• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan wilayah merupakan sarana dalam proses pembangunan wilayah yang memerlukan pendekatan multidisiplin yang mempertimbangkan berbagai aspek sehingga menghasilkan perencanaan pembangunan wilayah yang komprehensif. Perencanaan pembangunan wilayah dengan pola perencanaan pembangunan yang komprehensif adalah perencanaan yang mempertimbangkan semua aspek yang menyeluruh diantaranya adalah aspek fisik dasar, aspek lingkungan hidup, aspek kependudukan dan kebudayaan, aspek penggunaan tanah, aspek perekonomian, aspek fasilitas dan utilitas, aspek transportasi, aspek keruangan dan pembiayaan pembangunan serta aspek kelembagaan pemerintahan dan pengelolaan kota (Anonymous, 2009). Dengan perencanaan pembangunan wilayah tersebut diharapkan suatu daerah akan mengalami proses pertumbuhan.

Suatu daerah dikatakan mengalami proses pertumbuhan atau pengembangan wilayah, dicirikan oleh pembangunan atau penyediaan fasilitas pelayanan sosial seperti pusat pemerintahan, pasar, perkantoran, sekolah, sarana transportasi dan balai kesehatan. Menurut Suganda et al., (2009) fasilitas sosial adalah penggerak utama bagi kegiatan dan pertumbuhan ekonomi sebuah kota.

Keberadaan fasilitas umum akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi, dan sebaliknya rendahnya kualitas fasilitas sosial dapat menurunkan produktivitasnya. Umumnya, dalam proses pengembangan wilayah dikenal tiga kaidah utama, yaitu; 1) pengembangan wilayah merupakan fungsi dari seberapa efektif kegiatan usaha export base wilayah yang bersangkutan, 2) pengembangan wilayah menuntut mobilisasi kegiatan usaha pemerintah dan masyarakat untuk mengambil bagian dalam kesempatan pembangunan (development opportunities) yang muncul, dan 3) pengembangan wilayah berlangsung dalam kerangka kesatuan sistem tata ruang. Dalam hubungan ketiga kaidah tersebut, disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi dalam kerangka kesatuan sistem spasial yang dikenal dengan sebutan ekonomi spasial dan merupakan aspek yang sangat penting, namun sering terabaikan dalam perencanaan pembangunan nasional dan regional. Pengalaman menunjukkan

(2)

bahwa pembangunan yang sangat bersifat sektoral dengan tidak atau kurang memperhatikam faktor lokasi dan bagaimana penjalaran pertumbuhan pada suatu lokasi terhadap wilayah sekitarnya, tindakan yang mengabaikan dimensi spasial dalam pembangunan ekonomi serta menitikberatkan pada sasaran jangka pendek daripada tujuan jangka panjang semakin mempertajam dikotomi kesenjangan pembangunan antar wilayah.

Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa sistem aktivitas. Salah satu sistem aktivitas yang berpengaruh tersebut adalah sistem aktivitas perdagangan. Hal tersebut karena tingkat kemajuan di bidang ekonomi dapat dilihat dari frekuensi kegiatan di sektor perdagangan sebagai salah satu indikatornya. Aktivitas perdagangan sebagaimana aktivitas-aktivitas di sektor lainnya selalu membutuhkan fasilitas berupa ruang dengan prasarana dan sarana yang memadai untuk mewadahi aktivitas tersebut.

Berdasarkan data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dirilis oleh BPS tahun 2008, menunjukkan bahwa sektor perdagangan pada tahun 2007 memainkan peranan yang sangat penting dalam menunjang PAD. Terbukti dengan sektor perdagangan berada pada sektor kedua di bawah sektor industri pengolahan. Dari nilai PDRB Kabupaten Bogor tahun 2007 yang sebesar Rp 27,85 triliun (atas dasar harga konstan), sektor jasa perdagangan memberi kontribusi sebesar 15,67 % atau sekitar Rp 4,36 triliun. Suatu angka yang siginifikan, mengingat sarana dan prasarana perdagangan di Kabupaten Bogor belum tertata secara optimal. Salah satu fasilitas sarana prasarana perdagangan adalah pasar.

Pasar merupakan salah satu fasilitas pelayanan sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Secara umum pasar diartikan sebagai tempat atau lokasi dimana suatu barang dan jasa diperjualbelikan atau suatu pusat transportasi dimana sistem aliran serta distribusi barang dan jasa berkumpul. Menurut Winardi (1992) pasar merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pembeli dan sejumlah pedagang dimana terjadi transaksi jual beli barang-barang yang ada disana. Pasar terbentuk karena adanya permintaan fasilitas pelayanan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila di suatu wilayah terdapat sejumlah penduduk berkelompok

(3)

maka secara langsung akan terjadi pemusatan fasilitas pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu pasar juga selalu menjadi focus point dari suatu kota yang berfungsi sebagai suatu pusat pertukaran barang-barang, diantaranya adalah sayuran dan buah-buahan.

Dipandang dari segi ekonomi, sayuran dan buah-buahan memegang peran penting sebagai sumber pendapatan petani, pedagang, industri, maupun penyerapan tenaga kerja. Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor tanaman pangan memiliki peranan yang strategis dalam memberikan sumbangan terhadap PDB pertanian maupun PDB nasional. Pada tahun 2008, PDB tanaman pangan mencapai 349,795 triliun triliun setara dengan 48,85% dari PDB sektor pertanian.

Sebagai kebutuhan sehari-hari, sayuran serta buah-buahan pasti diperdagangkan di tiap pasar. Pasar yang ada di Kabupaten Bogor tersebar di dua puluh empat (24) lokasi. Karena tersebarnya pasar-pasar tersebut maka dibutuhkan pasar induk sebagai pusat koleksi dan distribusi sayuran serta buah- buahan untuk masyarakat. Kabupaten Bogor merupakan Kabupaten yang cukup luas dan memiliki jumlah penduduk yang tinggi dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota yang ada di Jabodetabek yaitu sebanyak 4.251.838 jiwa pada tahun 2007. Tingginya jumlah penduduk tersebut berpengaruh terhadap permintaan (demand) sayuran serta buah-buahan yang merupakan kebutuhan primer dari masyarakat Kabupaten Bogor, karena itu dibutuhkan suatu tempat untuk mengumpulkan dan kemudian disalurkan melalui beberapa pasar yang tersebar di Kabupaten Bogor, yang berupa pasar induk sayuran dan buah-buahan.

Pasar induk sayuran dan buah-buahan di Kabupaten Bogor diharapkan memiliki dua fungsi yaitu sebagai pusat koleksi dan distribusi sayuran serta buah- buahan lokal yaitu yang berasal dari Kabupaten Bogor dan regional yaitu yang berasal dari Jawa Barat. Saat ini sebagian besar sayuran dan buah-buahan pasar- pasar di Kabupaten Bogor masih dilayani oleh pasar induk yang berada di Kota Bogor dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta.

(4)

1.2. Perumusan Masalah

Suatu wilayah dikatakan mengalami proses perkembangan dicirikan oleh penyediaan fasilitas pelayanan sosial. Terdapat kecenderungan bahwa penduduk memilih menempati suatu wilayah yang memiliki fasilitas pelayanan sosial yang memadai dimana wilayah tersebut memiliki tingkat perkembangan wilayah yang tinggi, sehingga wilayah-wilayah tersebut cenderungan memiliki jumlah penduduk yang juga tinggi. Umumnya wilayah-wilayah yang memiliki tingkat perkembangan yang baik juga dipengaruhi oleh aksesibilitas yang baik.

Kabupaten Bogor dengan luas 298.838,304 ha memiliki jumlah penduduk yang tinggi yaitu sebanyak 4.251.838 jiwa yang akan terus bertambah, hal tersebut berpengaruh terhadap permintaan sayuran dan buah-buahan. Selama ini sayuran dan buah-buahan sebagian besar diperdagangkan di pasar, dan hingga saat ini pasar yang ada di Kabupaten Bogor adalah sebanyak 24 pasar. Saat ini Kabupaten Bogor belum memiliki pasar induk, yang dapat melayani kebutuhan sayuran dan buah-buahan penduduk Kabupaten Bogor dalam partai besar yang akan dijual kembali oleh para pedagang tingkat eceran kepada konsumen. Pasar induk berfungsi sebagai pusat pengumpulan dan distribusi sayuran dan buah- buahan asal Kabupaten Bogor.

Menurut Anonymous (2008) diperlukan pasar induk untuk melayani jumlah penduduk diatas tiga juta jiwa. Namun untuk konteks Kabupaten Bogor perlu dievaluasi kembali mengenai kebutuhan akan pasar induk karena adanya keterkaitan dengan wilayah tetangga.

Dengan memperhatikan uraian latar belakang maupun deskripsi permasalahan di atas, terdapat beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perlukah dibangun pasar induk Kabupaten Bogor?

2. Jika perlu, dimanakah lokasi yang optimal untuk dibangun pasar induk tersebut?

(5)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perkembangan wilayah di Kabupaten Bogor.

2. Mengidentifikasi aliran sayuran dan buah-buahan di pasar yang ada saat ini (eksisting) yang berada di Kabupaten dan Kota Bogor.

3. Mengkaji penentuan lokasi optimal pasar induk.

4. Melihat keterkaitan perkembangan wilayah dengan alternatif lokasi optimal pasar induk Kabupaten Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam penentuan lokasi pasar induk.

2. Sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan pengembangan dan pembangunan wilayah, terutama yang berhubungan dengan penentuan lokasi suatu aktivitas.

1.5. Kerangka Pemikiran

Dalam menentukan lokasi pasar induk Kabupaten Bogor dikembangkan pola alur pemikiran bahwa dari data-data primer dan data sekunder yang didapat diketahui tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Bogor, selanjutnya diidentifikasi aliran sayuran dan buah-buahan di pasar yang ada saat ini yang berada di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Setelah itu dianalisis apakah dibutuhkan pasar induk di Kabupaten Bogor. Apabila tidak dibutuhkan maka penelitian dihentikan, bila dibutuhkan maka dilakukan penentuan lokasi pasar induk menggunakan analisis P-Median. Dalam analisis ini dilihat lokasi optimal berdasarkan empat puluh (40) kecamatan di Kabupaten Bogor dengan mempertimbangkan enam (6) kecamatan di Kota Bogor, lokasi optimal berdasarkan empat puluh (40) kecamatan di Kabupaten Bogor, lokasi optimal berdasarkan tujuh (7) pasar eksisting di Kabupaten Bogor dengan mempertimbangkan tiga (3) pasar eksisting di Kota Bogor dan lokasi optimal berdasarkan tujuh (7) pasar eksisting di Kabupaten Bogor. Setelah itu dilihat

(6)

keterkaitan antara alternatif lokasi optimal pasar induk Kabupaten Bogor dengan perkembangan wilayah. Secara garis besar kerangka alur pikir penentuan lokasi pasar induk Kabupaten Bogor berdasarkan aksesibilitas dan perkembangan wilayah dapat terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Data Primer dan Sekunder

Perkembangan Wilayah

Asal Sayuran dan Buah- buahan di Pasar Eksisting

Diperlukan Pasar Induk?

Stop

Penentuan Lokasi Pasar Induk

P-Median

Lokasi Pasar Induk yang Optimal

Tidak

Ya

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian  Data Primer dan Sekunder

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.12 Hasil grafik Sistem PV Synchronous buck converter dengan beban

e. Guru membagi materi praktek sesuai dengan alat praktek yang tersedia dalam Backup yang sesuai dengan keamanan untuk kebutuhan basis data. Nilai PBKB yang diharapkan :Rasa

Infaq pendidikan bulanan dibayarkan paling lambat tanggal 10 tiap bulan di kantor BMT Darul Muttaqien atau transfer ke BRI KCP Parung.. Pembayaran lewat transfer baru dinyatakan

Dari pendapat tersebut, dapat di simpulkan bahwa dalam memilih media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya guru harus memperhatikan kriteria-kriteria yang

yang sangat besar seperti: (1) pengembangan kompetensi guru (matematika) dalam pendidikan dan pengajaran serta pengabdian kepada masyarakat merefleksikan pada

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju

Penataan promosi statis ialah suatu kegiatan untuk mempertunjukkan, memamerkan atau memperlihatkan hasil praktek atau produk lainnya berupa merchandise kepada masyarakat

3 Scatter plot hasil clustering algoritme PAM untuk k=17 7 4 Scatter plot hasil clustering algoritme CLARA untuk k=19 9 5 Plot data titik panas tahun 2001 sampai dengan