• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN Vol.2, No.2, November 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN Vol.2, No.2, November 2021"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG DAN TANTANGAN PENGAJARAN AKSARA BALI PADA SISWA MULTIETNIS

Ni Made Ayu Susanthi Pradnya UHN IGB Sugriwa Denpasar

I Nyoman Suka Ardiyasa STAH N Mpu Kuturan Singaraja

ABSTRAK

Pengajaran Aksara Bali pada siswa multietnis menghadapi beberapa tantangan, di antaranya guru sulit mempersiapkan perangkat pembelajaran, sehingga guru dituntut untuk menyiapkan materi yang menarik tanpa harus mengabaikan tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran, siswa juga mengalami kesulitan yang disebabkan oleh banyaknya siswa yang tidak memiliki dasar-dasar aksara Bali sehingga mereka sangat sulit mengikuti pelajaran membaca aksara Bali, di samping itu banyaknya uger-uger aksara Bali sehingga mereka menjadi bingung dan berimplikasi pada minat belajar bahasa Bali. Upaya yang dilakukan adalah berupaya menyiapkan perangkat pembelajaran dengan baik, dengan harapan siswa akan lebih menikmati proses belajar membaca teks beraksara Bali, guru juga selalu memberikan motivasi agar siswa mau membaca dan belajar aksara Bali, Guru berupaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, serta guru selalu menggunakan berupaya menggunakan metode pengajaran yang bervariatif.

Kata Kunci: pengajaran bahasa Bali, siswa multietnis

ABSTRACT

Teaching Balinese script to multiethnic students faces several challenges including the difficulty of teachers preparing learning tools, so teachers are required to prepare interesting material without having to ignore the learning objectives. In the learning process, students also experience difficulties due to the large number of students who do not have the basics of Balinese script so that it is very difficult for them to take lessons in reading Balinese script, besides that there are many uger-uger Balinese script so that they become confused and have implications for interest in learning Balinese. While the efforts made are trying to prepare learning tools properly, with the hope that students will have more fun in the process of learning to read Balinese scripted texts, the teacher also always provides motivation so that students want to read and learn Balinese script, the teacher seeks to create a conducive learning environment, and the teacher always try to use a variety of teaching methods.

Keywords: Balinese language teaching, multiethnic students

BAB I PENDAHULUAN

Bahasa Bali merupakan mata pelajaran wajib pada setiap jenjang pendidikan yang ada di provinsi Bali.

Hal ini sesuai dengan peraturan Gubernur Bali nomor 20 tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Daerah Bali pada pendidikan dasar dan

(2)

menengah serta Perda Nomor 1 tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali. Pengajaran bahasa di sekolah diarahkan untuk penguasaan empat keterampilan berbahasa secara berimbang. Keempat keterampilan berbahasa itu yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempatnya saling berhubungan secara sinergis. Bahasa Bali sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal yang dilaksanakan di daerah Bali di dalamnya mencakup empat kompetensi dasar yaitu mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada kompetensi membaca dalam mata pelajaran bahasa Bali, siswa harus mampu menguasai dua keterampilannya itu membaca bacaan berbahasa Bali berhuruf latin, dan membaca bacaan berbahasa Bali dengan huruf Bali.

Pengajaran Bahasa Bali di sekolah dihadapkan pada tantangan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Setiap guru bahasa wajib menyadari bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, yang melibatkan serangkaian keterampilan- keterampilan membaca terutama jika dikaitkan dengan membaca teks beraksara Bali. Di samping itu, setiap guru bahasa harus dapat membantu serta membimbing para pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam membaca aksara Bali.

Mempelajari bahasa Bali memang sangat sulit dirasakan jika siswa tidak memahami aksara Bali serta pasang aksara Bali. Hal tersebut membuat siswa malas setiap ditugaskan membaca bacaan berhuruf

Bali. Metode-metode mengajar yang mampu membuat siswa bersemangat dan mau mempelajari bahasa Bali dengan cermat wajib dimiliki oleh guru Bahasa Bali. Guru dan siswa merupakan komponen yang sangat memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Namun dalam hal ini, siswa sebagai subjek didik terkadang mengalami kesulitan dalam memahaminya.

Kesulitan-kesulitan tersebut perlu dipahami oleh guru, sehingga bisa memberikan motivasi belajar kepada siswa-siswa tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Persiapan Proses Pembelajaran Menurut Mulyasa, (2003: 100) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut, banyak sekali faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal yang terdapat dalam diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

Setiap tindakan guru apapun bentuknya yang berkaitan dengan usahanya menuju keberhasilan pembelajaran termasuk strategi pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang sangat penting untuk dilakukan guru adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Penerapan suatu metode, penggunaan media, pemberian penguatan, evaluasi proses, maupun segala hal yang seharusnya diorganisasikan dalam bentuk perencanaanpembelajaran. Salah satu bentuk persiapan pembelajaran adalah

(3)

menyusun perencanaan pembelajaran.

Usman, dia menyatakan bahwa setiap guru sebaiknya harus mempersiapakan hal-hal yang berkaitan dengan pemebelajaran seperti (1) tujuan pembelajaran, (2) Materi Ajar, (3) Metode mengajar, (4) Media Pembelajaran (5) dan Evaluasi.

(Usman, 1995 : 59). Melihat hal ini jelas bahwa sorang guru dalam melakukan pengajaran harus terlebih dahulu menyiapkan pembelajaran dengan baik agar apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Kelas yang terdiri dari berbagai etnis, maka guru dituntut mempersiapakan materi menarik dan kontekstual agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan terlebih-lebih kemampuan siswa dalam penguasaan aksara Bali sangat minim. Dalam pemilihan bahan ajar khususnya bahan bacaan, guru harus mencermati betul materi yang akan disampaikan agar siswa yang memiliki kemampuan lebih. Dalam mempersiapkan pembelajaran ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh guru seperti silabus, RPP, Pembelejaran hingga evaluasi, begitu juga halnya dalam pembelajaran membaca aksara Bali yang akan diterapkan di kelas yang multi etnis harus dipersiapakan dengan baik, mengingat kemampuan siswa dalam penguasaan aksara Bali tidak sama.

1.2 Tantangan Guru dalam Mengajar Siswa Multietnis

Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual dan terukur sesuaiyang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran membaca satua beraksara Bali. Meskipun guru

sudah mengetahui dasar klasifikasi dari taksonomi Bloom, namun guru mengalami kesulitan ketika menuangkan materi sesederhana mungkin agar materi yang diajarkan tidak terlalu susah atau terlalu gampang. Sehingga perumusan tujuan tersebut terbatas dalam ranah psikomotor dan kognitif.

Guru sebatas menggunakan kata kerja (behaviour) pada kategori pengetahuan dan pemahaman, misalnya mengetahui dan memahami.

Level ranah psikomotor paling mendominasi tujuan pembelajaran karena ranah ini berorientasi pada keterampilan motorik. Dalam mempersiapkan materi ajar, guru kesulitan dalam menentukan topik satua yang akan dibahas, mengingat jika pemilihan satua terlalu sulit, maka akan susah dipahami oleh siswa.

Dalam proses mengajar bahasa Bali, khususnya membaca aksara Bali, para guru mengalami kesulitan ketika mempersiapkan materi yang akan diajarkan mengingat sebagaian besar dari siswa tidak mengetahui aksara Bali. Hal ini secara tidak langsung akan memengaruhi kemampuan siswa dalam membaca. Di satu sisi, guru dituntut untuk menyampaikan materi sesuai dengan silabus dan RPP, di sisi lain siswa sama sekali tidak mengetahui aksara Bali. Dibutuhkan kesiapan yang betul-betul matang sebelum memilih materi yang akan diajarkan.

1.3 Kendala-Kendala yang dihadapi dalam Pembelajaran Multietnis 1.3.1 Guru Dalam Menyusun

Tujuan Pembelajaran

Kesulitan yang dihadapi guru dalam menyusun tujuan pembelajaran

(4)

adalah tidak terpenuhinya pengembangan materi dasar yang digunakan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan. Dalam kompetensi dasar menjelaskan makna motif maka garis besar pengembangan materi tersebut adalah seputar ragam motif beserta maknanya. Guru sudah menyusun langkah-langkah pembelajaran dalam RPP. Namun langkah-langkah pembelajaran yang dicantumkan hanya terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Dalam kegiatan awal, guru tidak mencantumkan apersepsi, eksplorasi dan tujuan. Sehingga guru mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan manfaatnya dalam kehidupan sehari- hari. Dalam kegiatan inti, guru mengalami kesulitan dalam merencanakan pengorganisasian waktu dan siswa. Sedangkan dalam penerapan metode guru merencanakan untuk menggunakan metode ceramah dalam pemberian teori, metode latihan keterampilan (drill method), metode kerja kelompok, dan metode global.

Dalam pelaksanaanya, penggunaan metode didominasi pada metode ceramah dan metode kerja kelompok.

Hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain dengan keterbatasan waktu, metode kerja kelompok sulit diterapkan. Karena dalam mengelola kelompok siswa membutuhkan waktu yang lebih lama daripada mengelola kelas secara klasikal atau individu.

Dalam penerapan metode diskusi, guru menemui kendala yaitu sebagian besar siswa tidak mengetahui aksara Bali sehingga kelas menjadi ayem dan kurang bersemangat akibat tidak ada yang berpendapat. Media

yang digunakan antara lain media yang secara umum digunakan misalnya papan tulis beserta alat tulisnya. Untuk sumber belajar, guru menggunakan LKS saja di mana sangat minim akan materi berupa pasang aksara Bali.

1.3.2 Guru Mengalami Kesulitan Dalam Penilaian

Kesulitan pada penerapan media yaitu dengan ketersediaan media yang terbatas, ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran juga tidak terlalu tinggi. Sehingga guru mengalami kesulitan dalam mendorong dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

Instrumen yang digunakan guru berupa tes dan non tes. Untuk instrument tes, guru hanya menggunakan tes tulis saja karena penggunaan tes lisan tidak memungkinkan dengan jumlah murid yang banyak.

Beberapa guru berpendapat bahwa dalam proses pembelajaran, untuk pembuatan tes tulis (ulangan harian), guru mengalami kesulitan dalam melibatkan tingkat berpikir, aplikasi, dan analisis. Sehingga ulangan harian tersebut hanya melibatkan tingkat berpikir pemahaman saja sedangkan penggunaan non tes memiliki tujuan untuk memperoleh informasi yang bukan merupakan jawaban benar- salah, melainkan jawaban berupa respons siswa terhadap tugas yang diberikan.

1.3.3 Siswa Tidak Memiliki Dasar- dasar Aksara Bali Yang Sama Siswa yang multietnis sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Hal ini terbukti ketika pelajaran bahasa Bali, sebagian siswa sangat sulit membaca aksara Bali karena mereka tidak memiliki dasar-

(5)

dasar pemahaman aksara Bali dengan baik, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya ketika di sekolah dasar mereka tidak mendapatkan pelajaran bahasa Bali karena tinggal di luar Bali, disamping itu kurangnya minat siswa juga memengaruhi dalam proses pembelajaran. Semua hal tersebut tentu mempersulit para guru mengajar bahasa Bali karena kemampuan siswa tidak merata dibandingkan dengan siswa yang bersekolah di Bali.

Beberapa siswa berpendapat bahwa kesulitan yang dihadapi dalam belajar aksara Bali dikarenakan waktu sekolah dasar bersekolah di luar Bali sehingga tidak mendapatkan pelajaran bahasa Bali, secara otomatis sama sekali tidak memiliki dasar pasang aksara Bali. Dasar-dasar aksara Bali sangat penting dimiliki oleh siswa mengingat tanpa mengenal aksara Bali akan sangat sulit untuk bisa membaca aksara Bali walaupun pada aksara Wresastra (aksara yang lumrah dipakai sehari-hari). Di samping itu, kesulitan yang lainnya yang dihadapi siswa ketika mempelajari Satua beraksara Bali adalah banyaknya huruf-huruf yang siswa harus ingat.

1.3.4 Banyaknya Uger-uger Aksara Bali Membuat Siswa Bingung

Kesulitan dalam membaca aksara Bali sering muncul karena ketidakmampuan siswa dalam mengingat aksara Bali dengan baik.

Kesulitan tersebut disebabkan karena pembagian aksara Bali sangat banyak dan rumit sehingga mereka kesulitan dalam mengingat dan membedakan antara aksara Wresastra, aksara Swalalita, dan aksara Modre. Belum lagi siswa harus mengingat bentuk- bentuk yang lainnya seperti gantungan, gempelan, dan uger-uger

yang lainnya. Menurut salah satu siswa yang sekolah dasarnya di luar Bali mengatakan sangat kesulitan mengikuti pelajaran bahasa Bali khususnya membaca satua beraksara Bali karena dia sama sekali tidak memiliki dasar dalam hal aksara Bali, sehingga dia merasakan kesulitan walaupun sudah berupaya dengan keras belajar namun tetap saja tidak bisa mengikuti teman-temannya yang dulunya bersekolah di Bali.

Walaupun guru sudah berupaya memberikan pemahaman yang mendasar terhadap pembagian aksara Bali termasuk pada uger-ugernya tetap saja siswa masih kesulitan, mengingat terbatasnya waktu pembelajaran yaitu hanya 2 x 45 menit selama seminggu dan di sisi lain tidak mungkin guru akan bisa menyampaikan seluruh pembagian aksara sampai pada uger- ugernya kepada siswa dalam waktu yang sangat singkat.

1.3.5 Minat Siswa Belajar Bahasa Bali Sangat Rendah

Rendahnya minat siswa belajar bahasa Bali sangat berimbas pada semakin rendahnya pemakaian bahasa Bali pada kalangan siswa. Selain itu, motivasi siswa untuk menggunakan bahasa Bali juga rendah, siswa lebih besar mempunyai motivasi belajar menggunakan bahasa Inggris.

Beberapa siswa beranggapan bahwa membaca aksara Bali disebabkan karena kurang berminatnya belajar bahasa Bali, siswa sering mengeluh

"Ngengken malajah basa Bali masi sing lakar ujian nasional", ini juga berpengaruh penting terhadap minat siswa belajar membaca aksara Bali.

Pendapat lain yang dikemukan oleh siswa bahwa bahasa yang mengalami kemunduran karena

(6)

sebagian penuturnya yang cenderung tidak lagi menggunakan bahasa itu (pemerolehan bahasa pertama yaitu bahasa Bali) dan orang tua cenderung tidak menggunakan strategi yang benar dalam mentransmisikan bahasanya.

Sehingga sangat jelas bahwa kesulitan siswa dalam belajar membaca satua beraksara Bali disebabkan karena kurang ketertarikan siswa terhadap pelajaran bahasa Bali.

1.4 Upaya Yang Dilakukan Oleh Guru Dalam Pembelajaran Multietnis

1.4.1 Menyiapkan Perangkat Pembelajaran

Sering ditemukan adanya siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah. Menghadapi hambatan dalam mencerna dan menyerap informasi belajar yang diberikan guru. Kondisi ini akan berdampak buruk terhadap kemajuan belajar anak. Oleh sebab itu perlu diupayakan pemecahan masalahnya.

Baik oleh guru di sekolah maupun orang tua di rumah. Ini sebagai salah satu wujud kepedulian dan kerja sama dalam dunia pendidikan anak.

Oleh sebab itu, penyiapan perangkat pembelajaran yang baik perlu dilakukan oleh guru agar hasil yang diinginkan dapat tercapai, terlebih dalam pelajaran membaca Satua beraksara Bali yang siswanya terdiri dari multietnis. Persiapan mulai dari penyiapan tujuan pembelajaran, materi ajar, metode mengajar, media pembelajaran, sampai dengan evaluasi.

Pemilihan bahan ajar juga menjadi catatan khusus dalam menyiapkan pembelajaran pada kelas yang terdiri dari multietnis, materi bacaan satua pun dipilih yang mudah dipahami serta pengunaan bahasanya tidak terlalu

sulit. Di samping itu, penentuan metode pembelajaran yang tepat akan membantu guru dalam mewujudkan hasil belajar yang maksimal.

Penerapan sebuah metode pembelajaran sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Salah satu penerapan metode yang digunakan adalah penerapan metode kelompok yang merupakan sebuah upaya persiapan guru agar hasil pembelajaran bisa maksimal. Dengan metode kelompok, diharapkan siswa dapat saling membantu dalam memecahkan masalah khususnya dalam hal membaca aksara Bali.

1.4.2 Memberi Motivasi Agar Siswa Mau Membaca Aksara Bali

Guru, di samping bertugas untuk mengajar, juga memiliki tugas untuk selalu memotivasi agar siswanya mau belajar dengan baik. Proses pembelajaran akan berhasil jika siswa mempunyai motivasi dalam belajar.

Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator.

Memotivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pengajaran dan pembelajaran. Jika

(7)

guru telah berjaya membangun motivasi pelajar semasa pengajaran dan pembelajaran bermakna guru itu telah berjaya mengajar. Namun, pekerjaan ini tidaklah mudah.

Memotivasi pelajar tidak hanya menggerakkan pelajar agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan pelajar terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun dia berada di luar kelas ataupun setelah meninggalkan sekolah.

Untuk meyakinkan diri kita bahwa memotivasi pelajar dalam belajar merupakan tugas guru dan berkewajiban pula melaksanakannya, maka pendekatan Behavioristik perlu kita jadikan pedoman dalam mengajar.

Para pakar Behavioristik mengemukakan bahwa motivasi ditentukan oleh persekitaran. Guru merupakan persekitaran yang sangat berperan di dalam proses belajar. Oleh karena itu, meningkatkan motivasi pelajar dalam pelajaran merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.

Apalagi siswa yang belajar tidak senang terhadap pelajaran membaca aksara Bali, di sinilah dibutuhkan motivasi dari guru agar mau mempelajarinya dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ketika guru baru masuk kelas, guru selalu memberikan motivasi kepada siswa agar mereka mau belajar dengan sepenuh hati, tidak jarang salah satu siswa ditunjuk untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan motivasi siswa untuk mau belajar aksara Bali. Oleh sebab itu, guru juga harus mampu memberikan motivasi akan pentingnya bahasa, aksara, dan sastra Bali pada kehidupan kekinian, tanpa adanya dorongan dari siswa itu sendiri kesulitan-kesulitan

yang dihadapi siswa akan berubah menjadi keputusasaan yang akan berakibat buruk bagi pembelajaran selanjutnya. Dari motivasi-motivasi yang diberikan, siswa menjadi lebih bersemangat untuk belajar membaca aksara Bali tanpa harus merasa terpaksa oleh gurunya.

1.4.3 Penggunaan Metode Pengajaran Yang Bervariatif

Metode adalah jalan yang harus kita tempuh dalam rangka memberikan sebuah pemahaman terhadap murid tentang pelajaran yang mereka pelajari. Metode sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang guru sebelum memasuki ruang belajar dan harus dipakai oleh seorang guru.

Metode sangat berpengaruh besar dalam pengajaran dengan metode nilai bisa baik atau bisa buruk, dangan metode pula pembelajaran bisa sukses atau gagal, kebanyakan seorang guru yang menguasai materi akan tetapi bisa gagal dalam pembelajaran karena ia tidak mendapatkan metode yang tepat untuk memahamkan murid.

Oleh karena itu, metode sangat berperan penting dalam pendidikan, karena metode merupakan fondasi awal untuk mencapai suatu tujuan pendidikan dan asas keberhasilan sebuah pembelajaran. Pada dasarnya pemerintah sudah menetapkan aturan- aturan dengan memberikan jadwal- jadwal pelajaran yang telah disepakati oleh sekolah. Pada intinya, apabila metode yang dipakai dengan baik maka hasilnya akan berdampak pada mutu pendidikan yang baik namun jika metode yang dipakai tidak baik maka hasilnya pun akan berakibat pada mutu pembelajaran yang tidak akan baik juga.

(8)

Metode pengajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar.

Sebaik apa pun materi yang disusun, tanpa metode yang baik, niscaya tujuan yang diperoleh tidak akan tercapai secara optimal. Ibarat menyuguhkan makanan, seenak apapun makanan yang dibuat, jika kemasan, tempat, atau penyajiannya tidak pas, jangankan akan dimakan, meliriknya saja orang enggan.

Sebagaimana seorang pendidik dituntut mengarahkan kepada pokok- pokok pengajaran yang disampaikan dengan gaya pengajaran yang lama maupun baru; agar bisa mengarahkan peserta didik dan bisa menyampaikan materinya dengan metode-metode pengajaran sehingga dapat dipahami dan dimengerti.

1.4.4 Guru Berupaya Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Yang Kondusif

Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.

Lingkungan belajar merupakan situasi yang direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut

Saroni (2006) dalam Kusmoro (2008), lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada di sekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada di lingkup sekolah, dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Lingkungan fisik dapat berupa sarana dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar, pajangan, serta penataannya.

Sedangkan lingkungan sosial merupakan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar, dan lain sebagainya.

Mulyasa (2010), mengatakan bahwa dalam upaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi anak, guru harus dapat memberikan kemudahan belajar kepada siswa, menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, menyampaikan materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Oleh karena itu, peran guru selayaknya membiasakan pengaturan peran dan tanggung jawab bagi setiap anak terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna.

Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara anak dan guru, maka akan tercipta situasi pembelajaran yang kondusif dan bersinergi bagi semua anak.

(9)

BAB III SIMPULAN

Peluang dan tantangan pengajaran bahasa Bali pada siswa multietnis sangatlah beragam sehingga mendorong guru untuk selalu aktif dan kreatif dalam melakukan proses belajar mengajar.

Tantangan yang dihadapi adalah guru sulit mempersiapkan perangkat pembelajaran, mengingat siswa yang diajarkan tidak memiliki kemampuan yang sama karena terdiri dari berbagai etnis, sehingga guru dituntut untuk menyiapkan materi yang menarik tanpa harus mengabaikan tujuan pembelajaran, di samping itu guru juga kesulitan dalam melakukan penilaian, mengingat jauhnya perbedaan kemampuan siswa sehingga guru kesulitan menetukan soal agar tidak terlalu sulit untuk siswa yang belum bisa dan tidak terlalu gampang untuk siswa yang sudah bisa. Di sisi lain, dalam proses pembelajaran siswa juga mengalami kesulitan yang disebabkan oleh banyaknya siswa yang tidak memiliki dasar-dasar aksara Bali sehingga mereka sangat sulit mengikuti pelajaran membaca satua beraksara Bali. Di samping itu, siswa juga mengeluhkan banyaknya uger- uger aksara Bali sehingga mereka menjadi bingung dan menjadi tidak memiliki minat lagi belajar bahasa Bali. Terbatasnya pengunaan media menjadi salah satu kendala dalam belajar membaca satua beraksara Bali karena pembelajaran tidak begitu menarik. Sedangkan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan- kesulitan membaca satua beraksara Bali adalah guru berupaya menyiapkan perangkat pembelajaran dengan baik, dengan harapan siswa akan lebih menikmati proses belajar membaca

teks beraksara Bali, guru juga selalu memberikan motivasi agar siswa mau membaca dan belajar aksara Bali, guru berupaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, serta guru selalu berupaya menggunakan metode pengajaran yang bervariatif.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta PT. Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta PT. Bumi Aksara.

Mulysa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Nana, Sudjana : 201. Penilaian Hasil

Proses belajar-

mengajar.Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nasution.1988.

MetodePenelitianNaturalistikK ualitatif. Bandung :Tarsito.

Nawawi, Hadari. 1993. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung.

Nurkancana, 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Peraturan Daerah (Perda) No 3 tahun 1992 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Bali

Peraturan Gubernur No 20 Tahun 2013 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentangSistempendidikan Nasional

Usman, Moh.Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: PT.

Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan pada tiga hal, yakni (1) dalam kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA dan MA ada dua standar kompetensi

Penerapan schoology dalam pembelajaran Fisika secara daring cukup membantu dalam hal interaksi pembelajaran Fisika secara terbatas antara dosen dan mahasiswa, oleh

masalah sinergi, kapasitas dan kapabilitas, komitmen pemimpin, dan suasana pembelajaran yang memberdayakan. Beberapa pengukuran dan pemetaan lanjutan masih perlu

g) Akhirnya sebagai seorang guru yang baik, haruslah bersifat terbuka, mau bekerja sama, tanggap terhadap inovasi, serta mau dan mampu melaksanakannya

Berdasarkan hasil uji statistik Univariate ANOVA dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh signifikan (p≤0,05) pada interaksi konsentrasi madu dan lama fermentasi

Penelitian tahap I bertujuan untuk menentukan perlakuan suhu dan waktu penyeduhan terpilih berdasarkan aktivitas antioksidan terbaik pada teh herbal daun jambu biji,

Teknik pengujian black box yang dilakukan dalam Memprediksi Prestasi Nilai Akademik Mahasiswa Berdasarkan Jalur Masuk Perguruan Tinggi dengan menggunakan metode

Hasil penelitian ini dikarenakan sebagian besar tingkat pengetahuan remaja tentang fibroadenoma mammae di MA Sabilul Muttaqin Trimulyo Demak adalah baik sehingga