• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI POSYANDU KANTHIL DESA JEMBANGAN PLUPUH SRAGEN TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI POSYANDU KANTHIL DESA JEMBANGAN PLUPUH SRAGEN TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh : Mega Sunyi Septiana

NIM. B11.152

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Desa Jembangan Plupuh Sragen Tahun 2014”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, karya tulis ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti,M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Retno Wulandari,S.ST, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Kartika Dian Listyaningsih,S.ST., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Suradi, selaku Kepala Desa Jembangan, Plupuh, Sragen, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.

5. Semua teman-teman seangkatan yang telah memberikan suport dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Mei 2014 Penulis

(5)

v

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI POSYANDU KANTHIL

DESA JEMBANGAN, PLUPUH, SRAGEN TAHUN 2014

xiii + 43 halaman + 18 lampiran + 8 tabel + 2 gambar ABSTRAK

Latar Belakang: Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan jumlah kematian akibat campak dari 871.000 kematian pada tahun 1999 dan menjadi 340.000 kematian pada tahun 2004. Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin juga meningkat dan akibatnya kejadian yang berhubungan dengan imunisasi juga meningkat. KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Berdasarkan hasil studi pendahulan yang dilakukan pada tanggal 13 November 2013 di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen terdapat 33 ibu yang mempunyai bayi. Dengan metode wawancara yang dilakukan pada 3 (9,09%) ibu yang memiliki bayi ke posyandu menyatakan bahwa anaknya setelah diimunisasi mengalami demam dan ibu sangat mengkhawatirkan dengan keadaan tersebut.

Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca iminisasi di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014. Metode Penelitian : Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen pada bulan April 2014. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 26 ibu yang mempunyai anak umur kurang dari 12 bulan dengan teknik sampling jenuh yaitu menggunakan semua sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal dan analisis data menggunakan analisis univariat.

Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan responden pada kategori baik sebanyak 5 responden (19,2%), kategori cukup sebanyak 17 responden (65,4%), kategori kurang sebanyak 4 responden (15,4%).

Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen mayoritas pada tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).

Kata Kunci :Tingkat Pengetahuan, Ibu, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kepustakaan : 18 literatur ( tahun 2006 – 2013)

(6)

vi

v Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir (QS Yusuf ayat 87)

v Barangsiapa mempertimbangkan keselamatan dalam tindakannya,maka tenanglah batinnya.

v Biarkan jalan itu panjang, kita akan merintisnya perlahan-lahan.

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahan kepada :

1. Kakek, Nenek, Bapak, Ibu dan Adik tercinta terima kasih atas cinta kasihnya, doa restu, pengorbanan, dukungan, kebahagiaan dan kepercayaan yang luar biasa untukku.

2. Seseorang yang setia menemaniku terima kasih atas semangat, doa, kepercayaan, perhatian, cinta dan kasih sayangnya selama 2 tahun ini

( Sulis Efendi).

3. Sahabat karibku Aldila Hawa C.T., Ika Wulandari, Astri Maharani, Ria Astri, Nunik Rindawati terimakasih selalu menemaniku, menghiburku dengan canda tawa kalian disaat aku mulai rapuh. 4. Teman seperjuangan angkatan 2011 dan almamater

tercinta Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

(7)

vii BIODATA

Nama : Mega Sunyi Septiana

Tempat / Tanggal Lahir : Sragen,1 September 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pelem Rt 8, Jembangan, Plupuh, Sragen.

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Jembangan Lulus tahun 2006 2. SMP Negeri 1 Plupuh Lulus tahun 2009 3. SMA Negeri 5 Surakarta Lulus tahun 2011

(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

CURICULUM VITAE ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5 F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 8

1. Pengetahuan ... 8

a. Pengertian ... 8

(9)

ix

2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ... 14

a. Pengertian ... 14 b. Penyebab ... 16 c. Angka Kejadian ... 19 d. Gejala Klinis ... 19 e. Kelompo Resiko... 20 B. Kerangka Teori ... 23

C. Kerangka Konsep Penelitian ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 26

D. Variabel Penelitian ... 27

E. Definisi Operasional ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 32

I. Etika Penelitian... 34

J. Jadwal Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

(10)

x BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 43 B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA

(11)

xi

(12)

xii

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner... 28

Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan umur ... 37

Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan ... 37

Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan ... 38

Tabel 4.4. Mean dan Standar Deviasi ... 38

Tabel 4.5. Tingkat Pengetahuan ibu tentang KIPI di desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 ... 39

(13)

xiii

Lampiran 2. Surat Permohonan Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Ijin Permohonan Uji Coba Instrumen Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Uji Coba Instrumen Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran 8. Surat Permohonan Responden Lampiran 9. Persetujuan menjadi Responden Lampiran 10. Kuesioner Uji Validitas

Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner Uji Validitas Lampiran 12. Kuesioner Penelitian

Lampiran 13. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian Lampiran 14. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 15. Hasil Uji Validitas

Lampiran 16. Hasil uji Reliabilitas

Lampiran 17. Data Tabulasi Hasil Penelitian

(14)
(15)

1 A. Latar belakang

Program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dilaksanakan di Indonesia sejak 1997. Program PPI merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional yaitu universal child immunization (UCI) pada akhir 1982. UCI bertujuan untuk eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus maternal dan neonatal (maternal and neonatal tetanus elimination - MNTE), reduksi campak (RECAM), peningkatan mutu pelayanan imunisasi, menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices), keamanan pengolahan limbah tajam (safe waste disposal management). UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990 (Ranuh dkk, 2011).

Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomelitis, dan campak dapat dicegah (Dewi, 2010). Imunisasi telah diakui oleh dunia secara global telah berhasil menurunkan berbagai infeksi, seperti difteria, batuk rejan, tetanus, campak, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae tipe B (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan jumlah kematian

(16)

akibat campak dari 871.000 kematian pada tahun 1999 dan menjadi 340.000 kematian pada tahun 2004 (Marmi dan Rahardjo, 2012).

Pada tahun 2011, dalam program imunisasi nasional terdapat tujuh antigen yaitu hepatitis B, polio oral (OPV), BCG, difteri, tetanus, pertusis, dan campak. Ketujuh tersebut tercakup dalam enam jenis vaksin, yaitu vaksin hepatitis B, OPV, BCG, vaksin kombinasi DPT, campak dan vaksin dT (difteri dewasa). Program imunisasi nasional terdiri dari imunisasi yang harus diselesaikan sebelum usia satu tahun, sedangkan imunisasi pada anak sekolah dasar yang dikemas dalam BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Besar cakupan imunisasi dalam program imunisasi nasional merupakan parameter kesehatan nasional, disemua jenis imunisasi harus mencapai lebih dari 80% (Ranuh dkk, 2011).

Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin juga meningkat dan akibatnya kejadian yang berhubungan dengan imunisasi juga meningkat. Dalam menghadapi hal tesebut penting diketahui apakah kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang diberikan ataukah secara kebetulan (Ranuh dkk, 2011).

Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) (KN PP KIPI), Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi

(17)

virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio) (Proverati dan Andhini, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahulan yang dilakukan pada tanggal 13 November 2013 di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen terdapat 33 ibu yang mempunyai balita. Dengan metode wawancara yang dilakukan pada 3 (9,09%) ibu yang memiliki bayi ke posyandu menyatakan bahwa anaknya setelah diimunisasi mengalami demam dan ibu sangat mengkhawatirkan dengan keadaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut ”Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen ?”.

(18)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen pada tingkat baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen pada tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen pada tingkat kurang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi.

2. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata dalam penelitian.

(19)

3. Bagi institusi a. Pendidikan

Dapat menambah referensi tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Posyandu

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

E. Keaslian Penelitian

1. Sari (2013), “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen”. Jenis penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian sejumlah 30 responden. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah univariat dengan distribusi frekuensi. Dengan hasil 16 responden (54%) memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan 12 responden (40%) berpengetahuan baik, 2 responden (6%) yang berpengetahuan kurang baik dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan tidak baik 0%.

2. Elviani (2012), “Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dengan Pemberian Imunisasi Lanjutan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012”. Jenis penelitian ini adalah diskriptif

(20)

kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian sejumlah 97 responden. Teknik pengambilan sampel adalah Random Sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisis statistic inferensial. Dengan hasil ada hubungan pendidikan, pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lanjutan dengan nilai P=0,000; sementara, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) tidak ada hubungan Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lanjutan dengan nilai P = 0,722.

Perbedaan pada penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya terletak pada tempat, subjek, metode pengambilan sampel, variabel, dan waktu.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara menyeluruh karya tulis ilmiah ini penulis menguraikan sistematika penulisan Bab I sampai Bab V yang saling berhubungan. Adapun gambaran sistematikanya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab ini berisi uraian teori tentang pengetahuan yang meliputi pengertian, tingkat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, kriteria tingkat

(21)

pengetahuan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang terdiri dari pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), penyebab Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), angka kejadian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), kelompok resiko, kerangka teori dan kerangka konsep.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pemgambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data dan analisa data, etika penelitian serta jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(22)
(23)

8 A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dan ini setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra pada manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dari manusia yang sekedar menjawab petanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

(24)

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartiakan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

(25)

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dapat diperoleh dengan beberapa cara, diantaranya :

1) Cara tradisional

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain :

a) Cara coba-salah (Trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

(26)

kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemunkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan yang keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut terpecahkan.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunya otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

(27)

e) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi penelitian (research methodology).

d. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2012), faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi:

1) Faktor Internal a) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

(28)

(Nursalam, 2003). Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja. 2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

(29)

e. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Riwidikdo (2013), pengetahuan seseorang dapat dikategorikan dalam beberapa kategori, yaitu :

1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD 2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) a. Pengertian

Menurut Departemen Kesehatan (2005), Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada hubungannya dengan pemberian imunisasi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Related programme atau hal – hal berkaitan dengan kegiatan imunisasi, misalnya timbul bengkak bahkan abses pada bekas suntikan vaksin. Biasanya karena jarum tidak steril. Contoh lain adalah kelenjar limfe misalnya di daerah ketiak, atau lipat paha membengkak dan terasa sedikit nyeri. Ini akibat aktivitas sistem kekebalan tubuh yang menerima vaksin tersebut.

2) Reaction related to properties of vaccine atau reaksi terhadap sifat – sifat yang dimiliki oleh vaksin yang bersangkutan. Misalnya saja reaksi terhadap bahan campuran vaksin. Reaksi

(30)

ini biasanya berupa pembengkakan, kemerahan, demam (misalnya terhadap vaksin campak, biasanya akan normal kembali dalam satu hari).

3) Coincidental atau koinsidensi. Koinsidensi adalah dua kejadian secara bersama tanpa adanya hubungan satu sama lain. Ketika anak menerima imunisasi, sebenarnya dia sudah dalam keadaan masa perjalanan penyakit yang sama atau penyakit lain (masa tunas) yang tidak ada hubungannya dengan vaksin yang bersangkutan. Misalnya saja, anak sedang dalam perjalanan mau sakit batuk pilek atau diare bahkan seringkali penyakit akut yang lebih serius disertai demam.

Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping (side-effects), interaksi obat, intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan.

Efek farmakologi, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi merupakan kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar belakang genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik,

(31)

bahan preservatif (neomisin, merkuri), atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin (Ranuh dkk, 2011).

Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terjadi karena kebetulan saja. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (pragmatic errors)

(Ranuh dkk, 2011). b. Penyebab

KN PP KIPI membagi penyebab Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menjadi lima kelompok faktor etiologi menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:

1) Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors) Sebagian kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:

(32)

b) Lokasi dan cara menyuntik

c) Sterilisasi semprit dan jarum suntik d) Jarum bekas pakai

e) Tindakan aseptik dan antiseptik

f) Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik g) Penyimpanan vaksin

h) Pemakaian sisa vaksin

i) Jenis dan jumlah pelarut vaksin

j) Tidak memperhatikan petunjuk produsen

Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berulang pada petugas yang sama.

2) Reaksi suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.

3) Induksi vaksin (reaksi vaksin)

Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya

(33)

ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai kontra indikasi, indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.

4) Faktor kebetulan (koinsiden)

Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

5) Penyebab tidak diketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

(34)

c. Angka kejadian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian reaksi anafilaktoid diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar reaksi anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera atau lambat. Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi

(Marmi dan Rahardjo, 2012).

d. Gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terjadi makin cepat gejalanya (Proverawati dan Andhini, 2010).

Tabel 2.1 Gejala Klinis Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Lokal Abses pada tempat suntikan

Limfadenitis

Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-it is

Sistem Saraf Pusat Kelumpuhan akut Ensefalopati Ensefalitis Meningitis Kejang

(35)

Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema Reaksi anafilaksis Syok anafilaksis Artralgia Demam tinggi >38,5°C Episode hipotensif-hiporesponsif Osteomielitis

Menangis menjerit yang terus menerus (3 jam)

Sindrom syok septik Sumber : Artikel Fakultas Kedokteran UNAIR (2006).

Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi beberapa saat, sehingga dipastikan tidak terjadi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) (reaksi cepat). Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit untuk menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dibatasi dalam jangka waktu tertentu timbulnya gejala klinis (Proverawati dan Andhini, 2010). e. Kelompok resiko

Menurut (Marmi dan Rahardjo, 2012), untuk mengurangi resiko timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) maka harus diperhatikan apakah resipien termasuk dalam kelompok resiko. Yang dimaksud dengan kelompok resiko adalah:

1) Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) setempat dan KN PP Kejadian Ikutan Pasca

(36)

Imunisasi (KIPI) dengan mempergunakan formulir pelaporan yang telah tersedia untuk penanganan segera

2) Bayi berat lahir rendah

Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan bayi cukup bulan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah: a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah

dari pada bayi cukup bulan

b) Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi ditunda dan diberikan setelah bayi mencapai berat 2000 gram atau berumur 2 bulan; imunisasi hepatitis B diberikan pada umur 2 bulan atau lebih kecuali bila ibu mengandung HbsA c) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin

polio yang diberikan adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia, sehingga tidak menyebabkan penyebaaran virus polio melalui tinja.

3) Pasien imunokompromais

Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau sebagai akibat pengobatan imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangka panjang). Jenis vaksin hidup merupakan indikasi kontra untuk pasien imunokompromais dapat diberikan IVP bila vaksin tersedia. Imunisasi tetap diberikan pada pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian dalam waktu

(37)

pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan pengobatan kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari atau prednison 20 mg/ kg berat badan/hari selama 14 hari. Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan pengobatan kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian kemoterapi selesai.

4) Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin

Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan untuk menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.

(38)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Sugiyono (2012 ) Tingkat pengetahuan : 1. Tahu (know) 2. Memehami (comprehention) 3. Analisis (analysis) 4. Aplikasi (application) 5. Sintesis (sinthesis) 6. Evaluasi (evaluation) Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : Faktor Internal 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur Faktor Eksternal 1. Faktor lingkungan 2. Sosial budaya

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) 1. Pengertian 2. Penyebab 3. Gejala klinis 4. Kelompok resiko

(39)

C. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Sugiyono (2012) Tingkat pengetahuan ibu

tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : Faktor Internal 4. Pendidikan 5. Pekerjaan 6. Umur Faktor Eksternal 3. Faktor lingkungan 4. Sosial budaya Cukup Baik Kurang

(40)
(41)

25 A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). Kuantitatif (data numerik) adalah data penelitian yang berupa bilangan atau angka-angka (Sunyoto, 2011). Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama (Hidayat, 2007). Penelitian yang akan dilakukan menggambarkan pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi pada tingkat baik, cukup dan kurang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut akan dilakukan. Lokasi ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Kanthil Desa Jembangan, Plupuh, Sragen.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu penelitian tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5, 6, 10, 11, dan 13 April 2014.

(42)

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak berumur kurang dari 12 bulan di Posyandu Kanthil Desa Jembangan, Plupuh, Sragen. Populasi pada bulan April sebanyak 26 ibu.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2006), apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Karena jumlah populasi dalam penelian ini sebanyak 26 ibu, maka peneliti akan mengambil sampel total sebanyak 26 ibu.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Hidayat (2007), teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

(43)

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007).

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Skala Ukur Hasil Tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi(KIPI) Kemampuan /pengetahuan ibu dalam menjawab kuesioner tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kuesioner Ordinal a. Baik, bila nilai yang diproleh (x) > mean +1 SD b. Cukup, bila nilai mean – 1 SD < x < mean + 1 SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

(44)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpukan data (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui dan sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2010). Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

1. Kisi-kisi kuesioner

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner

No Indikator No. Kuesioner Jumlah

Favourable Un-favourable 1. Pengertian KIPI 1,3,8,11,17,21,23,24, 25,27 2,4,9,10,12, 22,28,29 18 2. Penyebab KIPI 5,6,7,13,26,30 6

3. Gejala klinis KIPI 14,15,16,19 18 5

4. Kelompok resiko 20 1

Jumlah total soal 30

Keterangan: angka yang bergaris bawah menyatakan pertanyaan tidak valid. 2. Cara penilaian

Jenis pernyataan dalam kuensioner tersebut ialah favourable (+) yaitu pernyataan positif yang sesuai dengan teori, jika dijawab benar mendapatkan skor 1, jika dijawab salah mendapatkan skor 0. Dan pernyataan un-favourable (-) yaitu pernyataan negative yang tidak sesuai dengan teori, jika dijawab salah maka mendapatkan skor 1, jika dijawab benar mendapatkan skor 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang dianggap benar.

(45)

Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap karakteristik sejenis di luar lokasi penelitian. Uji validitas dilakukan di Posyandu Desa Jabung, Plupuh, Sragen dengan 32 responden. Karena jumlah populasi terbatas, maka seluruh populasi dimasukkan sebagai sample. Untuk penelitian deskriptif pada manusia, jumlah samplenya di atas 30 subjek ( Sulistyaningsih, 2012). 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Sebuah instrument dilakatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment. Instrument dikatakan valid jika nilai p-value < 0,05 dan < 0,01. Penghitungan uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17 for

windows dengan menggunakan taraf signifikan 5%. Dengan

menggunakan oleh data SPSS (Rumus Pearson Product Moment) adalah:

r

xy

=

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien skorelasi product moment

x : Skor pertanyaan y : Skor total

(46)

Setelah dilakukan uji validitas di posyandu desa Jabung terhadap 32 ibu dengan jumlah 30 pernyataan didapatkan 27 pernyataan valid dan 3 pernyataan tidak valid yaitu no 24, no 29, dan no 30 kemudian ke tiga soal tersebut tidak digunakan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten

apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama. Pengujian reliabilitas instrument dilakukan secara eksternal maupun

internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), yaitu dengan cara mengulang beberapa kali uji instrument. Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan split half yaitu dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument sesuai dengan data yang dikumpulkan (Suyanto dan Salamah, 2008). Instrumen dikatakan reliabel bila nilai reliabelitas seluruh instrumenya > 0,7 (Riwidikdo, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrument peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan Komputer SPSS for windows (Riwidikdo, 2010).

Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut : r11 =

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrument

(47)

∑Si2

= Jumlah varian butir Si2 = Varians Total

Setelah dilakukan uji coba instrumen didapatkan nilai Alpha Chronbach sebesar 0,919, sehingga instrumen dikatakan reliable.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan data yang akan dilakukan dalam penelitian Hidayat (2007). Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan cara memberikan lembar persetujuan (informed consent) dan membagikan kuesioner pada ibu yang membawa anaknya datang ke Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh menurut Riwidikdo (2013), terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner pengetahuan tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek penelitian. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan interview kepada bidan desa.

(48)

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2010), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data.

Proses pengolahan data ada 4 yaitu : a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

c. Data Entry (Memasukkan Data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. d. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

(49)

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Rumus mean yaitu:X = n

xx

Keterangan :

X : rata-rata ( mean )

x

: Jumlah seluruh jawaban responden n : Jumlah responden

Menurut Riwidikdo (2013), Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap rata-ratanya.

Rumus : SD = 1 ) ( 1 2 1 1 ( 1 1 1 n x x n i Keterangan: x : Nilai responden n : Jumlah responden

Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai berikut: Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

(50)

Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Adapun rumus untuk memperoleh skor prosentase menurut Riwidikdo (2010), adalah

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia maka segi etika penelitian harus diperhatikan antara lain sebagai berikut

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

(51)

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik ionformasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan merupakan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal kegiatan penelitian terlampir.

(52)
(53)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Posyandu Kanthil desa Jembangan kecamatan Plupuh, kabupaten Sragen. Posyandu yang dilakukan di desa Jembangan terdiri dari Posyandu Kanthil 1 sampai Kanthil 5. Posyandu Kanthil 1 dilaksanakan di dukuh Jembangan setiap tanggal 5, posyandu Kanthil 2 dilaksanakan di dukuh Jengglong setiap tanggal 10, posyandu Kanthil 3 dilaksanakan di dukuh Duwet setiap tanggal 11, posyandu Kanthil 4 dilaksanakan di dukuh Pelem setiap tanggal 13 dan posyandu Kanthil 5 dilaksanakan di dukuh Wonorejo setiap tanggal 6. Seperti posyandu pada umumnya, posyandu yang dilakukan di desa Jembangan mempunyai program pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita. Posyandu di desa Jembangan dipimpin oleh seorang bidan dan 20 kader.

Desa Jembangan terletak di jalan Mayor Ahmadi km 9. Desa Jembangan berbatasan dengan sungai Cemara di sebelah barat, dengan desa Wonosido disebelah Selatan, dengan desa Tanon Sidokerto di sebelah timur dan dengan desa Klampean di sebelah utara. Mayoritas penduduk desa Jembangan bermata pencaharian sebagai petani dan swasta.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014”

(54)

responden dalam penelitian ini terdiri dari 26 ibu yang mempunyai anak usia kurang dari 12 bulan.

1. Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian tentang kejadian ikutan pasca imunisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan umur

Jenis Jumlah Prosentase (%)

Umur 22-27 12 46

28-33 9 35

34-39 2 8

40-45 3 11

Total 26 100

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 Umur responden dalam penelitian tentang kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu umur 22-27 th sebanyak 12 responden (46 %), umur 28-33 th sebanyak 9 responden (35 %), umur 34-39 sebanyak 2 responden (8 %) dan umur 40-45 sebanyak 3 responden (11 %). Mayoritas umur responden dalam penelitian ini yaitu pada umur 22-27 th sebanyak 12 responden (46 %).

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

SD 4 15

SMP 14 54

SMA 8 31

Total 26 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.2 pendidikan responden dalam penelitian tentang kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu SD sebanyak 4 responden (15 %), SMP

(55)

sebanyak 14 responden (54 %), dan SMA sebanyak 8 responden (31 %). Mayoritas pendidikan responden dalam penelitian ini yaitu berpendidikan SMP sebanyak 14 responden (54 %).

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Jumlah Prosentasi (%)

IRT 12 46

SWASTA 14 54

Total 26 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.3 pekerjaan responden dalam penelitian tentang kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu IRT sebanyak 12 responden (46 %) dan swasta sebanyak 14 responden (54 %). Mayoritas pekerjaan responden dalam penelitian ini yaitu berpekerjaan swasta sebesar 14 responden (46 %).

2. Mean dan Standar Deviasi tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi di desa Jembangan, Plupuh, Sragen

Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen

19,6 7

Berikut ini perhitungan kategori pengetahuan responden : Baik : Bila nilai responden yang diperoleh x > mean + 1 SD

x > 19,6 + 1.7 x > 26,6

(56)

Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD 19,6 – 1.7 ≤ x ≤ 19,6 + 1.7

12,6 ≤ x ≤ 26,6

Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 12,6 ≤ x ≤ 26,6 Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean ─ 1 SD

x < 19,6 – 1.7 x < 12,6

Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden < 12,6 3. Pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Hasil penelitian tentang Pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 5 19,2

2 Cukup 17 65,4

3 Kurang 4 15,4

Total 26 100

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dikategorikan tingkat pengetahuan baik sebanyak 5 responden (19,2%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (65,4%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (15,4%). Jadi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi di posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen mayoritas pada tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).

(57)

C. Pembahasan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan

merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden dalam penelitian ini yaitu pada umur 22-27 th sebanyak 12 responden (46 %). Sedangkan mayoritas pendidikan responden dalam penelitian ini adalah berpendidikan SMP sebanyak 14 responden (54 %) dan mayoritas pekerjaan responden dalam penelitian ini adalah berpekerjaan swasta sebesar 14 responden (46 %). Untuk hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi pada kategori baik sebanyak 5 responden (19,2%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (65,4%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (15,4%). Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti pada 27 kuesioner didapatkan nilai tertinggi pada pernyataan no 16 yaitu tentang tanda gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) sedangkan nilai terendah pada pernyataan no 8 yaitu tentang pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Hasil Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, S.C. (2013) dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

(58)

Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di desa Doyong kecamatan Miri kabupaten Sragen cukup baik yaitu sebesar 16 responden (54%), Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novitasari, Elviani (2012), dengan judul ”Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lanjutan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan mempunyai hubungan dengan pemberian Imunisasi Dasar lanjutan, sementara Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) tidak mempunyai hubungan dengan pemberian Imunisasi Dasar lanjutan.

Menurut Wawan A (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, dan sosial budaya. Tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) baik atau tinggi, maka angka kesakitan bayi akibat imunisasi akan menurun juga .

Wawan A (2010), mengutip dari Hurlock, semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari hasil penelitian usia responden mayoritas pada usia reproduksi yaitu usia 22-27 tahun (45%).

(59)

D. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan.

2. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah, dan karakteristik responden yang kurang bisa menggambarkan hasil penelitian.

(60)
(61)

43 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014”. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 26 responden sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat baik sebanyak 5 responden (19,2%).

2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (65,4%).

3. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (15,4%).

B. Saran

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kejadian ikutan pasca imunisasi.

(62)

2. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata dalam penelitian serta dapat mengembangkan variabel penelitian, dan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner terbuka supaya hasilnya lebih baik lagi.

3. Bagi institusi a. Pendidikan

Dapat menambah referensi tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Posyandu

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

4. Bagi Responden

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi tentang kejadian ikutan pasca imunisasi melalui penyuluhan dari tenaga kesehatan dan media cetak yaitu dengan banyak membaca buku, majalah, koran dan media elektronik seperti radio, televisi, internet.

(63)

V. Jakarta : Rineka Cipta.

__________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. 2007. MetodePenelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Marmi, Rahardjo, K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Novitasari, Elviani. 2012. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (Kipi) Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lanjutan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah. Jurnal Kesehatan STIKes U’budiyah Banda Aceh. Mei 2012. STIKes U’budiyah Banda Aceh. Aceh.

Proverawati A.,Andhini C.S.D. 2010. Imunisasi dan Vaksin. Yogyakarta : Numed. Ranuh, dkk. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian

IDAI.

Riwidikdo, H. 2010. Statistika Kesehatan.Yogyakarta : Rohima Press. ____________. 2013. Statistika Kesehatan.Yogyakarta : Rohima Press.

Sari, S.C. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen. Jurnal kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Januari 2013. STIKes Kusuma Husada Surakarta. Surakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Bandung.

(64)

Suyanto, Salamah U. 2008. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendika Press.

Wawan, A dan M, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Definisi Operasional   Variabel  Definisi
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tepid water sponge merupakan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh pada saat demam yaitu dengan merendam anak didalam air hangat, mengelap sekujur tubuh dengan air

Dengan tanggapan positif terhadap drama seri terbaru kami dan pemrograman yang kuat memasuki kuartal ketiga, kami optimis bahwa Perseroan akan mampu mewujudkan ini

Dampak narkoba terhadap keluarga sangat banyak, bila narkoba sudah masuk ke dalam keluarga, sasarannya bukan hanya anak kita, sekarang banyak orang tua pun juga

Salman (2015) menyebutkan bahwa metode belajar yang kurang sesuai dengan siswa dapat menyebabkan kecemasan matematika. Hasil wawancara menunjukan bahwa 2 orang

Langkah 4: Klasifikasi Menetapkan kecenderungan berdasar informasi yang didapat dari daftar tilik Langkah 3: Algoritma Mengkaji secara sistematis semua data yang berhubungan

Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau sebagai akibat pengobatan imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangka panjang). Jenis vaksin

Sedangkan pada analisa bivariat pada sikap untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap didapatkan data bahwa uji statistik perhitungan Fisher’s exact test

Penelitian yang dilakukan oleh Rihawati (2010) menunjukkan adanya hubungan antara status anemia dengan produktivitas pada pekerja wanita di Gresik, Jawa