• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PERNYATAAN. Medan, 28 Juli 2021 Peneliti, Hajarani Nitura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LEMBAR PERNYATAAN. Medan, 28 Juli 2021 Peneliti, Hajarani Nitura"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnyabahwa Skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Investasi, dan Upah Minimum Provinsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Aceh” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh pihak Universitas Sumatera Utara.

Medan, 28 Juli 2021 Peneliti,

Hajarani Nitura 170501090

(5)

i

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, INVESTASI, DAN UPAH MINIMUM PROVINSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI ACEH

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi perkembangan angka penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh.

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, investasi, dan upah minimum provinsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series kurun waktu 30 tahun (1990-2019).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari publikasi Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis regresi linear berganda, dengan menggunakan SPSS versi 22.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara bersama-sama tingkat pendidikan, investasi, dan upah minimum provinsi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh. Secara parsial, hasil regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, variabel investasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, serta variabel upah minimum provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Investasi, Upah Minimum Provinsi, Penyerapan Tenaga Kerja, Regresi Linear Berganda.

(6)

ii ABSTRACT

THE EFFECT OF THE LEVEL OF EDUCATION, INVESTMENT, AND PROVINCE’S MINIMUM WAGE ON THE LABOR ABSORPTION IN ACEH PROVINCE

The purpose of this study is to analyze the factors that influence the development of labor absorption rates in Aceh Province. The independent variables in this research are the level of education, investment, and the province’s minimum wage. The data used in this research is time series data within 30 years (1990-2019).

The type of research used is descriptive research with a quantitative approach. Data collection was carried out using secondary data obtained from the publications of Badan Pusat Statistik Aceh Province. The research method used in this analysis is the method of multiple linear regression analysis, using SPSS version 22.

The results of the research show that, as together, the level of education, investment, and the province’s minimum wage have a significant effect on the labor absorption in Aceh Province. As partially, the regression results show that the level of education variable has a positive and significant effect on the labor absorption, the investment variable has a positive but not significant effect on the labor absorption, and the province’s minimum wage variable has a positive and significant effect on the labor absorption in Aceh Province.

Keywords : Level of Education, Investment, Province’s Minimum Wage, Labor Absorption, Multiple Linear Regression.

(7)

iii

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan izin-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat berserta salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah memberi inspirasi kepada kita umatnya untuk selalu mencari ilmu dan mengamalkannya dengan baik. Adapun skripsi ini berjudul:

“Pengaruh Tingkat Pendidikan, Investasi, dan Upah Minimum Provinsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Aceh”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama kedua orang tua saya, Ayahanda Halidi, S.Sos.,M.M dan Ibunda Nurul Aini, S.Pd yang senantiasa berjuang, memberikan doa, kasih sayang, dukungan, motivasi serta mengupayakan banyak hal untuk saya selama proses perkuliahan dan dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada program Strata-1 di Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak. Dr. Fadli, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Prof. Dr.Syaad Afifuddin, M.Ec., sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan arahan yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Raina Linda Sari, SE., M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan, saran dan arahan yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Dra. Murni Daulay M.Si., selaku Doesen Penasehat Akademik dan seluruh dosen, staf dan pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemn Ekonomi Pembangunan.

(8)

iv

6. Kakak saya, Hartini, S.H ketiga adik saya, Al-Hilal, Suci Rahmayani, dan Anggara Tirahici serta Nenek Nunur tercinta yang telah menjadi bagian dari alasan penulis untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman spesial, Daniel Silalahi yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu saya selama perkuliahan dan memberikan semangat penuh dalam pengerjaan skipsi ini.

8. Sahabat terbaik saya Cila, Rini, anggota RIGAEL, yaitu: Astrid, Elda, Ganda, dan Irna. Anggota Brokoli, yaitu: Ayunda, Ica, Ipeh, Jihan, Nad, dan Rizka. Serta Anggota Second Child, yaitu Biah dan Nurul yang

senantiasa meluangkan waktu dan memberikan semanga

dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Teman-teman satu angkatan yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat, canda dan tawa selama masa perkuliahan.

10. Ihsanurijal, S.Si, M.Si, selaku kepala BPS Aceh.

11. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, dengan segala hormat dan sukacita penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Besar harapan saya, semoga skripsi ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2021

Hajarani Nitura (170501089)

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Masalah ketenagakerjaan yang dihadapi negara-negara maju biasanya terkait dengan tergantikannya peran manusia dengan mesin dalam proses produksi karena banyak negara maju yang menilai penggunaan mesin akan jauh lebih efisien dan produktif.

Berbeda dengan masalah ketenagakerjaan di negara-negara berkembang, masalah ketenagakerjaan yang terus-menerus dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia antara lain adalah masalah pengangguran yang tinggi, upah yang rendah, kurangnya lapangan kerja, serta rendahnya kemampuan SDM tenaga kerja.

Secara tradisonal pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja dianggap sebagai salah satu faktor yang berpengaruh positif dalam memacu pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Angkatan kerja dalam pembangunan ekonomi merupakan salah satu modal utama dalam perekonomian yang memiliki dampak langsung pada tingkat pembangunan ekonomi di suatu daerah.

Pemanfatan jumlah angkatan kerja yang maksimal tentu akan mampu mempercepat pembangunan dan pertumbuhan nasional, hal ini dikarenakan angkatan kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sebagai

(17)

faktor produksi, angkatan kerja lebih penting daripada faktor produksi lain karena manusialah yang menggerakkan sumber-sumber faktor produksi tersebut.

Tabel 1.1

Jumlah penduduk, Angkatan Kerja yang Bekerja, dan Pengangguran di Indonesia Tahun 2000-2019

Tahun Jumlah Penduduk

Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja

Pengangguran

Jumlah Pengangguran

% Pengangguran terhadap Jumlah

Penduduk

% Pengangguran terhadap Jumlah Angkatan Kerja

yang Bekerja

2000 211500000 89.837.730 5.813.231 2,75 6,47

2001 214400000 90.807.417 8.005.031 3,73 8,82

2002 217400000 91.647.166 9.132.104 4,20 9,96

2003 220300000 92.810.791 9.939.301 4,51 10,71

2004 223300000 93.722.036 10.251.351 4,59 10,94

2005 226300000 93.958.387 11.899.266 5,26 12,66

2006 229300000 95.456.935 10.932.000 4,77 11,45

2007 232400000 99.930.217 10.011.142 4,31 10,02

2008 235500000 102.552.750 9.394.515 3,99 9,16

2009 238600000 104.870.663 8.962.617 3,76 8,55

2010 238518800 108.207.767 8.319.779 3,49 7,69

2011 245100000 107.416.309 8.681.392 3,54 8,08

2012 248500000 112.504.868 7.344.866 2,96 6,53

2013 251800000 112.761.072 7.410.931 2,94 6,57

2014 255100000 114.628.026 7.244.905 2,84 6,32

2015 258400000 114.819.199 7.560.822 2,93 6,58

2016 258705000 118.411.973 7.031.775 2,72 5,94

2017 261890900 121.022.423 7.040.323 2,69 5,82

2018 265015300 126.282.186 7.073.385 2,67 5,60

2019 268074600 128.755.271 7.104.424 2,65 5,52

Sumber : BPS Indonesia (2020)

Berdasarkan tabel 1.1, penduduk Indonesia terus mengalami pertumbuhan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan pertambahan angkatan kerja dapat menjadi pendorong maupun penghambat pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang terus bertambah dan peningkatan jumlah angkatan kerja tanpa

(18)

3

diikuti dengan penyediaan lapagan pekerjaan akan mengakibatkan penganggguran semakin bertambah.

Di Indonesia, jumlah pengangguran masih tetap tinggi setiap tahunnya, bahkan cenderung terus mengalami peningkatan sejak tahun 2016. Pengangguran yang jumlahnya bertambah terus menerus tentunya akan menambah beban perekonomian dan mengurangi kesejahteraan masyarakat. Ketidakmampuan negara dalam mengurangi peningkatan angka pengangguran merupakan masalah yang cukup serius bagi pemerintah dan juga bagi masyarakat. Perumusan kebijakan yang dapat memberikan dorongan kepada perluasan lapangan kerja perlu dilakukan untuk mengurangi pengangguran di daerah tersebut.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang dibanding Februari 2018. Peningkatan angkatan kerja menunjukkan penawaran tenaga kerja di dalam pasar bertambah, namun penawaran tenaga kerja yang bertambah tidak selalu diiringi dengan permintaan tenaga kerja yang mampu menyerap angkatan kerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan naiknya angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebesar 7,1 juta jiwa.

Tabel 1.2

10 Provinsi dengan Tingkat Pengangguran Terbuka Tertinggi menurut Provinsi Tahun 2019

Provinsi

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi (Persen)

2019

BANTEN 8.11

JAWA BARAT 8.04

KEP. RIAU 7.5

MALUKU 6.69

DKI JAKARTA 6.54

PAPUA BARAT 6.43

ACEH 6.17

(19)

Sumber : BPS Indonesia (2020)

Berdasarkan tabel 1.2, yaitu data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ditinjau dari provinsi pada Bulan Agustus 2019 yang dirilis oleh BPS, Provinsi Aceh termasuk 10 besar provinsi dengan angka pengangguran tertinggi.

Problematika ketenagakerjaan di Aceh tidak jauh berbeda dengan permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia pada umumnya.

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliiki tingkat pengangguran terbuka tertinggi dan diatas rata-rata nasional, yaitu sebesar 6,17%

atau sebanyak 146.622 jiwa pada tahun 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Aceh masih bertahan sebagai provinsi termiskin di Pulau Sumatera sejak 2002. Jumlah penduduk miskin di Serambi Mekah itu kini berjumlah 834 ribu orang atau 15,33%. Salah satu tantangan terbesar pemerintah Provinsi Aceh adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang layak bagi angkatan kerja yang harus diantisipasi dari sejak dini sebelum terjadi peningkatan karena perubahan struktur umur penduduk yang menumpuk pada usia produktif, agar penyerapan tenaga kerja semakin meningkat dan secara langsung akan mengurangi jumlah pengangguran di daerah tersebut. Penyerapan tenaga kerja sendiri didefinisikan sebagai banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk yang bekerja.

Provinsi

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi (Persen)

2019

SULAWESI UTARA 6.01

KALIMANTAN TIMUR 5.94

RIAU 5.76

INDONESIA 5.23

(20)

5

Tabel 1.3

Jumlah penduduk, Angkatan Kerja yang Bekerja dan Pengangguran di Provinsi Aceh Tahun 2015-2019

Sumber : BPS Aceh (2019)

Dari table 1.3 diatas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh pada tahun 2015-2019 dan disertai penurunan jumlah pengangguran. Hal ini merupakan pencapaian yang baik bagi proses pembangunan Provinsi Aceh. Namun seperti yang kita lihat, jumlah pengangguran di Provinsi Aceh masih sangat tinggi dan diatas rata-rata TPT nasional. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja agar jumlah pengangguran di Provinsi Aceh akan berkurang dan kesejahteraan penduduk daerah tersebut juga akan meningkat.

Tingkat Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak didorong dengan pendidikan dan tanpa latar belakang keterampilan serta keahlian akan mengurangi produktivitas, hal ini hanya akan menjadikan angkatan kerja yang tersedia merupakan beban bagi pembangunan, bukan merupakan modal potensial untuk pembangunan daerah. Kurangnya keahlian angkatan kerja menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi rendahnya penyerapan tenaga kerja karena lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan keahlian para pencari kerja.

Tahun Jumlah

Penduduk Aceh

Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran

2015 5002000 1966018 216806

2016 5096248 2087045 170898

2017 5189400 2138512 150265

2018 5281300 2203717 149723

2019 5371532 2219698 146622

(21)

Tabel 1.4

Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Diploma I/II/III, Universitas dan Jumlah Orang yang Bekerja di Provinsi Aceh Tahun 2013-2019 (Jiwa)

Tahun Tingkat Pendidikan Jumlah Orang yang Bekerja

2013 270489 1824586

2014 299752 1931823

2015 321577 1966018

2016 415389 2087045

2017 395236 2138512

2018 380963 2203717

2019 432905 2219698

Sumber : BPS Aceh (2020)

Tabel 1.4 menunjukkan jumlah angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan diploma I/II/III, dan universitas yang di luluskan di Provinsi Aceh pada tahun 2013-2016 meningkat dan sejalan dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja. Namun pada tahun 2017, jumlah Angkatan kerja Diploma I/II/III dan Universitas menurun sebesar 20.153 jiwa, namun data menunjukkan justru penduduk yang bekerja malah meningkat sebesar 51.468 jiwa. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu syarat utama seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut, apakah tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sesuai dengan teori Human Capital atau sebaliknya.

Karena dengan adanya pengangguran sarjana tentunya merupakan suatu hal yang sangat disayangkan dan merupakan suatu beban masyarakat.

Ketidakmampuan suatu daerah dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja bahkan dalam menyerap tenaga kerja terdidik merupakan masalah yang cukup serius bagi pemerintah dan juga bagi masyarakat. Faktor lain yang

(22)

7

menyebabkan penyerapan tenaga kerja rendah yaitu rendahnya investasi. Karena pada dasarnya, pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan pertumbuhan kesempatan kerja, karena pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi daripada kesempatan kerja yang akan memicu pengangguran.

Kegiatan investasi memungkinkan masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran. Adanya investasi-investasi akan mendorong terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran.

Tabel 1.5

Total Investasi dan Jumlah Orang yang Bekerja di Provinsi Aceh Tahun 2013-2019

Sumber : BPS Aceh (2020)

Dari tabel 1.5 diatas dapat dilihat bahwa secara umum investasi di Provinsi Aceh dari tahun 2013-2019 fluktuatif. Pada tahun 2014, peningkatan investasi juga diikuti dengan peningkatan jumlah orang yang bekerja. Namun pada tahun 2015 dan 2017 penurunan investasi tidak mengurangi jumlah orang yang bekerja, justru meningkatan jumlah orang yang bekerja. Hal ini sejalan dengan data pada table 1.4 yaitu tingginya peningkatan angkatan kerja lulusan pendidikan tinggi

Tahun Total Investasi (Rupiah) Jumlah Orang yang Bekerja (Jiwa)

2013 Rp5.568.098.783.500 1824586

2014 Rp6.288.042.836.000 1931823

2015 Rp5.800.302.950.250 1966018

2016 Rp4.976.546.785.640 2087045

2017 Rp1.097.113.600.000 2138512

2018 Rp2.001.047.200.000 2203717

2019 Rp5.518.287.500.000 2219698

(23)

yang tidak disertai peningkatan investasi akan mengurangi penyerapan tenaga kerja.

Oleh karenanya pemerintah perlu berupaya meningkatkan perekonomian melalui penghimpunan dana atau investasi baik dari pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).

Selain itu, salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan yaitu memperbaiki sistem upah melalui kebijakan upah minimum. Penerapan kebijakan upah minimum merupakan usaha dalam rangka meningkatkan upah perkapita pekerja sehingga tingkat upah rata- rata tenaga kerja dapat meningkat. Karena jika tidak diberlakukannya kebijakan upah minimum, banyak pengusaha yang akan menetapkan upah serendah mungkin, dan itu juga akan berdampak pada rendahnya kesejahteraan buruh/pekerja.

Terjadinya perpindahan penduduk (migrasi) disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang dapat diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa atau daerah dan kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan mencari pekerjaan di kota atau di daerah yang memiliki tingkat upah lebih tinggi.

Kenaikan upah minimum bagi pekerja akan memperbaiki daya beli mereka yang akhirnya akan mendorong kegairahan bekerja dan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Tapi, bagi pengusaha yang menganggap upah

(24)

9

merupakan biaya, kenaikan ini menyebabkan mereka harus menyesuaikan tingkat upah yang harus mereka berikan kepada pekerja dengan tingkat upah minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga dengan adanya kenaikan upah minimum ini, pengusaha cenderung mengurangi jumlah tenaga kerja yang mereka gunakan dalam proses produksi.

Tabel 1.6

Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Jumlah Orang yang Bekerja di Provinsi Aceh pada Tahun 2013-2019

Tahun Upah Minimum Provinsi (Rupiah)

Jumlah Orang yang Bekerja (Jiwa)

2013 Rp1,550,000.000 1824586

2014 Rp1,750,000.000 1931823

2015 Rp1,900,000.000 1966018

2016 Rp2,118,500.000 2087045

2017 Rp2,500,000.000 2138512

2018 Rp2,700,000.000 2203717

2019 Rp2,916,810.000 2219698

Sumber : BPS Aceh (2020)

Dari tabel 1.6 diatas dapat kita lihat bahwa upah minimum Provinsi Aceh terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2013-2019, peningkatan upah minimum provinsi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan kenaikan upah akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat meningkatkan kesempatan kerja melalui peningkatan konsumsi masyarakat.

Melihat keadaan-keadaan tersebut menjadi suatu ketertarikan untuk diamati lebih dalam. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Investasi dan Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Aceh.”

(25)

1.2 Perumusan Masalah

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh positif dalam memacu pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Pemanfatan jumlah angkatan kerja yang maksimal mampu mempercepat pembangunan dan pertumbuhan nasional. Namun, pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah angkatan kerja tanpa diikuti dengan penyediaan lapagan pekerjaan akan mengakibatkan penganggguran yang semakin bertambah.

Salah satu tantangan terbesar pemerintah Provinsi Aceh adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha peningkatan kualitas angkatan kerja yang harus diantisipasi dari sejak dini sebelum terjadi peningkatan angkatan kerja karena perubahan struktur umur penduduk yang menumpuk pada usia produktif.

Hal ini dilakukan agar penyerapan tenaga kerja semakin meningkat dan secara langsung akan mengurangi jumlah pengangguran di daerah tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil suatu keputusan dari akhir penulisan skripsi. Maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh?

(26)

11

2. Apakah investasi berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh?

3. Apakah upah minimum provinsi berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh?

4. Apakah tingkat pendidikan, investasi dan upah minimum provinsi berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas maka tujuan dari penelitian diatas adalah :

1. Tujuan Umum :

Untuk menganalisis perkembangan angka penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh.

2. Tujuan Khusus :

- Untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh.

- Untuk melihat pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh.

- Untuk melihat pengaruh upah minimum provinsi terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh.

(27)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi Lembaga Pemerintah

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi memberikan sumbangan pemikiran atau implikasi kebijakan berdasarkan penelitian empiris dalam pengambilan keputusan bagi lembaga pemerintahan daerah Provinsi Aceh.

2. Bagi Bidang Keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, pandangan dan masukan bahan rujukan dan referensi bagi pengembangan dan pengkajian konsep pada topik-topik penelitian yang berkaitan, baik yang bersifat lanjutan, melengkapi, maupun menyempurnakan khususnya bagi penelit i lain dan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian yang terkait.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan untuk sarana dalam memahami pengaruh tingkat Pendidikan, investasi, dan upah minimum provinsi terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh dan diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam mencari jawaban dari perumusan masalah di atas.

(28)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Konsep Ketenagakerjaan

2.1.1.1 Pengertian Tenaga Kerja

International Labour Organization (ILO) membagi penduduk menjadi dua

kelompok, yakni penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja dikategorikan menjadi dua yang disebut angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

ILO mendefinisikan penduduk usia kerja sebagai penduduk yang telah mencapai umur 15 tahun atau lebih. Di Indonesia batas usia minimum untuk bekerja telah diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO yang mengatur mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja yaitu 15 tahun.

Dalam istilah UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003, tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Semua defenisi dari tenaga kerja tersebut menyimpulkan bahwa tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja (15 tahun ke atas) atau 15-64 tahun, atau penduduk yang secara potensial dapat bekerja. Dengan kata lain tenaga kerja adalah jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan

(29)

jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja memainkan peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Namun, penyediaan tenaga kerja memiliki sifat yang terbatas dikarenakan tidak semua penduduk merupakan tenaga kerja potensial atau disebut angkatan kerja.

Tenaga kerja terdiri dari : 1. Angkatan kerja (Labour Force)

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari kerja.

2. Bukan angkatan kerja

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, ibu rumah tangga, dan para penyandang cacat, serta lanjut usia.

2.1.1.2 Teori Permintaan Tenaga Kerja

Teori permintaan tenaga kerja menurut Simanjuntak (1985) ialah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu perusahaan akan mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah pada suatu periode tertentu. Permintaan tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.

Permintaan konsumen ditandai dengan adanya pembelian akan barang atau jasa karena barang atau jasa tersebut memberikan kegunaan kepada pembeli.

Sedangkan permintaan tenaga kerja adalah keadaan dimana perusahaan mempekerjakan seseorang yang bertujuan untuk membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, pertambahan permintaan

(30)

15

perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang diproduksinya.

Permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh pemilik lapangan usaha untuk diperkerjakan.

Gambar 2.1

Pergeseran Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Gambar diatas menjelaskan pergeseran permintaan tenaga kerja. Keseimbangan awal karena interaksi permintaan (D1) dan penawaran (S1) tenaga kerja di titik E1, dengan tingkat upah sebesar W1 dan penggunaan tenaga kerja sebesar L1. Apabila penawaran tenaga kerja bernilai konstan, ketika terjadi penambahan permintaan tenaga kerja (L1 ke L2), maka kurva permintaan tenaga kerja akan bergeser ke kanan atas menjadi D2, sehingga terjadi pergeseran keseimbangan dari E1 ke E2. Pada keseimbangan di E2, tingkat upah naik sebesar W2 (W2 > W1). Peristiwa sebaliknya dapat terjadi bilamana terjadi pengurangan permintaan tenaga kerja, maka kurva permintaan tenaga kerja akan bergeser kekiri bawah menjadi D3 , sehingga terjadi pergeseran keseimbangan dari E1 ke E3.Pada keseimbangan di E3, tingkat upah sebesar W3 (W3 < W1) dan jumlah penggunaan tenaga kerja sebesar L3 (L3 < L1).

(31)

Pengusaha tidak dapat memengaruhi harga barang atau jasa yang berlaku didalam pasar, perusahaan bertindak sebagai penerima harga pasar yang berlaku dan tidak dapat merubah harga. Sehingga dalam memaksimumkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah karyawan yang dapat dipekerjakan. Pengusaha harus membuat pilihan mengenai input (pekerja dan input lainnya) serta output (jenis dan jumlah) dengan kombinasi yang tepat agar diperoleh keuntungan maksimal. Agar mencapai keuntungan maksimal, pengusaha akan memilih atau menggunakan input yang akan memberikan tambahan penerimaan yang lebih besar dari tambahanan terhadap total biayanya.

2.1.1.3 Teori Penawaran Tenaga Kerja

Sumber daya manusia dalam teori klasik menurut Lidya (2011) ialah individu yang bebas mengambil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkannya. Teori ini didasarkan pada teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya.

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Penawaran tenaga kerja menggambarkan bagaimana keputusan pekerja untuk bekerja atau berlibur bila dibandingkan dengan perubahan biaya kesempatan. Penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh keputusan seseorang apakah dia mau bekerja atau tidak. Keputusan ini tergantung pula pada tingkah laku seseorang untuk menggunakan waktunya, apakah digunakan untuk bekerja,

(32)

17

apakah untuk kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya lebih santai (tidak produktif tetapi konsumtif) atau merupakan kombinasi keduanya.

Teori ekonomi Neo Klasik menurut Kusumosuwidho (1981) menjelaskan penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Penawaran tenaga kerja dapat menimbulkan kendala berupa pendapatan yang akan diperoleh pada saat waktu luang (leisure time). Pendapatan yang diperoleh dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa, termasuk juga memanfaatkan waktu yang dimiliki untuk bersenang-senang. Argumentasi ini merupakan dasar dari kelompok klasik untuk menjelasakan penawaran tenaga kerja yang lebih dikenal dengan Labour Supply Curve.

Dalam kasus tenaga kerja, kurva penawaran melukiskan jumlah tenaga kerja maksimum yang dapat disediakan oleh para pemilik tenaga kerja pada berbagai kemungkinan tingkat upah untuk tiap periode waktu. Secara agregat bahwa tingkat upah mempunyai peranan langsung terhadap tenaga kerja yang ditawarkan. Pada kebanyakan orang, upah yang tinggi menjadi rangsangan atau motivasi untuk bekerja. Analisis terhadap penawaran tenaga kerja sering didasarkan atas mengalokasikan waktunya, yaitu antara waktu kerja dan waktu non kerja (leisure). Leisure dalam hal ini meliputi segala kegiatan yang tidak mendatangkan pendapatan secara langsung, seperti istirahat, merawat anak-anak, bersekolah, dan sebagainya. Pilihan tenaga kerja dalam mengalokasikan waktu dari dua jenis kegiatan ini yang akan menempatkan berapa tingkat imbalan (upah) yang diharapkan oleh tenaga kerja. Preferensi subyektif seseorang yang akan

(33)

menentukan berapa besar jam kerja optimal yang ditawarkan dan tingkat upah yang diharapkan.

Bellante (dalam Mahendra, 2014) menyatakan bahwa :

Jumlah tenaga kerja keseluruhan yang disediakan bagi suatu perekonomian tergantung pada jumlah penduduk, persentase jumlah penduduk yang memilih masuk dalam angkatan kerja dan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja. Lebih lanjut masing-masing dari ketiga komponen ini dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tergantung pada upah pasar.

Kenaikan tingkat upah berarti menambah pendapatan. Pertambahan pendapatan menyebabkan seseorang cenderung meningkatkan konsumsi dan menikmati waktu senggang lebih banyak yang berarti mengurangi jam kerja disebut efek pendapatan (income effect). Di sisi lain, kenaikan tingkat upah dapat diartikan semakin mahalnya harga dari waktu. Nilai waktu yang lebih tinggi mendorong seseorang untuk menyubstitusikan waktu senggangnya untuk lebih banyak bekerja. Penambahan waktu kerja tersebut dinamakan efek substitusi (substitution effect).

Gambar 2.2

Kurva Backward-Bending Tenaga Kerja

Tingkat Upah

Waktu Bekerja

(34)

19

Pada gambar 2.2, kurva penawaran tenaga kerja mempunyai bagian yang melengkung ke belakang. Pada tingkat upah tertentu penyediaan waktu kerja individu akan bertambah apabila upah bertembah (dari W ke W1). Setelah mencapai upah tertentu (W1), pertambahan upah justru mengurangi waktu yang disediakan oleh individu untuk keperluan bekerja (dari W1 ke WN). Hal ini disebut Backward Bending Supply Curve.

Backward bending supply curve hanya dapat terjadi pada penawaran

tenaga kerja yang bersifat perorangan. Hal ini berbeda dengan hubungan antara tingkat upah dan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan. Dalam perekonomian yang lebih luas, semakin tingginya tingkat upah akan mendorong semakin banyak orang untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Orang-orang yang tadinya tidak mau bekerja pada tingkat upah yang rendah akan bersedia untuk bekerja dan ikut mencari pekerjaan pada tingkat upah yang lebih tinggi (Suparmoko, dalam Mahendra, 2014).

Penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Jumlah penduduk

2. Migrasi

3. Kesejahteraan tenaga kerja 4. Pendapatan rumah tangga 5. Pendidikan

6. Perubahan budaya 7. Perkembangan informasi 8. Pengembangan karier

(35)

2.1.1.4 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Ekuilibrium pasar tenaga kerja terjadi ketika jumlah tenaga kerja yang ditawarkan sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang diminta pada tingkat upah yang ditentukan. Permintaan dan penawaran tenaga kerja secara bersama menentukan suatu keseimbangan tingkat upah dan penggunaan tenaga kerja.

Gambar 2.3

Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Ekuilibrium upah (W*) ditentukan oleh tercapainya keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja (titik E), dimana ekuilibrium kuantitas tenaga kerja adalah L*. Kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja senantiasa mengalami pergeseran yang akan mengakibatkan titik ekuilibrium pasar tenaga kerja juga berubah.

Keseimbangan dalam permintaan tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja bagi Kaum Klasik akan selalu terjadi karena adanya upah yang fleksibel dan semua pelaku ekonomi bereaksi secara cepat dan rasional terhadap adanya perubahan harga. Kondisi yang demikian menyebabkan tidak mungkinnya terjadi pengangguran sukarela. Pengangguran sukarela terjadi karena mereka tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku. Kelebihan jumlah tenaga kerja yang menawarkan diri untuk bekerja akan mendorong tingkat upah turun.

(36)

21

Menurunya tingkat upah berarti menurunnya biaya marginal dalam menghasilkan output. Akibatnya, biaya produksi turun dan permintaan akan hasil produksi kembali meningkat. Selanjutnya kondisi ini akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan permintaan tenaga kerja, sehingga terbentuk titik keseimbangan baru dengan upah yang lebih rendah dan kondisi full employment dapat tercapai kembali.

Dalam jangka pendek, upah mungkin tidak dapat berubah begitu cepat untuk menyeimbangkan pasar karena adanya kontrak kerja. Selain itu, kontrol pemerintah seperti upah minimum juga dapat membatasi pengurangan upah oleh perusahaan. Jadi, saat terjadinya kenaikan upah minimum yang ditetapkan pemerintah, maka perusahaan akan menurunkan pasokan tenaga kerja.

2.1.1.5 Kesempatan Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja

Pada negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini, karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal. Masalah pengangguran sendiri merupakan dampak dari kurangnya penyerapan tenaga kerja pada lapangan perkerjaan yang tersedia.

Kesempatan kerja adalah jumlah lowongan tenaga kerja yang dapat ditampung oleh suatu lapangan kerja untuk menghasilkan jumlah output tertentu.

Sedangkan pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha, untuk dapat sesuai dengan kebutuhan usaha itu sendiri.

(37)

Penyerapan tenaga kerja dapat sama atau lebih kecil dari kesempatan kerja yang tersedia. Kesempatan kerja ini mempunyai kriteria tertentu bagi calon tenaga kerja yang dapat diterima. Sehingga seringkali kesempatan kerja ini tidak dapat terpenuhi seluruhnya oleh penawaran tenaga kerja yang ada, artinya permintaan tenaga kerja pada lapangan kerja tersebut masih menyisakan lowongan kerja. Hal inilah yang akan memunculkan pengangguran.

Dari segi penawaran tenaga kerja, banyak tenaga kerja yang tersedia tetapi tidak dapat diserap oleh perusahaan, hal ini dikarenakan keahlian tenaga kerja tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Kurangnya keahlian tenaga kerja membuat banyak penduduk yang menganggur dibandingkan bekerja. Salah satu penyebab tidak terserapnya tenaga kerja adalah minimnya pendidikan seseorang. Oleh karena itu, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan berdampak pada mudahnya akses dirinya untuk memperoleh pekerjaan.

Dari segi permintaan tenaga kerja, banyak hal yang menyebabkan kurangnya daya serap akan tenaga kerja. Pemerintah terus mengupayakan penciptaan lapangan kerja yang nantinya dapat menampung maupun mengurangi tingkat pengangguran yang berada di tengah masyarakat melalui pemberian modal dan mempermudah investasi bagi perusahaan-perusahaan. Penambahan modal pada perusahaan akan memicu perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksinya dan meningkatkan permintaan akan tenaga kerja dan menambah penyerapan akan tenaga kerja.

Selain memberi dorongan dengan mempermudah investasi yang menguntungkan produsen, pemerintah juga membuat kebijakan upah minimum

(38)

23

sebagai salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah perlindungan tenaga kerja. Melalui upah minimum, tingkat konsumsi masyarakat akan meningkat dan secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi. Akan tetapi, penetapan upah minimum sebenarnya justru akan membuat biaya produksi meningkat karena perusahaan tidak boleh memberi upah dibawah ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Kenaikan biaya produksi mau tidak mau membuat perusahaan harus mengurangi jumlah pekerja, sehingga akan mengurangi penyerapan tenaga kerja dan menciptakan pengangguran.

2.1.2 Konsep Tingkat Pendidikan 2.1.2.1 Pengertian Pendidikan

Todaro & Smith (2013) mengatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar yang mana pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi dewasa.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak

(39)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan termasuk kedalam salah satu investasi pada bidang sumber daya manusia, yang mana investasi tersebut dinamakan dengan Human Capital (teori modal manusia). Invetasi pendidikan merupakan kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan berbagai bentuk nilai berupa peningkatan penghasilan individu, peningkatan produktivitas kerja, dan peningkatan nilai rasional (social benefit) individu dibandingkan dengan sebelum mengecap pendidikan.

2.1.2.2 Fungsi Pendidikan

Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yng demokratis serta bertanggung jawab.

Fungsi pendidikan adalah menyiapkan tenaga kerja. Untuk dapat berkarya dan bekerja, maka manusia tersebut haruslah dipersiapkan. Melalui pendidikan, manusia dipersiapkan untuk menjadi tenaga kerja, baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.

Negara berkewajiban untuk memberikan pendidikan kepada warganya.

Hal ini dilakukan demi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, melaksanakan ketertiban dunia dan menegakkan perdamaian

(40)

25

serta keadilan sosial. Undang-Undang Negara Republik Indonesia pasal 27 ayat 2 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, melalui pengajaran dan pelatihan, pendidikan membantu dan membina peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan keahlian yang akan mereka butuhkan dalam dunia kerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan peserta didik untuk menjadi tenaga kerja siap pakai melalui pengajaran dan pelatihan untuk mempertajam keahlian dan keterampilan mereka dalam suatu pekerjaan sehingga pada akhirnya mereka akan dengan mudah memperoleh pekerjaan dan memiliki kehidupan yang layak.

2.1.2.3 Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdiri atas :

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas :

a. Pendidikan Dasar b. Pendidikan Menengah c. Pendidikan Tinggi 2. Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

3. Pendidikan informal

Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

(41)

Ketiga jalur pendidikan ini dapat saling melengkapi dalam pembentukan keperibadian, pengetahuan, serta keterampilan seseorang.

2.1.2.4 Indikator Pendidikan

Salah satu indikator untuk melihat kualitas tenaga kerja yaitu dengan melihat tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tingkat pendidikan atau biasa disebut dengan jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai produktivitas kerja yang lebih baik. Dengan perkembangan pengetahuan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dan lamanya menempuh pendidikan, maka mereka cenderung akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan yang rendah pendidikannya. Selain itu, semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan akan menghasilkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, sehingga akan lebih mudah bagi mereka untuk masuk dalam dunia kerja.

2.1.2.5 Teori Human Capital

Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Hubungan pendidikan dengan produktivitas tenaga kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan oleh sebab itu memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi juga.

(42)

27

Secara teoritis, pembangunan masyarakat adalah adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM ini dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja yang menguasai teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Untuk mencapai SDM yang berkualitas dibutuhkan pembentukkan modal manusia (human capital).

Pendidikan termasuk kedalam salah satu investasi pada bidang sumber daya manusia. Secara sederhana, semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan semakin tinggi produktivitas. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi ini akan menyebabkan pendapatan juga meningkat. Pendidikan dapat dipandang sebagai aktivitas menyiapkan kehidupan, baik perseorangan maupun masyarakat, menuju kepada kehidupan lebih baik.

Human capital adalah seluruh usaha yang dibawa tenaga kerja untuk di

investasikan dalam pekerjaan mereka. Termasuk juga didalam kemampuan, tingkah laku, semangat dan waktu.

2.1.2.6 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Dalam perekonomian yang semakin maju kegiatan-kegiatan ekonomi semakin memerlukan tenaga terdidik. Secara umum, pendidikan mempunyai keuntungan dan manfaat, yakni peningkatan kemampuan diri dalam perubahan- perubahan yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan, dalam kesempatan memperoleh pekerjaan dan mendapatkan penghasilan lebih baik, dan dalam penyiapan tenaga kerja yang diminta untuk keberlangsungan pertumbuhan ekonomi.

(43)

Dengan semakin berkembangnya persaingan tenaga kerja, maka persyaratan yang timbul akan semakin kompleks dan teknis. Selain itu, sering kali perusahaan membina hubungan dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk mempermudah memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan. Tenaga kerja yang memiliki pendidikan hingga perguruan tinggi dan bekerja di suatu perusahaan akan memiliki kapabilitas dalam mengembangkan output dengan cara memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk meningkatkan output.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Kemampuan yang dimiliki akan mempermudah mereka untuk memenuhi persyaratan pada lowongan pekerjaan, sehingga penyerapan tenaga kerja terdidik akan lebih besar. Selain itu, tenaga kerja yang memiliki pendidikan hingga tahap perguruan tinggi dan bekerja dalam suatu perusahaan akan memiliki kemampuan dalam mengembangkan output dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk meningkatkan output. Selanjutnya output yang meningkat akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang meningkat pula.

2.1.3 Konsep Investasi

2.1.3.1 Pengertian Investasi

Secara umum investasi meliputi pertambahan barang barang dan jasa dalam masyarakat seperti pertambahan mesin mesin baru, pembuatan jalan baru, pembukaan tanah baru, dan sebagainya. Investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti atau menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk

(44)

29

memproduksi barang dan jasa di masa depan, dengan perkataan lain investasi adalah kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam perekonomian.

Dari beberapa pendapat di atas tentang investasi, maka dapat diketahui investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan investasi investor dalam bentuk penanaman modal pada perusahaan, yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing di wilayah negara Republik Indonesia.

Adanya kegiatan penanaman modal akan meningkatkan modal bagi perusahaan, hal ini akan membuat perusahaan berekspansi dengan menambah kapasitas produksinya.

2.1.3.2 Macam-Macam Investasi dalam Bentuk Penanaman Modal Dalam Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, penanaman modal dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Penanaman Modal Asing (PMA)

Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pengertian Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

(45)

Adapun manfaat adanya Penanaman Modal Asing (PMA) di dalam negeri antara lain adalah sebagai berikut :

a. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat memperoleh dan meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka.

b. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan- perusahaan baru.

c. Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya.

d. Menghasilkan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain.

e. Memperluas potensi kewaspadaan negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor.

f. Menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk tuan rumah.

g. Membuat sumber daya negara tuan rumah, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, agar lebih baik manfaatnya dari pada semula.

2. Penanaman Modal Dalam Negeri

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, penanaman modal dalam negeri merupakan kegiatan

(46)

31

investasi untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia, yang dibuat oleh investor dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

Adapun manfaat adanya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) antara lain adalah sebagai berikut :

a. Menghemat devisa

b. Mengurangi ketergantungan pada produk asing c. Membantu penyerapan tenaga kerja

2.1.3.3 Fungsi Investasi dan Penanaman Modal

Kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menerus akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni :

1. Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja

2. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi

3. Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dijelaskan manfaat atau tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Menciptakan lapangan kerja.

(47)

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional.

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.1.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Investasi

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju percepatan investasi dalam suatu negara ataupun daerah, antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat Bunga

Tingkat bunga sangat berperan dalam menentukan tingkat investasi yang terjadi dalam suatu negara, apabila tingkat bunga rendah, maka tingkat investasi yang terjadi akan tinggi karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan investasi. Sebaliknya apabila tingkat bunga tinggi, maka investasi dari kredit bank tidak menguntungkan.

2. Peningkatan Aktivitas Perekonomian

Harapan adanya peningkatan aktivitas perekonomian di masa datang, merupakan salah satu faktor penentu untuk mengadakan investasi atau tidak, kalau ada perkiraan akan terjadi peningkatan aktivitas perekonomian di masa yang akan datang, walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC (sebagai penentu investasi), investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh

(48)

33

investor yang instingnya tajam melihat peluang meraih keuntungan yang lebih besar di masa yang datang.

3. Kestabilan Politik Suatu Negara

Kestabilan politik suatu negara merupakan satu pertimbangan yang sangat penting untuk mengadakan investasi, karena dengan stabilnya politik negara yang bersangkutan terutama penanaman modal dari luar negeri/PMA, tidak akan ada resiko perusahaannya dinasionalisasikan oleh negara tersebut.

2.1.3.5 Hubungan Investasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja Pada umumnya, para ekonom menyepakati bahwa tingkat investasi berkorelasi positif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Investasi PMA dan PMDN tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan ditingkatkan penggunanya. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan.

Maka setiap negara berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi terutama investasi swasta yang dapat membantu membuka lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja.

Tingkat investasi yang tinggi akan meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya berujung pada pembukaan lapangan kerja baru. Dengan begitu, tingkat pengangguran bisa direduksi dan pendapatan masyarakat pun meningkat.

Adanya investasi juga memungkinkan terjadinya transfer teknologi dan pengetahuan dari negara maju ke negara berkembang.

(49)

Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk diadakannya kegiatan investasi. Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuhnya kesempatan kerja. Investasi yang dilakukan dalam rangka penyediaan barang- barang modal seperti mesin dan perlengkapan produksi untuk meningkatkan hasil output perusahaan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena barang- barang modal tersebut membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya.

Semakin besar investasi yang dilakukan akan semakin banyak tenaga kerja yang diminta, terutama investasi yang bersifat padat karya. Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tenaga kerja.

2.1.4 Konsep Upah Minimum Provinsi 2.1.4.1 Pengertian Upah Minimum

Berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 2003 pasal 1 angka 30, menyatakan bahwa :

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Upah dapat didasarkan pada perjanjian kerja, sepanjang ketentuan upah didalam perjanjian kerja tersebut tidak bertentangan dengan perundang- undangan. Jika ternyata ketentuan upah didalam perjanjian kerja bertentangan dengan perundang-undangan, maka yang berlaku adalah ketentuan upah didalam peraturan perundang-undangan.

(50)

35

Upah minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas : 1. Upah tanpa tunjangan yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja

kurang dari 1 tahun pada perusahaan yang bersangkutan.

2. Upah pokok termasuk tunjangan tetap yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja satu tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja atau buruh dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan.

2.1.4.2 Jenis-Jenis Upah Minimum

Beberapa jenis Upah minimum sebagai berikut : 1. Upah minimum provinsi

2. Upah minimum kabupaten/kota 3. Upah minimum sektoral

4. Upah minimum sektoral kabupaten/kota 2.1.4.3 Penetapan Upah Minimum

Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja nomor 07 tahun 2013 tentang upah minimum pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa upah minimum adalah “upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman.”

Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak yaitu setiap penetapan upah minimum harus disesuaikan dengan tahapan pencapaian perbandingan upah minimum dengan kebutuhan hidup layak yang ditetapkan oleh Kementrian Ketenagakerjaan. Pencapaian kebutuhan hidup layak perlu dilakukan secara bertahap karena kebutuhan hidup minimum yang sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dunia usaha. Pemerintah menetapkan upah minimum

(51)

berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.

Penetapan upah minimum dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

UMn = UMt + {UMt x (INFLASIt + %∆PDBt)}

Dimana :

Umn : Upah minimum yang akan ditetapkan UMt : Upah minimum tahun berjalan

INFLASIt : Inflasi yang dihitung dari periode September tahun lalu sampai dengan periode September tahun berjalan.

∆PDBt : Pertumbuhan PDB yang dihitung dari pertumbuhan PDB yang mencakup periode kwartal III dan IV tahun saebelumnya dan periode kwartal I dan II tahun berjalan.

Upah minimum ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari dewan pengupahan provinsi dan/atau bupati/walikota.

Pengusaha dilarang membayar upah pekerja atau buruh dibawah upah minimum daerah dimana pekerja/buruh tersebut bekerja, termasuk kepada pekerja atau buruh yang sedang dalam masa percobaan 3 (tiga) bulan pertama. Pelanggaran terhadap ketentuan ini merupakan tindak pidana.

Melalui adanya kebijakan pengupahan, pemerintah Indonesia berusaha menetapkan upah minimum yang sesuai dengan standar kelayakan hidup penduduk.

2.1.4.4 Teori Upah

Berikut merupakan beberapa teori upah menurut beberapa ahli, antara lain adalah sebagai berikut :

(52)

37

1. Teori Malthus

Teori Malthus meninjau upah dalam kaitannya dengan perubahan penduduk.

Jumlah penduduk merupakan faktor strategis yang di pakai untuk menjelaskan berbagai hal. Tingkat upah sebagai harga penggunaan tenaga kerja, juga banyak ditentukan oleh penawaran tenaga kerja, seperti diutarakan di muka bahwa sumber utama penawaran tenaga kerja adalah penduduk. Bila penduduk bertambah, penawaran tenaga kerja juga bertambah, maka hal ini menekan tingkat upah. Sebaliknya pun secara simetris tingkat upah akan menaik bila penduduk berkurang sehingga penawaran tenaga kerja pun berkurang. Jadi, dalam jangka panjang tingkat upah akan naik turun sesuai dengan perubahan jumlah penduduk dan akhirnya selalu kembali ke tingkat semula.

2. Teori Upah Normal

Teori upah normal atau disebut juga teori alami (natural wage) menjelaskan upah yang wajar adalah pemberian upah yang didasarkan pada biaya-biaya hidup dari keluarga pekerja, serta disesuaikan oleh kemampuan perusahaan.

Sedangkan kemampuan perusahaan tergantung pada kapasitas produksi dan hasil penjualan. Jika ada persaingan tenaga kerja yang ketat maka upah tenaga kerja akan menurun. Perubahan ini terjadi disekitar batas minimum upah kerja.

3. Teori Upah Etika

Menurut kaum Utopis yaitu kaum yang mendambakan masyarakat ideal, upah diberikan secara etis. Artinya upah diberikan bukan hanya berdasarkan berapa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua pada masyarakat pesisir pantai yaitu pendidikan yaitu terlihat dari orangtua yang memiliki latar

Pada tahun 2009 ini Kebun Raya “Eka Karya” Bali menggandeng kembali Universitas Udayana, beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali

Sorotan lepas juga mendapati sudah menjadi suatu kelaziman bagi pengkaji dalam mengukur religiositi atau kepatuhan beragama dengan melibatkan sekurang-kurangnya dua intipati

8 Piagam sebagai pemakalah Seminar Internasional EducationTowards High Income UNES 2013 9 Piagam sebagai dosen pendamping table manner mahasiswa Administrasi Perkantoran PSPE

Selisih dari tegangan diskontinyu hasil analisa metode elemen hingga dengan tegangan kontinyu pada suatu elemen disebut sebagai error tegangan yang nantinya akan digunakan

Rezultati dobiveni energetskom simulacijom Varijante 5 ukazuju na smanjenje potrebne energije za hlađenje u odnosu na PAR, pri čemu je potrebna energija za

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh upah minimum, PDRB, dan jumlah penduduk terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi di

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK), TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN DAN