• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN GLOBALISASI DUNIA SAAT INI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN GLOBALISASI DUNIA SAAT INI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN GLOBALISASI DUNIA SAAT INI

Oleh:

REGU B NUSA I:

Anggota:

1. DR. Supriyoko, M.PD 1458 2. Drs. Helmi Jamharis 1459 3. Dra. Laksmi Widiyati 1461 4. Drs. Mansyur, MS 1464

DIPRESENTASIKAN DALAM DISKUSI KELOMPOK PENATARAN P4 POLA 120 JAM (DAN KORPRI)

BP7 PROPINSI DIY, 3-22 DESEMBER 1990

(2)

DAFTAR ISI:

HALAMAN DAFTAR ISI --- i

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Arti Penting Topik --- 1

B. Pendekatan --- 1

C. Batasan Pengertian --- 2

BAB II PERMASALAHAN --- 3

A. Latar Belakang Masalah --- 3

B. Rumusan Masalah --- 4

C. Faktor-faktor Pendukung --- 4

D. Faktor-faktor penghambat --- 5

BAB III PEMBAHASAN --- 6

A. Proses Globalisasi --- 6

B. Akulturasi --- 8

C. Selektivitas Kultural --- 9

D. Pemasyarakatan P4 --- 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN --- 11

A. Kesimpulan --- 11

B. Saran --- 12

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Arti Penting Topik

Salah satu isu internasional yang paling aktual dewasa ini adalah mengenai globalisasi dunia di berbagai bidang; terutama bidang politis, ekonomi dan kebudayaan. Proses globalisasi ini akan membuka peluang yang lebih lebar bagi masuknya unsur-unsur ideologi, pandangan hi-dup dan budaya asing ke dalam struktur dan sistem masya-rakat Indonesia melalui berbagai media; yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perpaduan ideologi, pandang-an hidup dan budaya.

Dengan terjadinya perpaduan ideologi, pandangan hidup, dan budaya tersebut akan

menimbulkan dua masalah yang sangat penting; masing-masing ialah apakah Pancasi-la masih relevan dipertahankan sebagai ideologi terbuka, serta apakah nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila tersebut dapat dipertahankan eksistensinya di-dalam proses perpaduan ideologi, pandangan hidup, serta budaya tersebut.

Berangkat dari pengertian tersebut di atas maka pembahasan agak terinci mengenai topik Pancasila sebagai ideologi terbuka dan globalisasi dunia saat ini menjadi sangat penting dan menarik.

B. Pendekatan

Ada tiga pendekatan yang secara komprehensif di-gunakan dalam membahas topik tersebut di atas; masing-masing adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan sosiologis 2. Pendekatan anthropologis 3. Pendekatan kultural C. Batasan Pengertian

1. Globalisasi adalah proses kecenderungan perkembangan dunia yang bersangkutan dengan perkembangan masing-ma sing bangsa dan negara di dunia.

2. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4);a- dalah sebagimana yang dimaksudkan dalam Tap MPR Nomer II/MPR/1978.

3. Akulturasi adalah perpaduan antar budaya yang mengha- silkan budaya baru di atas unsur- unsur positif dari budaya-budaya lama yang mendukungnya.

4. 'Konsep Trikon' adalah konsep selektivitas kultural yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara yang ter- diri dari unsur-unsur kontinuitas, konvergensi, serta

konsentrisitas.

(4)

BAB II PERMASALAHAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses globalisasi dunia di berbagai bidang, teru tama bidang politik, ekonomi dan kebudayaan, akhir-akhir ini makin dirasakan pengaruhnya oleh hampir semua negara di dunia ini; tak terkecuali Indonesia. Hal ini berarti bahwa secara langsung maupun tidak langsung Indonesia terlibat di dalam proses globalisasi dunia pada berbagai bidang tersebut. Secara politis maka berbagai kebijakan politik di negara-negara manca akan mengimbas pada peri-kehidupan politis di Indonesia; sebaliknya perikehidupan politis di Indonesia pun akan mendapatkan sorotan dari negara-negara manca. Hal ini berlaku pula pada perikehi-dupan ekonomi dan kebudayaan.

Secara umum proses globalisasi dunia akan membuka peluang yang lebih longgar dan lebih besar terhadap ber-temunya berbagai ideologi, pandangan hidup, serta aliran kebudayaan dengan Pancasila sebagai ideologi, pandangan hidup, serta sumber nilai-nilai budaya bagi bangsa Indo- nesia.

Sebagai ideologi yang terbuka maka hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang asing serta luar biasa bagi Pancasila itu sendiri; bahkan adanya "keterbukaan" ter-hadap ideologi,

pandangan hidup, dan aliran kebudayaan asing justru menjadi semacam kewajiban bagi

Pancasila i-tu sendiri. Yang menjadi permasalahan sekarang ini ialah apakah "keterbukaan" yang diciptakan oleh proses globali sasi dunia tidak akan mengancam eksistensi Pancasila itu sendiri;

dengan ungkapan lain apabila berbagai ideologi, pandangan hidup dan aliran kebudayaan bercampur menjadi satu dengan Pancasila maka apakah nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila tersebut tetap dapat diperta-hankan eksistensinya.

Proses globalisasi dunia sekarang ini seolah-olah juga menguji Pancasila apakah nilai-nilai luhur yang ter kandung di dalamnya dapat senantiasa dipertahankan dalam kesertaannya

mengikuti perkembangan dinamis dunia akhir-akhir ini; terutama sekali perkembangan dinamis pada bi-dang politik, ekonomi dan kebudayaan.

B. Rumusan Masalah

Dari deskripsi teoretis yang diekspresikan dalam latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalah-an yang timbul secara ringkas dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah Pancasila dapat dipertahankan sebagai ideologi terbuka?

2. Apakah nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Panca- sila dapat dipertahankan dalam kesertaannya mengikuti

perkembangan dinamis dunia sebagai akibat dari ber- langsungnya proses globalisasi dunia dewasa ini?

(5)

C. Faktor-faktor Pendukung

Berbagai faktor pendukung atau faktor-faktor yang positif untuk menyelesaikan permasalahn tersebut di atas dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya alenia yang keempat.

2. Sifat dinamis-selektif bangsa Indonesia dalam meneri- ma unsur-unsur pandangan hidup dan unsur-unsur budaya asing yang masuk.

3. Tap MPR Nomer II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).

4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 10 Tahun 1978 tentang penataran pegawai republik Indonesia ten tang hasil-hasil sidang umum Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1978.

C. Faktor-faktor Penghambat

Berbagai faktor penghambat ataupun faktor-faktor negatif untuk menyelesaikan permasalahn tersebut di atas dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Unsur-unsur negatif kebudayaan asing yang masuk di In donesia melalui berbagai media.

2. Sering terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan per- undang-undangan.

3. Kesenjangan budaya antar kelompok masyarakat yang di- akibatkan oleh belum meratanya hasil pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Belum siapnya sekelompok masyarakat Indonesia dalam menyongsong proses globalisasi dunia.

(6)

BAB III P E M B A H A S A N

Pembahasan untuk menjawab berbagai butir-butir di dalam rumusan masalah tersebut di atas dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui empat subbab; masing-ma-sing adalah (A) Proses Globalisasi, (B) Akulturasi, (C) Selektivitas Kultural, dan (D) Pemasyarakatan P4.

Adapun uraian atas keempat subbab ini adalah sebagai berikut.

A. Proses Globalisasi

Salah satu isu internasional yang paling aktual dewasa ini ialah globalisasi dunia, yang mengandung arti adanya keterkaitan antar bangsa serta antar negara dalam menentukan gejala atau fenomena perkembangan dunia pada berbagai bidang; terutama bidang-bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Dalam proses globalisasi dunia mengan-dung arti bahwa secara aktif kebijakan-kebijakan politis,

ekonomis, dan kultural suatu negara akan ikut menentukan fenomena perkembangan dunia;

sementara itu secara pasif perkembangan dunia akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan politis, ekonomis, dan kultural suatu negara.

Sebagai ilustrasi dapat diketengahkan kasus yang masih sangat aktual sekarang ini; yaitu mengenai krisis Teluk. Dalam krisis Teluk ini semula negara-negara yang terlibat dalam

pertikaian hanyalah Irak dan Kuwait; akan tetapi kemudian dalam perkembangannya melibatkan hampir seluruh negara di dunia ini, terutama negara-negara yang mempunyai kepentingan langsung terhadap kedua negara ter sebut, misalnya Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, Arab Saudi, dan sebagainya. Negara-negara yang nampaknya pasif pun sesungguhnya telah terlibat secara tidak lang-sung dengan peristiwa Teluk tersebut; misalnya beberapa negara di Amerika Selatan, Afrika, Australia serta Asia, termasuk Indonesia.

Akibat politis dari krisis Teluk tersebut di atas sudah mengimbas di seluruh pelosok dunia, yaitu dengan terciptanya semacam kelompok negara yang pro-Irak, pro-Kuwait, serta negara- negara yang mengambil sikap netral. Akibat ekonimis juga telah dirasakan oleh berbagai nega- ra; termasuk Indonesia yang menikmati kenaikan harga mi-nyak akibat krisis Teluk tersebut.

Sementara itu akibat kultural pun mulai dirasakan oleh masyarakat di negara-negara Arab dengan bercampurnya mereka dengan tentara-tentara yang berasal dari AS, maupun dari negara- negara asing lainnya.

Secara singkat proses globalisasi telah membuka peluang yang makin lebar untuk masuknya berbagai ideolo-gi, pandangan hidup, dan kebudayaan manca ke dalam suatu negara. Bagi Indonesia proses globalisasi juga membuka peluang yang lebih lebar bagi masuknya berbagai ideologi,

pandangan hidup dan budaya manca melalui berbagai media ke dalam masyarakat Indonesia itu sendiri; sekaligus me-rupakan ujian bagi Pancasila apakah nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya senantiasa dapat dipertahan-kan eksistensinya.

Contoh kasus mengenai masuknya ideologi, pandang-an hidup serta budaya manca ke dalam struktur dan sistem masyarakat Indonesia adalah melalui siaran televisi dari chanel-chanel asing

(7)

akibat dikembangkannya teknologi an-tena parabola.

Dengan dipasangnya antena parabola maka pemilik antena tersebut dapat memasang gelombang manca hampir di setiap saat. Siaran-siaran dari Amerika Serikat, Eropa, dsb yang sesuai maupun yang tidak sesuai dan bahkan ber-tentangan dengan nilai-nilai kultural dan kepribadian si pemilik parabola sebagai bagian dari masyarakat Indone-sia tersebut akhirnya dapat diterima olehnya. Akhirnya, disadari atau tidak disadari, terjadilah perpaduan ideo-logi, pandangan hidup, dan kultural antara yang "asli" (Indonesia) dengan yang "asing" (manca). Di sinilah keku atan Pancasila mendapat ujian.

B. Akulturasi

Secara anthropologis terjadinya perpaduan antar budaya disebut dengan "cultural contact".

Sebagai manifestasi dari perpaduan budaya tersebut terdapat dua ke- mungkinan; masing-masing adalah asimilasi (assimilation) dan akulturasi (acculturation). Apabila perpaduan antar budaya membentuk budaya baru dengan segala aspek positif dan negatifnya maka yang terjadi adalah asimilasi; semen tara itu apabila perpaduan budaya membentuk budaya baru yang merupakan manifestasi dari sisi-sisi positif antar budaya tersebut maka yang terjadi adalah akulturasi.

Perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan budaya manca, sebagaimana dalam kasus siaran asing yang ditangkap dengan antena parabola tersebut, diharapkan akan membentuk budaya baru yang konstruktif melalui pro-ses akulturasi.

Persyaratan yang diperlukan agar perpaduan budaya dapat membentuk budaya baru yang konstruktif melalui pro ses akulturasi adalah dapat dipertahankannya nilai-nilai positif dalam budaya Indonesia. Sebagai ukuran kepositif annya adalah terkandung dalam Pancasila itu sendiri se-bagai sumber nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Dengan kata lain kalau nilai-nilai luhur dalam Pancasila dapat dipertahankan untuk mengantisipasi budaya manca maka a-kan terjadi proses akulturasi sesuai yang diharapkan.

Dengan akulturasi maka nilai-nilai luhur Pancasi-la dapat dipertahankan meskipun banyak

"isme" yang masuk ke dalam struktur dan sistem masyarakat Indonesia. Dalam keadaan seperti ini maka nilai-nilai luhur Pancasila ti-dak akan larut oleh masuknya bermacam-macam ideologi, pandangan hidup dan budaya asing, antara lain komunisme, liberalisme, sosialisme, sekularisme, dan sebagainya. Unsur-unsur "isme" tersebut silakan masuk dalam struktur dan sistem

masyarakat Indonesia, karena memang kehadiran nya tidak mungkin ditolak, akan tetapi tidak akan meng-goyahkan Pancasila sebagai ideologi, pandangan hidup dan sumber nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

C. Selektivitas Kultural

Keinginan bangsa Indonesia untuk mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila dalam menghadapi unsur-unsur budaya yang masuk merupakan hal yang wajar; oleh karena itu perlu diciptakan suatu sistem selektivitas budaya, yaitu menyeleksi setiap budaya asing yang masuk ke dalam struktur dan sistem masyarakat Indonesia, agar hanya un-sur positifnya saja yang

teradaptasi tanpa menyertakan unsur-unsur negatifnya.

(8)

Salah satu alat saring yang layak ditampilkan da- lam sistem selektivitas kultural tersebut adalah 'Konsep Trikon' yang dikembangkan oleh Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Konsep ini terdiri dari tiga unsur yang dapat diidentifikasi dan

dideskripsikan sebagai berikut.

1. Kontinuitas; maksudnya adalah melestarikan budaya sen diri yang relevan dengan tuntutan perkembangan serta tetap sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

2. Konvergensi; maksudnya adalah membuka diri terhadap masuknya budaya manca yang tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia.

3. Konsentrisitas; masksudnya adalah memusatkan perhati- an pada terciptanya kebudayaan baru atas bercampurnya budaya asli dan budaya manca, serta tetap memusatkan perhatian pada kepribadian bangsa Indonesia.

Dengan mengaplikasikan 'Konsep Trikon' dalam sis-tem selektivitas budaya tersebut maka kekhawatiran akan lunturnya nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Panca-sila setelah berpadu dengan ideologi, pandangan hidup, dan budaya asing sebagai akibat dari proses globalisasi dunia kiranya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu perlu diciptakan bentuk-bentuk kegiatan untuk mengantisipasi proses globalisasi dunia tersebut; dengan maksud supaya sifat ideologi terbuka Pancasila dapat dipertahankan se-cara proporsional.

D. Pemasyarakatan P4

Pada tahun 1978 melalui sebuah ketetapannya Nomer II/MPR/1978 maka MPR membuat berbagai ketetapan tentang P4, sedangkan pada tahun yang sama Presiden RI melalui Inpres Nomer 10/1978 menginstruksikan pegawai republik Indonesia untuk mengikuti penataran tentang hasil-hasil sidang umum MPR Tahun 1978. Itu semua menjadikan P4 me-rupakan sesuatu yang harus dimasyarakatkan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pemasyarakatan P4 tersebut pada hakekatnya adalah merupakan bentuk kegiatan yang cocok untuk mengingatkan masyarakat akan nilai-nilai yang luhur dalam Pancasila serta kepribadian bangsa. Dengan demikian dalam menerima datangnya unsur-unsur ideologi, pandangan hidup, serta budaya manca maka masyarakat Indonesia sudah mempunyai kesiapan yang dapat dipercaya. Dengan kata lain setelah P4 memasyarakat maka bangsa Indonesia sudah siap menyam-but datangnya unsur-unsur ideologi, pandangan hidup, dan budaya manca tanpa harus mengorbankan nilai-nilai luhur Pancasila dan kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

Dengan pemasyarakatan P4 maka 'Konsep Trikon'akan dapat diaplikasikan dalam sistem selektivitas kultural; dengan demikian yang terjadi dalam perpaduan budaya ada-lah proses akulturasi, bukan asimilasi. Akhirnya proses globalisasi dunia yang membuka terjadinya perpaduan an-tar budaya tersebut dapat diantisipasi secara terpercaya oleh Pancasila tanpa dengan mengorbankan nilai-nilai lu-hur dan kepribadian bangsa Indonesia.

(9)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik bebe-rapa butir kesimpulan yang secara sistematis dapat dii-dentifikasi sebagai berikut.

1. 1. Proses globalisasi dunia yang sedang terjadi sekarang ini membuka kesempatan yang lebih longgar serta lebih lebar tentang masuknya ideologi, pandangan hidup, dan budaya manca ke dalam struktur dan sistem masyarakat Indonesia.

2. Pancasila tetap relevan untuk dipertahankan sebagai ideologi terbuka.

3. 3. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila da- pat dipertahankan dalam kesertaannya mengikuti perkem bangan dinamis dunia sebagai akibat dari berlangsung- nya proses globalisasi dunia sekarang ini sepanjang perpaduan antar ideologi,

pandangan hidup, dan budaya yang terjadi di Indonesia bisa dimanifestasikan dalam bentuk akulturasi.

4. Untuk memanifestasikan bentuk akulturasi tersebut di atas diperlukan sistem

selektivitas budaya; sementara itu 'Konsep Trikon' merupakan salah satu konsep yang relevan diaplikasikan dalam sistem selektivitas kul- tural tersebut.

5. Pemasyarakatan P4 merupakan bentuk kegiatan praktis dan konsepsional untuk

memberikan kesiapan kepada ma- syarakat Indonesia agar dalam menyambut datangnya un- sur-unsur ideologi, pandangan hidup dan budaya asing yang tidak terhindarkan itu tanpa harus mengorbankan nilai-nilai luhur Pancasila serta kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri.

B. Saran

Berdasarkan uraian dan kesimpulan tersebut secara ringkas diajukan dua saran sebagai berikut.

1. Di dalam hubungannya dengan proses globalisasi dunia sekarang ini maka Pancasila harus tetap dipertahankan sebagai ideologi terbuka.

2. Pemasyarakatan P4 harus dilaksanakan terus bagi selu- ruh rakyat Indonesia secara lebih sistematis dan juga lebih konsepsual.

_________________

Referensi

Dokumen terkait

While the first and second baroclinic modes have comparable contribution to the intraseasonal oceanic variations in the eastern equatorial Indian Ocean and in the Ombai Strait,

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

pertambangan. Mereka yang membiayai hal ini terdorong oleh keuntungan yang dat diperoleh dari tiap ons akstraksi logam mulia dan harga tinggi pasar emas selama ini

atas segala nikmat cahaya ilmu pengetahuan, kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan sehingga dapat terselesaikan dengan baik penulisan tesis dengan Pengujian Keseragaman

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk memenuhi permasalahan yang ada pada rumusan masalah, hasil dari perancangan dan implementasi sistem, serta

Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan ketertarikan dan jumlah wirausaha muda khususnya di Desa Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa

hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan bayi usia 7 sampai 12 bulan di Desa Tipar Kidul wilayah kerja Puskesmas Ajibarang I. Sejalan dengan teori