• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Wilayah Desa Wisata Tanaman Hias Dukuh Kopeng, Kabupaten Semarang

Desa Kopeng adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan luas wilayah sekitar 800 Ha. Desa ini terdiri dari 9 Dusun, yaitu Dusun Dukuh, Sidomukti, Sleker, Clunter, Blancir, Plalar, Payemen, Kopeng, dan Dusun Kasiran. Desa Kopeng ditetapkan sebagai Desa Vokasi sejak awal tahun 2010. Terdapat beberapa produk yang diunggulkan di Desa Vokasi Kopeng, yaitu sayuran organik, makanan khas dan tanaman hias. Ada beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi di Kopeng yaitu : Umbul Songo, Kalipancur dan Desa Agrowisata Dukuh yang hampir seluruh warga di Dusun tersebut menjual tanaman hias. Desa Agrowisata kampung tanaman hias berletak tepatnya di Dusun Dukuh, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Wilayah Desa Kopeng dibatasi oleh:

a. Sebelah Utara : Desa Wates, Kecamatan Getasan b. Sebelah Timur : Desa Batur, Kecamatan Getasan c. Sebelah Selatan : Desa Jrakah, Kecamatan Selo

d. Sebelah Barat : Desa Magelang, Kecamatan Ngablak

Kondisi geografis Desa Kopeng sendiri umumnya merupakan tanah merah yang terbagi menjadi beberapa lahan, yaitu pekarangan/ bangunan seluas 68 Ha, tanah sawah dan kebun seluas 424 Ha, tanah hutan lindung seluas 188 Ha. Berdasarkan kondisi geografis Desa Kopeng, dapat dilihat luasnya tanah kebun dan sawah sehingga banyak warga penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani hortikultura khususnya bertani dan berjualan tanaman hias. Secara topografi Desa Kopeng berada di lereng Gunung Merbabu dengan ketinggian sekitar 1.500 – 1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), sehingga Desa ini memiliki cuaca yang sejuk dan dingin dengan suhu udara yang rata-rata 16oC. Berdasarkan kondisi topografi dan iklim yang

(2)

mendukung, Dusun Dukuh, Desa Kopeng merupakan daerah yang cocok untuk bertani dan berjualan tanaman hias, khususnya tanaman hias jenis kaktus dan sukulen.

4.1.2 Keadaan Unsur Marketing Mix 7P di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng, Kabupaten Semarang

Usahatani tanaman hias di Dusun Dukuh, merupakan usaha utama bagi hampir sebagian besar masyarakat di kampung tersebut. Berbagai macam jenis tanaman hias yang dijual dan dikembangbiakkan oleh para penjual. Umumnya jenis tanaman hias yang dijual adalah jenis tanaman hias yang mudah untuk dirawat dan memiliki harga yang terjangkau untuk konsumen. Jenis tanaman hias yang dijual antara lain: Mawar, Kaktus sukulen, Wijaya Kusuma, Aglonema dan Krisan.

Warga Dusun Dukuh Kopeng memanfaatkan halaman rumah untuk berjualan tanaman hias. Sentra tanaman hias yang dikelola sekitar 140 Kepala Keluarga (KK) sudah berjalan turun temurun. Petani tanaman hias tersebar hingga sembilan RT.

Warga Desa Kopeng khususnya Dusun Dukuh sudah sekitar tahun 1980 mengembangkan usaha tanaman hias dengan memanfaatkan pekarangan rumah serta lahan kosong yang ada. Mayoritas para pengunjung biasanya mayoritas membeli tanaman jenis kaktus. Lokasi kampung tanaman hias ini jauh dari kota Salatiga dan Magelang untuk diakses.

Ada beberapa alasan utama mengapa kebanyakan penjual di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng tetap menjual jenis kaktus dan sukulen yaitu karena harganya yang relatif murah dari tanaman lainnya dan perawatan yang cukup mudah serta penyiraman yang tidak terlalu banyak. Jenis kaktus yang banyak paling banyak dijual adalah jenis gymnocalcium, mammillaria dan opuntia sedangkan untuk jenis sukulen yang yang banyak dijual yaitu haworthia, echeveria, burros tail, sempervivum. Tanaman Kaktus juga memiliki banyak jenis, bentuk dan warna yang menarik sehingga lebih memikat pembeli ketika berkunjung untuk membeli tanaman hias kaktus di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng.

(3)

Tabel 4.1 Kondisi atau Strategi Marketing Mix 7P Bisnis Tanaman hias Kaktus

No. Unsur

marketing mix

Strategi / kondisi Gambar

1 Produk (X1) Rata-rata produk kaktus yang dijual di lokasi penelitian adalah Sebagian besar jenis kaktus gymnocalcium

Gambar 4.1 Unsur Produk 2 Harga (X2) Rata-rata harga kaktus yang dijual

dijangkau konsumen dengan kisaran harga Rp 5.000 / pot

Gambar 4.2 Unsur Harga 3 Tempat (X3) Lokasi penjualan kaktus mudah

dikenali karena berada di komplek agrowisata Dukuh Kopeng namun jauh dari jangkauan kota besar dan tidak berada di pinggir jalan besar

Gambar 4.3 Unsur Tempat 4 Promosi (X4) Sebagian besar penjual kaktus

belum menggunakan promosi media sosial karena beranggapan sudah berada di komplek Agrowisata

Gambar 4.4 Unsur Promosi 5 Orang (X5) Sebagian besar penjual tanaman

hias kaktus tidak memiliki karyawan

Gambar 4.5 Unsur Orang

(4)

6 Proses (X6) Sebagian besar penjual dapat memudahkan konsumen dalam bertransaksi dan memenuhi keinginan konsumen

Gambar 4.6 Unsur Proses 7 Bukti Fisik

(X7)

Sebagian besar lokasi greenhouse yang rapi dan bersih

Gambar 4.7 Unsur Bukti Fisik

Sumber: Data primer diolah, 2022

4.2 Karakteristik Petani Responden

Adapun karakteristik petani responden pada penelitian ini didasarkan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pengalaman berjualan dan bertani tanaman hias kaktus, dan jumlah anggota keluarga. Total responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang penjual tanaman hias yang berjualan kaktus dalam pot.

4.2.1 Usia Responden

Perkembangan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah usia petani. Ini dikarenakan usia mempengaruhi pengambilan keputusan serta kinerja petani dalam menerapkan teknologi dalam usahanya. Menurut Simanjuntak dalam Zuriani (2017), usia 15-56 tahun adalah kelompok usia produktif, yang mana kemampuan untuk melakukan kegiatan usahatani diperkirakan masih relatif tinggi.

Jumlah dan rentang usia penjual tanaman hias kaktus di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng dapat dilihat pada Tabel 4.2.

(5)

Tabel 4.2 Usia Responden

Usia Responden No.

Rentang Usia

(Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 25 – 34 10 25%

2 35 – 44 12 30%

3 45 – 54 5 12,5%

4 55 – 64 6 15%

5 >64 7 17,5%

Total 40 100%

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2, Dapat diketahui bahwa responden dengan umur 35 – 44 tahun merupakan tingkat umur dengan jumlah terbanyak di Desa Agrowisata tanaman hias Dukuh yaitu sejumlah 12 orang atau 30% dari keseluruhan responden. Hal ini dikarenakan pada usia 35 – 44 tahun merupakan usia produktif berjualan kaktus.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu investasi terpenting dalam hidup karena pendidikan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia bisa menyerap, menganalisis, dan menerapkan semua inovasi yang ia peroleh dalam usaha mereka dan dalam hal ini usahatani. Tingkat pendidikan penjual tanaman hias kaktus di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng bisa dilihat di Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Presentase

1 SD 18 45%

2 SMP 14 35%

3 SMA/SMK 8 20%

Total 40 100%

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Pada tabel 4.3, bisa dilihat bahwa tingkat pendidikan di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng masih cukup rendah, dikarenakan rata-rata pendidikan petani yang mayortitas masih di jenjang SD dengan jumlah 18 orang atau 45%. Terdapat sebanyak 14 orang

(6)

atau 35% yang menempuh pendidikan jenjang SMP. Untuk tingkat pendidikan petani dengan jumlah yang paling sedikit berada di tingkatan pendidikan SMA dengan jumlah 8 orang atau 20%. Dari tabel 4.2, belum ada petani yang melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang sarjana. Umumnya, sebagian besar penjual tanaman hias di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng mendapatkan ilmu merawat dan budidaya tanaman hias secara turun temurun dari keluarga mereka.

4.2.3 Pengalaman Usahatani Tanaman Hias Kaktus dan Sukulen

Pengalaman usahatani tentu saja berpengaruh terhadap keberhasilan usaha tani karena pengalaman menentukan seberapa lama dan ulet seseorang menggeluti usaha mereka. Tabel 4.4, menunjukkan pengalaman usaha yang dimiliki penjual Tanaman hias Kaktus di Kampung Tanaman hias Dukuh, Kopeng.

Tabel 4.4 Pengalaman Petani Berusahatani Tanaman Hias Kaktus

No. Pengalaman Usaha Jumlah Persentase (%)

1 3 – 5 4 10%

2 6 – 10 12 30%

3 11 – 15 5 12,5%

4 16 – 20 4 10%

5 21 – 25 7 17,5%

6 >25 8 20%

Total 40 100%

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Berdasarkan tabel 4.4, dapat diperoleh informasi bahwa penjual tanaman hias kaktus memiliki pengalaman berusaha tani dengan jumlah terbanyak yaitu pengalaman usaha 6 - 10 sebanyak 12 orang atau 30%. Terdapat sebanyak 8 orang atau 20% dari 40 jumlah responden yang sudah menjual dan bertani tanaman hias >25 tahun. Jumlah tahun tersebut tentu saja bukan waktu yang sebentar dan dapat menjadi mentor dalam merawat tanaman hias dan berbagi informasi mengenai pengambilan stok tanaman hias untuk dijual kembali, sehingga dapat saling mendukung usaha tani satu sama lain.

(7)

4.3. Gambaran Marekting Mix Usahatani Kaktus di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng, Kabupaten Semarang

Peneliti membuat pernyataan yang nantinya digunakan untuk memperoleh data dari 40 responden penjual tanaman hias yang masih berjualan aktif menjual jenis kaktus dan minimal sudah 3 tahun berusahatani di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng, Kabupaten Semarang.

4.3.1. Variabel Produk (X1)

Distribusi jawaban digunakan agar mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat dalam setiap variabel pada kuesioner :

Tabel 4.5 Variabel Produk (X1)

No

Aspek Produk

(X1)

Frekuensi

Jumlah Modus

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Jenis Kaktus

8 (20%)

15 (37,5%)

2 (5%)

4 (10%)

11 (27,5%)

40

(100%) 2

2 Kondisi kaktus

15 (37,5%)

8 (20%)

2 (5%)

8 (20%)

7 (17,5%)

40

(100%) 1

3 Estetika kaktus

21 (52,5%)

2 (5%)

4 (10%)

3 (7,5%)

10 (25%)

40

(100%) 1

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Dari tabel 4.5, dapat diketahui bahwa pada indikator jenis kaktus (X1.1) terdapat 15 responden (37,5%) menjawab dengan skor 2 yakni jenis kaktus yang dijual sejumlah 20 – 30 jenis, diikuti terbanyak selanjutnya adalah jawaban dengan skor 5, sebanyak 27,5% responden menyatakan bahwa jenis kaktus yang dijual lebih dari 50 jenis. Pada indikator kondisi kaktus (X1.2) terdapat 15 responden (37,5%) menjawab dengan skor 1 bahwa kondisi kaktus yang dijual > 50% mengalami kecacatan diserang hama, diikuti terbanyak selanjutnya adalah jawaban dengan skor 2 (20% responden) yakni terdapat 50% kaktus yang dijual mengalami kecacatan dan dan skor 4 (20%

responden) yakni hanya sekitar 10% kaktus yang mnegalami kecacatan. Pada indikator estetika kaktus (X1.3) terdapat 21 responden (52,5%) menjawab dengan skor 1 bahwa bentuk dan warna kaktus yang dijual cenderung tidak menarik. Hal ini memperkuat bukti bahwa kualitas produk yang sangat rendah akan memberikan dampak terhadap penurunan penjualan kaktus di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng Kabupaten Semarang.

(8)

4.3.2. Variabel Harga (X2)

Distribusi jawaban digunakan agar mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat dalam setiap variabel pada kuesioner:

Tabel 4.6 Variabel Harga (X2)

No Aspek Harga (X2)

Frekuensi

Jumlah Modus

(1) (2) (3) (4) (5)

1

Potensi Keterjangkauan

harga

2 (5%)

0 (0%)

5 (12,5%)

8 (20%)

25 (62,5%)

40

(100%) 5 2 Kesesuaian

harga

2 (5%)

0 (0%)

1 (2,5%)

6 (15%)

31 (77,5%)

40

(100%) 5 3 Fasilitas

potongan harga 0 (0%)

3 (7,5%)

18 (45%)

4 (10%)

15 (37,5%)

40

(100%) 3

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Dari tabel 4.6 diatas, dapat diketahui bahwa pada indikator keterjangkauan harga (X2.1) terdapat 25 responden (62,5%) menjawab dengan skor 5 bahwa harga kaktus yang dijual terjangkau dengan kisarna harga < Rp 5.000, diikuti terbanyak selanjutnya adalah jawaban dengan skor 4 yakni 20% responden menyatakan bahwa harga kaktus cukup terjangkau Rp. 5.000-7.500 per pot. Pada indikator kesesuaian harga (X2.2) terdapat 31 responden (77,5%) menjawab dengan skor 5 bahwa kondisi kaktus yang dijual sesuai dengan harga yang terjangkau < Rp 5.000. Pada indikator potongan harga (X2.3) terdapat 18 responden (45%) menjawab dengan skor 3 bahwa pembeli akan mendapat potongan harga 10% dengan minimum pembelian Rp 200.000.

4.3.3. Variabel Tempat (X3)

Distribusi jawaban digunakan agar mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat dalam setiap variabel pada kuesioner:

Tabel 4.7 Variabel Tempat (X3)

No

Aspek Tempat

(X3)

Frekuensi

Jumlah Modus

(1) (2) (3) (4) (5)

1

Lokasi mudah dijangkau

2 (5%)

21 (52,5%)

3 (7,5%)

9 (22,5%)

6 (15%)

40

(100%) 2

2

Tempat parkir memadai

0 (0%)

23 (57,5%)

0 (0%)

13 (32,5%)

4 (10%)

40

(100%) 2

(9)

3

Lokasi penjualan

strategis

21 (52,5%)

2 (5%)

9 (22,5%)

6 (15%)

2 (5%)

40

(100%) 1

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Dari tabel 4.7 diatas, dapat diketahui respon responden mengenai tempat (X3) terhadap penjualan tanaman hias kaktus (Y). Pada indikator akses lokasi penjulan (X3.1) terdapat 21 responden (52,5%) menjawab dengan skor 2 bahwa lokasi penjualan sulit diakses menggunakan kendaraan dengan kondisi jalan bebatuan dan terjal. Pada indikator tempat parkir memadai (X3.2) terdapat 23 responden (57,5%) menjawab dengan skor 2 bahwa tempat parkir dapat menampung 1 mobil dan motor. Pada indikator lokasi penjualan strategis (X3.3) terdapat 21 responden (52,5%) menjawab dengan skor 1 bahwa lokasi penjualan sulit diakses berada dalam gang dan jauh dari jalan raya.

4.3.4. Variabel Promosi (X4)

Distribusi jawaban digunakan agar mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat dalam setiap variabel pada kuesioner:

Tabel 4.8 Variabel Promosi (X4)

No

Aspek Promosi

(X4)

Frekuensi

Jumlah Modus

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Seringnya promosi

11 (27,5%)

11 (27,5%)

10 (25%)

6 (15%)

2 (5%)

40

(100%) 1

2

Banyaknya media publikasi

yang digunakan

2 (5%)

20 (50%)

5 (12,5%)

9 (22,5%)

4 (10%)

40

(100%) 2

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Dari tabel 4.8 diatas, dapat diketahui respon responden mengenai promosi (X4) terhadap penjualan tanaman hias kaktus (Y). Pada indikator frekuensi promosi langsung (X4.1) terdapat 11 responden (27,5%) menjawab dengan skor 1 bahwa petani melakukan promosi langsung 1 minggu sekali melalui kegiatan personal selling dari penjual kepada konsumen. Pada indikator media publikasi online yang digunakan (X4.2) terdapat 20 responden (50%) menjawab dengan skor 2 bahwa hanya menggunakan 1 media pubikasi. Hal ini memperkuat bukti bahwa promosi yang sangat

(10)

rendah di era digital ini akan memberikan dampak terhadap penurunan penjualan kaktus di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng Kabupaten Semarang.

4.3.5. Variabel Orang (X5)

Distribusi jawaban digunakan agar mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat dalam setiap variabel pada kuesioner:

Tabel 4.9 Variabel orang (X5)

No Aspek Orang (X5)

Frekuensi

Jumlah Modus

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Jumlah Karyawan

8 (20%)

18 (45%)

6 (15%)

5 (12,5%)

3 (7,5%)

40

(100%) 2

2 Kualitas pelayanan

15 (37,5%)

8 (20%)

1 (2,5%)

4 (10%)

12 (30%)

40

(100%) 1

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Dari tabel 4.9 diatas, dapat diketahui respon responden mengenai Orang (X5) terhadap penjualan tanaman hias kaktus (Y) Pada indikator jumlah karyawan (X5.1) terdapat 18 reponden (45%) menjawab dengan skor 2 bahwa jumlah karyawan usahatani kaktus hanya 1, karena memang untuk karyawan dalam usahatani kaktus masih minim. Pada indikator kualitas pelayanan baik (X5.2) terdapat 15 responden (37,5%) menjawab dengan skor 1 bahwa petani kurang cekatan dalam memenuhi keinginan konsumen. Hal ini memperkuat bukti bahwa jumlah dan kualitas Orang yang sangat rendah akan memberikan dampak terhadap penurunan penjualan kaktus di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng Kabupaten Semarang.

4.3.6. Variabel Proses (X6)

Distribusi jawaban digunakan agar mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat dalam setiap variabel pada kuesioner:

Tabel 4.10 Variabel Proses (X6)

No Aspek Proses (X6)

Frekuensi

Jumlah Modus

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Media

Pembayaran

14 (35%)

9 (22,5%)

1 (2,5%)

5 (12,5%)

11 (27,5%)

40

(100%) 1

2

Ketelitian memenuhi keinginan konsumen

15 (37,5%)

8 (20%)

0 (0%)

10 (25%)

7 (17,5%)

40

(100%) 1

(11)

3

Proses menawarkan

produk di media online

23 (57,5%)

1 (2,5%)

9 (22.5%)

6 (15%)

1 (2,5%)

40

(100%) 1

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Dari tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa respon responden mengenai proses (X6) terhadap penjualan tanaman hias kaktus (Y). Pada indikator media pembayaran (X6.1) terdapat 14 responden (35%) menjawab dengan skor 1 bahwa proses pembayaran dilakukan secara tunai. Indikator ketelitian penjual (X6.2) terdapat 15 responden (37,5%) menjawab dengan skor 1 bahwa penjual kurang teliti dalam proses transaksi penjualan. Indikator proses penawaran produk selalu diperhatikan melalu promosi rutin (X6.3) terdapat 23 responden (57,5%) menjawab dengan skor 1 bahwa petani tidak pernah menawarkan produk. Hal ini memperkuat bukti bahwa tingkat proses dalam transaksi yang sangat rendah akan memberikan dampak terhadap penurunan penjualan kaktus di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng Kabupaten Semarang.

4.3.7. Variabel Bukti Fisik (X7)

Distribusi jawaban digunakan agar mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat dalam setiap variabel pada kuesioner:

Tabel 4.11 Variabel Bukti fisik (X7)

No Aspek Harga (X2)

Frekuensi

Jumlah Modus

(1) (2) (3) (4) (5)

1

Dekorasi greenhouse

menarik

0 (0%)

3 (7,5%)

0 (0%)

16 (40%)

21 (52,5%)

40

(100%) 5

2

Kebersihan tempat penjualan sangat baik

2 (5%)

1 (2,5%)

0 (0%)

15 (37,5%)

22 (55%)

40

(100%) 5

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Dari tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa respon responden mengenai bukti fisik (X7) terhadap penjualan tanaman hias kaktus (Y) Pada indikator dekorasi greenhouse (X7.1) terdapat 21 responden (52,5%) menjawab dengan skor 5 bahwa dekorasi dan tata letak yang menarik. Pada indikator kebersihan tempat (X7.2) terdapat

(12)

22 responden (55%) menjawab dengan skor 5 bahwa tempat penjualan yang sangat bersih. Hal ini memperkuat bukti bahwa bukti fisik tempat penjualan yang sangat baik dan menarik akan memberikan dampak terhadap peningkatan penjualan kaktus.

4.3.8. Variabel Penjualan (Y)

Distribusi jawaban digunakan agar mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat dalam setiap variabel pada kuesioner:

Tabel 4.12 Variabel penjualan (Y)

No Aspek Harga (X2)

Frekuensi

Jumlah Modus

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Tingkat penjualan

3 (7,5%)

20 (50%)

4 (10%)

11 (27,5%)

2 (5%)

40

(100%) 2

2 Tingkat pendapatan

13 (32,5%)

8 (20%)

9 (22,5%)

7 (17,5%)

3 (7,5%)

40

(100%) 1

Sumber: Data primer diolah, 2022.

Dari tabel 4.12 diatas, dapat diketahui respon responden mengenai tingkat penjualan tanaman hias kaktus (Y) pada indikator peningkatan penjualan (Y1.1) terdapat 20 responden (50%) menjawab dengan skor 2 bahwa penjualan kaktus mengalami penurunan selama 4 bulan terakhir. Pada indikator peningkatan pendapatan (Y1.2) terdapat 13 responden (32,5%) menjawab skor 1 bahwa pendapatan usahatani kaktus mengalami penurunan signifikan selama 4 bulan terakhir. Hal ini memperkuat bukti bahwa penjualan dan pendapatan yang rendah akan memberikan dampak terhadap penurunan penjualan kaktus di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng Kabupaten Semarang.

4.4 Pengujian Instrumen 4.4.1 Uji Validitas

Pengujian Validitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS 25. Uji Validitas adalah sebuah uji untuk menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur berhubungan dengan suatu metode pengujian item pernyataan dalam kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dari validitas data adalah untuk menguji apakah variabel atau pertanyaan yang diajukan mewakili segala informasi yang seharusnya diukur. Setiap item instrumen pertanyaan akan valid apabila nilai koefisien korelasi setiap item

(13)

instrumen diatas 0,3 ( r hitung > 0,3), apabila nilai r hitung lebih kecil dari nilai kritis 0,3 (r hitung <0,3) maka item pertanyaan tidak valid (Budiastuti dan Bandur, 2018).

Tabel 4.13 Uji Validitas

Variabel Indikator Corrected Total Item Correlation

r Tabel

Keterangan

Produk (X1) X1.1 0,940

r = 0,3

Valid

X1.2 0,967 Valid

X1.3 0,979 Valid

Harga (X2) X2.1 0,755 Valid

X2.2 0,942 Valid

X2.3 0,628 Valid

Tempat (X3) X3.1 0,943 Valid

X3.2 0,978 Valid

X3.3 0,960 Valid

Promosi (X4) X4.1 0,965 Valid

X4.2 0,962 Valid

SDM (X5) X5.1 0,850 Valid

X5.2 0,934 Valid

Proses (X6) X6.1 0,981 Valid

X6.2 0,979 Valid

X6.3 0,958 Valid

Bukti Fisik (X7)

X7.1 0,982 Valid

X7.2 0,987 Valid

Penjualan (Y) Y1 0,931 Valid

Y2 0,952 Valid

Sumber : Data primer diolah, 2022

Dari data Tabel 4.13 tampak bahwa seluruh r hitung (corrected total item correlation) lebih besar dari r kritis 0,3. Apabila r hitung lebih besar dari r kritis ( r hitung > 0.3) maka dapat disimpulkan item pertanyaan dalam penelitian adalah valid.

1) Untuk variabel Produk (X1), indikator dengan kode X1.1 = 0,940 X1.2= 0,967 X1.3= 0,979. Dapat disimpulkan bahwa seluruh item dari variabel produk adalah valid.

2) Untuk variabel Harga (X2), indikator dengan kode X2.1 = 0,755 X2.2 = 0,942 X2.3 = 0,628. Dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dari variabel harga diatas nilai 0,3 sehingga seluruh item pertanyaan layak digunakan dalam penelitian.

(14)

3) Untuk variabel Tempat (X3), indikator dengan kode X3.1 = 0,943 X3.2 = 0,978 X3.3 = 0,960 . Dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dari variabel tempat diatas nilai kritis 0,3 sehingga seluruh item pernyataan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

4) Untuk variabel Promosi (X4), indikator dengan kode X4.1 = 0,965 X4.2 = 0,962. Dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dari variabel promosi diatas nilai kritis 0,3 sehingga seluruh item dari variabel promosi adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

5) Untuk variabel Orang (X5), indikator dengan kode X5.1 = 0,850 X5.2 = 0,934. Dapat disimpulkan bahwa seluruh item dari variabel orang memiliki nilai korelasi diatas nilai kritis 0,3.

6) Untuk variabel Proses (X6), indikator dengan kode X6.1 = 0,981 X6.2 = 0,979 X6.3 = 0,958. Dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dari variabel proses diatas nilai kritis 0,3 sehingga seluruh item dari variabel tempat adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

7) Untuk variabel Bukti Fisik (X7), indikator dengan kode X7.1 = 0,982 X7.2 = 0,987. Dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dari variabel bukti fisik diatas nilai kritis 0,3 sehingga seluruh item dari variabel bukti fisik adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

8) Untuk variabel penjualan (Y), indikator dengan kode Y1 = 0,931 Y2 = 0,952.

Dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dari variabel penjualan diatas nilai kritis 0,3 sehingga seluruh item dari variabel tempat adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

4.4.2 Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatan reliabel apabila jawaban seseorang pada pernyataan bersifat konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dapat dikatan reliabel apabila jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6 . Tetapi sebaliknya bila alpha (α )

< 0,6 maka dianggap kurang handal, artinya bila variabel-variabel tersebut dilakukan

(15)

penelitian ulang dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda (Ghozali dan Latan, 2015).

Tabel 4.14 Uji Reliabilitas

Croncbach Alpha N of Item

0,771 21

Sumber : Data primer diolah, 2022

Dari hasil uji reliabilitas pada tabel 4.14 diatas diketahui nilai croncbach alpha sebesar 0,771 yang mewakili 21 item pertanyaan dari variabel X dan Y yang digunakan dalam instrumen penelitian, apabila nilai croncbach alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan seluruh item pertanyaan dalam penelitian ini adalah reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini nilai croncbach alpha lebih besar dari 0,6 maka seluruh item pertanyaan dalam penelitian ini reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.

4.5. Hasil Analisis Korelasi

Analisis yang digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi, orang, proses dan bukti fisik) dengan penjualan tanaman hias kaktus dalam pot yaitu dengan analisis korelasi Spearman.

Hasil analisis yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Uji Korelasi Rank Spearman No. Variabel

Marketing Mix

Koefisien Korelasi

(rs)

Signifikan (α)

Kekuatan Hubungan

Keterangan

1 Produk 0,793* 0,000 Kuat Signifikan

2 Harga 0,053 0,746 Sangat

Rendah

Tidak Signifikan

3 Tempat 0,773* 0,000 Kuat Signifikan

4 Promosi 0,684* 0,000 Kuat Signifikan

5 SDM 0,871* 0,000 Sangat Kuat Signifikan

6 Proses 0,815* 0,000 Sangat Kuat Signifikan

7 Bukti Fisik 0,048 0,769 Sangat

Rendah

Tidak Signifikan Sumber : Data primer diolah, 2022

(16)

Berdasarkan Tabel 4.15, nilai koefisien korelasi spearman yang tertinggi berada pada variabel bauran pemasaran SDM yaitu sebesar 0,871 yang berarti bahwa keeratan hubungan antara variabel bauran pemasaran SDM (X5) dengan penjualan tanaman hias kaktus dalam pot memiliki hubungan yang sangat kuat berdasarkan interpretasi kekuatan korelasi. Nilai koefisien korelasi spearman yang sangat rendah berada pada variabel bauran pemasaran Bukti fisik (X7) dengan nilai rs 0,048 dan variabel Harga (X2) dengan rs 0,053 yang berarti tidak menunjukkan hubungan yang signifikan karena nilai koefisien korelasi yang dihasilkan menunjukkan hubungan yang sangat rendah atau lemah. Kondisi demikian terjadi, karena penjualan tanaman hias kaktus di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng mengalami penurunan penjualan sedangkan variabel Harga (X2) yang sudah murah serta didukung dengan bukti fisik (X7) yang menunjang untuk tata rias, kebersihan dan dekorasi tempat penjualan tidak dapat menunjang dan meningkatkan tingkat penjualan kaktus selama 6 bulan terakhir.

4.6. Hasil Analisis Korelasi Marketing Mix 7P dengan Penjualan Tanaman Hias Kaktus Dalam Pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng, Kabupaten Semarang 4.6.1 Hubungan variabel Produk (X1) dengan Penjualan (Y) Tanaman Hias

Kaktus

Berdasarkan hasil penelitianpada tabel 4.15 diketahui bahwa hubungan unsur marketing mix produk dengan penjualan tanaman hias kaktus dalam pot dinilai signifikan 0,000 dan hasil koefisien korelasi yang kuat dengan nilai 0,793. Selain itu hubungan antara variabel produk (X1) dengan penjualan (Y) searah dan positif maka semakin baik produk maka dapat meningkatkan penjualan dan sebaliknya semakin rendah penerapan unsur produk maka penjualan akan menurun. Variabel Produk (X1) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng, Kabupaten Semarang. Hal ini berarti penjual tanaman hias yang menjadi responden penelitian menganggap variabel produk (X1) sebagai faktor yang ikut menentukan penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng.

(17)

Hasil ini sesuai dengan penelitian Novrianti (2021) yang menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas produk menjadi faktor penting dalam peningkatan penjualan tanaman hias karena akan menciptakan adanya produk lainnya sebagai produk baru dan menjadi peluang bisnis baru. Hal ini berarti juga bahwa jika penjual tanaman hias lebih memaksimalkan produk dari segi kuantitas, kualitas dan inovasi, maka akan meningkatkan penjualan dan kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian produk tanaman hias kaktus dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng. Begitu pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Tinungki, dkk (2018) menyatakan bahwa produk mempunyai hubungan dan yang signifikan terhadap penjualan. Produk adalah variabel yang paling dominan terhadap penjualan.

4.6.2 Hubungan variabel Harga (X2) dengan Penjualan (Y) Tanaman Hias Kaktus

Korelasi harga (X2) terhadap penjualan tanaman hias kaktus dalam pot (Y) memiliki hubungan yang sangat rendah dan tidak signifikan. Hal ini bisa disimpulkan dari hasil analisis korelasi spearman pada tabel 4.15, dimana nilai koefisien korelasi sebesar 0,053 yang dimana masih memiliki hubungan dengan penjualan namun sangat lemah dari hasil tabel tingkat hubungan korelasi (Sugiyono, 2014). Nilai siginifikansi 0,746 lebih besar dari 0,05 dengan perhitungan taraf 5% maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel harga (X2) dengan penjualan tanaman hias kaktus (Y) dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng.

Tidak korelasinya variabel harga dengan penjualan tanaman hias kaktus diduga disebabkan oleh harga jual kaktus yang sudah murah dari harga pasaran lain namun rendahnya konsumen yang membeli tanaman hias jenis kaktus dalam pot yang terhadap turunnya penjualan. Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian Ilmi (2019), yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara harga dengan keputusan konsumen untuk membeli terhadap penjualan. Harga yang terlalu mahal akan membuat produk semakin jauh dari jangkauan dan jika harga sangat murah akan membuat penjual tanaman hias sulit mendapatkan laba. Begitu pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sari dan Wulandari (2016) harga mempunyai hubungan yang signifikan

(18)

terhadap penjualan produk serta perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh variabel harga.

4.6.3 Hubungan variabel Tempat (X3) dengan Penjualan (Y) Tanaman Hias Kaktus

Berdasarkan hasil penelitianpada tabel 4.16 diketahui bahwa hubungan unsur marketing mix tempat dengan penjualan tanaman hias kaktus dalam pot dinilai signifikan 0,000 dan hasil koefisien korelasi yang kuat dengan nilai 0,773. Variabel tempat (X3) dan penjualan (Y) memiliki hubungan yang searah dan positif maka semakin strategis dan cakupan lokasi yang mudah diakses maka dapat meningkatkan penjualan. Variabel Tempat (X3) mempunyai hubungan yang signifikan dengan penjualan tanaman hias kaktusdalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng, Kabupaten Semarang. Hal ini berarti penjual tanaman hias yang menjadi responden penelitian menganggap variabel tempat (X3) sebagai faktor yang ikut menentukan penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Dirgantoro, dkk, (2017) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lokasi tempat penjualan terhadap tingkat penjualan, karena semakin strategisnya suatu lokasi tempat dalam memasarkan suatu produk, maka akan diikuti dengan meningkatnya penerimaan dan jangkauan konsumen.Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Tinungki, dkk (2018) menyatakan bahwa tempat mempunyai hubungan dan berpengaruh terhadap penjualan. Lokasi Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng ini jauh dari cakupan kota besar yaitu Magelang dan Salatiga. Hal ini juga berarti bahwa penjual tanaman hias harus memberikan kepuasan dan suasana yang berbeda bagi pelanggan.

4.6.4 Hubungan variabel Promosi (X4) dengan Penjualan (Y) Tanaman Hias Kaktus

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.15 diketahui bahwa hubungan unsur marketing mix promosi dengan penjualan tanaman hias kaktus dalam pot dinilai signifikan 0,000 dan hasil koefisien korelasi yang kuat dengan nilai 0,684. Selain itu

(19)

kedua variabel memiliki hubungan yang searah dan positif maka semakin banyak media promosi dan intensitas promosiya maka dapat meningkatkan penjualan.

Variabel Promosi (X4) mempunyai hubungan yang signifikan dengan penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng, Kabupaten Semarang.

Hal ini berarti penjual tanaman hias yang menjadi responden penelitian menganggap variabel promosi (X4) sebagai faktor yang ikut menentukan penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Riskawati dan Yuliawati (2021) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan promosi terhadap tingkat penjualan, karena semakin baik promosi yang dilakukan maka akan semakin menarik konsumen untuk datang dan membeli kaktus. Begitu pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sari dan Wulandari (2016), menyatakan bahwa promosi mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap penjualan. Promosi sebaiknya harus lebih gencar dilakukan baik itu melalui media elektronik maupun media cetak. Penjual tanaman hias di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng banyak yang belum menggunakan media sosial untuk melakukan promosi bahkan promosi secara langsung. Penjual tanaman hias harus menerapkan secara maksimal marketing mix promosi di era zaman ini, karena menurut penelitian Octaviani (2016) kebanyakan konsumen yang lebih memilih alternatif untuk berbelanja melalui media sosial seperti Shopee, Facebook dan Instagram yang tentunya akan berdampak pada penjualan tanaman hias kaktus.

4.6.5 Hubungan variabel Orang (X5) dengan Tingkat Penjualan (Y) Tanaman Hias Kaktus

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.15 diketahui bahwa hubungan unsur marketing mix Orang dengan penjualan tanaman hias kaktus dalam pot dinilai signifikan 0,000 dan hasil koefisien korelasi yang sangat kuat dengan nilai 0,871.

Variabel Orang (X5) mempunyai hubungan yang signifikan dengan penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh Kopeng, Kabupaten Semarang. Hal ini berarti penjual tanaman hias yang menjadi responden penelitian menganggap variabel

(20)

Orang (X5) sebagai faktor yang ikut menentukan penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Pratami (2020) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara Orang terhadap penjualan, karena kualitas pelayanan yang semakin ramah dan baik akan memberikan kesan yang baik pula ke konsumen dan dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk konsumen kembali untuk membeli tanaman hias kaktus di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng. Hal ini juga berarti bahwa penjual tanaman hias harus menerapkan strategi marketing mix variabel Orang untuk meningkatkan penjualan dimana dengan memberikan kualitas pelayanan yang baik dengan menjelaskan jenis kaktus yang dijual serta perawatannya dan juga tenaga kerja yang mencukupi untuk standby di lokasi penjualan.

4.6.6 Hubungan variabel Proses (X6) dengan Penjualan (Y) Tanaman Hias Kaktus

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.15 diketahui bahwa hubungan unsur marketing mix proses dengan penjualan tanaman hias kaktus dalam pot dinilai signifikan 0,000 dan hasil koefisien korelasi yang kuat dengan nilai 0,815. Selain itu kedua variabel memiliki hubungan yang searah dan positif maka semakin strategis dan cakupan lokasi yang mudah diakses maka dapat meningkatkan penjualan. Variabel proses (X6) mempunyai hubungan yang signifikan dengan penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng, Kabupaten Semarang. Hal ini berarti penjual tanaman hias yang menjadi responden penelitian menganggap variabel proses (X6) sebagai faktor yang ikut menentukan penjualan tanaman hias dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Pratami (2020) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara proses dengan penjualan, karena baik penjual melayani pelanggan disertai pelayanan kasir yang cepat akan membuat konsumen merasa diprioritaskan dan dilayani dengan baik yang berdampak akan membuat konsumen ingin membeli produk di toko itu kembali. Hal ini juga berarti bahwa penjual tanaman hias harus memberikan pelayanan yang membuat konsumen nyaman

(21)

berbelanja. Penjual diharapkan mempunyai media sosial untuk memasarkan dan dapat melayani pesanan secara online agar terciptanya kenaikan penjualan tanaman hias khususnya jenis kaktus dan sukulen dalam pot.

4.6.7 Hubungan variabel Bukti Fisik (X7) dengan Penjualan (Y) Tanaman Hias Kaktus

Korelasi bukti fisik (X7) terhadap penjualan tanaman hias kaktus dalam pot (Y) memiliki hubungan yang sangat rendah dan tidak signifikan. Hal ini bisa disimpulkan dari hasil analisis korelasi spearman pada tabel 4.15, dimana nilai koefisien korelasi sebesar 0,048 yang masih memiliki hubungan namun sangat rendah dari hasil tabel tingkat hubungan korelasi (Sugiyono, 2014). Nilai siginifikansi 0,769 lebih besar dari 0,05 dengan perhitungan taraf 5% maka diartikan bahwa tidak siginifikan hubungan antara bukti fisik (X7) dengan penjualan tanaman hias kaktus (Y) dengan hubungan yang sangat lemah.

Tidak ada korelasi antara variabel bukti fisik dengan penjualan tanaman hias kaktus, diduga disebabkan oleh penataan toko yang sudah bagus dengan penyadian produk yang rapi dan tempat yang nyaman namun tetap membuat rendahnya konsumen yang membeli tanaman hias jenis kaktus dalam pot terhadap turunnya penjualan. Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian Hamidah, dkk (2021), yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara bukti fisik dengan keputusan konsumen untuk membeli yang berhubungan terhadap penjualan. Dari sini bisa disimpulkan bahwa penjual harus memperhatikan variabel-variabel lain dari unsur marketing mix 7P yang menunjang variabel bukti fisik untuk meningkatkan penjualan tanaman hias kaktus dalam pot di Desa Agrowisata Dukuh, Kopeng.

Referensi

Dokumen terkait

“Pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan pihak lain yang tunduk pada Undang-undang pasar modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang

Sinarmas Multifinance Cabang Bima dan umumnya pada organisasi atau perusahan agar dapat membantu karyawan dalam mengatasi stres kerja, karena kalao karyawan mengalami

Berdasarkan uraian yang penulis jelaskan, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dalam bentuk skripsi dan mengambil penelitian di lingkungan kerja Dinas Koperasi, UKM,

Perencanaan agregat biasa digunakan oleh seseorang untuk menentukan keputusan yang akan di ambil dalam meningkatkan kapasitas dan memenuhi permintaan yang diperoleh dari

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Suciemilia (2015) bahwa pendidikan orang tua merupakan domain yang sangat penting karena semakin tinggi jenjang

Sedangkan yang membedakan dengan yang lain yaitu Perancangan E-Commerce menggunakan Web Service pada Makro Komputer Sintang ini lebih mencakup sistem web

Dimana dalam penelitian ini pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh pabrik tapioka di Desa Rukti Basuki, dapat dikatakan terpenuhi apabila kebutuhan pokok

Masing-masing Urusan Pemerintahan pada prinsipnya diwadahi dalam 1 (satu) satuan kerja Perangkat Daerah dalam rangka penanganan urusan secara optimal yang didukung