• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA PERCAKAPAN MAHASISWA DI APLIKASI WHATSAPP: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI NADYA ALYSSA ZAHRA NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA PERCAKAPAN MAHASISWA DI APLIKASI WHATSAPP: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI NADYA ALYSSA ZAHRA NIM:"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA PERCAKAPAN MAHASISWA

DI APLIKASI WHATSAPP: KAJIAN PRAGMATIK

SKRIPSI

NADYA ALYSSA ZAHRA NIM: 150701056

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

201

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Tindak Tutur Ilokusi Pada Percakapan Mahasiswa di Aplikasi Whatsapp:

Kajian Pragmatik Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nadya Alyssa Zahra

NIM : 150701056

Program Studi : Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Tindak Tutur Ilokusi Pada Percakapan Mahasiswa di Aplikasi Whatsapp: Kajian Pragmatik

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dan diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, September 2019 Penulis,

Nadya Alyssa Zahra

NIM 150701056

(5)

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA PERCAKAPAN MAHASISWA DI APLIKASI WHATSAPP

NADYA ALYSSA ZAHRA NIM 150701056

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tindak tutur ilokusi pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp. Dua masalah yang diteliti yakni makna tindak tutur ilokusi dan bentuk tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak. Pada pengkajian data penelitian ini digunakan metode agih. Percakapan mahasiswa yang terdapat di aplikasi Whatsapp dapat dianalisis dengan teori tindak tutur yang disampaikan oleh Searle yang membagi jenis tindak tutur ilokusi menjadi lima macam, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Setelah dilakukan analisis terhadap setiap tuturan yang ada ditemukan 4 bentuk tindak tutur ilokusi yaitu:

asertif, direktif, ekspresif, dan komisif dan ditemukan 17 makna tindak tutur ilokusi.

Kata kunci : tindak tutur, tindak tutur ilokusi, aplikasi Whatsapp

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucap terima kasih kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Drs.

Mauly Purba, M.A., Ph.D. selaku Pembantu Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.pd. selaku Pembantu Dekan II, Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.

selaku Pembantu Dekan III Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia dan Amhar Kudadiri, M.Hum. selaku sekretaris Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU.

3. Dr. Dwi Widayati, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing penulis serta memberikan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Mulyadi, M.Hum dan Dra. Rosliana Lubis, M.Si, selaku dosen penguji penulis. Terima kasih atas saran dan perbaikan yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

6. Teristimewa kedua orang tua penulis, Ayahanda Suharto dan Ibunda Elfy Yusrida yang selalu mendukung penulis baik materi, semangat, dorongan

(7)

serta doa yang tak pernah berkesudahan. Terima kasih untuk pengorbanan yang telah kalian berikan.

7. Bapak Joko yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus penyelesaian administrasi dan persyaratan-persyaratan lainnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada sahabat-sahabatku yang tersayang, Teza Sandri, Fadhila Nanda Murni, Sutriyani Pratiwi, Annisa Alfarez , Farah Azilla, dan Emma Soraya, yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan penulis, Adjie, Dwi, Fanny, Haekal, Ilham, Indah, Intan, Tini, Hadida, Luna, dan Bebby. Terimakasih atas doa, semangat, kesabaran, pengertian, dan kebersamaan yang telah terjalin selama ini.

10. Kepada semua teman-teman seperjuangan stambuk 2015 terima kasih atas bantuan dan dukungannya, semoga kita semua sukses selalu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Medan, September 2019 Penulis,

Nadya Alyssa Zahra

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1. Manfaat Teoritis ... 7

1.5.2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II ... 8

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep ... 8

2.1.1. Tindak Tutur ... 8

2.1.2. Tindak Tutur Ilokusi ... 8

2.1.3. Aplikasi Whatsapp ... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Tindak Tutur ... 10

2.2.2. Aspek Situasi Tutur ... 16

(9)

BAB III... 22

METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Sumber Data ... 22

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data... 23

3.4 Metode dan Teknik Penyajian Data ... 29

BAB IV ... 30

PEMBAHASAN ... 30

4.1. Bentuk Tindak Tutur Ilokusi... 30

4.1.1. Asertif ... 30

4.1.2. Direktif ... 33

4.1.3. Ekspresif ... 39

4.1.4. Komisif ... 45

4.2. Makna Tindak Tutur Ilokusi ... 47

4.2.1. Menyatakan ... 47

4.2.2. Mengeluh ... 47

4.2.3. Memberitahukan ... 48

4.2.6. Mengajak ... 50

4.2.5. Menyarankan ... 52

4.2.6. Meminta ... 53

4.2.7. Melarang ... 54

4.2.8. Menyuruh ... 55

4.2.9. Memaksa ... 57

4.2.10. Berterima Kasih ... 57

4.2.11. Kecewa ... 59

4.2.12. Menolak ... 59

4.2.13. Memberikan Selamat ... 60

(10)

4.2.14. Memuji ... 60

4.2.15. Menyatakan Rasa Senang ... 61

4.2.16. Meminta Maaf ... 62

4.2.17. Berjanji ... 62

4.2.18. Menawarkan Sesuatu ... 63

BAB V ... 66

SIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Simpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN DATA ... 71

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masyarakat pengguna bahasa khususnya menggunakan bahasa untuk interaksi sosial. Dengan bahasa kita bisa mengenal dunia, melalui berbagai macam media.Salah satu media yang saat ini efektif digunakan oleh jutaan orang, termasuk mahasiswa di dunia adalah aplikasi olah pesan. Pada saat ini aplikasi olah pesan merupakan suatu kebutuhan setiap orang terutama mahasiswa.

Berbagai jenis aplikasi olah pesan mampu meraih kesuksesan, dan paling banyak digunakan diantaranya adalah aplikasi Whatsapp untuk sarana komunikasi yang lebih cepat dan efektif menjangkau situasi dan kondisi. Pemanfaatan aplikasi olah pesan bagi mahasiswa sangat beragam, salah satu diantaranya adalah sebagai sarana berinteraksi dengan komunitas tertentu.

Aplikasi Whatsapp dipilih sebagai objek penelitian karena aplikasi tersebut adalah aplikasi terbanyak yang digunakan atau diakses jika dibandingkan dengan BBM dan Youtube. Hal ini terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Trisnani, berikut diagramnya.

(12)

Melihat pada Diagram di atas, terkait akun media sosial lainnya yang sering di akses. Dari 34 responden, yang menyatakan Whatsapp sebanyak 22 reponden atau 64,7 %. Yang menyatakan BBM sebanyak 10 responden atau 29,4 %. Yang menyatakan Youtube sebanyak 2 responden atau 5,9 %. Jadi total sebanyak 34 responden atau 100,0 %. (Trisnani. 2017. Pemanfaatan Whatsapp Sebagai Media Komunikasi Dan Kepuasan Dalam Penyampaian Pesan Dikalangan Tokoh Masyarakat. Jurnal Komunikasi, Media Dan Informatika.

Volume 6 (3)).

Kegiatan interaksi antarmahasiswa menimbulkan beberapa komponen tutur yang harus ada dalam komunikasi khususnya tuturan. Komponen tuturan yang ada secara tidak langsung adalah pendengar yang menyampaikan pesan kepada pembicara secara langsung bertatap muka atau menggunakan media.

Proses penyampaian pesan diharapkan mendapat timbal balik sesuai dengan konteks tuturannya. Proses komunikasi yang terjadi dapat menimbulkan beberapa tindakan. Pada saat pembicara menyampaikan pesan, tentunya pembicara tersebut telah melakukan kegiatan berbicara. Pendengar pun mendengarkan pembicara menyampaikan pesan maka pendengar tersebut telah melakukan kegiatan menyimak pesan. Ketika komunikasi terjadi secara tidak langsung maka pendengar dan pembicara tersebut melakukan tindakan dan tuturan.

Yule (2006) mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. John R. Searle (1983) dalam Rahardi (2005) menyatakan bahwa praktik penggunaan bahasa terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusioner (perlocutionary acts). Tindak lokusioner adalah tindak

(13)

bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur.

Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan daya tuturan. Tindak tutur ilokusi tidak mudah diidentifikasikan, karena sangat berkaitan dengan siapa penuturnya dan kepada siapa Dia bertutur lalu kapan dan di mana tindak tutur itu dilakukan, dan sebagainya. Tindak tutur ilokusi merupakan bagian yang penting dalam memahami tindak tutur (Wijana, 2011:24).

Tindak tutur ilokusi juga disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindakan ini mengandung makna yang berhubungan dengan fungsi sosial.

Salah satu tuturan yang terjadi di aplikasi Whatsapp adalah tindak tutur ilokusi yang seringkali terjadi akibat dari situasi yang menyertai penutur dan mitratutur pada saat melakukan komunikasi.Dari hasil pengamatan terdapat tindak tutur ilokusi pada tuturan mahasiswa di aplikasi Whatsapp.Seperti di bawah ini.

(14)
(15)

Pada data di atas, terdapat beberapa mahasiswa yang sedang berdiskusi tentang di mana mereka akan melaksanakan kegiatan buka bersama dengan membentuk grup diaplikasi Whatsapp. Salah satu mahasiswa sudah memesan tempatnya, tetapi beberapa mahasiswa mengatakan bahwa mereka tidak bisa hadir pada acara buka bersama yang telah disepakati tempat dan tanggalnya.

Hal itu membuat mahasiswa yang telah memesan tempat tadi marah dan kecewa karena acara buka bersama tersebut batal dikarenakan banyak yang tidak dapat hadir. Tampak pada kalimat “makasih we”. Arti tuturan “makasih we” yang dituturkan tersebut bukan benar-benar bermakna terima kasih, melainkan diucapkan karena penutur tersebut sangat kesal kepada teman-temannya dan bermaksud untuk menyindir teman-temannya yang tidak ikut. Hal itu terbukti dengan jawaban para mitra tutur yang tidak nyambung dengan pernyataan penutur dengan mengatakan kata “maaf”.

Seringkali terdapat pernyataan-pernyataan penutur yang terkesan tidak nyambung dengan jawaban yang diberikan oleh mitra tutur. Walau terdengar demikian, proses komunikasi tetap berjalan karena penutur maupun mitra tutur sama-sama mengerti maksud dari tuturan yang terkesan tidak nyambung tersebut.

Beraneka ragam tindak tutur yang terjadi pada tuturan di aplikasi Whatsapp menarik untuk dileliti.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur ilokusi pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp?

2. Bagaimanakah makna dari tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp?

1.3 Batasan Masalah

Untuk memperoleh pembahasan yang mendasar dan secara terinci, penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan masalah. Pembatasan masalah dilakukan ntuk mempermudah peneliti dalam menentukan apa saja yang akan dijadikan objek dalam penelitian. Batasan masalah akan membantu peneliti untuk memberikan fokus pada objek yang ditelitinya agar tidak terlalu luas serta lebih terarah. Pada penelitian ini masalah hanya dibatasi pada bentuk dan makna tindak tutur ilokusi yang disampaikan oleh Searle pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menggolongkan bentuk tindak tutur ilokusi pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp.

2. Mendeskripsikan makna dari tindak tutur ilokusi pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp.

(17)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut.

1.5.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan informasi dan bahan masukan yang relevan dalam hal penelitian pada bidang kajian pragmatik khususnya tentang tindak tutur ilokusi. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian sejenis pada objek kajian yang lain.

1.5.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat memberi sumbangan kepada para pembaca mengenai tindak tutur ilokusi, serta dapat bermanfaat dalam mata kuliah pragmatik.

(18)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

2.1.1. Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan. Selain itu, tindak tutur adalah tata cara berbahasa dalam menyampaikan pernyataan, perintah, pertanyaan, serta efek yang ditimbulkan terhadap mitra tutur (Yule, 2006:93).

Istilah tindak tutur muncul karena di dalam mengucapkan sesuatu penutur tidak semata0mata menyatakan tuturan tetapi dapat mengandung maksud di balik tuturan itu. Purwo (1990:16) mendefinisikan tuturan sebagai ujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya.

2.1.2. Tindak Tutur Ilokusi

Searle (1983) dalam Rahardi (2005) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni:

1. Asertif (Assertives), yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan

(19)

(stating), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming).

2. Direktif (Directives), yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan (ordering), menyarankan (suggesting), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending).

3. Ekspresif (Expressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), dan berbelasungkawa (condoling).

4. Komisif (Commissives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering).

5. Deklarasi (Declarations), yaitu bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membaptis (chistening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommicating), dan menghukum (sentencing).

2.1.3. Aplikasi Whatsapp

Media sosial Whatsapp yang sering disingkat WA adalah salah satu media komunikasi yang dapat di install dalam Smartphone. Media sosial ini

(20)

digunakan sebagai sarana komunikasi chat dengan saling mengirim pesan teks, gambar, video, bahkan telpon. Media ini dapat aktif jika kartu telpon pengguna memiliki paket data internet. (Surya, dkk. 2018. Penggunaan Sosial Media Whatsapp Dan Pengaruhnya Terhadap Disiplin Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran. Jurnal Pendidikan Islam. Vol 7 (1): 11).

Whatsapp sendiri merupakan suatu aplikasi yang pada dasarnya

digunakan untuk berkirim pesan antar individu, dimana pada era saat ini telah menjelma menjadi aplikasi paling dominan digunakan. Pada saat ini, Whatsapp telah dimanfaatkan oleh tokoh masyarakat untuk berkomunikasi

dalam menyampaikan pesan kepada sasarannya. (K.S., Juniar Eka, dkk. 2018.

Pemanfaatan Aplikasi Whatsapp dalam Menunjang Perkuliahan Bagi Mahasiswa Universitas Jember. Prodi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Tindak Tutur

Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan, prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Tindak tutur memiliki bentuk yang bervariasi untuk menyatakan suatu tujuan. Misalnya menurut ketentuan hukum yang

(21)

gedung ini segera”. Tuturan tersebut juga dapat dinyatakan dengan tuturan

“Mohon Anda meninggalkan tempat ini sekarang juga” atau cukup dengan tuturan “Keluar”. Ketiga contoh tuturan di atas dapat ditafsirkan sebagai perintah apabila konteksnya sesuai.

Yule (2006) mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai suatu kesatuan fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur.

Tindak tutur dan peristiwa tutur sangat erat terkait. Keduanya merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi. Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan.

Dengan demikian, tindak tutur selalu berada dalam peristiwa tutur. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Sumbangan terbesar Austin dalam teori tindak tutur adalah pembedaan tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Menurut Austin dalam

(22)

Rahardi (2009), setiap kali penutur berujar, dia melakukan tiga tindakan secara bersamaan, yaitu:

1. Tindak lokusi, melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu.

Tindakan lokusi mengandung makna literal. Contoh: “It is hot here”, makna lokusinya berhubungan dengan suhu udara di tempat itu.

Contoh lain “Saya lapar”, seseorang mengartikan “Saya” sebagai orang pertama tunggal (si penutur), dan “lapar” mengacu pada “perut kosong dan perlu diisi”, tanpa bermaksud untuk meminta makanan.

Dengan kata lain, tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.

2. Tindak ilokusi, melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Pada tindak tutur ilokusi, penutur menyatakan sesuatu dengan menggunakan suatu daya yang khas, yang membuat si penutur bertindak sesuai dengan apa yang dituturkanya. Tindakan ini mengandung makna yang berhubungan dengan fungsi sosial. Pada kalimat “It is hot here”, makna ilokusinya mungkin permintaan (request) agar membuka jendela lebar-lebar, atau bila kalimat tersebut diulang-ulang, mungkin mengisyaratkan keluhan (complaint). Contoh lain: “Sudah hampir pukul tujuh”. Kalimat di atas bila dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya di pagi hari, selain memberi informasi tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu mengingatkan si istri bahwa si suami harus segera berangkat ke kantor, jadi minta disediakan

(23)

sarapan. Oleh karena itu, si istri akan menjawab mungkin seperti kalimat berikut, “Ya Pak! Sebentar lagi sarapan siap.”

3. Tindak perlokusi (Perlocutionary act), melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Tindak perlokusi menghasilkan efek atau hasil. yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.

Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga berbentuk tindakan atau perbuatan. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.

Contoh: “Saya lapar”, yang dituturkan oleh si penutur menimbulkan efek kepada pendengar, yaitu dengan reaksi memberikan atau menawarkan makanan kepada penutur. Pada kalimat “It is hot here”, berdasarkan konteks tertentu (udara panas, berada dalam ruangan yang jendela dan pintu tertutup semua, misalnya), maka hasil yang akan diperoleh adalah jendela akan dibuka lebar-lebar atau tidak dihiraukan sama sekali.

Selanjutnya, Searle (dalam Rahardi, 2005:36) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Asertif (Assertives), yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya

(24)

menyatakan (stating), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming).

Contoh: “Adik selalu unggul di kelasnya”. Tuturan tersebut termasuk tuturan asertif sebab berisi informasi yang penuturnya terikat oleh kebenaran isi tuturan tersebut. Penutur bertanggung jawab bahwa tuturan yang diucapkan itu memang fakta dan dapat dibuktikan di lapangan bahwa si adik rajin belajar dan selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya.

b. Direktif (Directives), yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan (ordering), menyarankan (suggesting), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending).

Contoh: “Bantu aku mengerjakan tugas ini”. Tuturan tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis direktif sebab tuturan itu dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan tersebut, yakni membantu mengerjakan tugas. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut.

c. Ekspresif (Expressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih (thanking),

(25)

memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), dan berbelasungkawa (condoling).

Contoh: “Sudah kerja keras mencari uang, tetap saja hasilnya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga”. Tuturan tersebut

termasuk tuturan ekspresif mengeluh yang dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang dituturkannya, yaitu usaha mencari uang yang hasilnya selalu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

d. Komisif (Commissives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering).

Contoh: “Saya akan mengasuh anak ini dengan ikhlas dan baik”

(berjanji). Tuturan tersebut mengikat penuturnya untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhi apa yang telah dituturkannya.

e. Deklarasi (Declarations), yaitu bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membaptis (chistening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommicating), dan menghukum (sentencing).

(26)

Contoh: “Saya terima apapun hasil ujian saya nanti”. Tuturan tersebut termasuk tuturan deklarasi berpasrah. Penutur akan menerima apapun hasil ujiannya dengan pasrah.

2.2.2. Aspek Situasi Tutur

Wijana (1996:10-11) menyatakan bahwa konteks situati tutur mencakup aspek-aspek berikut:

1) Penutur dan lawan tutur

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakbaran, dan lain sebagainya.

2) Konteks tuturan

Konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang

bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

3) Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan. Dalam hubungan itu, bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk

(27)

menyatakan maksud yang sama. Di dalam pragmatik berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (good acivities).

4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas yaitu tindak tutur itu merupakan tindakan juga. menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Dalam hal ini, tuturan bukan merupakan entitas abstrak seperti tata bahasa. Tuturan adalah sebagai entitas yang konkret dan jelas antara penutur dan lawan tutur, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5) Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tindakan manusia dibedakan menjadi dua, yaitu (1) tindakan verbal, dan (2) tindakan nonverbal. Tindak verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa. Sedangkan memukul atau berjalan merupakan contoh dari tindakan nonverbal.

2.3. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk ditinjau dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah sebagai berikut.

Gultom (2011) meneliti tentang jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel “Tanah Tabu”karya Anindita S. Thayf. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak bebas libat cajap (SLBC) yang dilankutkan dengan pencatatan dan klasifikasi serta metode padan dan teknik

(28)

pilah unsur penentu (PUP) dengan daya pilah pembeda reaksi. Terdapat empat jenis tindak tutur dalam novel “Tanah Tabu” yaitu tindak tutur ilokusi representatif, tindak tutur ilokusi komisif, tindak tutur ilokusi direktif, dan tindak tutur ilokusi ekspresif sedangkan tindak tutur deklaratif tidak ditemukan.

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Gultom dan penulis. Persamaan tesebut terletak pada tindak tutur ilokusi yang menjadi bahasan utama dalam penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Gultom.

Perbedaan penelitian terletak pada objek kajian. Objek kajian pada penelitian ini adalah percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp sedangkan objek kajian pada penelitian yang dilakukan oleh Gultom adalah Novel “Tanah Tabu” karya Anindita S. Thayf. Penelitian ini memberikan kontribusi tentang teori Searle mengenai bentuk tindak tutur ilokusi secara jelas.

Indrayanti (2016) meneliti tentang jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam wacana naskah drama “Deleilah Tak Ingin Pulang Dari Pesta”KaryaPuthutE.A. Jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat pada naskah drama tersebut yaitu tindak tutur ilokusi representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan isbati. Tindak tutur ilokusi representatif meliputi representatif memberitahukan, mengeluh, membanggakan, dan mengakui. Tindak tutur ilokusi direktif meliputi direktif mengajak, memerintah, menasihati, dan meminta. Tindak tutur ilokusi komisif meliputi komisif berjanji, mengancam, dan menawarkan.

Tindak tutur ilokusi ekspresif meliputi ekspresif memuji, mengkritik, berterimakasih, mengecam, menyindir, menyalahkan, dan mengucapkan selamat.

Tindak tutur ilokusi isbati meliputi isbati mengundurkan diri dan membatalkan.

(29)

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Indrayanti dan penulis. Persamaan tesebut terletak pada tindak tutur ilokusi yang menjadi bahasan dalam penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Indrayanti. Perbedaan penelitian terletak pada objek kajian. Objek kajian pada penelitian ini adalah percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp sedangkan objek kajian pada penelitian yang dilakukan oleh Indrayanti adalah Naskah Drama

“Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta” karya Phutut E.A. Penelitian ini memberikan kontribusi tentang teori Searle mengenai bentuk tindak tutur ilokusi secara jelas.

Sari (2016) meneliti tentangtindak tutur ilokusi dalam dialog film

“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” Karya Buya Hamka, menganalisis bentuk- bentuk tindak tutur ilokusi dari sebuah dialog film tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Pengkajian data penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dan menggunakan teori Searle mengenai bentuk tindak tutur ilokusi. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat lima bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu: tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur asertif, tindak tutur deklaratif, dan tindak tutur ekspresif. Bentuk tindak tutur yang paling banyak digunakan ialah bentuk tindak tutur deklaratif.

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Saridan penulis. Persamaan tesebut terletak pada tindak tutur yang menjadi bahasan dalam penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Sari. Selain itu persamaan juga ditemukan dalam pengumpulan data yaitu teknik simak bebas libat cakap.

Perbedaan penelitian terletak pada objek kajian. Objek kajian pada penelitian ini

(30)

adalah percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp sedangkan objek kajian pada penelitian yang dilakukan oleh Sari adalah Dialog Film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” karya Buya Hamka. Penelitian ini memberikan kontribusi tentang teori Searle mengenai bentuk tindak tutur ilokusi.

Simbolon (2013) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Dalam Komik Detektif Conan”, merupakan hasil penerapan pendekatan ilmu pragmatik

untuk menganalisis jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan teknik catat. Pada pengkajian data penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini teori yang digunakan teori Austin tentang jenis tindak tutur dan Searle tentang kategori tindak ilokusi. Pada hasil penelitian hanya ditemukan tiga jenis kategori tindak ilokusi yaitu asertif, direktif, dan ekspresif. Dan kategori tindak ilokusi yang paling sering muncul adalah tindak ilokusi asertif yang berjumlah 27 tuturan.

Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan terletak pada tindak tutur yang menjadi bahasan. Selain itu, persamaan juga ditemukan pada teknik pengumpulan data yaitu teknik simak. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek kajian.

Objek kajian pada penelitian ini adalah percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp sedangkan objek kajian pada penelitian yang dilakukan oleh Simbolon adalah Komik Detektif Conan. Penelitian ini memberikan kontribusi tentang teori yang disampaikan oleh Austin dan Searle, dan kategori tindak ilokusi.

(31)

Silaban (2017) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Tindak Tutur dalam Novel Rahasia Sunyi Karya Brahmanto Anindito meneliti jenis tindak tutur

dan kategori tindak ilokusi yang terdapat pada novel ini. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan catat. Pada pengkajian data, penelitian ini digunakan metode analisis konten. Dalam penelitian ini teori yang digunakan Searle tentang jenis tindak tutur. Kategori tindak ilokusi yang ditemukan pada novel ini hanya terdapat tiga jenis, yaitu: tindak asertif, direktif, dan ekspresif.

Kategori tindak ilokusi yang paling banyak muncul adalah tindak ilokusi asertif yang berbentuk memberitahukan sesuatu.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada tindak tutur sebagai bahasan dalam penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Silaban, dan persamaan juga terdapat pada teknik pengumpulan data yaitu teknik simak. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek kajian. Penelitian ini memberikan kontribusi tentang teori Searle yaitu tentang jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi yang difokuskan pada penelitian ini.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berupa percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp yang berkenaan dengan tindak tutur ilokusi yang dituturkan oleh para mahasiswa dalam suatu konteks percakapan. Seperti yang kita ketahui, mahasiswa sangat memerlukan aplikasi olah pesan untuk mempermudah segala sesuatu salah satunya untuk bertukar informasi kepada setiap orang. Banyak sekali aplikasi olah pesan yang ada saat ini dan pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada aplikasi Whatsapp saja karena aplikasi tersebut adalah aplikasi yang paling banyak digunakan. Data berbentuk foto hasil sreenshoot atau tangkapan layar percakapan mahasiswa dari aplikasi Whatsapp. Data percakapan diambil sebanyak 20 data, periode Februari 2019 sampai Agustus 2019.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode simak, yaitu dengan menyimak tuturan yang disampaikan oleh penutur dan mitra tutur yang terdapat dalam percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp.

Metode simak dipilih karena objek penelitian ini berupa bahasa lisan yang tertulis.

Metode simak memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut dengan teknik dasar karena pada hakekatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Untuk mendapatkan data pertama-tama menyadap

(33)

pembicaraan pembicaraan mahasiswa di aplikasi Whatsapp. Kegiatan menyadap itu dilakukan dengan tidak ikut berpartisipasi ketika menyimak. Teknik kedua merupakan teknik simak libat cakap, yaitu penelitiikut berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan (Sudaryanto, 2015).

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih. Metode agih yaitu metode analisis bahasa yang alat penentunya justru bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 2015:18). Teknik analisis yang digunakan adalah teknik ubah ujud non-parafrasal dan teknik baca markah.Teknik ubah ujud non-parafrasal digunakan untuk mengesahkan dugaan akan identitas makna dan maksud tertentu dari tuturan yang dianalisis itu (Sudaryanto, 2015:117). Digunakan juga teknik baca markah untuk menunjukkan kejatian suatu lingual atau identitas konstituen tertentu (Sudaryanto, 2015:129).

Kemudian data tuturan dikategorikan berdasarkan teori yang disampaikan oleh Searle yaitu tentang pembagian tindak ilokusi. Searle menggolongkan tindak ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan, yaitu : Asertif; Direktif, Ekspresif, Komisif; dan Deklarasi.

Perhatikan dialog berikut; yang dilakukan oleh sepasang suami-isteri, yang saat itu suaminya ada di kamar mandi, sudah membuka pakaiannya dan menyiram badannya lantas cepat-cepat segera mau sabunan, tetapi ternyata botol sabun cairnya kosong; sementara itu, si isteri baru sibuk di kamar sebelah.

+ Yang, sabunnya habis..

(34)

- Sebentar!

Pada umumnya kita tahu bahwa maksud suami dengan tuturan tematis [Yang, sabunnya habis] itu „permintaan‟ agar segera diantarkan ke kamar mandi itu sabun mandi yang dibutuhkan. Adapun isteri yang tahu maksud suami yang meminta itu balik minta agar mau sedikit bersabar dan bersedia menunggu karena baru diambilkan; dan muncullah tuturan jawaban tematis [Sebentar!]. dalam hal ini, tuturan tematis yang berbentuk berita atau pemberitahuan ditanggapi dengan tuturan tematis yang berbentuk pernyataan yang penuh penekanan. (Sudaryanto, 2015: 120-121).

Mengapa dalam peristiwa itu interaksi lingualnya berbentuk dua tuturan tematis khas seperti itu, yang secara sintaksis tidak “nyambung” satu sama lain akan tetapi secara maksud sangat “komunional”? Untuk itu, tuturan tematis [Yang, sabunnya habis] layak diubah wujudnya menjadi tuturan spektral baur atau

tuturan pendar tanpa menghilangkan unsur-unsur tuturan semula beserta isi semantis dan pragmatisnya (Sudaryanto, 2015:121). Misalnya [Yang, sayang!

Waduh, ini saya tuangkan botol sabun mandinya ternyata kosong; tidak ada sabunnya. Agaknya sudah habis. Tolong ya, yang, ambilkan dan segera bawa ke sini sabun yang ada di persediaan itu. Saya tunggu, lho!]. Demikian pula

sekiranya bentuk tuturan tematis [Sebentar!] diubah menjadi tuturan spektral baur atau tuturan pendar [Ya, yang, tunggu sebentar, ya..Ini baru saya ambilkan. Bisa menunggu, kan?] atau [Sabar dikit, ya?]. Wujud tuturan spektral baur atau tuturan

pendar dengan sederet kalimat logis ubahan dari tuturan tematis konkret yang ada dalam dialog itu diperlukan semata-mata untuk mengesahkan bahwa secara pragmatik tuturan tematis yang maknanya kurang atau tidak nyambung satu sama

(35)

lain justru sangat komunional dalam perjumpaan personal yang akrab dua orang yang sedang berinteraksi lingual. (Sudaryanto 2015: 120-122)

(36)

Contoh:

(37)

Percakapan terjadi antara dua orang mahasiswa yaitu Arjun dan Tiwi.

Arjun meminta tiwi agar ikut ke kampus Arjun dengan tujuan untuk berfoto bersama selesai sidang.

[Tuturan1]

Arjun: “Tgl 10 ko ikut abg k kmpus ya”

Arjun memulai percakapan kepada Tiwi dengan mengajak Tiwi untuk ikut ke kampusnya pada tanggal 10.

Kalimat tersebut akan diubah menggunakan teknik ubah ujud non- parafrasal menjadi: “Tiwi, nanti pada tanggal 10 kamu ikut abang ke kampus ya”. Kalimat tersebut adalah kalimat “mengajak” dan tergolong ke dalam tindak ilokusi Direktif. Kata ikut memarkahi tuturan mengajak.

[Tuturan 3]

Arjun: “Foto siap abg sidang”

Arjun menjawab pertanyaan tiwi dengan kalimat di atas. Arjun mengatakan bahwa tujuan dirinya mengajak tiwi untuk ikut ke kampusnya pada tanggal 10 adalah untuk berfoto setelah selesai sidang.

Kalimat tersebut akan diubah menggunakan teknik ubah ujud non- parafrasal menjadi: “Abang akan melaksanakan sidang pada hari itu. Abang mengajakmu agar kita bisa berfoto setelah abang selesai sidang”. Kalimat tersebut adalah kalimat “menyatakan” dan tergolong ke dalam tindak ilokusi Asertif. Kata siap sidang memarkahi tuturan menyatakan.

(38)

[Tuturan5]

Arjun: “Hehehe, sdh dpt gambaran soal.a Dek. Ikut k kampus ya ntik dek”

Arjun mengatakan kalau dirinya sudah mendapatkan gambaran menuju sidangnya nanti. Kemudian sekali lagi dia mengajak Tiwi supaya hadir pada saat dia sidang.

Kalimat tersebut akan diubah menggunakan teknik ubah ujud non- parafrasan menjadi: “Iya Dek. Soalnya Abang sudah mendapat gambaran menuju sidang. Nanti kamu ikut abang ke kampus ya agar kita bisa berfoto bersama”. Kalimat pertama berbentuk tuturan “menyatakan” dan tergolong ke dalam tindak ilokusi Asertif. Kata sudah memarkahi kalimat menyatakan. Kalimat kedua berbentuk tuturan “mengajak” dan termasuk ke dalam tindak ilokusi Direktif. Kata ikut memarkahi tuturan mengajak.

[Tuturan 7]

Arjun: “Siappp dek”

Arjun mengatakan “siap” sebagai bentuk persetujuan dan menuruti apa yang dikatakan sekaligus menyatakan kesanggupan pada percakapan sebelumnya.

Kalimat tersebut diubah menggunakan teknik ubah ujud non-parafrasal menjadi: “Iya siap dek. Abang akan melatih kemampuan berbicara dan mempersiapkan segalanya sebelum sidang nanti”. Kalimat tersebut berbentuk tuturan “menyatakan kesanggupan” dan termasuk ke dalam tindak ilokusi Ekspresif. Kata siap memarkahi tuturan menyanggupi.

(39)

3.4 Metode dan Teknik Penyajian Data

Metode yang digunakan dalam penyajian hasil analisis data pada penelitian ini adalah metode formal dan informal. Metode formal adalah metode yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan simbol dan angka. Metode informal merupakan metode penyajian data dengan menggunakan kata-kata biasa untuk menyajikan hasil data (Sudaryanto, 2015).

(40)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Bentuk Tindak Tutur Ilokusi 4.1.1. Asertif

Asertif (Assertives), yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming). Bentuk tindak tutur asertif yang ditemukan pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp adalah makna menyatakan dan makna mengeluh. Makna “menyatakan”

menurunkan atau bersinonim dengan makna memberitahukan.

Contoh:

Asertif Menyatakan:

Data Percakapan 1 [Tuturan 5]

Indah : “Bel, kau kemana hari ini? Ada rencana kah?

Bela : “Gk ada sih ndah, kenapa

Indah : “Mau ngajak prgi makan wkwk?”

Bela : “Makan apa? Dimana?”

Indah : “Makan bakso di jalan halat. Yang enak itu loh”

Bela : “Oooo itu. Yaudah ayok lah. Jam 2 gerak kita ya”

Indah : “Oke aman bel”

Percakapan di atas terjadi antara Indah dan Bela. Indah mengajak Bela makan bakso di jalan halat. Indah mengatakan kalau bakso tersebut enak Tuturan tersebut diubah menjadi: “Bela, ayo kita makan bakso di jalan halat. Bakso disitu enak loh”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna menyatakan. Kalimat Yang enak itu memarkahi tuturan menyatakan.

(41)

Asertif Mengeluh:

Data Percakapan 2 [Tuturan 3]

Siska : “Ndah. Tugas kita banyak ya?”

Indah : “Banyak kali pun wkwkwkwk”

Siska : “Apa2 aja tugas kita? Isss capek kali la aku. Baru sampe medan blm ngerjain tugas sama sekali”

Indah : “Bntar ku cek tugasnya ya. nnti ku kasi tau”

Siska : “Oke ndah”

Percakapan di atas terjadi antara dua mahasiswa, Siska dan Indah. Siska bertanya kepada Indah mengenai tugas. Setelah diberitahu oleh Indah, Siska mengeluh dikarenakan banyaknya tugas dan belum dikerjakan sama sekali.

Tuturan tersebut diubah menjadi: “Apa saja tugas kita ndah? Aku capek sekali karena baru saja aku tiba di Medan dan aku belum mengerjakan tugas yang banyak itu sama sekali”. Tuturan tersebut adalah tuturan dengan makna mengeluh. Kata iss memarkahi makna mengeluh.

Asertif Memberitahukan:

Data Percakapan 4 [Tuturan 3]

Putri : “Kau dah ngerjain tugas wik?”

Tiwi : “Tugas apa?”

Putri : “Yang disuruh buat makalah lo”

Tiwi : “Yg mana? Serius emg ada tugas? Cak ku cek bntr”

Putri : “Gapercaya kau ni. Ada loooo”

Tiwi : “Astagaaaaaa iyaaa ada rupanya. Aku blm ngerjain la. Kayak mana ni”

Putri : “Ku kira kau dh ngerjain. Aku pun blm ngerjain”

Tiwi : “Aku mau ngerjain dulu lah”

Putri : “Iyalah sama”

(42)

Pada data di atas, Putri bertanya kepada Tiwi apakah Tiwi sudah menyelesaikan tugasnya. Tetapi Tiwi tidak tahu jika mereka memiliki tugas, makan dari itu Tiwi kembali bertanya kepada Putri mengenai tugas yang mana.

Kemudian Putri memberitahu bahwa mereka memiliki tugas disuruh membuat makalah. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Kita ada tugas yang disuruh membuat makalah itu loh”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna memberitahukan. Kata yang memarkahi tuturan memberitahukan.

Supaya lebih jelas, bentuk tindak tutur asertif ditunjukkan pada diagram di bawah ini.

ASERTIF

MENYATAKAN MENGELUH

Memberitahukan.

(43)

4.1.2. Direktif

Direktif (Directives), yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan (ordering), menyarankan (suggesting), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending). Bentuk tindak tutur direktif yang terdapat pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp adalah makna memesan, menyarankan, dan memohon. Makna “memesan” menurunkan dua makna bersinonim yaitu mengajak, menyuruh, dan . Makna “memohon” menurunkan tiga makna bersinonim, yaitu memaksa, meminta, dan melarang.

Contoh:

Direktif Mengajak:

Data Percakapan 6 [Tuturan 3]

Yusuf : “Suf, kau gk ikut acara kampus itu?”

Sufi : “Datang kesitu mksdnya?”

Yusuf : “Iya laa, sastradisi itu. Datang yok”

Sufi : “Iya aku emg dtg kok”

Yusuf : “Kau sama siapa?”

Sufi : “Sama jepri”

Yusuf : “Aku sama kelen nnti ya”

Sufi : “Oke sop”

Yusuf : “Oke”

Yusuf mengirim pesan kepada salah salah satu mahasiswa bernama Sufi dan bertanya kepada Sufi apakah dia akan datang ke acara kampus. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Iya Suf, acara sastradisi. Ayo kita datang kesana”.

Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna mengajak. Kata yok memarkahi tuturan mengajak.

(44)

Direktif Menyarankan:

Data Percakapan 11 [Tuturan 3]

Fitri : “Des, kau ikut gak nanti ke acara wisudanya tiwi?”

Desi : “Udah wisuda dia ya? Cepat kali”

Fitri : “Udah wkwk. Mau ikut gak? Biar samaku perginya.Tp kita beli kadonya dulu ntah buket. Masak gak bawa apa2”

Desi : “Iya ikut la aku. Oohhh okeoke. Dimana belinya fit?”

Fitri : “Ada toko dekat2 kampusnya. Disitu aja nnti kita belik. Gak mahal2 kali kok”

Desi : “Owwh iya fit oke”

Fitri menyatakan bahwa benar Tiwi akan wisuda. Kemudian Fitri menawarkan apakah Desi mau pergi bersama dengannya. Fitri juga mengatakan sebaiknya jika ingin pergi ke acara wisuda sebaiknya membawa sesuatu seperti kado sebagai hadiah untuk Tiwi. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Iya dia sudah wisuda. Apakah kamu mau ikut pergi bersamaku? Tetapi sebelum kita pergi ke acara wisudanya Tiwi sebaiknya kita membawakan hadiah seperti buket bunga atau semacamnya. Tidak enak jika datang dengan tangan kosong”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna menyarankan. Kalimat beli kado dulu memarkahi tuturan menyarankan.

Direktif Meminta:

Data Percakapan 12 [Tuturan 3]

Ica : “Kau ngerti tugas akuntansi biaya la?”

Nayla : “Ngerti ca”

Ica : “Ajarin aku napa. Aku gak ngerti”

Nayla : “Yaudah sini la kau ke kos ku. Biar ku ajarin”

Ica : “Bntar2 lagi aku ke sana ya. Kau gak kemana2 kan la?”

Nayla : “Enggak kok ca. gak ada jadal harini aman”

Ica : “Okee la bntar ya”

(45)

Ica menanyakan hal tersebut kepada Nayla karena Ica tidak mengerti tugas akuntansi biaya tersebut. Kemudian Ica meminta Nayla untuk mengajarinya cara menyelesaikan tugas akuntansi biaya tersebut. Terdapat emotikon sedih pada akhir kedua kalimat tersebut. Emotikon pada kalimat pertama disematkan karena Ica meminta tolong kepada Nayla dengan sungguh-sungguh dan emotikon kedua disematkan karena Ica benar-benar tidak mengerti tugas tersebut dan hal itu membuatnya sedih. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Nayla, tolong ajari aku cara mengerjakannya ya. Aku benar-benar tidak mengerti”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna meminta. Kalimat ajarin aku napa memarkahi tuturan meminta.

Direktif Melarang:

Data Percakapan 13 [Tuturan 4]

Nia : “Laa, kau tau dimana belik bahan2 utk kerajinan tangan? Yg murah2 gitu”

Lala : “Di simpang limun ada. Aku pernah belik situ, lumayan murah kok”

Nia : “Ooo yang di depan2 itu ya. Oooiyaiya sekilas pernah nampak aku”

Lala : “Bukan yang itu, agak masuk ke dalam dia. Jangan beli disitu, itu agak mahal daripada yg di dalam itu”

Nia : “Oooo gitu”

Lala : “Nnti ku kawani aja, biar ku tunjukkan”

Nia : “Okeokee”

Pada data di atas, Nia bertanya kepada temanya Lala. Hal yang Nia tanyakan yaitu di mana membeli bahan-bahan untuk membuat kerajinan tangan yang lebih terjangkau harganya dan Lala menjawab bahwa ada satu toko yang lebih murah daripada yang lainnya. Awalnya Nia mengira toko yang dimaksud Lala terdapat di depan, ternyata bukan. Lala melarang Nia supaya tidak membeli

(46)

di toko itu. Toko yang dimaksud oleh Lala berada di dalam pasar tersebut.

Tuturan tersebut diubah menjadi: “Tokonya bukan yang berada di depan pasar melainkan berada di dalam pasar. Kamu jangan beli di toko yang berada di depan tersebut karena harganya lebih mahal daripada toko yang berada di dalam”. Tuturan tersebut adalah tuturan dengan makna melarang. Kata jangan memarkahi tuturan melarang.

Direktif Menyuruh:

Data Percakapan 14 [Tuturan 7]

Diah : “Ki, kau dimana?”

Kiki : “Di luar aku ni. Kenapa tu?”

Diah : “Kau sama Irma kan?”

Kiki : “Iya, knp?”

Diah : “Dia disuruh mamaknya pulang, tadi mamaknya ke rmh ku. Dia ku hubungi gak bisa”

Kiki : “Iya hp nya mati, abis batre ni”

Diah : “Yaudah tolong sampekkan ya. Mamaknya nyariin”

Kiki : “Oke diah”

Pada data di atas Diah bertanya kepada Kiki apakah dia sedang bersama Irma atau tidak. Diah ingin menyampaikan pesan kepada Irma kalau Ibunya mencarinya dan Diah menyuruh Kiki untuk menyampaikannya karena Kiki sedang bersama Irma pada saat itu. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Kiki, tolong sampaikan kepada Irma kalau Ibunya mencarinya”. Tuturan tersebut adalah tuturan dengan makna menyuruh. Kata tolong memarkahi tuturan menyuruh.

(47)

Direktif Memaksa:

Data Percakapan 17 [Tuturan 5]

Dhila : “Des, nanti sore ke rmh ku ya. Ada acara sukuran wisuda abangku”

Desi : “Aih, sore ini ya”

Dhila : “Iya kenapa? Gabisa pulak kau?”

Desi : “Liat nnti ya”

Dhila : “Kok gitu ih, sok kali kau. Dh lama kali gk jumpa kita. Harus kesini nnti ya plis dtg ya”

Desi : “Iyolah iyooooo”

Dhila : “Awas kalo gadatang ya wkwk”

Desi : “Iyalo astaga selo la wkwk”

Pada data di atas Dhila menyuruh Desi untuk datang ke rumahnya karena di rumahnya sedang ada acara. Dhila menyuruh Desi datang bukan hanya karena sedang ada acara, melainkan karena mereka sudah lama sekali tidak bertemu.

Tuturan tersebut diubah menjadi: “Kamu kenapa begitu sih Des, kita kan sudah lama tidak berjumpa. Pokoknya kamu harus ke rumah ku nanti ya”.

Tuturan tersebut adalah tuturan dengan makna memaksa. Kata harus memarkahi tuturan memaksa.

(48)

Supaya lebih jelas, bentuk tindak tutur direktif ditunjukkan pada diagram di bawah ini.

DIREKTIF

MEMESAN MENYARANKAN MEMOHON

Mengajak, Menyuruh

Memaksa, Meminta, Melarang

(49)

4.1.3. Ekspresif

Ekspresif (Expressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), berbelasungkawa (condoling). Bentuk tindak tutur ekspersif yang terdapat pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp adalah makna berterima kasih, memberi selamat, memuji, dan meminta maaf. Selain makna di atas, ditemukan juga makna lain yang termasuk ke dalam bentuk ekspresif, yaitu menyatakan rasa senang, kecewa, dan menolak.

Contoh:

Ekspresif Berterima Kasih Data Percakapan 18 [Tuturan 7]

Ade : “Kk naddd.ni ade. Bisa isi pulsa kk?”

Nadine : “Bisa de”

Ade : “0812 6001 7355.... 10 rb kk. Uangnya hari kamis kau ke kampus yeee”

Nadine : “Aku kamis gk ke kampus de, minggu deoan aja ya”

Ade : “Oke aman amann. Dah masok kabarin ya kk”

Nadine : “Udh masok ya de”

Ade : “Okayy maaci kak nad”

Nadine : “Sip”

Pada di atas, Ade menjawab tuturan Nadine dengan berterima kasih karena sudah mau mengisikan pulsanya. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Oke Kak Nad, terima kasih ya”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna berterima kasih. Kata maaci memarkahi tuturan berterima kasih.

(50)

Ekspresif Kecewa Data Percakapan 20 [Tuturan 3]

Putri : “Oiii. Mana kau malam ni?”

Dita : “Aku lagi di rs put, tanteku melahirkan. Kepana tu?”

Putri : “Yaahhh. Yaudah deh. Mau ngajak keluar aturannya”

Dita : “Yaahh maaf yan put. Lagi gabisa keluar aku”

Putri : “Iya gapapa kok ta”

Dita : “Maapin”

Putri : “Iya gapapa, aku ajak yg lain aja”

Dita : “Iya put”

Pada data di atas, Putri mengatakan dengan kecewa karena dia tau keberadaan Dita karena Dita sedang berada di Rumah Sakit. Putri kecewa karena pada saat itu Putri ingin mengajak Dita keluar. Tuturan tersebut diubah menjadi:

“Yah, yasudah deh put. Tadinya aku ingin mengajak kamu keluar malam ini”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna kecewa. Kata yah memarkahi tuturan kecewa.

Ekspresif Menolak Data Percakapan 21 [Tuturan 2]

Intan : “Besok kawani beli sepatu yok des”

Desi : “Besok gak bisa pulak la tan. Lusa kek nya bisa”

Intan : “Yaaahhh, aku lusa yg gabisa. Ada acara soalnya. Yaudah deh kalo gabisa des”

Desi : “Iya tan maap ya”

Pada data di atas, Intan meminta agar Desi menemaninya besok utuk membeli sepatu, tetapi Desi menolak karena dia sedang berhalangan untuk pergi.

Tuturan tersebut diubah menjadi: “Besok aku tidak bisa menemanimu Tan.

(51)

Lusa sepertinya bisa”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna menolak. Kata gak memarkahi makna menolak.

Ekspresif Memberi Selamat Data Percakapan 22 [Tuturan 1]

Nanda : “Fadhilaaa. Selamat ulang tahun yaah. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan selalu dilancarkan segala urusannya”

Fadhila: “Makasi banyak ya nanda. Aamiinn”

Nanda : “Kemek2 jangan lupa ya wkwk”

Fadhila: “Wkwkwk kadonya juga jgn lupa ya”

Nanda : “Wkwkwk aman loo, nanti ku kasi tenang aja kau”

Fadhila: “Betol nya ni?”

Nanda : “Iyalooo astaga gapercaya bah. Nanti aku datang ke rumah mu”

Fadhila: “Ku tunggu”

Nanda mengirim pesan kepada salah satu temannya yang bernama Fadhila.

Nanda mengucapkan selamat kepada temannya karena sedang berulang tahun.

Terdapat berbagai macam emotikon yaitu emotikon tertawa, emotikon kue, emotikon wajah yang memakai topi dan meniup terompet, dan emotikon tersenyum. Nanda mengucapkan selamat dengan senang hati. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Selamat ulang tahun ya Fadhila. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan selalu dilancarkan segala urusannya”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna memberikan selamat. Kata selamat memarkahi tuturan memberikan selamat.

(52)

Ekspresif Memuji Data Percakapan 23 [Tuturan 5]

Nia : “Tin, kemaren kau beli sepatu dimana?”

Tina : “Sepatu yg mana ni?”

Nia : “Sepatumu yg warna biru itu”

Tina : “Ooohh itu beli di airwalk. Di sun”

Nia : “Ooooohhhhh. Cantik ku tengok wkwk. Berapaan tu tin?”

Tina : “Itu 250 rb ku belik”

Nia : “Kawani aku nanti yok. Bisa?”

Tina : “Bisaa bisaa. Kasitau aja nnti ya”

Nia : “Okeeyy”

Pada data di atas, Nia memuji sepatu Tina karena menurut Nia sepatu itu sangat menarik perhatiannya, sepatu itu cantik. Terdapat emotikon tertawa di akhir kalimat kedua yang menandakan bahwa Nia benar-benar suka dengan sepatu tersebut. Kemudian Nia bertanya tentang harga sepatu itu kepada Tina dan meminta jawaban dari Tina. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Oh, sepatu itu cantik menurutku. Kalau boleh tau berapa harga sepatu itu?”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna memuji. Tuturan cantik memarkahi tuturan memuji.

Ekspresif Menyatakan Rasa Senang Data Percakapan 24

[Tuturan 9]

Fanny : “Nand, kau tau rumah si intan?”

Nanda : “Di dekat masjid raya fan. Kenapa? Kau mau kesana?”

Fanny : “Iya nand. Mau balekkan bukunya dah lama kali ku pinjam”

Nanda : “Sama siapa kau kesana?”

Fanny : “Sendirian lah”

Nanda : “Ku kawani mau?”

(53)

Nanda : “Bisa lo aman itu”

Fanny : “Yeeayyy okedeehh”

Pada data di atas, Fanny sangat senang karena dia akan pergi ke rumah Intan bersama dengan Nanda. Terdapat emotikon senang pada akhir kalimat dengan maksud menyatakan bahwa Fanny benar-benar senang Nanda mau menemaninya. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Yee oke deh”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna menyatakan rasa senang. Kata yeay memarkahi tuturan menyatakan rasa senang.

Ekspresif meminta maaf Data Percakapan 25 [Tuturan 3]

Cici : “Eh kemren novel mu gk jadi ku kasi ya?”

Nayla : “Iya blm ada ci”

Cici : “Ya ampun maap ya lupa kali aku la”

Nayla : “Wkwk iya gapapa kok. Besok2 kan masih ada hari”

Cici : “Okedeh wkwkwk”

Pada data di atas, Cici bertanya kepada Nayla apakah novel kepunyaan Nayla sudah dikembalikannya. Tetapi ternyata novelnya masih ada pada Cici dan belum dikembalikan. Makan dari itu Cici meminta maaf karena merasa bersalah kepada Nayla karena belum mengembalikan novel milik Nayla. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Ya ampun maafkan aku ya, aku benar-benar lupa”. Tuturan tersebut adalah tuturan dengan makna meminta maaf. Kata maap memarkahi tuturan meminta maaf.

(54)

Supaya lebih jelas, bentuk tindak tutur ekspresif ditunjukkan pada diagram di bawah ini.

EKSPRESIF

BERTERIMA KASIH

KECEWA

MEMBERIKAN SELAMAT

MEMUJI

MENYATAKAN RASA SENANG

MEMINTA MAAF MENOLAK

(55)

4.1.4. Komisif

Komisif (Commissives), yakni bentuk tuturan yang melibatkan si penutur ke dalam suatu tindakan yang akan dilakukan, pada masa yang akan datang.

Berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering). Bentuk tindak tutur komisif yang terdapat pada percakapan mahasiswa di aplikasi Whatsapp adalah makna berjanji dan menawarkan sesuatu.

Contoh:

Komisif Berjanji Data Percakapan 26 [Tuturan 7]

Ika : “Fan, baju mu besok ya ku balekkan. Masih dicuci. Lupa aku wkwk”

Fanny : “Ohiya ka gpp kok wkwk. Tp besok aku gabisa dtg kayaknya. Titipin aja ke nia”

Ika : “Ohh okeoke fan”

Pada data di atas, Ika mengirim pesan kepada Fanny dengan mengatakan dia akan mengembalikan baju yang dipinjamnya dari Fanny. Ika akan mengembalikan baju Fanny besok saat berjumpa di kampus. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Fan, baju kamu yang aku pinjam akan aku kembalikan besok ya. Aku lupa kalau baju itu belum aku cuci”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna berjanji. Kata besok memarkahi tuturan berjanji.

(56)

Komisif Menawarkan Sesuatu Data Percakapan 28

[Tuturan 1]

Rapli : “Woi mau titip gak? Aku lg di kantin ni”

Reza : “Titip aqua lah sama gorengan”

Rapli : “Aquanya brp?”

Reza : “Satu aja, yg botol ya. sama gorengannya 2 rb aja”

Rapli : “Okeeh”

Pada data di atas, Rapli mengatakan kepada Reza apakah dia ingin menitip sesuatu karena Rapli sedang berada di kantin. Tuturan tersebut diubah menjadi:

“Woi, kamu ingin menitip sesuatu? Soalnya aku sedang berada di kantin”.

Tuturan tersebut adalah tuturan dengan makna menawarkan. Kata mau memarkahi tuturan menawarkan.

Supaya lebih jelas, bentuk tindak tutur komisif ditunjukkan pada diagram di bawah ini.

KOMISIF

BERJANJI MENAWARKAN

SESUATU

(57)

4.2. Makna Tindak Tutur Ilokusi

Terdapat banyak makna pada tuturan yang dituturkan mahasiswa ketika berkomunikasi melalui aplikasi Whatsapp yang akan dideskripsikan di bawah ini.

4.2.1. Menyatakan Asertif Menyatakan:

Data Percakapan 1 [Tuturan 5]

Indah : “Bel, kau kemana hari ini? Ada rencana kah?

Bela : “Gk ada sih ndah, kenapa

Indah : “Mau ngajak prgi makan wkwk?”

Bela : “Makan apa? Dimana?”

Indah : “Makan bakso di jalan halat. Yang enak itu loh”

Bela : “Oooo itu. Yaudah ayok lah. Jam 2 gerak kita ya”

Indah : “Oke aman bel”

Percakapan di atas terjadi antara Indah dan Bela. Indah mengajak Bela makan bakso di jalan halat. Indah mengatakan kalau bakso tersebut enak Tuturan tersebut diubah menjadi: “Bela, ayo kita makan bakso di jalan halat. Bakso disitu enak loh”. Tuturan tersebut adalah tuturan yang memiliki makna menyatakan. Kalimat Yang enak itu memarkahi tuturan menyatakan.

4.2.2. Mengeluh Data Percakapan 2 [Tuturan 3]

Siska : “Ndah. Tugas kita banyak ya?”

Indah : “Banyak kali pun wkwkwkwk”

Siska : “Apa2 aja tugas kita? Isss capek kali la aku. Baru sampe medan blm ngerjain tugas sama sekali”

Indah : “Bntar ku cek tugasnya ya. nnti ku kasi tau”

Siska : “Oke ndah”

Percakapan di atas terjadi antara dua mahasiswa, Siska dan Indah. Siska bertanya kepada Indah mengenai tugas. Setelah diberitahu oleh Indah, Siska

(58)

mengeluh dikarenakan banyaknya tugas dan belum dikerjakan sama sekali.

Tuturan tersebut diubah menjadi: “Apa saja tugas kita ndah? Aku capek sekali karena baru saja aku tiba di Medan dan aku belum mengerjakan tugas yang banyak itu sama sekali”. Tuturan tersebut adalah tuturan dengan makna mengeluh. Kata iss memarkahi makna mengeluh.

Data Percakapan 3 [Tuturan 3]

Firman : “Tugas numerik halaman brp do?”

Ridho : “Dari hal 54 itu semua dikerjakan. Terus halaman 77 itu juga semua”

Firman : “Banyak kali bah. Kapan lah siapnya. Kau dah ngerjain do?”

Ridho : “Baru sebagian man. Banyak kali”

Firman : “Aku belum sama sekali la kurang ngerti aku”

Ridho : “Coba aja kerjain man, liah contoh2nya disitu kan ada”

Firman : “Okelah do”

Pada data di atas, Firman menjawab tuturan Ridho dengan keluhan karena tugas yang diberikan sangatlah banyak. Kemudian Firman bertanya lagi kepada Ridho apakah dia sudah mulai mengerjakan atau belum. Tuturan tersebut diubah menjadi: “Waduh banyak sekali ya tugasnya, kapan lah tugas ini selesainya.

Kamu sudah ada mengerjakan tugasnya atau belum Do?”. Tuturan tersebut adalah tuturan dengan makna mengeluh. Kata kali memarkahi tuturan mengeluh.

4.2.3. Memberitahukan Data Percakapan 4 [Tuturan 3]

Putri : “Kau dah ngerjain tugas wik?”

Tiwi : “Tugas apa?”

Putri : “Yang disuruh buat makalah lo”

Tiwi : “Yg mana? Serius emg ada tugas? Cak ku cek bntr”

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode

Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konteks tuturan dalam percakapan tersebut ialah penutur yang mengajukan permohonan kepada mitra tutur, pasalnya ketika

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur, strategi tindak tutur serta penanda tuturan yang terdapat dalam video

Pelanggaran prinsip kerjasama berupa bentuk tuturan dalam penyampaian pesan yang digunakakn oleh penutur kepada mitra tutur tersebut menyimpang dari tatanan

Pada tindak direktif penutur melakukan tindak ujaran agar mitra tutur (disingkat Mt) melakukan sesuatu. Hal itu berlaku pula pada tindak direktif yang dilakukan

Berdasarkan tuturan di atas, tuturan Ilham sebagai penutur termasuk dalam jenis tindak tutur representatif melaporkan, karena pada penggalan tersebut, Ilham melaporkan bahwa

Bentuk tindak tutur direktif dapat berupa tuturan yang mengandung kalimat ajakan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur. Pada kalimat ajakan tersebutbiasanya di dahului