• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. kemajuan usaha mikro kecil menengah khususnya untuk usaha keluarga pra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. kemajuan usaha mikro kecil menengah khususnya untuk usaha keluarga pra"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa studi telah dilakukan untuk meneliti kredit pundi kencana serta pengaruhnya terhadap hal-hal yang bersifat ekonomi lainnya seperti tingkat kemajuan usaha mikro kecil menengah khususnya untuk usaha keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera golongan I serta koperasi, dan lain-lain.

Berikut ini merupakan penjelasan singkatnya:

Penelitian terdahulu Aini, Dzulkirom, dan Azizah (2015), penelitian tersebut meneliti tentang prosedur kredit pundi kencana yang menggunakan analisis deskriptif kualitatif, dengan hasil penelitian yang berjudul Analisis Sistem Dan Prosedur Pengajuan Serta Pengawasan Kredit Pundi Kencana Sebagai Upaya Mengurangi Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi Kasus Pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk Cabang Malang) yang dilakukan oleh bank tersebut telah mencakup langkah-langkah atau prosedur pengajuan kredit secara berurutan. Selain itu, dalam mengawasi kegiatan kredit yang dilakukan adalah dengan cara preventive control of credit dan repressive control of credit.

Dengan adanya penelitian diatas, maka dapat terlihat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Adapun persamaannya yaitu dalam topik pembahasan tentang kredit pundi kencana. Sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu fokus penulisan. Dalam penelitian terdahulu penelitian pada fokus pada upaya

(2)

pengawasan kredit sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya kredit pundi kencana, sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus pada bagaimana cara mengatasi kredit yang bermasalah.

Menurut Herman dan Widayati (2019) yang melakukan penelitian tentang Penyelesaian kredit bermasalah pada PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nagari Kasang menunjukkan bahwa kredit bermasalah disebabkan oleh faktor intern yaitu Account Officer yang mudah dipengaruhi dan dipaksa oleh calon nasabah dan ekstern yaitu disebabkan oleh gagal panen, menurunnya perekonomian sehingga masih upaya untuk mengatasi permasalahan kredit berakhir dengan melelang agunan nasabah.

Berdasarkan data diatas, maka terdapat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Adapun persamaannya yaitu dalam topik pembahasan tentang penyelesaian kredit bermasalah. Sedangkan perbedaan antara penelitian yang sekarang dengan penelitian terdahulu adalah lokasi penelitian. Pada penelitian terdahulu dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nagari Kasang. Sedangkan penelitian ini dilakukan di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur Kantor Cabang Batu.

B. Kajian Pustaka 1. Pengertian Bank

Menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998, bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/ bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank dalam kegiatannya

(3)

merupakan lembaga intermediasi (pihak ketiga), yaitu menghimpun dana dari orang yang kelebihan dana dalam bentuk tabungan deposito dan giro.

Oleh karena itu, dana tersebut untuk disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana.

Selain itu, bank juga melaksanakan kegiatan lalu lintas pembayaran (LLP) yaitu menyelesaikan pembayaran atas terjadinya transaksi komersial ataupun finansial dari pembayar kepada penerima. Dengan demikian, bank adalah suatu lembaga yang bergerak dibidang keuangan dengan kegiatan pokoknya merupakan pemberian kredit serta jasa lain dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah pendapatan yang diterima berasal dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada nasabah dengan bunga kredit yang telah direalisasikan. Pendapatan dari keuntungan selisih bunga tersebut biasa disebut dengan spread based.

2. Fungsi Bank

Sebagai lembaga intermediasi bank memiliki tiga fungsi utama antara lain:

a. Bank sebagai badan keuangan yang menghimpun dana berupa simpanan dari masyarakat.

b. Bank sebagai badan keuangan yang menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan.

c. Bank sebagai badan keuangan yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.

(4)

3. Jenis-jenis Bank

Berdasarkan undang-undang nomor 10 tahun 1998 terdapat berbagai jenis bank antara lain adalah sebagai berikut:

a. Menurut fungsinya:

1) Bank sentral, adalah Bank Indonesia yang berbadan hukum milik negara dengan tugas utamanya yaitu untuk membantuk pemerintah.

Contoh: Bank Indonesia, Bank of China, dan Bank of England.

2) Bank umum, adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sumber utama dana Bank umum adalah dari dana pihak ketiga serta menyalurkan kredit jangka pendek dalam penyaluran dananya.

3) Bank Pembangunan, adalah bank yang modalnya berasal dari penerimaan simpanan berupa deposito serta commericial paper.

Contohnya : Bank Jatim, Bank Jateng, Bank Jabar, Bank DKI, dan Bank Papua.

4) Bank Desa, adalah kantor bank yang berada di suatu desa dengan tugas utamanya untuk melaksanakan fungsi perkreditan dan mengumpulkan dana dalam mendukung program pemerintah khususnya untuk memajukan pembangunan desa.

5) Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang pelaksanaan usahanya dilakukan secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip

(5)

syariah yang dalam kegiatannya tanpa melayani jasa lain dalam lalu lintas pembayaran. Biasanya kantor bank perkreditan rakyat terletak di kota atau kecamatan yang membutuhkan penghimpunan dana atau peyaluran dana di sektor pertanian dan membutuhkan pedesaan.

b. Menurut status kepemilikan:

1) Bank Milik Negara, yaitu bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah undang-undang tersendiri.

2) Bank Milik Swasta Nasional, yaitu bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk hukum perseroan terbatas, dimana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/atau badan-badan hukum di Indonesia.

3) Bank Swasta Asing, yaitu bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dan bank nasional yang ada di Indonesia.

4) Bank Pembangunan Daerah, yaitu bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan daerah provinsi dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten di wilayah bersangkutan dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan

(6)

5) Bank Campuran, yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Contohnya : Bank OCBC NISP, Bank DSB Indonesia.

c. Menurut kegiatan operasional:

1) Bank Devisa, yaitu bank yang mempunyai hak dan wewenang untuk melakukan transaksi valuta asing dan lalu lintas devisa serta hubungan koresponden dengan bank asing di luar negeri.

2) Bank non Devisa, yaitu bank yang dalam operasionalnya hanya melaksanakan transaksi dalam negeri, tidak melakukan transaksi valuta asing, dan tidak mempunyai hubungan koresponden dengan bank asing di luar negeri.

4. Pengertian Kredit

Menurut Hariyani (2010) kata kredit berasal dari bahasa Latin yaitu credo yang berarti “saya percaya” yang merupakan gabungan dari bahasa Sanskerta cred yang berarti “kepercayaan” serta do yang berasal dari bahasa latin yang berarti “saya tempatkan”. Sesudah kombinasi tersebut menjadi bahasa latin, kata kerjanya dan kata bendanya masing-masing menjadi credere dan creditum, meskipun banyak yang mengemukakan bahwa credit berasal dari credere.

Beberapa pengertian kredit antara lain:

a. Penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditur) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (debitur) dengan janji membayar dari

(7)

penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.

b. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari.

c. Suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan konraprestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu.

d. Suatu hak, yang dengan hak tersebut seseorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dengan pertimbangan tertentu.

Dari beberapa pengertian diatas, maka apabila seseorang telah memperoleh kredit, orang tersebut juga memperoleh kepercayaan dari pihak meminjam. Oleh karena itu, pihak terserbut memberikan sejumlah uang kepada peminjam, barang atau jasa di sertai syarat membayar kembali atau memberikan ganti jangka waktu yang telah diperjanjikan.

Pengertian kredit dalam Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan, “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu yang disertai dengan imbalan”.

(8)

Adapun kesimpulan yang dapat diambil bahwa kredit adalah segala bentuk pinjaman yang disertai dengan jaminan (agunan) dan harus dilunasi kembali beserta bunganya sesuai kesepakatan yang dibuat dalam perjanjian. Pemberian kredit oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam melaksanakannya, asas-asas perkreditan yang sehat harus diperhatikan. Sehingga kredit yang direalisasikan dapat dilakukan secara konsisten dan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat.

Dalam pelaksanaan kredit yang diberikan, terdapat unsur-unsur kredit yang harus dipenuhi. Menurut Ismail (2010:94) dalam bukunya Manajemen Perbankan, unsur-unsur kredit yang harus dipenuhi dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut:

a. Kreditur

Kreditur merupakan pihak yang memiliki dana atau memfasilitasi kredit kepada pihak lain yang menerima pinjaman. Kreditur dapat berupa perorangan atau badan usaha.

b. Debitur

Debitur merupakan pihak yang menerima dana pinjaman, atau pihak yang mendapat pinjaman dari pihak lain serta berkewajiban untuk mengembalikan dana pinjaman dalam batas waktu tertentu.

c. Kepercayaan

Debitur diberikan kepercayaan oleh pihak yang memberikan pinjaman (kreditur), artinya dengan kepercayaan tersebut debitur

(9)

diharapkan memenuhi kewajiban untuk membayar pinjamannya sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati.

d. Perjanjian

Perjanjian merupakan suatu persetujuan dalam bentuk tertulis maupun lisan yang dibuat oleh pihak debitur dan kreditur serta bersepakat untuk menaati apa yang ada dalam persetujuan tersebut.

e. Risiko

Setiap dana yang telah disalurkan oleh bank kepada debitur selalu berpotensi mengalami risiko atas dana yang tidak kembali. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan ditimbulkan atas penyaluran kredit perbankan.

f. Jangka Waktu

Jangka waktu merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh debitur dalam melunasi pinjamannya kepada kreditur.

g. Balas Jasa

Bentuk imbalan kepada kreditur atas dana yang telah disalurkan, maka debitur akan memberikan tambahan dana tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dalam perbankan konvensional, imbalan tersebut berupa bunga, sementara didalam bank syari’ah terdapat berbagai macam bagi hasil, tergantung pada akadnya.

5. Tujuan Kredit

Dalam penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank, adapun tujuan yang diberikan bank menurut Ismail (2010) antara lain:

(10)

a. Kepentingan Pemerintah, yaitu dengan ikut serta mendukung program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. Misalnya dengan adanya kredit yang diberikan, maka tenaga kerja akan semakin banyak dibutuhkan. Hal tersebut akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat sehingga kegiatan ekonomi masyarakat akan meningkat.

b. Kepentingan Bank, yaitu memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Kredit merupakan penghasilan terbesar dalam suatu bank sehingga menjadi sumber utama pendapatan bank dan berguna bagi kelangsungan hidup bank tersebut.

c. Kepentingan Masyarakat (debitur), yaitu dengan adanya kredit, maka aktivitas perusahaan akan lebih meningkat dan optimal. Tujuannya adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

6. Fungsi Kredit

Dalam perekonomian di era modern saat ini, peran bank menjadi salah satu lembaga keuangan yang sangat penting dan berpengaruh dalam berlangsungnya kegiatan perekonomian. Hal ini dikarenakan kegiatan pokok bank adalah menyalurkan kredit yang dapat mempengaruhi segala bidang kehidupan, terutama dalam bidang ekonomi. Menurut Andrianto dkk (2019) penyaluran kredit perbankan berfungsi antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatkan utility (daya guna) uang atau modal.

Nasabah perusahaan mengalokasikan dana kredit yang diberikan oleh bank untuk memperluas/memperbesar usahanya, baik untuk

(11)

peningkatan produksi, perdagangan, maupun usaha-usaha rehabilitasi ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh.

b. Meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.

Dengan memperoleh kredit bank, maka produsen dapat memproduksi bahan jadi sehingga daya guna dari bahan tersebut meningkat. Sebagai contoh yaitu peningkatan daya guna kelapa menjadi kopra dan selanjutnya diolah menjadi minyak kelapa/minyak goreng, peningkatan daya guna padi menjadi beras, dan sebagainya.

Produsen dengan bantuan kredit, dapat memindahkan barang dari tempat yang kegunanya kurang menjadi lebih bermanfaat. Pemindahan barang tersebut tidak dapat diatasi oleh keuangan yang memiliki distributor saja, tetapi memerlukan modal dalam bentuk kredit dari bank.

c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Penyaluran kredit melalui rekening Koran, mendorong pengusaha untuk menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes, dan sebagainya. Peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang karena kredit menciptakan suatu keinginan untuk berusaha.

d. Meningkatan gairah berusaha masyarakat.

Masyarakat selalu melakukan kegiatan ekonomi yaitu dengan selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha yang sesuai

(12)

dengan dinamikanya akan berpengaruh pada meningkatnya produktivitas usaha. yang diimbangi dengan peningkatan kemampuan.

e. Alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat dibutuhkan stabilitasi yang mengarag pada usaha-usaha untuk:

1) Pengendalian inflasi 2) Peningkatan ekspor 3) Rehabilitasi sarana

4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.

Fasilitas kredit tersebut akan mengarah pada sektor produktif dengan tujuan agar produksi dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri atas barang yang diekspor dapat meningkat.

f. Jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.

Pengusaha yang memperoleh kredit akan berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha tersebut akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan serta laba yang diperoleh perusahaan.

g. Sebagai alat meningkatkan hubungan ekonomi internasional.

Fasilitas kredit yang ada pada bank besar di luar negeri dengan jaringan usaha yang luas, dapat memberikan bantuan kepada perusahaan dalam negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bantuan dalam bentuk kredit ini dapat mempererat hubungan perekonomian antarnegara yang bersangkutan serta berpengaruh pada peningkatan hubungan internasional.

(13)

7. Jenis-jenis Kredit

Menurut Andrianto (2019: 68) jenis-jenis kredit dapat ditinjau dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Dilihat dari segi tujuan.

1) Kredit konsumtif

Kredit yang diberikan untuk memperoleh barang atau kebutuhan lainnya guna memenuhi kepuasan dalam konsumsi.

Kredit konsumtif yang diterima oleh umum dapat memberikan fungsi-fungsi yang bermanfaat, terutama dalam mengatasi kegiatan produksi/distribusi yang mengalami gangguan.

2) Kredit produktif

Kredit yang bertujuan untuk memungkinkan debitur dapat mencapai tujuannya yang apabila tanpa kredit tersebut tidak mungkin diwujudkan. Kredit produktif adalah bentuk kredit yang bertujuan untuk memperlancar proses produksi hingga penjualan barang jadi. Penggunaan kredit produktif dalam proses produksi mengalami perputaran yang tidak sama. Terhadap alat-alat produksi yang berupa modal tetap seperti mesin, maka perputaran modal akan berakhir setelah proses produksi selesai. Sementara itu, untuk bahan-bahan pembantu dan sumber daya manusia, perputaran modal hanya dalam satu proses produksi. Sehingga untuk memperoleh pembiayaan, dapat menggunakan beberapa alternatif sebagai berikut:

(14)

a) Bagian keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan.

b) Menjual saham-saham kepada masyarakat

c) Melakukan pinjaman baik kepada bank ataupun kepada masyarakat.

b. Dilihat dari segi jangka waktu 1) Kredit Jangka Pendek

Adalah pemberian kredit dengan jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun atau paling lama 1 (satu) tahun dan digunakan untuk keperluan modal kerja. Dilihat dari sisi perusahaan, kredit jangka pendek antara lain:

a) Kredit rekening Koran, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah dengan plafond tertentu. Cara pengambilan kredit rekening Koran yaitu dengan menarik sebagian demi sebagian sesuai kebutuhan perusahaan.

b) Kredit penjual, yaitu kredit yang diberikan penjual kepada pembeli dengan cara penjual memberikan barang terlebih dahulu, kemudian menerima pembayaran dari pembeli.

c) Kredit pembeli, yaitu kredit yang di berikan pembeli kepada penjual dengan cara menyerahkan uang terlebih dahulu kemudian setelah beberapa waktu tertentu kemudia barang diterima.

d) Kredit wesel. Apabila nasabah mengeluarkan surat pengakuan utang yang berisi kesanggupan untuk membayar sejumlah uang

(15)

kepada pihak dan pada saat tertentu. Setelah ditanda tangani, surat wesel dapat dijual atau diuangkan kepada bank (surat promes).

2) Kredit Jangka Menengah

Pemberian kredit dengan jangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun dan digunakan untuk keperluan investasi. Contoh: Kredit pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.

3) Kredit Jangka Panjang

Pemberian kredit dengan jangka waktu diatas 3 (tiga) tahun atau 5 (lima) tahun dan dipergunakan untuk keperluan investasi jangka panjang. Contoh: perkebunan kelapa sawit, atau kredit untuk manufaktur, dan untuk kredit konsumtif berupa kredit perumahan.

c. Dilihat dari segi tujuan penggunaan.

1) Kredit modal kerja

Fasilitas kredit untuk peningkatan produksi dan kegiatan operasional. Contoh: membeli bahan baku, pembayaran gaji karyawan, atau biaya-biaya lain yang berkaitan dengan keberlangsungan proses produksi perusahaanKredit modal kerja 2) Kredit investasi

Adalah kredit berjangka menengah atau panjang yang diberikan kepada perusahaan guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan, ataupun pendirian proyek baru seperti pembelian mesin,

(16)

bangunan, tanah untuk pabrik. Kredit investasi ini digunakan untuk pengadaan barang modal seperti, pembelian alat-alat produksi baru, perbaikan alat-alat produksi secara besar-besaran.

a) Rehabilitasi, yaitu untuk pemulihan kapasitas produksi, penggantian alat-alat produksi lama yang kapasitasnya sama atau perbaikan secara besar-besaran dari alat produksi sehingga kapasitasnya pulih kembali

b) Modernisasi, yaitu penggantian alat-alat produksi dengan yang baru, yang kapasitasnya lebih tinggi baik kualitas maupun kuantitasnya.

c) Perluasan, yaitu penambahan kapasitas produksi yang dibangun dengan suatu unit proses yang lengkap seperti pabrik baru/tambahan. Perluasan dapat berbentuk penambahan mesin diikuti/ tanpa diikuti dengan penambahan atau perluasan gedung pabrik.

d) Proyek baru, yaitu membangun pabrik/industri dengan alat produksi usaha baru

3) Kredit konsumsi

Kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi berupa barang atau jasa dengan membeli, menyewa, atau dengan cara lain. kredit konsumsi meliputi kredit kendaraan pribadi, kredit perumahaan, dan sebagainya. Kredit konsumsi ini ditujukan juga kepada kredit profesi untuk mengembangkan profesi tertentu.

(17)

8. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Dalam memberikan kredit, bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit, yaitu analisis 5C, analisis 7P, dan studi kelayakan.

Kedua prinsip tersebut memiliki persamaan, yaitu apa sudah yang terkandung dalam analisis 5C diperjelas lebih lanjut dalam prinsip 7P.

tujuannya adalah agar jangkauan analisisnya lebih luas dari 5C. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C adalah sebagai berikut:

a. Character (karakteristik)

Analisis ini berkaitan dengan karakter, sifat dan watak dari calon debitur yaitu bagaimana keputusan bisnis yang diambil berkaitan dengan perjanjian atau kesepakatan-kesepakatan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Serta bagaimana usaha calon debitur dalam memenuhi kewajibannya. Yang menjadi dasar penilaian karakter dalam analisis ini dapat melalui daftar riwayat hidup calon debitur, melakukan wawancara langsung atau menanyakan kepada tetangga ataupun orang yang bertempat tinggal di sekitar rumah calon debitur.

Selain itu, juga dapat dilihat dari SIP (Sistem Informasi Debitur) yang bertujuan untuk mengetahui apakah calon debitur mempunyai kredit yang belum selesai atau tanggungan kepada pihak lain.

b. Capacity (kemampuan)

Analisis ini berkaitan dengan kemampuan dalam mengelola usahanya dan kemampuan untuk melunasi kreditnya yang dapat dilihat dari track record sebelumnya. Selain itu, analisis ini juga dapat dilihat

(18)

dari perkemnbangan usaha tersebut apakah sering mengalami kegagalan atau kemajuan.

c. Capital (modal)

Analisis ini berkaitan dengan kemampuan modal calon debitur pada saat awal memulai usahanya. Dasar analisis ini dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan dan neraca saldo perusahaan calon debitur.

d. Collateral (agunan)

Analisis ini berkaitan dengan agunan yang dijadikan jaminan oleh calon debitur. Dasar penilaian agunan dapat dilihat dari segi ekonomis yang bisa memenuhi persyaratan untuk dijadikan jaminan. Agunan yang dijaminkan harus sesuai dengan plafond kredit yang diajukan.

e. Condition of economy (kondisi perekonomian)

Analisis ini berkaitan dengan pertimbangan kondisi perekonomian negara yang sedang ataupun yang akan terjadi. Dasar analisis ini adalah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi seperti tingkat inflasi, tingkat daya beli, penerapan kebijakan pemerintah sekarang atau yang akan datang serta kondisi yang ada pada dunia usaha. Analisis ini diperlukan agar calon kreditur mengetahui dampak pada kegiatan usaha perekonomian calon debitur yang mengajukan kredit.

Sedangkan untuk analisis dengan 7P kredit adalah sebagai berikut:

a. Personality (kepribadian)

(19)

Penilaian debitur dari kepribadiannya, penilaian ini mengenai sikap, tingkah laku, dan tindakan debitur dalam menghadapi suatu permasalahannya dan bagaimana menyelesaikannya.

b. Party (para pihak)

Mengelompokkan debitur kedalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan modal yang dimiliki, loyalitas serta watak, sifat, dan karakter yang dimiliki.

c. Purpose (tujuan)

Dilakukan untuk mengetahui tujuan debitur dalam pengambilan kredit, terutama jenis kredit yang dibutuhkan.

d. Prospect (kemungkinan)

Penilaian terhadap usaha debitur di masa mendatang apakah usaha tersebut dapat menguntungkan atau merugikan.

e. Payment (pembayaran)

Analisis ini terkait dengan bagaimana dan darimana sumber dana yang diperoleh debitur untuk mengembalikan kembali kredit yang telah diperoleh. Semakin banyak penghasilan yang didapatkan akan semakin baik

f. Profitability (perolehan laba)

Analisis ini berkaitan dengan kemampuan debitur dalam memperoleh laba. Dasar pengukuran profitability ini meningkat atau tetap sama dari periode ke periode setelah adanya penambahan modal.

g. Protection (perlindungan)

(20)

Perlindungan kredit yang diberikan agar pemberian kredit yang terealisasikan benar-benar aman. Bentuk perlindungan yang dimaksud dapat berupa jaminan barang, orang, atau asuransi.

9. Prosedur Pemberian Kredit

Menurut Hasibuan (2016:91) prosedur yang harus dipenuhi dalam pemberian kredit antara lain:

a. Permohonan Kredit

Calon debitur menulis nama, alamat, agunan, dan jumlah kredit yang diinginkan pada formulir aplikasi permohonan kredit.

b. Calon debitur mengajukan jenis kredit yang diinginkan.

c. Analisis kredit dengan cara mengikuti asas 5C, 7P, dan 3R dri permohonan kredit tersebut.

d. Karyawan analisis kredit menetapkan besarnya plafond kredit atau legal lending limit (L3) atau BMPK nya.

e. Jika BMPK disetujui nasabah, akad kredit (perjanjian kredit) ditandatangani oleh kedua belah pihak.

10. Kredit bermasalah a. Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah merupakan keadaan dimana pihak debitur tidak dapat membayar angsuran pokok beserta bunganya selama lebih dari 90 hari, sehingga pihak bank melakukan penyelesaian kredit sesuai dengan keadaan debitur atau melakukan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit. Dapat dikatakan kredit bermasalah apabila:

(21)

1) Adanya keterlambatan pembayaran pokok dan bunga kredit selama lebih dari 90 hari setelah tanggal jatuh tempo

2) Sama sekali tidak dapat melunasi kredit yang terutang

3) Dilakukan negoisasi untuk pembayaran jumlah kredit dan bunga yang tercantum pada perjanjian kredit

b. Kolektibilitas Kredit

Ketentuan Bank Indonesia No 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1988, untuk melihat seberapa jauh kredit bermasalah yang terdapat pada bank tersebut dapat dinilai berdasarkan kolektibilitas kreditnya.

Kolektibilitas kredit merupakan keadaan pembayaran pokok, angsuran pokok, dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya. Kolektibilitas kredit berdasarkan Bank Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Kolektibilitas Lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

2) Kolektibiltas Dalam Perhatian Khusus adalah kredit yang mempunyai tunggakan pokok atau bunga yang mengalami penundaan selama 1 sampai 90 hari.

3) Kolektibilitas Kurang Lancar adalah kredit yang pengembalian pokok dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 91 sampai 120 hari dari jangka waktu yang telah diperjanjikan.

(22)

4) Kolektabilitas Diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 121 sampai 180 hari atau dua kali jadwal yang telah diperjanjikan

5) Kolektibilitas Macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama lebih dari 180 hari atau satu tahun sejak tanggal jatuh tempo yang telah diperjanjikan.

c. Faktor Penyebab Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah dapat terjadi karena berbagai faktor yang dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Faktor internal bank

Faktor internal yang pertama terjadinya kredit bermasalah yaitu analisis kredit kurang sempurna yang disebabkan karena account officer serta analist credit yang diberikan tugas untuk melakukan kegiatan tersebut belum mampu atau karena adanya tekanan dari luar yang mengharuskan pimpinan bank untuk meluluskan permintaan kredit.

Faktor lain yang menyebabkan kredit bermasalah yaitu pimpinan bank terlalu agresif dalam proses penyaluran kredit yang disebabkan memiliki jumlah deposito yang sangat besar dalam jangka waktu yang relatif singkat. Dengan adanya deposito yang besar maka beban bunga yang ditanggung juga akan mengalami

(23)

kenaikan sehingga untuk menutup bunga tersebut diperlukan pemasukan bunga besar dengan begitu penyaluran kredit harus dilakukan secepat dan sebanyak mungkin. Hal tersebut dapat menurunkan ketelitian analisis sehingga permintaan kredit kurang baik dapat diluluskan.

Lemahnya kredibilitas debitur serta sistem pemantauan kredit juga menjadi faktor internal. Kondisi kinerja yang menurun dapat diidentifikasi pihak bank setelag terjadinya penunggakan pembayaran kredit.

Faktor yang terakhir adalah adanya campur tangan berlebihan dari pemegang saham dalam pengambilan keputusan pemberian kredit, yang menyebabkan menyimpangnya pimpinan bank dari kebijaksanaan penyaluran kredit yang telah ditentukan pihak bank.

2) Ketidak layakan debitur

Kredit bank dapat dilakukan pada nasabah perorangan atau bentuk badan usaha. Pembayaran bunga serta pelunasan kredit banyak yang bersumber dari debitur perorangan yaitu penghasilan tetap pihak debitur. Oleh sebab itu, penghasilan yang didapat mengalami gangguan dan dengan begitu kemungkinan pembayaran kredit juga akan terganggu. Penyebab lain dikarenakan peristiwa yang tidak terduga misalnya debitur sakit keras, debitur meninggal, atau kecelakaan.

3) Faktor eksternal

(24)

a) Menurunnya kondisi ekonomi moneter atau sektor usaha. Hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah penjualan barang atau jasa yang dihasilkan, sehingga profitabilitas dan likuiditas keuangan juga mengalami penurunan serta terganggunya kemampuan untuk membayar pinjaman.

b) Terjadinya bencana alam seperti banjir, gempa bumi, kebakaran, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan kerusakan fasilitas produksi yang dimiliki. Sehingga akan mengganggu kelangsungan pemasaran dan produksi.

c) Melemahnya kurs nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uang asing. Sehingga akan menggangu proses pembayaran nasabah debitur yang meminjam kredit dalam mata uang asing.

d. Dampak terjadinya kredit bermasalah

Menurut Mahmoeddin (2002) dapat disimpulkan bahwa suatu kredit bermasalah akan berdampak pada daya tahan perusahaan antara lain:

1) Likuiditas

Merupakan suatu hal yang penting pada perusahaan karena langsung berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi jangka pendek. Apabila suatu kewajiban mengalami peningkatan maka bank perlu mengusahakan peningkatan pada sisi aktiva lancer. Apabila kredit yang mengalami jatuh tempo mulai diwajibkan untuk membayar angsuran, tetapi belum dapat

(25)

mengangsur karena kredit bermasalah, maka bank akan terancam tidak likuid.

2) Solvabilitas

Kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka panjang.

Jika kerugian yang dialami terlalu besar, maka bank akan mengalami kerugian besar sehingga likuidasi bank bisa saja terjadi.

3) Rentabilitas

Kemampuan bank dalam memperoleh penghasilan bank berupa bunga kredit atau perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang diperuntukkan sebagai penghasil laba yang dinyatakan dalam presentase. Apabila kredit lancar dan tidak memiliki masalah maka bank akan mendapatkan penghasilan bunga dengan lancar juga.

4) Profitabilitas

Kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan dapat dilihat dari tingkat produktifitas.

5) Bonifiditas

Suatu kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada pihak bank dan menyangkut citra bank.

6) Tingkat kesehatan bank

Bank yang mengalami kredit bermasalah dapat berpengaruh pada tingkat kesehatan bank tersebut atau bahkan akan dikenakan sanksi bahkan likuidasi.

(26)

7) Modal bank

Besar kecil perluasan usaha bank dapat ditentukan pada perkembangan jumlah kredit, apabila kredit tidak dapat tumbuh dengan baik maka berdampak pada perkembangan bank yang juga tidak baik.

11. Pengertian Kredit Pundi Kencana

Kredit Pundi Kencana adalah kredit yang diberikan kepada keluarga prasejahtera dan sejahtera I serta kelompok atau koperasi untuk membantu permodalan, dan memberi kesempatan yang lebih baik bagi kelompok atau koperasi dimana debitur wajib menabung dengan nilai yang tetap sesuai dengan kesepakatan.

Adapun jenis pemberian kredit pundi kencana oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Cabang Batu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit bank kepada Debitur untuk dipergunakan sebagai kebutuhan modal kerjanya yang bersifat jangka pendek atau paling lama tiga tahun dengan plafond kredit maksimal Rp. 500.000.000. Yang dimaksud dengan modal kerja yaitu banyaknya dana yang diperlukan dan dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan mulai dari pengadaan bahan baku sampai dengan barang tersebut siap untuk dijual.

b. Kredit Investasi adalah fasilitas kredit bank yang diberikan untuk biaya aktiva tetap dan berjangka waktu panjang atau paling lama lima tahun

(27)

dengan plafond kredit maksimal Rp. 500.000.000.. Pembiayaan aktiva tetap yang di maksud adalah untuk membiayai proyek baru, pergantian peralatan lama, pengadaan barang baru, dan pembiayaan lain yang membutuhkan dana cukup besar.

Referensi

Dokumen terkait

In addition, people with kidney or liver disease may be more likely to have blood problems or other side effects when they take certain cholesterol-reducing drugs. And some drugs

English Department, Faculty of Education and Teacher Training of Muhammadiyah University Surabaya.. The first Advisor is Armeria Wijaya

Spreng et, a/,(1996) menyatakan bahwa perasaan puas pelanggan ketika konsumen membandingkan persepsi mereka mengenai kinerja produk atau jasa dengan harapan

Apabila fenomena tersebut benar maka semangat pemekaran daerah telah mengikari semangat otonomi daerah karena yang terjadi justru adanya ketergantungan daerah hasil

S|RUP adalah aplikasi Slstem lntormasi Rencana Umum Pengadaan berbasis web yang funqsinya sebagai gaEna atau alat untuk mengumumkan RUP.. SiRUP bgrtujuan untu

[r]

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membangun suatu aplikasi berbasis web berupa website E-Learning dengan menggunakan modul Pascal, yang digunakan sebagai media alternatif

Meningkatnya kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan olahraga kebugaran yang didukung dengan peningkatan kesejahteraan secara ekonomi menciptakan peluang untuk