BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Analisis Data
4.2.2 Maksud Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang
4.2.2.3 Tindak Ilokusi Ekspresif
Tuturan (15), disampaikan oleh Kades Tasripan terhadap Rianto, pada saat
mereka melakukan percakapan di rumah Kades. Rianto, Hari, dan Panji
menemukan sapi yang mati, telah menjadi bangkai. Wujud ilokusi yang
terkandung dalam tuturan (15) adalah ilokusi direktif yang menyatakan perintah.
Dalam tuturan (15), Kades menyuruh Rianto menceritakan hal yang terjadi.
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (15) adalah, (1) penutur menyuruh
menjelaskan kejadian yang terjadi, (2) penutur ingin menolong mitra tutur.
Tuturan tersebut menjelaskan bahwa penutur ingin mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi. Maksud lain adalah penutur ingin membantu mitra tutur yang
sapinya hilang. Berbeda dengan tuturan “Apa yang sebenarnya terjadi?”, tuturan tersebut tidak termasuk tindak ilokusi direktif akan tetapi sebagai kalimat tanya
atau interogatif. Namun tuturan (15), termasuk kedalam wujud ilokusi direktif
yang menyatakan perintah.
4.2.2.3Tindak Ilokusi Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk
menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan,
berikut ini akan dijelaskan tentang tindak tutur ilokusi ekspresif.
(8) “Ya… ya… pasti. Terima kasih atas bantuanya.”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi ekspresif yang menyatakan rasa terima kasih.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah penutur menyetujui atas saran yang diberikan mitra tutur serta penutur mengucapkan rasa terima kasih (halaman 17).
(17) “Huss! Diam! Jangan bicara sembarangan!”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi ekspresif yang menyalahkan.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah (1) penutur menyuruh agar mitra tutur diam, (2) penutur mengingatkan bahwa mitra tutur salah, karena bicara sembarangan (halaman 72).
(19) “Ya, aku taka apa-apa. Terima kasih, aku bisa jalan sendiri”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi ekspresif yang menyatakan rasa terima kasih.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalahpenutur mengabaikan atau tidak membutuhkan bantuan mitra tutur (halaman 95).
(23) “Ya, ampun. Apa yang terjadi denganmu?”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi ekspresif yang menyatakan rasa belasungkawa.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalahpenutur memperhatikan kondisi yang dialami mitra tutur. Mitra tutur sedang mengalami suatu bencana (halaman 124).
(24) “Kamu gila. Kamu berusaha menarik diri dengan akar-akar itu?”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi ekspresif yang bersifat memuji.
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah (1) penutur belum tentu bisa melakukan hal seperti apa yang dilakukan oleh mitra tutur (2) penutur heran terhadap tingkah laku mitra tutur, hingga melakukan hal tersebut (halaman 125).
(25) “Oh ya? Aku lupa. Sorry kalau aku mengulanginya lagi. Bagaimana menurutmu?”
Wujud ilokusi;
Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalah ilokusi ekspresif yang menyatakan minta maaf.
Maksud ilokusi;
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan di atas adalahpenutur penutur sadar akan kesalahan yang dilakukan, oleh karena itu penutur meminta maaf kepada mitra tutur (halaman 162).
Tuturan (8), disampaikan oleh Hari terhadap Lelaki Tua, percakapan itu
terjadi pada saat Hari dan Panji bertemu dengan Lelaki Tua itu di hutan. Pada saat
itu, Lelaki Tua itu berusaha menolong Hari dan Panji karena mereka tersesat di
hutan. Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (8) adalah ilokusi ekspresif
yang menyatakan rasa terima kasih. Panji berusaha menyetujui saran Lelaki Tua
itu, pada tuturan “Ya… ya… pasti…”. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (8) adalah penutur menyetujui atas saran yang diberikan mitra tutur serta
penutur mengucapkan rasa terima kasih. Rasa terima kasih yang di tunjukan Panji
terdapat dalam tuturan “… Terima kasih atas bantuanya.” Kata “terima kasih” pada tuturan tersebut menunjukan bahwa tuturan (8) merupakan tindak ilokusi
ekspresif yang menyatakan rasa terima kasih.
Tuturan (17), disampaikan oleh Kades Tasripan kepada Lelaki (teman
Hari), percakapan ini terjadi pada saat mereka berjalan menyusuri desa, mencari
temannya yang berjumlah dua belas orang bersama-sama, berjalan menyusuri
desa. Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (17) adalah ilokusi ekspresif
yang menyalahkan. Kades merasa keberatan atas ungkapan Lelaki (teman Hari).
Ia menyangka bahwa anak itu hilang digondol wewe gombel. Ujaran seperti itulah yang membuat Kades tersinggung. Sehingga menyalahkan Lelaki (teman Hari).
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (17) adalah (1) penutur menyuruh
agar mitra tutur diam, (2) penutur mengingatkan bahwa mitra tutur salah, karena
bicara sembarangan. Penutur menyalahkan mitra tutur karena tuturan yang
diungkapkan belum tentu benar. Sehingga pada tuturan (17), penutur dengan nada
agak keras memperingatkan mitra tutur bahwa tuturanya salah. Selama ini
memang di desa itu tidak ada wewe gombel. Maka tuturan ini termasuk kedalam jenis tuturan ekspresif yang bersifat menyalahkan.
Tuturan (19), disampaikan oleh Hari terhadap Panji, ketika Hari dan Panji
berada di jurang. Percakapan ini terjadi ketika Hari dan Panji berjalan di tengah
hutan, dan mereka tiba-tiba jatuh di dalam jurang yang gelap. Panji berusaha
menolong Hari. Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (19) adalah ilokusi
ekspresif yang menyatakan rasa terima kasih. Kata “… Terima kasih… ”
memeperkuat bukti bahwa tuturan (19) tergolong dalam wujud ilokusi ekspresif.
Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (19) adalah penutur tidak
membutuhkan bantuan mitra tutur. Penutur dapat mengatasi permasalahan yang
terjadi. Akan tetapi jika dilihat dari wujud tuturan tersebut, penutur juga berusaha
tidak yakin akan kemampuan penutur untuk berjalan sendiri dalam keadaan sakit,
karena jatuh ke dalam jurang.
Tuturan (23), disampaikan oleh Hari terhadap Panji, percakapan ini terjadi
ketika Panji berbaring lemah, di pinggir jurang. Hari berusaha menolong Panji
dengan mengangkat tubuhnya, dan merebahkanya di tanah. Tidak ada seorang pun
yang ada di pinggir jurang tersebut, hanya mereka berdua. Wujud ilokusi yang
terkandung dalam tuturan (23) adalah ilokusi ekspresif yang menyatakan rasa
belasungkawa. Tuturan tersebut menjelaskan bahwa Hari berusaha
mengungkapkan rasa belasungkawa terhadap Panji, karena Panji sedang
mengalami musibah.Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (23) adalah
penutur memperhatikan kondisi yang dialami mitra tutur. Mitra tutur sedang
mengalami hal yang menyedihkan atau sedang tertimpa musibah. Oleh karena itu
pada tuturan (23) merupakan wujud ilokusi yang menyatakan belasungkawa,
penutur berusaha menunjukan sikap psikologis yang dialami oleh mitra tutur.
Tuturan (24), disampaikan oleh Hari terhadap Panji, percakapan ini terjadi
ketika Hari dan Panji berada di pinggir jurang. Sebelumnya mereka telah jatuh ke
dalam jurang. Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (24) adalah ilokusi
ekspresif yang bersifat memuji. Tuturan tersebut menunjukan bahwa penutur tidak
mengejek atau menjelekan mitra tutur, justru memuji mitra tutur. Dalam tuturan
tersebut memiliki terdapat kata yang terkesan menjelekan atau merendahkan mitra
tutur. Akan tetapi, dalam tuturan tersebut tidak ada maksud untuk merendahkan
atau menjelekan mitra tutur. Maksud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (24)
oleh mitra tutur (2) penutur merasa heran pada tingkah laku mitra tutur, hingga
dapat melakukan hal tersebut. Dari maksud ilokusi tersebut dapat dijelaskan
bahwa, tuturan tersebut mengandung kata yang bersifat merendahkan mitra tutur,
sebenarnya tidak ada kata yang merendahkan atau menjelekan mitra. Mitra tutur
tidak akan marah karena di katakan ”… gila kamu…”. Pada ungkapan tersebut bukan menunjukan ‘gila’ secara psikologis, akan tetapi ungkapan penutur sendiri
yang merasa heran. Mengapa hanya dengan ranting-ranting pohon bisa
menyelamatkan diri, dan tidak jatuh lagi ke dalam jurang? Berbeda halnya tuturan
berikut, ”Gila kamu!”. Tuturan tersebut menunjukan nilai rasa yang merendahkan, mengejek, atau menjelekan. Tanpa ada perbuatan sebelumnya,
mitra tutur bisa saja marah. Namun tergantung konteks tuturan yang berlangsung.
Tuturan (25), disampaikan oleh Panji terhadap Hari, percakapan ini terjadi
ketika mereka berdua berada di rumah Kades Tasripan. Panji dan Hari berusaha
mengaitkan binatang bercakar yang menghuni danau tersebut dengan baryonyx
(hewan sejenis dinosaurus). Wujud ilokusi yang terkandung dalam tuturan (25)
adalah ilokusi ekspresif yang menyatakan hal meminta maaf. Dalam sebuah
tuturan melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Namun Panji berusaha
menyadari kesalahan atas apa yang telah diucapkan. Maksud ilokusi yang
terkandung dalam tuturan (25) adalahpenutur penutur sadar akan kesalahan yang
dilakukan, oleh karena itu penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Penutur
berusaha menghormati sikap mitra tutur dengan cara meminta maaf secara
langsung sehingga mitra tutur tidak merasa tersinggung. Akan tetapi, permohonan