Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 2 (1), 16 - 20 (2016)
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Pendekatan Saintifik Berbasis Multimedia
Intan Irawati
Madrasah Aliyah Negeri 15 Jakarta Jl. Inayah Kelapa Dua Wetan, Jakarta 13730
Abstrak
Tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran yang menerapkan pen- dekatan saintifik berbasis multimedia. Penelitian dilakukan di MAN 15 Jakarta pada bulan November 2015.
Subyek penelitian adalah 36 siswa kelas X MIPA 2. Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan dua pertemuan tiap siklusnya.
Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi siswa dalam kelompok, lembar observasi siswa dalam KBM, lembar penga- matan aktivitas guru selama KBM, dan instrumen tes hasil belajar fisika pokok bahasan Gerak Melingkar dan Hukum Newton. Hasil penelitian memberikan perubahan skor tes hasil belajar siswa yang semula setelah siklus pertama terdapat 21 siswa di bawah nilai KKM (75) tetapi setelah siklus kedua hanya 2 orang. Dengan kata lain terjadi peningkatan nilai ketuntasan dari 42% siswa menjadi 94%. Rata-rata tes 70,97 meningkat menjadi 81,25 setelah siklus kedua. Walaupun siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang paling sulit dibandingkan matematika, biologi dan kimia namun mereka merasa antusias dan bersemangat dalam belajar fisika. Mereka menyatakan bahwa belajar fisika seru dan menarik.
c
2016 Penulis. Diterbitkan oleh Pendidikan Fisika UHAMKA
Kata kunci: fisika, hasil belajar, multimedia, pendekatan saintifik
∗ Penulis koresponden. Alamat email: [email protected]
Pendahuluan
Pembelajaran yang mencerahkan merupakan keniscayaan yang perlu diupayakan oleh setiap guru. Belajar di kelas seharusnya tidak hanya menjadi rutinitas membosankan bagi siswa tapi menjadi proses memperoleh pengalaman berkesan, keterampilan berpikir tingkat tinggi, pembentukan karakter dan penanaman nilai. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir yang baik disinyalir akan baik pula kemampuannya dalam menyusun strategi dan taktik agar dapat meraih kesuksesan dalam persa- ingan global di abad 21.
Hasil belajar siswa [1] merupakan keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Dalam Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar tidak hanya berupa penilaian pengetahuan tetapi
juga keterampilan dan sikap. Penilaian hasil belajar oleh pendidik ini dilakukan secara berkesinambung- an. Tujuan penilaian sendiri terutama untuk me- mantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran [2].
Saat ini, teknologi komputer tidak hanya digu- nakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata, tetapi juga sebagai sarana untuk belajar mul- timedia yang memungkinkan guru dan siswa mem- buat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Banyak media pembelajaran yang termasuk teknologi multimedia seperti kamera di- gital, kamera video, player suara, player video, dan sebagainya [3]. Multimedia bisa diartikan kom- puter yang dilengkapi dengan CD player, sound card, serta speaker dengan kemampuan memproses
gambar bergerak, audio, dan grafis dalam resolusi tinggi. Dari hasil penelitian Chambers, Madden, Slavin, Cheung dan Gifford tahun 2006, pendekatan embedded multimedia yang berisi penggalan singkat isi video dalam pembelajaran sangat meningkatkan kompetensi siswa [4].
Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru adalah dengan mendesain sebuah lingkungan yang mendorong siswa belajar. Siswa juga perlu diberi stimulus untuk berpikir tidak hanya menghafal in- formasi. Siswa perlu dibantu untuk berpikir logis, sistematis, analitis dan kritis untuk memecahkan berbagai masalah. Pembelajaran fisika di MAN 15 Jakarta, khususnya di kelas X MIPA 2 selama ini dinilai kurang efektif. Pemandangan beberapa siswa mengobrol atau tertidur menunjukkan bahwa mereka kurang bersemangat dalam belajar. Situasi ini mendorong guru untuk melakukan evaluasi dan tindakan untuk meningkatkan efektifitas dan kua- litas pembelajaran. Salah satu yang bisa dilakukan guru di kelas adalah melalui perbaikan model pem- belajaran.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran selalu dikaitkan den- gan langkah-langkah pembelajaran. Proses pem- belajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan mem- otivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, akan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik [5]. Proses pem- belajaran yang disarankan kurikulum 2013 terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu menga- mati, menanya, mengumpulkan informasi, men- gasosiasi dan mengkomunikasikan [6]. Pembela- jaran ini dikenal dengan pembelajaran dengan pen- dekatan saintifik, tematik dan terpadu atau scien- tific approach.
Pengkondisian lingkungan yang mendorong siswa antusias dan ingin tahu bisa menjadi salah satu cara agar proses belajar lebih efektif. Efekti- fitas ini dapat dilihat dari prosentase siswa yang memperoleh skor ulangan harian yang di atas KKM. Untuk mengatasi keadaan ini maka perlu di- lakukan sebuah tindakan yang dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. Tidak hanya pencapaian skor prestasi belajar yang tinggi tetapi lebih dari itu, peningkatan motivasi, kepercayaan diri dan pe- rubahan perilaku yang diharapkan juga dihasilkan dari pembelajaran di kelas. Pemanfaatan multime- dia dalam pembelajaran saintifik diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran fisika. Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan hal tersebut di- tujukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil be- lajar fisika siswa kelas X MIPA 2.
Manfaat penelitian tindakan kelas bagi guru se-
lain untuk memperbaiki pembelajaran juga mem- bantu guru berkembang secara profesional. PTK memungkinkan guru untuk secara aktif mengem- bangkan pengetahuan dan keterampilannya serta memecahkan masalah yang muncul di kelasnya.
Bagi siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar dan bersikap kritis terhadap hasil be- lajarnya.
Metode
Jenis penelitian yang dilakukan adalah opera- tion research (action research) yaitu suatu peneli- tian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya [7]. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui re- fleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kiner- janya.
Penelitian dilakukan di MAN 15 Jl. Inayah RT 003 RW 08 No. 24, Kel. Kelapa Dua Wetan, Cira- cas, Jakarta Timur. Subyek penelitian adalah kelas X MIA 2 berjumlah 36 siswa, 22 putri dan 14 pu- tra. Pemilihan subyek penelitian didasarkan pada rata-rata hasil belajar siswa pada ulangan harian pertama dan kedua. Skor rata-rata hasil belajar kelas X MIA 2 lebih kecil dari skor hasil belajar kelas X MIA 1. Untuk meningkatkan hasil belajar mereka, maka peneliti melakukan tindakan di kelas tersebut.
Penelitian ini menetapkan indikator keberhasi- lan yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap siklus. Kemampuan kognitif yang diukur berupa angka KKM sebesar 75 yang dijadikan sebagai acuan. Skor hasil yang diperoleh siswa dengan skor perolehan 80-100: sangat berhasil, 60-79: berhasil, 40-59: cukup berhasil, 20-39: kurang berhasil, 0-19:
tidak berhasil.
Prosedur penelitian (siklus tindakan) berisi tin- dakan tiap siklusnya, yang dalam setiap siklus berupa: kegiatan perencanaan, kegiatan penga- matan serta kegiatan refleksi, refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk perencanaan tindakan pada siklus kedua dan seterusnya. Peneli- tian dilakukan dalam dua siklus, dengan tiap siklus 2 kali tatap muka (2 × 45 menit).
Instrumen yang digunakan selama penelitian adalah lembar observasi siswa dalam kelompok, lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar ob- servasi siswa mengikuti pembelajaran serta ulangan harian hukum Newton. Teknik analisis data adalah deskriptif yang menganalisis data secara kualitatif dan statistik deskriptif.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penga- matan dan observasi dari guru dan observer. Akan
diungkapkan pula analisis data dan refleksi dari kegiatan dalam setiap siklus.
Siklus 1
Menurut observer, selama pembelajaran siswa aktif mengikuti penjelasan guru dan berdiskusi walaupun ada beberapa siswa yang tidak memper- hatikan pelajaran. Beberapa kelompok juga me- nunjukkan keberanian dalam bertanya dan menge- mukakan pendapat. Hasil pengamatan observer siswa selama pembelajaran berlangsung dapat dili-
hat pada Tabel 1. Aktivitas kelompok 5 terbaik kin- erjanya sesuai dengan skala yang diberikan observer (4,5). Adapun kelompok 4 belum memperlihatkan kinerja yang maksimal. Kelompoknya diberi skala rata-rata terkecil (3,4) dibanding kelompok lainnya.
Sikap kritis terhadap materi pelajaran dan masalah yang diungkapkan guru hanya diperlihatkan kelom- pok 3, 5 dan 6. Sedangkan percaya diri dan menga- jukan argumentasi ilmiah hanya ditunjukkan oleh kelompok 5.
Tabel 1 Hasil pengamatan siswa selama pembelajaran pada siklus 1
No Kegiatan yang diamati Siklus 1
1 2 3 4 5 6 7
1 Memperhatikan penjelasan guru 5 5 5 5 5 5 4
2 Aktif mencatat pelajaran 4 4 4 4 4 4 4
3 Berani bertanya pada guru 3 3 4 3 4 4 4
4 Bersikap kritis terhadap materi pelajaran 4 3 5 3 5 5 4 5 Percaya diri menjawab pertanyaan guru/teman 4 4 4 3 5 4 3
6 Mampu menganalisis masalah 4 4 4 3 4 4 4
7 Mampu berargumentasi secara ilmiah 4 4 4 3 5 4 3
Jumlah skor total 28 27 30 24 32 30 26
Skor akhir 4,0 3,9 4,3 3,4 4,6 4,3 3,7
Pengamatan aktivitas siswa dalam kelompok dapat dilihat pada Tabel 2. Secara umum, siswa aktif dalam kelompok. Mereka mampu berbagi pengetahuan, bekerja sama serta berani menge- mukakan pendapat. Performa kelompok yang ter- baik pada siklus ini ditunjukkan oleh kelompok 5 dan 6. Sedangkan kelompok 2, 4 dan 7 masih
kurang kompak dan mengalami beberapa kesuli- tan seperti belum mampu berargumen dan bekerja sama dalam kelompok. Walaupun semua kelom- pok mampu menyimpulkan video yang ditayangkan guru namun tidak semua anggota kelompok berpar- tisipasi aktif dan lebih cenderung menerima penda- pat kelompok lain.
Tabel 2 Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kelompok pada siklus 1
No Kegiatan yang diamati Siklus 1
1 2 3 4 5 6 7
1 Aktif berdiskusi dengan kelompok 4 3 4 3 4 4 3
2 Berbagi pengetahuan dengan kelompok 4 3 4 3 4 5 3
3 Toleransi terhadap siswa lain 4 4 4 4 4 4 4
4 Menghargai pendapat kelompok lain 4 4 4 4 5 5 4
5 Bekerja sama 5 4 4 3 4 5 3
6 Terbuka dengan pendapat kelompok lain 4 4 4 4 5 5 4
7 Berpendapat dengan landasan argumen 4 3 5 4 5 4 4
8 Berani mengemukakan pendapat 5 4 5 4 5 4 4
Jumlah skor total 34 29 34 29 36 36 29
Skor akhir 4,3 3,6 4,3 3,6 4,5 4,5 3,6
Observer juga mengamati kegiatan guru se- lama pembelajaran. Menurut pengamat, langkah apersepsi, menjelaskan metode serta pengelolaan langkah mencoba perlu diperbaiki. Adapun se- cara lengkap hasil pengamatan observer dapat dilihat pada Tabel 3. Adapun rata-rata skala yang diberikan pengamatan terhadap kegiatan guru adalah 4,7.
Siklus 2
Tindakan yang dilakukan guru selama siklus 1 mendapat respon positif dari siswa dan mem-
bawa perubahan pada siklus 2. Selama pembe- lajaran, siswa mulai aktif berpendapat walaupun di awal diskusi masih takut mengemukakan pen- dapat. Siswa juga dapat saling menghargai dalam mengkomunikasikan hasil diskusi dan pengambilan kesimpulan dilakukan dengan baik. Observer mem- berikan skala 5 untuk kelompok 1, 3 , 5 dan 6.
Walupun kelompok 4 masih merupakan kelompok dengan skala terkecil yaitu 4,6 namun telah terjadi perbaikan dalam berbagai aspek dibanding pada siklus 1.
Tabel 3 Hasil pengamatan guru selama pembelajaran siklus 1
No Kegiatan guru 1 2 3 4 5
1 Apersepsi √
2 Menginformasikan tujuan pembelajaran √
3 Penjelasan metode √
4 Penjelasan materi √
5 Pengelolaan kegiatan pengamatan √
6 Pengelolaan kegiatan menanya √
7 Pengelolaan kegiatan mencoba √
8 Pengelolaan kegiatan mengasosiasi √
9 Pengelolaan kegiatan mengkomunikasikan √
10 Menyimpulkan materi pelajaran √
11 Menutup pembelajaran √
Jumlah 12 40
Siswa selama pembelajaran memperhatikan penjelasan guru, mengikuti setiap langkah pembe- lajaran dengan semangat dan antusias serta tidak malu bertanya dan berpendapat.
Pengamatan observer terhadap aktivitas guru selama KBM ditunjukkan pada Tabel 6. Observer memberikan skala 5 untuk setiap aktivitas yang di- lakukan guru.
Tabel 4 Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kelompok pada siklus 2
No Kegiatan yang diamati Siklus 2
1 2 3 4 5 6 7
1 Aktif berdiskusi dengan kelompok 5 5 5 5 5 5 4
2 Berbagi pengetahuan dengan kelompok 5 5 5 4 5 5 5
3 Toleransi terhadap siswa lain 5 5 5 5 5 5 5
4 Menghargai pendapat kelompok lain 5 5 5 5 5 5 5
5 Bekerja sama 5 4 5 5 5 5 4
6 Terbuka dengan pendapat kelompok lain 5 5 5 4 5 5 5
7 Berpendapat dengan landasan argumen 5 5 5 4 5 5 4
8 Berani mengemukakan pendapat 5 5 5 5 5 5 5
Jumlah skor total 40 39 40 37 40 40 38
Skor akhir 5,0 4,9 5,0 4,6 5,0 5,0 4,8
Tabel 5 Hasil pengamatan siswa selama pembelajaran pada siklus 2
No Kegiatan yang diamati Siklus 2
1 2 3 4 5 6 7
1 Memperhatikan penjelasan guru 5 5 5 5 5 5 5
2 Aktif mencatat pelajaran 4 4 5 4 4 4 4
3 Berani bertanya pada guru 5 5 5 4 5 5 4
4 Bersikap kritis terhadap materi pelajaran 5 5 5 5 5 5 5 5 Percaya diri menjawab pertanyaan guru/teman 5 4 5 4 5 5 5
6 Mampu menganalisis masalah 5 5 4 5 5 5 4
7 Mampu berargumentasi secara ilmiah 5 5 5 5 5 5 5
Jumlah skor total 34 33 34 32 34 34 32
Skor akhir 4,9 4,7 4,9 4,6 4,9 4,9 4,6
Tabel 6 Hasil pengamatan guru selama pembelajaran siklus 2
No Kegiatan guru 1 2 3 4 5
1 Apersepsi √
2 Menginformasikan tujuan pembelajaran √
3 Penjelasan metode √
4 Penjelasan materi √
5 Pengelolaan kegiatan pengamatan √
6 Pengelolaan kegiatan menanya √
7 Pengelolaan kegiatan mencoba √
8 Pengelolaan kegiatan mengasosiasi √
9 Pengelolaan kegiatan mengkomunikasikan √
10 Menyimpulkan materi pelajaran √
11 Menutup pembelajaran √
Jumlah 12 40
Hasil penelitian memberikan perubahan skor tes hasil belajar siswa yang semula setelah siklus 1 ter- dapat 21 siswa di bawah nilai KKM (75) tetapi sete- lah siklus 2 hanya 2 orang. Dengan kata lain terjadi peningkatan nilai ketuntasan dari 42% siswa men- jadi 94%. Rata-rata tes 70,97 meningkat menjadi 81,25 setelah siklus 2. Adapun secara lebih detail gambaran skor UH siswa ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Skor UH siswa pada siklus 1 dan 2 No Kegiatan yang diamati Frekuensi
Siklus 1 Siklus 2
1 49 - 58 3 -
2 59 - 68 8 -
3 69 - 78 19 4
4 79 - 88 6 26
5 89 - 98 - 6
Jumlah 36 36
Perubahan skor UH ini menunjukkan siswa be- lajar lebih efektif dan lebih memahami pokok ba- hasan fisika dengan sebelum tindakan. Pembela- jaran fisika jadi lebih menyenangkan dan menim- bulkan keingintahuan serta memotivasi mereka un- tuk berkompetisi dengan baik.
Walaupun siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang paling sulit dibandingkan matem- atika, biologi dan kimia namun mereka merasa antusias dan bersemangat dalam belajar fisika.
Mereka menyatakan bahwa belajar fisika seru dan menarik.
Kesimpulan
Penerapan pendekatan saintifik berbasis multimedia pada pembelajaran fisika dapat
meningkatkan mutu dan efektifitas pembelajaran.
Terdapat peningkatan hasil belajar pada kelas yang menerapkan pendekatan saintifik berbasis multime- dia setelah penelitian dari sebelum tindakan. Ter- dapat perubahan positif pada beberapa karakter siswa seperti motivasi, semangat dan kepercayaan diri setelah tindakan siklus 2.
Referensi
[1] W. Winkel, Psikologi Pengajaran, (PT Gra- media, Jakarta, 1989), pp. 82.
[2] Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pen- didikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Peni- laian Pendidikan, pp. 6.
[3] S.R. Putera, Desain Belajar Mengajar Kre- atif Berbasis Sains, (Diva Press, Yogjakarta, 2013), pp. 40.
[4] R.E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Edisi Kesembilan Jilid 2, (PT Index, Jakarta, 2011), pp. 76.
[5] Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pen- didikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, pp.1.
[6] Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, pp. 35.
[7] S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pen- dekatan Praktek, (Rineka Cipta, Jakarta, 1993).