• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANITA DE GRAVE105 73 01904 10FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANITA DE GRAVE105 73 01904 10FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR2014"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN SUATU TINJAUAN PSAK 30 (PADA PT. BUMI KARSA )

ANITA DE GRAVE 105 73 01904 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2014

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN SUATU TINJAUAN PSAK 30 (PADA PT. BUMI KARSA )

ANITA DE GRAVE 105 73 01904 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2014

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN SUATU TINJAUAN PSAK 30 (PADA PT. BUMI KARSA )

ANITA DE GRAVE 105 73 01904 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2014

(2)

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN SUATU TINJAUAN PSAK 30 (PADA PT. BUMI KARSA)

ANITA DE GRAVE 105 73 01904 10

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2014

(3)
(4)
(5)

iv

“susungguhnyasesudahkesulitanpastiadakemudahanmakaapabilakamusudahselesai (darisuatuurusan), kerjakanlahdengansungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan

hanyakepadatuhanmulahhendaknyakamuberharap”. (q.s. alam nasyrah:6-8)

Bersabarlahdalammenghadapiberbagaimacamcobaan Yakinlahkalau di baliksemuaitupastiadahikmahnya

……….

Kupersembahkankaryasederhanakuini, Sebagaitandabaktikukapada orang tuaku,

“AyahandaBaharuddindanIbundaNellytercinta”, Atassegalakasihsayangnya yang takterhingga,

Pengorbanan yang takternilaiserta,

Do’a yang takputus-putusnya demi keberhasilanananda.

Kepada suamiku tersayangdansaudara-saudaraku Atassegalapengertiandankasihsayangnya ,

Sahabat-sahabatserta orang-orang yang menyayangikudengansetulushati

(6)

iv

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, petunjuk, rahmat, dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis akuntansi sewa guna usaha serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada PT Bumi Karsa Makassar”. Adapun tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh kelulusan pada program sarjana Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Teriring ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda, suami tercinta dan sanak saudara atas segala jerih payah, dorongan dan doanya demi mencapai keberhasilan penulis dalam menempuh cita-cita. Dalam penyusunan skripsi ini, berbagai cobaan maupun kesulitan, rintangan dan hambatan yang penulis temui sejak dari awal pembuatan skripsi hingga menjelang penyelesaiannya tetapi dapat teratasi berkat prinsip yang disadari penulis. Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan pula kepada

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Drs. Mahmud Nuhung, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi &

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

v

terima kasih atas waktu, kesabaran, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra.Murni,M.Si, selaku Dosen Pembimbing 2, terima kasih atas waktu, kesabaran, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Ismail Badollahi SE., M.Si, Ak.. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Mama yang tersayang beserta keluarga Terima kasih atas semua yang diberikan padaku, kasih sayangnya, doa restunya, bimbingannya, dan semua nasehat untuk bekal hidupku.

7. Suami tercinta terima kasih atas segala cinta, dukungan dan segala motivasi yang telah diberikan

8. Pimpinan Pt. Bumi karsa Makassar yang Telah Bersedia Menerima penulis Untuk Melaksanakan Penelitian.

9. Staf Karyawan PT.Bumi Karsa yang telah bersedia memberikan bantuan untuk memperoleh data-data dan informasi terimkasih atas kerja samanya.

10. Darmi,Novi, uun, Hardiana, indri, indi, dan Seluruh teman-teman dari Akuntansi 6 “2010” tanpa terkecuali terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

11. Terima kasih kepada Suryana yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

(8)

vi

berbagai hambatan dan rintangan yang dihadapi, Namun berkat bimbingan, petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan hati terbuka penyusun senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penyusun juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang membutuhkannya. Aamiin.

Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khaerat, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Mei 2014

Penyusun

(9)

vii

ANITA DE GRAVE. 2014. Analisis Akuntansi Sewa Guna Usaha Serta Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan (Suatu Tinjauan PSAK). Dibimbing oleh Ansyarif Khalid. dan Murni.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan transaksi sewa guna usaha aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan bagaimana pengaruhnya pada laporan keuangan perusahaan khususnya pada Neraca dan Laporan laba rugi perusahaan. PT Bumi Karsa merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Untuk menunjang kegiatan operasional, perusahaan menambah aktiva tetapnya melalui kegiatan pembiayaan sewa guna usaha berupa satu unit peralatan dari PT Buana Finance selaku lessor.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan akuntansi sewa guna terdapat pemindahan kepemilikan, masa sewa lebih dari tiga tahun, perusahaan mempunyai hak opsi pembelian pada akhir masa sewa, dan jumlah pembayaran berkala ditambah nilai sisa menutupi harga perolehan aktiva sewa guna usaha dan keuntungan lessor. Perlakuan sebagai capital lease ini sudah sesuai dengan PSAK No.30. Perusahaan telah menyajikan laporan keuangan yang wajar, sehingga informasi laporan keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Kata Kunci: Perusahaan Sewa Guna Usaha, PSAK.

(10)

viii

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7

A. Aktiva Tetap ...7

B. Sewa Guna Usaha ...11

C. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Bagi Perusahaan...22

D. Kerangka Pikir ...27

E. Hipotesa ...28

BAB III METODE PENELITIAN ...29 viii

(11)

viii

B. Metode Pengumpulan Data...29

C. Sumber Data ...31

D. Metode Analisis Data...32

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJK PENELITIAN...33

A. Sejarah Singkat dan Lokasi Instansi ...33

B. Visi dan Misi...35

C. Uraian Tugas dan Fungsi ...35

D. Struktur Organisasi ...39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...41

A. Hasil Penelitian...41

B. Pembahasan ...57

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...67

A. Simpulan ...67

B. Saran ...68

DAFTAR PUSTAKA...69

LAMPIRAN...70

ix

(12)

x

Nomor Halaman

5.1 Skedul Pembayaran Sewa Guna Usaha Selama 36 Bulan ...45 5.2 Skedul Beban Depresiasi, Akumulasi Depresiasi, Dan Nilai Buku Aktiva

Sewa Guna usaha ...62 5.3 Pengaruh Transaksi Sewa Guna Usaha Pada Neraca...65 5.4 Pengaruh Transaksi Sewa Guna Usaha Pada Laporan Laba Rugi...66

(13)

xi

Nomor Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pemikiran...27 4.1 Struktur Organisasi PT Bumi Karsa...39

(14)

xii

Nomor Halaman

Lampiran

Lamp. 1 laporan keuangan PT Bumi kaarsa

Lamp.2 Skedul pembayaran Sewa Guna Selama 36 Bulan Lamp. 2 Surat Keterangan Penelitian

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perusahaan konstruksi, aktiva tetap merupakan bagian penting darikekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, karena aktiva memiliki proporsi yangterbesar dari kekayaan tersebut.Aktiva tetap adalah aktiva yang jangka waktupemakaiannya lama digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tetapi tidakuntuk dijual lagi dalam kegiatan operaional perusahaan, serta nilainya cukupbesar. Aktiva tetap tersebut dapat berupa tanah, bangunan, perlengkapan, dan lain sebagianya.

Dalam rangka pengembangan perusahaan, biasanya perusahaan akan selaluberusaha untuk mengganti aktiva yang lama dengan aktiva yang baru.Penggantian atas aktiva yang lama ini mungkin disebabkan karena aktiva tersebuttelah habis masa umur ekonomisnya atau karena rusak dan tidak dapat lagidigunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan disisi lain, kegiatanoperasional perusahaan menuntut adanya pengadaan aktiva tetap yang baruterutama tanah, gedung dan peralatan. Pengadaan aktiva tetap ini dapat dipenuhi oleh perusahaan dalam bentuk sewa guna usaha atau leasing.

Penggunaan sewa guna usaha sebagai sarana mengalihkan hak untuk menggunakan suatu harta kepada pihak lain telah mengalami pertumbuhan yangpesat, hal ini disebabkan semakin menyebarnya jenis aktiva yang dapat di sewa guna mulai dari kendaraan, mesin-mesin, alat-alat berat sampai aset dengan

1

(16)

teknologi canggih. Hadirnya perusahaan sewa guna usaha ini semakin mempopulerkan dan menambah kiprah kegiatan bisnis sewa guna usaha sebagai sumber pembiayaan lain disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan.

Melihat semakin berkembangnya kegiatan sewa guna usaha, maka dirasakan adanya kebutuhan untuk menyediakan suatu standar akuntansi keuangan yangdapat dijadikan sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi sewaguna usaha dalam laporan keuangan, sehingga akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang wajar dan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan.

Kegiatan sewa menyewa ini sangat bervariasi menurut kontraknya, variable- variabel itu misalnya lama masa persewaan, persyaratan pembayaran danpembelian, ayat-ayat mengenai pembatalan dan sanksi-sanksi, jaminan olehpenyewa mengenai nilai sisa, jumlah dan waktu pembayaran sewa, tigkat bunga yang terkandung dalam perjanjian sewa menyewa, dan pembayaran biaya- biayatertentu seperti pemeliharan, asuransi, dan pajak. Hal-hal tersebut harus dipertimbangkan dalam menentukan perlakuan akuntansi yang tepat dalam sewa guna usaha.

Kegiatan sewa guna usaha dikategorikan ke dalam klasifikasi dari segi lesseedan lessor. Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessee terdiri dari Capital Lease(Finance Lease) dan Operating Lease. Sedangkan klasifikasi sewa guna usahadari segi lessor terdiri dari Sales Type Lease, Direct Financing Lease, Leverage Lease dan Operating Lease.

(17)

Bagi lessee kedua metode yaitu capital lease dan operating lease mempunyai akibat yang berbeda terhadap penyajian neraca dan laporan laba rugi.

Metode capital lease akan menghasilkan jumlah laba yang lebih rendah dibandingkan dengan metode operating lease, hal ini disebabkan metode capital lease mencatat beban yang lebih besar yang ditimbulkan dari beban bunga dan penyusutan atau amortisasi aktiva yang disewa guna usaha. Sedangkan dalam metode operating lease hanya mencatat beban sewa guna usaha yang jumlahnya merata sepanjang periode sewa.

Ditinjau dari segi kewajiban, metode capital lease dapat memperbesar kewajiban yang ada di neraca. Hal ini dikarenakan metode capital lease menghendaki aktiva yang disewa guna usaha dicatat disisi debet sebagai aktivasewa guna usaha dan kewajiban sewa guna usaha dicatat disisi kredit.

Dengans sendirinya perhitungan risiko keuangan yang berhubungan dengan kewajiban akan tidak sesuai lagi jika dibandingkan dengan metode operating lease.

Oleh sebab itu, metode pembiayaan dengan capital lease tidak dapat disamakan dengan perjanjian sewa menyewa biasa seperti halnya pada operating lease, sehingga perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha perluditerapkan secara konsisten sesuai dengan PSAK No.30 dalam rangka penyusunan laporan keuangan perusahaan. Untuk itu guna menjawab berbagai pertentangan dan menjelaskan praktek sewa guna usaha perlu pengkajian dari sisi konsep akuntansi yang mendasar, sehingga dapat ditentukan perlakuan setiap

(18)

transaksi sewa guna usaha secara tepat, dapat dimengerti, dapat diperbandingkan dan sesuai dengan tujuan laporan keuangan.

Laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari proses akuntansitersebut harus dapat memberikan suatu rangkaian historis dari sumber-sumberekonomi, kewajiban-kewajiban perusahaan serta kegiatan-kegiatan yangmengakibatkan perubahan-perubahan terhadap sumber-sumber ekonomi dankewajiban-kewajiban tersebut. Sehingga informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan tersebut akan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan untuk periode akuntansi berikutnya.

Oleh karena itu, pencatatan dan pelaporan transaksi sewa guna usaha yangsesuai dengan ruang lingkup dan karakteristiknya dalam laporan keuangan perusahaan harus mengacu pada pedoman standar akuntansi keuangan yangberlaku yaitu, PSAK No.30

Berdasarkan uraian di atas, maka judul skripsi ini adalah: “Analisis Akuntansi Sewa Guna Usaha Serta Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan” (suatu tinjauan PSAK)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana dampak perlakuan akuntansi sewa guna usaha terhadap laporan keuangan PT Bumi Karsa selama periode leasing?

(19)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah Membandingkan perlakuan akuntansi sewa guna usaha selama periode leasing antara yang dilakukan oleh PT Bumi Karsa dengan PSAK No.30.dan bagaimana dampaknya terhadap laoporan keuangan.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana akuntansi sewaguna usaha aktiva tetap itu diberlakukan dengan benar sesuai PSAK No. 30

b. Bagi PT Bumi Karsa, penulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk mendapatkan dan mengetahui pengungkapan serta pelaporan dalam laporan keuangan yang sesuai dengan ketentuandan standar akuntansi yang tepat.

(20)

BAB III LANDASAN TEORI

A. Aktiva Tetap

1. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normalperusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama bertahun- tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap pada umumnya semakin lama semakin menurun kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah. Menurut PSAK No. 16 ( Revisi 2011), aktiva atau aset tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

2. Pengelompokkan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:

a. Aktiva berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud merupakan aktiva yang berumur panjang yang sifatnya permanen, yang digunakan dalam operasi perusahaan dan yang dibeli bukan untuk dijual lagi dalam operasi perusahaan, misalnya tanah, gedung, peralatan dan sebagainya.

6

(21)

b. Aktiva tak berwujud (Intagible Assets)

Aktiva tak berwujud merupakan aktiva yang berumur panjang yang tidak memiliki karakteristik fisik dan yang dibeli bukan untuk dijual kembali serta digunakan dalam operasi normal perusahaan, misalnya hak paten, hak cipta, goodwill, merek dagang, franchise, dan lisensi.

Aktiva tetap ini juga meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (nondepreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable). Contoh aktiva yang tidak dapat disusutkan adalah tanah dan hak atas tanah. Sedangkan aktiva yang dapat disusutkan adalah bangunan, mesin, serta peralatan lainnya ataupun sumber alam.

3. Depresiasi Aktiva Tetap.

Depresiasi menurut PSAK No16 adalah:

Alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya atau pengalokasian harga perolehan menjadi beban operasional akibat penggunaan aktiva tersebut.

Depresiasi menurut Martani (2012: 312) adalah:

Proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap untuk menyusutkan nilai asset tetap secara sistematis selama periode mamfaat dari asset tersebut.

Pengakuan atas depresiasi aktiva tetap tidak berakibat adanya pengumpulan kas untuk mengganti aktiva lama dengan aktiva yang baru. Saldo rekeningakumulasi depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang telah dibebankansebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun. Depresiasi atas aktiva bertujuan untuk mendistribusikan biaya atau nilai dasar aktiva berwujud dikurangi

(22)

nilai sisa (jika ada) selama perkiraan masamanfaat dari unit tersebut (yang merupakan suatu kelompok harta) dengan cara sistematis dan rasional.

Suatu aktiva dikatakan tidak layak lagi apabila kemampuannya untuk memenuhi permintaan peningkatan produksi tidak memadai lagi. Faktor- faktoryang menyebabkan dilakukannya penyusutan antara lain karena kerusakan dan penurunan fungsi atau aus karena umur.

4. Metode Depresiasi

Depresiasi dapat dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan beberapametode depresiasi sebagai berikut: (Martani, 2012:315-320)

a. Metode Aktivitas (unit penggunaan atau produksi)

Dalam metode ini, masa pemakaian aktiva tidak dinyatakan dengan jangka waktu melainkan dengan jumlah satuan unit yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang bersangkutan. Beban penyusutan tahunannya dapat dihitung dengan rumus:

Beban Depresiasi: (Harga Pokok - Nilai Sisa) x Jml Kegiatan Tahun ini Jumlah Satuan Kegiatan

b. Metode Garis Lurus

Dalam metode ini, beban depresiasi dibebankan secara merata selama estimasi umur aktiva tersebut. Rumus untuk menghitung beban depresiasi pertahun adalah sebagai berikut:

Beban Depresiasi: Harga Pokok – Nilai Sisa Taksiran umur kegiatan.

c. Jumlah Angka Tahun

Metode ini akan mengahasilkan beban depresiasi yang menurun secara tetap sepanjang tahun karena angka pecahan yang dikalikan setiap tahun terhadap harga

(23)

perolehan aktiva dikurangi estimasi nilai residu, semakin kecil. Rumus untuk menghitung beban depresiasi pertahun adalah sebagai berikut:

Jumlah Angka Tahun : ( )

Beban Depresiasi : (Harga Pokok – Nilai Sisa) x Jml Angka Tahun d. Saldo Menurun

Metode ini menghasilkan beban depresiasi yang menurun sepanjang umur estimasi aktiva itu. Teknik yang sering digunakan adalah dengan melipatduakan terif penyusutan garis lurus yang dihitung tanpa memperhatikan nilai residu dan menggunakan tarif penyusutan yang dihasilkan terhadap harga perolehan aktiva dikurangi akumulasi penyusutan. Rumus untuk menghitung beban depresiasi pertahun adalah sebagai berikut:

Beban Depresiasi : Nilai Buku pada Awal Tahun x Tarif Depresiasi Ilusrasi Penerapan Metode-metode Depresiasi:

Pada tanggal 1 Januari 2008 PT XYZ membeli sebuah truk denganrincian sebagai berikut:

Harga Perolehan : Rp 13.000.000 Taksiran Nilai Residu : Rp 1.000.000 Taksiran Masa Manfaat : 5 Tahun Taksiran Satuan Hasil : 100.000 km

1. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)

Apabila perusahaan menggunakan metode aktivitas dengan perkiraan truk dapat digunakan sejauh 15.000 km maka depresiasi untuk tahun pertama dapat dihitung sebagai berikut:

(24)

Beban Depresiasi : (Harga Pokok - Nilai Sisa) x Jml Kegiatan Tahun ini Jumlah Satuan Kegiatan

: Rp 13.000.000 – Rp 1.000.000 x 15.000 100.000

: Rp 1.800.000 2. Metode Garis Lurus

Jika perusahaan menggunakan metode garis lurus, maka perhitungan beban depresiasi adalah sebagai berikut:

Beban Depresiasi : Harga Pokok – Nilai Sisa Taksiran umur kegiatan : Rp 13.000.000 – Rp 1.000.000

5 : Rp 2.400.000 3. Metode Angka Tahun

Jumlah Angka Tahun : n ( n + 1 ) : 5 ( 5 + 1 ) : 15 2

Beban Depresiasi : (Harga Pokok – Nilai Sisa) x Jml Angka Tahun : Rp 13.000.000 – Rp 1.000.000 x 5/15

: Rp 4.000.000 4. Metode Saldo Menurun

Jika perusahaan menggunakan metode saldo menurun, maka dalam menentukan beban depresiasi maka tarif depresiasi adalah 40% (20% x 2) dengan mengabaikan nilai residu.

(25)

Beban Depresiasi : Nilai Buku pada Awal Tahun x Tarif Depresiasi : Rp 13.000.000 x 40%

: Rp 5.200.000

B. Sewa Guna Usaha

1. Sejarah Sewa Guna Usaha

Leasing dianggap pertama kali ada dan berkembang sebagai alat pembelanjaan atau pembiayaan perusahaan pada tahun 1949 dengan dikeluarkannya Accounting Reaserch Bulletin No.38 tentang Disclosure Of LongTerm Lease On Financial Statement Of Lessees. Tetapi kesepakatan akuntansinya baru berhasil dicapai pada tahun 1964, 1966, 1972, 1974, dan 1976 denganterbitnya Accounting Principles Board Opinion (APB) No.5, APB No.27 dan APB No.31, dan Financial Accounting Standard No.13 dengan tujuan untuk menggambarkan kenyataan ekonomi dari sewa guna usaha, dengan syarat bahwa sewa guna usaha dalam jangka panjang dianggap sebagai tindakan pengadaan modal oleh penyewa dan sebagai penjualan oleh yang menyewakan. Pernyataan akuntansi untuk sewa guna usaha ini kemudian diamandemen dengan FASBNo.17 tahun 1977, FASB No. 23 tahun 1978 dan FASB No.26 tahun 1979, No. 27dan No. 28 tahun 1979.Perkembangan sewa guna usaha dalam sejarah di Indonesia diklasifikasikan ke dalam tiga fase berikut :

1. Fase Pengenalan

Fase pertama yang merupakan fase pengenalan dari bisnis leasing di Indonesia terjadi antara tahun 1974 sampai dengan tahun 1983 dengan

(26)

dikeluarkannya Surat Keputusan tiga Menteri: Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dengan No.Kep122/MK/2/1974 No.32/MSK/2/1974, No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Sampai dengan tahun 1980 jumlah perusahaaleasing hanya berjumlah 5 buah perusahaan dengan nilai kontrak Rp.22,6 Miliar dan sampai dengan tahun 1983 jumlah perusahaan leasing bertambahsehingga seluruhnya menjadi 48 buah dengan kontrak Rp.436,1 Miliar.

2. Fase Pengembangan

Fase kedua terjadi kira-kira antara tahun 1984 sampai dengan tahun 1990 dengan dikeluarkannya Surat Edaran Direktur Jenderal Moneter Dalam Negeri No. SE/499/MD/1984 tanggal 24 Januari 1984 tentang ketentuan dantata cara penyampaian laporan perusahaan leasing. Dan Keputusan MenteriNo.125/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 dan dari berbagai rujukan lahiriah PAI pernyataan No.6 ”Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha” tanggal 19 September 1990. Perkembangan perusahaan danjumlah besarnya kontrak leasing tahun1986 sebanyak 89 buah dengan nilai kontrak Rp.

645 Miliar dan pada tahun 1990 bertambah menjadi 122 buah perusahaan dengan nilai kontrak tidak kurang Rp. 4.061 Triliun.

3. Fase Konsolidasi

Fase ketiga merupakan fase konsolidasi dari perkembangan leasing di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai tahun 1995 dengan dikeluarkannya SK Menteri Keuangan No 1169/KMK.01/1991 tanggal 19Januari 1991 tentang

(27)

Perubahan Sistem Perhitungan Perpajakkan dari Operating Method ke Financial Method.

2. Definisi Sewa Guna Usaha

Lease menurut PSAK No.30 (Revisi 2011) adalah Suatu perjanjian dimana lessor memberi hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Menurut Sulistiyowati (2010 : 163) Lease adalah Suatu perjanjian kontraktual antara seorang lessor dan seorang lesseeyang memberi hak kepada lessee untuk menggunakan harta tertentu yang dimiliki oleh lessor selama periode waktu tertentu dengan memberikan imbalan berupa pembayaran tunai yang biasanya periodik.

Menurut Sulistiyowati (2010:164) Lease adalah:

Suatu cara untuk memperoleh hak demi menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu tertentu dimana hak pemilik atas aktiva yang di lease tetap dipegang oleh lessor. Selain definisi-definisi diatas FASB No.13 juga mendefinisikan bahwa sewa guna usaha merupakan perjanjian penyerahan hak untuk mempergunakan aktiva berwujud (tanah atau aktiva yang dapat disusutkan) biasanya dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan International Accounting Standard yang dikeluarkan IASC mendefinisikan sewa guna usaha atau leasing sebagai perjanjian penyerahan dari penjual sewa kepada pembeli sewa dalam penyewaan hak untuk menggunakan aktiva atau barang modal selama periode

(28)

waktu yang telah disetujui, dengan pembayaran secara berkala oleh pembeli sewa kepada penjua lsewa (Martani et.all : 2012).

3. Jenis- jenis Sewa Guna Usaha

Terdapat beberapa jenis leasing yang disesuaikan dengan kebutuhan danluas bidang lease, adalah sebagai berikut :

a. Finance Lease

Dalam sewa guna usaha jenis ini perusahaan sewa guna usaha adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usahabiasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan nilai sisa barang modal, dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

b. Operating Lease

Dalam sewa guna usaha jenis ini, lessor membeli barang modal kemudian menyewakannya pada lessee dengan jangka waktu tertentu. Jumlah pembayaran berkala secara keseluruhan tidak akan melebihi atau tidak menutupi harga perolehan barang modal dan biaya yang dikeluarkan. Hal ini diakibatkan oleh periode lease yang pendek dan apabila periode lease berakhir, maka lessor akan memperpanjang lease dengan lessee yang sama atau membuat perjanjian baru dengan lessee yang lain. dalam hal ini secara jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee, sehingga

(29)

tidak terdapat Pada operating lease, lessor bertanggung jawab atas perawatan barang yang disewakan, pemindahan kepemilikan.

c. Sales Type Lease

Sewa guna usaha jenis ini merupakan financial lease, tetapi dalam hal ini barang modal yang disewakan pada saat awal masa sewa guna usaha, mempunyai nilai yang berbeda dengan biaya atau cost yang ditanggungoleh lessor. Sewa guna usaha jenis ini merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu.

d. Leveraged Lease.

Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak yakni penyewa guna usaha, perusahaan sewa guna usaha dan kreditur jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa gunausaha.

Ditinjau dari teknis pelaksanaan transaksi sewa guna usaha, jenis sewa guna usaha adalah sebagai berikut:

1) Sewa Guna Usaha Langsung (Direct Lease)

Dalam transaksi jenis ini penyewa guna usaha belum pernah memiliki barang modal yang menjadi obyek sewa guna usaha sehingga atas permintaannya perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal tersebut.

2) Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Leaseback)

Dalam transaksi ini, lessee terlebih dulu menjual barang modal yangsudah dimilikinya kepada perusahaan, dan atas barang modal yang

(30)

sama kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha antara lessee (pemilik semula) dengan lessor (pembeli barang modal).

3) Sewa Guna Usaha Sindikasi (Syindicated Lease)

Dalam sewa guna usaha sindikasi perusahaan sewa guna usaha secara bersama melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha. Sewa guna usaha ini dilakukan karena nilai transaksi yang besaratau karena faktor-faktor lain. Salah satu perusahaan sewa guna usaha ditunjuk sebagai koordinator sehingga penyewa guna usaha cukup berkomunikasi dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut transaksi sewa guna usaha. Pelaksanaan transaksi inidapat dilakukan baik melalui sewa guna usaha langsung maupun penjualan dan penyewaan kembali.

4. Ketentuan Sewa Guna Usaha

Karena lease adalah suatu kontrak, ketentuan-ketentuan yang disepakati oleh lessor dan lessee bisa sangat bervariasi, antara lain (Hery, 2012:87):

a. waktu yang pendek sampai Durasi (masa lease), lease mungkin terjadi untuk periode sepanjang perkiraan umur ekonomis aktiva yang disewa guna usahakan.

b. Pembayaran sewa, mungkin rata dari tahun ketahun, pembayaran itu mungkin telah ditentukan sebelumnya atau bervariasi mengikuti penjualan, tingkat bunga utama, indeks harga konsumen, dalam kebanyakan kasus sewa

(31)

ditetapkan agar memungkinkan lessor memperoleh kembali harga beliaktiva ditambah suatu hasil pengembalian yang wajar sepanjang umur lease.

c. Kewajiban pajak, asuransi dan pemeliharaan (biaya pelaksanaan), bisa ditanggung oleh lessor atau lessee atau bisa dibagi antara keduanya.

d. Batasan-batasan, yang sebanding dengan ikatan obligasi dapat membatasi kegiatan lessee dalam hal pembayaran deviden atau pengambilan hutang dan kewajiban lease lain. Kontrak lease bias bersifat tidak dapat dibatalkan atau mungkin memberikan hak untuk menyelesaikan sebelum waktunya pembayaran atas skala harga tertentu ditambah denda atau hukuman. Dalam hal lalai, lessee mungkin harus melunasi seluruh pembayaran untuk masa yang akan datang dengan menerima hak milik atas harta sebagai gantinya atau lessor berhak untuk menjual kepada pihak ketiga dan menagih dari lessee seluruh atau sebagian dari selisih antara harga jual lessor yang belum diperoleh kembali.

e. Alternatif bagi lessee saat selesainya lease, dapat berkisar dari tidak ada alternatif sampai hak untuk membeli aktiva yang disewa dengan harga pasarwajar atau hak untuk memperbaharui atau membeli dengan harga nominal.

5. Kriteria Pengelompokan Transaksi Sewa Guna Usaha

Menurut PSAK No.30 Revisi 2011: Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan (capital lease)jika sewa tersebut mengalihkan secara subtansial seluruh risiko danmanfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

(32)

Dan suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi (operating lease) jika tidak mengalihkan secara subtansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset.

Transaksi sewa guna usaha akan dikelompokkan sebagai capital leasebagi perusahaan sewa guna usaha apabila memenuhi semua kriteria berikut ini:

a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yangdisewa guna usahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.

b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewa guna usahakan serta bunganya sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease).

c. Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun.

Menurut FASB Statement No. 13, kriteria pengelompokkan transaksi sewa guna usaha adalah sebagai berikut:

a. Pada akhir masa sewa guna usaha terdapat pemindahan kepemilikan aktiva yang disewa guna usahakan dari lessor kepada lessee.

b. Pada akhir masa sewa guna usaha terdapat hak opsi bagi lessee untuk membeli aktiva yang disewa guna usahakan pada suatu tingkat harga yang lebih rendah dari taksiran nilai pasar wajar pada saat hak opsi dilakukan.

c. Masa sewa guna usaha sama atau melebihi 75% dari taksiran umur ekonomis aktiva yang disewa guna usahakan.

(33)

d. Nilai tunai pada awal masa sewa guna usaha atas pembayaran sewa guna usaha minimum tidak termasuk biaya-biaya pelaksanaan, sama atau lebih besar dari 90% nilai wajar aktiva yang disewa guna usaha.

Selain itu terdapat dua kriteria tambahan sebagai berikut:

a. Kemungkinan tertagihnya (collectibility) atas pembayaran berkala atau sewa minimum dapat diramalkan dengan memadai.

b. Tidak terdapat ketidakpastian material atas biaya yang tidak dapat diminta kembali, yang dikeluarkan oleh penjual sewa atau dengan kata lain hampir dapat dipastikan bahwa semua biaya yang tidak akan dibebankan kepada pembeli sewa telah dikeluarkan oleh penjual sewa.

Hubungan antara kriteria dan klasifikasi sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sewa guna usaha modal, memenuhi salah satu atau lebih kriteria dasar.

b. Sewa guna usaha operasi, tidak memenuhi semua kriteria dasar tersebut c. Sewa guna usaha penjualan, memenuhi satu atau lebih criteria dasar tersebut.

d. Sewa guna usaha pembiayaan langsung (yang bukan sewa guna usaha pengungkit) tidak memberikan kenaikan laba atau rugi pihak lessor dan memenuhi satu atau lebih kriteria dasar tambahan.

e. Sewa guna usaha pengungkit, melibatkan setidaknya tiga pihak yaitupembeli sewa, kreditur jangka panjang dan penjual sewa (biasa disebut equity partisipant). Pembiayaan dari kreditur tidak mempunyai tuntutanterhadap kredit umum dari para penjual sewa (lessor).

(34)

6. Keunggulan dan Kelemahan Sewa Guna Usaha a. Keunggulan Sewa Guna Usaha

Keunggulan sewa guna usaha sebagai sumber alternatif pembiayaan modal bagi perusahaan penyewa guna usaha adalah sebagai berikut (Hery, 2012: 87) : 1) Penghematan modal yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar, hal

inimerupakan penghematan dana bagi lessee, karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan.

2) Fleksibel, yang bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi kelebihan leasing dibanding dengan kredit bank. Fleksibilitas meliputi struktur kontraknya, besarnya pembayaran sewa, jangka waktu pembayaran serta nilai sisanya.

3) Sebagai sumber dana, mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan melalui sales dan leaseback atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee.

4) Menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapatan penjualan diperoleh secara musiman atau dimana keuntungan baru bias diperoleh pada masa akhir investasi maka besarnya sewa juga bias disesuaikan dengan kemampuan cash flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah timbulnya gejolak kekosongan dana dalam kas perusahaan.

5) Leasing dapat memberikan keuntungan pajak penghasilan yang disebabkan oleh penyusutan dipercepat dan beban bunga.

6) Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi, lessee mengeluarkanbiaya sewa yang sama. Dengan demikian nilai riil dari sewa tersebut telah berkurang

(35)

atau bisa dikatakan bahwa lessee membeyar hari ini dengan perhitungan nilai mata uang kemarin.

7) Leasing aktiva untuk periode lease yang relatif singkat dan bukanmemiliki aktiva memberikan perlindungan bagi lessee dari keusangan peralatan.

8) Secara umum jadwal pembayaran lease dapat diatur agar sesuai dengan arus kas masuk lessee yang diharapkan dari operasi.

b. Kelemahan Sewa Guna Usaha

Disamping keunggulan-keunggulan di atas, maka sewa guna usaha juga mempunyai segi kelemahan sebagai berikut (Hery, 2012:87) :

1) Pembiayaan 100% atas aktiva yang disewa guna usaha juga berarti total pengeluaran jumlah dollar yang lebih tinggi untuk bunga.

2) Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relative mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank.

3) Pembiayaan di luar neraca hanya menutupi fakta bahwa lapisan hutang barusedang ditanggung.

4) Leasing peralatan siap pakai (jika dibandingkan dengan yang dibuat sesuai pesanan) mungkin menghasilkan produk yang mutunya lebih rendah danpada akhirnya mengakibatkan hilangnya penjualan bagi lessee.

5) Lease musiman mengandung ketidakpastian bahwa peralatan akan tersedia saat dibutuhkan selain itu suku bunga leasing mungkin didasarkan pada situasi perdagangan saat itu.

6) Lease jangka panjang dapat memberikan perlindungan dari keusangan produk.

(36)

7) Keuntungan pajak mungkin bersifat sementara. Ketentuan pajak baru bias diberlakukan kapan saja dan bisa membatalkan ketentuan dalam peraturan lama. Ini merupakan bahaya bagi semua lease jangka panjang yang mengutamakan keuntungan pajak.

8) Lease jangka panjang dengan suku bunga tetap akan membebankan lessor pemberi pinjaman atas resiko hilangnya kesempatan jika suku bunga naik.

C. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Bagi Perusahaan 1. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Capital Lease

Perlakuan akuntansi capital lease oleh penyewa usaha menurut PSAKNo.

30 (Revisi 2011) adalah :

a. Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetapdan kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha.

b. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.

(37)

c. Aktiva yang disewa guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yangwajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya.

d. Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan atau dikreditkan pada tahun berjalan.

e. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar danjangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha.

f. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale andleaseback) maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan.

2. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Operating Lease

Perlakuan akuntansi operating lease menurut PSAK No.30(Revisi 2011) bahwa pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha oleh lessee, meskipun pembiayaan sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.

(38)

a. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha

Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut PSAK No. 30 (Revisi 2011) adalah :

1) Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetapdalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutanharus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.

2) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :

a) Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun berikutnya.

b) Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan.

c) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa gunausaha.

d) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback).

e) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha.

b. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Operating Lease

Menurut PSAK No.30 (Revisi 2011) bahwa pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas laporan keuangan mengenai :

a) Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai biaya sewa.

(39)

b) Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak 2 tahun berikutnya.

c) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.

d) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback.

e) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa gunausaha (major covenants).

c. Ilustrasi Metode Capital Lease

Contoh penerapan metode capital lease berdasarkan buku akuntansi Juan dan Wahyuni (2013: 388) adalah sebagai berikut: Lessor company dan Lessee Company menandatangani sebuah perjanjian leas etertanggal 1 Januari 2008 yang menetapkan bahwa Lessor Company menyewakan peralatan kepada Lessee Company dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Masa lease adalah lima tahun dan perjanjian tidak dapat dibatalkan dengan mengharuskan pembayaran sewa sebesar Rp 25.981

b) Peralatan tersebut mempunyai nilai wajar sebesar Rp. 100.000 estimasi umur ekonomis lima tahun dan tidak ada nilai residu.

c) Lessee Company membayar semua biaya pelaksanaan langsung kepada pihak ketiga kecuali pajak harta sebesar Rp 2000 per tahun yang termasuk dalam pembayaran tahunan kepada lessor

d) Lease tersebut tidak memuat hak opsi pembaharuan dan peralatan akan kembali pada lessor company pada saat selesainya lease.

(40)

e) Tingkat bunga pinjaman tambahan (incremental borrowing rate) Lessee Company adalah sebesar 11% tahun. Apabila tingkat bunga tidak diketahui maka tingkat bunga yang digunakan harus ditentukan oleh lessee.

f) Lessee Company menyusutkan peralatan yang disewa dengan menggunakanmetode garis lurus.

g) Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat hasil pengembalian atas investasinya sebesar 10% per tahun, fakta ini diketahui oleh Lessee Company.

h) Dalam hal adanya ketentuan lain yang dipersyaratkan oleh Lessor Companymaka lessee harus menerapkannya.

Penyelesaian :

1. Pengujian atas klasifikasi lease berdasarkan perjanjian lease diatas adalah:

a. Masa lease lima tahun, sama dengan estimasi umur ekonomis peralatanyang lamanyalima tahun, memenuhi pengujian 75%.

b. Nilai sekarang pembayaran lease minimum Rp 100.000 melebihi 90%

darinilai wajar harta (Rp 100.000)

Nilai yang dikapitalisasi: (25.981 – 2.000) x Nilai pembayaran sekaranganuitas selama 5 periode pada tingkat diskonto 10%

: Rp 25.981 x 4,16986 : Rp 100.000

(41)

2. Pencatatan akuntansi Capital Lease oleh Lessee Company

a. Jurnal untuk mencatat peralatan yang disewa guna usaha pada awal sewaguna usaha

Peralatan Sewa Guna Usaha Rp 100.000Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp 100.000Bila terdapat hak opsi dalam bentuk simpanan jaminan atau kas untukmembeli peralatan yang disewa pada akhir masa lease adalah

Simpanan jaminan xx Kas xx

b. Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama tanggal 1 Januari 2008 adalah

Beban pajak Rp 2.000

Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp 23.981 Kas Rp 25.981

c. Tanggal 31 Desember 2008 jurnal untuk mencatat beban bunga adalah Beban Bunga Rp 7.602

Hutang Bunga Rp 7.602

(42)

D. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

E. Hipotesa

Diduga dengan perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang berdasarkan PSAK No.30 akan berdampak baik terhadap laporan keuanagan perusahaan selama periode leasing

Laporan Keuangan

Neraca

Laba/Rugi

Pengungkap an sewa

guna

PSAK 30 (Revisi 2011)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PT Bumi Karsa yang beralamatkan di Wisma Kalla Lt 11 Jl.DR.Sam Ratulangi.dan dilaksanakan selama 2 bulan..

B. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat studi deskriptif yang memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena yang diselidiki.Studi deskripitif dilakukan dengan cara mendeskripsikan masalah yang telah diidentifikasi dan terbatas pada usaha untuk megungkapkan masalah serta keadaan sebagaimana adanya Indriantoro (2009: 88). Tujuannya adalah untuk membuatsuatu deskripsi mengenai situasi-situasi dan kejadian-kejadian tertentu, sehingga tidak perlu untuk mencari atau mengembangkan keterkaitan antar variabel ataumenguji hipotesis. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian iniberbentuk studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mandalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masalalunya Indriantoro (2009: 55).

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian ini adalah berbentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif yang menggambarkan bagaimana perlakuan akuntansi sewa guna usaha oleh perusahaan dibandingkan dengan ketentuan dalam PSAK No.30 (Revisi 2011)

29

(44)

tentang akuntansi sewa guna usaha sehingga hanya mengungkapkan dan mendeskripsikan fakta-fakta yang ada tanpa melakukan pengujian hipotesis.

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilaksanakan dengan cara melakukan telaah atas datadata sekunder yang diperoleh melalui berbagai sumber meliputi jurnal ilmiah, buku-buku, karya ilmiah, dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan topik yang diteliti. Penelitian kepustakaan diperlukan terutama untuk memperdalam kajian mengenai perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap, antara lain:

1. Buku-buku dan literatur akuntansi mengenai sewa guna usaha serta laporan keuangan.

2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.30 (Revisi 2011) tentang akuntansi sewa guna usaha.

3. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan akuntansi sewa guna usaha.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan melalui pengumpulan data-data dengan mengadakan penelaahan dan mempelajari dokumen-dokumen perusahaan antara lain:

a. Dokumen perjanjian sewa guna usaha.

b. Buku jurnal yang mencatat transaksi yang dilakukan perusahaan.

c. Laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) selama periode leasing.

(45)

d. Formulir dan catatan-catatan lain yang berhubungan dengan pengembangan atas topik yang dibahas

3. Wawancara

Data yang dikumpulkan melalui interaksi secara langsung dari responden dengan mengadakan tanya jawab guna memperoleh data yang diperlukan terutama kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan pencatatan, penyusunan, dan penyajian laporan keuangan.

C. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini data-data primer yang diperlukan berupa:

a. Gambaran umum PT Bumi Karsa yang berupa riwayat singkatperusahaan.

b. Struktur Organisasi dan pembagian tugas PT Bumi Karsa.

c. Dokumen perjanjian sewa guna usaha untuk jenis aktiva tertentu yangdilease oleh PT Bumi Karsa yang akan dibahas dalam penelitian ini.

d. Sistem dan prosedur akuntansi PT Bumi Karsa termasuk didalamnyaadalah jurnal pencatatan untuk transaksi lease oleh perusahaan.

e. Laporan Keuangan (Neraca dan Laporan Laba Rugi) PT Bumi Karsa selama periode leasing.

b. Data Sekunder

(46)

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh penelitisecara langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat dari pihaklain) umunya berupa data statistik, ataupun keterangan-keterangan danpublikasi lainnya serta bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan topic permasalahan penelitian.

D. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan suatu rangkaian proses penyederhanaan dan pengelompokkan data-data sesuai dengan alat yang digunakan. Analisis data yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

(47)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat dan Lokasi Instansi

PT Bumi Karsa didirikan di Makassar dengan Akta Notaris Sistske Limowa SH. Dengan nomor 41 tanggal 14 Februari 1969, yang selanjutnya diubah dengan akta nomor 83 tanggal 27 Februari 1973 dan akta nomor 70 tanggal 16 Oktober 1973 dari notaris yang sama. Anggaran dasar Perusahaan telah mendapat persetujuan dari Departemen kehakiman dengan surat nomor YA.5/386/10 tanggal 1 Desember 1973.

PT Bumi Karsa merupakan kontraktor swasta Nasional dengan kepemilikan saham 100% murni dan berkantor di Jalan Perintis Kemerdekaan KM.15 Daya Makassar. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang usaha Pembangunan Kontruksi umum, dan telah memperoleh izin usaha pembangunan dari Departemen Perdagangan dan Koperasi nomor 7796/WL/XX/I/Nas, tanggal 14 mei 1981.

Pada awal berdirinya, perusahaan ini bernama Bumi Karya dengan karyawan tetap 6 orang dan perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan NV Hadji Kalla Trd.Coy, akan tetapi sehubungan dengan kebijaksanaan pemerintah melarang pemakaian istilah “Karya” untuk perusahaan swasta, maka pertimbangan akta perusahaan sebagaimana telah disebutkan diatas, sejak itulah

“PT Bumi Karya” berubah nama menjadi “PT Bumi Karsa”.

33

(48)

PT Bumi Karsa adalah salah satu perusahaan pribumi yang bergerak dalam bidang usaha pemborongan konstruksi umum dan sejak berdirinya perusahaan tersebut telah banyak berpartisipasi dalam pembangunan melalui keikutsertaannya dalam menangani berbagai proyek di tanah air ini, adapun proyek yang dimaksud diatas, meliputi proyek dibidang Prasarana Jalan, bidang Pengairan, bidang Perumahan dan Pemukiman serta Perhubungan yang lokasinya terletak di seluruh tanah air. Sesuai dengan perkembangan penanganan pekerjaan maka perusahaan membuka Kantor Cabang di setiap Wilayah Kerja, sebagai berikut :

1. Sulawesi Selatan, Kantor Pusat, berlokasi di Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 15 Makassar

2. DKI Jakarta, Kantor Cabang Jakarta, berlokasi di Jln. H.R. Rasuna Said Kav. I Jakarta

3. Sulawesi Tengah, Kantor Cabang Palu, berlokasi di Jln. Ir. H. Juanda No. 45 Palu

4. Sulawesi Tenggara, Kantor Cabang Kendari, berlokasi di Jln. Dr. Moh. Hatta No. 71 Kendari

5. Kalimantan Timur, Kantor Cabang Samarinda, berlokasi di Jln. Pelita No. 51 Samarinda

Pada tanggal 11 September 2003, PT Bumi Karsa kembali mengukir prestasi dengan menjadi perusahaan swasta pertama dalam bidang jasa konstruksi yang memperoleh sertifikat ISO – 9001 : 2000 di daerah ini dan bahkan dikawasan Indonesia Timur.

(49)

Pengalaman PT Bumi Karsa dalam menyelesaikan berbagai macam pekerjaan proyek jalan dan jembatan, bendungan dan irigasi, lapangan terbang, dermaga pembukaan lahan dan pemukiman transmigrasi serta gedung-gedung untuk perkantoran dan fasilitas umum lainnya, telah menumbuhkan kepercayaan pemerintah dan masyarakat umum akan kemampuan serta profesionalitas sumber daya manusia dan peralatan yang dimiliki oleh PT Bumi Karsa untuk menyelesaikan berbagai jenis proyek. Dalam kurun waktu yang cukup lama ini, karya pengabdiaan PT Bumi Karsa menunjang pembangunan nasional tersebar diberbagai pelosok tanah air, khususnya di Indonesia Bagian Timur.

B. Visi dan Misi

Adapun Visi dan Misi PT Bumi Karsa adalah sebagai berikut:

1. Visi PT Bumi Karsa

Menjadikan perusahaan jasa kontruksi berskala Internasional yang berdaya saing dan inovatif .

2. Misi PT Bumi Karsa

Menyediakan jasa kontruksi dibidang sipil, dan arsitektur dengan komitmen pada biaya, mutu, waktu, K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), dan kerjasama yang sinergis serta senantiasa memberikan jaminan terhadap “Kepuasan Pelanggan” .

C. Uraian Tugas dan fungsi

Pelaksana PT Bumi Karsa terdiri dari:

(50)

1. Komisaris

Komisaris melapor kepada dewan komisaris. Tujuan strategis jabatan adalah memastikan terbangunnya system pengembangan bisnis perusahaan dan pengelolaan SDM yang efektif dalam rangka untuk mencapai visi dan misi perusahaan.

2. Direktur Utama

Bertanggung jawab kepada komisaris. Tugas utamanya adalah melaksanakan visi dan misi perusahaan dan merealisasikan pencapaiaan tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan oleh dewan komisaris.

3. Direktorat SPI

Bertanggung jawab kepada direktur utama. Tujuan jabatan adalah membantu direktur utama dalam melakukan fungsi pegawasan /pengendalian /pemeriksaan intern, baik pengawasan /pemeriksaan umum, maupun khusus (investigative audit) dengan tujuan untuk menjamin kepatuhan pusat-pusat petanggung jawaban terhadap aturan dan tata kerja (rules of conduct), system dan prosedur, dan kebijakan perusahaan.

4. Direktorat Sekertaris Perusahaan

Bertanggung jawab kepada direktur utama. Tuujan jabatan adalah mengelola kegiatan-kegiatan komunikasi peruahaan, hubungan kemasyarakatan dan pemerintah, sekretaris direksi, general affair serta kegiatan hukum dan perizinan perusahaan dan memastikan seluruh jajaran dalam perusahaan untuk mematuhi good corporate governance.

(51)

5. Direktorat Operasi

Bertanggung jawab kepada direktur utama. Tujuan jabatan adalah membantu direktur utama dalam merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi seluruh pelaksanaan kegiatan proyek, peralatan, dan plant, agar sesuai dengan rencana waktu, anggaran dan mutu yang telah ditetapkan.

6. Direktur Keuangan dan SDM

Bertanggung jawab kepada direkur utama. Tujuan jabatan adalah membantu direktur utama dalam pengelolaan keuangan perusahaan agar diperoleh arus kas masuk dan keluar yang terkendali, mengelola SDM perusahaan agar diperoleh SDM yang professional dengan iklim yang kondusif dan memuaskan pihak perusahaan dan karyawan, dan mendukung pengadaan dan logistic yang cepat, harga kompetitif dan sesuai pesanan.

7. Manajer Keuangan

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu Direktur Keuangan dan SDM dalam monitoring arus kas dan dalam menyusun RAP tahunan serta laporan akhir tahun realisasi RAP sehingga diperoleh keterangan kondisi keuangan perusahaan dengan arus kas yang terkendali.

8. Manajer Akuntansi

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu Direktur Keuangan dan SDM dalam mengendalikan penggunaan dana perusahaan dengan menyajikan laporan akuntansi secara rutin,

(52)

menganalisis dan mengevaluasi laporan tersebut serta memeriksa hasil verifikasi menyangkut kebijakan prosedur maupun kebijaksanaan akuntansi.

9. Manajer Logistik

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu dalam melayani pesanan dalam pengadaan serta pengelolaan dan monitoring atas material dan spare part yang dibutuhkan agar sesuai dengan jaminan mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.

10. Manajer Administrasi dan Kompensasi

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu Direktur Utama dan SDM dalam merencanakan, mengkoordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan administrasi kepegawaian, kesejahteraan penghasilan pegawai agar tersaji human resource information system dengan data kepegawaian yang akurat untuk digunakan dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan pemberian hak dan pemenuhan kesejahteraan karyawan.

11. Manajer Perencanaan dan Pengembangan SDM

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu Direktur Keuangan dan SDM dalam merencanakan, mengkoordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengawasan SDM perusahaan.

(53)

D. Struktur Organisasi

Sebagai perusahaan konstruksi yang memiliki proyek di beberapa lokasi yang berbeda, PT Bumi Karsa membagi wilayah proyeknya ke dalam dua wilayah yaitu wilayah 1 (satu) yang meliputi daerah Sulawesi, Ternate, Maluku, dan Papua, serta wilayah 2 (dua) yang meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan Nusa Tenggara, dan Bali. Untuk pengelolaan keuangan, akuntansi, SDM, dan logistik untuk keseluruhan perusahaan terpusat di Makassar.

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT Bumi Karsa

KOMISARIS 1. Achmad Kalla 2. Imelda Jusuf 3. A. Untung Siraju

Sekretaris Perusahaan NURSALIM

Direktur 1 KAMALUDDIN

Kepala SPI MARTATI Direktur Utama

ZUMADI SM ANWAR

Direktur 2 FAJARUDDIN

Direktur 3 ABDUL MULUK

(54)

Area Kerja : 1. Keuangan 2. Akuntansi

3. SDM 4. Logistik

Direktur Keuangan & SDM

ABDUL MULUK

Anggaran ABU BAKAR

Manajer Pran & Bang SDM

JUNITASARI Manajer

Adm &Kompensasi GAZALI HUSAIN

Akuntansi Keu.

& Pajak SUARDI PASITA

Manajer Logistik M.SYAFRI Manajer

Akuntansi AMRULLAH SYAM Manajer

Keuangan SYAMSUL T

Pengadaan Faisal Aris

Gaji & Benefit MUSLIMIN

Penerimaan dan Pengembangan HASNIAR AR

Kasir

NASRULLAH AkuntansiBiaya Gudang

(Vacant)

Invoice &

Jaminan (Vacant)

Adm. Pegawai

(55)

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A.Pembahasan

1. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Oleh PT. Bumi Karsa

Dalam usaha untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan, maka perusahaan bermaksud menambah aktiva tetapnya melalui sumber pembebanan dalam bentuk sewa guna usaha dengan jalan membeli aktiva secara sewa guna usaha dari pihak lessor. Diharapkan dengan menambah aktiva tersebut perusahaan dapat melakukan pekerjaannya secara optimal. PT Bumi Karsa selaku lessee dan PT Buana Finance selaku lessor menandatangani sebuah perjanjian sewa guna usaha pada tanggal 22 April 2010, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jenis aktiva yang disewa guna usaha adalah sebuah peralatan yaitu berupa 2 unit Excavator Hyunday (R 210-7) dengan harga perolehan sebesar Rp.

1.208.314.800

b. Masa sewa guna usaha mempunyai jangka waktu 3 tahun atau 36 bulan yaitu dari Mei 2010 sampai dengan April 2013. Besarnya tiap angsuran yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp. 46.400.000

c. Besarnya uang jaminan sebagai opsi pembelian dimana lessee akan membeli peralatan yang disewa guna usaha adalah sebesar Rp. 37.292.282

d. Penyusutan atas peralatan yang disewa guna usaha dengan dasar garis lurus dengan umur ekonomis 8 tahun dan tidak ada nilai sisa.

41

(56)

e. Dalam perjanjian ini, dicantumkan besarnya tingkat bunga yang digunakan sebagai dasar perhitungan beban bunga yang dibayar setiap periode sebesar 28,38679828% Per 3 Tahun.

f. Atas permintaan PT Buana Finance, perjanjian tersebut bersifat rahasia dan apapun yang terdapat didalamnya bukan untuk konsumsi publik. Hal ini disebabkan jenis peralatan yang disewa guna usaha oleh lessee dari lessor hanya 2 unit, sehingga nilai peralatan termasuk harga perolehan, besarnya angsuran dan lain- bukan untuk diketahui pihak lain.

g. Pada awal perjanjian sewa guna usaha perusahaan mengeluarkan beban-beban untuk mengadakan perikatan dengan pihak lessor diantaraya adalah beban adminstrasi dan beban asuransi. Biaya-biaya tersebut diakui dan dibebankan pada saat terjadinya yaitu pada awal masa sewa guna usaha dan termasuk dalam beban executory.

Berikut adalah deskripsi perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT Bumi Karsa, atas dasar penjelasan perjanjian sewa guna usaha diatas, perusahaan dibebani hutang oleh lessor sebesar Rp 1.208.314.800 dengan rincian sebagai berikut:

Angsuran sewa tahun Pertama (46.400.000 x 12 bulan) : Rp 556.800.000 Angsuran sewa tahun kedua (45.600.000 x 12 bulan) : Rp 547.200.000 Angsuran sewa tahun ketiga (33.284.650 x 12 bulan) : Rp 399.415.800

Rp 1.503.415.800 Simpanan Jaminan (uang muka sewa) Rp. 37.292.282

Total nominal pembayaran sewa Rp. 1.540.708.082

(57)

Sedangkan pencatatan transaksi yang dilakukan oleh PT Bumi Karsa selaku lessee adalah sebagai berikut :

a. Pada saat lessee mencatat perolehan peralatan, jurnal yang dibuat adalah Peralatan ... Rp 1.208.314.800

Kewajiban Sewa Guna usaha...Rp 1.208.314.800

(Untuk mencatat aktiva yang diperoleh dari kewajiban sewa guna usaha) Perusahaan mencatat sewa guna usaha sebagai peralatan dalam kelompok aktiva tetap karena perusahaan menganggap aktiva tersebut pada masa akhir sewa guna usaha akan dibeli dan menjadi milik perusahaan, oleh sebab itu pencatatannya disamakan juga dengan pencatatan untuk aktiva lainnya seperti mesin, atau peralatan lain yang diperoleh bukan dari sewa guna usaha.

b. Pada saat membayar uang muka sebagai simpanan jaminan untuk membeli peralatan, jurnal yang dibuat adalah :

Uang Muka Sewa... Rp 46.400.000

Bank ... Rp 46.400.000

Sedangkan dalam pencatatan pembayaran simpanan jaminan sebesar Rp.

46.400.000 dianggap perusahaan sebagai bagian dari perkiraan uang muka dan diklasifikasikan ke dalam aktiva lancar.

c. Pada saat mencatat angsuran sewa guna usaha perusahaan membedakan menjadi angsuran pelunasan kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga.

Untuk tingkat bunga aktiva sewa guna usaha, perusahaan menetapkan sebesar 28,38679828% Per 3 tahun.

(58)

Untuk tingkat bunga atas aktiva yang disewa dari PT. Buana Finance, perusahaan menghitung sebagai berikut:

 Beban Perolehan Aktiva Sewa Guna Usaha : Rp 1.208.314.800

Simpanan Jaminan : Rp (37.292.282)

Saldo Awal Hutang Usaha : Rp 1.171.022.518

 Beban bunga diperhitungkan sebagai selisih total antara total nominal pembayaran sewa dengan saldo awal hutang usaha sebelum dikurangi simpanan jaminan, sehingga nilai beban bunga sebesar:

Jumlah nominal pembayaran sewa : Rp. 1.540.708.082 saldo awal hutang SGU sebelum dikurangi

Simpanan Jaminan : Rp (1.208.314.800) Beban Bunga selama masa sewa : Rp 332.415.800

 Tarif bunga selama masa sewa guna usaha adalah hasil bagi antara beban bunga selama masa sewa dengan saldo awal hutang sewa.

Tarif Bunga = Rp 332.415.800 x 100%

Rp 1.171.022.518

= 0,283867982 atau 28,38679828% Per 3 Tahun

Tarif bunga selama 3 tahun sebesar 28,38679828%, sehingga untuk menghitung tingkat bunga selama 3 tahun yaitu:

 Dari tingkat bunga tersebut kemudian ditentukan beban bunga per 3 tahun yaitu sebesar Rp. 332.415.800 diperoleh dari 28% x 1.171.022.518, dan

(59)

besarnya kewajiban pokok adalah Rp.1.540.708.082 diperoleh dari Rp.332.415.800 ditambah Rp.1.208.314.800

Dari perhitungan tersebut, jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk 3 tahun sewa guna usaha adalah sebagai berikut:

Kewajiban Sewa Guna Usaha ... Rp.1.208.314.800 Beban Bunga... Rp.332.415.800 Bank...Rp.1.540.708.082

(Untuk mencacat angsuran sewa guna usaha)

Pencacatan beban bunga yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan metode garis lurus yang besarnya tetap setiap bulan. Pembayaran sewa per bulan sebesar Rp. 46.400.000 dibayar sebulan setelah tanggal perjanjian sewa guna usaha ditandatangani. Pada angsuran kedua dan seterusnya perusahaan mencatat dengan jurnal yang sama. Untuk mengetahui rincian skedul pembayaran angsuran sewa guna usaha yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada dibawah ini:

Tabel 5.1

Skedul Pembayaran Sewa Guna Usaha Selama 36 Bulan

No Periode Keterangan Pembayaran

Lease/Bulan Beban Bunga Pembayaran

Pokok Kewajiban Sewa Guna Usaha

Saldo Awal Rp.1.208.314.800

1 Mei 2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.171.022.518 2 Juni 2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.133.730.236 3 Juli 2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.096.437.953 4 Agustus

2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.059.145.670 5 September

2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.021.853.388 6 Oktober Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.984.561/105

(60)

2010 7 November

2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.947.268.823 8 Desember

2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.909.976.540 9 Januari 2011 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.872.684.258 10 Februari

2011 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.835.391.975 11 Maret 2011 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.798.099.693 12 April 2011 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.760.807.410 13 Mei 2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.724.158.098 14 Juni 2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.687.508.786 15 Juli 2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.650.859.474 16 Agustus

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.614.210.162 17 September

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.577.560.850 18 Oktober

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.540.911.537 19 November

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.504.262.225 20 Desember

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.467.612.913 21 Januari 2012 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.430.963.601 22 Februari

2012

Rp.5.306.450

Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.394.314.289

23 Maret 2012 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.357.664.977 24 April 2012 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.321.015.665 25 Mei 2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.294.264.359 26 Juni 2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.267.513.054 27 Juli 2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.240.761.749 28 Agustus

2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.214.010.443 29 September

2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.187.259.138 30 Oktober

2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.160.507.832

Referensi

Dokumen terkait

Excel, sedangkan uji beda pada hubungan antar usia, agama, daerah asal, sumber pengetahuan, dan etnis pengunjung dianalisa menggunakan uji One-way ANOVA untuk data dengan

Adapun nama Empat Lawang berasal dari cerita rakyat yang berarti “Empat Pendekar (Pahlawan)”. Dulunya wilayah Empat Lawang dipimpin oleh empat orang tokoh ini. Melalui

(2) Pungutan swadaya dan partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi segala pungutan baik berupa uang maupun barang oleh pemerintah desa terhadap

Upaya pemerintah adalah semua proses usaha dan tindakan yang dilakukan Pemerintah Propinsi Bali seperti Dinas Pariwisata Propinsi Bali, Dinas Kebudayaan Propinsi

Target peserta yang kami undang adalah Dokter Umum, Dokter Spesialis yang seminat dalam bidang antiaging dan estetik diseluruh Indonesia.. Kami ucapkan selamat bergabung dan

coli yang terimobilisasi taut-silang dengan glutaraldehida pada permukaan elektrode pasta karbon berpotensi sebagai reagen biofungsional untuk menaut-silangkan enzim.. Gambar 5

c) Pelanggan yang memiliki Kad Debit HLB dan Akaun Sertaan yang tidak berada dalam keadaan baik, tidak aktif, terikat kepada Akaun Semasa / Akaun Semasa-i yang telah ditutup atau

telah memberikan motivasinya sehingga terwujudlah tesis ini dan dapat mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Universitas Islam Indonesia... Imam