TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL KEMAMANG
KARYA KOEN SETYAWAN
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh :
Martinus Eka Noviawan Saputro 061224064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
i
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL KEMAMANG
KARYA KOEN SETYAWAN
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh :
Martinus Eka Noviawan Saputro
061224064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih yang melimpah, menuntun dan memberkati perjalanan hidup saya hingga saat ini.
Kedua orang tua saya, Sergius Hari Patmono (Alm.) dan Dominica Suwartini yang selalu setia mendukung, membimbing, dan memberi nasihat yang
bermanfaat bagi hidup saya.
Adik‐adik saya, Ricardus Alga Admaja dan Julius Toni Admaja yang selalu menghibur dan membawa kegembiraan.
Kekasih saya, Lidwina Maria Dianing Tri yang selalu setia menemani, selalu memberi semangat dan mendukung langkah‐langkah saya.
Teman‐teman Kuliah yang memberi dukungan dan semangat.
v
HALAMAN MOTTO
“Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula
lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda
dengan penuh kesadaran”
(James Thurber)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah
gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”
viii
ABSTRAK
Saputro, Martinus Eka Noviawan. 2013. Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang Karya Koen Setyawan. Skripsi. Yogyakarta: PBSID. FKIP. JPBS. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini berusaha menemukan jawaban terhadap dua masalah, yakni (a) wujud tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan, dan (b) maksud ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Karena penelitian ini mendeskripsikan data yang berupa kata-kata. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan teknik baca dan catat. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah: (1) menangkap dan mengidentifikasi maksud tindak ilokusi novel dengan membaca tuturan, (2) data dikelompokan ke dalam wujud dan maksud tindak tutur ilokusi, dan (3) menguraikan data dengan cara menuliskannya.
ix
ABSTRACT
Saputro, Martinus Eka Noviawan. 2013. Said Illocutionary Acts in the Novel Kemamang Author by Koen Setyawan. Thesis. Yogyakarta PBSID. FKIP. JPBS. Sanata Dharma University.
This research tried to find answers in two problems, that are (a) Form of illocutionary speech acts contained in the work of Koen Setiawan Kemamang
novel, and (b) Illocutionary intent contained in Kemamang novel Koen Setiawan works.
This research is qualitative research. Because this research describe the data in the form of words. Collecting data in this research did by reading and note technique. Analysis of the data in the research conducted by step: (1) capture and identify the purpose of the follow-illocution novel by reading the speech, (2) The data are grouped into the form and purpose of illocutionary speech acts, and (3) outlines the data by writing it down.
Based on the data analysis, this research found the five form illocutionary intent and speech act, a form of illocutionary speech acts, that are: (1) assertive in the form of states, suggesting, boasting, complaining, and claims, (2) directive in the form of orders and advice, (3) expressive form of apology, blaming, praising, and condolence, (4) komisif the form of promise, swear, and offer something, and (5)declaration in the form of surrender. Illocutionary speech act intent includes, among other assertive illocutionary intent of ; (1) neglect, (2) invite, (3) give, (4) tell, (5) make scare, and (6) order to do. Directive illocutionary intention, among others: (1) invite, (2) help, and (3) order to do. Expressive illocutionary intention, among others: (1) approve, (2) order to do, (3) warn, (4) ignore, (5) attention, (6) can not do, (7) feel surprise, and (8) realize. Commissive illocutionary intention, among others: (1) haste, (2) ignore, (3) work, (4) make scare, (5) invite, (6) affect, (7) feel afraid, (8) convince, (9) appreciate, and (10) hope. Illocutionary intention declarations, among others: (1) ask for help, (2) give advice, (3) tell, (4) do not believe, and (5) invite.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia yang melimpah. Karena atas berkat dan karunia yang diberikan oleh
Tuhan Yang Esa, penulis diijinkan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Universitas
Sanata Dharma untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing, mengarahkan, memberi dukungan dan semangat,
memberikan saran dengan teliti dan sabar.
4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan semangat, dan
bantuan.
5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang
telah memberikan ilmu sehingga dapat menyelesaikan studi.
6. Robertus Mursidiq, selaku Karyawan Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang bersedia melayani
kepentingan administrasi.
7. Kedua Orang Tuaku, Sergius Hari Patmono (Alm.) dan Dominica
Suwartini terima kasih atas cinta kasih, doa, dukungan, dan bimbingan
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 4
1.5Batasan Istilah ... 4
1.6Sistematika Penyajian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1Penelitian yang Relevan ... 7
2.2Kajian Teori ... 9
2.2.1Pengertian Pragmatik ... 9
2.2.2Tindak Tutur ... 11
2.2.3Tindak Tutur Ilokusi ... 15
2.2.4Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi ... 16
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ... 21
3.1Jenis Penelitian ... 21
3.2Sumber Data ... 21
3.3Teknik Pengumpulan Data ... 22
3.4Teknik Analisis Data ... 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 25
4.1Deskripsi Data ... 25
4.2Analisis Data ... 29
4.2.1Wujud Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang ... 30
4.2.2Maksud Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang ... 31
4.2.2.1Tindak Ilokusi Asertif ... 31
4.2.2.2Tindak Ilokusi Direktif ... 38
4.2.2.3Tindak Ilokusi Ekspresif ... 43
4.2.2.4Tindak Ilokusi Komisif ... 49
4.2.2.5 Tindak Ilokusi Deklarasi ... 54
4.3 Hubungan Novel Kemamang dengan Tindak Tutur Ilokusi……… 58
BAB V PENUTUP………. . 61
5.1Kesimpulan ... 61
5.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup di lingkungan masyarakat.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, berkomunikasi merupakan kegiatan
menyampaikan maksud yang dikehendaki penutur agar dapat ditangkap oleh
mitra tutur. Dalam berkomunikasi mitra tutur berusaha memahami maksud yang
diujarkan oleh penutur. Wijana (1996: 18) menyatakan bahwa sebuah tuturan
selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga
dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
Selain itu Austin melalui Ibrahim (1993: 106) menjelaskan bahwa
sebagian ujaran bukanlah pernyataan atau pertanyaan tentang informasi tertentu,
tetapi ujaran itu merupakan tindakan. Pranowo (2009: 14) menyatakan ada tiga
hal penting ketika penutur berinteraksi dengan mitra tutur. Pertama, mitra tutur
diharapkan dapat memahami maksud yang disampaikan oleh penutur. Kedua,
setelah mitra tutur memahami maksud penutur, mitra tutur akan mencari aspek
tuturan yang lain. Ketiga, tuturan penutur juga kadang-kadang disimak oleh orang
lain yang sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan penutur maupun mitra
tutur.
Terkait dengan aspek tutur penutur dan lawan tutur ditegaskan bahwa
adalah maksud penutur mengucapkan sesuatu atau makna yang dimaksud penutur
dengan mengucapkan sesuatu (Nadar, 2009: 7). Jadi penutur melakukan tuturan
yang mengandung maksud tertentu, sehingga mitra tutur memberikan efek
terhadap maksud yang dituturkan oleh penutur.
Suatu bentuk tuturan yang terdapat dalam novel dapat menimbulkan efek
terhadap mitra tutur. Mitra tutur akan melakukan sesuatu tindakan berdasarkan
apa yang telah dituturkan oleh penutur. Dalam konteks tuturan langsung efek yang
ditimbulkan berupa tindakan oleh mitra tutur. Namun dalam novel, efek yang
ditimbulkan dari tuturan tersebut berupa tuturan tertulis. Selain menimbulkan efek
terhadap mitra tutur, mitra tutur juga harus memperhatikan efek ilokusi yang
dikehendaki (Ibrahim, 1993: 11). Oleh karena itu, maksud ilokusi dapat dipenuhi
apabila mitra tutur mengetahui sikap yang diekspresikan oleh penutur. Jika mitra
tutur tidak memahami sikap yang diekspresikan oleh penutur maka maksud
ilokusi tidak dapat dipenuhi.
Novel adalah suatu karya sastra yang digemari di kalangan remaja. Bahkan
novel tidak hanya sebagai suatu karya sastra tulis tetapi dalam perkembangannya,
novel diangkat menjadi topik dalam film. Di dalam novel, tuturan yang diucapkan
oleh tokoh dapat berupa pernyataan, perintah, larangan, ajakan. Tuturan yang
yang dilakukan oleh tokoh yang terdapat dalam novel memiliki tipe tindak ilokusi.
Searle melalui Ibrahim (1993: 15) menjelaskan tipe tindak ilokusi yang terdiri atas
Novel menceritakan kisah yang mempresentasikan suatu situasi yang
dianggap mencerminkan kehidupan nyata atau untuk merangsang imajinasi
(Danesi, 2010: 75). Novel mengandung imajinasi, kejadian atau peristiwa dalam
novel seolah-olah adalah suatu kisah nyata yang terjadi. Tuturan yang terdapat
dalam novel mengandung tindak tutur ilokusi mendorong peneliti untuk menggali
tindak tutur ilokusi dalam novel. Dipilihnya novel Kemamang karya Koen Setyawan karena penelitian mengenai tindak tutur ilokusi dalam novel belum
banyak diteliti. Novel Kemamang merupakan karya sastra, yang di dalamnya terdapat tindak tutur ilokusi. Tuturan dalam novel mengandung tindak tutur
ilokusi yang dituturkan oleh tokoh-tokoh.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, peneliti ingin mengupas tindak tutur ilokusi
yang terdapat pada novel Kemamang karya Koen Setyawan. Peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Wujud tindak tutur ilokusi apa sajakah yang muncul dalam novel
Kemamang karya Koen Setyawan?
2. Maksud ilokusi apa sajakah yang dituturkan oleh tokoh dalam novel
Kemamang karya Koen Setyawan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di depan tadi, tujuan penelitian ini dapat
1) Mendeskripsikan wujud tindak tutur ilokusi dalam novel Kemamang
karya Koen Setyawan.
2) Mendeskripsikan maksud ilokusi yang dituturkan oleh tokoh dalam
novel Kemamang karya Koen Setyawan.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat digolongkan menjadi dua, yaitu manfaat praktis
dan manfaat teoretis. Manfaat penelitian tersebut dinyatakan sebagai berikut:
1. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang tindak
tutur, sehingga pembaca mampu mengidentifikasi wujud tindak
tutur ilokusi saat berkomunikasi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang
tindak tutur dalam karya sastra.
2. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam
perkembangan ilmu bahasa khususnya tentang tindak tutur.
1.5Batasan Istilah
1. Pragmatik
Pengertian pragmatik (semantik behavioral) yaitu ilmu yang menelaah keseluruhan perilaku insan, terutama sekali dalam hubunganya dengan
cara insan berperilaku dalam situasi keseluruhan pemberian tanda dan
penerimaan tanda (George melalui Rahardi, 2003: 13).
2. Novel
Panuti Sudjiman melalui Purba (2010: 63) menjelaskan bahwa novel
adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan
menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.
3. Tindak Tutur
Purwo (1990: 16) menjelaskan bahwa tuturan merupakan ujaran kalimat
pada konteks yang sesungguhnya.
4. Tindak Tutur Lokusi
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak
tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something (Wijana, 1996: 17).
5. Tindak Tutur Ilokusi
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan
sesuatu dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu (Wijana, 1996:
18). Jadi, tindak tutur ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu.
6. Tindak Tutur Perlokusi
Sebuah tuturan yang dituturkan oleh seseorang seringkali mempunyai daya
pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek atau daya pengaruh ini
dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya
(Wijana, 1996: 19). Jadi, tindak tutur perlokusi adalah tindak
1.6Sistematika Penyajian
Penelitian ini meliputi lima bab. Bab I berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan
sistematika penyajian. Bab II berisi penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab
III berisi jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data. Bab IV berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Bab V
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Yang Relevan
Berikut ini penelitian terdahulu yang dapat menunjukan bahwa penelitian
yang dilakukan oleh peneliti yang sekarang ini masih relevan untuk dilaksanakan.
1. Penelitian Sarwoyo (2009)
Penelitian Sarwoyo yang berjudul Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan di dalam Surat Kabar berusaha menemukan jawaban atas dua pertanyaan atau masalah utama yakni; (a) jenis tindak ilokusi apa saja yang
tedapat dalam tuturan di surat kabar, dan (b) penanda apa saja yang terdapat
dalam tuturan di surat kabar yang menunjukan tingkat kesantunan tuturan atau
ujaran tersebut. Yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah tuturan yang
terdapat di dalam surat kabar, dengan sumber datanya berupa tuturan-tuturan yang
ada di dalam lima surat kabar yaitu: Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, Republika, Kompas, dan Suara Merdeka, dengan jangka waktu Maret-Mei 2008.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan teknik catat
sebagai teknik dasarnya dan simak bebas libat cakap serta teknik catat sebagai
teknik lanjutan.
Hasil dari penelitian ini adalah (a) ditemukan empat jenis tindak ilokusi
tindak ilokusi direktif, komisif, representatif, dan ekspresif. (b) ditemukan enam
jenis penanda tingkat kesantunan tuturan di dalam surat kabar yakni; analogi,
diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, penggunaan keterangan atau kata modalitas,
penyebutan subyek yang menjadi tujuan tuturan dan bentuk tuturan.
2. Penelitian Pratiwi (2011)
Penelitian Pratiwi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Novel Grafis Eendaagsche Exprestreinen pengarang Risdianto dan Yusi Avianto Pareanomberusaha menemukan jawaban atas dua persoalan yaitu: (a) jenis tindak
tutur apa saja yang terdapat dalam novel Eendaagsche Exprestrinen pengarang Risdianto dan Yusi Avianto Pareanom, dan (b) fungsi tindak tutur apa saja yang
digunakan dalam novel Eendaagsche Exprestreinen pengarang Risdianto dan Yusi Avianto Pareanom.
Jika dilihat dari metode yang digunakan, penelitian ini dapat digolongkan
penelitian deskriptif dokumentasi. Karena meneliti berupa dokumen novel grafis.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah baca dan
catat. Teknik baca meliputi membaca dan mengamati wacana yang akan dijadikan
sebagai objek kajian, yang diamati adalah tuturan tokoh-tokoh yang terdapat
dalam wacana. Adapun teknik catat dengan mencatat hal-hal yang diduga
mengandung tindak tutur ilokusi dan kemudian klasifikasi atau pengelompokan.
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan lima jenis tindak tutur ilokusi
yang muncul dalam tuturan novel grafis, yaitu tindak ilokusi representatif,
tindak tutur ilokusi yaitu kopetitif, menyenangkan, bekerja sama dan
bertentangan.
Penelitian terdahulu memiliki persamaan dengan penelitian ini.
Persamaanya adalah meneliti tindak tutur ilokusi, penelitian yang dilakukan oleh
Sarwoyo menemukan empat jenis tindak tutur ilokusi. Penelitian ini meneliti
wujud ilokusi yang terdiri dari lima wujud ilokusi. Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Pratiwi meneliti tentang tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam
novel Eendaagsche Exprestreinen pengarang Risdianto dan Yusi Avianto Pareanom. Penelitian ini meneliti tentang tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam
novel Kemamang karya Koen Setyawan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha melengkapi penelitian terdahulu dengan metode penelitian yang berbeda.
2.2Kajian Teori
2.2.1Pengertian Pragmatik
Pengertian tentang pragmatik didefinisikan oleh beberapa tokoh-tokoh
pragmatik. Di dalam buku Rahardi (2003), Berkenalan Dengan Ilmu Bahasa Pragmatik dijelaskan tentang pengertian pragmatik. Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatik (1996) juga dijelaskan definisi tentang pragmatik. Menurut Yule (1996: 3) pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh
penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.
Heatherington melalui Rahardi (2003: 12) menjelaskan bahwa pragmatik
menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali
konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi.
Pragmatik menelaah bukan saja pengaruh-pengaruh fonem suprasegmental,
dialek, register, tetapi justru memandang performansi ujaran pertama-tama
sebagai suatu kegiatan sosial yang ditata oleh aneka ragam konvensi sosial. Para
teoritikus pragmatik telah mengidentifikasi adanya tiga jenis prinsip kegiatan
ujaran yaitu kekuatan ilokosi (illocutionary force), prinsip-prinsip percakapan (conversational principles), dan presuposisi (presupositions).
Morris melalui Rahardi (2003: 13) mendefinisikan bahwa ilmu bahasa
pragmatik sebenarnya adalah bidang bahasa yang mempelajari relasi antara
lambang-lambang bahasa dengan para penafsirnya. Pragmatik menurut Morris
adalah suatu ilmu bahasa yang mempelajari relasi antara lambang-lambang bahasa
dengan penafsirnya. Hal ini ditentukan oleh penafsirnya. Seorang mitra tutur jika
menafsirkan lambang bunyi bahasa berupa tuturan yang dituturkan oleh penutur.
Berbeda bila penafsirnya seorang pembaca yang membaca sebuah bacaan yang
mengandung lambang bunyi bahasa.
Berbeda dengan pengertian Morris, Pragmatik Levinson melalui Rahardi
(2003: 12) adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang
merupakan dasar catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain, telaah
mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan
kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Jadi, Levinson menjelaskan
bahwa pragmatik ditentukan oleh pengguna bahasa itu sendiri. Konteks bahasa
ditentukan oleh pemakai bahasa itu sebagai dasar atau laporan tentang
Pengertian pragmatik menurut Dowty melalui Rahardi (2003: 13) adalah
telaah mengenai kegiatan ujaran langsung dan tak langsung, presuposisi,
implikatur, konvensional. Pengertian yang dijelaskan oleh Dowty hampir
memiliki kesamaan dengan pengertian pragmatik yang dijelaskan oleh Levinson.
Persamaan tersebut dapat dilihat dari cara menafsirkan sesuai dengan telaah
penyampaian lambang-lambang bahasa.
Rahardi (2005: 49) menjelaskan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa
yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat
ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Selain
itu Yule juga menjelaskan pengertian pragmatik.
Yule (1996: 3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna
yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau
pembaca. Pragmatik lebih banyak berhubungan dengan analisisis tentang apa
yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tururannya. Jadi, pragmatik merupakan
kegiatan menuturkan ujaran atau ungkapan yang mempelajari lambang-lambang
bahasa. Pragmatik menyerasikan kalimat dan konteks tuturan. Tuturan yang
dilakukan oleh penutur atau penulis yang akan ditafsirkan pendengar atau
pembaca.
2.2.2Tindak Tutur
Di dalam Ibrahim (1996: 109) tindak tutur didefinisikan menurut fungsi
1. Ekspresi situasi psikologis, misalnya; berterima kasih, permohonan
maaf.
2. Tindak sosial seperti mempengaruhi perilaku orang lain, misalnya;
mengingatkan, memerintah.
3. Membuat kontrak, misalnya, berjanji, menamai
Austin melalui Cummings (2011: 9) menjelaskan bahwa tindak lokusi
melakukan berbagai tindak ilokusi seperti memberitahu, memerintah,
mengingatkan, melaksanakan, yakni ujaran-ujaran yang memiliki daya
konvensional tertentu. Bagi Austin, tujuan penutur dalam bertutur bukan hanya
untuk memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan acuan tertentu.
Misalnya, dalam berujar:
‘‘Anjing galak itu ada di kebun’’
Penutur bisa sedang melakukan tindak ilokusi dalam bentuk
memperingatkan seseorang agar tidak masuk ke dalam kebun. Dalam hal ini,
peringatan merupakan daya ilokusi ujaran itu. Akhirnya mitra tutur melakukan
beberapa tindak perlokusi: apa yang dihasilkan atau dicapai dengan mengatakan
sesuatu, seperti meyakinkan, membujuk, menghalangi. Jika dengan mengujarkan
‘‘Anjing galak itu ada di kebun’’ penutur berhasil menghalangi mitra tutur untuk
masuk ke dalam kebun. Maka melalui ujaran ini penutur ini telah melakukan suatu
tindak perlokusi.
Austin melalui Chaer (2004: 53) menjelaskan bahwa tindak tutur atau
berikut memaparkan klasifikasi dari berbagai jenis tindak tutur. Ada tiga jenis
tindak tutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.
Tindak tutur lokusi (locutionary act) adalah tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dalam arti berkata. Tindak tutur dalam bentuk kalimat
yang bermakna dan dapat dipahami. Misalnya “Ibu guru berkata kepada saya agar
saya membantunya.”
Tindak tutur ilokusi (illocutionary act) adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi
ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih,
menyuruh, menawarkan dan menjanjikan. Misalnya “Ibu guru menyuruh agar
saya segera berangkat. Tindak tutur ilokusi hanya berkaitan dengan makna, maka
makna tindak tutur ilokusi berkaitan dengan nilai yang dibawakan oleh
preposisinya.
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya
ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang
lain itu. Misalnya ucapan dokter kepada pasienya “Mungkin Ibu menderita sakit
jantung koroner.” Ucapan dokter kepada pasiennya menimbulkan si Ibu tersebut
menjadi panik dan sedih. Maka ucapan dokter tersebut adalah tindak tutur
perlokusi.
Pranowo (2009: 34) menjelaskan bahwa tindak tutur dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Tindak lokusi
2. Tindak ilokusi
Adalah maksud yang terkandung dalam ujaran.
3. Tindak perlokusi
Efek yang ditimbulkan oleh ujaran.
Contohnya adalah sebagai berikut:
”Anda merokok ?”
Dari contoh tuturan di atas, oleh Pranowo (2009: 34) dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tindak lokusinya: ”kalimat tanya”.
2. Tindak ilokusinya: berupa permintaan, larangan, pertanyaan, tawaran.
3. Tindak perlokusinya: berupa tindakan pemberian, penghentian,
sekedar jawaban, dan penerimaan atau penolakan sesuai dengan
situasinya.
Black (2011: 38) menjelaskan bahwa ada tiga tindak yang langsung kita
ucapkan secara bersamaan. Yang pertama adalah tindak lokusioner, yaitu
menghasilkan ucapan yang tertata baik menurut tata bahasa yang sedang kita
gunakan. Yang kedua adalah tindak ilokusioner, yaitu menyampaikan makna
tertentu. Ilokusi yang kita sampaikan lewat lokusi adalah makna yang ingin kita
sampaikan. Yang ketiga adalah tindak perlokusi, yaitu efek dari kata-kata kita.
Yule (2006: 83) menjelaskan bahwa jenis tindak tutur dibagi menjadi tiga,
yaitu yang pertama adalah tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan
atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna dalam suatu bahasa.
pikiran yang ditampilkan melelui penekanan komunikatif suatu tuturan. Yang
ketiga adalah perlokusi, tidak secara sederhana menciptakan tuturan yang
memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki akibat.
Dari ketiga tindak tutur tersebut, yang paling banyak dibahas adalah tindak
tutur ilokusi. Tindak ilokusi dalam suatu tuturan adalah suatu pesan dan maksud
yang terkandung dalam tuturan itu. Tindak tutur merupakan situasi ujar yang
dilakukan oleh penutur yang menimbulkan suatu efek atau suatu akibat dari
sebab-sebab tertentu. Ujaran penutur akan mengandung maksud, maksud tersebut
menghasilkan suatu tindakan atau perilaku oleh mitra tutur.
2.2.3 Tindak Tutur Ilokusi
Tindak tutur ilokusi merupakan bagian dari klasifikasi tindak tutur. Tindak
tutur ilokusi secara singkat dijelaskan bahwa tindak tutur ilokusi merupakan
maksud tuturan yang dimaksud oleh penutur. Definisi dan jenis-jenis tindak tutur
akan dijelaskan lebih rinci, sebagai berikut.
Leech (1993: 21) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam
komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan
merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur
ketika ia memproduksi tuturannya.
Yule (1996: 84) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi membentuk
tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Tindak ilokusi ditampilkan
melalui proses penekanan komunikatif suatu tuturan.
Contoh:
Dari contoh di atas apa yang dimaksud oleh penutur dapat diidentifikasi
antara lain; untuk membuat suatu pernyataan, tawaran, penjelasan atau
maksud-maksud komunikatif lainnya. Penutur berusaha menyampaikan maksud-maksud atas
tuturan yang diucapkan. Ini juga dapat disebut sebagai penekanan ilokusi.
2.2.4 Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi
Tindak tutur ilokusi dibedakan menjadi lima jenis. Ada beberapa jenis
tindak tutur ilokusi yang sudah teridentifikasi. Black (2011: 43) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
a. Tindak wicara representatif
Tindak wicara representatif adalah pernyataan dan deskripsi.
Penutur mamaparkan pandangannya tentang dunia sesuai dengan
pemahamannya sendiri. Sebagian besar dari karya fiksi, sama
seperti bahasa sehari-hari, adalah sebagian besar terdiri dari tindak
wicara representatif, dan sebagian besar dari aktifitas yang
dilakukan narator adalah melakukan tindak wicara representatif ini.
b. Tindak wicara ekspresif
Tindak wicara ekspresif adalah tindak wicara yang bisa
menunjukan sikap dari penutur, seperti memberi selamat ikut
berduka cita atau mengungkapkan rasa senang. Tindak wicara ini
memiliki fungsi interpersonal yang kuat maka dapat diperkirakan
wacana dari tokoh-tokoh dalam fiksi daripada di dalam wacana
dari suara narator, biar pun kadang juga digunakan oleh narator.
c. Direktif
Direktif pada dasarnya adalah kalimat perintah dan dalam wacana
sastra, bentuk direktif biasanya ditemukan dalam wacana antara
tokoh dengan tokoh. Direktif yang ditunjukkan kepada pembaca
jarang disampaikan dengan menggunakan suara narator dan
alasannya tentunya sudah jelas, yaitu pembaca berada di luar dari
kerangka komunikasi dari sebuah karya fiksi.
d. Komisif
Tindak wicara komisif adalah tindakan-tindakan yang membuat
penuturnya menjadi terikat untuk melakukan tertentu di masa
depan. Yang termasuk di dalamnya adalah janji atau ancaman
(dimana perbedaan antara keduanya adalah tergantung pada
bagaimana pengaruh dari tindakan itu nantinya kepada pendengar).
Komisif adalah bentuk yang banya dijumpai di dalam wacana
antara tokoh-tokoh dalam fiksi, tetapi jarang dijumpai dalam
wacana narrator, biarpun memang ada beberapa novel yang bagian
awalnya adalah termasuk dalam komisif.
e. Deklarasi
Deklarasi adalah sebuah bentuk tindak wicara yang unik, dalam
artian bahwa tindak kesuksesan didalam menjalankannya adalah
Deklarasi adalah sejenis tindak yang sudah menjadi institusi di
dalam masyarakat.
Searle melalui Rahardi (2005: 36) menggolongkan tindak ilokusi yang
masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Tindak ilokusi menurut Searle
adalah sebagai berikut ; (1) Asertif (asertives), yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan
(stating), menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh
(complaining), dan mengklaim (claiming); (2) Direktif (Directives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur
melakukan tindakan, misalnya memesan (ordering), memerintah (commanding),
memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi
(recommending); (3) Ekspresif (Expressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap
suatu keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat
(congratulaying), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji
(praising), dan berbelasungkawa (condoling); (4) Komisif (Commisives), yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya
berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering); (5) Deklarasi (Declarations), yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataanya, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing),
membabtis (christening), memberi nama (naming), mengankat (appointing),
Secara singkat wujud atau jenis-jenis tindak tutur ilokusi dapat dibagi
menjadi lima yaitu; (1) representatif adalah suatu pernyataan atau deskripsi, (2)
ekspresif adalah pemberian sikap dari penutur, (3) direktif adalah suatu perintah,
(4) komisif adalah tindakan yang membuat penuturnya melakukan sesuatu di
masa depan, dan (5) deklarasi adalah tindak yang menjadi institusi di dalam
masyarakat.
Satu hal yang sangat mendasar yang kiranya perlu sekali untuk dicatat dari
penggolongan tindak tutur ke dalam bentuk-bentuk tuturan menurut tokoh bahasa
yang sangat ternama ini adalah bahwa ternyata satu tindak tutur dalam sebuah
pertuturan dapat memiliki maksud dan fungsi yang bermacam-macam (Rahardi,
2005: 74). Penggolongan tindak tutur menurut Searle, sangat jelas diklasifikasi
atau dikelompokan. Sehingga untuk dapat menjawab rumusan masalah, peneliti
menggunakan pengelompokan tindak tutur menurut Searle.
Pengelompokan tindak tutur ilokusi menurut Searle, menjadi patokan
untuk dapat menjawab rumusan masalah. Pengelompokan tindak tutur ilokusi itu
menjelaskan secara rinci dan mudah dimengerti oleh peneliti. Teori pendekatan
tindak tutur ilokusi menurut Serale menjadi patokan atau dasar penelitian yang
2.2.5Kerangka Berpikir
Di bawah ini terdapat bagan yang menjelaskan tentang kerangka berpikir.
Bagan kerangka berpikir, mempermudah untuk menjelaskan alur penelitian tindak
tutur ilokusi dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL KEMAMANG
KARYA KOEN SETYAWAN
PENDEKATAN ILOKUSI
WUJUD ILOKUSI Searle melalui Rahardi (2005)
MAKSUD ILOKUSI
METODE PENELITIAN KUALITATIF Moleong (2006)
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Penelitian ini berusaha menganalisis dan mendeskripsikan wujud dan
maksud ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Seteyawan. Moleong (2007: 9) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif menggunakan metode
kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Maka dari itu
jenis penelitian ini adalah bersifat kualitatif.
3.2 Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka
(Moleong, 2007: 11). Dalam penelitian kualitaif hasil penelitianya berupa
penjelasan terhadap data-data yang ditemukan (Chaer, 2011: 185). Selanjutnya
Lofland dan Lofland (1984) melalui Moleong (2007: 157) menjelaskan bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data dalam
penelitian ini adalah berupa kata-kata. Sumber data dalam penelitian ini adalah
tuturan yang berupa kata-kata atau percakapan tokoh yang terdapat dalam novel
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik baca
dan catat. Teknik baca berupa membaca dan mengamati wacana, kemudian
menganalisis wujud dan maksud tuturan yang akan digunakan sebagai objek
kajian penelitian, yang diamati adalah tuturan tokoh yang terdapat dalam novel
Kemamang karya Koen Setyawan. Teknik catat dilakukan dengan cara mencatat tuturan tokoh dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan yang mengandung tindak tutur ilokusi serta mendeskripsikan wujud dan maksud tuturan tersebut.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) melalui
Moleong (2007: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Tahapan analisis data kualitatif menurut Seiddel (1998) melalui
Moleong (2007: 248) sebagai berikut.
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap akan ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan
membuat temuan-temuan umum.
Dengan demikian Patton (1980) melalui Moleong (2007: 248)
menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Langkah-langkah dalam analisis data dijelaskan sebagai berikut.
a. Identifikasi
Langkah awal yang dilakukan adalah menangkap maksud tindak
ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan. Mengidentifikasi data dengan membaca percakapan dalam novel
Kemamang karya Koen Setyawan. b. Klasifikasi
Setelah data diidentifikasi, kemudian data dikelompokan kedalam
wujud dan maksud tindak tutur ilokusi. Pengelompokan ini
berdasarkan pada teori yang terdapat pada bab dua, yaitu tentang
wujud atau bentuk ilokusi. Dengan cara memilah-milah suatu data
yang akan menjadi jawaban atas rumusan masalah.
c. Deskripsi
Langkah akhir pada bagian deskripsi adalah menguraikan data. Data
yang sudah diidentifikasi dan diklasifikasikan kemudian diuraikan atau
dan teknik catat. Pada akhirnya data tersebut akan menjadi lampiran
untuk memperkuat bukti dari pengumpulan data yang ada.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Deskripsi Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Kemamang karya Koen Setyawan. Data dalam penelitian ini berupa percakapan tokoh yang terdapat
dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan. Untuk mendeskripsikan data penelitian lebih jelas, akan dijelaskan beberapa tuturan sebagai berikut ini.
(1)“Akhir-akhir ini beberapa binatang ternak yang digembalakan di dekat danau hilang secara misterius. Beberapa hari kemudian binatang-binatang itu ditemukan mati mengenaskan. Isi perut dan kepalanya hilang” (Kemamang hal. 33).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Kades Tasripan terhadap Hari. Wujud
ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi asertif yang bersifat
menjelaskan. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah
penutur memberi tahu mitra tutur agar menyelidiki penyebab terjadinya binatang
hilang secara misterius. Dari tuturan tersebut dapat dijelaskan bahwa dilihat dari
maksud ilokusinya, penutur mengajak mitra tutur untuk melakukan sesuatu
tindakan, dengan cara penyampaian tuturan yang bersifat menjelaskan.
(2)“Tak menarik. Tak ada yang baru. Pikiranku ga di situ. Apa yang kamu dapatkan?” (Kemamang halaman 28).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Panji terhadap Hari. Wujud ilokusi
yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi asertif yang berupa
mengabaikan dalam mengikuti pertemuan Tim. Tuturan tersebut dapat dijelaskan
bahwa dilihat dari maksud ilokusinya, penutur sebenarnya tidak serius dalam
mengikuti pertemuan Tim, karena penutur sebelumnya sudah memiliki
angan-angan bahwa pertemuan Tim itu tidak menarik. Oleh karena itu penutur
mengeluh, menyampaikan keluhan terhadap mitra tutur ketika ditanya oleh mitra
tutur.
(3)“Lebih baik Mas ke Balai Desa dulu. Lewati jalan ini lurus saja. Kira-kira lima kilometer dari sini. Saya yakin pegawai desa bisa membantu Mas”(Kemamang halaman 17).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Lelaki Tua terhadap Hari. Wujud
ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi asertif yang bersifat
memberi saran. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah
memberi tahu mitra tutur bahwa di balai desa pegawai desa ada pegawai desa
yang dapat memberikan pertolongan agar tidak tersesat lagi. Dari tuturan tersebut
dapat dijelaskan bahwa dilihat dari maksud ilokusinya, penutur sebenarnya tidak
dapat menolong mitra tutur, sehingga penutur menyuruh mitra tutur agar mitra
tutur melakukan suatu tindakan yang bersifat memberi saran.
(4)“Bune, tolong ambilkan air putih!”(Kemamang halaman 40).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Kades terhadap Istri Kades. Wujud
ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi direktif yang
bersifat memerintah. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut
adalah penutur menyuruh mitra tutur agar membuatkan minuman karena sedang
ada tamu, maksud lain yang terkandung dalam tuturan tersebut, penutur menemui
Tuturan tersebut dapat dijelaskan jika dilihat dari maksud ilokusinya, bahwa
seorang penutur melakukan tuturan yang menimbulkan efek terhadap mitra tutur,
dengan cara penyampaian tuturan yang bersifat menyuruh atau memerintah.
(5)“Lebih baik kita ke tempat bangkai sapimu ditemukan!”(Kemamang
halaman 47).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Kades Tasripan terhadap Rianto.
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi direktif yang
bersifat memerintah. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut
adalah penutur menyuruh mitra tutur kembali ke tempat bangkai-bangkai sapi
tersebut ditemukan, maksud lain yang terkandung, Kades Tasripan merasa jika
perjalanannya sia-sia karena tidak menemukan petunjuk sapi-sapi tersebut mati.
Tuturan tersebut dapat dijelaskan bahwa dilihat dari maksud ilokusinya, penutur
mengajak mitra tutur untuk melakukan sesuatu tindakan, dengan cara
penyampaian tuturan yang bersifat menyuruh atau memerintah.
(6)“Lihat ini apa yang saya temukan. Sebuah jejak kaki!”(Kemamang
halaman 48).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Panji terhadap Kades Tasripan. Wujud
ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi direktif yang
bersifat memerintah. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut
adalah penutur menyuruh mitra tutur agar mitra tutur melihat apa yang telah
dilihat oleh penutur. Tuturan tersebut dapat dijelaskan bahwa dilihat dari maksud
ilokusinya, penutur mengajak mitra tutur untuk melakukan sesuatu tindakan,
(7)“Terima kasih”(Kemamang hal 41).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Rianto terhadap Istri Kades. Wujud
ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi ekspresif yang
bersifat berterima kasih. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut
adalah penutur mengekspresikan sikap psikologis mitra tutur atas perbuatan yang
dilakukan oleh mitra tutur.
(8)“Ya… ya. Tentu saja. Kami yakin. Binatang itu menyelam ke dalam air.”(Kemamang hal 46).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Rianto terhadap Kades Tasripan.
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi komisif
yang bersifat bersumpah. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut
adalah penutur menyatakan sumpah untuk meyakinkan mitra tutur. Dari tuturan
tersebut dapat dijelaskan bahwa penutur memberikan suatu keyakinan agar mitra
tutur percaya dan yakin tentang yang dikatakan oleh penutur.
(9)“Ya. Tapi aku yakin binatang itu masuk ke dalam air”(Kemamang
halaman 50).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Hari terhadap Kades Tasripan. Wujud
ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi komisif yang
bersifat bersumpah. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut
adalah penutur berusaha meyakinkan mitra tutur melalui tuturan yang bersifat
bersumpah. Tuturan tersebut dapat dijelaskan bahwa dilihat dari maksud
ilokusinya, penutur meyakinkan mitra tutur untuk melalui tuturan, yang dapat
(10)“Itulah yang mengejutkan saya. Meskipun berat, rasanya saya sudah mengikhlaskan sapi saya. Tapi saya takut. Kejadiannya benar-benar menakutkan bagi kami semua”(Kemamang halaman 41).
Tuturan tersebut disampaikan oleh Hari terhadap Kades Tasripan. Wujud
ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah ilokusi deklarasi yang
bersifat berpasrah. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut adalah
penutur berusaha memberitahu apa sebenarnya terjadi tuturan yang menyatakan
pasrah. Tuturan tersebut dapat dijelaskan bahwa dilihat dari maksud ilokusinya,
penutur menceriterakan mitra tutur apa yang sebenarnya terjadi, yang
mengandung sifat pasrah.
Data semacam itulah yang dianalisis dan dideskripsikan dalam penelitian
ini untuk mengetahui wujud tindak tutur ilokusi dan maksud ilokusi yang terdapat
dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.
4.2Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara runtut untuk mendapatkan jawaban
atas dua rumusan masalah, yakni wujud tindak tutur ilokusi dan maksud ilokusi
yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan. Langkah awal yang dilakukan adalah mengelompokan wujud atau jenis tuturan ke dalam lima jenis
tuturan berdasarkan pengelompkan Searle, menganalisis maksud tindak ilokusi
yang terkandung dalam tuturan dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan. Setelah mengelompokan jenis atau wujud tindak tutur ilokusi, data kemudian
diuraikan atau dituliskan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan hasil analisis
No. Hasil analisis data Jumlah data
1 Tindak tutur ilokusi asertif 69
2 Tindak tutur ilokusi direktif 73
3 Tindak tutur ilokusi ekspresif 15
4 Tindak tutur ilokusi komisif 23
5 Tindak tutur ilokusi deklarasi 15
Jumlah data 195
4.2.1Wujud Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang
Terdapat lima jenis tindak tutur ilokusi yaitu; (1) Asertif yaitu bentuk tutur
yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, (2) Direktif
yaitu bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar
mitra tutur melakukan tindakan, (3) Ekspresif yaitu bentuk tuturan yang berfungsi
untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu
keadaan, (4) Komisif yaitu bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji
atau penawaran, (5) Deklarasi bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan
dengan kenyataanya (Searle melalui Rahardi, 2005: 36). Lima jenis tindak tutur
ilokusi tersebut akan dijelaskan secara rinci dengan contoh-contoh yang terdapat
dalam novel. Tuturan dalam bentuk percakapan antara tokoh dianalisis oleh
peneliti, kemudian tuturan tersebut digolongkan lima jenis tindak tutur ilokusi.
Peneliti menganalisis maksud ilokusi yang dituturkan oleh tokoh-tokoh yang
4.2.2Maksud Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang
Maksud ilokusi dalam tuturan menjelaskan apa arti yang terkandung
tuturan secara tidak langsung. Wijana (1996: 18) menjelaskan tentang maksud
ilokusi yang terdapat dalam tuturan “Saya tidak dapat datang.” Tuturan tersebut memang menyatakan ketidakmampuan penutur untuk tidak dapat datang, tetapi
bila dituturkan kepada teman yang baru saja merayakan ulang tahun berarti juga
melakukan sesuatu yaitu meminta maaf.
Berikut ini data yang akan dijelaskan berdasarkan wujud dan maksud
tindak tutur ilokusi. Data di bawah ini dianalisis berdasarkan wujud dan maksud tindak tutur ilokusi, bentuk data tersebut adalah tuturan atau percakapan yang
terdapat di dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.
4.2.2.1Tindak Ilokusi Asertif
Tindak ilokusi asertif yaitu bentuk tutur yang mengikat penutur pada
kebenaran proposisi yang diungkapkan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
tindak ilokusi asertif yang dituturkan oleh tokoh.
(2) ‘‘He… eh … sepertinya kita tak akan pernah sampai ke tempat lampu itu. Lampu itu seperti menjauhi kita.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi asertif yang berupa memberi saran.
Maksud ilokusi;
(3) “Tak tahulah. Aku sudah capek mengejarnya.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi asertif yang berupa keluhan.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur mengajak mitra tutur beristirahat(halaman 10).
(5) “Ada cahaya di kejauhan. Kami mengikutinya sampai kemari.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi asertif yang berupa pernyataan.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur memberitahu terhadap mitra tutur agar mitra tutur memberikan tempat istirahat kepada penutur(halaman 14).
(6) “Cahaya itu mendatangi kami. Kami ketakutan dan tak sadarkan diri.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi asertif yang berupa pernyataan.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur memberitahu terhadap mitra tutur agar mitra tutur dapat menolong penutur(halaman 14).
(7) “Susah menjelaskannya. Itu semacam makhluk halus. Banyak orang disini melihatnya.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi asertif yang bersifat mengklaim.
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur memberitahu terhadap mitra tutur agar mitra tutur berhati-hati menjaga tingkah laku mereka, maksud lain yang terkandung adalah penutur menakut-nakuti mitra tutur supaya tidak berperilaku tidak sopan atau sembarangan (halaman 16).
(9) “Ya aku pikir demikian. Kita merasa kejadiannya sangat cepat, tetapi ternyata waktu yang kita alami sangat lama hampir 6 jam lebih. Kita hanya merasakanya selama beberapa menit saja.”
Wujud ilokusi ;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi asertif yang bersifat mengklaim.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur mengajak mitra tutur tidak akan melakukan suatu hal yang dilakukan lagi (halaman 22).
(10) “Waduh… aku baru ingat sesuatu. Tim kita ada pertemuan. Sialan!”
Wujud ilokusi ;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi asertif yang berupa keluhan.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur mengajak mitra tutur untuk hadir dalam pertemuan tim , maksud kedua adalah penutur menyuruh mitra tutur untuk menghadiri pertemuan Tim (halaman 23).
(13) “Ada peneliti UFO yang pernah mengunjungi desa-desa di Jawa. Ia melihat seperti apa yang kita lihat.”
Wujud ilokusi ;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi asertif yang bersifat memberitahu.
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur mengajak mitra tutur agar melakukan ekspedisi (halaman 29).
Tuturan (2), disampaikan oleh Hari terhadap Panji, ketika mereka berada
di tangah hutan pada malam hari dan melihat cahaya-cahaya lampu yang dianggap
adalah rumah penduduk. Tindak ilokusi yang terkandung dalam tuturan (2),
merupakan wujud ilokusi asertif yang berupa memberi saran, secara tidak
langsung diungkapkan oleh penutur itu sendiri yakni “…Lampu itu seperti menjauhi kita” tuturan tersebut secara tidak langsung mengandung saran. Sia-sia saja jika Panji dan Hari tetap melanjutkan perjalanan mengejar cahaya lampu
tersebut, karena cahaya lampu tersebut sangat jauh jaraknya. Pada tuturan (2),
penutur memberikan penjelasan, bahwa sesungguhnya mereka tidak akan sampai
ke tempat lampu itu. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (2) adalah;
(a) penutur merasa lelah, (b) penutur ingin beristirahat. Penutur merasa lelah,
karena mereka telah jauh berjalan menyusuri hutan. Cahaya lampu itu sangat jauh,
maka penutur menyarankan mitra tutur agar mereka segera beristirahat.
Tuturan (3), disampaikan oleh Panji terhadap Hari, pada saat mereka
melakukan di tengah hutan. Panji merebahkan tubuhnya ke tanah, kecewa karena
mereka tidak sampai ke cahaya lampu yang dikira adalah rumah penduduk.
Tindak ilokusi yang terkandung dalam tuturan (3) merupakan wujud ilokusi yang
berupa keluhan. Penutur benar-benar mengeluh dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Maksud tutran yang terkandung pada tuturan (3) adalah; (a) penutur meminta
mitra tutur agar mencari bantuan secepatnya sehingga penutur dan mitra tutur
terhadap mitra tutur karena pada saat mereka tersesat di tengah hutan, mitra tutur
tidak melakukan apa-apa, (c) penutur kelelahan dan ingin beristihahat.
Tuturan (5), disampaikan oleh Hari kepada Lelaki Tua, pada saat mereka
bertemu di dekat danau dan terlihat linglung seperti orang kebingungan. Tindak
ilokusi yang terkandung pada tuturan (5) merupakan wujud ilokusi asertif yang
berupa pernyataan. Tindak tutur ilokusi yang mengandung maksud berupa
penyataan adalah suatu ungkapan yang terdapat dalam tuturan yang telah
dituturkan. Tuturan (5) secara langsung dapat dijelaskan bahwa sebenernya
tuturan (6), bersifat memberitahu. Maksud yang terkadung dalam tuturan (5)
adalah; (a) penutur sekedar memberitahu bahwa, penutur tersesat di hutan, (b)
penutur mengaharapkan atau meminta pertolongan, (c) penutur berharap mitra
tutur dapat menemukan jalan keluar atau petunjuk jelas, agar penutur tidak
tersesat lagi. Maksud yang terkandung dalam tuturan (5) adalah mitra tutur tidak
harus melakukan tindakan karena sebagian besar tuturan yang bersifat
menyatakan adalah ungkapkan perasaan apa yang telah dialami oleh penutur.
Tuturan (6), disampaikan oleh Hari terhadap Lelaki Tua, pada saat Hari
dan Panji tersesat di danau, dan bertemu dengan Lelaki Tua pencari kayu bakar.
Hari dan Panji terlihat linglung seperti orang kebingungan. Tindak ilokusi yang
terkandung pada tuturan (6) merupakan wujud ilokusi asertif yang berupa
pernyataan. Tuturan (6) hampir sama dengan tuturan (5), yang bersifat
memberitahu, atau menyatakan sesuatu. Maksud yang terkadung dalam tuturan (6)
adalah; (a) penutur sekedar memberitahu bahwa, penutur tersesat di hutan, (b)
kondisi kebingungan penutur mengharapkan bantuan mitra tutur untuk segera
mencari jalan keluar, atau paling tidak memberitahu tempat istirahat yang
nyaman. Namun dalam kondisi seperti itu, mitra tutur juga tidak dapat secara
langsung memberitahu tempat istirahat yang nyaman karena mereka berada di
hutan.
Tuturan (7), disampaikan oleh Lelaki Tua terhadap Panji. Ketika Panji,
Hari, dan Lelaki Tua itu berada di tepi danau. Mereka bertiga melakukan
percakapan tentang cahaya lampu yang meloncat-loncat. Penduduk desa
menyebutnya itu adalah Kemamang, semacam makhluk halus yang menampakan dirinya di atas permukaan danau. Tindak tutur yang terdapat pada tuturan (7)
adalah wujud ilkusi asertif yang bersifat mengklaim. Maksud yang terkadung
dalam tuturan (7) adalah; (a) memberitahu atau menceritakan, (b) supaya
berhati-hati bahwa apa yang mereka lihat adalah hantu. Seperti pada tindak tutur yang
bersifat menyatakan, tindak tutur yang bersifat mengklaim hampir sama. Akan
tetapi, tindak tutur yang bersifat mengklaim tidak mengekspresikan perasaan
penutur terhadap hal yang telah terjadi, namum menyebutkan atau menamai yang
pada kenyataannya belum tentu benar. Tuturan (7) dapat dideskripsikan bahwa
penutur benar-benar mengklaim bahwa yang mereka lihat adalah makhluk halus.
Tuturan (9), disampaikan oleh Panji terhadap Hari, pada saat mereka
melakukan percakapan di rumah penduduk desa. Hari dan Panji menceritakan
kembali tentang apa yang mereka lihat di dekat danau. Tindak tutur yang terdapat
pada tuturan (9) adalah wujud ilokusi asertif yang bersifat mengklaim. Karena
tempuh begitu cepat, hanya beberapa menit saja. Namun bagi orang lain, atau
mitra tutur belum tentu cepat. Hanya perasaan penutur waktu tersebut begitu
cepat. Maksud yang terkadung dalam tuturan (9) adalah; penutur mengajak mitra
tutur tidak melakukan kesalahan lagi, sehingga mereka tidak tersesat di
tengah-tengah hutan. Dan berharap kejadian tersebut tidak terulang lagi. Tuturan (9)
hampir sama dengan tindak tutur yang bersifat memberikan pernyataan, namun
tindak tutur (9), merupakan tindak ilokusi yang bersifat mengklaim. Penutur telah
mengklaim bahwa waktu yang mereka tempuh sebentar. Ternyata waktu yang
mereka tempuh cukup lama.
Tuturan (10), disampaikan oleh Hari terhadap Panji, pada saat mereka
melakukan percakapan di kamar salah satu rumah penduduk. Hari ingat bahwa
hari itu juga, ada pertemuan Tim. Tindak tutur yang terdapat pada tuturan (10)
adalah wujud ilokusi asertif yang bersifat keluhan. Pada saat Hari teringat akan
ada pertemuan Tim, Hari mengungkapkan keluhan terhadap Panji; “…Tim kita ada pertemuan. Sialan!” kata ‘sialan!’, merupakan ekspresi bentuk tuturan yang bersifat mengeluh. Dengan demikian akan terdapat beberepa kemungkinan yang
akan terjadi, seperti yang dijelaskan pada maksud ilokusi. Maksud ilokusi pada
tuturan (10) adalah; (a) Hari meminta maaf kepada Panji, karena tidak dapat
datang pada pertemuan Tim, (b) Hari menyuruh Panji agar datang pada pertemuan
Tim. Penutur telah mengungkapkan proposi tentang kebenaran yang
sesungguhnya, bahwa pada saat itu juga memang ada pertemuan Tim. Pada
akahirnya Panji tetap berangkat ke pertemuan Tim. Maksud ilokusi yang
Pada tuturan (13), disampaikan oleh Panji terhadap Hari, pada saat mereka
melakukan percakapan tentang cahaya lampu yang yang berada di danau. Mereka
mengkaitkan cahaya itu dengan penampakan UFO. Wujud ilokusi yang
terkandung dalam tuturan (13) adalah ilokusi asertif yang bersifat memberitahu.
Panji memeberi tahu tentang cahaya tersebut adalah UFO, dengan buku
pengetahuan tentang UFO tersebut. Tuturan tersebut juga bersifat menjelaskan
tentang sesuatu hal. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (13) adalah
penutur mengajak mitra tutur agar melakukan ekspedisi. Untuk membuktikan
kenyataan yang terjadi penutur berusaha mengajak mitra tutur untuk melakukan
ekspedisi. Untuk lebih memperjelas apakah cahaya itu adalah Kemamang atau penampakan UFO.
4.2.2.2 Tindak Ilokusi Direktif
Tindak ilokusi direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya
untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, berikut ini akan
dijelaskan tentang tindak tutur ilokusi direktif.
(1) “Rumah! Lihat cahaya lampu disana!”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur mengajak mitra tutur segera menuju suatu rumah yang mereka lihat (halaman 7).
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur menyuruh mitra tutur untuk segera pergi menuju cahaya itu (halaman 10).
(11) “Ya lebih baik kamu yang datang. Aku mau cari info dulu.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur menyuruh mitra tutur untuk hadir dalam pertemuan Tim, maksud kedua adalah penutur memiliki kesibukan lain sehingga tidak dapat berangkat dalam pertemuan Tim (halaman 23).
(12) “O… Oke. Telepon aku jika ada info penting.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur menyuruh mitra tutur memberi kabar (halaman 23).
(14) “Kita harus kembali ke desa itu!”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah.
Maksud ilokusi;
(15) “Nah sekarang,coba ceritakan apa yang terjadi?”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah, (1) penutur menyuruh menjelaskan kejadian yang terjadi, (2) penutur ingin menolong mitra tutur (halaman 40).
Tuturan (1), disampaikan oleh Panji terhadap Hari, pada saat melakukan
percakapan dan sedang berjalan di tengah hutan. Mereka berjalan di tengah hutan
pada waktu malam hari dan tidak membawa peralatan penerangan. Wujud ilokusi
yang terkandung dalam tuturan (1) adalah ilokusi direktif yang bersifat
memerintah. Pada tuturan “… Lihat cahaya lampu disana!”, menggunakan ‘tanda seru’, sebagai keterangan perintah. Panji menyuruh Hari agar melihat cahaya yang
sebelunya dilihat oleh Panji. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (1)
adalah penutur menyuruh mitra tutur agar mitra tutur pergi ke cahaya lampu
tersebut. Tuturan tersebut diucapkan secara langsung, namun pesan yang
terkandung sebenarnya adalah penutur menyuruh mitra tutur untuk pergi ke
cahaya lampu itu. Tuturan tersebut secara langsung mengandung pesan, jika mitra
tutur pergi ke cahaya lampu itu, maka akan ada pertolongan. Sehingga mereka
tidak tersesat lagi di hutan.
Tuturan (4), disampaikan oleh Hari terhadap Panji, ketika Panji juga
melihat cahaya yang telah dilihat Hari sebelumnya. Mereka berdua melakukan
percakapan di tengah hutan, dan tak ada seorang pun berada disana. Wujud ilokusi
yang terkandung dalam tuturan (4) adalah ilokusi direktif yang bersifat
apa yang telah dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut mengandung maksud
secara langsung. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (4) adalah
penutur menyuruh mitra tutur agar mitra tutur pergi ke cahaya lampu tersebut.
Tuturan yang menyatakan suatu perintah, maka efek yang terjadi adalah sesuai
dengan tuturan tersebut. Akan tetapi pesan atau maksud yang terkandung dalam
tuturan tersebut adalah penutur menyuruh mitra tutur untuk pergi ke cahaya
tersebut.
Tuturan (11), disampaikan oleh Panji terhadap Hari, pada saat Panji dan
Hari melakukan percakapan di rumah penduduk desa. Saat itu mereka berkumpul
untuk menelusuri cahaya yang telah mereka lihat. Wujud ilokusi yang terkandung
dalam tuturan (11) adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah. Secara tidak
langsung bahwa Hari menuturkan “Ya lebih baik kamu yang datang. Aku mau cari info dulu.”, dari tuturan tersebut sebenarnya Panji menyuruh Hari. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (11) adalah penutur menyuruh mitra tutur
untuk hadir dalam pertemuan Tim, maksud kedua adalah penutur meminta maaf,
karena tidak dapat hadir sehingga tidak dapat berangkat dalam pertemuan Tim.
Tuturan (11), tidak menggunakan ‘tanda seru’. Namun, pesan yang terkandung
dalam tuturan tersebut adalah penutur memerintah mitra tutur untuk datang dalam
pertemuan Tim. Selain itu, penutur meminta maaf tidak dapat datang.
Tuturan (12), disampaikan oleh Hari terhadap Panji, pada saat mereka
melakukan percakapan di rumah penduduk desa. Hari menyuruh Panji
menhubungi lewat telepon karena Hari akan segera pergi. Wujud ilokusi yang
Kalimat yang mengandung pesan agar mitra tutur melakukan apa yang dituturkan
oleh penutur dan membuat pengaruh pada mitra tutur untuk melakukan sesuatu.
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (12) adalah penutur menyuruh
mitra tutur memberi kabar. Tuturan tersebut tidak mengandung keterangan
perintah. Namun tuturan tersebut mengandung pesan atau maksud memerintah
atas apa yang telah dikatakan oleh penutur.
Tuturan (14), disampaikan oleh Panji terhadap Hari, ketika mereka
melakukan percakapan di rumah Hari. Panji dan Hari sedang menunggu hasil
pencarianya, lalu Panji mengajak Hari untuk pergi ke desa itu. Di desa itu, Panji
akan menemukan hasil pencarianya yang dikaitkan dengan cahaya yang mereka
lihat ketika tersesat di hutan. Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (14)
adalah direktif yang menyatakan perintah. Pada tuturan tersebut terdapat
keterangan perintah. Penutur berusaha membuat pengaruh mitra tutur agar mitra
tutur melakukan sesuatu. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (12)
adalah penutur menyuruh mitra tutur melakukan ekspedisi. Maksud lain yang
terkandung, penutur menyuruh mitra tutur untuk segera berkemas-kemas karena
penutur mengajak mitra tutur untuk kembali ke desa itu. Selain mengandung
pesan memerintah, maksud lain adalah sebagai saran. Karena tuturan tersebut
tidak memiliki maksud perintah pada contoh berikut “Tolong, ambilkan gelas itu!” contoh tersebut merupakan tindak ilokusi direktif yang menyatakan perintah. Berbeda dengan tuturan (12), walaupun mengandung maksud perintah akan tetapi
tidak langsung semata-mata memerintah. Dapat diungkapkan sebagai bentuk
Tuturan (15), disampaikan oleh Kades Tasripan terhadap Rianto, pada saat
mereka melakukan percakapan di rumah Kades. Rianto, Hari, dan Panji
menemukan sapi yang mati, telah menjadi bangkai. Wujud ilokusi yang
terkandung dalam tuturan (15) adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah.
Dalam tuturan (15), Kades menyuruh Rianto menceritakan hal yang terjadi.
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (15) adalah, (1) penutur menyuruh
menjelaskan kejadian yang terjadi, (2) penutur ingin menolong mitra tutur.
Tuturan tersebut menjelaskan bahwa penutur ingin mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi. Maksud lain adalah penutur ingin membantu mitra tutur yang
sapinya hilang. Berbeda dengan tuturan “Apa yang sebenarnya terjadi?”, tuturan tersebut tidak termasuk tindak ilokusi direktif akan tetapi sebagai kalimat tanya
atau interogatif. Namun tuturan (15), termasuk kedalam wujud ilokusi direktif
yang menyatakan perintah.
4.2.2.3Tindak Ilokusi Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk
menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan,
berikut ini akan dijelaskan tentang tindak tutur ilokusi ekspresif.
(8) “Ya… ya… pasti. Terima kasih atas bantuanya.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi ekspresif yang menyatakan rasa terima kasih.
Maksud ilokusi;