I
Perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah diterapkan pada perguruan tinggi di dunia termasuk di Indonesia.
Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan dengan tujuan dan relevansi tertentu terhadap substansi pembelajaran, dengan maksud melatih berpikir analitis, kreatif, kritis dan manajemen waktu sesuai pada esensi tujuan pendidikan itu sendiri. Model pembelajaran yang berpusat pada pengajar sudah tidak memadai untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, sehingga peserta didik dapat mengakses informasi yang sulit dipenuhi oleh pengajar dan kebutuhan untuk mengakomodasi demokratisasi partisipasif dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Perubahan paradigma perguruan tinggi berkaitan dengan konsep pembelajaran berpusat pada peserta didik memberikan perspektif yang berbeda menyangkut peran yang harus diemban oleh dosen (pendidik) dan mahasiswa (peserta didik) sebagai elemen penting dalam pembelajaran itu sendiri. Peran tersebut: dosen sebagai delivery system dan sarana pendukung, sementara bagi mahasiswa berkaitan dengan pembentukan persepsi dan kebiasaan belajar.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik atau student centered
learning (SCL) adalah konsep yang memandang pengetahuan sebagai hasil
konstruksi (bentukan) atau hasil tranformasi seseorang dengan kegiatan belajar, belajar sebagai suatu kegiatan mencari dan mengkonstruksi pengetahuan secara aktif dengan cara tertentu, serta memandang pada konsep mengajar sebagai partisispasi peserta didik dalam membentuk pengetahuan. Pada konsep SCL tersebut dapat diidentifikasi adanya peran yang berbeda dengan pendekatan sebelumnya yakni teacher centered learning (TCL), yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada pendidik.
Peran pendidik atau dosen bertransformasi menjadi pihak motivator dan fasilitator dalam memberikan dukungan pada proses belajar peserta didik yang dituntut untuk lebih aktif. Pembelajaran dengan SCL lebih berfokus pada kebutuhan, kemampuan, minat dan gaya pembelajaran peserta didik.
Penerapan SCL menjadikan setiap peserta didik untuk lebih aktif dan mampu untuk bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya sendiri.
SCL memberikan otonomi, pengelolaan pilihan materi yang lebih baik bagi peserta didik. Menurut Cannon, istilah student centered learning (SCL) adalah suatu paradigma atau pendekatan dalam dunia pembelajaran, yang di dalamnya peserta didik memiliki tanggung jawab atas beberapa aktivitas penting seperti perencanaan pembelajaran, interaksi antara guru dan sesama pelajar, penelitian, dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dikerjakan (Ingleton, et al., 2005).
Konteks peserta didik pada perguruan tinggi (mahasiswa) juga
memiliki karakteristik yang berbeda dari status pelajar yang masih pada
jenjang menengah, yakni memiliki idealisme yang tinggi dan kedewasaan.
Konteks ini juga memberikan dorongan kepada sistem pendidikan perguruan tinggi untuk mengakomodasi hal tersebut dengan konsep pembelajaran andragogi (adult learning). Purwanto (2000) menyatakan bahwa untuk mengarahkan mahasiswa sebagai kategori manusia dewasa dibutuhkan ilmu khusus atau konsep pendidikan bagi mereka, yaitu dengan andragogi. Beberapa asumsi tentang model andragogi yang dikemukakan oleh Harsono dan Dwiyanto (2005) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1. Asumsi model andragogi
Asumsi Andragogi
Konsep pembelajar Belajar secara madiri (aktif) Peran guru (pendidik) Pemandu dan sebagai fasilitator Peran pengetahuan
sebelumnya (priorknowledge)
Sebagai sumber yang kaya untuk belajar sendiri dan bagi temannya
Kesiapan belajar Kesiapan belajar
Orientasi pembelajaran Berpusat tugas atau masalah sesuai dengan kebutuhan nyata
Motivasi Dorongan internal dan keingintahuan yang kuat