• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

ANALISA KESENJANGAN (GAP) PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

DI AFDELING II KEBUN TONDUHAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

ANDRIANTO SIPAYUNG 12011456

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN 2016

(2)

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sain Terapam Diploma IV pada Program Studi Budidaya Perkebunan

STIPAP Agrobisnis Perkebunan

ANALISA KESENJANGAN (GAP) PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

DI AFDELING II KEBUN TONDUHAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

ANDRIANTO SIPAYUNG 12011456

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

Nama : ANDRIANTO SIPAYUNG

NIM : 12011456

Program studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN

Judul Tugas Akhir : ANALISA KESENJANGAN (GAP)

PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI AFDELING II KEBUN

TONDUHAN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV

Menyetujui,

Mengetahui,

.

Pembimbing I

Megawati Siahaan, S.P., M.P

Megawati Siahaan, S.P., M.P

Pembimbing II

Aries Sukariawan, S.P., M.P

Aries Sukariawan, S.P., M.PKa. PS BDP

Guntoro, S.P., M.P Ketua

Wagino, S.P., M.P

Wagino, S.P., M.P

(4)

Pembimbing Tugas Akhir : 1. Megawati Siahaan, S.P., M.P 2. Aries Sukariawan, S.P., M.P

Tim Penguji : 1. Ir. W.A. Tambunan, M.P

2. Hardi Wijaya,S.P

(5)

i

RINGKASAN

ANDRIANTO SIPAYUNG, ANALISA KESENJANGAN (GAP)

PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI AFDELING II KEBUN TONDUHAN PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV . Tugas Akhir Mahasiswa STIPAP Program Studi Budidaya Perkebunan dibimbing oleh Megawati Siahaan, S.P., M.P dan Aries Sukariawan, S.P., M.P.

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu atau disebut juga syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.

Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Afdeling II Kebun Tonduhan PTPN IV.

Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2016.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu mengumpulkan data primer dan data sekunder produktivitas kelapa sawit di Afdeling II Kebun Tonduhan PTPN IV.

Pada dasarnya tinggi rendahnya potensi produksi, rencana produksi dan realisasi produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu fakor lingkungan, faktor kultur teknis dan faktor bahan tanam.

Kesenjangan produktivitas kelapa sawit di Afdeling II Kebun Tonduhan di pengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik Kelas Kesesuaian Lahan, umur tanaman dan jumlah pokok per hektar

Kata kunci : Kesenjangan, Produktivitas, Kelapa sawit

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Urgensi Penelitian ... 2

1.3. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Target Temuan ... 3

1.5. Kontribusi ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Bahan Tanam Kelapa Sawit ... 4

2.2. Jarak Tanam Pada Kelapa Sawit ... 6

2.3. Hujan Sumber Air Utama ... 7

2.3.1. Pengertian Hujan ... 7

2.3.2. Jumlah Dan Penyebaran Hujan ... 7

2.3.3. Penentuan Waktu Pemupukan ... 8

2.3.4. Pedoman Praktis Waktu Pemupukan ... 8

2.4. Syarat Lahan Tanaman Kelapa Sawit ... 10

2.4.1. Topografi ... 10

2.4.2. Drainase ... 11

2.5. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit ... 11

2.6. Kesesuian Lahan ... 13

2.6.1. Perbaikan Kelas Kesesuian Lahan ... 15

2.6.2. Contoh Kelas Kesesuian Lahan dan Perbaikannya ... 15

2.7. Produksi Tanaman Kelapa Sawit ... 16

2.8. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan... 17

2.8.1. Pemangkasan ... 17

2.8.2. Pemupukan ... 18

2.9. Potensi Produksi Kelapa Sawit ... 18

2.9.1. Pengertian Produktivitas ... 21

2.9.2. Pengertian Kesenjangan ... 22

2.9.3. Penyebab Kesenjangan Produktivitas ... 22

(7)

iii

BAB 3 METODOLOGI ... 24

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.2. Desain Penelitian ... 24

3.3. Pengamatan dan Indikator ... 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Lokasi Kebun ... 25

4.2. Curah hujan ... 28

4.3. Penentuan Kelas Kesesuian Lahan... 30

4.4. Produktivitas kelapa sawit di Afdeling II kebun Tonduhan... 32

4.5. Kesenjangan produktivitas antara realisasi dengan rencana dan realisasi dengan potensi ... 39

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1. Kesimpulan ... 48

5.2. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel menentukkan bentuk wilayah/kemiringan lereng (%) ... 52

2. Tabel menentukkan batuan di permukaan dan di dalam tanah (%-vol) ... . 53

3. Salah satu contoh menentukkan rumus untuk mencari persen batuan di permukaan dan di dalam tanah... 54

4. Tabel menentukkan tekstur tanah dengan menggunakkan hidrometer ... 55

5. Menentukkan kemasaman tanah menggunakan Ph tanah ... 56

6. Salah satu contoh penentuan kelas kesesuian lahan pada Kebun Tonduhan Afdeling II ... 58

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.

Penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisa Kesenjangan (GAP) Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Afdeling II Kebun Tonduhan PT.Perkebunan Nusantara I merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) LPP Kampus Medan.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang yang paling berharga dihidup saya Ayahanda dan Ibunda tercinta Sudirman Sipayung dan Kartini Panggabean yang telah memberikan segala dukungan baik moral maupun materil.

2. Bapak Wagino, SP., MP. Selaku Ketua STIPAP beserta staff jajarannya.

3. Ibu Megawati Siahaan, SP., MP. Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Aries Sukariawan, SP., MP. Selaku Dosen Pembimbing II yang di sela-sela kesibukannya masih dapat meluangkan waktu untuk mendukung, membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

4. Bapak Hardi Wijaya, M.P dan Bapak Ir. W.A. Tambunan, M.P selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tugas akhir.

5. Seluruh staff dan pegawai Kebun Tonduhan PT.Perkebunan Nusantara IV yang telah mendukung dalam menyelesaikan penelitian Tugas Akhir.

(9)

v

6. Sauadara-saudara saya tersayang kak Eva Sipayung, kak Mina Sipayung, kak Yanti Sipayung, Kak Enni Sipayung dan abang saya Alan Sipayung atas dukungan dan motivasinya.

7. Teman-teman STIPAP khususnya BDP E 2012 yang merupakan teman- teman seperjuangan yang telah memberikan inspirasi dan kebersamaannya selama menempuh pendidikan.

8. Sahabat tercinta dan terkasih Ardiansyah Doloksaribu, Daniel Togatorop, Jamalluddin Hasibuan, Putra Trio Brema Ketaren dan Wahyudi Yogi Utomo Sipangkar yang selalu membantu dan mensupport Penelitian Tugas Akhir saya.

9. Terimakasih buat Sahabat tercinta dan terkasih Iyut Sipayung, David Sianturi, Yemima, Atika, Emon Lase, Yopi Sitepu dan Hendrik Yanuar Situmorang yang memberikan Doa dan dukungan untuk Tugas Akhir saya 10. Ucapan terima kasih juga yang senada penulis ucapkan kepada seluruh staff

pengajar STIPAP Medan.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk penyempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini bermanfaat.

Medan, September 2016

Penulis

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di pagar jati, kecamatan Lubuk Pakam pada tanggal 21 November 1993, Penulis merupakan putra dari ayahanda Sudirman Sipayung dan ibunda Kartini Panggabean.

Penulis tamat dari SD Negeri No. 101907 Kecamatan Lubuk Pakam, pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Lubuk Pakam, dan tamat pada tahun 2009, Lalu melanjutkan ke SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, dan tamat pada tahun 2012.

Penulis di terima di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP- AP) Medan pada Tahun 2012 melalui jalur seleksi yang telah diterapkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa STIP-AP jurusan budidaya perkebunan. Pada tahun 2014 penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) 1 selama 5 minggu di PT.Perkebunan Nusantara IV kebun sei kopas dengan komoditas Kelapa sawit dan 3 minggu di PT.Perkebunan Nusantara III kebun Merbau Selatan dengan komoditas karet. Pada Tahun 2015 penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)) II selama 2 bulan di PT Herfinta farm & plantation tanjung medan. Pada Tahun 2016 penulis melaksanakan Program Pengabdian Masyarakat selama 3 minggu di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

(11)

vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

2.1. Benih kelapa sawit sebagai calon bibit yang mempengaruhi

produksi ... 4

2.2. Dampak deficit air terhadap perkembangan dan produktivitas kelapa sawit ... 9

2.3. Kriteria Kesesuaian Lahan ... 12

2.4. Karakteristik Kelas Kesesuian Lahan ... 15

2.5. Potensi produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan ... 19

2.6. Potensi produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan terbaru ... 20

2.7. Potensi Produksi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria Kelas Lahan Standar SOCFINDO ... ... 21

4.1. Jumlah pokok produktif ... 27

4.2. Curah hujan ... 28

4.3. Penentuan Kelas Kesesuian Lahan ... 30

4.4. Data potensi produksi 2013 ... 32

4.5. Data potensi produksi 2014 ... 34

4.6. Data potensi produksi 2015 ... 36

4.7 Rata-rata Produktivitas kebun Tonduhan tahun tanam 1990 ... 39

4.8. Rata-rata Produktivitas kebun Tonduhan tahun tanam 1993 ... 40

4.9. Rata-rata Produktivitas kebun Tonduhan tahun tanam 1994 ... 42

4.10. Rata-rata Produktivitas kebun Tonduhan tahun tanam 1996 ... 43

4.11. Rata-rata Produktivitas kebun Tonduhan tahun tanam 1999 ... 44

4.12. Rata-rata Produktivitas kebun Tonduhan tahun tanam 2004 ... 45

4.13. Rata-rata Produktivitas kebun Tonduhan tahun tanam 2007 ... 46

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

2.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ... 8

4.1. Grafik Rata-rata Curah Hujan ... 29

4.2. Grafik Rata-rata Hari Hujan ... 29

4.3. Grafik data potensi,rencana, dan realisasi Tahun 2013 ... 33

4.4. Grafik data potensi,rencana, dan realisasi Tahun 2014 ... 35

4.5. Grafik data potensi,rencana, dan realisasi Tahun 2015 ... 37

4.6. Grafik rata-rata potensi Produksi Tahun 2013-2015 ... 38

4.7. Grafik rata-rata Produktivitas K.Tonduhan tahun tanam 1990 ... 40

4.8. Grafik rata-rata Produktivitas K.Tonduhan tahun tanam 1993 ... 41

4.9. Grafik rata-rata Produktivitas K.Tonduhan tahun tanam 1994 ... 43

4.10. Grafik rata-rata Produktivitas K.Tonduhan tahun tanam 1996 ... 44

4.11. Grafik rata-rata Produktivitas K.Tonduhan tahun tanam 1999 ... 45

4.12. Grafik rata-rata Produktivitas K.Tonduhan tahun tanam 2004 ... 46

4.13. Grafik rata-rata Produktivitas K.Tonduhan tahun tanam 2007 ... 47

(13)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik.

Namun,untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu atau disebut juga syarat tumbuh tanaman kelapa sawit (Sulistyo, dkk, 2010).

Indonesia pada tahun 2012, memiliki areal perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) seluas 9.074.621 hektar dengan produksi 23.521.071 ton yang tersebar pada berbagai kondisi tanah dan lahan dengan peningkatan luas rata-rata 5,45% per tahun (Prasetyo, dkk, 2015).

Produktivitas rataan nasional minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia adalah 2,7 ton/ha, dengan rincian produktivias perkebunan swasta 2,6 ton/ha, perkebunan rakyat 2,4 ton/ ha dan perkebunan negara 3,1 ton/ha (Prasetyo, dkk, 2015).

Keragaman produktivitas kelapa sawit antara lain disebabkan oleh beragamnya sifat tanah dan lahan di areal pengusaha kelapa sawit. Tanah dan lahan terbentuk secara alamiah sebagai akibat dari berbagai proses pedogenesis (pembentukan tanah) dari berbagai macam bahan induk dan pengaruh lingkungan. Tingginya keragaman tersebut menghendaki adanya informasi obyektif tentang sifat-sifat setiap jenis tanah dan karakteristik lahan agar tindakan manajemen tanah dan upaya yang dilakukan bersifat spesifik untuk setiap jenis tanah (Prasetyo, dkk, 2015).

(14)

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27˚C dengan suhu maksimum 33˚C dan suhu minimum 22˚C sepanjang tahun.

Curah hujan rata – rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250 – 3.000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering dari 3), curah hujan optimal berkisar 1.750 – 2.500 mm.

Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit adalah ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi). Elevasi untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut (dpl). Areal dengan ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl tidak disarankan lagi untuk perkebunan kelapa sawit (Sulistyo, dkk, 2010).

1.2. Urgensi Penelitian

Produktivitas tandan buah segar kelapa sawit dipengaruhi faktor pembatas dalam setiap kelas kesesuaian lahan. Pada kelas kesesuaian lahan terdapat beberapa karakter yang meliputi curah hujan, bulan kering, ketinggian di atas permukaan laut (m), bentuk wilayah, batuan di permukaan, kedalaman efektif, tekstur tanah, kelas drainase, dan kemasaman tanah (pH).

Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan adalah kesenjangan dalam produktivitas tanaman kelapa sawit pada kelas kesesuaian lahan.

Sehingga pada setiap jenis faktor pembatas kelas kesesuaian lahan dapat menghasilkan produksi tandan buah segar kelapa sawit yang beragam pada kelas kesesuaian lahan yang sama.

Pada penelitian ini akan dikajian produktivitas kelapa sawit yaitu perbedaan antara realisasi dengan potensi produksi dan realisasi dengan rencana (RKAP) kelapa sawit pada kelas kesesuaian lahan yang ada di Kebun Tonduhan PTPN IV.

(15)

3 1.3 Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ;

a. Mengetahui produktivitas kelapa sawit di Kebun Tonduhan PTPN IV.

b. Mengetahui perbandingan produktivitas antara realisasi dengan potensi dan realisasi dengan rencana (RKAP) di Kebun Tonduhan PTPN IV.

c. Mengetahui faktor penyebab terjadinya GAP produktivitas kelapa Sawit di Kebun Tonduhan PTPN IV.

1.4 Target Temuan

Penelitian ini untuk mengetahui pencapaian produktivitas dan kesenjangan produktivitas antara realisasi dengan potensi dan realisasi dengan rencana (RKAP) di Afdeling II Kebun Tonduhan PTPN IV.

1.5 Kontribusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dan pembaca sebagai sumber informasi dan masukan dalam melakukan pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit di Afdeling II Kebun Tonduhan PTPN IV.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Tanam Kelapa Sawit

Kualitas bahan tanam sangat mempengaruhi hasil atau produktivitas kelapa sawit. Beberapa varietas kelapa sawit yang sudah diakui kualitasnya di antaranya Yangambi, Bah Jambi, Marihat, Dolok Sinumbah, Lame Avros, Simalungun, Sungai Pancur (SP1), dan Sungai Pancur (SP2). Berikut perbandingan berbagai varietas dan produktivitas kelapa sawit Tabel 2.1.

(Sunarko, 2014)

Benih kelapa sawit sebagai calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi atau produsen yang ditujukan pemerintah (Sunarko, 2014).

Tabel 2.1. Benih Kelapa Sawit sebagai calon bibit yang mempengaruhi produksi

Keunggulan :

a) Sungai Pancur 1: Pertumbuhan meninggi sangat lambat, tidak dianjurkan ditanam di daerah berlereng curam.

Potensi Produksi TBS (ton/ha/tahun) 39 33 32 31 31 36 30 30 32

Produksi TBS rata-rata (ton/ha/tahun) 25-28 28,4 22-24 24-27 31 36 24-27 24-27 25-28

Potensi hasil CPO (ton/ha/tahun) 7,5 7,9 7,4 7,7 7,9 7,9 7,8 7,5 7,6

Produksi CPO rata-rata (ton/ha/tahun) 5,8-7,3 8,7 5,7-6,2 6,0-6,75 6,0-6,3 5,9-7,0 7,8 6,2 6,8

Rendemen Minyak (%) 23-26 26,5 23-26 23-25 23-25 23-26 23-26 23-25 23-26

Produksi Minyak Inti (ton/ha/tahun) 0,62 0,51 0,62 0,56 0,54 0,6 0,54 0,51 0,49

Kerapatan Tanaman 130 130-135 130 130 143 143 130 143 143

Pertumbuhan Meninggi (meter/tahun) 0,6-0,75 0,75-0,78 0,65-0,85 0,65-0,85 0,6-0,7 0,55-0,7 0,6-0,8 0,65-0,85 0,4-0,55 Setyamidjaja (2006)

Dolok SP1 Sinumbah

Nama Varietas Marihat Bah Jambi

Simalungun

Yangambi Lame Avros SP2

(17)

5

c) Bah Jambi : Berproduksi sangat baik pada umur muda (quick starter),pertumbuhan sangat jagur, dianjurkan ditanam pada areal datar.

d) Marihat : Tandan besar, mesokarp tebal, dapat ditanam di daerah belerang.

e) Avros : Produksi tandan sangat tinggi terutama di awal pertumbuhan tandan besar, tidak disarankan untuk ditanam di areal berlereng.

f) Lame : Produksi tandan tinggi, ukuran relatif kecil, habitus kompak, sesuai ditanam di areal berlereng dan relative benih tahan kekeringan.

g) Yangambi : Produksi tandan tinggi, jumlah tandan banyak, ukuran tandan relatif kecil, kandungan minyak dalam tandan sangat baik, cocok ditanam di berbagai areal.

h) Simalungun : Pertumbuhan jagur, produksi tandan tinggi, rendemen minyak sangat tinggi. Dapat ditanam pada berbagai areal.

Menurut Risza (2001), persilangan D x P yang dipilih sebagai bahan tanaman adalah persilangan yang baik secara ekonomis, antara lain : produksi minyak dan inti per hektar tinggi, sifat perkembangan yang cepat dan daya tahan terhadap penyakit. Sedangkan menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003), persilangan D x P merupakan bahan tanaman kelapa sawit unggul yang mempunyai potensi produksi TBS tinggi (32 – 39 ton TBS/ha/th), potensi produksi minyak tinggi (7 – 9 ton CPO/ha/th) dan pertumbuhan tinggi yang sangat lambat sehingga umur ekonomisnya yang lebih panjang (Santoso, 2013).

Bahan tanam varietas Dumpy yang digunakan pada tanaman komersial mempunyai kemampuan berproduksi tinggi. Namun, kelemahan varietas ini mempunyai kemampuan berproduksi tinggi. Namun, kelemahan varietas ini

(18)

pertumbuhannya cepat meninggi sekitar 0,5 - 0,6 meter/tahun, sehinggga dalam waktu 20 tahun ketinggian tanaman kelapa sawit dapat mencapai lebih dari 12 meter (Sunarko, 2014).

Penentuan bibit yang akan ditanam sebaiknya juga memperhatikan kondisi topografi lahan. Hal ini ditujukan untuk mengoptimalkan potensi produksi setiap varietas dengan mempertimbangkan beberapa aspek teknis (Sunarko, 2014).

2.2. Jarak Tanam Pada Kelapa Sawit

Jarak tanam merupakan masalah yang cukup pelik pada tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan tidak adanya suatu jarak tanam optimum yang universal dan berlaku pada semua bahan tanaman dan tempat. Setiap kali diperoleh suatu bahan tanaman baru dengan sifat vegetatif yang berbeda dengan yang terdahulu, maka timbul persoalan dalam mencari jarak tanam yang optimum ( Taniputra, dkk, 1985).

Jarak tanam untuk kelapa sawit yang dianjurkan adalah 9,090 x 8,333 atau 132 pohon/ha (Santoso, 2013 dalam Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara V, 1998)

Kelapa sawit merupakan tumbuhan C-4 dimana tumbuhan ini dapat melakukan fotosintesis dengan lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi.

Sinar matahari mendorong pertumbuhan vegetatif, pembentukan bunga dan buah. Penempatan jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh sinar matahari. Kelapa sawit yang hidup ditempat terlindung dan kurang mendapatkan cahaya matahari pertumbuhannya akan meninggi, tidak normal, jumlah daun sedikit, mengurangi produksi karbohidrat, bunga dan buah (Santoso, 2013).

(19)

7

Menurut Santoso (2013) dalam Harahap (2006) pola jarak tanam segitiga sama sisi memiliki populasi tanaman 15% lebih tinggi dibanding pola jarak tanam segiempat, sehingga secara teoritis akan memiliki produktifitas yang lebih tinggi dibanding pola jarak tanam segi empat.

2.3. Hujan Sumber Air Utama

Pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman kelapa sawit merupakan hasil interaksi berbagai faktor, yaitu genetis, tanah, biotik, kultur teknis dan iklim terutama curah hujan. Curah hujan merupakan sumber air utama untuk perkebunan kelapa sawit, mulai dari pembibitan, tanaman di lapangan hingga berproduksi. Dari tinggi rendahnya curah hujan harian, bulanan, maupun tahunan dapat digunakan untuk berbagai aspek, memperkirakan peluang produksi kelapa sawit ke depan maupun mengevaluasi produksi sebelumnya (Hasan, dkk, 2006).

2.9.4. Pengertian Hujan

Hujan adalah jumlah air dari curah hujan yang jatuh dan tertampung pada bidang datar tanpa mengalami penguapan, peresapan dan pengaliran dalam jangka waktu tertentu (seperti harian, bulanan dan tahunan) (Hasan, dkk, 2006)

2.9.5. Jumlah Dan Penyebaran Hujan

Tanaman kelapa sawit membutuhkan jumlah curah hujan yang cukup (> 1250 mm/tahun) dengan penyebaran relatif merata sepanjang tahun. Penyebaran curah hujan yang tidak terdapat perbedaan mencolok dari satu bulan ke bulan berikutnya, sebaiknya tidak terdapat bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) atau jumlah bulan kering maksimum 3 bulan per tahun (Hasan, dkk, 2006).

Curah hujan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 1.700 – 3.000 mm/ tahun dengan penyebaran yang relatif merata atau tanpa bulan kering.

Rendahnya curah hujan akan menyebabkan berkurangnya ketersediaan air

(20)

untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sebaliknya tingginya curah hujan(>

3.000 mm/tahun) akan memenuhi kebutuhan air tanaman namun dapat mengakibatkan penggenangan dan pencucian hara. Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi terdapat pada Gambar 2.1. (Hasan, dkk, 2006).

Gambar .2.1. Faktor - faktor yang mempengaruhi produksi.

2.9.6. Penentuan Waktu Pemupukan

Waktu pemupukan perlu disesuaikan dengan kondisi curah hujan. Pemupukan yang optimum dilakukan pada waktu (bulan-bulan) dengan curah hujan 100- 200mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm/bulan dan maksimum 300mm/bulan. Bila curah hujan < 60 mmm/bulan, maka pemupukan sebaiknya ditunda dan menunggu curah hujan mencapai > 60 mm/bulan. Begitu juga bila curah hujan mencapai >300 mm/bulan maka pemupukan juga ditunda (Hasan, dkk, 2006).

2.9.7. Pedoman Praktis Waktu Pemupukan

Dalam pelaksanaan pemupukan di perkebunan kelapa sawit dapat digunakan pedoman praktis waktu pemupukan sebagai berikut (Hasan, dkk, 2006) :

a) Waktu mulai pemupukan di perkebunan bila sudah turun hujan 50

PRODUKSI

TANAH PUPUK

BIOTIK

KULTUR TEKNIS PENGELOLAANPA IKLIM NEN

-CURAH HUJAN (AIR)

-CAHAYA

- SUHU BAHAN TANAMAN

(21)

9

b) Waktu harus berhenti pemupukan (terutama pupuk N) adalah :

1. Bila periode terpanjang tidak hujan (hari tidak hujan berturut – turut, dry spell) 20 hari (terlalu kering).

2. Jumlah hari hujan >20hari/bulan (terlalu basah atau banyak hujan) 3. Intensitas hujan harian tinggi > 30 mm/hari (terlalu basah atau

kelebihan hujan).

4. Tanah jenuh air (lewat kapasitas lapang atau air sudah tergenang) karena hujan terus menerus.

Tabel 2.2. Dampak defisit air terhadap perkembangan dan produktivitas kelapa sawit

Stadia Defisit air (mm/tahun)

Jumlah daun Tombak *

Jumlah pelepah tua patah **

Perkiraan penurunan produktivitas (%) ***

I 200-300 3-4 1-8 0-15

II 300-400 4-5 8-12 5-20

III 400-500 4-5 12-16 10-25

IV >500 4-5**** 12-16 15-45

Sumber : PPKS (2006)

Keterangan :

* Pelepah daun muda (pupus) mengumpul/ tidak membuka pada TBM dan TM, serta dapat patah pada stadia IV

** Pelepah daun tua patah (sengkleh) an mongering pada TM

*** Satu tahun setelah cekaman kekeringan (defisit air)

**** Disertai dengan pupus patah.

(22)

Hujan merupakan sumber air utama dan mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman pada perkebunan kelapa sawit. Selain itu dapat juga digunakan untuk memperkirakan peluang produksi tanaman kelapa sawit ke depan ataupun mengevaluasi produksi yang telah lalu (Hasan, dkk, 2006).

Jumlah curah hujan tahunan di sebagian besar wilayah Indonesia sesungguhnya cukup unntuk memenuhi kebutuhan tanaman kelapa sawit. Namun pada wilayah – wilayah tertentu terutama yang terletak di sebelah selatan khatulistiwa, penyebaran hujan sering menjadi masalah atau menjadi faktor pembatas karena terdapat musim ini mengakibatkan terganggunya pertumbuhan, perkembangan bunga dan buah yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas kelapa sawit (Hasan, dkk, 2006).

2.4. Syarat Lahan Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berbuah di ketinggian hingga 1.000 meter dpl. Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitasnya kelapa sawit akan lebih optimal apabila ditanam di ketinggian maksimum 400 meter dpl. Berikut beberapa syarat lahan lainnya untuk pertumbuhan kelapa sawit (Hasan, dkk, 2006) :

2.4.1. Topografi

Selain syarat ketinggian tempat maksimum 400 dpl, kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lahan 0-12˚. Sementara itu, lahan yang memiliki kemiringan lereng 13-25˚ bias ditanami kelapa sawit, tetapi pertumbuhannya kurang baik. Berbeda halnya dengan lahan yang kemiringannya lebih dari 25˚ sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman kelapa sawit karena beresiko terhadap bahaya erosi dan menyulitkan dalam pengangkutan buat saat panen (Hasan, dkk, 2006).

(23)

11 2.4.2. Drainase

Kondisi tanah yang sering mengalami genangan air biasanya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya memerlukan banyak oksigen. Drainase yang jelek akan menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen. Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar sehingga ketika musim hujan lahan tidak tergenang (Hasan, dkk, 2006).

2.5. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Produktivitas tanaman menjadi lebih baik jika unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Selain itu, tanaman kelapa sawit membutuhkan intesitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan proses fotosintesis (Lubis dan Widanarko, 2011).

Berkaitan dengan potensi lahan yang dimaksud adalah bahwa pengembangan tanaman kelapa sawit akan berhasil dengan baik jika dilakukan pada lahan yang memenuhi syarat tumbuh untuk tanaman kelapa sawit tersebut. Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit utamanya berkaitan dengan syarat iklim dan tanah (Winarna, 2007).

(24)

Tabel Karakteristik Kesesuaian Lahan

(25)

13 2.6. Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan merupakan keadaan tingkat kecocokan dari suatu lahan untuk penggunaan tertentu, baik dibidang pertanian maupun perkebunan.

Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah dapat berbeda - beda tergantung pada tipe penggunaan lahan (Lubis dan Widanarko, 2011).

Pengertian kesesuaian lahan (land suitability) berbeda dengan kemampuan lahan (land capability). Kemampuan lahan lebih menekankan pada kapasitas berbagai penggunaan lahan secara umum di suatu wilayah

Semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah, kemampuan lahannya semakin tinggi (Lubis dan Widanarko, 2011).

Kesesuaian lahan pada tingkat order yaitu order “S” artinya sesuai (suitable)Dan order “N” menandakan tidak sesuai (not suitable). Lahan yang termasuk ke dalam order S adalah lahan yang dapat digunakan secara berkesinambungan untuk tujuan tertentu dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya alamnya. Sementara itu, lahan yang termasuk dalam order N merupakan lahan yang digolongkan tidak sesuai untuk digunakan dalam usaha perkebunan karena adanya faktor penghambat (Lubis dan Widanarko, 2011).

Kesesuaian lahan pada tingkat kelas merupakan perincian lebih lanjut dari tingkat order. Umumnya, kelas diberi simbol dengan nomor yang di tulis dibelakang order. Nomor urut menunjukkan tingkat kelas yang menurun dalam suatu order, artinya makin besar nomor urut, maka tingkat order semakin kecil dan faktor pembatas semakin besar (Lubis dan Widanarko, 2011).

(26)

a) Kelas S1

Kelas ini diartikan “sangat sesuai” (highly suitable). Lahan pada kelas ini tidak memiliki faktor pembatas yang serius untuk suatu pengguna tertentu secara berkesinambungan atau kelas ini bisa juga memiliki pembatas, tetapi tidak terpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

b) Kelas S2

Kelas S2 diartikan “cukup sesuai” (moderarelly suitable). Lahan pada kelas ini mempunyai faktor pembatas yang agak serius. Faktor pembatas dapat memengaruhi pertembuhan dan produksi tanaman.

c) Kelas S3

Kelas S3 menandakan “Sesuai marjinal” (marginally suitable). Lahan pada kelas ini memiliki faktor pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolahan. Faktor pembatas dapat mengurangi pertumbuhan dan produksi tanaman.

d) Kelas N

Kelas ini menunjukkan bahwa lahan tidak sesuai (not suitable). Lahan pada kelas ini mempunyai pembatas yang sangat serius. Selain itu, faktor pembatas sulit dan tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolahan dengan modal normal (Lubis dan Widanarko, 2011).

Segala tindakan pengolahan tanah dan tanaman harus didasarkan pada sifat atau penyebaran dari unit kesesuian lahan tersebut. Contoh kelas, sub kelas, dan unit adalah sebagai berikut:

Kelas : S Sub kelas : S3

Unit : S3-d2.a3

(27)

15

Simbol d menunjukkan faktor pembatas drainase, angka 2 menjelaskan intensitasnya sedang. Simbol a menunjukkan pembatas kemasaman tanah (pH), dan angka 3 menjelaskan intensitas yang berat (Sulistiyo, dkk, 2010).

Untuk mengklasifikasi kelas kesesuaian lahan dapat ditentukan dengan sistem pencocokan (Matching) pada karakteristik kesesuaian yang ada disuatu daerah dengan tabel kriteria kesesuaian lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit di atas. Adapun dasar pencocokan kelas kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Wahyuni dan Hasan, 2013)

Tabel 2.4 Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Klasifikasi kelas kesesuaian Lahan Kriteria Kelas S1

(Sangat sesuai = “Highly Suitable”

Unit lahan mempunyai tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal) Kelas S2

(Sesuai = “Moderatelly Suitable”)

Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas sedang dan/ atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas sedang

Kelas S 3

(Agak Sesuai = “Marginally Sutable”)

Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas sedang dan/ atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas berat

Kelas N1 (Tidak Sesuai Bersyarat ) =

“Conditionally Not Suitable”

Unit lahan mempunyai dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki

Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen) =

“Permanently Not”

Unit lahan mempunyai pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki

Sumber : Jurnal Penelitian STIPAP vol. 4 (1) : 24 – 35 Wahyuni dan Hasan, 2013

2.6.1. Perbaikan Kelas Kesesuaian Lahan

Penilaian kesesuaian lahan baik dilakukan secara aktual maupun potensial.

Penilian secara aktual ditujukan terhadap karakteristik lahan pada keadaan sebelum diperbaiki. Sedangkan penilaian secara potensial ditujukan terhadap karakteristik lahan setelah perbaikan, baik perbaikan secara umum (major) maupun khusus (minor). Perbaikan karakteristik lahan yang bersifat umum salah

(28)

satunya adalah pembuatan parit drainase pada lahan rawa sedangkan perbaikan yang bersifat khusus dan sementara salah satunya adalah perbaikan hara tanah melalui tindakan pemupukan (Sulistyo, dkk, 2010)

2.6.2. Contoh Kelas Kesesuaian Lahan dan Perbaikannya

Kelas kesesuaian lahan N1 (tidak sesuai bersyarat) dengan unit kelas N1-d3.a3.s1.

memiliki dua faktor pembatas berat yang masih dapat diperbaiki yaitu keadaan drainase sangat terhambat (d3) dan Ph <3,5 (a3). Di samping itu terdapat faktor pembatas ringan berupa kedalam efektif 90 cm (s1) (Sulistiyo, dkk, 2010).

Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 (agak sesuai) dengan unit kelas S3 d2a2, memiliki dua faktor pembatas sedang yaitu drainase terhambat (d2) dan pH antara 3,5-4,0 (a2). Kenaikan kelas kesesuaian lahan tersebut disebabkan oleh beberapa perbaikan yang mungkin dilakukan. Faktor pembatas berupa drainase yang tergenang (d3) melalui pembuatan parit-parit drainase berubah menjadi d2 (drainase terhambat), bahkan drainase ini dapat diperbaiki menjadi d1 (pembatas ringan) sehingga menjadi kelas S2-d1.a2. Sejalan dengan perbaikan drainase dan pemupukan maka pembatas a3 dapat diperbaiki menjadi a2 (Sulistiyo, dkk, 2010).

2.7. Produksi Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq)

Produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan yang berbeda pada setiap wilayah. Setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dapat secara langsung dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai.

Belum tercapainya produksi yang optimal, berhubungan erat dengan kondisi iklim wilayah berfluktuasi musiman dan perlakuan kultur teknis tanaman kelapa sawit yang belum optimal. Produksi kelapa sawit marjinal berupa tandan buah segar (TBS) yang ditetapkan berdasarkan pendapatan marjinal (Sulistiyo, dkk, 2010).

(29)

17

Faktor kultur teknis adalah yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain : pembibitan, pembukaan lahan, peremajaan, pembangunan penutup tanah kacangan, penanaman dan penyisipan kelapa sawit, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, panen, pengangkutan dan pengelolaan.

Keberhasilan suatu usaha perkebunan ditentukan oleh :

a) Kemampuan pengusaha dalam mengelola atau melaksanakan manajemen sumber daya manusia

b) Faktor- faktor lingkungan sumber daya alam (iklim, tanah, dan topografi) bahan tanam, tindakan kultur teknis dan sebagainya.

c) Pengaruh kondisi ekonomi yang sedang berkembang pada waktu uaaha itu dilakukan.

Pola manajemen lapangan dan cara kerja di perkebunan kelapa sawit mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan komoditas lain.

Kegiatan manajemen lapangan meliputi seluruh aspek pengusahaan kelapa sawit, yakni mencakup faktor - faktor men, money, material, machine dan market (Azan, 2012)

2.8. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

Tanaman kelapa sawit biasanya menghasilkan buah pada umur sekitar empat tahun, massa berbuah ini perlu dijaga agar tanaman memiliki masa menghasilkan yang lama. Umumnya, produktivitas tanaman kelapa sawit akan menurun pada umur 25 tahun. Berikut berbagai teknis pemeliharaan pada masa TM agar tetap berproduksi optimal (Lubis dan Widanarko, 2011).

2.8.1. Pemangkasan

Daun tua dan pelepahnya perlu dipotong untuk tetap mendapatkan produktivitas yang tinggi. Selain itu, gulma yang tumbuh di pohon perlu

(30)

dibersihkan secara teratur. Hal ini untuk mempermudah terjadinya penyerbukan bunga secara alami maupun dengan bantuan serangga penyerbuk. Keuntungan lainnya, pemangkasan daun tua mampu mengurangi kelembapan sehingga dapat menangkal bahaya penyakit busuk buah ( bunch rot ). Daun yang telah dipangkas sebaiknya dikumpulkan sebagai bahan baku pupuk nabati (Lubis dan Widanarko, 2011).

2.8.2. Pemupukan

Menurut Suwandi, et al. (1989) peran pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya pemupukan menjadi penting karena usaha tersebut memerlukan 40- 60% biaya pemeliharaan tanaman atau 15-20% dari biaya produksi (Lubis dan Widanarko, 2011).

Pada masa tanaman menghasilkan, pemupukan diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman dengan baik serta meningkatkan produksi (PT Tania Selatan, 1997). Pemupukan pada TM merupakan hal penting ditinjau dari kegunaannya ataupun biaya yang dipakai. Teknik aplikasi, dosis, jumlah pupuk, dan lain-lain tergantung beberapa hal seperti : jenis tanah, umur tanaman, tingkat produksi yang dicapai, realisasi pemupukan sebelumnya, jenis pupuk yang akan dipakai, tenaga kerja yang tersedia, keadaan penutup tanah, analisis kadar hara pada daun, dan sebagainya (Lubis, 2008).

2.9. Potensi Produksi Kelapa Sawit

Peningkatan produktivitas tanaman dapat ditempuh setidaknya melalui dua pendekatan, yaitu pemakaian bibit unggul yang memiliki potensi produksi tinggi atau teknik budidaya yang intensif untuk mendapatkan produktivitas nyata yang optimal. Jumlah buah atau berat TBS merupakan parameter utama

(31)

19

yang digunakan untuk menentukan produktivitas tanaman atau kebun kelapa sawit (Purba, 2015)

Produktivitas tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan yang berbeda pada setiap wilayah pengembangannya. Belum tercapainya produktivitas tersebut berhubungan erat dengan kondisi iklim yang berfluktuasi musiman (Purba, 2015).

Berikut potensi produksi tanaman kelapa sawit jenis Tenera secara umum pada lahan kelas S1, S2, S3 disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.5. Potensi Produksi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria Kelas Lahan

Umur (Thn)

KKL S1 KKL S2 KKL S3

JT RBT TBS JT RBT TBS JT RBT TBS

3 22.00 3.20 9.00 18.10 3.10 7.30 17.90 3.00 7.00 4 19.20 6.00 15.00 17.60 5.90 13.50 17.40 5.30 12.00 5 18.50 7.50 18.00 17.30 7.10 16.00 16.60 6.70 14.50 6 16.20 10.00 21.10 15.10 9.40 18.50 15.40 8.50 17.00 7 16.00 12.50 26.00 15.00 11.80 23.00 15.70 10.00 22.00 8 15.30 15.10 30.00 14.90 13.20 25.50 14.80 12.70 24.50 9 14.00 17.00 31.00 13.10 16.50 28.00 12.90 15.50 26.00 10 12.90 18.50 31.00 12.30 17.50 28.00 12.50 16.00 26.00 11 12.20 19.60 31.00 11.60 18.50 28.00 11.50 17.40 26.00 12 11.60 20.50 31.00 11.00 19.50 28.00 10.80 18.50 26.00 13 11.30 21.10 31.00 10.80 20.00 28.00 10.30 19.50 26.00 14 10.30 22.50 30.00 10.10 20.50 27.00 9.60 20.00 25.00 15 9.30 23.00 27.90 9.20 21.80 26.00 9.10 20.60 24.50 16 8.50 24.50 27.10 8.50 23.10 25.50 8.30 21.80 23.50 17 8.00 25.00 26.00 7.80 24.10 24.50 7.40 23.00 22.00 18 7.40 26.00 24.90 7.20 25.20 23.50 6.70 24.20 21.00 19 6.70 27.50 24.10 6.60 26.40 22.50 6.00 25.50 20.00 20 6.20 28.50 23.10 5.90 27.80 21.50 5.50 26.60 19.00 21 5.80 29.00 21.90 5.60 28.60 21.00 5.10 27.40 18.00 22 5.10 30.00 19.80 5.00 29.40 19.00 4.60 28.40 17.00 23 4.80 30.50 18.90 4.60 30.10 18.00 4.20 29.40 16.00 24 4.40 31.90 18.10 4.20 31.00 17.00 3.80 30.40 15.00

(32)

25 3.90 32.40 17.10 3.80 32.00 16.00 3.60 31.20 14.00 Jumlah 249.0 481.1 553.0 235.0 463.0 505.3 228.0 442.0 461.2 Rerata 10.80 20.90 24.00 10.20 20.10 22.00 9.90 19.20 20.00

Sumber : Buku Pintar Mandor (Anonimous, 2008) Keterangan :

JT : Jumlah Tandan TBS : Tandan Buah Segar KKL : Kelas Kesesuaian Laha RBT : Rataan Berat Tandan

Tabel 2.6. Potensi Produksi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria Kelas Lahan Terbaru

Umur (Thn)

KKL S1 KKL S2 KKL S3

TBS JT RBT TBS JT RBT TBS JT RBT

3 12.0 21.6 4.2 9.7 18.1 4.0 8.3 15.9 3.9

4 18.0 19.2 7.0 16.2 17.6 6.9 14.4 17.4 6.2

5 22.0 18.5 8.9 19.6 17.3 8.5 17.7 16.6 8.0

6 25.0 16.2 11.6 21.9 15.1 10.9 20.1 15.4 9.8 7 28.0 16.0 13.2 24.8 15.0 12.4 23.7 15.7 11.3 8 31.0 15.3 15.2 26.4 14.9 13.3 25.3 14.8 12.9 9 34.0 14.0 18.3 30.7 13.1 17.6 28.5 12.9 16.6 10 36.0 12.9 21.0 32.5 12.3 19.9 30.2 12.5 18.2 11 36.0 12.2 22.2 32.5 11.6 21.1 30.2 11.5 19.7 12 36.0 11.6 23.3 32.5 11.0 22.2 30.2 10.8 21.0 13 36.0 11.3 24.0 32.5 10.8 22.6 30.2 10.3 22.0 14 35.0 10.3 25.5 31.5 10.1 23.4 29.2 9.6 22.8 15 33.0 9.3 26.7 30.8 9.2 25.1 29.0 9.1 23.9 16 32.0 8.5 28.3 30.1 8.5 26.6 27.7 8.3 25.1 17 31.0 8.3 28.1 29.2 8.1 27.1 26.2 7.7 25.7 18 30.0 7.9 28.6 28.3 7.7 27.7 25.3 7.2 26.6 19 29.0 7.4 29.5 27.1 7.3 27.9 24.1 6.6 27.3 20 28.0 7.0 30.1 26.1 6.7 29.4 23.0 6.2 27.9 21 27.0 6.6 30.8 25.9 6.4 30.5 22.2 5.8 28.8 22 26.0 6.0 32.6 24.9 5.9 31.9 21.7 5.4 30.1 23 25.0 5.7 33.0 23.8 5.5 32.8 21.2 5.0 31.9 24 23.5 5.4 32.7 22.1 5.2 32.2 19.5 4.7 31.4 25 22.0 5.0 33.1 20.6 4.6 33.4 18.0 4.4 30.8 Rerata 28.5 11.1 23.0 26.1 10.5 22.1 23.7 10.2 21.0 Keterangan :

JT : Jumlah Tandan TBS : Tandan Buah Segar KKL : Kelas Kesesuaian Laha RBT : Rataan Berat Tandan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan adalah penyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran adalah tujuan dari organisasi yang sudah dinyatakan

3,15 Pernyataan tersebut sesuai dengan observasi yang telah dilakukan pada penelitian ini, bahwa penderita autis yang memiliki kebiasaan frekuensi rendah dalam mengonsumsi

Mata kuliah ini mengkaji pengenalan sistem ekonomi islam secara makro maupun mikro mulai dari manusia dan ekonomi, kritik terhadap sistem ekonomi kapitalis,

Ketua, ini kan tim ahli yang akan menyusun RUU Kreatif jadi kalau usul saya dari empat yang diusulkan tentu ada mungkin satu pelaku yang mungkin dia langsung

Dalam upaya memberikan jaminan pelayanan kepada masyarakat berupa kepastian pelayanan sesuai dengan standar pelayanan maka Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur, Kota

- Galian tanah untuk pekerjaan - Galian tanah untuk pekerjaan  pasangan batu kali yang sudah  pasangan batu kali yang sudah digali segera dikerjakan karena digali segera

Pada penelitian ini akan dikaji permasalahan realisasi dari fungsi transfer dalam bentuk kanonik terkontrol, yaitu jika diberikan suatu fungsi transfer, maka bagaimanakah

Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang berada