• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN DANA DESA BERDASARKAN PRINSIP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 DI KABUPATEN LANGKAT TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYELENGGARAAN DANA DESA BERDASARKAN PRINSIP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 DI KABUPATEN LANGKAT TESIS"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELENGGARAAN DANA DESA BERDASARKAN PRINSIP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 DI KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Oleh :

PROGRAM MEGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018 HARTINA

167005014

(2)

PENYELENGARAAN DANA DESA BERDASARKAN PRINSIP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MENURUT UNDANG-

UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 DI KABUPATEN LANGKAT

TESIS

DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMemperolehGelar Magister IlmuHukumdalam Program Studi Magister

IlmuHukumpadaFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

Oleh :

HARTINA 167005014

PROGRAM MEGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

Telahdiuji

PadaTanggal : 24Agustus 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Faisal Akbar S.H., M.Hum Anggota : 1. Dr. MirzaNasution SH, M.Hum

2. Dr. RosnidarSembiring, SH, M.Hum 3. Prof. Dr. Sunarmi S.H, M.Hum 4. Dr. Sutiarnoto S.H, M.H

(5)
(6)

ABSTRAK

Dr. Faisal Akbar S.H., M.Hum1 Dr. Mirza Nasution S.H., M.Hum2 Dr. Rosnidar Sembiring S.H., M.Hum3

Hartina4

Kata Kunci: Pembangunan Desa, Dana Desa, Pemerintah Daerah, Keuangan Negara Pelaksanaan otonomi desa menyebabkan kebutuhan dana yang besar bagi setiap desa untuk mengelola pemerintahan desa. Pembiayaan pemerintahan desa bersumber dari APBN dan APBD yang diberikan setiap tahunnya yang dikelola sesuai dengan prinsip pengelolaan keuangan negara. Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam satu Kabupaten/Kota sebagai upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Berdasarkan .latar belakang penelitian tersebut akan dianalisa penyelengaraan dana desa, mekanisme prosedur penyaluran anggaran dana desa dari APBN ke Desa dan hambatan dalam sistem penyelenggaraan dana desa dengan objek penelitian dilakukan di Kabupaten Langkat.

Penelitian ini dilakukandengan menggunakan metode penelitian hukum normatif.

Data penelitian menggunakan data sekunder dan didukung oleh data primer. Data dikumpulkan menggunakan studi kepustakaan dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif.

Penyelenggaraan dana desa bersmber dari pendapatan asli desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), bantuan pemerintah pusat, dan bantuan pemerintah daerah. Hambatan dalam Sistem penyelenggaran Dana Desa diantaranya adalah Rendahnya Sinkronisasi Antara Perencanaan di Tingkat Desa Dan Kecamatan, Jumlah Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai penunjang operasional administrasi pemerintah masih terbatas, Kurangnya intensitas sosialisasi Alokasi Dana Desa (ADD) pada masyarakat, Pemerintahan Desa mengaku kesulitan untuk menyusun Surat Pertanggungjawaban yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Pemerintah harus melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan dana desa melalui lembaga pemerintah daerah, lembaga penegak hukum dan juga melibatkan masyarakat.

1Ketua Komisi Pembimbing.

2Dosen Pembimbing Kedua.

3Dosen Pembimbing Ketiga.

4Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

(7)

ABSTRACK

Dr. Faisal Akbar S.H., M.Hum5 Dr. Mirza Nasution S.H., M.Hum6 Dr. Rosnidar Sembiring S.H., M.Hum7

Hartina8

The implementation of the autonomy of the village led to the needs of a large Fund for each village to manage the Government's village. The village government financing stems from national budget and a grant is given annually that is managed in accordance with the principles of the financial management of the State. The construction of the rural area is a mix of development between villages in one district/city in an effort to speed up and improve the quality of service, development and empowerment of village community in the rural area through approach participatory development. Based on background. such research will be analyzed inaugural village Fund, channelling procedure mechanism budget funds from the state budget to the village village and barriers in the system of organizing the village Fund with the object of research done in the County Langkat.

The research was carried out using the method of normative legal research. Research data using secondary data and supported by primary data. The data collected using the study of librarianship and interviews. The data analysis done with the method of qualitative analysis.

The implementation of village funds consists of original village income, Regional Budget and Expenditures (APBD) and State Budget (APBN). The administration of village government affairs which become village authority is funded from the Village Budget (APBDesa), central government assistance, and regional government assistance. Obstacles in the Village Fund Delivery System include the Low Synchronization Between Village and District Level Planning, the amount of Village Fund Allocation (ADD) as a support for government administration operations is still limited, Lack of intensity of Village Fund Allocation (ADD) socialization to the community, Village Government claims difficulties to prepare an Accountability that is in accordance with the specified standards.The Government should conduct mentoring and supervision against the implementation of village Fund through local governments, law enforcement agencies and also involve the community.

Keywords: Village Development, Village Fund, Local Government, State Finance

5Chairperson of Supervision Committee

6Second Supervisor.

7.Third Supervisor.

8Student of the Graduate School of Law, University of North Sumatera.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim, segalapujisyukurkehadirat Allah SWT,

atassegalaberkatdanrahmatnya, Allah SWT masihmemberikannikmatkesehatandankelapanganberpikirkepadapenulis,

sehinggakaryatulisilmiahdalambentuktesisinidapatselesaidenganbaik.

Shalawatdansalampenuliscurahkandanpersembahkankepadabagindarasullahnabi

Muhammad Saw, beliahadalahutusan Allah SWT yang diberitugasuntukmemperbaikiakhlakmanusia agar manusiamemilikiakhlak yang terpuji (akhlaqulkarimah).

Tesisiniberjudul : “Penyelenggaraan Dana Desa Berdasarkan Prinsip Akuntablitas Dan Transparansi Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Kabupaten Langkat.” Penulisan ini bertujuan memenuhi persyaratan gelar Magister Hukum pada Progra Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

Proses penulisantesisini, penulisbanyakmendapatbantuanberupaarahandanbimbingandariberbagaipihak,

sehinggapadakesempataninipenulismengucapkanterimakasihdanpenghargaansetinggi- tingginyakepada :

1. BapakProf. Dr. Runtung, SH.M.Hum, selakuRektorUniversitas Sumatera Utara

2. BapakProf. Dr. BudimanGinting, SH.M.HumselakuDekanFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

(9)

3. IbuProf. Dr. Sunarmi, SH.M.HumselakuKetua Program StudiPascasarjanaIlmuHukumUniversitas Sumatera Utara

4. BapakDr. MahmulSiregar, SH.M.HumselakuSekretaris Program Magister HukumUniversitas Sumatera Utara

5. BapakDr. Faisal Akbar, SH.M.HumselakuPembimbing I yang telahbanyakmemberikanmasukan, kritikdan saran dalampenyusunantesisini.

6. BapakDr. MirzaNasution, SH.MhumselakuPembimbing II Penulis yang telahmemberikanmasukandankritikan yang membangunkepadapenulis.

7. IbuDr. RosnidarSembiring, SH.M.Hum, selakuPembimbing III, yang telahmemberikanmasukandan saran kepadapenulis

8. Ibu Prof. Dr. Sunarmi S.H.,M.HumselakuDosenPenguji I yang bersediammeberikankritikdan saran terhadaptesisini agar penulisantesisinimenjadilebihbaik.

9. Bapak Dr. SutiarnotoSH, M.HselakuDosenPenguji II yang bersediamemberikankritikdan saran yang membangunterhadappenulisantesisini, sehinggapenulisantesisinimenjadilebihbaik.

10. UcapanterimakasihkepadaseluruhBapak/ IbuDosen

/stafpengajardanstafadministrasiProgram Magister IlmuHukumPascasarjanaUniversitas Sumatera Utara.

11. Yang terhormatdan yang sayacintaikedua orang tuasaya yang telahmemberikandoronganmorildanmateril,

berkatdo’arestumerekalahpenulisdapatmenyelesaikantesisini.

(10)

12. SuamitercintaSoehandoko yang telahmemberikansuportdandukungannyaselamamenyelesaikanpendidikan di Program PascaSarjanaIlmuHukumUniversitas Sumatera Utara., kepadaanakkuRizkiNawan Putra Lubis, terimakasihatasdukungandandoanya.

13. Teman-teman di Program Magister IlmuHukumPascasarjanaUniversitas Sumatera Utara. yang tidakdapatpenulissebutkannamanyasatupersatu,

ataskebaikandankerjasamanyadalammemberi saran danmotivasikepadapenulisselamamenyelesaikantesisini.

DenganmengucapkanpujidansyukurkepadaTuhan Yang MahaEsa, akhir kata penulismengucapkanbanyakterimakasihdansemogatesisinibergunabagikitasemua.

Medan, 22 Agustus 2018 Penulis,

HARTINA

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hartina

TempatLahir : Medan

Umur/ Tanggallahir : 55 Tahun/ 23 Februari 1964

Alamat : Jl. Damar VI No. 11 Ds. SimalingkarKec.

PancurbatuKab. Deli Serdang.

Provinsi Sumatera Utara

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

JenisKelamin : Perempuan

Pekerjaan : ASN

Status : Menikah

Nama Orang TuaLaki- laki : Bahar Nama Orang TuaPerempuan : Anisah

AnakKe : 7 dari 8 bersaudara

Pendidikan : SD Negeri 14 Medan (1971) SMP Swasta Al-Ulum (1977) SMA Negeri 5 Medan (1980)

FakultasHukum USU Medan (2002) Tahunmasuk di program Studi Magister IlmuHukumFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara Medan tahun 2016.

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. PerumusanMasalah ... 12

C. TujuanPenelitian ... 12

D. ManfaatPenelitian ... 13

1. ManfaatTeoritis ... 13

2. ManfaatPraktis ... 13

E. KeaslianPenelitian ... 13

F. KerangkaTeoridanKonsep ... 14

1. KerangkaTeori ... 14

2. KerangkaKonsep ... 38

G. MetodePenelitian ... 40

1. SpesifikasiPenelitian ... 41

2. Sumber Data ... 41

3. AlatPengumpul Data... 41

4. Analisa Data ... 44

BAB II PENYELENGGARAAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI KEUANGAN DESA ... 45

A. EksistensiPenyelenggaraanDesa di Era Otonomi ... 45

B. PemerintahanDesa ... 58

C. KeuanganDesa ... 65

(13)

D. Penyelenggaraan Dana Desa ... 71

BAB IIIMEKANISME PENYALURAN ANGGARAN DANA DESA DARI APBN KE DESA ... 86

A. Pengelolaan Dana Desa ... 86

B. MekanismePenyaluran Dana DesadariPemerintahPusat ... 94

BAB IVHAMBATAN PENGELOLAAN DANA DESA ... 108

A. PrinsipAkuntabilitas Dan TransparansiPengelolaan Keuangan Negara ... 108

B. SistemPenyelenggaran Dana DesaBerdasarkanPrinsip Akuntabilitas Dan Transparansi ... 115

C. HambatanPengelolaan Dana Desabersumber APBN ... 126

BAB V PENUTUP ... 135

A. Kesimpulan ... 135

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan bagian terkecil dalam sistem otonomi daerah, oleh karena itu desa dengan desentralisasi tidak dapat dipisahkan dengan otonomi daerah dan desentralisasi. Desa sebagai cikal bakal lahirnya otonomi daerah yang pada akhirnya lahir pula pemerintahan desa sebagai lingkup terkecil dalam melaksanakan sistem otonomi.9

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan.10

9Yunani Hasyim, dkk, Hukum Pemerintahan Daerah, (Jakarta : Rajawali Press, 2017), hal. 129- 130

10Sayogya, Sosiologi Pedesaan, (Yogyakarta :Gadjah Mada University Press, 2002), Hal.13.

Kewenangan desa adalah:

(15)

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.11

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, menyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa Desa adalah:

“ desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Masyarakat Indonesia”12

Desa biasa maupun desa adat yang termuat dalam beberapa peraturan perundang-undangan merupakan kesatuan masyarakat hukum. Artinya satuan pemerintahan desa dan kesatuan masyarakat hukum adat, sama-sama berstatus sebagai subjek hukum dalam lalu lintas hukum nasional.13

11Ibid

12Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.Pasal 1 ayat (1)

13Jimly Asshididiqie, Gagasan Konstitusi Sosial : Instusionalisasi dan Konstitusionalisasi Kehidupan Sosial Masyarakat Madani, (Jakarta : LP3ES, 2015), hal. 351

Oleh karena itu, walaupun selama ini desa tidak dipahami sebagai suatu badan hukum yang tersendiri, dengan pengakuan dari berbagai peraturan perundang-undangan bahwa desa adalah masyarakat hukum, maka pemerintahan desa seabgai wadah organisasi yang

(16)

menyandang hak dan kewajiban, tugas dan wewenang dapat dikatakan sebagai subjek hukum ( stiftung).14

Pasal 202 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengatakan, (1) Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. (2) Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. (3) Sekretaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari Pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Penjelasan Pasal 202 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ini menyatakan dalam, Ayat (1) Desa yang dimaksud dalam ketentuan ini termasuk antara lain Nagari di Sumatera Barat, Gampong di provinsi NAD, Lembang di Sulawesi Selatan, Kampung di Kalimantan Selatan dan Papua, Negeri di Maluku. Ayat (2) Yang dimaksud dengan

“Perangkat Desa Lainnya” dalam ketentuan ini adalah perangkat pembantu Kepala Desa yang terdiri dari Sekretariat Desa, pelaksana teknis lapangan seperti kepala urusan, dan unsur kewilayahan seperti kepala dusun atau dengan sebutan lain. Ayat (3) Seekretaris Desa yang ada selama ini yang bukan Pegawai Negeri Sipil secara bertahap diangkat menjadi pegawai negeri sipil sesuai peraturan perundang- undangan.15

Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menambah penyerahan urusan pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa atas permintaan Pemerintah Desa. Apabila pelaksanaan urusan pemerintahan yang telah diserahkan oleh Kabupaten/Kota kepada Desa dalam

14Ibid.

15Soetardjo Karto Hadi Koesoemo, Desa, (Bandung : Sumur, 2000), Hal. 1.

(17)

kurun waktu 2 (dua) tahun tidak berjalan secara efektif, Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menarik sebagian atau seluruh urusan pemerintahan yang telah diserahkan.

Menurut Bambang Trisantono Soemantri bahwa Tata cara penarikan atau penambahan diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, dan dalam Peraturan tersebut sekurang-kurangnya memuat tentang (a) kriteria pelaksanaan urusan pemerintahan, (b) mekanisme penambahan urusan pemerintahan, dan (c) mekanisme penarikan urusan pemerintahan. Pelaksanaan urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada Desa dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

Dinamika masyarakat pada tingkat desa dapat terwadahi dalam tiga institusi/lembaga utama sebagai berikut :

1. Pemerintah Desa sebagai unsur pelaksana berbagai program pembangunan, pelayanan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakatnya.

2. Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga legislatif desa yang berfungsi menampung, menyalurkan serta mewujudkan aspirasi dan kepentingan masyarakatnya dalam penetapan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah desa.

3. Lembaga Kemasyarakatan Desa seperti LKMD, karang taruna, PKK dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya sebagai mitra pemerintah desa dalam upaya mewujudkan pemberdayaan masyarakat dan untuk mengakomodasikan aspirasi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam bidang pembangunan,

(18)

pelayanan pemerintahanan serta dalam rangka menumbuhkembangkan partisipasi dan semangat gotong royong warganya.

Ketiga institusi ini diharapkan bersinergi untuk mewujudkan, mempercepat dan memperkuat implementasi otonomi desa dan memfasilitasi pemberdayaan masyarakat sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing yang secara tegas dan jelas telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Otonomi desa pada hakikatnya adalah sama dengan otonomi daerah, akan tetapi muatan yang menjadi kewenangan desa otonom hanya pada wilayah desa tertentu saja. Otonomi desa merupakan suatu konsep yang tidak dapat dipisahkan dari negara kesatuan Republik Indonesia, karena desa merupakan sub atau bagian daerah atau wilayah terkecil dalam sistem pemerintahan yang ada di Indonesia. Otonomi desa menjadi pijakan dalam pembagian struktur ketatanegaraan Indonesia mulai dari pemerintah pusat sampai dengan daerah yang kemudian bermuara pada regulasi otonomi desa yang tetap berpedoman pada keaslian desa sebagai kesatuan masyarakat umum.16

Kedudukan pemerintahan desa yang telah diberi kewenangan penuh untuk memberdayakan masyarakatnya sudah tentu harus mempunyai kemampuan untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan lebih mengedepankan hak-hak

Setiap desa memiliki potensi yang khas, berbeda dengan desa lainnya, demikian pula aspirasi dan karakter masyarakatnya. Oleh sebab itu, pembangunan di desa memang sudah sepatutnya lebih banyak ditentukan oleh masyarakat desa sendiri.

16Ateng Syafrudin, Republik Desa, (Bandung : PT. Alumni, 2010), hal. 11

(19)

masyarakat. Dengan demikian, kedudukan kepala desa lebih merupakan wakil dari pemerintah desa dan masyarakat desa itu sendiri ketimbang sebagai wakil pemerintah pusat, pemerintah propinsi atau pemerintah kabupaten.

Sebagai konsekuensinya, kepala desa tidak lagi mempertanggungjawabkan penyelenggaraan Pemerintahan desa kepada bupati melainkan kepada masyarakat melalui Badan Perwakilan Desa.

Kegiatan Tata Usaha Keuangan Pemerintahan Desa diantaranya yaitu :

1. Kepala desa berkewajiban mengelola mengenai pendapatan dan pengeluaran keuangan desa.

2. Mengerjakan pembukuan mengenai pendapatan dan pengeluaran keuangan milik Pemerintah Desa.

3. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Desa.

4. Membuat pertanggungjawaban keuangan desa.

5. Dan lain sebagainya.17

Pelaksanaan otonomi desa yang telah menyebabkan kebutuhan besar bagi setiap desa untuk mengelola pemerintahan desa membutuhkan dana operasional dan dana pembangunan desa. Pembiayaan pemerintahan desa bersumber dari APBN dan APBD yang diberikan setiap tahunnya yang dikelola sesuai dengan prinsip pengelolaan keuangan negara.

Menurut Sri Muliani (Menteri Keuangan Republik Indonesia) bahwa Desa sebagai ujung tombak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa diberikan kewenangan dan sumber dana yang memadai agar dapat mengelola potensi yang dimilikinya guna meningkatkan ekonomi dan kesejahtaraan masyarakat. Setiap tahun Pemerintah Pusat telah menganggarkan Dana Desa yang cukup besar untuk

17Didik G Suharto, MembangunKemandirianDesa, (Surakarta : PustakaPelajar,2016),Hal. 72.

(20)

diberikan kepada Desa. Pada tahun 2015, Dana Desa dianggarkan sebesar Rp20,7 triliun, dengan rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar Rp280 juta. Pada tahun 2016, Dana Desa meningkat menjadi Rp46,98 triliun dengan rata-rata setiap desa sebesar Rp628 juta dan di tahun 2017 kembali meningkat menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap desa sebesar Rp800 juta18

Berdasarkan hasil evaluasi tiga tahun pelaksanaannya, Dana Desa terbukti telah menghasilkan sarana/prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan desa; 914 ribu meter jembatan;

22.616 unit sambungan air bersih; 2.201 unit tambatan perahu; 14.957 unit PAUD;

4.004 unit Polindes; 19.485 unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit drainase dan irigasi; 10.964 unit Posyandu; dan 1.338 unit embung dalam periode 2015-2016.

.

19

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menandatangani Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 50/PMK.07/2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) serta PMK No. 112/PMK.07/2017 tentang perubahan atas PMK No. 50/PMK.07/2017. Aturan tersebut merupakan revisi dari PMK Nomor 187/PMK.07/2016. Dalam beleid yang telah ditandatangani pada 4 April 2017 terdapat perubahan skema atau ketentuan mengenai pengelolaan TKDD. Terutama, dari sisi pengalokasian, penyaluran dan pelaporan, serta efektivitas penggunaan TKDD. Pengubahan beberapa ketentuan dalam PMK 50/2017 ini juga sejalan dengan meningkatnya alokasi TKDD dalam APBN dan masih besarnya peranan TKDD

18Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Buku Pintar Dana Desa,(Jakarta : Kemenkue RI, 2017), Hal. iii

19Ibid.

(21)

sebagai sumber pendapatan APBD. Besaran realisasi TKDD 2016 sebesar Rp 710,9 triliun dan pada 2017 meningkat menjadi Rp 764,9 triliun20

1) Pertama mengenai pengalokasian DAU bersifat dinamis atau tidak final, sehingga DAU per daerah dan realisasi penyalurannya akan mengikuti dinamisasi perkembangan PDN neto.

. Ada 6 kebijakan strategis dalam PMK 50/2017 diantaranya:

2) Penyaluran TKDD berdasarkan kinerja penyerapan dan capaian atas penggunaan TKDD yang disalurkan pada tahun sebelumnya. Penyaluran berbasis kinerja ini diterapkan pada Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik, Dana Alokasi Khusus Nonfisik, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur Papua dan Papua Barat, serta dana desa;

3) penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa, yang sebelumnya dilakukan oleh Ditjen Perimbangan Keuangan, sekarang dilakukan oleh KPPN di seluruh Indonesia. Tujuannya, untuk mendekatkan pelayanan Kementerian Keuangan kepada pemerintah daerah, meningkatkan efisiensi koordinasi dankonsultasi antara pemerintah daerah dengan Kemenkeu, meningkatkan efektivitas monitoring dan evaluasi, serta analisis kinerja pelaksanaan DAK Fisik dan dana desa.

20 Hendara Kesuma, Sri Muliani Tertibkan Aturan Baru agar Dana Desa Lebih Berefek, dikutip dari https://Finance.Detik.Com/Berita-Ekonomi-Bisnis/D-3473859/Sri-Mulyani-Terbitkan-Aturan- Baru-Agar-Dana-Desa-Lebih-Berefek, diakses tanggal 20 Februari 2018, Pukul 23.00 wib

(22)

4) Penguatan peran Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dalam memberikan rekomendasi atas usulan kegiatan DAK fisik dari kabupaten/kota, dan pelaksanaan sinkronisasi, serta harmonisasi rencana kegiatan DAK fisik antar daerah, antar bidang, dan antar DAK dengan pendanaan lainnya.

5) Penyempurnaan kriteria dalam pengalokasian Dana Insentif Daerah (DID) berdasarkan beberapa indikator tertentu, yaitu pengelolaan keuangan daerah (e-budgeting, e-planning dan e-procurement), pelayanan dasar publik seperti gizi buruk, dna ekonomi kesejahteraan seperti pegentasan kemiskinan

6) Peningkatan kualitas belanja infrastruktur daerah untuk meningkatkan pelayanan dasar publik, yaitu dengan menganggarkan presentase tertentu dari dana transfer ke daerah yang bersifat umum. Melalui peningkatan kualitas infrastruktur diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran, dan pengurangan kesenjangan antar daerah.

Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis ada 110 kasus penyelewengan dana desa dan alokasi dana desa sepanjang 2016-10 Agustus 2017. Dari 110 kasus itu, pelakunya rata-rata dilakukan kepala desa alias Kades.21

21 Yulida Medistiara, ICW Sebut Pak Kades Paling Banyak Korupsi Dana Desa, dikutip melalui

Di sumatera utara, praktik penyalahgunaan dana desa kerap terjadi,misalnya pada bulan Agustus 2017,

https://news.detik.com/berita/d-3596041/icw-sebut-pak-kades-paling-banyak-korupsi-dana- desa, di akses tanggal 25 Februari 2018, Pukul 23.00 WIB

(23)

Kejaksaan Negeri DeliSerdang, Provinsi Sumatera Utara menahan oknum Kepala Desa Percut, Kecamatan Percut Seituan, berinisial CA dugaan kasus korupsi penyimpangan penyaluran dana desa sebesar Rp782 juta tahun anggaran 201622. Selain itu, Kejaksaan Negeri Padang Lawas (Palas) telah menetapkan Kepala Desa Tangga Bosi berinisial AH sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi dana desa tahun anggaran 2016 yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 286.606.603.Oknum Kades Desa Tangga Bosi, Kecaatan Lubuk Barumun, Kabupaten Palas ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan surat penetapan tersangka No Print -109/N. 2.37 /Fd .1/ 08/2017 tanggal 29 Agustus 201723

Sebagai konsekuensinya, Desa menyusun perencanaan pembangunan sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Dokumen rencana Pembangunan Desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di Desa dan sebagai dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Perencanaan Pembangunan Desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat Desa melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan

22Melly Kartika Adelia , Diduga Korupsi Dana Desa, Kejati Sumut Tahan Kades Percut, dikutip melaluihttp://news.akurat.co/id-78434-read-diduga-korupsi-dana-desa-kejati-sumut-tahan- kades-percut diakses tanggal 25 Februari 2018, Pukul 23.00 wib

23 Ibnu Sakti Nasution, Korupsi Dana Desa 2016, Kejari Palas Tetapkan Kades Tangga Bosi Sebagai Tersangka, dikutip melalui https://www.gosumut.com/berita/baca/2017/08/29/korupsi- dana-desa-2016-kejari-palas-tetapkankades-tangga-bosisebagai-tersangka#sthash.MOnsPLVo.dpbs, diakses tanggal 25 Februari 2018

(24)

Belanja Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa.

Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa dengan semangat gotong royong serta memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam Desa. Pelaksanaan program sektor yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa dan diintegrasikan dengan rencana Pembangunan Desa.

Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi dan melakukan pemantauan mengenai rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa. Sejalan dengan tuntutan dan dinamika pembangunan bangsa, perlu dilakukan pembangunan Kawasan Perdesaan.

Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam satu Kabupaten/Kota sebagai upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Oleh karena itu, rancangan pembangunan Kawasan Perdesaan dibahas bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa.

Pemerintah pusat sebagai top administrator pemerintahan negara Republik Indonesia harus memberikan regulasi yang jelas kepada pemerintah desa dalam mengelola dana desa. Sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara ( dana desa) harus dilakukan sebagai bentuk upaya kontrol pemerintah agar terhindar dari resiko penyalahgunaan kewenangan dan resiko terjadinya penyelewenangan anggaran dan kerugian negara terhadap pengelolaan dana desa.

(25)

Berdasarkan latar belakang tersebut,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk Tesis dengan judul Penyelenggaraan Dana Desa Berdasarkan Prinsip Akuntablitas dan Transparansi menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa di Kabupaten Langkat

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang disebutkan diatas, maka permasalahan yang diuraikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penyelenggaraan dana desa yang bersumber dari keuangan desa?

2. Bagaimana mekanisme prosedur penyaluran anggaran dana Desa dari APBN ke Desa?

3. Bagaimana hambatan dalam sistem penyelenggaran Dana Desa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis menemukan bahwa yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penyelenggaraan dana desa yang bersumber dari keuangan desa.

2. Untuk mengetahui mekanisme prosedur penyaluran anggaran dana Desa dari APBN ke Desa.

3. Melihat dan mengetahui hambatan sistem penyelenggaran Dana Desa

(26)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada ilmu pengetahuan Ilmu Hukum Tata Negara, khususnya Hukum Pengelolaan Keuangan Negara yang mampu memberikan pemikiran baru dalam hal kajian penggunaan uang negara.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis baik kepada akademisi maupun praktisi hukum ( hakim, jaksa, polisi, advokat, dan Lembaga Pemasyarakatan) serta masyarakat dalam memahami penggunaan anggaran negara agar tidak terjadi korupsi.

E. Keaslian Penelitian

Setelah melakukan penelusuran judul di bagian perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka penelitian tesis dengan judul Penyelenggaraan Dana Desa Berdasarkan Prinsip Akuntablitas dan Transparansi menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa di Kabupaten Langkat adalah penelitian yang tidak sama dengan penelitian terdahulunya, artinya penelitian ini tidak diragukan keasliannya.

Adapun penelitian yang terkait dengan judul penulis diantaranya:

1. Candra Kesuma Prabawa, Tinjauan Yuridis Pengelolaan Dana Desa Di Desa Triharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman, Skripsi , Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret , Surakarta , 2016;

(27)

2. Erick Elmar, Analisis Pelaksanaan Fungsi Pemerintah Desa Dalam Bidang Pemerintahan Dan Kemasyarakatan (Study Desa Lipatkain Selatan Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Tahun 2007-2011), Tesis,Jurusan Ilmu Pemerintahan-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik- Universitas Riau, tahun 2012.

3. Moh. Sofiyanto, Pengelolaan Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan Di Desa Banyuates Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang, Penelitian Ilmiah, Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang.

4. Agus Subroto , Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa ( Studi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun2008), Tesis.

Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2009

F. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat jenis nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi.24

24SaciptoRahardjo, IlmuHukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hal. 254.

Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari

(28)

hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas.25

Berdasarkan hal tersebut diatas, kerangka teori bagi suatu penelitian mempunyai beberapa kegunaan sebagai berikut:26

1) Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

2) Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina stuktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi- definisi.

3) Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti.

Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran ataupun batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Menurut Jhon.W.Best, Teori pada dasarnya berisi penggambaran hubungan sebab akibat diantara variabel- variabel. Suatu teori di dalam dirinya terkandung keunggulan untuk bisa menjelaskan

25Ibid. hal. 253.

26SoerjonoSoekanto, PengantarPenelitianHukum,( Jakarta : UI Press, 1986). hal. 121.

(29)

suatu gejala. Tidak hanya itu, suatu teori juga berkekuatan untuk memprediksi sesuatu gejala.27

Menurut Koentjaraningrat, landasan teori atau lazim disebut sebagai kerangka teori, berisikan teori yang dapat membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitian, serta berguna untuk menentukan konsep secara tepat.28

Menurut Solly Lubis, dalam kerangka penelitian (research) pembahasan (analysis) dan penyusunan laporan-laporan akademis ( akademic reports) sering dikemukakan perihal, yakni grand theory , medium theory atau middle range theory dan supporting theory atau applied theory.29

Tujuan teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu kerangka teori harus diuji untuk Menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.

30

27Mardalis, MetodePenelitian: SuatuPendekatan Proposal, ( Jakarta : Aksara, 1999), hal. 41

28Koentjaraningrat, Metode-MetodePenelitianMasyarakat,EdisiKetiga, ( Jakarta :Gramedia, 1993), hal. 19

29SollyLubis, FilsafatIlmu Dan Penelitian, ( Jakarta :PT.Sofmedia, 2012), hal. 112-113.

menurutSollyLubis, grand theorymerupakanindukteoryataukerangkateori yang prima dengansifatdankarakter yang general ( umum) yang dalampenggunaannyaakanberlanjutkepadamedium theory (teoritengah) dansupporting theory ( teoripendukung), pada grand teorihalitutergantungpadafokuskasusdan problem yang sedangdihadapi. medium theorydigunakanuntukmennghubungkanteori yang digunakanpadateoridasaratauturunandarigrand

teorysedangkanaplide theoryadalahteori yang langsungberhubungandengenfokuspembahasandaripermasalahan yang diteliri.

30Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Azas-Azas, Penyunting: M. Hisyam, ( Jakarta: FE UI, 1996), hal. 203

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis dari penulis dan ahli hukum dibidangnya yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis yang mungkin disetujui atau tidak butir-butir pendapat tersebut telah

(30)

dihadapkan fakta-fakta tertentu yang dapat dijadikan masukan eksternal bagi penulisan tesis.31

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk menyusun dan mengklasifikasikan atau mengelompokkan penemuan-penemuan dalam sebuah penelitian, membuat ramalan, atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artimya teori merupakan suatu penjelasan rasioal yang sesuai dengan objek yang harus didukung oleh fakta- fakta empiris untuk dapat dinyatakan dengan benar.32

Menurut Peter M. Marzuki,33

a. Teori Kewenangan

penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori maupun konsep baru sebagai preskrepsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Maka berdasarkan uraian diatas, maka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah Teori Negara Kesejahteraan ( Welfare State), dan Teori Pengelolaan Keuangan Negara.

Kekuasaan yang tidak berkaitan dengan hukum oleh Henc van Maarseven disebut sebagai “blote match”,34

31M. Solly Lubis, Op.cit. hal. 80.

32Ibid. hal.17

33 Peter Mahmud Marzuki, 2005, PenelitianHukum, ( Jakarta :Prenada Media Goup, 2005).hal.132.

34SuwotoMulyosudarmo, KekuasaandanTanggungJawabPresidenRepublik Indonesia, SuatuPenelitianSegi-SegiTeoritikdanYuridisPertanggungjawabanKekuasaan, ( Surabaya:

UniversitasAirlangga, 1990), Hal. 30

sedangkan kekuasaan yang berkaitan dengan hukum oleh Max Weber disebut sebagai wewenang rasional atau legal, yakni wewenang

(31)

yang berdasarkan suatu sistem hukum ini dipahami sebagai suatu kaidah-kaidah yang telah diakui serta dipatuhi oleh masyarakat dan bahkan yang diperkuat oleh Negara35

Kekuasaan merupakan inti dari penyelenggaraan Negara agar Negara dalam keadaan bergerak (de staat in beweging) sehingga Negara itu dapat berkiprah, bekerja, berkapasitas, berprestasi, dan berkinerja melayani warganya. Oleh karena itu Negara harus diberi kekuasaan. Kekuasaan menurut Miriam Budiardjo adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang manusia untuk mempengaruhi tingkah Menurut pendapat dari Rusadi Kantaprawira bahwa Kekuasaan memiliki makna yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif adalah kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan unsur esensial dari suatu Negara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di samping unsur-unsur lainnya, yaitu:

a) hukum

b) kewenangan (wewenang) c) keadilan

d) kejujuran

e) kebijakbestarian, dan f) kebijakan.

35Ibid.

(32)

laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang atau Negara36

Menurut Bagir Manan

.

37

Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam kekuasaan itu terdapat wewenang dari sebuah lembaga atau jabatan tertentu untuk melakukan sebuah tindakan. Wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang- wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik didalam hubungan hukum publik

“kekuasaan” (macht) tidak sama artinya dengan wewenang. Kekuasaan menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat wewenang berarti hak dan sekaligus kewajiban (rechten en plichten)

38

Menurut Philipus M. Hadjon bahwa kewenangan diperoleh melalui 3 sumber yaitu, Atribusi, Delegasi, dan Mandat. Suatu atribusi menunjuk kepada kewenangan yang asli atas dasar ketentuan hukum tata negara. Atribusi merupakan wewenang untuk membuat keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti materiil. Rumusan lain mengatakan bahwa atribusi merupakan pembentukan wewenang tertentu dan pemberiannya kepada organ tertentu. Yang

.

36 Miriam Budiardjo, Dasar-DasarIlmuPolitik, (Jakarta:GramediaPustakaUtama, 1998), Hal.

35

37BagirManan, WewenangPropinsi, Kabupatendan Kota dalamRangkaOtonomi Daerah, Makalahpada Seminar NasionalPengembangan Wilayah danPengelolaanSumberDayaAlam di KawasanPesisirdalamRangkaPenataanRuang, FakultasHukumUniversitasPadjadjaran, Bandung, 13 Mei 2000, hal 1-2

38Ridwan HR, HukumAdministrasi Daerah, ( Depok : RajawaliPres, 2010), hal. 98.

(33)

dapat membentuk wewenang adalah organ yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan39.

(1) Teori Pelimpahan Kewenangan dengan Atribusi

Pada atribusi (pembagian kekuasaan hukum) diciptakan suatu wewenang. Cara yanag biasa dilakukan untuk melengkapi organ pemerintahan dengan penguasa pemerintah dan wewenang-wewenangnya adalah melalui atribusi. Dalam hal ini pembentuk undang-undang menentukan penguasa paemaerintah yang baru dan memberikan kepadanya suatu organ pemerintahan berikut wewenangnya, baik kepada organ yang sudah ada maupun yang dibentuk pada kesempatan itu.

Untuk atribusi, hanya dapat dilakukan oleh pembentuk undang-undang orsinil (pembentuk UUD, parlemen pembuat undang-undang dalam arti formal, mahkota, serta organ-organ dari organisasi pengadilan umum), Sedangkan pembentuk undang- undang yang diwakilkan (mahkota, menteri-menteri, organ-organ pemerintahan yang berwenang untuk itu dan ada hubungannya dengan kekuasaan pemerintahan) dilakukan secara bersama. Atribusi kewenangan terjadi apabila pendelegasian kekuasaan itu didasarkan pada amanat suatu konstitusi dan dituangkan dalam sautu peraturan pemerintah tetapi tidak didahului oleh suatu Pasal dalam undang-undang untuk diatur lebih lanjut.

39NurBasukiminarno, PenyalahgunaanWewenang Dan

TindakPidanaKorupsiDalamPengelolaanKeuangan Daerah, (Yogyakarta :LaksbangMediatama, 2010), hal. 70.

(34)

(2) Teori Pelimpahan Kewenangan dengan Delegatie

Kata delegasi (delegatie) mengandung arti penyerahan wewenang dari pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Penyerahan yang demikian dianggap tidak dapat dibenarkan selain dengan atau berdasarkan kekuasaan hukum. Dengan delegasi, ada penyerahan wewenang dari badan atau pejabat pemerintahan yang satu kepada badan atau pejabat pemerintahan lainnya.

Delegasi selalu dituntut adanya dasar hukum karena bila pemberi delegasi ingin menarik kembali wewenang yang telah didelegasikannya, maka harus dengan peraturan perundang-undangan yang sama. Wewenang yang diperoleh dari delegasi itu dapat pula di-subdelegasikan kepada subdelegatoris. Untuk subdelegatoris ini berlaku sama dengan ketentuan delegasi. Wewenang yang diperoleh dari atribusi dan delegasi dapat dimandatkan kepada orang atau pegawai-pegawai bawahan bilamana organ atau pejabat yang secara resmi memperoleh wewenang itu tidak mampu melaksanakan sendiri wewenang tersebut.

Menurut Heinrich Triepel, pendelegasian dalam pengertian hukum public dimaksudkan tindakan hokum pemanku sesuatu wewenang kenegaraan. Jadi, pendelegasian ini merupakan pergeseran kompetesi, pelepasan dan penerimaam sesuatu wewenang, yang keduanya berdasarkan atas kehendak pihak yang menyerahkan wewenang itu. Pihak yang mendelegasikan harus mempunyai suatu wewenang, yang sekarang tidak digunakanya. Sedangkan yang menerima

(35)

mendelegasian juga biasanya mempunyai suatu wewenang, sekarang akan memperluas apa yang telah diserahkan40

Perkembangan wewenang pemerintah dipengaruhi oleh karakteristik tugas yang dibebankan kepadanya. Tugas pemerintah adalah mengikuti tugas negara, yaitumenyelenggarakan sebagian dari tugas negara sebagai organisasi kekuasaan.

Dalam khazanah ilmu-ilmu kenegaraan terdapat beberapa macam dari tugas negara.

.

(3) Teori Pelimpahan Kewenangan dengan Mandat

Kata Mandat (mandat) mengandung pengertian perintah (opdracht) yang di dalam pergaulan hukum, baik pemberian kuasa (lastgeving) maupun kuasa penuh (volmacht). Mandat mengenai kewenangan penguasaan diartikan dengan pemberian kuasa (biasanya bersamaan dengan perintah) oleh alat perlengkapan pemerintah yang memberi wewenang ini kepada yang lain, yang akan melaksanakannya atas nama tanggung jawab pemerintah yang pertama tersebut.

Pada mandat tidak ada pencitaan ataupun penyerahan wewenang. Ciri pokok mandat adalah suatu bentuk perwakilan, mandataris berbuat atas nama yang diwakili.

Hanya saja mandat, tetap berwenang untuk menangani sendiri wewenangnya bila ia menginginkannya. Pemberi mandat juga bisa memberi segala petunjuk kepada mandataris yang dianggap perlu. Pemberi mandat bertanggung jawab sepenuhnya atas keputusan yang diambil berdasarkan mandate. Sehingga, secara yuridis-formal bahwa mandataris pada dasarnya bukan orang lain dari pemberi mandat.

40Heinrich Triepel, dalamSodjuangonSitumorang, Model

PembagianUrusanPemerintahanantaraPemerintah, Provinsi, danKabupaten/ Kota. Disertasi, PPS Fisip UI, Jakarta. 2002. hlm. 104.

(36)

Kekuasaan pemerintah tidak dapat lepas dari perkembangan asas legalitas yang telah dimulai sejak munculnya konsep negara hukum klasik formele rechtsstaat atau liberale rechtsstaat yaitu wetmatigheid van bestuur artinya menurut undang-undang.

Setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan kepada undang-undang. Sebagaimana yang dikemukakan H.D. Van Wijk sebagai berikut:41

Asas legalitas ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat dari tindakan pemerintah. Dengan asas ini kekuasaan dan wewenang bertindak pemerintah sejak awal sudah dapat diprediksi (predictable). Wewenang pemerintah yang didasarkan kepada ketentuan perundang-undangan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengetahuinya, sehingga masyarakat dapat menyesuaikan dengan keadaan demikian.

“Wetmatigheid van bestuur: de uitvoerende macht bazit uitsluitend die bevoegdheden welke haar uitdrukkelijk door de grondwet of door een andere wet zijn toegeken”. (Pemerintahan menurut undang-undang: pemerintah mendapatkan kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh undang-undang atau Undang-Undang Dasar).

Perancis mengenalnya sebagai le principle de la le’galite de I’adminitration;

Jerman menyebutnya dengan gesetzmassigkeit der verwaltung dan bagi Inggris adalah merupakan bagain the rule of law.

42

41Wijk, H.D. van, Hoofdstukken van administratief recht, Vuga, S-Gravenhage, 1984, hal. 34

42Ibid, hal.84

(37)

Asas legalitas dalampengertian wetmatigheid van bestuur harus dilaksanakan secara mutlak. Mengingat berkembangnya konsepsi negara hukum modern merupakan perpaduan antara konsep negara hukum dan negara kesejahteraan. Di dalam konsep ini tugas negara atau pemerintah menurut Bagir Manan tidak semata- mata sebagai penjaga keamanan atau ketertiban masyarakat saja, tetapi memikul tanggung jawab mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum dan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat43

Pemerintah di suatu negara welfare state atau negara kesejahteraan dituntut memainkan peranan yang lebih luas dan aktif, karena ruang lingkup kesejahteraan rakyat semakin meluas dan mencakup bermacam-macam segi kehidupan Lemaire menyebut tugas pemerintah yang demikian itu sebagai bestuurzorg yang dikenal dengan service public atau penyelenggaraan kesejahteraan umum yang dilakukan oleh pemerintah.

.

44 Pembuat undang-undang tidak mungkin mengatur segala macam hak, kewajiban dan kepentingan secara lengkap dalam suatu undang-undang45

Penjelasan tentang konsep wewenang, dapat juga didekati melalui telaah sumber wewenang dan konsep pembenaran tindakan kekuasaan pemerintahan. Teori sumber wewenang tersebut meliputi atribusi, delegasi, dan mandat. Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang pengertian wewenang dalam kaitannya dengan

.

43Bagir Manan, Politik Perundang-undangan Dalam Rangka Mengantisipasi Liberalisme Perekonomian, (Bandar Lampung : FH-UNILA, , 1996), hal 16

44Utrecht, E.,Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, ( Jakarta :NV Bali Buku Indonesia, 1957), hal. 144

45Marcus Lukman, Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pmebangunan di Daerah Serta Dampaknya Terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, Disertasi Universitas Padjadjaran Bandung, 1997, hal, 205

(38)

kewenangan sebagai berikut : “Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaa yang berasal dari Kekuasaan Legislatif (diberi oleh Undang- Undang) atau dari Kekuasaan Eksekutif/Administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik”46

(3) economic control function.

.

Mac Iver mengemukakan tiga tugas pemerintah dengan menggolongkan menjadi:

(1) cultural function;

(2) general welfare function;

47

(1) provider, negara bertanggung jawab dan menjamin suatu standar minimum kehidupan secara keseluruhan dan memberikan jaminan sosial lainnya;

Sedangkan Prajudi Atmosudirdjo berpendapat bahwa tugas pemerintah bergantung kepada tugas dan tujuan masing-masing negara. Perkembangan negara di dunia memperlihatkan gerak menuju bentuk negara kesejahteraan (welfare state).

Friedmann mengemukakan empat fungsi negara, yaitu:

(2) regulator, negara mengadakan aturan kehidupan bernegara;

46PrajudiAtmosudirdjo, HukumAdministrasi Negara, ( jakarta : Ghalia Indonesia, 1981), hal. 29

47AtengSyarifudin, 1996, Butir-ButirGagasanTentangPenyelenggaraanHukum Dan Pemerintahan Yang Baik, Bandung: PT Citra AdtyaBakti, 1996, hal. 15

(39)

(3) enterpreneur, negara menjalankan sektor ekonomi melalui badan usaha milik negara/daerah dan menciptakan suasana yang kondusif untuk berkembangnya bidang-bidang usaha;

(4) umpire, negara menetapkan standar-standar yang adil bagi pihak yang bergerak di sektor ekonomi, terutama antara sektor negara dan sektor swasta atau antar bidang-bidang usaha tertentu. 48

Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan unsur penting dalam suatu negara. Oleh karena itu, maka tidak berlebihan apabila salah satu faktor penentu krisis nasional dan berbagai persoalan yang melanda bangsa Indonesia bersumber dari kelemahan di bidang manajemen pemerintahan, terutama birokrasi, yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).

Memasuki era reformasi, hal tersebut diakui, sehingga melalui TAP MPR RI No.

XI/MPR/1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas KKN, dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotismebangsa Indonesia menegaskan tekad untuk senantiasa bersungguh-sungguh mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance.

Di Belanda Asas-asas umum pemerintahan yang baik dipandang sebagai norma hukum tidak tertulis, namun harus ditaati oleh pemerintah, sehingga dalam Wet AROB (Administrative Rechtspraak Overheidsbeschikkingen) yaitu Ketetapan- ketetapan Pemerintahan dalam Hukum Administrasi oleh Kekuasaan Kehakiman

“Tidakbertentangan dengan apa dalam kesadaran hukum umum merupakan asas-asas yang berlaku (hidup) tentang pemerintahan yang baik”.

48Friedmann, W., The State and The Rule of Law in Mixed Economy, ( London : Steven & Son, 1971), hal.3

(40)

Asas-asas umum pemerintahan yang baik, yang terkenal dan dirumuskan dalam Yurisprudensi AROB sebagai berikut:

a. Asas pertimbangan (motiveringsbeginsel) b. Asas kecermatan (zorgvuldigheidsbeginsel) c. Asas kepastian hukum (rechtszekerheidsbeginsel)

d. Asas kepercayaan (vertrouwensbeginsel of beginsel van opgewekte verwachtingen)

e. Asas persamaan (gelijkheidsbeginsel)

f. Asas keseimbangan (evenredigheidsbeginsel) g. Asas kewenangan (bevoegheidsbeginsel) h. Asas fair play (beginsel van fair play)

i. Larangan “detournement de pouvoir” atau penyalahgunaan wewenang (het verbod detournement de pouvoir)

j. Larangan bertindak sewenang-wenang (het verbod van willekeur).49

Kuntjoro Purbopranoto dalam bukunya yang berjudul “Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara” menguraikan asas- asas umum pemerintahan yang baik dalam 13 asas, yaitu:

a. Asas kepastian hukum (principle of legal security);

b. Asas keseimbangan (principle of proportionality);

c. Asas kesamaan (dalam pengambilan keputusan pangreh) – principle of equality;

d. Asas bertindak cermat (principle of carefuleness);

e. Asas motivasi untuk setiap keputusan pangreh (principle of motivation);

f. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misuse of competence);

g. Asas permainan yang layak (principle of fair play);

h. Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibition of arbitrariness);

i. Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised expectation);

j. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the consequences of an annulled decision);

k. Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara hidup) pribadi (principle of protecting the personal way of life);

49HetifahSj. Sumarto, Inovasi, Partisipasidan Good Governance, YayasanObor Indonesia, Jakarta, 2003.hal.31

(41)

l. Asas kebijaksanaan (sapientia);

m. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).50

a. Asas Kepastian Hukum

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999, maka asas-asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia diidentifikasikan dalam Pasal 3 dan Penjelasanya yang dirumuskan sebagai asas umum penyelenggaraan negara. Asas ini terdiri dari:

51

b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

;

52

c. Asas Kepentingan Umum

;

53

d. Asas Keterbukaan

;

54

e. Asas Proporsionalitas

;

55

f. Asas Profesionalitas

;

56

g. Asas Akuntabilitas

;

57

50Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan Indonesia danPeradilan Administrasi Negara, Bandung: Alumni, 1975, hal. 26

51Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang- undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara.

52Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.

53Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

54Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

55Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.

56Adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

57Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

.

(42)

Disamping itu, Pasal 5 Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 dan Pasal 3 ayat (1) TAP MPR XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Nagara Yang Bersih dan Bebas KKN menentukan untuk menghindari segala bentuk KKN, seseorang yang dipercaya menjabat suatu jabatan dalam penyelenggaraan negara harus bersumpah sesuai dengan agamanya dan harus mengumumkan dan bersedia diperiksa kekayaannya sebelum dan setelah menjabat, melaksanakan tugas tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab, tidak melakukan perbuatan tercela, melaksanakan tugas tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, maupun kelompok dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku serta bersedia menjadi saksi dalam perkara KKN dan perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik yang berlaku secara universal dibeberapa negara sebagai hukum tidak tertulis, di Indonesia dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN merumuskan asas-asas umum penyelenggaraan negara tersebut secara formal mengikat penyelenggara negara untuk dilaksanakan dalam tugas dan fungsinya.

Pada dasarnya pemerintah dalam menjalankan berbagai kegiatan harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (asaslegalitas), tetapi

(43)

karena ada kelemahan dan kekurangan asas legalitas, pemerintah dapat bertindak atas dasar kebijaksanaan untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Penyelenggaraan kepentingan umum dapat berwujud hal-hal sebagai berikut:

1. Memelihara kepentingan umum yang khusus mengenai negara.

Contoh : tugas pertahanan dan keamanan.

2. Memelihara kepentingan umum dalam arti kepentingan bersama dari warga negara yang tidak dapat dipelihara oleh warga negaranya sendiri.

Contoh : persediaan sandang pangan, perumahan, kesejahteraan dan lain-lain.

3. Memelihara kepentingan bersama yang tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh para warga negaranya sendiri, dalam bentuk bantuan negara.

Contoh : pendidikan dan pengajaran, kesehatan dan lain-lain.

4. Memelihara kepentingan dari warga negara perseorangan yang tidak seluruhnya dapat diselenggarakan oleh warga negara sendiri, dalam bentuk bantuan negara. Adakalanya negara memelihara seluruh kepentingan perseorangan tersebut.

Contoh : pemeliharaan fakir miskin, anak yatim, anak cacat dan lain- lain.

5. Memelihara ketertiban, keamanan dan kemakmuran setempat.

Contoh : peraturan lalu lintas, pembangunan, perumahan dan lain-lain.58

Kewenangan Delegatif bersumber dari pelimpahan suatu organ pemerintahan kepada organ lain dengan dasar peraturan Perundang-undangan. Dalam hal

Kewenangan yang sah bila ditinjau dari sumber darimana kewenangan itu lahir atau diperoleh, maka terdapat tiga kategori kewenangan, yaitu Atribut, Delegatif danMandat, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kewenangan Atribut

Kewenangan atribut biasanya digariskan atau berasal dari adanya pembagian kekuasaan oleh peraturan Perundang-undangan. Dalam pelaksanaan kewenangan atributif ini pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh pejabat atau badan yang tertera dalam peraturan dasarnya. Terhadap kewenangan atributif mengenai tanggung jawab dan tanggung gugat berada pada pejabat atau badan sebagaimana tertera dalam peraturan dasarnya.

2. Kewenangan Delegatif

58Ibid.. hal. 39-40.

(44)

kewenangan delegatif tanggung jawab dan tanggung gugat beralih kepada yang diberi wewenang tersebut dan beralih pada delegataris

3. Kewenangan Mandat

Kewenangan Mandat merupakan kewenangan yang bersumber dari proses atau prosedur pelimpahan dari pejabat atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat atau badan yang lebih rendah. Kewenangan mandat terdapat dalam hubungan rutin atasan dan bawahan, kecuali bila dilarang secara tegas.59

Berdasarkan atas karakteristik dari negara hukum yaitu asas legalitas (legaliteits beginselen atau wetmatigheid van bestuur), atas dasar prinsip tersebut bahwa wewenang pemerintahan berasal dari peraturan Perundang-undangan. Dalam kepustakaan hukum administrasi terdapat dua cara untuk memperoleh wewenang pemerintah yaitu : atribusi dan delegasi; dan mandat, ditempatkan sebagai cara tersendiri untuk memperoleh wewenang60

b. Teori Pengelolaan Keuangan Negara

Pada setiap perbuatan pemerintah diisyaratkan harus bertumpu pada kewenangan yang sah. Tanpa adanya kewenangan yang sah, seorang pejabat atau badan tata usaha negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan pemerintah.

Kewenangan yang sah merupakan atribut bagi setiap pejabat atau bagi setiap badan.

Keuangan berasal dari bahasa terjemahan kata “monetary” atau moneter, sedangkan kata “finance” mempunyai arti pembiayaan. Sementara itu, istilah

59Ibid. Hal. 70-75

60Nur Basuki Winanrno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi, ( Yogyakarta : laksbang mediatama, 2008), hal. 70

(45)

keuangan negara biasanya dikaitkan dengan public finance”. Finance atau pembiayaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan uang.61

“ APBN adalah anggaran pendapatan dan belanjanya pemerintah pusat.

Kekayaan negara yang dipisahkan untuk mendirikan perusahaan milik negara bukanlah pengeluaran konsumtif melainkan pengeluaran produktif yang diusahakan untuk menjadi sumber pendapatan baru bagi APBN. Dengan perkataan lain, meskipun dipisahkan dari APBN, namun dalam waktu tertentu dan secara berangsungsur-angsur diharapkan dapat “bergabung” kembali. APBN diadakan berdasarkan atas kuasa undang-undang yang membagi wilayah negara kesatuan kita menjadi daerah-daerah otonom. Demikian juga kedudukan perusahaan daerah terhadap APBD adalah serupa dengan kedudukan perusahaan milik pusat terhadap APBN.”

Padmo wayono mendefinisikan pengertian keuangan negara yaitu APBN

“Plus” dikatakan bahwa:

62

Menurut Jimly Asshidiqie bahwa keuangan daerah sebenarnya adalah keuangan negara, sebabnya adalah negara Indonesia tersusun sebagai negara kesatuan ( unitarystate). Karena itu, sebagai suatu badan hukum publik ( publi body), negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 merupakan kesatuan badan hukum yang bersifat tunggal dan tidak terpecah-pecah atau terpisah-pisah. Karena itu uang daerah adalah juga uang negara. Pendapatan dan pengeluarkan pusat dan daerah adalah satu kesatuan manajemen pemerintahan.63

Penyelenggaraan fungsi-fungsipemerintahan tidak akan bisa dilaksanakan secara efektif tanpa didukung olehsarana keuangan negara. Sedemikan pentingnya arti sarana keuangan negaramenyebabkan penyelenggara negara perlu mengaturnya

61Jimmly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer, 2008), hal. 807

62Ibid.

63Ibid.

(46)

sejak dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai aspekkonstitusionalitas hingga dalam berbagai aturan operasional dalam bentukperaturan perundang-undangan (regeling) maupun peraturan kebijaksanaan(policyrule). Hal ini bermakna pengaturan keuangan negara memerlukan desainhukum ketatanegaraan yang merupakan kedudukan konstitusional sekaligusmerupakan desain hukum administrasi negara melalui pelaksanaan administratifdan perbendaharaan.

Otonomi daerah sebagai hak wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat merupakan tugas yang tidak mudah jika dilihat dari upaya untuk mewujudkan daerah yang mampu membiayai sendiri penyelenggaraan urusan pemerintahan. Untuk menilai implikasi otonomi daerah terhadap keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pemenuhan masyarakatnya, dapat dilihat dari dua aspek yakni:

(a) Berkurangnya kebergantuangan pembiayaan pada keuangan negara;

(b) Berkembangnya perekonomian daerah yang bertumpu pada sumber daya didaerah. Dengan demikian, keberhasilan otonomi daerah terletak pada akibat aktivitas pemerintah daerah ( the impact of local goverment activity) itu sendiri dan bukan ditentukan oleh pemerintah pusat.64

Pemerintah daerah membutuhkan pemerintahn pusat dan pemerintah daerah yang kuat dan yang mampu menjaga hubungan keuangan yang sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

64Dian Puji Simatupang, Paradoks Rasionalitas; Perluasan Ruang Lingkup Keuangan Negara dan Implikasinya Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah,( Jakarta : FHUI, 2011), hal. 216

(47)

Konsekwensi langsung dari penyerahan kewenangan dari pemerintahan pusat ke daerah (desentralisasi politik) adalah tindak lanjut dengan desentralisasi fiskal dan desentralisasi administrasi. Desentralisasi fiskal yang dimaksud adalah bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menggali sumber asli pendapatan daerahnya sendiri, mengelola keuangan sendiri dengan perencanaan yang telah direncanakan sebelumnya.

Hal tersebut mudah dipahami karena salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan self-supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan merupakan facktor essensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Ini berarti, dalam penyelenggaraan urusan rumah tangganya daerah membutuhkan dana atau uang, karena adalah mustahil bagi daerah-daerah untuk dapat menjalankan berbagai tugas dan pekerjaannya dengan efektif dan efisien serta dapat melaksanakan pelayanan dan pembangunan bagi masyarakat tanpa tersedianya dana untuk itu.65

Sistem desentralisasi administrasi pemerintahan daerah memiliki kewenangan untuk merencanakan, pelaksanaan dan mengendalikan program-program untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. Atau dengan perkataan lain desentralisasi

65Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana, 2007), hal. 15

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan

Kajian mendalam dilakukan dalam hal ini sehingga perbedaan mendasar terletak dari medium output selama ini yang berupa tayangan animasi pendek berubah menjadi

Berdasarkan kenyataan, adanya kesenjangan yang sangat besar antara kebutuhan sumberdaya manusia untuk peningkatan pembangunan pertanian berbasis agribisnis di daerah dan

Seperti cabang olahraga lain, kasti memiliki lapangan permainan yaitu suatu area di mana di dalamnya dapat memainkan dan manjaga bola dengan sah, lapangan kasti

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut. Proses pengembangan media pembelajaran berbasis Sparkol

Untuk pemasangan bantalan pada bentangan-bentangan gelagar, dongkrak harus ditempatkan di bawah gelagar badan profil/plat girder sedekat mungkin dengan plin-plin untuk

Pemberian kalori yang adekuat sangat penting untuk membuat keseimbangan nitrogen menjadi positi>. Menghitung kebutuhan kalori pada ))$ lebih rumit karena harus diperhitungkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana penerimaan teknologi e- commerce pada UMKM kain tenun songket Kota Palembang dengan menggunakan model TAM dan