• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKNIK PENYUNGKUPAN PADA SAMBUNG PUCUK BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS SAMBUNGAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TEKNIK PENYUNGKUPAN PADA SAMBUNG PUCUK BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS SAMBUNGAN TUGAS AKHIR"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH TEKNIK PENYUNGKUPAN PADA SAMBUNG

PUCUK BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP

PERTUMBUHAN TUNAS SAMBUNGAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

M. IDRIS RISALDI

1522040478

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2018

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Mei 2018

Yang Membuat Pernyataan,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Teknik Penyungkupan Sambung Pucuk Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pertumbuhan Tunas Sambungan”. Tidak lupa pula shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah MuhammadSAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang tentunya bantuan itu sangat berarti bagi penulis. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak terutama kepada kedua orang tua penulis serta segenap keluarga yang telah memberikan bantuan, baik berupa materi maupun pikiran hingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Syahruni Thamrin, S.P., M.Si. dan Junyah Leli Isnaeni, S.P., M.P. selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

2. Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan. 3. Seluruh staf Dosen, Pegawai, dan PLP Jurusan Budidaya Tanaman

Perkebunan.

4. Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. 5. Seluruh teman-teman Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Angkatan

XXVIII dan teman-teman se-almamater yang selalu memberikan bantuan apapun dalam penyusunan laporan ini.

(6)

vi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan penulis berharap semoga laporan ini dapat dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya di bidang pertanian.

Pangkep, Mei 2018

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x ABSTRAK ... xi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan Percobaan ... 3 1.4. Manfaat Percobaan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kakao ... 4

2.2. Teknik Penyambungan ... 7

BAB III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat ... 10

3.2. Alat dan Bahan ... 10

3.3. Metode Percobaan ... 10

3.4. ProsedurKerja ... 10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil ... 15 1.2. Pembahasan ... 16 BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 19 5.2. Saran ... 19 DAFTAR PUSTAKA ... 20 LAMPIRAN ... 22 RIWAYAT HIDUP ... 26

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup pocong .... 12 Gambar 3.2. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup ikat ... 13 Gambar 3.3. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup biasa ... 14 Gambar 4.1. Rata-rata pertambahan panjang tunas sambungan

tanaman kakao tujuh minggu setelah penyambungan ... 16 Gambar 4.2. Rata-rata pertambahan diameter tunas sambungan tujuh

minggu setelah penyambungan ... 17 Gambar 4.3. Rata-rata pertambahan jumlah daun pada tunas

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Tabel pengamatan panjang tunas ... 24 Lampiran 2. Tabel pengamatan diameter tunas ... 24 Lampiran 3. Tabel pengamatan jumlah daun ... 25 Lampiran 4. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan

penyambungan ... 26 Lampiran 5. Pengambilan data ... 26

(10)

x

ABSTRAK

M. Idris Risaldi. 1522040478. Pengaruh Teknik Penyungkupan Sambung Pucuk Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) terhadap Pertumbuhan Tunas Sambungan. Dibimbing oleh Syahruni Thamrin dan Junyah Leli Isnaeni.

Tujuan percobaan untuk mengetahui pengaruh berbagai teknik penyungkupan terhadap pertumbuhan tunas sambungan pada sambung pucuk kakao. Percobaan dilakukan di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, pada bulan Februari hingga April 2018, menggunakan metode analisis statistik sederhana dengan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu menghitung nilai tengah (rata-rata) dari masing-masing perlakuan percobaan yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu: menggunakan teknik sungkup pocong (P1), sungkup ikat (P2), dan sungkup biasa (P3). Terdiri dari 3 perlakuan dan 6 kali ulangan sehingga dibutuhkan 18 unit percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan berbagai teknik penyungkupan dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas sambungan pada sambung pucuk tanaman kakao. Teknik sungkup ikat memberikan hasil terbaik untuk panjang tunas dan jumlah daun pada tunas sambungan.

(11)

1

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sektor perkebunan merupakan salah satu penyumbang devisa negara terbesar di Indonesia hal itu dapat dilihat dari luasnya lahan perkebunan yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Tanaman kakao salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok di tanam di daerah tropis seperti wilayah Indonesia. Berdasarkan produktivitas dan kebutuhan masyarakat akan kakao merupakan tanaman yang memiliki nilai jual tinggi (Halid, et al., 2017).

Tanaman kakao di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, sehingga produksinya meningkat secara cepat. Pada tahun 2010 Indonesia pernah menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi 844.630 ton, di bawah negara Pantai Gading dengan produksi 1,38 juta ton. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik bagi Indonesia untuk menjadi produsen utama kakao dunia. Akan tetapi, posisi Indonesia sebagai produsen terbesar ke 2 di dunia kembali digeser oleh Ghana pada tahun 2012, salah satu penyebab tidak stabilnya produktivitas kakao Indonesia adalah akibat penggunaan bahan tanam atau bibit/benih yang kurang unggul (Rafli, 2017).

Penggunaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao. Untuk meningkatkan produktivitas per satuan luas (intensifikasi) dilakukan melalui pengkajian teknologi inovasi baru yang terarah dan berkelanjutan, yaitu pengkajian bibit secara vegetatif. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan melalui cangkok, okulasi, dan grafting (sambung pucuk). Pada prinsipnya perbanyakan vegetatif dengan sambung pucuk adalah menyatukan batang atas dengan batang bawah. Cara ini

(12)

2

populer di kalangan penangkar benih tanaman buah, karena caranya yang mudah dan tingkat keberhasilannya yang cukup tinggi, sehingga sangat populer di kalangan petani (Ali, 2013).

Sambung pucuk merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting/pucuk) yang berasal dari taanamn lain yang disatukan. Teknologi ini menggunakan bibit kakao sebagai batang bawah yang disambung dengan entries dari kakao unggul sebagai batang atas. Bibit batang bawah siap disambung pada umur 2,5–3 bulan (Limbongan, 2013).

Untuk memperoleh bibit sambungan yang bermutu diperlukan batang bawah dan batang atas yang kompatibel dan dapat membentuk bidang sambungan yang sempurna. Keberhasilan penyambungan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain mutu bibit (batang bawah) dan entries, ketetapan waktu penyambungan, iklim mikro (naungan), serta keterampilan sumber daya manusia dan pemeliharaan setelah penyambungan.

Keterampilan seseorang dalam melakukan penyambungan sangat menentukan keberhasilan penyambungan. Pada dasarnya, keterampilan menyambung meliputi, teknik penyayatan entries, pembelahan batang bawah, penyungkupan, dan pengikatan. Mars Cocoa Research Station yang berlokasi di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan telah menerapkan dan mengembangkan beberapa teknik penyungkupan untuk sambung pucuk, seperti teknik sungkup pocong, sungkup ikat, dan sungkup biasa. Namun hingga saat ini belum ada percobaan terhadap pertumbuhan tunas pada sambungan dengan menggunakan berbagai teknik penyungkupan yang berbeda.

(13)

3

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh berbagai teknik penyungkupan terhadap pertumbuhan tunas sambungan pada sambung pucuk kakao?

1.3 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh berbagai teknik penyungkupan terhadap pertumbuhan tunas sambungan pada sambung pucuk kakao.

1.4 Manfaat Percobaan

Percobaan ini diharapkan menjadi bahan informasi dalam upaya perbanyakan tanaman kakao secara vegetatif dengan metode sambung pucuk.

(14)

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kakao 2.1.1 Taksonomi Tanaman Kakao

Tanaman kakao termasuk Marga Theobroma, Suku dari Sterculiaceae yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan negara. Sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta AnakDivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae AnakKelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao L. (Susanto, 1994)

2.1.2 Morfologi Tanaman kakao a. Biji dan Perkecambahan

Kakao termasuk tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman, biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih dan rasanya manis, biji kakao termasuk epigeous yang artinya hipokotil memanjang mengangkat kotiledone yang masih menutup keatas permukaan tanah (Sunanto, 1992).

(15)

5

b. Batang dan Cabang

Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortorop yang tumbuh keatas dan tunas plagiotrop tumbuh kesamping (Susanto, 1994).

c. Daun

Daun kakao mempunyai dua persendian yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun, daun pada cabang ortotrop lebih panjang, sedangkan pada cabang plagiotrop tangkai daun lebih pendek. Tangkai daun dilindungi oleh stipula yang segera gugur apabila daunnya tumbuh, warna daun kemerahan sampai merah tergantung dari varietasnya, dan apabila telah dewasa menjadi hijau tua (Susanto, 1994).

d. Akar

Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1 cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16 – 18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pada tanah yang dalam dan draenasenya baik, perakaran kakao dewasa mencapai 1, 0- 1,5 m. Akar lateral sebagian besar sekitar 56 % tumbuh pada lapisan tanah atas (Susanto, 1994).

e. Bunga

Tanaman kakao bersifat kauliflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang- cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama-kelamaan menebal dan membesar disebut dengan bantalan bunga.

(16)

6

Bunga kakao terdiri dari 5 kelopak, 5 mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil dan 5 buah yang bersatu (Susanto, 1994).

f. Buah

Buah coklat terdapat pada pohon atau cabang. Warna buah pada umumnya sangat beragam. Warna buah yang hijau atau hijau agak putih pada saat masih muda, tetapi warnanya berubah jadi kuning pada saat masak. Buah yang ketika muda berwarna merah, berubah warnanya menjadi jingga pada saat buah sudah masak (Widya, 2008).

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao a. Iklim

Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250 – 3000 mm tiap tahun. Curah hujan yang kurang dari 1250 mm akan terjadi evapotranspirasi melebihi presipitasi.

Pada umumnya kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 meter dari permukaan laut.Suhu maksimal untuk kakao sekitar 30º-32º C, sedangkan suhu minimum sekitar 18º-21º C. Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relative maksimum 100%, pada malam hari dan 70 % pada siang hari. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar 25% - 35% dari sinar matahari penuh. Sedangkan untuk tanaman dewasa atau yang sudah berproduksi kebutuhan sinar matahari makin besar yaitu 65% - 75% (Susanto, 1994).

(17)

7

b. Tanah

Seperti tanaman pada umumnya, kakao juga menghendaki tanah yang mudah diterobos oleh akar tanaman, dapat menyimpan air, terutama pada musim hujan draenase dan aerasinya baik. Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0-8,5, namun pH yang ideal adalah 6,0-7,5 (Susanto, 1994).

2.2 Teknik Penyambungan

Secara umum, teknik perbanyakan kakao dapat dilakukan secara generatif atau vegetatif. Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan dengan menggunakanbenih dan akan menghasilkan keturunan yang memiliki sifat bervariasi. Perbanyakan secara generatif lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya dan lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal). Perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan bagian vegetatif tanaman untuk bahan tanam dan tidak didahului dengan proses peleburan gamet jantan dan betina. Perbanyakan ini akan menghasilkan keturunan yang seragam dan memiliki sifat yang sama seperti tetuanya. Kelebihan lain dari metode perbanyakan vegetatif diantaranya, (1) mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya, (2) mempunyai mutu hasil seragam, (3) mempunyai sifat unggul batang atas dan batang bawah, (4) mempunyai umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal (Prastowo, 2010).

Teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang paling umum dilakukan adalah teknologi sambung pucuk (grafting). Teknologi sambung pucuk dapat diartikan sebagai suatu upaya penggabungan dua individu klon tanaman

(18)

8

yangberlainan menjadi satu kesatuan dan tumbuh menjadi tanaman baru (Limbongan, 2013). Menurut Suwandi (2015), grafting atau penyambungan adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Penyambungan pada umumnya dilakukan pada saat batang bawah masih muda, sesuai dengan pendapat Ariyanto (2009), bahwa minigrafting atau sambung pucuk merupakan teknik perbanyakan vegetatif yang dilakukan sedini mungkin pada kondisi batang bawah yang masih kecil.

Sambung pucuk saat ini banyak diterapkan oleh para petani karena memiliki beberapa keungguluan bila dibandingkan dengan teknologi perbanyakan vegetatif lainnya. Menurut Limbongan (2013), teknologi sambung pucuk mudah diterapkan, tingkat keberhasilan tinggi, bahan yang digunakan lebih mudah diperoleh, dan teknologi ini sudah banyak dikenal oleh para petani. Menurut Prastowo (2006) penyambungan memiliki beberapa manfaat pada tanaman diantaranya, (1) memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, (2) menghasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, (3) mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah), (4) menghasilkan tanaman yang sifat buahnya sama dengan induknya, (5) mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik, (6) meremajakan tanaman tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru dan menghemat biaya eksploitasi.

Penyambungan bukan sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas, atau akar pada

(19)

9

tanaman lain. Melainkan penyambungan merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Wudianto (2008) melaporkan bahwa seni grafting telah digemari mulai sekitar abad ke-15 dan menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting. Seni grafting dilaporkan mencapai 119 bentuk. Secara umum, grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) Bud-grafting atau budding yaitu yang kita kenal dengan istilah okulasi, (2) Scion grafting atau lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten, (3) Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing– masing.

(20)

10

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada bulan Februari hingga April 2018 yang bertempat di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, pisau okulasi, gunting pangkas, batu asah, gembor, penggaris, jangka sorong, spidol, ATK, dan kamera untuk dokumentasi. Bahan yang digunakan yaitu, bibit kakao, entries, label, dan plastik sungkup (plastik es lilin).

3.3 Metode Percobaan

Percobaan ini menggunakan metode analisis statistik sederhana dengan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu menghitung nilai tengah (rata-rata) dari masing-masing perlakuan percobaan yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu: menggunakan teknik sungkup pocong (P1), sungkup ikat (P2), dan sungkup biasa (P3). Terdiri dari 3 perlakuan dan 6 kali ulangan sehingga dibutuhkan 18 unit percobaan.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Persiapan Batang Bawah dan Batang Atas (Entries)

Batang bawah yang disiapkan adalah bibit kakao yang telah berumur 2 bulan dan pertumbuhannya seragam. Jumlah bibit yang disiapkan yaitu 18 bibit.

Batang atas (entries) yang digunakan yaitu dari klon MCC 02 (klon 45). Kriteria entries yang baik yaitu, berasal dari cabang plagiotrop, pertumbuhan

(21)

11

normal, berwarna hijau kecokelatan, terdapat mata tunas, kondisi entries dalam keadaan segar, dan tidak terserang hama dan penyakit.

3.4.2 Pelaksanaan Penyambungan

a. Teknik penyambungan dengan sungkup pocong

1) Batang bawah dipotong dengan menyisakan 4-8 helai daun, lalu dibelah membujur menjadi dua bagian yang sama sedalam 2-3 cm. Alat yang digunakan yaitu pisau okulasi yang tajam.

2) Entries dipotong sepanjang ± 10 cm atau mempunyai 2-3 mata tunas, lalu pangkal entries disayat hingga berbentuk mata baji/kapak sepanjang 2-3 cm. Selanjutnya entries dimasukkan dalam belahan batang bawah.

3) Diikat dengan tali plastik yang ditarik memanjang sehingga panjangnya menjadi 2-3 kali panjang semula. Tali plastik ini terbuat dari plastik es lilin yang diiris selebar ± 1 cm.

4) Bidang sambungan diikat dengan cara dililit dari bawah ke atas sampai seluruh bagian entries tertutupi kecuali mata tunas agar plastik tidak menghalangi pertumbuhan tunas nantinya. Tahapan penyambungan dengan teknik sungkup pocong dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(22)

12

D E F

Gambar 3.1. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup pocong b. Teknik penyambungan dengan sungkup ikat

1) Batang bawah dipotong dengan menyisakan 4-8 helai daun, lalu dibelah membujur menjadi dua bagian yang sama sedalam 2-3 cm.

2) Entries dipotong sepanjang ± 10 cm atau mempunyai 2-3 mata tunas, lalu pangkal entries disayat hingga berbentuk mata baji/kapak sepanjang 2-3 cm. Selanjutnya, entries dimasukkan dalam belahan batang bawah.

3) Sambungan disungkup dengan plastik es hingga semua bagian entries dan bidang sambungan tersungkup.

4) Bidang sambungan kemudian diikat dengan tali plastik dari atas ke bawah pada tapak sambungan atau belahan.Tahapan penyambungan dengan teknik sungkup ikat dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(23)

13

D E F

Gambar 3.2. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup ikat c. Teknik penyambungan dengan sungkup biasa

1) Batang bawah dipotong dengan menyisakan 4-8 helai daun, lalu dibelah membujur menjadi dua bagian yang sama sedalam 2-3 cm.

2) Entries dipotong sepanjang ± 10 cm atau mempunyai 2-3 mata tunas, lalu pangkal entries disayat hingga berbentuk mata baji/kapak sepanjang 2-3 cm. Selanjutnya, entries dimasukkan dalam belahan batang bawah.

3) Bidang sambungandiikat dengan tali plastik dari atas ke bawah pada tapak sambungan atau belahan.

4) Sambungan kemudian disungkup dengan plastik es hingga semua bagian entries dan bidang sambungan tersungkup. Agar sungkup plastik tidak lepas, terlebih dahulu sungkup plastik ditarik pada pangkalnya sehingga membentuk leher sungkup.Tahapan penyambungan dengan teknik sungkup biasa dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(24)

14

A B C

D E F

Gambar 3.3. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup biasa 3.4.3 Parameter Pengamatan

a. Panjang Tunas (cm), diamati dengan cara mengukur panjang tunas dari pangkal hingga ujung tunas yang dilakukan setiap 1 minggu sekali sebanyak 7 kali pengambilan data.

b. Diameter tunas (cm), diamati dengan cara mengukur diameter tunas pada pangkal tunas dengan menggunakan jangka sorong yang dilakukan setiap 1 minggu sekali sebanyak 7 kali pengambilan data.

c. Jumlah daun (helai), diamati dengan cara menghitung jumlah helai daun yang terbentuk sempurna pada tunas yang dilakukan setiap 1 minggu sekali sebanyak 7 kali pengambilan data.

Gambar

Gambar 3.1. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup pocong  b.  Teknik penyambungan dengan sungkup ikat
Gambar 3.2. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup ikat  c.  Teknik penyambungan dengan sungkup biasa
Gambar 3.3. Tahapan sambung pucuk dengan teknik sungkup biasa  3.4.3  Parameter Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya kemampuan Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank mengalami

Definisi bagi tajuk kajian Hubungan di antara Personaliti dan Efikasi Kendiri dalam kalangan Pelajar Sarjana dan Pelajar Doktor Falsafah bagi Program Bimbingan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara external locus of control

Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Pusat Dokumentasi Arsitektur Nusantara di Kota Malang ini, saya menyadari bahwa banyak pihak yang telah ikut

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan sambung pucuk kakao menggunakan entris yang berbeda warna dan Kegunaan dari percobaan ini diharapkan

Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal untuk penanaman kakao adalah tidak lebih tinggi dari 800 m dari permukaan laut.Ditinjau dari wilayah penanamannya kakao

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir saya dengan judul “Evaluasi Proses Produksi Pembuatan Mesin Las Potong pada Bengkel Mesin Family Technic” merupakan hasil

Perlindungan hukum terhadap anggota penyimpan dana pada koperasi CU Khatulistiwa Bakti belum sepenuhnya terakomodir dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang