• Tidak ada hasil yang ditemukan

The purpose of this study was to determine the distribution of FKTPs in Jambi City

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "The purpose of this study was to determine the distribution of FKTPs in Jambi City"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

xvii ABSTRACT

The Indonesian government created the National Health Insurance (JKN) program to realize Universal Health Coverage (UHC). The participant of JKN program get increased every year accompany by an increase of First Level Health Facilities (FKTP) distribution. Jambi city has 59 FKTPs that spread across 11 Districts and 607,562 JKN partcipants. The purpose of this study was to determine the distribution of FKTPs in Jambi City. This study uses a quantitative research method with a descriptive exploratory design. To find out the distribution of FKTP analysis is done using geographic information systems with spatial analysis techniques.The sample of this study is the entire existing population, there is 59 health facilities.

From the results of buffer mapping conducted with spatial analysis, it is known that the distribution of FKTP in Jambi City is not well and evenly distributed, from the heat map of the FKTP distribution there is 1 sub-district/kecamatan that has a high concentration. There are 6 sub-districts/kecamatan that still need distribution of FKTP based on the results of the analysis of the availability of FKTP based on population. Based on the analysis, BPJS need to consider the distributing of health facilities in to areas that still need it.

Keywords: First Level Health Facility, Geographic Information System, buffer

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjamin kesejahteraan rakyatnya dengan menerapkan dan mengembangkan jaminan sosial. Pernyataan tersebut tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28H ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk mewujudkan upaya tersebut, pemerintah Indonesia membuat beberapa upaya dan kebijakan yang dapat bertujuan sebagai jaminan bagi setiap warga negara agar dapat hidup dengan sejahtera. Upaya untuk menjamin kehidupan yang sejahtera bagi seluruh masyarakat di semua kelompok usia disebut dengan jaminan kesehatan semesta atau cakupan kesehatan universal atau Universal Health Coverage (UHC). Menurut World Health Organization (WHO) cakupan kesehatan universal adalah sebuah sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin setiap penduduknya dapat mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan secara adil dan merata, berkualitas dan terjangkau diseluruh layanannya (rehabilitatif, kuratif, promotive dan preventif).1

Dalam mewujudkan UHC, pemerintah Indonesia melakukan salah satu upaya yaitu membuat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah diselenggarakan sejak 1 Januari 2014. Program JKN dibuat berdasarkan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Program JKN diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2014 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Perkembangan tingkat kepesertaan JKN tahun 2014 tercatat 49% penduduk Indonesia (sekitar 133,4 juta jiwa) telah menjadi peserta JKN, kemudian pada Tahun 2017 mengalami peningkatan sebanyak 21,4% dengan jumlah 187,9 juta jiwa. Jumlah ini terus meningkat pada Tahun 2019 menjadi 83,7% atau sekitar 221,3 juta jiwa penduduk Indonesia. Jumlah tersebut masih belum memenuhi target pemerintah, dimana pemerintah menetapkan target di tahun 2019 Indonesia telah

(3)

2

mencapai UHC dengan cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan minimal 95% dari seluruh penduduknya.2

Per 31 Maret 2022 Cakupan kepesertaan program jaminan kesehatan secara nasional berjumlah 237.923.846 jiwa (87,1%) dari jumlah total penduduk yang ada.

Sedangkan di Provinsi Jambi total kepesertaan Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Cakupan Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan di Provinsi Jambi

No Kabupaten/ Kota Jumlah Penduduk

Peserta JKN

% Belum

JKN

%

1 Batanghari 306.742 265.739 86,6 41.003 13,4

2 Muaro Jambi 412.052 288.018 69,8 124.034 30,2

3 Tanjung Jabung Barat 323.466 235.728 72,8 87.738 27,2 4 Tanjung Jabung

Timur

232.542 156.257 67,1 76.285 32,9

5 Jambi 621.365 607.562 97,7 13.803 2,3

6 Bungo 360.906 248.575 68,8 112.331 31,2

7 Tebo 345.777 211.029 61,0 134.748 39,0

8 Merangin 365.822 230.092 62,8 135.730 37,2

9 Sarolangun 283.153 234.800 82,9 48.353 17,1

10 Kerinci 254.241 183.114 72,0 71.127 28,0

11 Sungai Penuh 97.373 100.371 103,1 - -

Total 3.603.439 2.761.285 76,6 845.152 23,4 Sumber: Data BPJS Kesehatan 31 Maret 2022

Berdasarkan tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa dari 3.603.439 jiwa penduduk yang ada di Provinsi Jambi yang terdaftar dalam kepesertaan JKN sejumlah 2.761.285 jiwa (76,6%) dan 845.152 jiwa (23,4%) lainnya belum terdaftar didalam kepesertaan JKN. Sedangkan di Kota Jambi dengan penduduk tertinggi yang ada di Provinsi Jambi persentase kepesertaan JKN mencapai 607.562 jiwa (97.7%) dari jumlah penduduk yang ada.

Peningkatan jumlah kepesertaan JKN membuat pemerintah memperluas kesempatan pengguna Jaminan Kesehatan Nasional dengan melakukan kerja sama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sehingga peserta JKN dapat

(4)

terlayani secara optimal. Layanan kesehatan tersebut dapat diperoleh mulai dari FKTP.

Pelayanan kesehatan akan diperoleh peserta JKN di fasilitas kesehatan tempat mereka terdaftar. Fasilitas kesehatan tersebut merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bermitra dengan BPJS Kesehatan. Kemitraan fasilitas kesehatan dengan BPJS kesehatan harus memenuhi seleksi kualitas provider (credentialing).

Terdapat beberapa FKTP yang menjadi mitra BPJS kesehatan di Kota Jambi diantaranya Puskesmas, klinil Polri, klinik TNI, klinik pratama atau yang setara, dokter gigi, dan Tempat Praktek Mandiri Dokter (TPMD). Adapun jumlah FKTP yang menjadi mitra BPJS kesehatan di Kota Jambi dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Mitra BPJS Kesehatan di Kota Jambi

No Jenis FKTP Jumlah %

1. Puskesmas 20 33.9

2. Klinik Polri 3 5.1

3. Klinik TNI 2 3.4

4. Klinik Pratama atau yang setara 21 35.6

5. Dokter Gigi 3 5.1

6. Dokter Praktik Perorangan 10 16.9

Jumlah 59 100

Sumber: Data BPJS Kesehatan 31 Maret 2022

Ketersediaan FKTP menjadi faktor penyokong yang sangat penting untuk mewujudkan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat dengan menjamin akses pelayanan kesehatan. Minat masyarakat dalam memproleh pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Misnaniarti dkk dengan judul

“Ketersediaan Fasilitas dan Tenaga Kesehatan dalam Mendukung Cakupan Semesta Jaminan Kesehatan Nasional” yang dilakukan di 34 provinsi (471 kabupaten/kota) menyatakan bahwa terdapat ketidak merataan distribusi fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan hampir di seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Distribusi penyebaran fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang merata dapat mempengaruhi kemudahan akses bagi peserta JKN untuk mendapatkan manfaat layanan kesehatan.3

(5)

4

Pertimbangan terkait lokasi keberadaan fasilitas kesehatan mesti dilakukan terutama bagi FKTP, karena akan berpengaruh terhadap waktu dan jarak tempuh yang diperlukan masyarakat ke fasilitas kesehatan. Partisipasi masyarakat terhadap program JKN juga dapat menurun jika distribusi FKTP tidak merata meskipun dalam segi jumlah sudah memadai. Oleh sebab itu, sebaran keberadaan FKTP perlu dievaluasi sehingga FKTP tidak menumpuk pada suatu lokasi dan kosong pada lokasi – lokasi lain yang akan mempengaruhi minat dan partisipasi peserta JKN terhadap keberadaan FKTP. Sistem informasi geografis (SIG) dapat dimanfaatkan sebagai solusi untuk melakukan pemetaan terhadap sebaran FKTP. Pemetaan tersebut dapat memberikan informasi secara kewilayahan yang lebih rinci dan mudah untuk dipaham.4

Perkembangan sistem informasi geografis mempermudah akses setiap orang terhadap peta. Analisis spasial menjadi salah satu analisis yang digunakan untuk melihat suatu fenomena berdasarkan ruang yang dapat dilihat melalui peta.

Penelitian mengenai analisis spasial terkait keberadan fasilitas kesehatan talah dilakukan oleh Mulyawan, et al., (2015) dengan judul “Analisis Spasial Keberadaan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Denpasar, Badung dan Tabanan”.

Hasil penelitian dari analisis spasial yang dilakukannya yaitu memperoleh peta distribusi FKTP sehingga dapat diketahui bahwa distribusi FKTP terbanyak berdasarkan jenisnya adalah praktik Dokter mandiri. Sedangkan berdasarkan peta cakupan pelayanan FKTP, masih ada wilayah yang belum terlayani dan beberapa FKTP masih saling tumpang tindih mengenai wilayah pelayanannya. Selain itu, terdapat penyajian peta FKTP perDesa sesuai dengan jumlah penduduk yang ada.4

Dengan adanya keberadaan FKTP di Kota Jambi, dapat dilakukan pemetaan dengan memanfaatkan sistem informasi geografis untuk melihat sebarannya apakah sudah mencakup seluruh wilayah atau tidak. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai ‘Sebaran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang ada di Kota Jambi’ menggunakan analisis spasial untuk mengetahui sebaran FKTP yang ada di Kota Jambi.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dapat memperoleh pelayanan dasar melalui Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Sebaran dan pertambahan FKTP dapat mempermudah peserta JKN yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu BPJS Kesehatan memperluas kerjasama dengan FKTP di Kota Jambi. Namun sebaran FKTP tersebut dapat memberikan permasalahan jika tidak diimbangi dengan distribusi yang tidak merata dan dapat mempengaruhi partisipasi dan minat peserta JKN terhadap keberadaan FKTP.

Dengan adanya 59 FKTP yang bermitra dengan BPJS Kesehatan di Kota Jambi dibutuhkan penelitian mengenai “Analisis Spasial Sebaran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bermitra dengan BPJS Kesehatan yang ada di Kota Jambi Tahun 2022 berdasarkan jumlah kepesertaan dan jumlah penduduk menggunakan analisis spasial.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sebaran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang menjadi mitra BPJS Kesehatan di Kota Jambi.

2. Untuk mengetahui pemetaan sebaran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berdasarkan jumlah kepesertaan dan jumlah penduduk perKecamatan di Kota Jambi.

3. Untuk menganalisa kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) per Kecamatan.

1.4 Manfaat

1. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi penambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai Analisis Spasial Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

(7)

6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) cakupan pelayanan yang diberikan serta dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pelayan dan kompetensi pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

3. Manfaat bagi BPJS Kesehatan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi Referensi dalam meningkatkan kemitran terhadap fasilitas kesehatan terutama Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan dasar kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

4. Manfaat bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi acuan referensi, studi literatur dan pengembangan ilmu bagi mahasiswa dan penelitian selanjutnya yang terkait dengan Analisis Spasial Sebaran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Kota Jambi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,506, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima, yaitu terdapat hubungan

[r]

Kemampuan membaca Al- Qur’an anak yatim di Yatim Mandiri cabang Jember setelah adanya program duta guru lebih baik dan lebih sesuai dengan kaidah tajwid, karena

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stress kerja berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja, stress kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja, kepuasan kerja tidak

Studi ini meneliti pengaruh ukuran KAP dan masa perikatan terhadap kualitas audit dan implikasinya pada kualitas laba emiten sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia untuk

Dari uraian tersebut dapat di ungkapkan bahwa Kebijakan Energi di Indonesia pada dasarnya termasuk dalam kategori Substantive Policy karena kebijakan tersebut diambil

[r]

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Jenjang Diploma III program studi Teknik informatika. Disusun oleh: AI