BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertian Pemahaman
Menurut Muda (2006: 345) dalam kamus Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal.
Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Maka arti pemahaman yang bersifat operasional adalah diartikan sebagai melihat suatu hubungan ide tentang suatu persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan itu dikumpulkan. Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Menurut Purwanto (2013: 23) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau oleh siswa sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep. Pembelajaran yang dilaksanakan lebih mengaktifkan siswa
6
untuk telibat selama proses pembelajaran berlangsung. Interaksi antara guru dengan siswa lebih akrab sehingga guru lebih mengenal anak didiknya dengan baik.
Berdasrkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau oleh siswa sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait.
Pemahaman yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang (designer) belajar mengajar. Tujuan pendidikan akan tercapai apabila proses belajar dalam suatu sekolah dapat berlangsung dengan baik, yaitu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Berikut akan dijelaskan pengertian belajar menurut beberapa ahli.
a. Menurut Sunaryo (2007:2) belajar adalah suatu kegiatan di mana seorang membuat atau menghasilkan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
b. Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono (2005:9) belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimuli lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.
c. Slameto (2003:2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
d. Dalyono (2005:49) belajar adalah suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, minat, dan sebagainya.
Dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu proses perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik di mana perubahan perilaku tersebut terjadi karena didahului oleh proses pengalaman dan perilaku karena hasil belajar bersifat relatif permanen.
Setiap individu pasti mengalami proses belajar. Belajar dapat dilakukan oleh siapapun, baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun orang tua, dan akan berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan di sekolah belajar merupakan kegiatan yang pokok yang harus dilaksanakan.
Menurut Usman (2005:34) tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni: domain kognitif, afektif da psikomotor. Domain kongnitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall), pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak”.
Klasifikasi tujuan tersebut memungkinkan pemahaman siswa yang diperoleh dari kegiatan belajar-mengajar. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa pemahaman siswa dapat dilihat dari hasil belajar dan tingkah laku siswa, sehingga
hal ini memberikan pula petunjuk bagi guru dalam menentukan tujuan-tujuan pembelajaran dalam bentuk pemahaman yang diharapkan dari dalam diri siswa.
Bloom (dalam Usman, 2005:35) mengkasifikasikan tujuan pembelajaran kaitannya dengan taksonomi tingkat pemahaman siswa sebagai berikut:
a. Domain tujuan kognitif terdiri atas enam bagian yaitu: (1) kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari; (2) kemampuan memahami makna materi; (3) kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari; (4) kemampuan menguraikan materi dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain; (5) kemampuan memadukan konsep; (6) kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
b. Domain tujuan afektif terbagi dalam: (1) kemampuan memperhatikan dan memberikan respon, (2) sikap dan apresiasi seperti : menerima, menolak, atau tidak menghiraukan terhadap apa yang dipelajari, (3) penyatuan nilai, (4) mengacu pada karakter dan pribadi siswa.
c. Domain tujuan psikomotor terbagi dalam: (1) memberi respon serupa dengan yang diamati, (2) siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk, (3) respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum, (4) mengartikulasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat sesuai dengan yang diharapkan, dan (5) pngalamiahan, menuntut tingkah laku yang ditampilkan.
Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman siswa dalam pembelajaran disini adalah mengacu pada kemampuan
memahami makna materi yang dipelajari melalui kegiatan proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran IPS lingkungan alam dan buatan.
2.1.2 Media Audio Visual 1. Pengertian Media
Menurut Hamalik (2000:11) Media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari medium. Dalam hal ini banyak batasan rumusan para ahli misalnya yang dikemukakan oleh Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam ligkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sedangkan menurut Education Association (dalam Sabri, 2005:112) adalah benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.
Media pembelajaran dalam arti sempit meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran yang terencana. Sedangkan dalam pengertian luas media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti slide, fotografi, diagram, bagan buatan guru, objek-objek nyata serta kunjungan ke luar sekolah (Hamalik, 2000:202). Sedangkan menurut Uno, (2008:198) media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke siswa yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini jelas, bahwa media dalam pembelajaran dapat digunakan untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan kata lain, selain digunakan untuk mengantarkan
pembelajaran secara utuh, media dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi.
Dengan demikian, media pembelajaran terdiri dari media yang berupa benda dan media yang bukan berupa benda. Media visual merupakan bagian dari media pembelajaran berupa benda maupun bukan benda. Selain benda berupa alat, media visual lainnya adalah manusia, atau peristiwa sebagai perantara dalam menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian.
Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang
penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio. (Santyasa, 2007:9). Selanjutnya menurut Santyasa, (2007:10-14), secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran dijabarakan sebagai berikut:
1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.
4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung.
Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film
atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan.
Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
8. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
9. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat.
Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
10. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat.
Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung.
Dengan Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya.
12. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
13. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama.
Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan).
14. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.
15. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing- masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.
(Santyasa, 2007:14)
Dengan demikian, media pendidikan adalah sebagai suatu pilihan dalam strategi pembelajaran. Fungsi-fungsi dan peran media seperti yang telah diutarakan di atas, baik sebagai alat bantu guru dalam mengajar agar penyampaian pesan dapat lebih konkret atau jelas, maupun fungsi dan peran sebagai alat
komunikasi dalam penyampaian pesan, masih valid dan perlu untuk digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2. Media Audio Visual
Ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak.
Berdasarkan kalsifikasi tersebut, maka media elektronik terdiri dari; (1). Audio visual gerak televisi; (2) Audio visual diam, yang terdiri dari slow-scan TV dan time shared TV, yanng meliputi TV diam, film rangkai atau suara, film bingkai/suara, dan radio; (3) Audio semi gerak, yang terdiri dari rekaman tulisan jauh dan audio pointer; (4) Visual gerak, yaitu film bisu; (5) Visual diam berupa facsimile yang terdiri film rangkai, seri gambar, microfrom, dan arsip video; (6) Semi gerak, yaitu teleugraph; (7) Audio berupa telepon radio, yang terdiri dari cakram (piringan) audio, dan pita audio (Munadi, 2008:75).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang termasuk pada jenis media audio audio yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran adalah media video dan media televisi.
3. Jenis-jenis Media Audio Visual a. Media video
Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran dikemas dalam bentuk VCD.
b. Media komputer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang
disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas (Munadi, 2008:77).
Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah media vidio yang selain film yang dapat dibantuk dalam kaset VCD dan media komputer yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan media lain.
2.1.3 Fungsi Media Audio Visual
Melalui penggunaan media pembelajaran audio visual diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas prestasi belajar siswa.
Menurut Munadi (2008:81) Bahwa ada beberapa fungsi penggunaan media dalam proses belajar mengajar, di antaranya: (a) Menarik perhatian siswa; (b) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran; (c) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk kata- kata tertulis atau lisan); (d) Mengatasi keterbatasi ruang; (e) Pembelajaran lebih komunikatif dan prodiktif; (f) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan; (g) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar; (h) Meningkatkan motivasi siswa yang mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar; (i) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta; (j) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Jelaslah bahwa media audio visual merupakan media yang sebaiknya digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Media merupakan salah satu
metode untuk memperoleh kemudahan ketika proses pembelajaran dirasakan menemui kerumitan dan kebosanan dalam pembelajaran.
Menurut Setyosari (2008:19), secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan peran untuk:
a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian perstiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan. Guru dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari yang langka melalui hasil rekaman video. Atau, bagaimana proses perkembangan ulat menjadi kupu- kupu; proses perkembangan bayi dalam rahimdari mulai sel telur dibuahi hingga menjadi embrio dan berkembang menjadi bayi. Demikian juga dalam pelajaran IPS guru dapat menjelaskan bagaiman terjadinya pristiwa proklamasi melalui tayangan televise atau sebagainya.
b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme.
Untuk memanipulasi keadaan, media dapat menampilkan suatu proses atau gerakan yang terlau cepat yang sulit diikuti seperti gerakan mobil, gerakan kapal terbang, gerakan-gerakan pelari atau gerakan yang sedang berolah raga; atau sebaliknya dapat mempercepat gerakan-gerakan yang
lambat, seperti gerakan pertumbuhan tanaman, perubahan warna suatu zat, dan lain sebagainya.
c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Sebagai contoh sebelum menjelaskan materi pelajaran tentang polusi, untuk dapat menarik perhatian siswa terhadap topic tersebut, maka guru memutar film terlebih dahulu tentang banjir atau tentang kotoran limbah industri dan lain sebagainya.
Jadi, pada intinya media pembelajaran memiliki nilai praktis diantaranya yakni media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, media dapat mengatasi batas ruang kelas. Hal ini terutama untuk menyajikan bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta, media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan, media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan, Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat, media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk dapat belajar dengan baik, media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa dan media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkret sampai abstrak.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual
Ada banyak kelebihan Media Audio Visual ketika digunakan sebagai media pembelajaran di antaranya menurut Nugent (dalam Smaldino dkk. 2008:
310), Media Audio Visual merupakan media yang cocok untuk berbagai model pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu, tidak dapat dilepaskan dari kondisi para siswa saat ini yang tumbuh berkembang dalam dekapan budaya televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit menayangkan program yang berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang hanya beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.
Selain itu, menurut Smaldino sendiri, pembelajaran dengan Media Audio Visual bisa ditujukan bagi beragam tipe pebelajar. Teks bisa didisplay dalam aneka bahasa untuk menjelaskan isi. Beberapa DVD bahkan menawarkan kemampuan memperlihatkan suatu objek dari pelbagai sudut pandang yang berbeda. Disc juga memberikan fasilitas indeks pencarian melalui judul, topik, jejak atau kode-waktu untuk pencarian yang lebih cepat.
Media Audio Visual juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pebelajar, dan setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal.
Pada ranah kognitif, pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar.
Pada ranah afektif, media audio visual dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari potensi emosional impact yang dimiliki oleh Media
Audio Visual, di mana ia mampu secara langsung membetot sisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya menangis berurai air mata karena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan kepada yang tertindas.
Pada ranah psikomotorik, media audio visual memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam menggambarkan lingkungan alam dan buatan. Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan bisa diulang-ulang. Media audio visual pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-temannya.
Sedangkan pada ranah meningkatkan kompetensi interpersonal, Media Audio Visual memberikan kesempatan pada mereka untuk mendiskusikan apa yang telah mereka saksikan secara bersama-sama. Misalnya tentang resolusi konflik dan hubungan antar sesama, mereka bisa saling mengobservasi dan menganalisis sebelum menyaksikan tayangan melalui media audio visual.
Lebih dari itu, manfaat dan karakteristik lain dari media audio visual dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, di antaranya adalah (Munadi, 2008: 127)
1. Mengatasi jarak dan waktu
2. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat
3. Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
4. Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan 5. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
6. Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa 7. Mengembangkan imajinasi
8. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistic
9. Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan realitas sosial yang akan dibedah di dalam kelas
10. Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas siswa dalam mengekspresikan gagasannya.
Selain kelebihan, media audio visual juga memiliki kekurangan, di antaranya: sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut;
pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah. (Smaldino, 2008: 311-312)
Penggunaan media visual bermanfaat dalam memberikan rangsangan kepada alat indera, sehingga interaksi pembelajaran dapat diterima dengan jelas, mudah dimengerti, kongkrit dan tahan lama dalam ingatan siswa. Pemahaman yang diperoleh siswa melalui media visual sangat penting mengingat keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh pengalaman belajar siswa.
2.1.5 Penggunaan Audio Visual pada materi Lingkungan alam dan buatan Kemajuan yang dicapai manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan dalam dunia pembelajaran. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah media media audio visual.
Media ini memiliki keunggulan karenan dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada yang dapat disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan. Dengan melihat sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti.
Apalagi, proses pembelajaran saat ini didominasi dengan sebatas sebagai proses penyampaian materi pembelajaran. Mayoritas metode pembelajaran yang selama ini masih ditekankan pada hafalan, dan ceramah, penyampaian materi ini kurang variatif, tidak menggunakan media audio visual. Akibatnya, siswa kurang memahami manfaat apa yang telah dipelajarinya. Tujuan guru menggunakan media audio visual disini adalah untuk meningkatkan kualitas siswa dalam proses belajar mengajar, memudahkan siswa untuk belajar, untuk memudahkan guru dalam menjelaskan tentang materi pelajaran.
Proses penggunaan media audio visual sebaiknya dilakukan dengan cara yang terkontrol. Misalnya, waktu yang digunakan harus terjadwal, supaya proses belajar mengajar menjadi baik dan efektif. Sebelum menggunakan media audio visual, guru harus mempunyai langkah persiapan, pelaksanaan, kegiatan lanjutan, serta adanya sarana prasarana yang mendukung dalam pembelajaran seperti, televisi, video, komputer, dan lain-lain, sehingga menjadikan siswa lebih tanggap,
pintar, cermat dalam menggunakan teknologi. Adapun yang menjadi hambatan dalam proses penggunaan media audio visual ialah kurangnya fasilitas (minim), keterlambatan siswa, keterbatasan waktu, dan kebanyakan guru menggunakan metode yang lama seperti ceramah, sehingga pembelajaran yang dilakukan guru cenderung menonton dan membosankan, kondisi ini terdampak terhadap belajar siswa.
Setelah menggunakan media audio visual hasil yang diperoleh siswa lebih baik dibandingkan tidak menggunakan media audio visual. Jadi, menggunakan media audio visual sudah mencapai keberhasilan bagi guru dan siswa, sebab media audio visual bermanfaat bagi guru dan siswa pada proses belajar mengajar.
Penggunaan media audio visual adalah harus diadakan pelatihan bagi guru yang belum bisa menggunakan teknologi, sehingga menjadikan guru yang berkualitas dan perlu ditambahkan sarana prasarana. Harus ada pelatihan bagi guru-guru yang belum bisa menggunakan teknologi, sehingga menjadikan guru yang berkualitas. Agar dapat menggunakan alat peraga atau media media audion visual dalam pengajaran materi lingkungan alam dan buatan, guru hendaknya, antara lain. Pertama, memahami dengan baik fungsi media dari media pendidikan.
Kedua, dapat mempergunakan alat pelajaran secara tepat dan efisien, dapat memilih dan mengembangkan alat pelajaran sesuai dengan tujuan pengajaran dan hasil belajar yang diharapkan. Ketiga, dapat memelihara dan mengelola alat pelajaran dengan baik. Keempat, dapat menimbang sendiri baik buruknya penggunaan alat pelajaran untuk suatu kegiatan belajar tertentu. Kelima, dapat memanfaatkan alam sekitar sebagai media pendidikan.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan media audio visual sudah sering dilakukan. Salah satunya oleh Indra Yusuf, 2012. Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Media Audio Visual dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 21 Dungingi Kota Gorontalo Utara. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo Utara. Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran IPS menggunakan media audio visual di kelas IV SDN No. 21 Dungingi ketuntasan yang diperoleh siswa sebelum menggunakan pembelajaran media audio visual hanya sejumlah 6 orang atau ketuntasan sebesar 23%, pada siklus I meningkat menjadi sejumlah 18 orang atau ketuntasan sebesar 69.23% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 24 orang atau ketuntasan sebesar 92.30%. Dengan adanya peningkatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada pemahaman dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan media audio visual. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan media audio visual dan siswa terlihat lebih aktif.
Pembahasan di atas tentunya memiliki kesamaan penelitian yaitu membahas tentang penggunaan media audio visual. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan penyajian materi yang dilakukan oleh peneliti.
Stelah dilaksanakan penlitian hasil menunjukkan bahwa penggunaan audio visual dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa di kelas III SDN Inpres Padengo Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato.
2.3 Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : ”Jika guru menggunkan media audio visual maka pemahaman belajar siswa di kelas III SDN Inpres Padengo Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato dapat ditingkatkan.
2.4 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian adalah jika 85% pemahaman belajar siswa melalui penggunaan media audio visual dengan ketentuan belajar siswa secara perorangan minimal mencapai skor 75 ke atas.