• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Yogyakarta memiliki beberapa kekhasan diantaranya, sebagai kota pariwisata, kota budaya dan kota pendidikan. Sebutan kota pendidikan ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi dan menjadi salah satu tujuan para pendatang untuk menimba ilmu di kota ini. Banyaknya minat pendatang terhadap pendidikan di Yogyakarta yang meningkat tiap tahun, yang berbanding lurus dengan munculnya hunian seperti kos-kosan yang menjadi keperluan paling mendesak para pelajar untuk dapat tinggal dengan nyaman selama menjalani masa pendidikannya. Munculnya apartemen- apartemen mahasiswa baru, juga memicu kebutuhan untuk tidak lagi membangunan bangunan tapak ( landed ) akibat lahan semakin sempit terutama di perkotaan. Sehingga tren apartemen mahasiswa ini semakin digiatkan karena pemanfaatan lahan yang efisien sebagai hunian vertikal dianggap sebagai solusi yang baik saat ini. Apartemen yang akan didesain tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan mereka saja, namun juga menyediakan fasilitas edukasi dan entrepreneurship bagi mahasiswa yang tinggal di dalamnya.

Penggunaan energi dalam kehidupan, tertinggi digunakan oleh gedung-

gedung (bangunan). (Adi Purnomo, 2013) Pemanfaatan energi pada

bangunan dinilai cukup besar terutama untuk pendinginan dan

pencahayaan. Beberapa apartemen banyak mengkonsumsi energi yang tidak

sesuai dengan standar menurut Handi (2004) & Dharmawan (2007). Tingkat

efisiensi energi pada suatu negara ditentukan oleh nilai elastisitas dan

intensitas energi.

(2)

2 Elastisitas energi adalah prosentase pertumbuhan kebutuhan energi yang diperlukan untuk mencapai prosentase tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu, Intensitas energi adalah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan domestik bruto sebesar 1 juta dollarr AS.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PT. Energy Management Indonesia (EMI), nilai elastistias Indonesia mencapai 1.84. Nilai intesnaitas energi Indonesia adalah 482. Berdasarkan angka tersebut, Indonesia termasuk negara velum hemat energi di ASEAN. Rata-rata intensitas energi negara-nengara di kawasan ASEAN sekitar 358.

1

Dari distribusi penggunaan energi dalam suatu gedung dapat dilihat bahwa komponen pemakaian energi terbesar adalah sistem pendingin. Air Conditioner/Fan mencapai 50-70% dari seluruh energi listrik yang digunakan, sedangkan Pencahayaan 10-25%, dan Elevator hanya 2-10%

2

Karena itu sasaran dari penghematan energi dalam bangunan gedung seharusnya ditujukan pada optimasi sistem tata udara dan sistem tata cahaya. Efisiensi sistem tata udara dapat dilakukan antara lain dengan cara memperkecil beban pendinginan serta pemilihan sistem dan kontrol tata udara yang tepat

3

Melalui perancangan apartemen mahasiswa ini , penulis mencoba memberikan gagasan sebuah pembangunan apartemen yang efisien dalam penggunaan energi dengan memperhatikan juga konteks kota Yogyakarta sebagai kota kreatif dimana sebagian pelaku nya adalah kalangan muda ( young communities ). Sehingga apartemen ini, tidak hanya teruji sebagai gedung hemat energi, namun juga sebagai wadah para mahasiswa sebagai komunitas muda kreatif mengembangkan bakat kewirausahaan (entrepreneurship)-nya.

3

Soegijanto. Seminar tata cara perencanaan konservasi energi pada bangunan gedung. Seminar Hemat Energi dalam Bangunan. 1993

2

Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Nopember 2006. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Dimensi Teknik Sipil Volume 9, Nomor 1, Maret 2007

1

Abdullah, Gamil. 2010. Konsumsi Energi Indonesia : Seberapa boros? dalam jurnal energi

edisi Juli-September 2010

(3)

3 1.1. 1. Permasalahan Non Arsitektural

 Bagaimana merancang apartemen mahasiswa yang hemat energi.

 Bagaimana merancang bangunan yang secara efisien memanfaatkan energi menggunakan sumber energi baru terbarukan.

 Bagaimana menghitung konsumsi energi dalam bangunan dengan menggunakan software energy modeling eQUEST.

1.1.2. Permasalahan Arsitektural

Bagaimana mendesain facade yang menerima kalor dalam bangunan seminimal mungkin, agar beban pendinginan udara rendah.

 Bagaimana mendesain ruang dengan memadukan sistem pencahayaan alami dan buatan agar tercapai penggunaan energi listrik yang efisien.

 Bagaimana merancang fungsi dan penampilan bangunan hunian (apartemen) yang mampu menjawab tuntutan kebutuhan ruang, pewadahan edukasi dan kreativitas penghuninya.

I.2. Tujuan Dan Sasaran I.2.1. Tujuan

 Merancang apartemen mahasiswa yang hemat energi.

 Merancang bangunan yang secara efisien memanfaatkan energi menggunakan sumber energi baru terbarukan.

 Menghitung konsumsi energi dalam bangunan dengan menggunakan software energy modeling eQUEST.

Mendesain facade yang menerima kalor dalam bangunan seminimal mungkin, agar beban pendinginan udara rendah.

 Mendesain ruang dengan memadukan sistem pencahayaan alami dan buatan agar tercapai penggunaan energi listrik yang efisien.

 Merancang fungsi dan penampilan bangunan hunian (apartemen) yang

mampu menjawab tuntutan kebutuhan ruang, pewadahan edukasi dan

kreativitas penghuninya.

(4)

4 I.2.2. Sasaran

 Merumuskan solusi alternatif terpadu dalam perancangan model hunian apartemen mahasiswa berdasarkan konsep dan prinsip-prinsip efisiensi penggunaan energi berdasarkan asas kriteria Greenship dari GBCI (Green Building Council Indonesia) serta perancangan wadah edukasi dan kewirausahaan penghuninya.

1.3. Lingkup Perencanaan

Secara keseluruhan, lingkup perencanaan fasilitas dan kegiatan pada gedung apartemen mahasiswa terdiri dari :

a. Hunian

b. Ruang belajar mahasiswa c. Ruang belajar mahasiswa d. Lobby

e. Ruang utilitas f. Ruang servis g. Parkir

h. Lansekap luar bangunan

1.4. Ruang lingkup pembahasan 1.4.1 Ruang Lingkup Substansial

Perencanaan dan Perancangan Bangunan Apartemen Mahasiswa di daerah Seturan sebagai suatu bangunan jamak yang memiliki keterpaduan dengan konteks lingkungan disekitarnya dan memenuhi kebutuhan fasilitas, sarana, dan prasarana bagi penghuni apartemen.

1.4.2 Ruang Lingkup Spasial

Secara administratif daerah perencanaan terletak di Pulau Jawa, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kecamatan Depok, desa Caturtunggal yaitu jalan dengan luas 200.29 km2 dengan koordinat 7°46'4"

Lintang Selatan 110°24'36" Bujur Timur. Lebih spesifik, daerah

perencanaan terletak pada Jl. Seturan Raya.

(5)

5 1.5 Metode Pembahasan

Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan data kualitataif, kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengumpulan data :

Data primer

 Observasi Lapangan

 Studi Banding, tahapan pengumpulan data dan analisis digunakan metode deskripsi komparatif, dengan mengadakan studi banding ke apartemen dengan tujuan memperoleh gambaran tentang ruang-ruang yang dibutuhkan, persyaratan ruang dan bangunan persyaratan khusus pada ruang-ruang tertentu, struktur organisasi dan lain-lain.

Data Sekunder

 Studi Literatur, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan bangunan pada bangunan apartemen, sebagai landasan teori yang tepat untuk menganalisis data-data yang diperoleh. Pembahasan menggunakan pendekatan teoritis dan pendekatan studi, yang melengkapi data dari studi banding. Hasil dari pendekatan tersebut di kembangkan untuk mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Arsitektur.

I.5. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan untuk menyusun Program Perencanaan dan Perancangan Apartemen Mahasiswa di Seturan ini adalah :

BAB I Pendahuluan

Berisi Latar Belakang Permasalahan mengenai isu energi dan pembangunan

apartemen saat ini, tujuan dan sasaran, serta ruang lingkup dari perencanaan,

ruang lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika penulisan

perancangan Apartemen yang dilengkapi dengan bagian keaslian penulisan dan

diagram pola pikir.

(6)

6 BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab selanjutnya berisi tinjauan umum pengertian dan klasifikasi apartemen secara umum serta pengertian apartemen mahasiswa itu senidiri yang disertai contoh studi kasus bangunan apartemen mahasiswa. Selanjutnya, pembahasan mengenai bangunan yang efisien dalam konsumsi energi dan pengertian simulator konsumsi energi bangunan eQUEST. Pada akhir bab dicantumkan 2 kasus bangunan hemat energi.

BAB III Analisis

Berisi tentang analisis tapak yang akan dirancang apartemen mahasiswa, mulai dari target pasar, lokasi, analisis kondisi sekitar serta perhitungan studi kelayakan lokasi tersbut. Selain itu, dijabarkan pula proses perancangan konteks lingkungan, fungsi, bentuk bangunan, sirkulasi dan program kebutuhan ruang.

BAB IV Konsep Perencanaan dan Perancangan

Pada bab terakhir, berisikan konsep perancangan apartemen mahasiswa dalam efisiensi energi. Disertai analisis tapak, zonasi, tata ruang dalam maupung luar bangunan, sirkulasi vertikal maupun horizontal yang direncanakan dalam tapak. Selanjutnya diberikan juga gambar-gambar skematik mengenai denah bangunan yang melingkupi soal parkir, lantai dasar, lantai tipikal unit hunian, denah parsial satuan unit, denah lantai plaza edukasi hingga denah rooftop bangunan ini.

I.6. Keaslian Penulisan

Pembahasan mengenai apartemen maupun pendekatan pernah ditulis dengan beberapa judul dan pendekatan yang mirip :

Kurniawan Masdi Okta Putra (03/165446/TK/28487), 2007, Apartemen

Hemat Energi dengan pendekatan Konsep dan Prinsip Arsitektur

Bioklimtik di Jakarta.

(7)

7

Muhammad Setya Budi (01/148441/TK/26370), 2008, Apartemen Rakyat dengan Penekanan Penggunaan Sumber Energi Phovoltaic Menuju Konsep Arsitektur Berkelanjutan.

Galih Tsasning Mulay, Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Bangunan Hemat Energi pada Pencahayaan dan Penghawaan

Desain apartemen hemat energi yang akan diajukan dalam tugas akhir ini, yaitu mencoba mengintegrasikan prinsip-prinsip arsitektur hemat energi melalui simulasi perangkat lunak (software) bernama eQUEST ke sebuah bangunan hunian terpadu yang sekaligus mewadahi fungsi edukasi dan kewirausahaan penghuninya.

I.7. Diagram Pola Pikir

sumber gambar : analisis penulis

Gambar 1 . Diagram Pola Pikir

Gambar

Gambar 1 . Diagram Pola Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Penggunaan alat interseptif ortodontik cukup efektif dan tepat guna dalam menangani masalah multiple impaction , karena dapat menghasilkan ruangan bagi gigi premolar dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah

(3) kedisiplinan belajar santri berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan menghafal al- Qur’an santri pondok pesantren Al-Aziz Lasem Rembang, hal ini terbukti

manual, namun salah. Pilih ulang jenis jaringan berdasarkan jenis SIM/USIM card yang digunakan. Terkoneksi ke Internet, namun tidak bias membuka halaman website apa pun.

Dengan hasil penelitian ini dapat dilihat keakuratan diagnostik potong beku, sitologi imprint intraoperasi, dan gambaran USG pada pasien dengan diagnosa tumor ovarium untuk

Sungai Siring (Tersebar) (Bankeu Provinsi APBP-P Tahun 2017) (Pembayaran Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Tahun