BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, akan mengubah intensitas kompetisi pada seluruh sektor industri. ASEAN Economic Community mengandung empat pilar utama, yaitu ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal, ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata, dan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal, memiliki elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas (ASEAN Economic Community Blueprint, 2008).
Kehadiran ASEAN Economic Community menjadi ancaman terbesar bagi seluruh korporasi, termasuk industri perbankan. Bank DKI adalah salah satu Bank Pembangunan Daerah di Indonesia, juga mengalami ancaman munculnya pesaing-pesaing baru yaitu bank- bank dari negara-negara ASEAN, ketika berlakunya sebuah pasar tunggal dengan aliran bebas investasi. Bank-bank besar pada wilayah ASEAN yang memiliki keunggulan kompetitif pada produk, jasa, skill, dan teknologi, dapat masuk ke wilayah Indonesia, dengan cara mendirikan bank baru di Indonesia, membuka cabang baru di Indonesia, atau mengakuisisi saham bank-bank nasional. Selain itu bank-bank dari negara-negara ASEAN tersebut, dapat bekerjasama dengan bank-bank besar di Indonesia, untuk menawarkan superior value kepada masyarakat Indonesia.
Bank-bank besar di wilayah ASEAN yang sudah masuk ke Indonesia, seperti DBS, UOB, OCBC, CIMB, dan Bangkok Bank, akan semakin leluasa untuk melakukan ekspansi di wilayah Indonesia, dengan adanya aliran bebas investasi. Ekspansi tersebut dilakukan dengan
memperluas jaringan cabang layanan di seluruh Indoneisa. Bank-bank tersebut dapat melakukan akuisisi terhadap bank-bank swasta nasional di Indonesia, untuk medapatkan akses saluran distribusi.
Bank-bank besar di Indonesia, seperti Bank Mandiri, BCA, BNI, dan BRI, memiliki produk yang sangat variatif, kepemilikan modal yang besar, jumlah cabang yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia, jumlah pelanggan yang sangat besar, dan kekuatan brand yang sangat powerful. Daftar aset 10 bank terbesar di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. 1.
Bank-bank tersebut akan semakin intensif memperluas jangkauan layanannya, termasuk merger/akuisisi terhadap bank-bank nasional lainnya.
Tabel 1. 1 Daftar aset 10 bank terbesar di Indonesia No Nama Bank Aset (Rp triliun)
1 Bank Mandiri 674,74
2 BRI 621,98
3 BCA 512,84
4 BNI 388,01
5 CIMB Niaga 224,83
6 Bank Permata 176,57
7 Bank Panin 156,72
8 Bank Danamon 154,42
9 BII 137,79
10 BTN 135,62
Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com, 12 Agustus 2014
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia, memiliki kebijakan financial inclusion, untuk menjaga keselarasan dan kesinambungan industri keuangan di Indonesia. Layanan keuangan inklusif tidak hanya terbatas pada layanan simpanan dan pinjaman, namun juga termasuk layanan proteksi bagi masyarakat (Ketua Dewan Komisioner OJK, 2014).
Perusahaan-perusahaan di ASEAN, yang bergerak dalam industri keuangan seperti perusahaan asuransi, multifinance, dan sekuritas, akan semakin bebas untuk mendirikan perusahaannya di Indonesia, membuka cabang di Indonesia, bahkan mengakuisisi perusahaan
sejenis di Indonesia. Hingga saat ini, hampir seluruh bank-bank besar nasional, telah melakukan ekspansi lini bisnis, yaitu mendirikan/mengakusisi perusahaan asuransi, multifinance, dan sekuritas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Bank DKI perlu mengevaluasi kembali strategi korporasi, agar tetap bertahan dan bahkan dapat tumbuh dan berkembang. Dasar dari strategi korporasi tersebut adalah analisis keunggulan kompetitif, yang kemudian dibandingkan dengan faktor sukses kunci industri eksisting, untuk memperoleh informasi keunggulan kompetitif apa saja yang perlu dikembangkan, agar dapat sukses pada industri eksisting.
Evaluasi strategi korporasi tersebut mencakup analisis portofolio dan analisis strategi related diversification. Analisis portofolio dilakukan untuk menentukan prioritas alokasi investasi berdasarkan kinerja bisnis unit dan tingkat attractiveness industri eksisting. Sedangkan analisis strategi related diversification, dilakukan untuk memilih jenis industri yang akan menjadi target related diversification, berdasarkan analisis attractiveness industri target, dan berdasarkan potensi sinergi antara bisnis unit eksisting dengan industri target.
1.2 Rumusan Masalah
Ancaman dan peluang ketika berlakunya ASEAN Economic Community dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Adanya ancaman pendatang baru dari bank-bank di kawasan ASEAN. Bank-bank tersebut memiliki keunggulan kompetitif pada aspek produk, jasa, skill, dan teknologi.
2. Adanya ancaman dari bank-bank nasional yang memiliki produk dan jasa yang sangat variatif dan jumlah cabang yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Selain itu bank-bank nasional juga mulai melakukan ekspansi dengan menyediakan layanan produk keuangan lainnya yaitu asuransi, multifinance, dan sekuritas.
3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan signal kepada industri perbankan untuk menyediakan enterprise financial solution, yaitu layanan produk keuangan secara
lengkap, yang mencakup simpanan, pinjaman, asuransi, multifinance, sekuritas, dan produk serta layanan keuangan lainnya. Hal ini menjadi peluang yang baik bagi Bank DKI untuk mulai melakukan ekspansi usaha dalam industri asuransi, multifinance, dan sekuritas, dengan strategi akuisisi.
4. Adanya peluang bagi Bank DKI untuk melakukan expansi pada provinsi-provinsi di seluruh Indonesia, baik melalui pembukaan cabang-cabang baru maupun melakukan akuisisi terhadap BPD lain yang berkinerja baik namun mengalami kesulitan keuangan.
5. Adanya peluang bagi Bank DKI untuk dapat membuka cabang pada kota-kota besar dikawasan ASEAN dengan segmen pasar utama adalah warga negara Indonesia yang tinggal pada daerah tersebut.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dari uraian tersebut diatas, pertanyaan penelitian yang akan menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kinerja Bank DKI pada bisnis unit konvensional dan bisnis unit syariah, sudah baik, sehingga mampu untuk menghadapi AEC?
2. Apa yang akan menjadi strategi korporasi Bank DKI untuk dapat meningkatkan keunggulan kompetitif dalam menghadapi AEC?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kondisi lingkungan industri Bank Konvensional/Bank Umum, dan industri Bank Syariah.
2. Mengukur kinerja Bank DKI pada Unit Bisnis Konvensional dan Unit Bisnis Syariah 3. Menganalisis strategi korporasi Bank DKI untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif dalam menghadapi berlakunya AEC.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen Bank DKI dalam merancang strategi korporasi agar dapat bersaing dengan bank-bank besar nasional, maupun bank-bank pada kawasan ASEAN yang akan berekspansi ke wilayah Indonesia ketika berlakunya AEC.
2. Bagi akademisi, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menyusun framework strategi pengembangan bisnis berdasarkan analisis lingkungan ekternal, analisis lingkungan internal, analisis portofolio, serta analisis strategi related diversification.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut:
1. Unit Bisnis yang dianalisis adalah unit bisnis Bank Konvensional dan unit bisnis Bank Syariah.
2. Ukuran tingkat attractiveness industri Bank Konvensional dan Bank Syariah adalah pola pertumbuhan aset rata-rata pada masing-masing industri tersebut dan analisis industri five force Porter.
3. Parameter pengukuran kinerja unit bisnis Bank Konvensional dan unit bisnis Bank Syariah adalah rasio ROA.
4. Strategi korporasi yang dirancang pada penelitian ini adalah analisis strategi related diversification.
5. Industri yang menjadi target related diversification adalah BPR, perusahaan pembiayaan, dan perusahaan asuransi.
6. Langkah-langkah untuk menganalisis related diversification adalah industry attractiveness test dan strategic fit test/synergy test. Parameter industry attractiveness
test adalah tingkat pertumbuhan aset. Sedangkan pengukuran forecasting strategic fit/synergy test menggunakan value chain analysis Porter.
1.7 Kerangka Penelitian
Gambaran umum kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1. Penelitian diawali dengan membahas road map Bank DKI. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis lingkungan eksternal dan analisis lingkungan internal. Hasil dari analisis lingkungan ekternal dan analisis lingkungan internal tersebut kemudian digunakan untuk melakukan analisis SWOT. Langkah berikutnya adalah melakukan analisis portofolio untuk menentukan prioritas alokasi sumber daya. Keseluruhan analisis tersebut digunakan sabagai pertimbangan dalam melakukan analisis related diversification.
Gambar 1. 1 Gambaran umum kerangka penelitian
1.8 Sistematika Penulisan
Tesis ini disusun dari beberapa bab yang saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi penjelasan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan kerangka penelitian.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Berisi penjelasan tentang konsep strategic management, evaluasi strategi perusahaan yang terdiversifikasi, analisa lingkungan eksternal, analisa lingkungan internal, strategi korporasi, dan related diversification.
BAB 3 METODE PENELITIAN DAN PROFIL BANK DKI
Metode penelitian mencakup design penelitian, definisi operasional, metode pengumpulan data, metode analisis data. Sedangkan profil Bank DKI mencakup sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi perusahaan, produk dan layanan, dan ringkasan kinerja perusahaan.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi penjelasan tentang road map perusahaan, analisis lingkungan eksternal, analisis lingkungan internal, analisis SWOT, analisis portfolio, dan analisis related diversification.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi kepada manajemen Bank DKI untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam menghadapi ASEAN Economic Community.