dapat terus berlangsung selama diperlukan penggaiian data baru untuk mengungkap temuan-temuan dalam pemeriksaan.

d) Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen- dokumen

Pemeriksaan atas buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak telah dilakukan dengan benar oleh Pemeriksa KPP Serang. Pemeriksaan ini sebagian besar dilakukan secara menyeluruh karena memang pemeriksaan perpajakan terkadang tidak dapat dilakukan dengan metode sampling. Metode sampling itu sendiri sebenarnya telah diperkenankan ssebagai salah satu teknik pemeriksaan pajak, tetapi tidak ada kriteria khusus yang rnencantumkan kondisi Wajib Pajak mana yang hendaknya diperiksa dengan menggunakan teknik sampling. Untuk Wajib Pajak yang berada di wilayah KPP Serang, masih memungkinkan dilakukan pemeriksaan tanpa menggunakan teknik sampling dalam memeriksa item-item tertentu dimana hal ini akan menghasilkan angka yang akurat. Sebagai contoh, jika melakukan pemeriksaan atas biaya-biaya yang tidak boleh dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto dilakukan dengan metode sampling, maka

(37)

hasilnya tidak akan sesuai dengan yang sebenarnya. Oleh karena itu, pemeriksa sudah benar apabila melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan ini juga akan dituangkan ke dalam Kertas Kerja

Pemeriksaan dan selanjutnya didiskusikan, ditelaah, dan ditandatangani oleh pemeriksa dalam satu tim.

e) Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga bila dianggap perlu

Konfirmasi yang rutin dilakukan hanya konfirmasi terhadap PPN, yaitu untuk mengecek kebenaran pajak masukan dan pajak keluaran yang dilaporkan.

Selain konfirmasi PPN ini, Pemeriksa KPP Serang pada umumnya tidak melakukan konfirmasi lain kepada pihak ketiga. Alasan tidak dilakukannya konfirmasi pada pihak ketiga bermacam-macam, ada yang beranggapan hal tersebut tidak perlu dilakukan atau karena tanpa konfirmasi pun sudah didapatkan koreksi fiskalnya. Apalagi konfirmasi membutuhkan waktu, fasilitas, dana dan tenaga dimana pemeriksa memiliki keterbatasan dalam hal tersebut. Masalah konfirmasi ini terkesan diabaikan oleh para pemeriksa dan para pejabat pemeriksa di lingkungan KPP Serang. Karena alasan yang serupa bahwa tanpa konfirmasi pada pihak ket'ga pun, pemeriksaan telah mendapatkan hasil yang diinginkan, jadi mengapa harus mempersulit pekerjaan.

Pandangan ini tidak sepenuhnya benar, akan lebih baik dilakukan konfirmasi pada pihak ketiga karena hasil pemeriksaan akan lebih kuat jika didukung oleh keterangan dari pihak ketiga tersebut. Apalagi jika bukti yang didapatkan dari hasil pemeriksaan belum cukup kuat.

(38)

Tetapi semua itu kembali pada biaya dan manfaat yang timbul dari konfirmasi ini. Jika pemeriksaan telah didukung oleh bukti yang cukup kuat,

maka tindakan pemeriksa untuk tidak melakukan konfirmasi pada pihak ketiga

memang telah tepat.

f) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang diperiksa

Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak telah dilakukan Pemeriksa KPP Serang sesuai dengan ketentuan yaitu dikirimkan ke alamat Wajib Pajak secara tertulis. Pemeriksa juga telah memberikan penjelasan kepada Wajib Pajak atas hasil pemeriksaan tersebut. Selain itu, pemeriksa juga telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapatnya dalam waktu tujuh hari sejak diterimanya surat pemberitahuan tersebut. Pada tahapan ini pemeriksa sudah melaksanakan dengan

benar.

Tetapi, terkadang pemberitahuan tertulis yang dikirimkan melalui pos datang terlambat. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian pihak KPP Serang bagaimana caranya agar surat pemeberitahuan tersebut diterima Wajib Pajak tepat pada waktunya, misalnya surat pemberitahuan tersebut dikirim secara tercatat, disamping itu hendaknya ada konfirmasi dari KPP Serang tentang apakah surat pemberitahuan tersebut telah diterima Wajib Pajak beberapa hari setelah

pengiriman.

Agar aparat pemeriksa pajak berrungsi sebagai abdi masyarakat yang baik,

hendaknya pemeriksa disamping mengirimkan surat pemberitahuan tersebut, juga

menelepon Wajib Pajak dan menjelaskan hak dan kewajiban yang dimiliki Wajib

(39)

Pajak untuk memperoleh penjelasan lebih rinci. Selanjutnya atas hasil koreksi fiskal yang dilakukan pemeriksa agar diuraikan secara detail dengan tujuan

supaya Wajib Pajak mengerti dan untuk masa yang akan datang Wajib Pajak tidak

mengulangi kesalahan tersebut.

g) Melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan

Telah dijelaskan bahwa atas 97 pemeriksaan yang diselesaikan hanya 25 pemeriksaan yang dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan (closing conference) oleh Pemeriksa KPP Serang. Alasan yang diberikan karena koreksi dilakukan atas pemeriksaan yang menghasilkan koreksi cukup material. Hal ini tentu saja tidak adil bagi Wajib Pajak, karena materialitas yang dimaksudkan hanya dilihat dari sisi pemeriksa. Untuk Wajib Pajak dengan peredaran usaha yang kecil, tentu koreksi fiskalnya cenderung lebih kecil dari Wajib Pajak yang termasuk dalam daftar seratus besar. Apabila ditinjau dari sisi Wajib Pajak, materialitas ini sudah tidak berlaku iagi. Karena semua koreksi fiskal yang merugikan Wajib Pajak tentu dianggap material olehnya.

Jadi pembahasan akhir hasil pemeriksaan (closing conference) ini hendaknya dilakukan tanpa memandang besar kecilnya omzet Wajib Pajak.

Semua Wajib Pajak yang diperiksa mendapatkan hak untuk melakukan

pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak hendaknya mengetahui

peraturan tentang hal ini. Apabila selama ini Wajib Pajak tidak mengetahui

tentang haknya ini, adalah menjadi tugas dari penyuluh pajak untuk memberikan

lebih banyak Iagi penyuluhan kepada Wajib Pajak. Tentu saja tugas ini sudah

berada diluar wewenang dan tanggung jawab para pemeriksa pajak.

(40)

3) Evaluasi terhadap Prosedur Pembuatan Laporan Pemeriksan Pajak

Tahap pembuatan laporan ini dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan, karena format penyusunan LPP telah dibuat tercetak oleh KPP Serang, Selain itu, pembuatan Nota penghitungan dan DKHP juga telah distandarisasikan.

Namun dalam mengisi format-format tersebut yang mungkin akan mengalami perbedaan diantara pemeriksanya. Berikut adalah evaluasi atas tata cara penyusunan dan pengesahan LPP, kemudian disusul dengan pembuatan Nota penghitungan dan DKHP, yang terakhir evaluasi tentang pendistribusian produk pemeriksaan tersebut.

a) Evaluasi mengenai cara penyusunan LPP

Cara penyusunan LPP telah dilakukan dengan benar oleh setiap pemeriksa pada seksi PPh Badan KPP Serang. hal ini disebabkan cara penyusunan LPP telah diatur secara baku untuk semua jenis kegiatan usaha Wajib Pajak. Dan pemeriksa tinggal menyarikan dari KKP yang telah disusun pada saat melakukan pemeriksaan, yang masih harus mendapat perhatian mungkin pemilihan bahasa dalam laporan yang dibuat supaya mudah dipahami* ringkas, padat dan jelas. Hal ini untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran yang terjadi antara pemeriksa dan Wajib Pajak. Jadi walaupun laporan telah distandarisasikan dari tahun ke tahun, pemeriksa hendaknya bersikap dinamis dalam membuat laporan, karena informasi yang ingin disampaikan dalam laporan harus mudah dipahami sehingga memudahkan parapemakai informasi selanjutnya.

(41)

b) Evaluasi mengenai Pengesahan LPP

Setelah LPP selesai, Pemeriksa KPP Serang kemudian meneruskan kepada Kepala KPP Serang bersama dengan Nota Penghitungan. Dengan alasan yang sama, yaitu untuk menghemat waktu untuk mendapatkan paraf dan tandatangan Kepala KPP, hal ini dinilai kurang baik. Jika LPP langsung disetujui, memang

akan menghemat waktu. Tetapi jika LPP tidak disetujui, maka pekerjaan membuat Nota penghitungan akan sia-sia. Pemeriksa harus membuat Nota penghitungan baru yang sesuai dengan perubahan LPP, ini akan mengakibatkan pekerjaan

menjadi dua kali.

Selain masalah teknis pengesahan, LPP yang telah selesai dibuat tidak diadakan pembahasan ulang sebelum disahkan. Kepala Kantor hanya melihat sekilas dengan mencocokkan antara LPP dan KKP, Jika telah cocok berarti sudah disetujui. Sebenarnya tindakan Kepala Kantor ini cukup riskan, karena jika dikemudian hari ternyata di dalam laporan tersebut terdapat data fiktif, maka Kepala Kantor juga harus bertanggungjawab atas hasil pemeriksaan ini.

Sebaiknya Kepala Kantor meluangkan sedikit waktunya untuk memanggil para ivmeriW kemudian membahas bersama hasil pemeriksaan tersebut. Kepala Kantor harus aktif bertanya kepada Pemeriksa dan jika perlu melontarkan sanggahan terhadap hasil pemeriksaan untuk menguji kuat tidaknya alasan koreksi fiskal yng dilakukan pemeriksa. Jadi Kepala Kantor mengetahui dengan pasti mengapa terjadi koreksi seperti yang tertuang dalam hasil pemeriksaan.

Langkah tersebut tidak perlu dilakukan pada setiap selesainya laporan

pemeriksaan dibuat, tetapi hanya dilakukan sebagai kontrol. Misalnya secara acak

(42)

memanggil para pemeriksa untuk mempertanggungjawabkan laporan yang telah dibuatnya, atau jika timbul kecurigaan atas nilai yang dilaporkan dalam hasil

pemeriksaan.

c) Evaluasi Pembuatan Nota Penghitungan dan DKHP

Karena Nota Penghitungan telah dibuat sebelum disahkan, maka Pemeriksa KPP Serang harus mau menanggung resiko membuat lagi perbaikannya jika LPP tidak disetujui seperti telah dibahas diatas. DKHP yang dibuat memang tidak disahkan oleh Kepala Kantor melainkan hanya ditandatangani oleh Supervisor. DKHP disertakan bersama dengan LPP yang telah disetujui dan Nota penghitungan untuk mendapat persetujuan dan pengesahan. Pada saat ini bukan berarti DKHP disahkan Kepala Kantor, namun hanya disertakan untuk menunjukkan kepada Kepala Kantor bahwa DKHP yang dibuat telah sesuai dengan hasil pemeriksaan. Maka jika hanya Nota penghitungan yang disertakan pada LPP, lalu bagairnana dengan DKHP-nya, Jika ini terjadi, otomatis Kepala Kantor tidak mengetahui isi DKHP tersebut dan mempercayakan sepenuhnya pada pemeriksa. Tindakan semacam ini sangat membahayakan bagi Kepala Kantor karena tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan yang dilaporkan dalam LPP dan DKHP diluar sepengetahuan Kepala Kantor. Dalam hal ini Kepala Kantor harus mengetahuinya, bisa dengan cara meminta pemeriksa menunjukkan DKHP sebelum dikirimkan ke Direktorat Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak.

(43)

d) Pengiriman LPP, Nota Penghitungan dan DKHP

Pengiriman hasil pemeriksaan pajak ini dilakukan oleh Pemeriksa JCPP

Serang sesuai dengan ketentuan yang ada, jadi tidak perlu dilakukan pembenahan.

Pengiriman hasil-hasil pemeriksaan ini hendaknya dilakukan dengan segera, dan oleh orang yang tepat, untuk meghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Disamping itu, dokumen -dokumen tersebut adalah dokumen negara dimana

kerahasiaan informasi Wajib Pajak tetap hams dijaga.

4) Evaluasi atas beberapa Wajib Pajak yang telah dilakukan pemeriksaan oleh Pemeriksa KPP Serang berdasarkan kriteria pemeriksaan rutin dan

pemeriksaan khusus:

a) Pemeriksaan Rutin Berdasarkan SPT Tahunan PPh Badan Lebih Bayar

1. PT. MurniMapanMandiri,NPWP : 01.501.987.0-401.000

2. PT. Indocast Sarana Jaya, NPWP : 01.455.298.8-401.000

3. PT. Dover Chemical, NPWP : 01.207.369.8-401.000

b) Pemeriksaan Rutin Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan

Rugi Tidak Lebih Bayar (Dikompensasikan)

1. PT.PuncakArdumulya Realty, NPWP : 01.337.736.1-401.000,

2. PT.CarhaKrakatau International, NPWP : 01.244.001.2-401.000 3. PT. Colorindo Aneka Chemical, NPWP : 01.483.476.6-401.000 c) Pemeriksaan Rutin Berdasarkan Keterangan Lainnya (Penghapusan

NPWP)

1. CV.AlwanPratama, NPWP: 01.793.595.8-401.000,

2. CV. Sanggasuma Buana Jaya, NPWP : 01.485.715.5-401.

(44)

3. CV. Ada,NPWP : 01.244.133.3-401.

Evaluasi:

Pemeriksaan rutin berdasarkan Kriteria SPT Tahunan PPh Badan

Lebih Bayar, SPT Tahunan PPh Badan Rugi Tidak Lebih Bayar, dan

keterangan lainnya (penghapusan NPWP) merupakan pemeriksaan yang harus

dilakukan dan berdasarkan permintaan / keterangan dari Wajib Pajak. Khusus untuk pemeriksaan rutin dengan Kriteria Lebih Bayar dan Rugi Tidak lebih Bayar harus dilakukan dengan indikasi adanya uang negara yang harus

dikeluarkan dan potensi penerimaan pajak yang hilang.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemeriksaan rutin ini sebagaimana telah dijelaskan dalam evaluasi atas prosedur pelaksanaan pemeriksaan adalah pentingnya dilakukan seluruh prosedur pemeriksaan yang telah digariskan oleh Direktur Jenderal Pajak. Dapat diketahui bahwa pemeriksa KPP Serang telah melewati beberapa prosedur pemeriksaan yang seharusnya dilakukan, diantaranya pemeriksaan di lokasi Wajib Pajak, pembuatan program pemeriksaan dan pemutakhiran data Wajib Pajak disamping itu pendapat pemeriksa atas Sistem Pengendalian Intern setiap Wajib Pajak hanya dilakukan untuk memenuhi syarat formal pemeriksaan tanpa disertai langkah-langkah pemeriksaan yang seharusnya dapat dilakukan

setelah mempelajari sistem pengendalian intern Wajib Pajak.

(45)

d) Pemeriksaan Khusus Berdasarkan Analisis Data

1. PT. Mitra Pesona Keramindo, NPWP : 01.754.794.4-401.000, berdasarkan analisis data oleh pemeriksa terdapat kesalahan dalam penerapan ketentuan penyusutan aktiva.

2. PT. Parigi Laju Sakti, NPWP : 01.430.740.9-401.000, berdasarkan analisis data oleh pemeriksa terdapat pembebanan biaya yang menurut ketentuan perpajakan tidak diperbolehkan.

3. PT. Cilegon Raya Utama Motor, NPWP : 01.120.494.8-401.000, berdasarkan analisis data oleh Pemeriksa terdapat pendapatan dari penyewaan bus (yang merupakan usaha utama Wajib Pajak) tidak dilaporkan seluruhnya.

Evaluasi:

Pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan atau tidak perlu dilakukan, karena bukan merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh pemeriksa KPP Serang. Dari sampling beberapa Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan khusus berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa analisis yang diajukan oleh Pemeriksa KPP Serang berbeda-beda.

Analisis ini berdasarkan pengamatan dan penelitian atas SPT Tahunan PPh Badan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemeriksaan khusus berdasarkan analisis data ini adalah pentingnya pedoman dari Direktur Jenderal Pajak tentang analisis data yang diperbolehkan dalam pengajuan usulan pemeriksaan khusus, misalnya pemeriksaan khusus berdasarkan

Gambar

Tabel II

Referensi

Dokumen terkait

diverifikasi oleh LSP ... Asesmen Estimator Biaya lalan direncanakan dan disusun dengan cara yang menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi telah.

Sistem Distributed Multiple Input Multiple Output (D-MIMO) atau yang dapat disebut dengan sistem mimo terdistribusi merupakan system komunikasi yang menggunakan beberapa antena

a) Performa switch OF software-based dapat dikatakan baik dengan hasil gap rata-rata pada setiap pengujian menunjukkan angka yang tidak tinggi. Bahkan pada pengujian jitter dapat

Metode penelitian yang dilakukan untuk merancang dan membuat Aplikasi E-Seminar ini adalah dengan menggunakan metode penelitian waterfall yaitu dengan cara pengumpulan

Pengertian Pelaksanaan Terapi latihan adalah : Suatu proses untuk memberikan tehnik atau cara latihan kepada pasien berdasarkan diagnosa, sesuai

Dua warna ini jika ditinjau dari sudut pandang semiotik mengandung dua makna yaitu merah bermakna berani sedangkan kuning (emas) bermakna kekayaan, kejayaan, dan

Untuk kelompok dengan keluhan tidak khas diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL pada

struktur HKBP didominasi oleh pendeta laki-laki. Dalam masyarakat Batak Toba, pembeda-bedaan antara laki-laki dan perempuan masih sangat kuat,hal ini juga