Penyusun : Sahro Amanto Editor : Mushannif Pribadi Desain Cover : Alif Studio
Lay Out : Abu Khamsa Banaateh Cetakan : Pertama, Juni 2016
Diterbitkan Oleh:
KBBA-QT Karawang
Dusun Serang Rt. 12 Rw. 06 Desa Mekarjaya Kec. Purwasari, Kab. Karawang
JABAR
e-mail: amantosahro@gmail.com
+815 7444 3000
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR PENYUSUN 5
PENDAHULUAN 8
A. Ilmu Sharaf
B. Mengenal Istilah Ilmu Sharaf C. Kata Dasar dan Polanya D. Bangunan Kata
E. Dua Jenis Tashrif
FI’IL MADHI-FI’IL MUDHARI DAN MASHDAR A. Definisi Fi’il Madhi
B. Definisi Fi’il Mudhari C. Definisi Mashdar
D. Pola Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari, dan Mashdar E. Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif
FI’IL AMR DAN FI’IL NAHYI
A. Definisi Fi’il Amr dan Pembentukannya B. Definisi Fi’il Nahyi dan Pembentukannya C. Contoh Pembentukan Fi’il Amar
D. Contoh Pembentukan Fi’il Nahyi ISIM FA’IL DAN ISIM MAF’UL
A. Pembentukan Isim Fa’il Kata Dasar Tsulatsi Mujarrad B. Pembentukan Isim Maf’ul Kata Dasar Tsulatsi Mujarrad
C. Pembentukan Isim Fa’il dan Isim Maf’ul dari Kata Dasar Tsulatsi Mazid
ISIM MAKAN DAN ISIM ZAMAN ISIM ALAT
TASHRIF LUGHAWI
A. Definisi Tashrif Lughawi
4
B. Mengenal Dhamir (Kata Ganti Nama) C. Dhamir Subjek pada Fi’il Madhi D. Dhamir Subjek pada Fi’il Mudhari
E. Dhamir Subjek pada Fi’il Amr dan Fi’il Nahyi F. Dhamir Sebagai Objek
G. Tashrif Fi’il Berdasarkan Nun Tauhid H. Tashrif Isim Berdasarkan Nun Taukid
I. Tashrif Isim Berdasarkan Jenis Kelamin & Kuantitasnya J. Tashrif Isim yang Diidhafatkan kepada Dhamir
FI”IL YANG TASHRIFNYA MENYELISIHI QIASNYA QAWA’ID SHARFIYYAH
A. Idgham pada Fi’il Bina Mudha’af B. I’lal pada Fi’il Bina Mu’tall C. Ibdal pada Fi’il Wazn لعتفا
FI’IL MUTA’ADDI DAN FI’IL LAZIM AMTSILAH MUBALAGHAH
MASHADIR
A. Mashdar Sama’i B. Mashdar Qiyasi C. Mashdar Mimy D. Mashdar Shina’i E. Isim Mashdar F. Mashdar Muawwal PENGELOMPOKAN ISIM
A. Isim dan Asal Pembentukannya B. Isim dan Makna Penunjukannya C. Isim dan Jenis Huruf Akhirnya D. Isim dan Sifatnya
E. Isim dan Gendernya
F. Isim dan Kuantitasnya
5
KATA PENGANTAR
نمو وبحصو ولآ ىلعو للها لوسر ىلع ملاسلاو ةلاصلاو لله دملحاو للها مسب دعبو ،هادى عبت
Bersyukur kepada Allah atas ‘inayahNya kami dapat menghadirkan Buku Pelajaran Ilmu Sharaf yang sangat sederhana ini.
Buku ini ditulis untuk menjadi panduan bagi para pelajar pada sekolah tingkat pertama yang mengajarkan bahasa Arab dan para peminat pemula dalam bahasa Arab, terkhusus ilmu sharaf dan ilmu nahwu. Penulis berupaya menyajikannya secara praktis, menitikberatkan pada aspek praktek langsung dan menghindari pembahasan materi yang dianggap belum relevan dengan konteks kebutuhan para pembelajar pemula.
Materi dalam buku ini difokuskan pada dua tujuan yang ingin dicapai:
1. Secara aktif, santri memiliki kemampuan membuat kata-kata turunan dari kata-kata dasar. Sehingga dengan sendirinya santri dapat mengembangkan perbendaharaan kosa kata bahasa Arab dan menggunakannya secara tepat, baik dalam bentuk kemampuan muhâdatsah maupun kitâbah.
2. Secara pasif, santri memiliki kemampuan mengharakati, mengenal
shighat kata-kata yang dijumpainya meskipun tidak berharakat.Pada akhirnya santri akan mampu mengoptimalkan kamus dan menerjemahkan literatur berbahasa Arab fashahah.
Pengembangan materi diawali dengan pengenalan dan
pemahaman konsep, dilanjutkan dengan contoh. Adapun latihan dan
6
evaluasi daya serap peserta ajar terhadap materi yang diajarkan itu disusun dalam buku tersendiri. Tujuannya untuk memudahkan para peserta ajar dalam berlatih menerapkan konsep dan kaidah-kaidah yang telah dipelajarinya.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada karya manusia tanpa cela.
Penyusun menyadari betul akan hal itu. Koreksi dan perbaikan dari para pemerhati semua tentunya akan bisa menutupi kekurangan tersebut.
Selamat mencoba, semoga Allah memberi kemudahan. Dan semoga Allah menjadikan buku ini bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin.
ملسو وبحصو ولآ ىلعو دممح انيبن ىلع للها ىلصو
Karawang, Juni 2016
(Sahro Amanto)
7
امهف ينقزراو املع يندز بر
8
9
PENDAHULUAN
A. Ilmu Sharaf
Ilmu sharf adalah cabang ilmu tata bahasa Arab yang mempelajari asal-usul pembentukan kata. Di dalamnya dipelajari tentang:
1. Cara membuat kata-kata turunan dari kata-kata dasar.
2. Perubahan bentuk kata jika dinisbatkan dengan unsur kata lainnya.
B. Mengenal Istilah dalam Ilmu Sharf
a) Wazn
Wazn artinya pola kata. Umumnya dengan menggunakan variabel huruf-huruf fâ (
ف
), „ain (ع
), dan lâm (ٌ
) untuk pola akar kata dasar. Sedangkan pada pola-pola kata turunan ditambah dengan beberapa huruf imbuhan (huruf zã-idah).Contoh:
a. Wazn dari kata
ََم ِلَغ
adalahََلِػ َف
b. Wazn dari kata
َ م ِلاَغ
adalahَ ل ِغا َف
c. Wazn dari kata
ََش ََفْغَخ ْسِا
adalahََلَػ ْفَخ ْسِا
b) Mawzûn
Mawzûn artinya kata berpola. Seperti kata
ََم ِلَغ
danََذ ِم َح
adalah kata berpola
ََل َِػ َف
, kataَ م ِلاَغ
adalah kata berpolaَ ل ِغا َف
,kata
َ م ِل ْس ُم
adalah kata berpolaَ لِػ ْف ُم
, dan sebagainya.10 C. Kata Dasar dan Polanya
Ketahuilah, bahwa dalam ilmu tata bahasa Arab, yang dikategorikan sebagai kata dasar adalah fi’il mâdhi ( kata kerja yang menunjukkan makna yang telah lewat) seperti:
َمِلَع -
(-sudah-mengetahui)
َرُصَب -
(-sudah-melihat)
Fi’il mâdhi itu dapat diketahui melalui bentuk polanya, yaitu:
َلِعَف
seperti pada kataَمِلَع
(mengetahui)
َلَعَ ف
seperti pada kataَبَتَك
(menulis)
َلُعَ ف
seperti pada kataَرُصَب
(melihat)___________ karena kata-kata dasar seperti di atas hanya tersusun dari 3 huruf saja maka dia disebut fi’il tsulâtsi mujarrad.
َلَّعَ ف
seperti kataَحَّبَس
(bertasbih); dari akar kataحبس
َلَعْ فَأ
seperti kataَلَسْر َأ
(mengutus); dari akar kataلسر
َلَعاَف
seperti kataَلَت اَق
(berperang); dari akarلت ق
َلَّعَفَ ت
seperti kataَرَّكَفَ ت
(berpikir); dari akar kataركف
َلَعاَفَ ت
seperti kataَكَراَب َ ت
(suci); dari akar kataكرب
َلَعَ تْ فِا
seperti kataَفَلَ تْخ ِا
(berselisih) ; dari akar kataفلخ
َلَعَفْ نِا
seperti kataَبَلَقْ نِا
(terputus); dari akar kataبلق
َلَعْفَ تْسِا
seperti kataَرَفْغ َ تْسِا
(mencari tahu); dari akar kataرفغ
11
__________ karena kata-kata dasar tersebut tersusun dari 3 huruf pokok yang telah ditambah huruf-huruf zâ-idah maka selanjutnya dia disebut fi’il tsulâtsi mazîd.
D. Bangunan Kata
Tidak semua kata dasar tersusun dari huruf-huruf shahîh. Ada di antaranya yang sebagian huruf pokok penyusunnya berupa huruf- huruf ‘illat, yakni huruf alif, wawu, dan ya.
Berdasarkan jenis huruf pokok penyusunnya, kata-kata dasar itu dikelompokkan menjadi:
1) Fi’il Binâ Sâlim, jika semua huruf pokoknya berupa huruf- huruf shahîh, bebas dari huruf hamzah, dan pendobelan seperti kata
ََبَخ َه
(menulis),ََش َفْغَخ ْسا
(minta ampun), dsb.2) Fi’il Binâ Mahmûz, jika salah satu huruf pokoknya berupa huruf hamzah seperti
ََلَو َ
أ
(makan),ٌََ َ
أ َس
(meminta), danَ َ أ َشَو
(tumbuh, berkembang).
3) Fi’il Binâ Mudhâ’af, jika huruf pokok kedua dan ketiganya sama seperti kata
َ دَس
(mengembalikan); aslinyaََد َدَس
.4) Fi’il Binâ Mitsâl, jika huruf pokok pertamanya berupa huruf
„illat seperti
ََب َح َو
(wajib) danََش َسٌَ
(mudah).5) Fi’il Binâ Ajwaf, jika huruf pokok keduanya berupa huruf „illat seperti
ٌََاَك
(mengatakan),ََما َلَخ ْسا
(lurus), dan sebagainya.6) Fi’il Binâ Nâqish, jika huruf pokok ketiganya berupa huruf
„illat seperti
اَغ َد
(mengajak) danى َهَه
(melarang).7) Fi’il Binâ Lafîf, jika huruf pokok kedua dan ketiganya berupa huruf „illat seperti
َي َىَه
(meniatkan).12
8) Fi’il Binâ Multawi, jika huruf pokok pertama dan ketiganya berupa huruf „illat seperti
ىـ َك َو
(melindungi).Perlu diketahui bahwa kata-kata dasar yang selain dari kata dasar fi’il binâ salîm, pembentukan kata-kata turunannya tidak sama persis dengan polanya. Contoh, berdasarkan aturan, pola kata isim maf’ul (benda objek) dari kata dasar tsulatsi mujarrad adalah
َ ٌ ْىُػ ْف َم
. Makamawzûnnya jika berupa fi’il binâ salîm sama persis dengan polanya seperti:
َبَخ َه
َ ب ْىُخ ْى َم
َم ِلَغ
َ م ْىُلْػ َم
Akan tetapi ketika kata dasarnya bukan fi’il binâ salîm, bentuknya tidak sama persis dengan polanya. Seperti:
ٌَاَك
َ ٌ ْى ُل َم
ي َىَه
َ يِى ْىَم
E. Dua Jenis Tashrîf
Sudah dijelaskan di muka bahwa tashrîf artinya mengubah bentuk suatu kata dari bentuk dasar ke dalam bentuk-bentuk lainnya.
Tashrif ada 2 jenis, yaitu:
1. Tashrif Istilahi atau disebut juga Tashrîf Ushûl, yaitu mengubah kata dasar dari bentuk (shîghat) fi’il mâdhi kepada shîghat fi’il mudhâri, mashdar, fi’il amr, fi’il nahyi, isim fâ’il, isim maf’ûl, isim zamân, isim makân, dan isim alat. Contoh tashrîf kata
ََبَخ َه
berikut ini:
ََبَخ َه
(-sudah- menulis); shîghat fi’il mâdhi13
َُبُخ ْىًَ
(-sedang/akan- menulis); shîghat fi’il mudhâri
َْبُخ ْهُا
(tulislah!); shîghat fi’il amr
َ بَجاَو
(yang menulis); shîghat isim fâ’il2. Tashrîf Lughawi, yaitu perubahan kata karena idhâfah (disandarkan) kepada kata lainnya, tidak menimbulkan perubahan jenis kata, seperti perubahan kata kerja yang didasarkan pada subjeknya dan sebagainya. Contoh:
a) Perubahan kata
ََبَخ َه
(sudah menulis) berdasarkan subjeknya:
ُ تـ ـــــْبَخ َه
(aku -sudah- menulis)
ُ تـــ ــــْبَخ َه
(kamu lk. -sudah- menulis)
ُ تــــ ـــْبَخ َه
(kamu pr. -sudah- menulis)
ا ىــــــ ـــْبَخ َه
(kami –sudah- menulis)b) Perubahan kata
َُبُخ ْىًَ
(sedang menulis) berdasarkan subjeknya:
َُبُخ ْىــــ ــ ي
(dia –sedang- menulis)
َُبُخ ْىـــ ـــ ت
(kamu lk. -sedang- menulis)
َُبُخ ْىـــ ـــ ه
(kami –sedang- menulis)
َُبُخ ْه ُ أ
(aku -sedang- menulis)c) Perubahan kata
َ بِجا َو
berdasarkan jenis kelamin dan jumlahnya:
َ بِجا َو
/َ تَبِجا َو
(seorang penulis lk./pr.)14
َ ِن ْاَبِجاَو
/َ ِن ْاَخَبِجاَو
(dua orang penulis lk. / pr.)
ََن ْىُبِجا َو
/َ ثاَبِجا َو
(beberapa orang penulis lk. / pr.)15
FI’IL MÂDHI-FI’IL MUDHÂRI DAN MASHDAR
A. Definisi Fi’il Mâdhi
ي ِ ضاالإا ِنام ضلا يف َذ ِحُو ىنػ َم ىلغ ٌَد يز ّ (
لا ُلػ ِفلا َىُه َف )ْي ِ ضاْالإا اّمأ .
َ
Fi’il mâdhi adalah kata kerja yang menunjukkan makna yang terjadi pada waktu yang telah lewat.
B. Definisi Fi’il Mudhâri
، ُنىُّىلاو ، ُةضمهلا : يهو ؛ ِؼ َبْسالأ ِذِئاو ضلا يَذْحئ ُهُلُّوأ َناو ام ىهف )ُعِساضالإا امأو ( يِحأه وأ ُذَِْه َ
أ : اهُػمجًَ ؛ ُءاُلاو ، ُءاّخلاو
َِخ ْسِالاو ٌِاحلل ُح ُلْصًَ ازهو
ٌَُى ُلَج ؛ ٌِابل
ًَلِبلخ ْس ُم ى مسَُو ؛ ًاذَغ ُلَػْفٍَو ،ًاش ِضاحو ًلااح ى مسَُو ؛ َنالآ ُلَػْفًَ
:َ
Fi’il mudhâri adalah kata kerja yang berawalan salah satu huruf zâ- idah yang 4, yaitu
أ
,ن
,ي
, danث
. Terkumpul dalam ucapanَُذِْْه َ
أ
atau
يِح ْ
أَه
. Fi’il mudhâri ini bisa untuk menunjukkan kejadian di waktu kini (kontinyu) maupun di masa akan datang. Kamu katakanُلَػ ْفًَ
ََنالآ
(Dia melakukan sekarang); disebut hâl dan hâdhir,ا ًز َغ ُلَػ ْفًَ
(Diamelakukan besok); disebut mustaqbal.
C. Definisi Isim Mashdar
ذصالإا ر َذحلا ىلغ تللاذلا هاىػم س .
َ
Mashdar adalah kata benda yang menunjukkan makna perbuatan atau peristiwa.
16
D. Pola Fi’il Mâdhi, Fi’il Mudhâri, dan Mashdar
a. Kata Dasar Tsulâtsi MujarradBentuk kata (shîghat) fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata- kata dasar tsulâtsi mujarrad dapat diketahui dengan cara penelusuran kamus atau literatur bahasa Arab resmi. Contoh, shîghat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata
شفغ
,ذبغ
,دس
,فصو
,ماك
, danىقو
adalah:Keterangan gambar:
Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar
ََش َف َغ
adalahَُش ِفْغٌَ
,sedangkan shîghat mashdarnya
ش ْف ُغ
. Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar
ََذَبَغ
adalahَُذُبْػٌَ
,sedangkan shighat mashdarnya
ة َداَبِغ
atauت ً ِد ْىُبُغ
. Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar
َ دَس
adalahَُّد َُشًَ
, sedangkan shîghat mashdarnyaَّدَس
.17
Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar
ََف َص َو
adalahَُف ِصًَ
,sedangkan shighat mashdarnya
ف ْص َو
danت َف ِص
. Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar
ََماَك
adalahَُم ْى ُلًَ
,sedangkan shîghat mashdarnya
ماَُِك
. Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar
ى ق َو َ
adalahى ِلًَ
, sedangkan shîghat mashdarnyaتًَاَكِو
.b. Kata Dasar Tsulatsi Mazid
Adapun shîghat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar tsulâtsi mazîd dapat diketahui melalui pola (wazn) dan contoh- contohnya sebagai berikut.
Wazn dan contoh-contoh shîghat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar rubâ’iyah (kata dasar dengan 4 huruf penyusun).
ُ لَّع ف
ُ لِّ ع ف ي ُ لْي ع ْف ت ُ
ُ
ُ
ُ ل عا ف
ُ ل عا ف ي ُ
ُ ة ل عا ف م
ُ
ََح ب َس
َُحِّب َسٌُ َ حُِْب ْس َح َ
َ
َ
ََلَجاَك
َُلِجا َلًُ َ
َ تَلَجا َل ُم
َ
ََد ذ َش
َُد ِّذ َشٌُ
ذًْ ِذ ْش َح َ
َ
َ
َ دا َح
َ
َُّدا َحًُ
َ ة َد َدا َح ُم
َ
ََذ ح َو
َُذ ِّحَىًُ
ذُْ ِحْىَج َ
َ
َ
ََس َوا َش
َُسِوا َشٌُ َ
َ ة َس َوا َش ُم
َ
ى جَه ى ِّجَىًُ
ت ُ ِجْى َج َ
َ
َ ى َجاَه ى ِجاَىًُ َ
َ ةا َحاَى ُم
َ
ى ل َو ى ّ
ِل َىًُ
ت ُِلْىَج َ
َ
َ ى لا َو َ ىِلاَىًُ َ
َ ةَالا َى ُم
َ
18
Wazn dan contoh-contoh shîghat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar khumâsiyah (kata dasar dengan 5 huruf penyusun).
ُ لَّع ف ت
ُ
ُ لَّع ف ت ي
ُ لُّع ف ت
ُ
ُ
ُ ل عا ف ت
ُ
ُ ل عا ف ت ي
ُ ل عا ف ت
ُ
ََش ى َفَج
َ
َُش ى َفَخًَ
َ ش ُّى َفَج
َ
ََنَساَبَج َ
َُنَساَبَدًَ َ نُساَبَج َ
َ
ََد ذَػَح
َُد ذَػَخًَ
َ د ُّذَػَح
َ
َ
َ با َحَج
َ
َُّبا َحَخًَ
َ
َّبا َحَج
َ
ََن يَبَج
َُن يَبَدًَ
َ
ََج نُّيَب
َ
َ
ََن َواَػَح
َ
َُن َواَػَخًَ
َ
َن ُواَػَح
َ
ى ل َىَج ى ل َىَخًَ
َ ى ل َىَج
َ
َ
َي َوا َذَج
َ
َي َوا َذَخًَ
َ
َي َوا َذَج
َ
ُ ع ف ْ أ
ُ ل
ُ ل ع ْف ي ُ
ُ لا ع ف ا ْ
ُ
ََح َلْف َ أ
َُح ِل ْفًُ َ حَل ْفِئ َ
َ
َ ل َح َ
َُّل ِحًُ أ
ٌَل ْح ِئ َ
َ
ََماَك َ
َُمُْ ِلًُ أ ت َماَكِئ َ
َ
ى َن ْغ َ ى ِن ْغٌُ أ
ءاَىْغِئ َ
َ
ىَحآ ىِح ْإًُ
ءاَخًْ ِئ َ
َ
19
ُ ل ع ت ف ا ْ
ُ ل ع تْف ي ُ لا ع ت ف ا ْ ُ
ُ
ُ ل ع فْه ا ُ
ُ ل ع فْى ي ُ لا ع ف ْه ا ُ
ُ
ََفَلَخ ْخ ِا
َُف ِلَخ ْخًَ َ فَلَخ ْخ ِا َ
َ
ََبَل َلْه ِا َ
َُب ِل َلْىًَ َ بَل ِلْهِا َ
َ
ََح َل ع ْص ِا َ
َ َ ع ْصًَ
َُح ِل حَل ِع ْصِا َ
َ
َ ً َفْه ِا َ
َ
ًَُّ َفْىًَ
ناَي ِفْهِا َ
َ
َ ذَجْسِا
َُّذَجْشًَ
دا َذِجْسِا َ
َ
ََدا َلْه ِا َ
َ
َُدا َلْىًَ
داَُ ِلْهِا َ
َ
ََز َخ ج ِا
َُز ِخ خًَ
را َخِّجِا َ
َ ى َل َجْه ِا َ
ى ِل َجْىًَ َ ءَل ِج ْهِا َ
َ
ي َذَخ ْهِا ي ِذَخْه َي
ءا َذِخ ْهِا َ
َ
َ
َ
َ
َ
ى َل ج ِا ى ِل خًَ
ءا َلِّجِا َ
َ
َ
َ
َ
َ
Wazn dan contoh-contoh shighat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar sudâsiyah (kata dasar dengan 6 huruf penyusun).
ُ ل ع ْف ت ْس ا
ُ ل ع ْف ت ْس ي ُ لا ع ْف ت ْس ا ُ
ُ
ََش َفْغَخ ْسِا
َُش ِفْغَخ ْسٌَ َ سا َفْغِخ ْسِا َ
َ
َ ل َلَخ ْسِا
َُّل ِلَخ ْسٌَ
ٌَل ْلِخ ْسِا َ
َ
َْىَخ ْسِا
ََذ َك
َُذِك ْىَخ ْسٌَ
دا َلُِْد ْسِا َ
َ
ََما َلَخ ْسِا
َُمُْ ِلَخ ْسٌَ
ت َما َلِخ ْسِا َ
َ
ى َل ْسَد ْسِا ى ِل ْس َد ْسٌَ
ءا َل ْسِد ْسِا َ
َ
ى َ ف ْىَخ ْسِا ى ِف ْى َخ ْسٌَ
ءا َفِخ ْسِا َ
َ
20
E. Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif
َُهىم ) ٌِىُػف َملل ُّي ِنْب َالإاو
))ي ضاالإا لػفلا ًم(
َْم َ
ل يز لا ُلػ ِفلا ىهو ُهُل ِغاف م َسٌُ
ََلِػ ُفه ؛ ًامىُمضَم ُهُل وأ َناو ام ىهو ، َلِّػ ُفُجو ، َلِغى ُفو ، َلِّػُفو ، َلِػْفُأو ،
ََل ِغى ُفُجو
ََلِػ ْفُخ ْساو ، َلِػُخ ْفا : ُىحه ًامىُمضَم ُهىم ٍنِّشَحخُم ٌُ وأ َناو ْوأ ، َلْب َك امو
.ًَاسى ُسى َم ُنى ُيًَ ِهِش ِخآ .
َ
Fi’il mâdhi mabni lil maf’ûl (kata kerja bentuk pasif) adalah fi’il mâdhi yang huruf pertamanya berharakat dhammah, seperti
ََلِػ ُف
,ََلِػ ْفُأ
,ََلِّػ ُف
,ََل ِغ ْى ُف
,ََلِّػ ُفُج
, danََل ِغ ْى ُفُج
. Atau huruf hidup pertamanya berharakat dhammah sepertiََلِػُخ ْفا
, danََلِػ ْفُخ ْسا
. Dan huruf sebelum terakhirnya harus dikasrahkan.ِهِش ِخآ َلب َك امو ًامىُمضَم ُهىم ِتَغَساضُالإا ُفْشَح َناو ام ُهىم ) ٌِىػفَملل ُّينبَالإاو (
َُجَش ْخَخ ْسَُو ، ُلَجالٍُو ، ُح ش َفٍُو ، ُمَش ْىٍُو ، ُجَش ْح َذٍُو ، ُش َصْىًُ : ُىحه ؛ًاحىُخف َم .َ
Dan fi’il mudhâri mabni li l-maf’ûl (bentuk pasif) adalah fi’il mudhâri yang huruf mudhâra’ah-nya di-dhammah-kan dan huruf yang sebelum akhirnya di-fat-hah-kan. Seperti:
َُش َصْىًُ
(sedang/akan ditolong),َُجَش ْح َذًُ
(sedang/akan diguling-gulingkan),َُمَش ْىًُ
(sedang/akan dimuliakan),
َُح ش َفًُ
(sedang/akan dihibur),َُلَجالًُ
(sedang/akan diperangi),
َُجَش ْخَخ ْسٌُ
(sedang/akan diminta keluar).21
FI’IL AMR & FI’IL NAHYI
A. Fi’il Amr dan Pembentukannya
َِموُض ْج َالإا ِعِساضالإا ِظفل ىلغ ٍساح ىهف ِش ِضاحلا ُشمأ ىهو ) ِتَغُ ِّصلاب ُشمالأ اّمأ ( .
َ
Adapun fi’il amr dengan shîghat aslinya adalah bentuk perintah kepada orang yang hadir (lawan bicara). Dia berproses seperti halnya fi’il mudhâri yang dijazemkan.
Maksudnya, fi’il amr itu dibuat dari fi’il mudhari’ dengan cara:
1. Buang huruf mudhâra’ah-nya! Lalu, jika huruf setelahnya:
a. Berharakat, biarkan!
b. Sukun, tambahkan alif dan harakati kasrah, kecuali jika huruf ketiganya berharakat dhammah maka dia diharakati dhammah.
2. Perhatikan huruf terakhirnya, jika berupa huruf:
a. Shahîh, sukunkan!
b. ‘Illat, buang!
c. Ber-tasydîd, fat-hahkan!
B. Fi’il Nahyi dan Pembentukannya
Fi’il Nahyi adalah kata kerja yang bermakna larangan. Fi’il nahyi dibentuk dari shîghat fi’il mudhâri’ dengan cara:
1. Pastikan huruf mudhâra’ahnya menggunakan huruf ta dan tambahkan kat
ََلا
(jangan) di depannya!2. Perhatikan huruf terakhirnya, jika berupa huruf:
22
a. Shahih, sukunkan!b. ‘Illat, buang!
c. Ber-tasydid, fat-hahkan!
C. Contoh Pembentukan Fi’il Amr
Soal: Terapkanlah kaidah pembentukan fi’il amr dan fi’il nahyi di atas untuk membentuk shîghat fi’il amr dan fi’il nahyi dari kata-kata dasar
ََذَبَغ
,ََش َف َغ
,ََف َص َو
,ى ق َو َ
,ى ل َو
,َ ذَجْسِا
, danََما َلَخ ْسِا
!1) Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar
ََذَبَغ
adalahberasal dari shîghat fi’il mudhârinya
َُذُبْػٌَ
dengan cara:i. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi
َُذُبْغ
. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya!
Jika sukun maka tambahkan huruf alif di depannya , sehingga menjadi
َُذُبْغا
. Lalu harakati dhammah karena karena huruf ketiganya berharakat dhammah.ii. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahih maka sukunkan! Menjadi
َْذُبْغُا
.2) Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar
ََش َف َغ
adalahberasal dari shîghat fi’il mudhârinya
َُش ِفْغٌَ
dengan cara:i. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi
َُش ِف ْغ
. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya!
Jika sukun maka tambahkan huruf alif di depannya , sehingga menjadi
َُش ِف ْغا
. Lalu harakati kasrah karena karena huruf ketiganya bukan berharakat dhammah.ii. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi
َْش َِف ْغِا
.23
3) Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar
ََف َص َو
adalahberasal dari shîghat fi’il mudhârinya
َُف ِصًَ
dengan cara:i. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi
َُف ِص
. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya!
Jika berharakat maka biarkan.ii. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi
َْف ِص
.4) Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar
ى ق َو َ
adalahberasal dari shîghat fi’il mudhârinya
ى ِلًَ
dengan cara:i. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi
ىـِك
. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya!
Jika berharakat maka biarkan.
ii. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi
َ ِق
.5) Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar
ى ل َو
adalahberasal dari shîghat fi’il mudhârinya
ىـ ّ
ِل َىًُ
dengan cara:i. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi
ىـ ّ
ِل َو
. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya!
Jika berharakat maka biarkan.
ii. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi
َّ ٌِ َو
.6) Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar
َ ذَجْسِا
adalahberasal dari shîghat fi’il mudhârinya
َُّذَجْشًَ
dengan cara:24
i. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi
َُّذَجْس
. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya!
Jika sukun maka tambahkan huruf alif di depannya , sehingga menjadi
َُّذَجْسا
. Lalu harakati kasrah karena karena huruf ketiganya bukan berharakat dhammah.ii. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf bertasydîd maka harakati fat-hah! Menjadi
َ ذَجْسِا
.7) Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar
ََما َلَخ ْسِا
adalahberasal dari shîghat fi’il mudhârinya
َُمُْ ِلَخ ْسٌَ
dengan cara:i. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi
َُمُْ ِلَخ ْس
. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya!
Jika sukun maka tambahkan huruf alif di depannya, sehingga menjadi
َُمُْ ِلَخ ْسا
. Lalu harakati kasrah karena karena huruf ketiganya bukan berharakat dhammah.ii. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi
َْم ِلَخ ْسِا
.D. Contoh Pembentukan Fi’il Nahyi
Shîghat fi’il nahyi itu sebetulnya dia adalah fi’il mudhâri dengan pelaku (fâ’il) berupa kata ganti orang kedua (dhamîr mukhathab) yang dibubuhi kata
ََلا
(jangan) di depannya. Lalu akhirannya dijazmkan.َ ى َفَج
َش ُش ى َفَخًَ
َْش ى َفَخَج َلا
ى ل َىَج
ى ل َىَخًَ
َ ٌ َىَخَج َلا
ل َح َ
أ ُّل ِحًُ
َ ل ِحُج َلا
ىـ َك َو
ىـ ِلًَ
َ ِم َج َلا
25
ISIM FÂ’IL DAN ISIM MAF’ÛL
A. Pembentukan Isim Fâ’il dari Kata Dasar Fi’il Tsulâtsi Mujarrad
) ٌِىُػفالإاو ِلغافلا ُم ْسا امأو (
َِد ش َج ُالإا ِّيسلُّشلا ًم ِلِغافلا ُم ْسا َءيجًَ ْنأ ُرثهلأاف
) ل ِغاف ( ىلغ ُهىم ،
َ
Adapun isim fâ’il dan isim maf’ûl dari fi’il tsulâtsi mujarrad, maka mayoritas isim fâ’il-nya berwazan
َ ل ِغا َف
.Contoh:
1) Isim fâ’il dari kata dasar
ََذَبَغ
adalahَ ذِباَغ
,2) Isim fâ’il dari kata dasar
ٌََا َك
yang huruf pokoknyaٌَىك
, diketahui dari shîghat fi’il mudhârinyaٌَُ ْى ُلًَ
, adalahَ ٌِوا َك
. Lalu berdasarkan kaidah, huruf wawunya harus diganti huruf hamzah sehingga menjadiَ لِئا َك
,3) Isim fâ’il dari kata dasar
ىـ َك َو
adalahَ يـِكا ََو
. Lalu berdasarkan kaidah, huruf ‘illat terakhirnya harus dibuang dan digantikan tanwîn yang ditambahkan kepada harakat huruf sebelumnya menjadiَ ٍقاَو
. Jika kata seperti ini diberi awalan alif-lam maka huruf ‘illat terakhirnya itu dikembalikan pada asalnya menjadiىـِكاَىلا
.B. Pembentukan Isim Maf’ul dari Kata Dasar Fi’il Tsulâtsi Mujarrad
.ٌىُػ ْف َم ىلغ ُهىم ٌِىػفالإا ُم ْسا َءيجًَ ْنأ ُرثهالأو
َ
Dan mayoritas isim maf’ûl dari kata dasar fi’il tsulâtsi mujarrad itu atas pola
َ ٌ ْىُػ ْف َم
.26
1) Isim maf’ûl dari kata dasar
ََذَبَغ
adalahَ د ْىُبْػ َم
,2) Isim maf’ûl dari kata dasar yang huruf keduanya berupa huruf
‘illat seperti kata
ٌََا َك
yang shîghat fi’il mudhârinyaٌَُ ْى ُلًَ
, adalahmengikuti shîghat fi’il mudhârinya dengan cara mengganti huruf mudhâra’ahnya oleh huruf mîm sehingga menjadi
َ ٌ ْى ُل َم
,3) Isim maf’ûl dari kata dasar yang huruf ketiganya berupa huruf
‘illat seperti kata
ىـ َك َو
yang shîghat fi’il mudhârinyaىـِك ْىًَ
, adalahmengikuti shîghat fi’il mudhârinya dengan cara mengganti huruf mudhâra’ahnya oleh huruf mîm dan menambahkan tasydîd pada harakat huruf terakhirnya sehingga menjadi
َ يـِك ْى َم
.C. Pembentukan Isim Fa’il dan Isim Maf’ul dari Kata Dasar Fi’il Tsulâtsi Mazid
َت َمى ُم ْضَالإا َمُالإا ِهِغِساض ُم يف َؼ َضَج ْنأ ِهُف ُغِباّضلاف ِتزل شلا ىلغ َداص ام اّمأو
ََساضُالإا ِفشح َؼ ِضى َم ؛ ٌِىُػفالإا يف ُه َحَخ ْفَجو ِلِغافلا يف ِهِش ِخآ َلب َك ام َش ِسْىَجو ِتَغ
جَش ْخَخ ْس ُمو ، جِش ْخَخ ْسُمو ، جَشْح َذُمو ، جِشْحَذُمو ، مَشْىُمو ، مِشْىُم : ُىْحَه .َ
Isim fâ’il dari fi’il tsulâtsi mazîd dibuat dari fi’il mudhâri-nya:
a. Buang huruf mudhâra’ahnya dan gantilah dengan huruf mîm ber- harakat dhammah (
ـُم
).b. Pastikan huruf kedua terakhirnya ber-harakat kasrah untuk isim fâ’il dan fat-hah untuk isim maf’ûl.
Contoh:
َح َلْف َ
أ ُح ِل ْفًُ
ُح ِل ْف ُم
َ ح َل ْف ُم
ى ل َىَج
ى ل َىَخًَ
ّ ٌٍَىَخ ُم
ىًّل َىُخ ُم
َ
27
ٌََ ذ َكو ، باج ُمه ِؼ ِضاى َالإا ِضػب يف ٌِىُػفالإا ِم ْساو ِلِغافلا ِم ْسا ُظْفَل يىَخ ْس ،باجْى ُمو ، ِهُف ب َصْى ُمو ، ّب َصْى ُمو ، ّذ َلْى ُمو ، ّش ع ْض ُمو ،ساخ ْخ ُمو ،باجْى ُمو َ
َِشًذل خلا يف ُفلخخٍَو ؛ُهىغ باجْىُمو
َ
Pada sebagian kasus, yakni pada fi’il binâ ajwaf dan fi’il binâ mudha’’af, lafazh isim fâ’il dan isim maf’ûl-nya sama. Seperti:
با َح
ُّبا َحًُ
با َح ُم
َ با َح ُم
Namun jika dianalisa, maka hakekat keduanya berbeda, yakni
َ بِبا َح ُم
untuk isim fâ’ilnya, dan
َ بَبا َح ُم
untuk isim maf’ûlnya.َِا
ََساَخ ْخ ًََ
َُساَخ ْخ َُم
َ ساَخ ْخ َُم
َ ساَخ ْخ
Jika dianalisa, maka hakekat keduanya berbeda, yakni
َ رِي َخْخُم
untukisim fâ’ilnya, dan
َ رَيَخ ْخ ُم
untuk isim maf’ûlnya.28
ISIM MAKÂN DAN ISIM ZAMÂN
Isim makân dan isim zamân adalah kata benda turunan yang bermakna tempat atau waktu kejadian perkara. Shîghat serta cara pembentukan yang sama, yaitu:
a) Isim makân/zamân dari fi’il tsulâtsi mujarrad adalah
berpola
َ لَػ ْف َم
jika fi’il mudhâri’nya berpolaَُلَػ ْفًَ
danَُلُػ ْفًَ
seperti:
[ ُخَب عـًَ ْ
memasak] [ خـَب ع َم ْ
dapur]
َُبُخ ْىًَ
[
menulis
] [ بَخ ْى َم
kantor]
Kecuali kata
َ ذ ِج ْس َم
,َ قِش ْشَم
,َ بِش ْغَم
,َ ؼ ِل ع َم ْ
,َ ذِب ْىَم
, dan beberapa kata lainnya yang menyelisihi kias. atau berpola
َ لِػ ْف َم
jika fi’il mudhâri’nya berpolaُلِػ ْفًَ
seperti:
[ ُسِل ْجـًَ
duduk] [ س ِل ْجـ َم
majlis]
dan demikian pula isim makân/isim zamân dari fi’il yang tergolong bina mitsâl seperti:
ََؼ َض َو
- [ ُؼ َضًَ
meletakkan
] [ ؼ ِض ْى َم
tempat]
Isim makân/zamân dari fi‟il yang huruf terakhirnya huruf „illat selamanya difat-hahkan seperti
َي َو ْ
أَ الإا ْ
,ى َعْشَ الإا ْ
,َي َى ْل ََ الإا ْ
, dansebagainya.
Terkadang dimasuki ta ta-nîts (
ة
) sepertiَ ت ى ِظ َم
,َ ةَرَب ْل َم
,َ ت َكَش ْش َم
,dan sebagainya.
29
b) Isim makân/zamân dari semua fi’il tsulâtsi mazîd berpola sama dengan pola isim maf’ûlnya. Seperti, isim zamân/isim makân dari kata
ََلَب ْل ََخ ْسِا
adalahَ لَب ْلَخ ْس ُم
.30
ISIM ALAT
Isim alat adalah kata benda turunan yang menunjukkan alat perbuatan /pekerjaan tertentu. Jenis kata benda ini hanya ada pada tashrifan fi’il tsulâtsi mujarrad dengan pola:
1.
َ لَػ ْف ِم
sepertiَ م َسْش ِم
(pensil) berasal dari kata dasarََم َسَس
(menulis/menggambar).
2.
َ ٌاَػ ْف ِم
sepertiَ حاَخ ْف ِم
(kunci) berasal dari kata dasarََحـَخَف
(membuka).
3.
َ تَلَػ ْف ِم
sepertiَ ت َح َس ْمـ ِم
(penghapus) berasal dari kata dasarََح َس َم
(menghapus).31
TASHRÎF LUGHAWI
A. Definisi Tashrîf Lughawi
Tashrîf lughawi adalah perubahan bentuk kata karena disandarkan kepada unsur lain dan tidak menimbulkan adanya jenis kata turunan baru seperti:
1. Tashrif fi‟il berdasarkan kata ganti subjeknya.
2. Tashrif fi‟il berdasarkan kata ganti objeknya.
3. Tashrif fi‟il berdasarkan nun taukîd (nun penegas).
4. Tashrif isim berdasarkan jenis kelamin dan kuantitasnya.
Perlu diketahui bahwa dalam tata bahasa Arab setiap fi’il (kata kerja) itu memiliki 3 cakupan makna. Yakni,
1. perbuatan/kejadian, 2. waktu, dan
3. pelaku.
Contoh, makna utuh dari kata-kata
َُنْيِػَخ ْس َو
,َْمُج ْذَبَغ
, danََب َس َه
adalah:1) Pada kata
َُنْيِػَخ ْس َو
terdapat kandungan makna perbuatan meminta tolong, pada waktu kini secara kontinyu, dan pelakunya dhamir mutakallimًَُ ْحَه
.2) Pada kata
َْمُج ْذَبَغ
terdapat kandungan makna perbuatan beribadah, pada waktu yang telah lewat, dan pelakunya dhamir mukhâthabَْمُخْه َ
أ
.32
3) Pada kata
ََب َس َه
terdapat kandungan makna perbuatan berusaha/mengupayakan, pada waktu yang telah lewat, dan pelakunya dhamir ghâibََى ُه
.Perlu diketahui pula bahwa dalam tata bahasa Arab setiap isim (kata benda) itu memiliki minimal 3 cakupan makna. Yakni,
1. zat,
2. jenis kelamin, dan 3. kuantitasnya
Contoh, makna utuh dari kata-kata
َ س ْم َش
,َ راَخ ْس ُ
أ
, danَ ثا َم ِل ْس ُم
adalah:
1) Pada kata
َ س ْم َش
terdapat kandungan makna zat matahari, kelaminnya feminin, dan kuantitasnya mufrad (tunggal).2) Pada kata
َ راَخ ْس ُ
أ
terdapat kandungan makna zat guru, kelaminnya maskulin, dan kuantitasnya mufrad (tunggal).3) Pada kata
َ ثا َم ِل ْس ُم
terdapat kandungan makna zat muslim, kelaminnya feminin, dan kuantitasnya jamak (plural).B. Mengenal Dhamîr (Kata Ganti Nama)
Agar mudah memahami pembahasan Tashrîf Lughawi, hendaklah terlebih dahulu kita pahami beberapa hal yang terkait dengan dhamîr, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kata ganti orang atau kata ganti nama, karena sangat berkaitannya pembahasan tashrîf lughawi ini dengan dhamîr.
Dhamîr atau kata ganti itu terdiri dari tiga tingkat, yakni:
i. Kata Ganti Orang Pertama (Pembicara) atau dhamîr mutakallim, yakni:
33
اَه َ
أ
(saya, aku) disebut dhamîr mutakallim wahdahu
ًَُـ ْحـَه
(kami, kita) disebut dhamîr mutakallim ma’al ghairii. Kata Ganti Orang Kedua (Lawan Bicara) atau dhamîr mukhâthab, yakni:
ََذْه َ
أ
(kamu [lelaki seorang]) disebut dhamîr mukhâthab mufrad mudzakkar
َ ِذْه َ
أ
(kamu [perempuan seorang]) disebut dhamîr mukhâthab mufrad muannats
ا َمُخْه َ
أ
(kamu [lelaki atau perempuan dua orang]) disebut dhamîr mukhâthab mutsanna
َْمُخْه َ
أ
(kalian [lelaki tiga orang atau lebih]) disebut dhamîr mukhâthab jama’ mudzakkar
َ َ أ
َ ًـُخْه
(kalian [perempuan tiga orang atau lebih]) disebutdhamîr mukhâthab jama’ muannats
iii. Kata Ganti Orang Ketiga (Objek Pembicaraan) atau dhamîr ghâib, yakni:
ََى ُه
(dia [lelaki seorang]) disebut dhamîr ghâib mufradmudzakkar
ََي ِه
(dia [perempuan seorang]) disebut dhamîr ghâibmufrad muannats
ا َم ُه
(dia [lelaki atau perempuan dua orang]) disebutdhamîr ghâib mutsanna
َْم ُه
(mereka [lelaki tiga orang atau lebih]) disebut dhamîrghâib jama’ mudzakkar
َ ً ُه
(mereka [perempuan tiga orang atau lebih]) disebutdhamîr ghâib jama’ muannats
34
Bentuk penampakan dhamîr seperti di atas berlaku ketika dhamîr tersebut terpisah (munfashil), tidak menempel pada kata lainnya, dan berfungsi sebagai subjek pada jumlah ismiyah, yang selanjutnya akan dipelajari dalam pembahasan Ilmu Nahwu.
Adapun jika dhamir-dhamir tersebut dihubungkan (muttashil) dengan kata lainnya dan menempati fungsi lain dalam suatu kalimat maka bentuk penampakannya akan berubah sesuai kaidah yang akan dipelajari pada pelajaran berikut ini.
35
C. Dhamir Subjek pada Fi’il Madhi
Dhamîr atau kata ganti ketika menempati jabatan pelaku pada fi’il mâdhi bentuk penampakannya berupa akhiran yang dihubungkan (muttashil) pada fi’il mâdhi seperti dapat lihat dalam tabel berikut.
Sebagai Subjek pada Fi’il
Mâdhi Bentuk Asal Dhamir
-
ََىـ ُه
َْا ا َمـ ُه
ا ْىـ َْمـ ُه
َْذـ ََيـ ِه
َْاَخـ
َ َ ا َمـ ُه
ًََـ َ ًـ ُه
ََذـ ََذْه َ
أ
ا َمُخـ ا َمـُخْه َ
أ
َْمُخـ َْمـُخْه َ
أ
َ ِذـ َ ِذْه َ
أ
َ نُتـ َ ًـُخْه َ
أ
َُذـ اـَه َ
أ
اَىـ ًَُ ْحـَه
Berikut ini contoh penerapannya.
36
Mu’tall Akhîr Binã Ajwaf Binã
Mudha”af Binã Sâlim
ا ع د ى أ ر ُ لا ق َُّد ر ُ ُ ب ت ك
ا َغ َد ي َ
أَس ٌََاَك َ دَس ََبَخ َه
َْا َى َغ َد َْاــًَ َ
أَس َْ لااَك َ َْا دَس َْاـــــَبَخ َه
ا ْى َغ َد ا ْو َ
أَس ا ْىـ لاَك ُ َ ا ْو ُّدَس َ ا ْىــُبـَخ َه
َْذ َغ َد َْث َ
أَس َْذـ لاَك َ َْث دَس َْذـــــَبَخ َه
َْاَخَغ َد َْاـَج َ
أَس َْاَخـــــــ لاَك َ َْاـ ََج دَس َْاَخــــــــَبَخ َه
ََن ْى َغ َد ًًََْ َ
أَس ًََــْلـ ُك ََن ْد َدَس ًََــــْبــَخ َه
ََث ْى َغ َد ََذًْ َ
أَس ََذـْلـ ُك ََث ْد َدَس ََذـــْبـــَخ َه
ا َمُج ْى َغ َد ا َمُخًْ َ
أَس َْا َمـُخـْلـ ُك ا َمـُج ْد َدَس ا َمـُخــْبـَخ َه
َْمُج ْى َغ َد َْمُخًْ َ
أَس َْمـُخــــْلـ ُك َْمـُج ْد َدَس َْمُخ ــْبــَخ َه
َ ِث ْىَغ َد َ ِذًْ َ
أَس َ ِذـــ ْلـُك َ ِث ْد َدَس َ ِذــــْبــَخ َه
ا َمُج ْى َغ َد ا َمُخًْ َ
أَس َْا َمـُخـْلـ ُك ا َمـُج ْد َدَس ا َمـُخــْبـَخ َه
َ ًُج ْى َغ َد َ نُتًْ َ
أَس َ ًـُخـــْلـ ُك َ ًـُج ْد َدَس َ ًـُخــْبــَخ َه
َُث ْى َغ َد َُذًْ َ
أَس َُذـــْلــ ُك َُث ْد َدَس َُذـْبــَخ َه
َْى َغ َد
اَه اَىًْ َ
أَس َْاَىـــــْلـ ُك اـَه ْد َدَس َْاـَىــــْبــَخ َه
Catatan:
1. Jika kita menjumpai fi’il mâdhi maka perhatikan akhirannya, jika:
37
a. Tidak berakhiran maka kemungkinan pelakunya berupa isim zhahîr (kata benda yang nampak) seperti pada susunan kalimat
َْم ل َ َ
أ ا َم ى َ
ل ِئ ا ْوَشًَ
ُ ق ل خ ُالله
ٍَء ْي َ ش ًْ ِم
(Tidakkah mereka melihat kepada segala sesuatu yang telah Allah ciptakan!)
Atau bisa jadi isim dhamîr
ََى ُه
seperti pada susunan kalimatُ ق ل خ
َ ٍم َلَغ ًِْم َنا َسْو ِالؤ
(-Dia- telah mencipatakan manusia dari ‘alaq).
b. berakhiran dengan salah satu akhiran di atas, maka akhiran tersebut sebagai pelakunya seperti:
ا َرِئ
اْو ل ع ف ْو َ
أ ًت َش ِحا َف ا ْو م ل ظ
َْم ُه َس ُفْه َ أ
َ
أ
ُ تْي أ ر
َ ًًِْ ّ
ِذلاِب ُب ّ
ِز َىًُ ْي ِز لا
ُْتَّب ت
َو ٍبَه َ ل ْيِب َ
أ ا َذًَ
َُّب ت
ا َرِا َف
ُ نْرَّه ط ت ُثُْ َح ًْ ِم ً ُه ْىُج ْ ََف
أ م ك ر م أ
َُالله
ا َم ذِباَغ ا َهَأ َلاَو
ُْم ت ْد ب ع
ُ ت ْم عْو أ
َْم ِهْي َلَغ
2. Fi’il mâdhi dari fi’il binâ mudha’af jika bertemu dengan tâ dhamîr dan nûn dhamîr maka huruf kedua dan ketiganya yang sama itu dipisahkan, padahal sebelumnya disatukan dengan tasydîd.
3. Fi’il mâdhi dari fi’il binâ ajwaf jika bertemu dengan tâ dhamîr dan nûn dhamîr:
38
a. Pada kata dasar tsulâtsi mujarrad maka huruf ‘illatnya dibuang dan huruf pertamanya (fa fi’ilnya) diberi harakat seperti pada keadaan mudhâri’nya. Contoh:
ٌَاَك
ٌُ ْى ُلًَ
َُذْلـ ُك = ُث + ٌَاَك
َعاَب
ُؼُِْبًَ
َْمُخــْػــِب = ْم ُج + َعاَب
b. Pada kata dasar selain tsulâtsi mujarrad maka cukup membuang huruf ‘illatnya. Contoh:
ََما َلَخ ْسِا
ََما َلَخ ْسِا
= ُث +
َْم َلَخ ْسِا
َُذ
ََثا َم َ
أ
ََثا َم َ أ
َْمُج + =
َْخ َم َ أ
َْمُخ
39
D. Dhamîr Subjek pada Fi’il Mudhâri
Dhamîr yang menempati jabatan pelaku pada fi’il mudhâri bentuknya berupa konfiks awalan dan akhiran seperti terlihat dalam tabel berikut.
Sebagai Subjek pada Fi’il Mudhari’ Bentuk Asal Dhamir
Akhiran Awalan
- ...ـــً ََىـ ُه
َ ِن ْاـ... ...ــــً ا َمـ ُه
ََن ْىـ... ...ــــً َْمـ ُه
- ...ــــج ََيـ ِه
ًََـ... ...ــــً َ ًـ ُه
- ...ـــج ََذْه َ
أ
َ ِن ْاـ... ...ـــج ا َمـُخْه َ
أ
ََن ْىـ... ...ــــج َْمـُخْه َ
أ
ََنْيـ... ...ـــج َ ِذْه َ
أ
ًََـ... ...ــــج َ ًـُخْه َ
أ
- ...أ اـَه َ
أ
- ...ــه ًَُ ْحـَه
Berikut ini contoh penerapannya.
40
Mu’tall Akhîr Binã Ajwaf Binã
Mudhaaf Binã Sâlim
و ع ْد ي ُى و ْى ي ُ لْو ق ي ُُّد رـ ي ُ ُ ب ت ْك ي
ى ُغ ْذًَ َ َيِى ْىًَ ٌَُ ْى ُلًَ َُّدُشًَ َُبُخ ْىًَ
َ ِن ْاَىُغ ْذًَ َ ِن ْاٍَِىْىًَ َ ِن ْ َلاْىُلًَ َ ِن ْا دُشًَ َ ِن ْاَبُخْىًَ
ََن ْى ُغ ْذًَ ََن ْو ُىْىًَ ََن ْى ل ْى ُلًَ ُ َ ََن ْو ُّدُشًَ َ ََن ْىُبُخ ْىًَ
ى ُغ ْذَج َيِى ْىَج ٌَُ ْى ُلَج َُّدُشَج َُبُخ ْىَج
َ ِن ْاَىُغ ْذَج َ ِن ْاٍَِىْىَج َ ِن ْ َلاْىُلَج َ ِن ْا دُشَج َ ِن ْاَبُخْىَج
ََن ْى ُغ ْذًَ ًٍََِْى ْىًَ ُ ن ل ق ي ْ ُ ن ْد دْر ي ًََـْبُخ ْىًَ
ى ُغ ْذَج َيِى ْىَج ٌَُ ْى ُل ََج َُّدُشَج َُبُخ ْىَج
َ ِن ْاَىُغ ْذَج َ ِن ْاٍَِىْىَج َ ِن ْ َلاْىُلَج َ ِن ْا دُشَج َ ِن ْاَبُخْىَج
ََن ْى ُغ ْذَج ََن ْو ُىْىَج ََن ْى ل ْى ُلَج ُ ََن ْو ُّدُشَج ََن ْىُبُخ ْىَج
ََنْي ِغ ْذَج ًٍََِْى ْىَج ََنْي ِلْى ُلَج ًًََْ ِّدُشَج ََنْيِب ُخْىَج
َ ِن ْاَىُغ ْذَج َ ِن ْاٍَِىْىَج َ ِن ْ َلاْىُلَج َ ِن ْا دُشَج َ ِن ْاَبُخْىَج
ََن ْى ُغ ْذَج ًٍََِْى ْىَج ُ ن ل ق ت ْ ُ ن ْد دْر ت ًََـْبُخ ْىَج
ى ُغ ْد َ
أ َيِى ْهَأ ٌَُ ْى ُك َ
أ َُّدُس َ
أ َُبُخ ْه َ
أ
ى ُغ ْذَه َيِى ْىَه ٌَُ ْى ُلَه َُّدُشَه َُبُخ ْىَه
Catatan:
1. Apabila kita menjumpai fi’il mudhâri maka perhatikan awalan dan akhirannya!
41
2. Awalan pada fi’il mudhâri disebut huruf mudhâra’ah fungsinya sebagai penanda jenis kelamin dan tingkatan dhamîr, seperti huruf alif untuk pembicara tunggal, huruf nûn untuk pembicara jamak, huruf tâ untuk orang kedua, huruf yâ untuk orang ketiga, dan seterusnya.
3. Akhiran pada fi’il mudhâri menunjukkan jumlah personil dhamîr seperti alif-nûn (
َ ِن ْا
) untuk dua orang, wau-nûn (ََن ْو
)untuk lebih dari dua orang, dan seterusnya.
E. Dhamîr Subjek pada Fi’il Amr
Harus dicamkan bahwa pelaku pada fi’il amr dan fi’il nahyi adalah orang kedua (lawan bicara) atau mukhâthab, yakni
ََذْه َ
أ
,َ ِذْه َ أ
,ا َمُخْه َ
أ
,َْمُخْه َ
أ
, danَ نُتْه َ أ
.Dhamîr pada fi’il amr dan fi’il nahyi yang menempati jabatan pelaku bentuknya berupa akhiran yang ditempelkan pada fi’il amr atau fi’il nahyi seperti terlihat dalam tabel berikut.
Menempel Sebagai Subjek
Pada Fi’il Amr/Nahyi Bentuk Asal
- ََذْه َ
أ
َْاـ... ا َمـُخْه َ
أ
ا ْىـ... َْمـُخْه َ
أ
َْيـ... َ ِذْه َ
أ
َْاـ... ا َمُخْه َ
أ
َ
ًََـ... َ ًـُخْه َ
أ
42
Berikut ini contoh penerapannya.Mu’tall Akhîr Binã Ajwaf Binã
Mudha”af Binã Sâlim
و ع ْد ي ُى و ْى ي ُ لْو ق ي ُُّد رـ ي ُ ُ ب ت ْك ي
َُع ْدُا َِى ْهِا َْل ُك َ دُس َْبُخ ْهُا
َْا َى ُغ ْدُا َْاٍَِى ْهِا َْ لاْى ُك َ َْا دُس َْاَبُخ ْهُا
ا ْى ُغ ْدُا ا ْو ُىْه ِا ا ْى ل ْى ُك ُ َ ا ْو ُّدُس َ ا ْىُبُخ ْهُا
َْي ِعْد ُا َْيِى ْهِا َْيِل ْى ُك َْي ِّدُس َْي ِب ُخْهُا
َْا َى ُغ ْدُا َْاٍَِى ْهِا َْ لاْى ُك َ َْا دُس َْاَبُخ ْهُا
ََن ْى ُغ ْدُا ًََـٍِْى ْهِا ًََـْل ُك ََن ْد ُدْس ُا ًََـْبُخ ْهُا
Mu’tall Akhîr Binã Ajwaf Binã
Mudha”af Binã Sâlim
و ع ْد ي ُى و ْى ي ُ لْو ق ي ُُّد رـ ي ُ ُ ب ت ْك ي
َُع ْذَجَلا َِى ْىَجَلا َْل ُلَجَلا َ دُشَجَلا َْبُخ ْىَجَلا
َُغ ْذَجَلا
َْا َى َْاٍَِى ْىَجَلا َْ لاْى ُلَجَلا َ َْا دُشَجَلا َْاَبُخ ْىَجَلا
ا ْى ُغ ْذَجَلا ا ْو ُىْىَجَلا ا ْى ل ْى ُلَجَلا ُ َ ا ْو ُّدُشَجَلا َ ا ْىُبُخ ْىَجَلا
َْي ِع ْذَج َلا َْيِى ْىَجَلا َْيِل ْى ُلَجَلا َْي ِّدُشَج َلا َْي ِب ُخْىَجَلا
َْا َى ُغ ْذَجَلا َْاٍَِى ْىَجَلا َْ لاْى ُلَجَلا َ َْا دُشَجَلا َْاَبُخ ْىَج ََلا
ََن ْى ُغ ْذَجَلا ًََـٍِْى ْىَجَلا ًََـْل ُلَجَلا ََن ْد ُدْشَجَلا ًََـْبُخ ْىَجَلا
Catatan:
Apabila kita menjumpai fi’il amr atau fi’il nahyi maka perhatikan akhirannya, jika:
43
a. Tidak berakhiran, berarti pelakunya berupa kata ganti
ََذْه َ أ
b. Berakhiran, berarti pelakunya salah satu dhamîr sebagaimana pada contoh di atas.
F. Dhamîr Sebagai Objek
Dhamîr sebagai objek ada yang ditulis terpisah (munfashil) dan ada yang ditulis menempel (muttashil), berupa akhiran.
Sebagai Objek
Bentuk Asal
Muttashil Munfashil
ـ...
ه َُهاـ ً ِئ ُ ََى ُه
امهـ... ا َمـ ُهاـ ً ِئ ا َم ُه
مهـ... َْمـ ُهاـ ً ِئ َْم ُه
اَهـ... اـ َهاـ ً ِئ َ ََي ِه
ًهـ... َ ًـ ُهاـ ً ِئ َ ً ُه
ًََـ... ََناـ ً ِئ ََذْه َ
أ
ا َم ُىـ... ا َمـ ُهاـ ً ِئ ا َمُخْه َ
أ
َْم ُىـ... َْمـ ُهاـ ً ِئ َْمُخْه َ
أ
َ ًِـ... َ ِناـ ًِئ َ ِذْه َ
أ
َ ً ُىـ... َ ًـ ُهاـ ً َِئ َ نُتْه َ
أ
َْي ِنـ... ََياـ ً ِئ اَه َ
أ
اَىـ... َْاَهاـ ً ِئ ًَُ ْحَه
44
Bentuk dhamîr yang menempel dan menempati jabatan objek baik pada fi’il mâdhi, fi’il mudhâri’, fi’il amar, mapuan fi’il nahyi adalah sama dan dituliskan sebagai akhiran sebagai berikut:
Pada Fi’il Nahyi
Pada Fi’il Amr
Pada Fi’il Mudhâri’
Pada Fi’il Mâdhi
َُهـْلَػ ْجَجَلا َُهـْلَػ ْح ِا َ َُهــُلَػ ْجًَ َُهــــَلَػ َح
ا َم ُهـْلَػ ْجَجَلا ا َم ُهـْلَػ ْح ِا ا َم ُهــُلَػ ْجًَ ا َم ُهــَلَػ َح
َْم ُهـْلَػ ْجَجَلا َْم ُهـْلَػ ْح ِا َْم ُهــُلَػ ْجًَ َْمُهــَلَػ َح
ََلا
ا َهـْلَػ ْجَج اَهـْلَػ ْح ِا ا َهُلَػ ْجًَ اَهــَلَػ َح
َ ً ُهـْلَػ ْجَجَلا َ ً ُهـْلَػ ْح ِا َ ً ُهُلَػ ْجًَ َ ً ُهــَلَػ َح
ًََـْلَػ ْجَجَلا ًََـْلَػ ْح ِا ًََُلَػ ْجًَ ًََــَلَػ َح
ا َم ُىـْلَػ ْجَجَلا ا َم ُىـْلَػ ْح ِا ا َم ُىُلَػ ْجًَ ا َم ُىــَلَػ َح
َْم ُىـْلَػ ْجَجَلا َْم ُىـْلَػ ْح ِا َْم ُىُلَػ ْجًَ َْم ُىــَلَػ َح
َ ًِـ ْلَػْجَجَلا َ ًِـ ْلَػْحِا َ ًِ ُلَػْجًَ َ ًِــ َلَػَح
َ ً ُىـْلَػ ْجَجَلا َ ً ُىـْلَػ ْح ِا َ ً ُىُلَػ ْجًَ َ ً ُىــَلَػ َح
َْي ِنـ ْلَػْجَجَلا َْي ِنـ ْلَػْحِا َْي ِن ُلَػْجًَ َْي ِنــ َلَػَح
اَىـْلَػ ْجَجَلا اَىـْلَػ ْح ِا اَىُلَػ ْجًَ َْاَىــَلَػ َح
Contoh dalam ayat Alqur‟an:
- 1 ا ه د ْه ا
ََمُْ ِلَخ ْسُ ْالإا َطاَشّ ِصلا
- 2 َو ًَِّبَس ِذ ْم َحِب ْحِّب َس َف
ُ هْر ف ْغ ت ْسا
- 3 ْي ِز لا
ُْم هـ م ع ط ْ أ َو ٍعْى ُح ًِْم
ُْم هـ ى مأ
َ ٍف ْى َخ ًْ ِم
- 4
ُْم كا هـ ل ْ أ
َُشُزا َي خلا
45
G. Tashrîf Fi’il Berdasarkan Nûn Taukîd
Berkata Ustadz Ahmad Hassan –semoga Allâh merahmatinya- :
“Nûn taukîd itu ada dua macam: pertama nûn mati (
َْن
) dan kedua nûn yang ber-tasydîd (َ ن
). Nûn yang pertama dinamakan taukîd khafîfah (ت َفُْ ِف َخ ذُْ ِهْىَج نْىُه
) dan yang kedua dinamakan nûn taukîd tsaqîlah (تَلُْ ِل َز ذُِْهْىَج َن ْىُه
).”“Dinamakan dia nûn taukîd lantaran menguatkan makna fi’il, seperti
ٌَُ ْى ُلًَ
artinya: “Ia akan berkata.”. Kalau kita tambah nun jadiًَْ ل ْى ُلًَ ُ
atau
َ ً ل ْى ُلًَ َ
maknanya menjadi: “Sesungguhnya ia akan berkata.”.Fi’il ada tiga macam: fi’il mâdhi, mudhâri’, dan amr (fi’il nahyi masuk bilangan fi’il mudhâri’).
Fi’il mâdhi tidak dimasuki oleh dua-dua nun taukîd itu.Fi’il mudhâri dan amr (dan nahyi) semua tashrîf-nya dimasuki oleh nun taukîd tsaqîlah.
Adapun nuntaukîd khafîfah maka tidak masuk pada mutsanna dan tidak pada jama’ muannats.
46
a) Contoh Fi’il Mudhâri Shahîh yang Dikuatkan dengan Nûn Taukîd
Muakkad Bi Nûn Khafîfah
Muakkad Bi Nûn
Tsaqîlah Bentuk Asal