JURNAL
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Interpersonal Dan Perilaku Komunikasi Pada Mahasiswa S1 Program Ilmu Komunikasi Non Reguler Fisip UNS Angkatan 2017 Dari Luar Daerah Dalam Menjaga Hubungan Jarak Jauh
Dengan Orang tua)
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Diajukan oleh:
Gusti Gautama D1217020
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2020
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Interpersonal Dan Perilaku Komunikasi Pada Mahasiswa S1 Program Ilmu Komunikasi Non Reguler Fisip UNS Angkatan 2017 Dari Luar Daerah Dalam Menjaga Hubungan Jarak Jauh
Dengan Orang Tua).
Gusti Gautama
Firdastin Ruthnia Yudiningrum
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Long distance communication is done by parents and children for reason of collage. This is because children must be boarding and away from parents. One way to communicate using the media, namely cell phones or mobile phones. However, long-distance communication raises various issues such as the limitations of parents in supervising their children and the difficulty of proving the truth said by their children. This study aims to determine the communication patterns and communication behaviors of the 2017 Undergraduate Communication Science Students of the Faculty of Social and Political Sciences UNS who maintain long- distance communication with family.
The theory used in this research is DeVito's communication pattern theory, which describes communication patterns consisting of several types, namely primary, secondary, linear, and circular. Meanwhile, to examine communication behavior, this study uses dialectic theory presented by Berger, namely the perception of maintaining relationships that confirms the tug and conflict of desires that creates tension in close relationships.
This type of research uses qualitative methods with a descriptive approach.
Descriptive qualitative research is the right method to explore information experienced by someone based on the social side with the awareness they feel. The sampling technique used was purposive sampling technique. The data collection method uses interview and observation techniques. Data analysis is performed through the process of data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The results showed that the Interpersonal Communication Pattern conducted by parents and children of the Non-Regular Communication Science study program at the Faculty of Social Sciences at UNS 2017 was a secondary communication pattern, because it uses media, namely mobile phones. Interpersonal communication behavior by parents and children tends to be relaxed or not look tense when communicating, be open, some others tend to be closed or lie to keep relationships good. Barriers in the interpersonal communication process of parents and children are the first mechanical, semanttic, and human obstacles.
Keywords: interpersonal communication, communication patterns, communication behavior
1
2 Pendahuluan
Hubungan jarak jauh atau long distance yang biasa kita sebut ini merupakan sebuah bagian dari sekumpulan orang dan institusi yang keduanya menetapkan harapan dan menciptakan sebuah peluang untuk memenuhi harapan tersebut. Dalam konteks ini juga membantu mendorong semua interaksi dalam hubungan antarpribadi.
Kebanyakan dari hubungan antarpribadi mengarah pada interaksi sosial. Seperti contoh, hubungan orang tua dengan anak yang telah berpisah jauh demi pendidikan sang anak agar menjadi lebih baik. Bagi mereka tentu hal yang paling pertama dirasakan adalah rasa keberatan karena harus berpisah dengan anak dalam jarak yang jauh, padahal keseharian mereka atau kebiasaan mereka adalah bisa saling bertemu setiap hari bahkan setiap saat. Mereka bisa langsung melakukan komunikasi dengan tatap muka tanpa media yang membuat hubungan orang tua dan anak menjadi semakin harmonis. Tidak lepas dari itu perilaku yang mereka lakukan setiap hari bisa dipantau oleh orang tua secara langsung. Dengan adanya hubungan jarak jauh ini tentu sangat berpengaruh pada pola komunikasi dan perilaku komunikasi dalam sebuah keluarga.
Seiring berjalannya waktu, interaksi yang dilakukan setiap manusia akan membentuk sebuah pola komunikasi baik secara individu maupun kelompok. Setiap orang tua ingin memberikan sebuah pendidikan yang baik untuk anak mereka.
Terkadang dalam hal ini juga membutuhkan sebuah pengorbanan baik orang tua maupun anak. Orang tua harus rela berpisah demi cita-cita anak mereka. Selain pendidikan orang tua juga memberikan nasehat dan motivasi yang terbaik walaupun mereka sama-sama berpisah.Setiap individu pasti memiliki cara berkomunikasi yang berbeda-beda, termasuk cara berkomunikasi antara anak dan orang tua. Komunikasi anak dengan orang tua bisa disebut komunikasi antarpribadi. Menurut Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi (2004: 32) mengatakan, “Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang”. Berdasarkan definisi Wiryanto,
3
komunikasi interpersonal dapat berlangsung antara dua orang seperti perbincangan suami dengan istri, seorang ibu yang menasehati anaknya yang nakal dan antara seorang atasan dengan bawahan ketika sedang berkoordinasi dalam rapat dan sebagainya. Dalam konteks penelitian ini, komunikasi antara anak yang kuliah di luar daerah tempat tinggalnya tentu jauh dengan orang tua, sedangkan orang tua sebisa mungkin bisa memperhatikan anaknya. Oleh karena itu komunikasi tetap dilakukan walaupun jarak mereka berjauhan.
Keinginan dari setiap orang adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan anggota keluarga maupun orang lain. Hal tersebut tentu banyak menyita waktu yang kita gunakan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. Dari interaksi tersebut maka setidaknya membantu kita dalam mengatasi kesepian dan depresi yang akan menjadikan kita mempunyai rasa untuk berbagi, kebahagiaan kita dan umumnya membuat kita lebih positif tentang diri kita. Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama bagi setiap perkembangan seseorang.
Dalam hal ini peran orang tua menjadi amat sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Setiap anak maupun orang tua mempunyai kehendak untuk bisa berdekatan antara satu sama lain, baik secara lahir maupun batin. Namun kenyataannya yang terjadi hubungan antara orang tua dengan anak mengalami hubungan jarak jauh karena perbedaan tempat tinggal, seperti sang anak harus pergi merantau ke suatu daerah guna menuntut pendidikan yang mereka cita-citakan.
Ketidakhadiran orang tua setiap saat menyebabkan berbagai permasalahan seperti kurangnya pengawasan dari orang tua karena waktu pengawasan sangat sedikit dan terbatas. Sedangkan yang tidak menjalani hubungan jarak jauh lebih bisa untuk bertemu setiap saat. Dari sinilah akan timbul sebuah masalah hubungan antara orang tua dengan anak. Seiring dengan perkembangan dan lingkungan seseorang dimana mereka tinggal pasti akan berpengaruh terhadap perilaku mereka masing- masing.
4
Perilaku komunikasi dalam sebuah keluarga baik anak maupun orang tua pasti berbeda ketika mereka mengalami hubungan jarak jauh. Seorang anak dengan orang tua merupakan suatu ikatan keluarga yang melekat dalam jiwa. Dalam kondisi yang mungkin seorang anak jauh dengan orang tua mereka namun jiwa mereka selalu bersatu. Hal seperti ini pasti dirasakan setiap keluarga yang mempunyai hubungan jarak jauh yang menjadikan hubungan mereka walaupun jauh akan terasa sangat dekat. Seperti seorang mahasiswa yang jauh dari orang tuanya pasti ingin selalu menceritakan kegiatan perkuliahan mereka. Berbeda dengan mahasiswa yang tinggal masih bersama keluarga, yang mana mereka bisa langsung bertatap muka.
Dalam jurnal yang berjudul “Parents and Adolescents Pattern of Interpersonal Communication in The Restriction of Smartphone Usage” (Ratih Siti Aminah dan Muslim : 2017) menjelaskan bahwa perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan gaya komunikasi gaya baru. Komunikasi orang tua dan anak tidak lagi dilakukan secara tatap muka di meja makan atau di ruang tamu. Peran komunikasi interpersonal orang tua dan anak-anak mulai bergeser karena kehadiran alat pintar yang diciptakan mampu melakukan banyak kegiatan. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat dipahami bahwa komunikasi jarak jauh bisa dilakukan dengan bantuan alat yang bernama handphone atau telepon seluler.
Selain itu dalam jurnal yang berjudul “Parent – Teenager Communication In The Digital Era” (Nurhusna Sahidin, Diyanah Muhammad Razi, Rohazrin Abdul Ranee, Akmanizam Zainuddin, Suhanis Saaid, Nur Fatin Zulaikha, Arvinder-Singh HS, Norshazila Julia, Amar-Singh HSS, Lina Hashim : 2018) membahas tentang frekuensi dan waktu yang diambil dalam satu hari oleh orang tua dan remaja untuk berkomunikasi satu sama lain melalui tatap muka dan menggunakan perangkat. Studi ini menemukan bahwa orang tua dan remaja berkomunikasi satu sama lain lebih banyak melalui tatap muka dibandingkan dengan menggunakan perangkat.
Pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak memiliki beberapa kriteria seperti, komunikasi membangun dan memelihara hubungan antara orang tua dan anak, interaksi antara orang tua dan anak menjadi lebih kuat dan efektif, sebagai dasar
5
dari proses motivasi orang tua dapat mengidentifikasi, mengetahui dan kemudian memenuhi kebutuhan anak. Komunikasi antara orang tua dan anak berkontribusi secara signifikan untuk menciptakan hubungan yang adil dan efektif, pengertian dan saling menerima. Dalam hubungan keluarga, anggota keluarga semakin lebih terbuka kepada orang lain karena mereka mendapatkan lebih banyak kepercayaan.
Komunikasi timbal balik berkontribusi signifikan terhadap keterbukaan ini dan untuk menciptakan ikatan dalam interaksi orang tua dan anak serta penggunaan kosa kata dan bahasa tubuh yang tepat supaya dapat saling dimengerti. Dalam jurnal tersebut dengan jelas menyoroti pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak, ini memiliki peran penting dalam mengembangkan interaksi kualitatif di antara mereka.
Komunikasi sangat penting dalam interaksi orang tua dan anak, terutama jika orang tua ingin menemukan cara yang lebih baik untuk menularkan kepada anak mereka tentang nilai-nilai kehidupan dan membimbing mereka umtuk masa depan yang lebih baik.
Komunikasi antara orang tua dan anak penting dilakukan untuk menjaga hubungan mereka agar tetap terjalin dengan baik. Selain itu, komunikasi yang terjaga dengan baik diharapkan dapat membantu persoalan-persoalan yang ada, khususnya yang dihadapi oleh anak. Dalam penelitian Vani Rasika (2015) yang berjudul
“Komunikasi Antarpribadi Jarak Jauh Antara Orang tua Dan Anak” membahas adanya efektifitas dan media komunikasi antara orang tua dan anak. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dimengerti bahwa komunikasi jarak jauh tetap harus dilakukan untuk menjaga hubungan agar tetap terjalin dengan baik. Salah satu cara yang bisa dilakukan agar komunikasi tetap bisa terjaga adalah melalui media komunikasi.
Penelitiian Hubeis, Mangkuprawira, dan Saleh (2010) yang berjudul
“Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadap Perkembangan Anak” disebutkan bahwa pola komunikasi antara anak dan keluarganya sangat beragam, seperti pola laissez-faire, protektif, pluralistik dan konsensual. Sedangkan dalam penelitian Sintia Permata (2013) yang berjudul “Pola
6
Komunikasi Jarak Jauh Antara Orang Tua Dengan Anak (Stusi Pada Mahasiswa Fisip Angkatan 2009 Yang Berasal Dari Luar Daerah)” yang didasarkan pada beberapa tipe keluarga antara lain: tipe keluarga karier, tipe keluarga protektif, tipe keluarga gaptek, dan tipe keluarga broken home. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pola komunikasi antara anak dengan orang tua maupun sebaliknya berdampak terhadap hubungan antara informan anak dengan informan orang tua menjadi erat atau renggang.
Masalah hubungan jarak jauh antara anak dengan orang tua ini menarik untuk diteliti karena pada dasarnya mereka mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul: “POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI” (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Interpersonal Dan Perilaku Komunikasi Pada Mahasiswa S1 Program Ilmu Komunikasi Non Reguler Fisip UNS Angkatan 2017 Dari Luar Daerah Dalam Menjaga Hubungan Jarak Jauh Dengan Orang Tua).
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari paparan latar belakang diatas, maka pertanyaan khusus penelitian yang dikemukakan dalam studi ini ialah:
1. Bagaimana pola komunikasi interpersonal mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Non Reguler FISIP UNS angkatan 2017 dalam menjaga hubungan jarak jauh dengan orang tua?
2. Bagaimana perilaku komunikasi mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Non Reguler FISIP UNS angkatan 2017 dalam menjaga hubungan jarak jauh dengan orang tua?
3. Apa saja hambatan yang terjadi dalam pola komunikasi dan perilaku komunikasi mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Non Reguler FISIP UNS angkatan 2017 dalam menjaga hubungan jarak jauh dengan orang tua?
7 Telaah Pustaka
1. Pola Komunikasi Interpersonal
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola komunikasi adalah model, sistem, cara kerja. Sedangkan menurut DeVito dalam Permata (2013: 3-4), pola komunikasi terdiri dari beberapa macam yaitu:
a. Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang, yaitu lambang verbal dan norverbal.
b. Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. Komunikator menggunakan media kedua ini karena yang menjadi sasaran komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya.
c. Pola Komunikasi Linear
Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik yang lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi, dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia
d. Pola Komunikasi Sirkular
Sirkular secara harafiah berarti bulat, bundar atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi.
8 2. Perilaku Komunikasi Interpersonal
Perilaku adalah respons individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan, baik disadari maupun tidak. Menurut teori dialektika yang dipaparkan oleh Berger (2014: 481) disebutkan bahwa teori dialektika relasional merupakan persepsi mengenai pemeliharaan hubungan yang menegaskan adanya tarik menarik dan pertentangan hasrat yang menciptakan ketegangan dalam hubungan dekat. Teori ini menggambarkan hubungan senantiasa berada dalam keadaan yang berubah- ubah ketika muncul beragam kontradiksi. Ketika remaja berkomunikasi di dalam sebuah hubungan, mereka berusaha untuk mendamaikan keinginan-keinginan yang bertolak belakang dengan orang lain. Secara khusus, teori ini memberikan posisi yang utama dalam komunikasi.
Perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Menurut KABI dalam Mantasia (2016: 12) terdapat dua bentuk Respons yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau aksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
3. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung Mulyana (2010: 81). Sedangkan menurut Wiryanto dalam Liliweri (2015:27) Komunikasi antarpersonal adalah komunikasi yang
9
berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi yang dilakukan secara tatap muka (face to face), sehingga komunikan dapat memberi feedback secara langsung. Dalam konteks penelitian ini, komunikasi interpersonal dilakukan antara anak dan orang tua, yaitu ayah dan ibu. Hal tersebut dimungkinkan karena komunikasi interpersonal juga mencakup komunikasi antara anggota keluarga.
4. Komponen-Komponen Komunikasi
Menurut Suranto (2011: 7-9) dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa proses komunikasi antarpribadi terdapat komponen-komponen komunikasi yang saling berkesinambungan, antara lain:
a. Sumber / komunikator
Sumber adalah orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.
Yakni orang yang menyampaikan pesan, baik secara emosional maupun informasional kepada orang lain.
b. Encoding
Suatu aktifitas seorang komunikator dalam menciptakan pesan melalui simbol-simbol verbal atau non verbal yang disusun berdasarkan aturan tata bahasa, dan karakteristik komunikan.
c. Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada komunikan.
d. Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber kepada penerima.
10
Dalam komunikasi antarpribadi penggunaan saluran atau media, karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan secara tatap muka.
e. Penerima / komunikan
Adalah seseorang yang menerima, dan menginterpretasi pesan. Dalam komunikasi antarpribadi komunikan bersifat aktif, selain menerima komunikan juga menginterpretasi dan memberikan umpan balik kepada komunikator.
f. Decoding
Kegiatan menerima pesan. Melalui indera, penerima dapat bermacam macam data dalam bentuk kata-kata atau simbol-simbol yang harus diubah berdasarkan pengalaman-pengalaman yang mengandung makna.
g. Respon
Merupakan suatu tanggapan yang dilakukan oleh penerima atau komunikan setelah menerima pesan dari pengirim atau komunikator.
h. Gangguan (Noise)
Merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian atau penerimaan pesan. Noise dapat terjadi di komponen-komponen manapun dari sistem komunikasi.
i. Konteks komunikasi
Konteks komunikasi terbagi menjadi 3 dimensi yaitu: ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjukkan pada lingkungan tempat terjadinya komunikasi. Waktu, menunjukkan pada waktu kapan komunikasi terjadi. Dan nilai meliputi nilai sosial dan nilai budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi.
5. Hambatan Komunikasi Interpersonal
Menurut Suranto (2011: 17) komunikasi interpersonal memiliki beberapa hambatan. Setidaknya terdapat tiga aspek hambatan komunikasi interpersonal sebagai berikut:
11
a. Hambatan mekanik, yakni hambatan yang timbul akibat adanya gangguan pada saluran komunikasi yang digunakan.
b. Hambatan semantik, yang sering terjadi dalam tahap proses komunikasi, karena berkisar pada masalah apa yang dikomunikasikan dan disampaikan pada tahap- tahap komunikasi. Suatu pesan akan berarti lain pada seseorang dalam konteks yang berbeda, hal ini disebabkan adanya gangguan pada komunikator karena salah persepsi.
c. Hambatan manusiawi, segala masalah yang paling semu dalam proses komunikasi adalah masalah yang timbul karena berasal dari dalam diri.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan melalui metode indepth interview (wawancara mendalam) yang dilakukan secara terstruktur. Sedangkan observasi dilakukan menggunakan metode participant observation. Sumber data berupa manusia dengan teknik purposive sampling dengan menentukan kriteria sesuai dengan konsep yang digunakan. Data didukung oleh berbagai studi literature. Teknik analisis data dilakukan secara interaktif yang diawali dengan Data Reduction (Reduksi Data), Data Display (Penyajian Data), Conclusing Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)
Sajian dan Analisis Data
Dalam penelitian ini menitik beratkan pada bagaimana pola komunikasi dan perilaku komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Setiap orang tua selalu menginginkan hubungan yang dekat atau harmoni kepada anaknya. Akan tetapi dalam situasi tertentu, misalnya dipisahkan oleh jarak, komunikasi tidak bisa serta merta dilakukan bertatap muka secara langsung. Oleh karena itu komunikasi dilakukan dengan menggunakan media, yaitu telepon seluler. Penelitian ini dilakukan
12
di FISIP Universitas Sebelas Maret Jurusan Ilmu Komunikasi Non Reguler Angkatan tahun 2017. Beberapa mahasiswa dipilih sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan, yaitu (a) Mahasiswa yang berasal dari luar Solo atau luar Jawa Tengah;
(b) Mahasiswa dari latar belakang keluarga dengan beda etnis; (c) Mahasiswa dengan pengalaman sudah melakukan hubungan jarak jauh dengan orang tua sejak kecil; (d) Mahasiswa dengan latar belakang orang tua yang sama-sama berasal dari satu daerah dan mahasiswa yang berasal dari tempat tinggal di daerah pelosok.; (e) Mahasiswa yang indekos, berada jauh dari orang tua sehingga jarang melakukan komunikasi secara bertatap muka langsung tanpa bantuan media. Penelitian ini juga mengkaji mengenai perilaku mahasiswa dalam melakukan komunikasi jarak jauh dengan orang tuanya. Selain itu hambatan juga menjadi perhatian dalam penelitian ini karena dalam proses komunikasi jarak jauh menggaunakan handphone menimbukan beberapa hambatan, seperti hambatan mekanik, semantik, dan manusiawi.
1. Pola Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak
Berdasarkan uraian di atas, pola komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak yang menempuh kuliah di FISIP UNS dapat dikatakan sebagai pola komunikasi sekunder. Menurut DeVito (Permata, 2013: 3-4). Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. Komunikator menggunakan media kedua ini karena yang menjadi sasaran komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya. Dalam proses komunikasi secara sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan efisien, karena didukung oleh teknologi informasi yang semakin canggih.
Orang tua dan anak dalam melakukan hubungan komunikasi jarak jauh dengan menggunakan handphone. Hal tersebut dimungkinkan karena sebagian dari narasumber beranggapan bahwa handphone merupakan alat atau sarana untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien, walaupun tidak dipungkiri terdapat beberapa kelemahan atau kendala dalam proses komunikasi tersebut. Kendala
13
tersebut misalnya berupaya sinyal yang lemah sehingga mengganggu proses komunikasi, personal yang tidak bisa serta merta menerima pesan dari si pengirim pesan, serta waktu luang yang dapat mengkondisikan orang tua dan anak untuk melakukan proses komunikasi.
Alat komunikasi berupa handphone tetap dibutuhkan untuk berkomunikasi karena merupakan sarana yang memadahi bagi orang yang berada di tempat yang jauh. Selain itu handphone dengan segala kecanggihannya bisa mengakses internet atau media sosial, yang juga bisa digunakan untuk berkomunikasi khususnya bagi orang tua dan anak yang dipisahkan oleh jarak. Hal tersebut bisa dipahami karena berdasarkan fungsi utama handphone, yaitu sebagai alat komunikasi. Menurut Beatus Mendelson Laka (2012: 3), prosentase fungsi telepon seluler yang paling tinggi adalah sebagai alat komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, yaitu sebanyak 65 %.
Secara definitif, handphone juga merupakan alat komunikasi jarak jauh, seperti diungkapkan Alex (Alex 1994: 630-63) yang menyebutkan bahwa handphone / telepon adalah peranti (alat) untuk komunikasi lisan jarak jauh, yang terdiri dari komponen pemancar dan penerima pada tiap peranti masing-masing di pihak komunikator dan di pihak komunikan.
Pendapat di atas juga diperkuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa: “Komunikasi adalah suatu proses transaksi yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2) melalui penukaran informasi, (3) menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (Cangara, 2008: 19).
Jarak yang jauh antara orang tua dan anak tidak menghalangi keduanya untuk tetap melakukan komunikasi. Ada beberapa tujuan komunikasi jarak jauh antara orang tua dan anak, adalah menjaga hubungan agar tetap dekat antara orang tua dan anak, rasa khawatir karena terpisah oleh jarak, untuk membangun kepercayaan, saling bertukar informasi, sebagai teman curhat (curahan hati/perasaan).
14
Berkomunikasi dapat mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak, walaupun keduanya sedang dipisahkan oleh jarak. Dalam hal ini anak dan orang tua terus melakukan komunikasi menggunakan handphone, baik dengan cara menelepon, kirim pesan menggunakan aplikasi WA (whatshapp), facebook, line dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan agar hubungan keduanya tetap terjalin dengan baik. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Suranto (2011: 21) bahwa salah satu tujuan orang melakukan komunikasi adalah untuk menjaga hubungan yang harmonis.
2. Perilaku Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, menunjukkan bahwa perilaku mahasiswa dalam melakukan komunikasi jarak jauh dengan orang tuanya cenderung bersikap akrab dan santai. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara anak dan orang tua baik-baik saja. Komunikasi antara anak dengan orang tuanya tampak akrab dan santai dapat dilihat dari pembicaraan yang mereka lakukan, baik mengenai persoalan-persoalan biasa atau tidak terlalu penting maupun persoalan yang penting seperti hal-hal yang menyangkut perkuliahan dan lain sebagainya.
Perilaku mahasiswa dalam melakukan komunikasi jarak jauh dengan orang tua tentu beragam. Ada yang menutupi fakta atau kenyataan, tetapi ada juga yang berkata sesuai dengan kenyataan atau jujur. Kedua hal tersebut dilakukan berdasarkan tujuan tertentu. Mahasiswa yang harus berbohong kepada orang tuanya memiliki alasan atau tujuan tertentu. Kebohongan yang dilakukan tersebut dilakukan untuk menjaga hubungan dengan orang tua tetap baik. Dalam konteks ini mahasiswa beranggapan bahwa apabila mengatakan hal yang sebenarnya justru akan mengganggu hubungan dan komunikasi dengan orang tuanya. Artinya, perilaku bohong yang dilakukan untuk memelihara hubungan agar tetap baik. Akan tetapi dalam menjaga hubungan dengan orang tua tidak harus dengan berbohong. Ada juga anak yang berpikir bahwa lebih baik berkata jujur atau hal yang sebenarnya daripada
15
berbohong, tetapi justru akan menimbulkan persoalan dengan orang tua dan akhirnya hubungan menjadi merenggang.
Berdasarkan ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa perilaku mahasiswa dalam melakukan komunikasi jarak jauh dengan orang tuanya, dalam rangka agar hubungan mereka tetap terjalin dengan baik. Satu sisi mahasiswa harus menutupi hal yang sebenarnya atau berbohong, di sisi lain ada mahasiswa yang lebih memilih untuk berkata yang sebenarnya atau jujur kepada ornag tua, adalah dalam rangka menjaga komunikasi dengan orang tua tetap berjalan dengan baik.
Perilaku mahasiswa dalam berkomunikasi seperti yang dipaparkan diatas, sesuai dengan teori dialektika yang dipaparkan oleh Berger (2014: 481) yang menyebutkan bahwa teori dialektika relasional merupakan persepsi mengenai pemeliharaan hubungan yang menegaskan adanya tarik menarik dan pertentangan hasrat yang menciptakan ketegangan dalam hubungan dekat. Teori ini menggambarkan hubungan senantiasa berada dalam keadaan yang berubah-ubah ketika muncul beragam kontradiksi. Ketika remaja berkomunikasi di dalam sebuah hubungan, mereka berusaha untuk mendamaikan keinginan-keinginan yang bertolak belakang dengan orang lain. Secara khusus, teori ini memberikan posisi yang utama dalam komunikasi.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dipahami bahwa perilaku bohong yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka untuk menjaga agar hubungan dengan orang tua tetap terjalin baik. Mahasiswa tidak ingin orang tuanya marah dan merusak komunikasi antar keduanya.
3. Hambatan Komunikasi Interpersonal Antara Orang tua dan Anak
Komunikasi tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar. Proses komunikasi kadang-kadang mengalami kendala atau gangguan sehingga proses komunikasi tersebut tidak bisa berjalan dengan sebaiknya. Demikian pula dengan proses komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak (mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Non Reguler FISIP Universitas Sebelas Maret).
16
Berdasarkan sajian data yang sudah diuraikan di atas, ada beberapa kendala atau hambatan proses komunikasi jarak jauh antara orang tua dan anak (mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Non Reguler FISIP Universitas Sebelas Maret).
Hambatan tersebut antara lain:
Pertama hambatan yang terjadi karena adanya gangguan pada alat atau sarana yang digunakan untuk berkomunikasi, yaitu handphone. Menurut Suranto (2011: 17) hambatan yang terjadi karena adanya gangguan pada alat komunikasi adalah hambatan mekanik, yakni hambatan yang timbul akibat adanya gangguan pada saluran komunikasi yang digunakan.
Kedua adalah hambatan karena adanya ketidakpahaman salah satu pelaku komunikasi sehingga proses komunikasi menjadi terkendala. Dalam konteks penelitian ini, orang tua kadang-kadang tidak memahami bahasa atau istilah yang digunakan mahasiswa. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor adanya hambatan komunikasi yang mereka lakukan. Hambatan semacam ini disebut dengan hambatan semantik. Suranto (2011 : 17) memaparkan bahwa yang sering terjadi dalam tahap proses komunikasi, karena berkisar pada masalah apa yang dikomunikasikan dan disampaikan pada tahap-tahap komunikasi. Suatu pesan akan berarti lain pada seseorang dalam konteks yang berbeda, hal ini disebabkan adanya gangguan pada komunikator karena salah persepsi.
Ketiga hambatan komunikasi terjadi karena faktor manusia, yaitu karena adanya kesibukan atau sifat malas dari pelaku komunikasi jarak jauh. Perlu diingat bahwa komunikasi jarak jauh yang dilakukan oleh anak dan orang tua dalam penelitian ini adalah menggunakan handphone, sehingga antar pelaku komunikasi kurang mengetahui apakah orang yang hendak diajak berkomunikasi segera bisa membalas pesan yang disampaikannya. Saat sedang sibuk, baik sedang mengikuti kegiatan atau mungkin tidur, tentu seseorang tidak bisa menjawab atau menanggapi pesan yang disampaikan kepadanya. Pesan baru bisa ditanggapi setelah orang tersebut memiliki kesempatan memeriksa kembali telepon genggamnya. Berkaitan dengan hambatan manusiawi ini Suranto mengungkapkan bahwa hambatan yang terjadi
17
segala masalah yang paling semu dalam proses komunikasi adalah masalah yang timbul karena berasal dari dalam diri.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian penelitian yang berjudul POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Interpersonal Dan Perilaku Komunikasi Pada Mahasiswa S1 Program Ilmu Komunikasi Non Reguler Fisip UNS Angkatan 2017 Dari Luar Daerah Dalam Menjaga Hubungan Jarak Jauh Dengan Orang tua), maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pola komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua dan anak di FISIP Universitas Sebelas Maret adalah pola komunikasi sekunder. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan proses komunikasi yang dilakukan orang tua dan anak dengan menggunakan alat yang berupa handphone. Alat berupa handphone digunakan sebagai sarana berkomunikasi jarak jauh, baik dengan cara mengirim pesan watshapp, telepon, video call, dan lain sebagainya.
2. Perilaku komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua dan anak cenderung bersikap santai atau tidak terlihat tegang saat melakukan komunikasi, sebagian narasumber bersikap terbuka saat melakukan komunikasi dengan orang tuanya, sedangkan sebagian yang lain dalam konteks tertentu cenderung tertutup atau berbohong , misalnya apabila ditanya orang tua sedang dimana dan melakukan kegiatan apa. Namun kebohongan tersebut dilakukan untuk menjaga hubungan tetap baik dengan orang tua, atau untuk meredam amarah orang tua.
3. Hambatan yang ada dalam proses komunikasi interpersonal orang tua dan anak yang kuliah di FISIP Universitas Sebelas Maret adalah pertama hambatan mekanik seperti gangguan pada alat komunikasi misalnya masalah sinyal, handphone sedang tidak aktif, dan lain sebagainya. Kedua hambatan semantik, yaitu kurang pahamnya pelaku komunikasi saat melakukan proses komunikasi.
18
Ketiga adalah hambatan manusia, yaitu komunikasi yang dilakukan tidak pada waktu yang tepat sehingga komunikasi menjadi terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Alex MA. 1994. Kamus Ilmiah Populer Kontemporer. Surabaya: Karya Harapan.
Aminah, Ratih Siti dan Muslim. 2017. “Parents and adolescents pattern of interpersonal communication in the restriction of smartphone usage”.
JOURNAL OF HUMANITIES AND SOCIAL STUDIES. Volume 01, Number 01, September 2017 p-ISSN: 0000-0000 ; e-ISSN: 0000-0000.
Arvinder-Singh HS., Nur Fatin Zulaikha., Amar-Singh HSS., Lina Hashim., Nurhusna Sahidin., Diyanah Muhammad Razi., Rohazrin Abdul Ranee ., Akmanizam Zainuddin., Suhanis Saaid., . . . Norshazila Julia. 2018. “Parent – Teenager Communication In The Digital Era”. International Journal for Studies on Children, Women, Elderly And Disabled. Vol. 3, (January) ISSN 0128-309X.
Beatus Mendelson Laka. 2012. “Dampak Penggunaan handphone terhadap perilaku belajar peserta didik”. Jurnal Paedagogika dan Dinamika Pendidikan Vol 7, No 2, Agustus 2012.
Berger, Charles R, Michael E. Roloff & David R. Roskos. 2014. Handbook Ilmu Komunikasi. Bandung: Nusa Media.
Cangara, Hafied, 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo.
Liliweri, Alo. 2015. Komunikasi Antar Personal. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Mantasia. 2016. Perilaku Komunikasi Interpersonal Antara Pekerja Sosial Dengan Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Uin Alauddin Makassar
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Permata, Sintia. 2013. “Pola Komunikasi Jarak Jauh Antara Orang tua Dengan Anak”
(Studi Pada Mahasiswa Fisip Angkatan 2009 Yang Berasal Dari Luar Daerah). Journal “Acta Diurna” Vol.II No.I. Th. 2013.
Sari, A. V. S. Hubeis, S. Mangkuprawira, dan A. Saleh. Juli 2010. Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Komunikasi Pembangunan Vol. 08, No. 2. ISSN 1693-3699.
Suranto AW, 2011, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Vani Rasika. 2015. Komunikasi Antarpribadi Jarak Jauh Antara Orang tua Dan Anak (Studi Pada Mahasiswa Universitas Riau Yang Berasal Dari Kabupaten Rokan Hulu). Jom FISIP Volume 2 No. 1 – February 2015.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT. Gramedia Widasarana