18 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Covid-19 2.1.1 Definisi Covid-19
COVID -19 adalah penyakit menular yang mirip dengan influenza yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV- 2). Covid-19 merupakan singkatan dari Coronavirus Disease 2019 (Abdillah, 2020).
2.1.2 Etiologi Covid-19
Virus Corona menjadi penyebab dari muculnya penyakit Covid-19.
Corona virus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales ,keluarga Coronaviridae.
Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen.
Coronavirus bersifat sensitive terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56°C selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksi asetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Morfi et al., 2020).
2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologis
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotic yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa pathogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit menular tertentu.
Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan
untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada di permukaan virus. Lima Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya.
Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE- 2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usushalus, ususbesar, kulit, timus, sum- sum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (Yuliana, 2020).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Infeksi COVID- 19 dapat menimbulkan bermacam macam gejala dari ringan, sedang sampai berat. Dari beberapa gejala klinis yang dapat timbul ketika seseorang terinfeksi virus corona, berikut gejala gejaja utama yang dapat berdampak pada activity daily living pasien (Yuliana, 2020) :
a. Demam
Pasien dengan Covid 19 akan mengalami demam dengan suhu lebih tinggi dari 38 °C. Demam terjadi sebagai reaksi dalam sistem imun dalam melawan infeksi virus, bakteri, jamur atau parasit penyebab penyakit. Demam dapat
menyebabkan seseorang mengalami penurunan nafsu makan akibat mual dan muntah, sehingga hal ini tentu dapat berpengaruh terhadap pemenuhan ADL seseorang (Jayanti et al., 2020).
b. Batuk dengan atau tanpa sputum
Pada pasien positif Covid 19, batuk merupakan tanda gejala utama yang muncul dengan persentase sebesar 80%. Batuk merupakan reaksi tubuh sebagai perlindungan terhadap saluran pernafasan dari masuknya kuman seperti virus maupun bakteri, dan debu, sebagai kondisi dimana penderita sedang terserang alergi. Dalam beberapa kasus seseorang yang mengalami batuk akan kesulitan istirahat dengan nyaman (dr. Clara Octaveny Parhat, 2019).
c. Sesak napas
Sesak napas menjadi tanda gejala yang sering ditemukan ketika seseorang terpapar virus corona. Ketika seseorang mengalami sesak maka akan terjadi gangguan pada kualitas tidur orang tersebut (Habibillah, 2016).
d. Diare
Gejala ini merupakan gejala yang tidak selalu muncul pada pasien yang terpapar virus corona. Namun gejala diare dapat muncul pada beberapa kasus (Susilo et al., 2020). Diare dapat menjadi penyebab terganggunya pemenuhan nutrisi seseorang. Padahal dalam proses penyembuhan, nutrisi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas pasien COVID-19(Ung, 2020).
e. Fatigue
Berdasarkan data 55.924 kasus orang yang terpapar virus corona akan mengalami beberapa gejala utama, fatigue atau kelelahan salah satunya (Susilo et al., 2020). Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh kita adalah dengan berolahraga, dengan adanya gejala fatigue maka dapat menyebabkan terganggunya hal tersebut(Ung, 2020).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi : fototoraks, CT-scan toraks, USG toraks.
Pada pencitraan dapat menunjukkan : opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan ground glass.
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring)
Saluran napas bawah (sputum, bila san bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspiratendo trakeal 3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi 5. Pemeriksaan kimia darah
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah).
Pemeriksaan feses dan urin (Yuliana, 2020).
2.1.6 Tatalaksana Umum
Dalam penatalaksaan pasien COVID 19, berikut hal hal yang dapat dilakukan (Yuliana, 2020) :
1. Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan maupun sedang.
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4. Suplementasi oksigen Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan, distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit dengan target SpO2 ≥ 90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat 6. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok. Pasien dengan SAR I harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Pemberian antibiotik empiris 8. Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika memang diperlukan.
9. Pemberian kortiko steroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
10. Observasi ketat
11. Pahami komorbid pasien
2.2 Suspek Covid -19
2.2.1 Definisi Kasus Suspek
Kasus Suspek COVID 19 adalah istilah baru yang ditetapkan oleh menteri kesehatan. Istilah kasus suspek menjadi istilah baru yang menggantikan istilah lama yaitu, orang dalam pengawasan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) (Prawitri, 2020).
Orang Dalam Pemantauan (ODP) adalah orang yang memiliki salah satu gejala COVID-19. Gejala tersebut adalah gangguan pernapasan, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan sesak napas. Biasanya, ODP harus menjalani isolasi di rumah dan kondisinya akan dipantau selama dua minggu. ODP langsung dibawa ke rumah sakit bila kondisinya makin memburuk atau tes laboratorium menunjukkan hasil positif (Widiyani, 2020).
Sedangkan PDP adalah Pasien Dalam Pengawasan yang biasanya sudah punya gejala demam atau gangguan pernapasan. Pasien PDP biasanya memiliki riwayat perjalanan ke wilayah terinfeksi COVID-19 atau kontak dengan pasien. Pengawasan yang ketat diterapkan pada pasien PDP supaya jangan sampai mengalami perburukan. Pasien mengalami rawat inap di rumah sakit dalam ruang yang terisolasi, pemeriksaan laboratorium, dan pemantauan ketat pada siapa saja yang kontak dengan PDP (Widiyani, 2020).
2.2.2 Tanda Gejala Pasien Suspek COVID-19
Seseorang dapat dikategorikan dalam kasus suspek COVID-19 dengan syarat memiliki salah satu dari kriteria berikut (Putsanra, 2020):
a. Orang dengan salah satu tanda gejala COVID-19. Seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), demam (≥38 derajat Celsius) atau riwayat demam; dan disertai salah satu gejala atau tanda penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, pilek, serta pneumonia ringan hingga berat.
b. Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang terdapat kasus konfirmasi COVID-19.
c. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA, dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
d. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
2.3 Konsep Dasar Activity Daily living 2.3.1 Pengertian ADL
ADL (Activity daily living) adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok-pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian, mandi dan berpindah tempat. ADL adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga atau masyarakat (Festy Pipit W, 2018).
Activity daily living adalah fungsi dan aktivitas individu yang normalnya dilakukan tanpa bantuan orang lain. Kegiatan ADL antara lain mandi, berpakain makan, dan berpindah tempat dari tempat tidur atau
kursi. Activity of Daily Living adalah pengukuran terhadap aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain:
memasak, berbelanja, merawat/mengurus rumah, mencuci, mengatur keuangan, minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi (Primadayanti, 2011).
2.3.2 Macam macam ADL
Ada beberapa jenis ADL, diantaranya adalah sebagai berikut (Wiliyanarti, 2018) nama:
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias dan mobilitas. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas.
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ADL
kemauan dan kemampuan untuk melakukan activity of daily living tergantung pada beberapa faktor, yaitu (Primadayanti, 2011) :
a. Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of daily living
b. Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living c. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan activity of daily living.
d. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living.
e. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan .
f. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
g. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan– kebutuhan dasarnya.
h. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah pemeliharan Activity of Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke posyandu.