• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI PULAU BAKEALU DI DESA BAKEALU KECAMATAN WAKORUMBA SELATAN KABUPATEN MUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN WISATA PANTAI PULAU BAKEALU DI DESA BAKEALU KECAMATAN WAKORUMBA SELATAN KABUPATEN MUNA"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI PULAU BAKEALU DI DESA BAKEALU KECAMATAN WAKORUMBA SELATAN

KABUPATEN MUNA Sampul

SKRIPSI

Oleh

Yustika Febriyanti NIM 4516042038

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

(2)

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI PULAU BAKEALU DI DESA BAKEALU KECAMATAN WAKORUMBA SELATAN

KABUPATEN MUNA

Sampul

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

Oleh

Yustika Febriyanti NIM 4516042038

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2021

(3)

UJIAN AKHIR

PENGEMBANGAN WISATA PULAU BAKEALU DI DESA BAKEALU KECAMATAN WAKORUMBA SELATAN

KABUPATEN MUNA

Disusun dan diajukan oleh

YUSTIKA FEBRIYANTI NIM. 45 16 042 038

Menyetujui :

Mengetahui :

Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar

Dr. Ridwan, ST., M.Si NIDN: 09-101271-10

Program Studi

Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Ir. Rudi Latief, M,Si NIDN: 09-170768-01

Pembimbing II

Ilham Yahya. ST.,M.SP NIDN. 09-100481-052 Pembimbing I

Ir. Rahmawaty Rahman, MS.i NIDN: 09-070468-01

(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Mahasiswa : YUSTIKA FEBRIYANTI Stambuk : 45 16 042 038

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah hasil karya saya sendiri, bukan merupakan penggandaan tulisan atau hasil pikiran orang lain. Bila di kemudian hari terjadi atau ditemukan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, saya bersediah menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Desember 2020 Penulis

YUSTIKA FEBRIYANTI

(6)

ABSTRAK

Pengembangan wisata Pantai Bakealu di Desa Bakealu kecamatan Wakorumbe Selatan, oleh Yustika Febriyanti, dibimbing oleh Ir. Hj.

Rahmawari Rachman, M.si, dan Ir. Ilham Yahya, ST., MSp. Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan dan penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis adalah data lapang yang diperoleh melalui hasil kuisioner dari responden.

Alat analisis yang di gunakan adalah analisis skoring, analisis overlay peta,dan analisis SWOT. Analisis skoring digunanakan untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana, analisis overlay peta digunakan untuk menentukan zonasi lokasi berdasarkan analisis kondisi fisik kawasan wisata Pantai bakealu, dan analisis swot di gunakan untuk merumuskan konsep dan strategi pengembangan wisata Pantai bakealu.

Kesimpulan dari penelitin ini yaitu; konsep pengembangan wisata Pantai Bakealu menggunakan konsep Zoning, sedangkan strategi pengembangan wisata Pantai Bakealu diprioritaskan pada strategi SO dan strategi WO yaitu perbaikan internal wisata Pantai Bakealu.

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah melimpah kan ramhat ilmu dan pengetahuan kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan penilitian menyusun dan menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana SRATA SATU (S1) Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Bosowa Makassar. Judul skripsi yang penulis susun adalah: ‘’Pengembangan Wisata Pantai pulau Bakealu di Desa Bakealu Kecamatan Wakorumba Selatan Kabupaten Muna’’.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini cukup banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi terutama karena keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki. Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis serta kendala- kendala yang ada maka penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu dalam bagian ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih serta pihak- pihak yang sudah memberikan bantuan dan dukungan semangat, bimbingan dan saran-saran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Rasa terima kasih ingin penulis sampaikan kepada:

1. Terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya La Ode Zia dan Andi Hasmawati tercinta yang telah membesarkan saya dan mendidik mendoakan dan mengajarkan saya dengan penuh kasih sayang. Kakak tercinta Trisno Eka putra, S. Sos, Irvan Dwi Setiawan,

(8)

SH, Muh. Faisal ST, Reynaldi dan adik tercinta Muh Ikram Fajar. Kaka Ipar saya Rimayasi, S.pd.,M.pd dan Wahyu Amelia Gafar, S.Kep yang tiada henti-hentinya memotivasi, menasehati, mendoakan dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini serta seluruh keluarga besar La Ode Falimu dan Dg. Rabang yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada saya selama saya di bangku perkuliahan.

2. Ibu Ir. Hj, Rahmawati Rahman selaku Pembimbing I, dan Bapak Ilham Yahya, ST, MSP, selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sejak awal penulisan Skripsi ini hingga selesai.

3. Bapak Dr. Ridwan,ST.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

4. Bapak Dr.Ir, Rudi Latief,ST.M,SP selaku Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Unversitas Bosowa Makassar.

5. Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta Karyawan/i Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar, atas segala bimbingan dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di bangku perkuliahan sejak awal hingga selesai.

6. Pihak instansi Pemerintah Kabupten Muna telah memberikan bantuan selama proses penyusunan Skripsi ini.

(9)

7. Teman dan sahabat yang begitu banyak memberikan dorongan, semangat masukan serta membantu melaksanakan penelitian dan senantiasa memberikan motivasi selama menyelesaikan skripsi.

8. Teman-teman Angkatan 2016 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota serta Keluarga besar Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota.

Saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan peneliti khususnya. Semoga Allah SWT melindungi dan memberikan berkahnya dan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, Juli 2020

Yustika Febriyanti

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

E. Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Teori Dan Konsep Pengembangan Wisata ... 7

B. Pengertian Kepariwisataan ... 14

C. Pengertian Wisatawan ... 16

D. Komponen Pengembangan Pariwisata ... 20

E. Jenis-jenis Pariwisata ... 28

F. Peranan Pariwisata ... 31

G. Pelaku Pariwisata ... 34

H. Strategi Pengembangan Wisata ... 36

(11)

I. Analisis SWOT ... 39

J. Kerangka Pikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis dan Penelitian ... 44

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 46

D. Variable Penelitian ... 48

E. Jenis dan Sumber Data ... 49

F. Metode Pengumpulan Data ... 51

G. Metode Analisis Data ... 52

H. Definisi Operasional ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Gambaran Umum Kabupaten Muna ... 56

B. Gambaran Kecamatan Wakorumba Selatan ... 60

C. Aspek Fisik Dasar Wisata Pantai Bakealu ... 66

D. Potensi Pengembangan Wisata Pantai Bakealu ... 69

E. Analisis Ketersediaan kebutuhan Sarana dan Prasarana Pengembangan Wisata Pantai Bakealu ... 89

F. Analisis Konsep Pengembangan Wisata Pantai Bakealu ... 98

G. Analisis Pengembangan Wisata Pantai Bakealu ... 108

BAB V PENUTUP ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Model Matriks Analisis SWOT ... 42

Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Muna Tahun 2019 ... 59

Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Presentase Luas Menurut Desa/Kelurahan, 2019 ... 60

Tabel 4.3 Klasifikasi Ketinggian (MDPL) Kecamatan Wakorumbe Selatan Tahun 2019 ... 62

Tabel 4.4 Distribusi dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Wakorumba Selatan Dirinci Berdasarkan Kecamatan Pada Tahun 2019 ... 64

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk di Kecamatan Wakorumba Selatan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin,2018 ... 65

Tabel 4.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Wakorumba Selatan Pada Tahun 2016 – 2020 ... 66

Tabel 4.7 Jumlah kunjungan wisata di Pantai Pulau Bakealu pada tahun 2019 ... 85

Tabel 4.8 Respon Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Pantai Bakealu ... 87

Tabel 4.9 Frekuensi Penilaian Wisatawan Terhadap Wisata Pantai Bakealu ... 88

Tabel 4.10 Kesan Wisatawan Penerimaan Masyarakat di Kawasan Wisata Pantai Bakealu ... 89

Tabel 4.11 Atraksi dan Objek Wisata Pantai Bakealu ... 90

Tabel 4.12 Aksaebilitas Wisata Pantai Bakealu ... 90

Tabel 4.13 Sarana dan Prasarana Wisata Pantai Bakealu ... 91

Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Atraksi dan Objek Wisata Pantai Bakealu ... 92

(13)

Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Aksebilitas Wisata Pantai Bakealu ... 93 Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Amenitas Wisata

Pantai Bakealu ... 93 Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Aksebilitas Wisata

Pantai Bakealu ... 93 Tabel 4.17 Standar Tingkat Kebutuhan sarana dan Prasarana

Penunjang Pengembangan Wisata Pantai Bakealu ... 97 Tabel 4.18 Faktor Internal Wisata Pantai Bakealu ... 108 Tabel 4.18 Faktor Eksternal Wisata Pantai Bakealu ... 109

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Wakorumba Selatan ... 51

Gambar 4.2 Peta administrai Desa Bakealu ... 67

Gambar 4.3 Keindahan Panorama Alam Wisata Pantai Bakealu ... 71

Gambar 4.4 Ilustrasi ruang terbuka Wisata Pantai Bakealu ... 71

Gambar 4.5 Ilustrasi wisatawan mandi – mandi di Pantai ... 72

Gambar 4.6 Ilustrasi terumbu karang taman bawah laut ... 72

Gambar 4.7 Pasir Panjang Keunikan daya tarik wisata Pantai Pulau Bakealu ... 74

Gambar 4.8 Ilustrasi tarian linda (budaya masyarakat suku Muna) ... 75

Gambar 4.9 Ilustrasi tarian Malulo (masyarakat suku muna) ... 75

Gambar 4.10 Ilustrasi Pencak Silat (saat acara pernikahan dan penyambutan tamu) ... 76

Gambar 4.11 fasilitas penunjang vila/penginapan wisata Pantai Bkealu ... 77

Gambar 4. 13 sumber air bersih di kawasan wisata Pantai Bakealu .... 78

Gambar 4.14 Sumber jaringan listrik Non PLN (tenaga surya) di kawasan wisata Pantai Bakealu ... 79

Gambar 4.15 Jenis moda transportasi laut wisata Pantai Bakealu ... 80

Gambar 4.16 sarana transportasi (pelabuhan) wisata Pantai Bakealu 81

Gambar 4.3 Peta Aksesbilitas Objek Wisata Pulau Bakealu ... 82

Gambar 4.4 Peta Zonasi Arahan Pengembangan Objek Wisata Pantai Kenangan ... 107

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertama, sektor kepariwisataan bisa menjadi sumber penghasil devisa serta barang dan modal yang bisa di gunakan dalam produksi untuk menunjang perkembangan daerah. Kedua, pengembangan pariwisata dapat merangsang perkembangan suatu daerah dari segi lingkungan dan infrastruktur. Ketiga, pengembangan sektor pariwisata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi skala menengah kebaawah. Keempat, pariwisata dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan lapangan kerja baru.

Peran penting sektor pariwisata dalam meningkatkan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari terserapnya tenaga kerja dan penyediaan lapangan usaha bagi msayaraka lokal. Potensi wisata yang terdapat di suatu daerah harus di manfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Dengan memperhatikan manfaat pariwisata dapat meningkatkan pendapatan ekonomi darah dan masyarakat pemerintah Kabupaten Muna telah melakukan berbagai terobosan dalam memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang ada, eperti yang terdapat di Kecamatan Loghia yang terdiri dari Danau Napabale, Pantai Meleura, dan Puncak Wakila, di Kecamatan Tongkuno yang

(16)

menyajikan Pantai Pasir Putih Walengkabola, dan di Kecamatan Towea ada Pulau Towea. Selain itu masih banyak lagi destinasi wisata yang belum dikelolah dengan baik oleh pemerintah setempat salah satunya adalah Wisata Pantai Bakealu yang terletak di Desa Bakealu Kecamatan Wakorumba Selatan.

Wisata Pantai Bakealu memiliki keindahan alam yang berbeda dengan daerah sekitarnya,keunukan pantai dengan pasir putih yang memanjang membelah lautan menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik wisatawan datang berkunjung ke objek wisata ini. Pada tahun 2019 terdapat jumlah kunjungan wisata dari bulan januari sampai agustus dengan jumlah masing–masing, pada Bulan januari 659 orang, pada Bulan februari mengalami penurunan dengan jumlah wisatawan sebanyak 140 orang, kemudian pada Bulan maret meningkat sebanyak 607 orang, pada Bulan april megalami peningkatan drastis yaitu sebanyak 2.351 pengunjung, sementara itu pada bulan mei mengalami penurunan dengan jumlah wisatawan 251 orang, kemudian pada bulan juni mengalami peningkatan dengan jumlah kunjungan sebanyak 2.187, pada bulan juli mengalami penurunan dengan jumlah wisatawan sebanyak 173, kemudian pada bulan agustus meningkat dengan jumlah wisatawan sebanyak 261 orang, total secara keseluruhan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bakealu pada tahun 2019 sebanyak 469,336 orang. (BPS Kabupaten Muna 2019).

(17)

Saat ini wisata Pantai Bakealu belum di keloah secara optimal oleh pemerintah daerah Kabupaten Muna tetapi sudah banyak wisatawan yang dating berkunjung di Pantai Bakealu, hal ini menunjukan bahwa keindahan panorama alam Pantai Bakealu banyak di minati oleh wisatawan. Penyebap belum berkembangnya wisata Pantai Bakealu diantaranya minimnya sarana dan prasarana wisata, atraksi wisata masih minim, minimnya promosi, kurangnya sumber daya manusia dalam bidang kepariwisataan. Dengan memperhatikan latar belakang dan isu–isu permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang‘’ Pengembangan Wisata Pantai pulau Bakealu di Desa Bakealu Kecamatan Wakorumba Selatan Kabupaten’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yakni :

1. Bagaimanakah konsep pengembangan wisata Pantai Bakealu.?

2. Bagaimanakah strategi pengembangan wisata Pantai Bakealu.?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian yaitu

a. Merumuskan konsep pengembangan wisata Pantai Bakealu

(18)

b. Merumuskan strategi pengembangan wisata Pantai Bakealu 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Bidang Akademik, Terkait dengan bidang akademik perencanaan wilayah dan kota, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman mengenai pengembangan obyek wisata pantai Bakealu, dan kepada peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan dan meneruskan penelitian ini sehingga hasil dari penelitian ini dapat lebih maksimal.

b) Bagi instansi pemerintah, penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumbangsi pemikiran dan sumber informasi serta referensi yang dapat digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan obyek wisata Pulau Bakealu yang terdapat di Desa Bakealu, Kec. Wakorumba Selatan, Kab. Muna pada masa yang akan datang.

D. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah yang dikaji dalam penyusunan skripsi ini terkait pengembangan wisata Pantai Bakealu mencakup seluruh wilayah Desa Bakealu yang ditinjau dari segi fisik, yaitu :

(19)

a) Kondisi topografi b) Kodisi geohidrologi c) Kondisi geologi d) Kondisi klimatologi.

e) Pengguanaan lahan 2. Lingkup Materi

Lingkup materi yang dikaji dalam penyusunan skripsi ini terkaut dengan pengembangan wisata Pantai Bakealu yaitu :

a) Atraksi dan objek wisata

 Keindahan Pantai Bakealu

 Kralamian Pantai Bakealu

 Keunikan Pantai Bakealu b) Sarana dan Prasaran

 Sarana akomodasi penunjang wisata

 Prasarana lingkungan wisata c) ksesbilitas (Kemudahan)

 Unsur jarak antara objek wisata dengan pusat kota Kecamatan dan Kabupaten,

 Moda transportasi yang digunakan menuju lokasi wisata

 Sarana transportasi (pelabuhan,terminal) d) Sosial masyarakat

 Partisipasi Masyarakat

 Keramatamahan Masyarakat

(20)

 Lingkungan Masyarakat

 Kelembagaan Masyarakat

Dari hasil kajian variabel diatas akan menjadi acuan dalam merumusan konsep dan strategi pengembangan wisata Pantai Bakealu.

E. Sistematika Pembahasan

Penulisan ini wajib mengikuti dan berpedoman pada aturan penulisan yang telah ditetapkan oleh kampus yang diuraikan oleh:

Bab I Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka Menjelaskan tentang teori-teori yang melandasi dan berkaitan dengan kepentingan analisis studi, terutama yang berisikan tentang pembangunan pariwisata, dan kerangka pikir.

Bab III Metode Penelitian menjelaskan tentang metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variable penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan definisi oprasional.

BAB IV Hasil Dan Pembahasan Menjelaskan tentang hasil penelitian, serta konsep dan strategi pengembangan wisata Pantai Bakealu.

BAB V Penutup Menjelaskan tetang kesimpulan dan saran.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Dan Konsep Pengembangan Wisata 1. Teori Pengembangan Destinasi Pariwisata

Cooper (1993:84-86) mengatakan bahwa dalam mengembangkan suatu destinasi pariwisata harus ada empat unsur yaitu Attraction, Amenities, Access, Ancillary services yang disingkat dengan formulasi 4A. Berikut dijelaskan secara terperinci : a) Atraksi dan Objek Wisata (Attractions)

Attractions adalah hasil dari buatan manusia, keindahan alam ataupun event yang menjadi motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi. Pada umumnya atraksi terpisah dari industri pariwisata berdasarkan kepemilikannya. Untuk pengembangan pariwisata di masa depan akan dibutuhkan ahli khusus untuk mengelola atraksi (management of atrractions).

b) Sarana dan Prasaran (Amenities)

Amenities adalah pendukung pariwisata berupa fasilitas dan layanan dalam suatu destinasi. Hal ini sangat berkaitan dengan sektor lainnya. Contohnya jumlah kamar di hotel akan dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke hotel tersebut.

Adapun bentuk dari amenitas seperti: akomodasi, food and beverage service, retail dan jasa lainnya.

(22)

c) Aksesbilitas (Access)

Access adalah suatu sistem untuk mengefisienkan transportasi mulai dariakomodasi menuju atraksi dan sebaliknya. Sistem tersebut dapat berupa jalur bersepeda, bus, dan transport lainnya.

d) Ancillary services

Ancillary services melingkupi pemasaran, pengembangan dan koordinir aktivitas wisata. Organisasi ini dapat berupa organisasi publik/pemerintah dan swasta. Beberapa organisasi dapat mencakup regional ataupun nasional. Berikut beberapa layanan yang diberikan oleh organisasai berikut:

- Promosi destinasi

- Pengawasan dan koordinasi pengembangan

- Penyediaan layanan informasi/reservasi untuk perdaga dan umum.

- Mengkoordinasikan bisnis lokal

- Menyediakan beberapa fasilitas (catering, sports, dan sebagainya)

- Melaksanakan kepemimpinan dalam suatu destinasi

Teori ini digunakan untuk mengidentifikasi danmeng observasi di kawasan Wisata Pantai Bakealu dalam mengembangkan pariwisata khususnya untuk mengetahui potensi apa saja yang dimiliki sehingga dalam pengembangan maupun pengelolaannya akan lebih terarah. Hal ini akan dapat menjadi rekomendasi dan

(23)

bahan pertimbangan bagi para pemangku kepentingan dalam pengembangan wisata Pantai Bakealu.

2. Teori Irritation Index

Teori Irritation Index (Irridex) ini diperkenalkan oleh Doxey di tahun 1976 untuk mengetahui sikap masyarakat lokal dalam menanggapi kegiatan pariwisata termasuk wisatawan yang berada di daerahnya. Teori Irridex dari Doxey ini menggambarkan perubahan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan secara linier (Pitana dan Diarta, 2009: 209-211). Terdapat empat fase dari sikap masyarakat lokal tersebut yaitu Euphoria, Aphaty, Annoyance, dan Antagonism.

a) Euphoria

Pada tahapan ini hanya sedikit warga yang menentang pariwisata. Tahapan ini cenderung terjadi ketika kondisi ekonomi lokal mengalami stagnasi dan pariwisata dipandang sebagai sektor yang menawarkan peluang pertumbuhan ekonomi. Atau, adanya banyak pengangguran akibat penurunan aktivitas ekonomi lokal sehingga pariwisata dipandang dapat mengatasi masalah ini. Dukungan pada tahapan ini lebih terfokus pada sisi ekonomi dan kurang memperhatikan dampak sosial budaya.

b) Annoyance

Wisatawan mulai banyak berdatangan dan pembangunan secara massif dilaksanakan. Masyarakat mulai terganggu dengan

(24)

adanya pembatasan ruang dan aktivitas serta munculnya permasalahan akibat berkembangnya pariwisata.

c) Antagonism

Sejalan dengan semakin meningkatnya perasaan kehilangan

„tempat‟ yang secara tradisional dipergunakan oleh masyarakat lokal, masyarakat menyalahkan wisatawan atas perubahan ini di bandingkan dengan pembanguna pariwisata yang tidak terencana dan tidak terkontrol dengan baik. Ada kecenderungan wisatawan yang datang selama masa euphoria telah digantikan oleh tipe wisatawan baru yang kurang menghargai kearifan lokal tetapi terfokus pada ketertarikan faktor fisik alam. Masyarakat lokal menunjukkan sifat antagonisme, misalnya mulai menulis surat kepada media massa lokal mengenai perilaku wisatawan. Jika tidak ada solusi masalah tersebut, mungkin saja masyarakat akan bertindak agresif dengan melakukan kejahatan. Apalagi, jika masyarakat mengganggap keberadaan pariwisata sama sekali tidak memberi manfaat seperti penyerapan tenaga lokal.

Dalam penelitian ini, teori Irridex dari Doxey akan dipergunakan untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat lokal di Desa Bakealu terhadap sektor pariwisata dengan berpedoman pada respon para masyarakat lokal. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi respon tersebut dengan

(25)

berpedoman pada fase-fase yang terdapat pada teori ini sehingga dapat diketahui bagaimanakah sikap masyarakat lokal terhadap praktek pariwisata yang ada.

3. Tripartite Attraction Design

Tripartite Attraction Design (Gunn 1972: 40) adalah konsep pengembangan dan perencanaan suatu atraksi wisata dengan membaginya menjadi 3 unsur yaitu:

a) Zona inti (Nucleus)

Komponen utama dari suatu atraksi wisata yang mencerminkan imageyang terbenak pada para wisatawan. Jika atraksinya adalah gunung maka puncaknyalah yang menjadi daya tarik intinya, apabila pantai maka ombak dan pasir yang menjadi daya tarik intinya.

b) Zona Penyangga (Inviolate Belt)

Daerah yang berfungsi sebagai pelindung bagi kondisi fisik kawasan atau atraksi wisata tersebut.Sebelum seorang pengunjung memasuki zona inti. Pada zona penyangga ini pengunjung sudah dapat memperkirakan apa yang terdapat pada zona inti. Daerah ini berupa vegetasi-vegetasi alam yang sedapat mungkin terjaga keasriannya. Jika zona ini terganggu, maka zona inti pun akan terancam juga kelestariannya. Zona ini berfungsi sebagai penguatan dari zona nucleus sehingga karakter dari suatu atraksi dapat dimunculkan.

(26)

c) Zona Pemanfaatan (Zone of Closure)

Zona yang berada pada sisi luar dari atraksi wisata. Pada zona ini dapat dilakukan pengembangan yang bersifat menunjang aktivitas-aktivitas wisata, seperti fasilitas, sarana dan prasarana.

Zona ini penting karena pada zona inilah yang menunjang segala aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan seperti tourist information centre, bank, transportasi, dan berbagai kebutuhan wisatawan lainnya. Perlu koordinasi yang baik antara pihak pengembang atraksi dari masyarakat sekitar serta pihak lainnya.

Teori ini dipergunakan untuk menentukan tipologi daerah atau kawasan mana saja yang dapat dibangun fasilitas penunjang pariwisata seperti restoran, rumahmakanatau akomodasiberupa homestay, villa, dan hotel. Hal ini juga akan memberikan gambaran sejauh mana lahan yang harus dikonservasi sehingga dapat menciptakan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism development) yang mencakup aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Pada teori ini akan di kombinasikan dengan pendekatan tipologi dalam pengembangan wisata Pantai Bakealu.

Merujuk Surya dkk (2003:18) dinyatakan bahwa pendekatan tipologi didasarkan pada karakter yang berbeda pada masing-masing lokasi yang akan dikembangkan untuk kawasan wisata. Perbedaan

(27)

karakter suatu desa biasanya terletak pada sifat atraksi yang ada dan pencapaian dari suatu kawasan wisata, dalam hal ini lebih pada kawasan resort (penginapan). Dengan menempatkan dua faktor di atas yaitu atraksi dan pencapaian sebagai pertimbangan, akan berakibat pada pengemasan bentuk paket wisata, sehingga wisatawan yang mengunjungi tempat wisata akan mempunyai beberapa pilihan.

a) Berhenti sesaat (Just stop for a moment)

Atraksi yang ada pada suatu desa sifatnya tunggal kurang variatif sehingga hanya beberapa saat saja wisatawan bisa menikmati atraksi tersebut. Prinsip penting dalam model ini adalah desa mendapatkan manfaat tanpa harus berinteraksi langsung dengan wisatawan atau seminimal mungkin interaksi yang terjadi antara wisatawan dan penduduk desa, sehingga manfaat yang diperoleh oleh penduduk juga sedik.

b) Berhenti untuk sementara waktu (rest for a while)

Atraksi wisata tersebut mempunyai variasi yang agak banyak sehingga mengharuskan wisatawan untuk berhenti untuk waktu tertentu. Misalnya: perjalanan sehari (one day trip) ke desa- desa dengan makan bersama penduduk, melakukan kegiatan bersama dengan penduduk kemudian wisatawan kembali ke hotel. Dalam model ini yang perlu diperhatikan adalah wisatawan hanya singgah untuk sementara tanpa harus tinggal di tempat

(28)

wisata tersebut. Manfaat yang diperoleh oleh penduduk sedikit lebih banyak dibanding dengan model pertama.

c) Tinggal inap (enjoy an overnight stay)

Berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan dampak, daya dukung dan potensi masyarakat setempat, memerlukan penanganan dan pelatihan penyuluhan yang dalam. Mengenai hal ini bisa di kombinasikan dengan program tawaran, program kursus-kursus kepada wisatawan. Manfaat yang diperoleh ke desa bisa lebih optimal jika dibarengi dengan manajemen yang tepat.

B. Pengertian Kepariwisataan

Kata pariwisata berasal dari bahasa sangsekerta yang sesungguhnya bukan berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau

“tourism” (bahasa Inggris), kata pariwisata bersinonim dengan pengertian “tour”, hal ini dapat dilihat dari kata pariwisata yang terdiri dari dua suku kata yaitu kata “peri” adalah berkali-kali, berputar-putar dan “wisata” adalah perjalanan dan bepergian. Dan pengertian secara etimologi, pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat lainnya (Oka A yoeti, 1982).

Menurut World Tourism Organization (WTO) dalam La Ode Unga (2011), pariwisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus untuk kesenangan,

(29)

bisnis ataupun tujuan lainnya. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Undang-undang Nomor 9, Tahun 1990, Tentang Kepariwisataan (pasal 3) bahwa penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk:

a) Memperkenalkan, mendaya gunakan, melestarikan, meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata.

b) Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa.

c) Memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

d) Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

e) Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Kepariwisataan adalah suatu faktor yang potensial dalam usaha meningkatkan ekonomi di bidang jasa perhotelan dan kerajinan rakyat serta pemasaran barang-barang dari hasil produksi dalam negeri.

Kegiatan-kegiatan pariwisata, baik nasional maupun regional dapat menciptakan serta memperluas lapangan kerja dan memberi pula pengaruh terhadap perkembangan sektor pembangunan lainnya.

(30)

C. Pengertian Wisatawan

Wisatawan berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata

“Wisata” yang berarti perjalanan dan “Wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, jabatannya atau kedudukan seseorang. Jadi, secara sederhana wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan. Menurut WTO definisi wisatawan adalah sebagai berikut :

1. Pengunjung adalah setiap orang yang berkunjung ke suatu Negara lain dimana dia mempunyai kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang dikunjungingya.

2. Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara lain tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada Negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan pada salah satu hal sebagai berikut:

a) Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga.

b) Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga

3. Darmawisata adalah pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi termasuk dengan orang yang berkeliling dengan kapal pesiar, namun tidak termasuk para pesiar yang memasuki Negara secara legal contohnya orang hanya tinggal di ruang transit pelabuhan udara (Happy Marpaung, 2002).

(31)

Di Indonesia, pengertian „wisatawan‟ tercantum dalam instruksi

“Presiden RI No. 9 Tahun 1969”, yaitu setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat yang lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Defenisi ini telah mencakup wisatawan dalam dan luar negeri, namun tidak memberikan batas waktu atas kunjungannya. Untuk tujuan praktisnya, Departemen Pariwisata menggunakan definisi „wisatawan‟ adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di tempat lain selain tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan, selain mencari pekerjaan (Marpaung, 2002).

Menurut rumusan International union of Official Travel Organization (IUOTO, kini UN-WTO) dalam La Ode Unga (2011), yang dimaksud dengan tourist dan excurtionist adalah sebagai berikut :

a) Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dengan tujuan perjalanan :

- Pesiar, untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagaman dan olahraga.

- Keluarga, bisnis dan konferensi.

b) Pelancong (excurtionist) adalah pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal pesiar).

(32)

Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi wisatawan internasional (mancanegara) yaitu yang melakukan perjalanan wisata ke luar negerinya dan wisatawan nasional (nusantara) yaitu yang melakukan perjalanan wisata ke negerinya sendiri. WTO (World Tourism organization) dalam La Ode Unga (2011) mendefinisikan wisatawan nusantara adalah mereka yang mengunjungi suatu tempat di negara tempat tinggalnya untuk sekurang-kurangnya 24 jam dan tidak lebih dari 1 tahun untuk tujuan rekreasi, liburan, olahraga, bisnis, pertemuan, konvensi, keluarga, belajar, berobat atau misi keagamaan dan sosial lainnya.

Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa menyebutkan motif-motif yang menyebabkan orang asing dapat disebut wisatawan. Mereka yang termasuk wisatawan adalah :

a) Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure) karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

b) Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan- pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan, atletik dan sebagainya).

c) Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

d) Orang yang datang dalam rangka pelayanan pesiar (sea cruise), kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.

(33)

Akan tetapi istilah wisatawan tidak meliputi orang-orang berikut : 1. Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan

usaha di suatu negara.

2. Orang yang datang untuk menetap.

3. Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu akan tetapi bekerja di negara tetangganya.

4. Pelajar, mahasiswa dan kaum muda di tempat-tempat pemondokan dan di sekolah-sekolah.

5. Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpa berhenti di negara tersebut, meskipun di negara itu lebih dari 24 jam.

Ada beberapa dasar pengelompokkan segmen pasar wisatawan yang mengunjungi objek wisata, yaitu :

a) Berdasarkan karakteristik sosial demografis, misalnya usia, jenis kelamin, pekerjaan, daerah asal, tingkat pendapatan, etnis, agama, tingkat pendidikan atau kelas sosial.

b) Berdasarkan karakteristik geografis, misalnya jarak dan modal transportasi ke objek wisata. Di sini, segmen pasar dapat berupa wisatawan lokal dan asing.

c) Berdasarkan psikografi, dimana satu segmen pasar dapat berupa wisatawan yang suka mencari petualangan, sementara segmen yang lain dapat berupa dapat berupa pecinta keindahan alam yang hiaju dan menyukai produk ramah lingkungan.

(34)

d) Berdasarkan jenis aktifitas, dimana ada segmen pasar wisatawan yang senang berkemah, sedangkan yang lainnya dapat berupa wisatawan yang suka atau senang menikmati keunikan satwa di alam.

e) Berdasarkan frekuensi wisata, dimana ada segmen pasar wisatawan yang sering bepergian atau datang berulang-ulang, dan ada juga yang datang hanya sekali. Wisatawan yang pecinta kelestarian alam biasanya akan mendatangi kawasan wisata secara berulang-ulang.

f) Berdasarkan manfaat produk yang dirasakan, dimana ada segmen pasar wisatawan yang berharap memperoleh manfaat dari lingkungan yang menantang, sementara yang lain mungkin berharap untuk belajar tentang alam, sedangkan yang lainnya lagi mungkin berharap untuk dapat menikmati keindahan alam bersama keluarga.

Pengenalan dengan baik segmen pasar yang dapat dimanfaatkan sangat membantu para pengelola pariwisata dalam merencanakan kegiatan yang diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada para wisatawan yang datang (Tuwo, 2011).

D. Komponen Pengembangan Pariwisata

Berdasarkan karakteristik sumberdaya alamnya, salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan di suatu daerah adalah pariwisata.

Pariwisata telah menjadi sumber pendapatan di beberapa daerah.

(35)

Walaupun ketergantungan pada pariwisata terkait dengan tahap pembangunan ekonominya. Rencana mengembangkan pariwisata adalah karena beberapa alasan berikut :

1. Saat ini pariwisata merupakan sektor yang diharapkan pemerintah akan menjadi salah satu andalan sumber devisa utama bagi Indonesia pada masa mendatang.

2. Tersedianya beraneka ragam sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang dapat dikembangkan menjadi produk wisata. Jika dapat dikembangkan secara baik, pariwisata dapat memberikan keuntungan yang cukup besar terhadap ekonomi lokal dan penduduk lokal.

3. Biaya investasi permulaan di sektor pariwisata relatif rendah bila dibandingkan dengan investasi dengan kegiatan industri lainnya.

4. Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, menarik investasi, memperbaiki infrastruktur dan fasilitas serta beberapa peranan positif lainnya.

5. Pariwisata masih dianggap merupakan industri yang relatif bebas polusi. Bila dikembangkan secara baik, pariwisata dapat memperbaiki kualitas lingkungan bagi suatu daerah.

Myra dalam Supriadi (2005) berpendapat bahwa pengembangan pariwisata hendaknya didasarkan atas sistem kepariwisataan itu sendiri. Sistem kepariwisataan yang mencakup komponen-komponen yang meliputi :

(36)

1. Wisatawan

Pengunjung ke daerah wisata terdiri dari para wisatawan menginap dan tidak menginap. Besarnya proporsi antara pengunjung yang menginap dengan yang tidak menginap dipengaruhi oleh aksesibilitas daerah wisata tersebut terhadap pasar/daerah asal wisatawan, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, jumlah keanekaragaman objek dan daya tarik wisata (ODTW), ketersediaan fasilitas akomodasi dan lain-lain.

Wisatawan yang berkunjung di daerah tersebut terdiri dari wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Jumlah masing-masing jenis wisatawan sangat dipengaruhi oleh karakteristik produk wisata yang dikembangkan di daerah tersebut.

Persentase antara wisatawan mancanegara yang datang langsung ke daerah tersebut dengan wisatawan yang kedatangannya melalui daerah lain dipengaruhi oleh tingkat kemudahan pencapaian daerah tersebut dari negara lain, apakah mempunyai bandara udara ataupun pelabuhan laut sebagai pintu gerbang untuk masuk ke daerah wisata tersebut.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan fungsi dari jarak atau tingkat kemudahan untuk mencapai daerah wisata dengan berbagai kawasan tujuan wisatanya. Berbeda dengan industri manufaktur, dimana barang (produknya) dapat dikirim ke konsumen. Maka

(37)

dalam pariwisata, konsumen (wisatawan) harus datang ke daerah dimana terdapat produk wisata untuk mengkonsumsi produk- produk wisata tersebut terutama objek dan daya tarik wisata.

Oleh karena itu, tingkat kemudahan pencapaian ke daerah wisata tersebut dari daerah atau negara lain asal wisatawan akan mempengaruhi perkembangan daerah wisata tersebut. Jarak dan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi ke daerah wisata merupakan hal yang penting. Jenis, volume, tarif dan frekuensi moda angkutan ke dan dari daerah wisata tersebut juga akan mempengaruhi jumlah kedatangan wisatawan. Kenyamanan selama perjalanan menuju daerah wisata dan kawasan tujuan wisata tersebut harus diperhatikan.

3. Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah kekuatan untuk mendatangkan wisatawan. Daya tarik merupakan padanan kata attraction yang dapat didasarkan pada adanya objek-objek wisata.

Suatu objek mempunyai potensi daya tarik, tetapi daya tarik tersebut baru terbentuk bila objek ditunjang dengan unsur-unsur lain seperti aksesibilitas dan fasilitas penunjang. Daya tarik tidak hanya tercipta oleh suatu objek, sarana dan prasarana wisata pendukung lainnya.

Hadinoto (1996) berpendapat bahwa objek dan daya tarik wisata (ODTW) dapat merupakan alam, budaya, tata hidup dan

(38)

sebagainya yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran bagi wisatawan. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monumen dan lain-lain. Objek dan daya tarik wisata merupakan faktor utama yang mempengaruhi atau mendorong seseorang meninggalkan daerah asal untuk mengunjungi suatu daerah ODTW yang dapat dikembangkan di suatu daerah wisata tergantung daripada potensi yang terdapat di dalamnya ,antara lain beberapa potensi sumberdaya alam dan potensi budaya. ODTW yang akan dikembangkan bisa terdiri dari site dan event.

Elemen dasar dan komponen sumberdaya alam yang dapat dikembangkan menjadi ODTW terdiri atas iklim, bentang alam, flora dan fauna, air, pantai, keindahan alam, keanekaragaman biota laut, pertanian dan lain-lain. Berbagai ragam kombinasi dan elemen sumberdaya alam dapat membentuk suatu lingkungan yang dapat menarik wisatawan. Kualitas sumberdaya alam harus dijaga untuk mempertahankan bahkan meningkatkan permintaan untuk pariwisata. Komponen atau kebudayaan memungkinkan untuk menarik wisatawan yang banyak berkunjung ke daerah wisata meliputi kesenian, pola kehidupan sosial masyarakat dan daya tarik sosial budaya lainnya.

(39)

4. Sarana Dan Prasarana (Fasilitas dan Utilitas)

Sarana terdiri dari fasilitas di atas permukaan tanah yang dilayani oleh prasarana, seperti hotel, resort, rumah makan, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, museum, toko dan sebagainya.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam penyediaan sarana adalah desain dari bangunan. Wisatawan lebih sering tertarik oleh fasilitas yang akrab dengan arsitektur lokal daripada akomodasi modern yang sering ditemui di daerah asalnya. Hal ini perlu diperhatikan mengingat wisatawan biasanya mengunjungi suatu tempat yang lingkungannya berbeda dengan lingkungan hidupnya sehari-hari.

Prasarana terdiri dari semua bangunan di atas dan di bawah tanah seperti sistem kesediaan air bersih, sistem pembuangan limbah, sistem drainase, sistem komunikasi dan utilitas lainnya seperti jalan raya, bandar udara, area parkir, terminal bus dan jenis instalasi pelayanan wisata lainnya. Utilitas ini harus sudah tersedia sebelum sarananya dibangun. Akomodasi harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan wisatawan.

Pelayanan dan kenyamanan di akomodasi juga harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kegiatan yang utama seperti rekreasi, bisnis dan lain-lain. Sarana penunjang wisata sangat mendukung kawasan wisata yang memberikan kemudahan pelayanan bagi wisatawan.

(40)

Analisis sistem pariwisata tidak terlepas dari segmen pasar pariwisata karena segmen pasar pariwisata merupakan spesifikasi bentuk dari pariwisata yang dapat berfungsi sebagai bentuk khusus pariwisata. Hal ini terkait dengan output akhir yang diharapkan oleh wisatawan yaitu kepuasan akan objek wisata yang dihasilkan.

Untuk mewujudkan sistem pariwisata yang diinginkan, maka diperlukan beberapa komponen pariwisata. Menurut Inskeep dalam La Ode Unga (2011), di berbagai macam literatur dimuat berbagai macam komponen wisata. Namun ada beberapa komponen wisata yang selalu ada dan merupakan komponen dasar dari wisata.

Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain.

Komponen wisata tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : a) Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata. Berupa semua hal yang

berhubungan dengan lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan untuk mengunjungi sebuah objek wisata.

b) Akomodasi. Berbagai macam hotel dan berbagai jenis fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan untuk para wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang mereka lakukan.

c) Fasilitas dan pelayanan wisata. Semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut

(41)

termasuk tour and travel operations (disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil kerajinan tangan, cenderamata, toko kelontong, bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi (seperti salon kecantikan), fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum (termasuk kantor polisi dan pemadam kebakaran) dan fasilitas perjalanan untuk masuk dan keluar (seperti kantor imigrasi dan bea cukai).

d) Fasilitas dan pelayanan transportasi. Meliputi transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata, Transportasi internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang berhubungan dengan transportasi darat, air dan udara.

e) Infrastruktur lain. Penyediaan air bersih, listrik, drainase, saluran limbah dan telekomunikasi.

f) Kelembagaan. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan, menyusun strategi marketing dan program promosi, menstrukturisasi organisasi wisata sektor umum dan swasta, peraturan dan perundangan

(42)

yang berhubungan dengan wisata, menentukan kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta, mengendalikaan program ekonomi, lingkungan dan sosial kebudayaan.

E. Jenis-jenis Pariwisata

Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, perlu adanya perbedaan antara pariwisata, sehingga dapat ditentukan kebijaksanaan apa yang perlu mendukung agar jenis pariwisata yang dikembangkan akan dapat terwujud seperti yang diharapkan dari kepariwisataan. Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi tentang jenis pariwisata dianggap penting karena dengan cara itu dapat ditentukan beberapa penghasilan devisa yang diterima dari suatu pariwisata yang dikembangkan disuatu tempat atau daerah tertentu. Adapun jenis wisata yang telah dikenal saat ini, antara lain : 1. Wisata bahari adalah perjalanan keliling yang memiliki kontak visual

dengan perairan (laut). Perjalanan yang dilakukan untuk menikmati keindahan panorama alam yang dikunjungi atau merupakan kegiatan wisata yang berkaitan dengan olahraga air seperti menyelam, berenang, memancing dan juga keindahan taman bawah laut dan lain-lain.

2. Wisata terestrial adalah wisata yang merupakan satu kesatuan dengan potensi wisata perairan laut. Wisata terestial di pulau-pulau kecil misalnya Taman nasional Komodo (NTT) sebagai lokasi Situs

(43)

Warisan Dunia (World Herritage Site) merupakan kawasan yang memiliki potensi darat sebagai habitat komodo serta potensi keindahan perairan lautnya di Pulau Rinca dan Pulau Komodo.

Contoh lain adalah Pulau Moyo yang terletak di NTB sebagai Taman Buru dengan kawasan hutan yang masih asri untuk wisata berburu dan wisata bahari.

3. Wisata cagar alam adalah wisata yang diselenggarakan agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang pelestariannya dilindungi oleh undang-undang atau kegiatan wisata yang berkaitan dengan kegemaran dan keindahan alam, keragaman akan marga satwa (fauna) dan keunikan bentuk dan jenis tumbuh-tumbuhan (flora).

4. Wisata etnik/kultural adalah merupakan kegiatan wiisata yang banyak berhubungan dan mengamati gaya hidup masyarakat (kebudayaan, tradisi), asal usul daerah (history) dan juga makanan khas atau yang dianggap menarik dari suatu unit kesatuan utuh dari sebuah ekosistem yang terkecil. Salah satu komponen yang sangat penting adalah komponen masyarakat lokal. Masyarakat ini sudah lama sekali berinteraksi dengan ekosistem pulau sehingga secara realitas di lapangan, masyarakat pulau-pulau tentunya mempunyai

(44)

budaya dan kearifan tradisional tersendiri yang merupakan nilai komoditas wisata yang tinggi.

5. Wisata agro adalah merupakan kegiatan wisata yang mengarah ke sektor pertanian, perkebunan dan perikanan yang sering dilakukan para akademisi.

6. Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

7. Wisata pendidikan adalah wisata yang dilakukan untuk memperkenalkan suatu keadaan yang berhubungan dengan wawasan ilmu pengetahuan.

8. Wisata petualang adalah wisata yang dilakukan dengan menjelajahi alam, baik pegunungan maupun laut, sungai dan hutan.

Berdasarkan atas maksud bepergian wisatawan, pariwisata dibedakan antara lain:

1. Wisata rekreasi untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental wisatawan, mendapatkan kesempatan untuk bersantai serta menghilangkan kebosanan dan keletihan kerja sehari-hari.

2. Wisata ilmu untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang objek wisata yang dikunjungi (sejarah, budaya dan sebagainya).

(45)

3. Wisata medis untuk kebutuhan perawatan di daerah-daerah yang mempunyai fasilitas penyembuhan seperti sumber air panas dan sumber air belerang.

4. Wisata olahraga untuk melakukan kegiatan olahraga seperti mendaki, berburu binatang, memancing, berselancar, menyelam dan lain sebagainya.

5. Wisata konvensi untuk melakukan kegiatan pertemuan-pertemuan ilmiah, politik, kongres, seminar dan lain sebagainya.

6. Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi.

Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggung jawab. Destinasi untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesar-besarnya aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan pemerintah.

F. Peranan Pariwisata

Untuk mencapai kesuksesan dalam pembangunan pariwisata diperlukan pemahaman baik dari sisi pemerintah sebagai regulator maupun dari sisi pengusaha selaku pelaku bisnis. Pemerintah harus

(46)

memperhatikan dan memastikan bahwa pembangunan pariwisata akan mampu memberikan keuntungan sekaligus menekan biaya sosial ekonomi serta dampak lingkungan sekecil mungkin. Penyerapan tenaga kerja, sumber pendapatan daerah dan sumber peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah peranan yang dapat diberikan oleh industri pariwisata.

1. Penyerapan Tenaga Kerja

Salah satu keuntungan pariwisata adalah menciptakan kesempatan kerja. Industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang, sehingga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat. Dengan demikian, dapat menambah pemasukan/pendapatan masyarakat setempat dengan menjual barang dan jasa. Pariwisata merupakan sektor yang tidak bisa berdiri sendiri tetapi memerlukan dukungan dari sektor lain yang berhubungan dengan sektor pariwisata yang merupakan lapangan kerja yang menyerap banyak tenaga kerja. Industri pariwisata memberikan peluang kesempatan kerja, seperti di bidang transportasi, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman, travel dan sebagainya. Bidang-bidang tersebut membutuhkan banyak sumberdaya manusia yang secara langsung bermuara pada penyerapan tenaga kerja.

(47)

2. Sumber Pendapatan Daerah

Pemerintah memperoleh pendapatan dari sketor pariwisata dengan beberapa cara. Sumbangan pendapatan terbesar dari pariwisata bersumber dari pengenaan pajak. Misalnya pengenaan pajak hotel dan restoran yang merupakan bagian dari keuntungan usaha pariwisata. Sumber lain bisa berupa usaha pariwisata yang dimiliki oleh pemerintah daerah sendiri. Pemerintah daerah juga mengenakan pajak secara langsung kepada wisatawan jika mereka melakukan transaksi yang tergolong kena pajak. Biasanya dikenal sebagai service tax yang umumnya 10% untuk transaksi di hotel dan restoran. Pajak ini berbeda dari pajak yang sumbernya dari keuntungan hotel dan restoran yang diberikan sebelumnya.

3. Sumber Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Pengeluaran dari wisatawan secara langsung ataupun tidak langsung merupakan sumber pendapatan. Jumlah wisatawan yang banyak merupakan pasar bagi produk lokal. Masyarakat secara perorangan dapat memperoleh penghasilan jika mereka bekerja dan mendapat upah dari pekerjaan tersebut. Pekerjaan di sektor pariwisata sangat beragam, seperti pengusaha pariwisata, karyawan hotel dan restoran, karyawan agen perjalanan, penyedia jasa transportasi, pemandu wisata, penyedia souvenir, atraksi wisata dan sebagainya.

(48)

G. Pelaku Pariwisata 1. Wisatawan

Wisatawan memiliki beragam motif, minat, karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Dengan motif dan latar belakang yang berbeda-beda itu menjadikan mereka pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang dalam hal ini permintaan wisata.

2. Indutri Pariwisata

Industri pariwisata artinya semua usaha barang dan jasa bagi pariwisata yang dikelompokkan ke dalam dua (2) golongan utama, yaitu :

a. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan dan sebagainya.

b. Pelaku tidak langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti dan sebagainya.

(49)

3. Pendukung Jasa Wisata

Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung kepada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk tersebut. Termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, usaha bahan pangan, penjualan bahan bakar minyak dan sebagainya.

4. Pemerintah

Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan dan peruntukkan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Selain itu, pemerintah bertanggung jawab langsung dalam menentukan arah yang dituju perjalanan wisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain di dalam memainkan peran masing-masing.

5. Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata menjadi salah satu peran kunci dalam pariwisata karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata.

Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional, upacara adat, kerajinan tangan, kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi pariwisata.

(50)

6. Lembaga Swadaya Masyarakat

Banyak LSM, baik lokal, regional maupun internasional yang melakukan kegiatan di kawasan wisata bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang. Organisasi non pemerintah ini sudah melakukan aktifitasnya baik secara partikuler maupun bekerja sama dengan masyarakat. Kadang-kadnag fokus kegiatan mereka dapat menjadi salah satu daya tarik wisata seperti proyek WWF untuk perlindungan orang utan di kawasan Sulawesi Utara atau di Kalimantan Timur. Kelompok pecinta lingkungan, asosiasi-asosiasi kekerabatan yang masih hidup di dalam komunitas lokal juga merupakan pelaku tidak langsung dalam pengembangan pariwisata.

Mereka ini melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan konservasi dan regulasi kepemilikan dan pengusahaan sumberdaya alam setempat.

H. Strategi Pengembangan Wisata

Strategi dapat diartikan sebagai suatu cara atau metoda untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi muncul sebagai upaya untuk menyelesaikan suatu permasalahan guna mencapai tujuan. Setiap masalah memiliki strategi tertentu dalam penyelesaiannya sehingga timbul perbedaan strategi untuk setiap masalah. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan managemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya

(51)

menunjukkan arah tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.

Chandler dalam Rangkuti (2000) mendefinisikan strategi sebagai tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan serta pendayagunaan dan alokasi semua sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Pemahaman yang baik tentang konsep strategi dan konsep- konsep lain yang berkaitan sangat menentukan suksesnya sebuah strategi yang telah disusun. Menurut Salusu (2000), strategi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan sumberdaya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang saling menguntungkan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan merupakan suatu bentuk perencanaan dan manajemen yang menunjukkan arah dan tata cara atau teknik operasional. Tujuan tersebut dapat bersifat jangka pendek atau jangka panjang, program tindak lanjut dan prioritas sumberdaya.

Di sisi lain, pada dasarnya manajemen merupakan suatu seni sehingga strategi dapat pula dikatakan sebagai sebuah seni dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.

Salusu (2000) mengatakan bahwa strategi dapat dilakukan pada semua tingkatan dari organisasi yang kecil hingga organisasi yang memiliki cakupan yang lebih luas. Tipe-tipe strategi dapat dibedakan menjadi :

(52)

1. Strategi Organisasi (Corporate Strategy). Strategi ini berkaitan dengan perumusan tujuan organisasi secara keseluruhan, yakni misi, tujuan dan inisiatif baru.

2. Strategi Program (Program Strategy). Strategi ini memberikan perhatian pada implikasi program kerja tertentu. Bagaimana dampak yang ditimbulkan suatu program kerja yang akan dilaksanakan.

3. Strategi Sumberdaya (Resource Support Strategy). Strategi ini memusatkan perhatian pada bagaimana memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya esensial yang tersedia berupa tenaga, keuangan, norma dan teknologi.

4. Strategi Kelembagaan (Institutional Strategy). Strategi ini berfokus pada pengembangan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik.

Karyono (1997) mengemukakan bahwa strategi yang dapat digunakan untuk peningkatan kegiatan pengembangan pariwisata Indonesia adalah :

1. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP)

Penyusunan RIPP di setiap propinsi mutlak diperlukan untuk pengembangan dan pembangunan pariwisata di daerah secara terencana dan terprogram.

2. Sebagai prioritas pembangunan daerah

Bidang pariwisata hendaknya diprioritaskan sebagai bidang yang ditangani secara serius dengan tetap memberikan porsi pada

(53)

bidang-bidang yang lain, terurama yang telah menjadi ciri khas suatu daerah.

3. Pembangunan sarana dan prasarana

Yaitu pembangunan jalan, jembatan, jaringan listrik, air bersih, transportasi, jaringan telekomunikasi serta hotel atau penginapan dan lain sebagainya.

4. Pengadaan tenaga administrasi

Semakin ramainya bisnis pariwisata, banyak diperlukan tenaga terdidik yang terampil dan siap bekerja di bidang industri pariwisata seperti akomodasi, restoran, katering, biro perjalanan umum, pramuwisata, cenderamata dan lainnya.

5. Promosi wisata

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mempromosikan Indonesia di luar negeri, baik oleh instansi pemerintah maupun oleh swasta.

Dalam konteks lintas sektoral, peranan swasta cukup dominan.

Sebagian besar kegiatan promosi pariwisata dilakukan oleh pihak swasta.

I. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan suatu strategi. Analisis SWOT didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

(54)

1. Kekuatan (Strength)

Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kekuatan dari pasar suatu perusahaan.

Kekuatan kawasan pariwisata adalah sumberdaya alam, pengelolaan dan keunggulan relatif industri pariwisata dari pasar dan pesaing sejenis.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. Kelemahan kawasan pariwisata adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya alam, keterampilan dan kemampuan pengelolaan industri pariwisata.

3. Peluang (Opportunity)

Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Peluang kawasan pariwisata adalah situasi atau kecenderungan utama yang menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan pariwisata.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi atau kecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman kawasan pariwisata adalah situasi atau kecenderungan utama yang tidak

(55)

menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan kawasan wisata.

Empat strategi dalam analisis SWOT adalah strategi SO, yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi WO diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Matriks SWOT adalah matriks yang menginteraksikan faktor strategis internal dan eksternal. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimiliki. Matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT.

Hasil dari interaksi faktor strategis internal dan eksternal menghasilkan alternatif-alternatif strategi. Alternatif strategi adalah hasil dari matriks analisis SWOT yang menghasilkan berupa strategi SO, WO, ST dan WT. alternatif strategi yang dihasilkan minimal empat strategi sebagai hasil dari analisis matriks SWOT. Model matriks analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut :

(56)

Tabel 2.1. Model Matriks Analisis SWOT

Internal

Eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (w)

Peluang (O)

Strategi SO

Strategi yang menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang

Strategi SO

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang

Ancaman (T)

Strategi ST

Strategi yang menggunakan kekuatan dan mengatasi ancaman

Strategi WT

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Freddy Rangkuti dalam Rusneni (2013)

(57)

J. Kerangka Pikir

Wisata Pantai Bakealu

Minimnya akomodasi pendukung dan utilitas wisata menyebapkan belum berkembangnya

wisata Pantai Bakealu

Identifikasi Potensi Wisata Pantai Bakealu

Kondisi Fisik - Kondisi iklim - kondisi Tanah - kelerengan

Konsep dan stategi pengembangan wisata Pantai Bakealu

(Analisis Swot) Sarana

Akomodasi dan Prasarana Lingkungan

Atraksi dan objek wisata - Keindahan Pantai - Kealamian Pantai - Keunikan Pantai - Wisata Budaya

Analisis Standar Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Analisis Estetika, Ekonomi, dan sosial Analisis

Overlay Peta

Pengembangan wisata Pantai Bakealu Kecamatan Wakorumba Selata

Permasalahan

Pengumpulan Data

Analisis Data Studi Literatur

Referensi

Dokumen terkait

1) Dukungan dari pemerintah sangat penting dan sangat besar pengaruhnya terhadap kawasan wisata. Dukungan pemerintah tidak hanya melalui menyediakan akomodasi maupun

Dengan mengembangkan atraksi wisata yang sesuai dengan karakteristik wisatawan yang berkunjung dan juga sumber daya alam yang dimiliki oleh Goa jatijajar yaitu atraksi

Kawasan Pantai Sanur merupakan sebuah kawasan daya tarik wisata mix-used waterfront bagi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang memiliki fasilitas

Aktifitas karang taruna di desa wisata yaitu mulai dari mempersiapkan sarana dan prasarana, menjadi guide (pemandu wisata) wisatawan yang berkunjung, promosi desa wisata, dan

Pembangunan fasilitas dan utilitas wisata perlu dilakukan, baik secara kualitas maupun secara kuantitasnya, namun perlu diperhatikan bahwa yang menjadi segmen pasar

Sebagai lokasi wisata yang terbilang baru, maka perlu adanya Branding yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata Alam Asri, agar Pantai Gemah mulai dikenal oleh wisatawan

Pokdarwis harus memiliki inisiatif untuk membuat sebuah inovasi dalam mengembangkan atraksi wisata agar para wisatawan bisa dihibur dengan atraksi yang tidak monoton sehingga

Upaya pembaharuan untuk mengembangkan destinasi wisata merupakan hal penting sebagai daya tarik wisatawan Pelaksanaan peremajaan desa wisata dilakukan melalui : 1 meningkatkan