1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik rutin maupun pembangunan. Pajak menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu, pajak merupakan kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya keperluan rakyat.
Menurut peraturan perpajakan, sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia yaitu self assessment system dimana masyarakat mendaftarkan diri sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutangnya. Pemberlakuan sistem self assessment system diharapkan wajib pajak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku. Pada praktik bisnis, pengusaha umumnya menandakan bahwa pembayaran pajak adalah beban sehingga pengusaha berusaha meminimalisasikan beban tersebut guna mengoptimalkan laba. Bagi perusahaan, pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima dapat dianggap sebagai beban dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
Menurut ketentuan perpajakan, terdapat berbagai celah (loopholes) yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar pajak yang dibayarkan perusahaan menjadi optimal dan minimum, dengan kata lain perusahaan tidak harus membayar pajak dengan jumlah yang semestinya (Taufik, 2018).
Pajak adalah bagian dari kewajiban pemerintah, umat muslim sebagaimana dalam alquran diperintahkan untuk taat kepada penguasa sebagaimana firman Allah SWT pada QS. An-Nisa ayat 59 berikut:
ٰٓ ي
ُٰٓعْيِطَا َوَٰٓهّٰللآٰاوُعْيِطَآٰا ْوُنَم آَٰنْيِذَّلآٰاَهُّيَا
ٰٓ ْْۚمُكْنِمٰٓ ِرْمَ ْلْآٰىِلوُا َوَٰٓل ْوُس َّرلآٰاو
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.” QS.
An-Nisa Ayat 59.
Pengusaha harus cerdas dalam menyiasati ketentuan perpajakan agar hak dan kewajiban perpajakannya dapat dilakukan dengan benar serta dapat memanfaatkan berbagai peluang dalam kebijakan perpajakan yang dapat menguntungkan bagi perusahaan namun tetap tidak merugikan bagi pemerintah.
Perusahaan harus mengamati dengan jeli ketentuan pajak yang berlaku agar perusahaan dapat membayar pajak dengan benar dan dapat mengaturnya dengan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelangsungan perusahaan. Pemenuhan kewajiban perpajakan yang benar dan tidak mengganggu kelangsungan perusahaan merupakan tujuan utama dari perusahaan dalam penerapan tax planning atau dalam menyiasati peraturan perusahaan (Muljono, 2009:2).
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi bagaimana tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan (Saputra Aditya, 2020). Perusahaan yang menerapkan tax planning akan lebih mudah dalam mengambil keputusan untuk mencapai laba serta meningkatkan kinerja perusahaan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Penghematan pajak dilakukan dengan menerapkan perencanaan pajak yang berbeda-beda oleh perusahaan (Amir dkk, 2021).
Pada dasarnya perencanaan pajak (tax planning) ialah proses merekayasa usaha dan transaksi wajib pajak kepada beban pajak agar berada dalam kondisi yang minimal, namun masih dalam peraturan perpajakan. Perencanaan pajak dapat diartikan juga sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban pajak secara lengkap, benar, serta tepat waktu sehingga secara optimal dapat menghindari pemborosan sumber daya. Penerapan tax planning dalam perusahaan dapat dilakukan dengan cara mencari peluang penghindaran pajak yang tercantum
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 dengan cara memaksimalkan penghasilan yang bukan termasuk dalam objek pajak penghasilan, meningkatkan biaya-biaya yang merupakan deductable expense, seperti memberikan tunjangan dalam bentuk uang, memaksimalkan biaya fiskal yang menghasilkan PPh terutang dalam jumlah yang lebih kecil (Fadhila, Hasibuan, 2018).
Tax planning memiliki 3 macam cara bagi wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yakni: Tax Avoidance (Penghindaran Pajak), Tax Evasion (Penggelapan Pajak), Tax Saving (Penghematan pengenaan pajak) (Alamsyah, 2019). Ada beberapa bentuk bentuk perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan cara pengambilan keutungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum yang tepat sesuai kebutuhan dan jenis usahanya, mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin dari pengurangan, pemotong dan pengecualian atas penghasilan kena pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang, memberikan tunjangan pada karyawan dalam bentuk uang, natura yang dapat menghindari lapisan tarif maksimum, pengoptimalan kredit pajak yang diperkenankan, penundaan pembayaran kewajiban pajak dapat dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pajak ketika mendekati tanggal jatuh tempo, menghindari pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak kepada Wajib Pajak (Amir dkk, 2021).
Strategi perencanaan pajak yang dapat digunakan untuk penghematan pembayaran pajak pada pajak pengasilan badan (PPh badan) yaitu dengan pemilihan alternatif dasar pebukuan, pengelolaan transaksi yang berhubungan dengan pemberian kesejahteraan karyawan, pengadaan aktiva tetap dengan sewa guna usaha dengan hak opsi, pemilihan penyusutan aktiva tetap dan amortisasi atas aktiva tetap tidak berwujud, transaksi yang berkaitan dengan perusahaan sebagai pemungut pajak, optimalisasi pengkreditan pajak penghasilan yang telah dibayar, pengajuan penurunan lumsum masa PPh pasal 25 (Aris, Handayani, 2020).
Pada pembayaran pajak wajib pajak dikenakan tarif pajak, jenis tarif yang digunakan yaitu tarif pajak progresif. Tarif pajak progresif ialah ketika dasar penggenaan pajaknya meningkat maka presentasinya akan semakin besar. Wajib pajak badan dalam negeri dan badan usaha tetap (BUT) dikenakan tarif pajak sebesar 28% lalu pada tahun 2010 tarif PPh berubah menjadi 25%. Untuk wajib pajak dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka dikenakan tarif pajak paling sedikit 40% dari seluruh jumlah saham yang terdapat pada bursa efek Indonesia dan jika memenuhi persyaratan tertentu lainnya akan memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah dari tarif hal ini terdapat pada ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf a PPh 17 yang diatur berdasarkan peraturan pemerintah (Adiman, Rizkina, 2020).
Koperasi merupakan badan usaha yang dikelola berdasarkan asas kekeluargaan, koperasi dan UKM merupakan bagian integral pada dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi, serta peranan yang sangat penting dan memiliki strategi dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi.
Koperasi dapat digunakan sebagai pemecah permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat. Faktor pembeda antara koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu adanya nilai-nilai dan prinsip yang tidak ada dalam organisasi lain, koperasi berusaha untuk dapat memenuhi dan mencukupi kebutuhan anggotanya sehari-hari. Koperasi memiliki kesesuaian dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia yaitu dengan menciptakan kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong) berdasarkan persamaan hak dan kewajiban, serta beberapa esensi moral lainnya. Koperasi merupakan salah satu wadah yang demokrasi dan sosial bagi perbaikan ekonomi masyarakat yang diharapkan mampu berperan dalam penyaluran modal dan kredit berupa simpan pinjam baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang kepada msyarakat sehingga dapat menjadi mitra untuk mempercepat upaya perbaikan taraf hidup masyrakat (Lestari, 2021).
Koperasi Simpan Pinjam JASA Pekalongan (KOSPIN JASA) merupakan koperasi yang didirikan untuk memberikan solusi dalam mengatasi kesulitan
mendapatkan pinjaman modal usaha untuk masyarakat. Sebagai Wajib Pajak KOSPIN JASA Pekalongan telah melakukan kewajiban perpajakannya KOSPIN JASA Pekalongan memiliki penghasilan bruto dan penghasilan kena pajak (PKP) yang cukup besar sehingga perusahaan melakukan tax planning guna meminimalisasi beban pajak penghasilan badan, KOSPIN JASA menerapkan PPh pasal 4 (2), 21, 23, dan 25 sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Penelitian penerapan tax planning pada koperasi masih sangat jarang dilakukan, umumnya penelitian terhadap tax planning dilakukan pada objek badan usaha Perseroan Terbatas (PT). Koperasi merupakan badan usaha yang tidak mencari keuntungan semata, tetapi memiliki tujuan untuk menciptakan serta mengembangkan perekonomian nasional. KOSPIN JASA Pekalongan melakukan segala macam cara dalam upaya meminimalkan beban pajak penghasilan badannya, namun upaya-upaya penghematan pajak yang dilakukan KOSPIN JASA Pekalongan belum diketahui apakah upaya-upaya tersebut telah sesuai dengan Peraturan Per Undang-Undangan Perpajakan, penelitian ini dilakukan guna mengetahui apakah tax planning yang dilakukan oleh KOSPIN JASA legal atau tidak.
Penyusunan laporan keuangan KOSPIN JASA Pekalongan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). KOSPIN JASA Pekalongan menyusun laporan keuangan fiskal guna mengoreksi beban-beban yang termasuk ke dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, koreksi fiskal dapat berdampak pada berkurangnya pajak laba kena pajak (koreksi negatif) dan bertambahnya laba kena pajak (koreksi positif). Dapat dilihat adanya koreksi fiskal positif dan koreksi negatif yang akan mempengaruhi besar kecilnya PPh terutang pada KOSPIN JASA Pekalongan periode tahun 2019-2020.
Tabel 1.1
Laporan Keuangan Fiskal KOSPIN JASA Pekalongan
Sumber : Kospin JASA Pekalongan
Berdasarkan data Laporan Keuangan Fiskal pada tahun 2019 sebesar Rp 21.652.050.116,50 dan pada tahun 2020 mengalami penurunan dengan jumlah laba sebesar Rp 15.896.727.427,54. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa adanya penurunan yang sangat besar pada tahun 2020 dari data yang peneliti peroleh dari KOSPIN JASA Pekalongan, banyaknya faktor yang terjadi mengakibatkan penurunan pada laba di tahun 2020 ini salah satunya yaitu keterlibatan penerapan perencanaan pajak (Tax Planning). Banyaknya aspek serta strategi perencanaan pajak yang dilakukan KOSPIN JASA Pekalongan menurut dokumen yang peneliti peroleh, sehingga penerapan jenis pajak PPh sebagai salah satu cara pelunasan pajak terutang memiliki perbedaan pada periode tahun 2019-2020 setiap jenis pajak PPh pastinya memiliki pengaturan pajaknya tersendiri dan tentunya hasil dari penerapan tersebut akan mendapatkan hasil yang kurang lebih berbeda.
Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah perencanaan pajak dengan judul “Analisis Penerapan Tax Planning Sebagai Upaya Meminimalisasi PPh Badan Pada KOSPIN JASA Pekalongan Periode Tahun 2019-2020”
Tahun Koreksi positif (Dalam satuan Rp)
(Milyar)
Koreksi negatif (Dalam satuan Rp)
(Milyar)
Laporan Keuangan Fiskal
(Dalam satuan Rp) (Milyar) 2019 Rp 40.319.201.694,77 Rp 64.391.599.163,82 Rp 21.652.050.116,50 2020 Rp 33.743.892.265,55 Rp 50.024.239.531,24 Rp 15.896.727.427,54
B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat didefinisikan masalah terkait dengan tax planning PPh badan yaitu:
a. Pembayaran pajak penghasilan badan merupakan beban bagi perusahaan dalam melakukan usaha atau kegiatan perusahaan.
b. Penerapan tax planning harus sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008.
c. Adanya perbedaan penerapan jenis pajak PPh yang terdapat pada KOSPIN JASA Pekalongan periode tahun 2019-2020.
d. Adanya penurunan yang sangat besar terhadap SHU KOSPIN JASA Pekalongan pada periode tahun 2020.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memperjelas pembatasan masalah penelitian secara mendalam maka penelitian ini dibatasi pada masalah mengenai penerapan tax planning yang diterapkan oleh KOSPIN JASA Pekalongan tahun 2019-2020, dan kesesuaiannya terhadap Undang- Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan yang akan dilakukan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan tax planning (Perencanaan Pajak) periode tahun 2019-2020 Pada KOSPIN JASA Pekalongan?
b. Apakah upaya penghematan pajak penghasilan badan pada periode tahun 2019-2020 yang dilakukan oleh KOSPIN JASA Pekalongan telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan tax planning periode tahun 2019-2020 pada KOSPIN JASA Pekalongan.
2) Untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian pemberlakuan Undang- Undang Perpajakan terhadap upaya penghematan pajak penghasilan badan pada periode tahun 2019-2020 KOSPIN JASA Pekalongan .
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:
1) Bagi penulis
Merupakan pembelajaran dalam menganalisis penerapan perencanaan pajak (tax planning) serta dapat menambah wawasan mengenai cara meminimalisasikan pembayaran pajak penghasilan badan.
2) Bagi akademik
Dapat menambah khasanah pengetahuan pada bidang perpajakan khususnya pada penerapan perencanaan pajak (tax planning).
3) Bagi manajer
Penelitian dapat dijadikan acuan bagi manajer dalam mengelola penerapan perencanaan pajak (tax planning) yang dimiliki sehingga menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
4) Bagi pihak lain
Dapat digunakan sebagai referansi bagi pihak lain yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai penerapan perencanaan pajak (tax planning) dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
D. Metode Penelitian
1. Waktu dan lokasi penelitian a. Waktu penelitian
Waktu untuk penelitian dilaksanakan selama 5 bulan dimulai pada bulan Maret sampai dengan Juli 2022.
b. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada KOSPIN JASA Pekalongan yang bertempat di Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo No. 84 Poncol Kec.
Pekalongan Timur Kota Pekalongan Jawa Tengah 51122.
2. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dalam menggambarkan penerapan tax planning (perencanaan pajak) yang terdapat pada KOSPIN JASA Pekalongan. Metode penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan, meskipun datanya dapat dihitung dan disampaikan dalam angka-angka sebagaimana dalam sensus, analisis datanya bersifat kualitatif (Nugrahani Farida, 2014).
3. Sumber dan jenis penelitian
Sumber data yang ada dalam penelitian yaitu data primer dan data sekunder.
Data sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak data primer atau pihak lain (Eka Wahyu Tri, 2019). Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari laporan keuangan tahunan KOSPIN JASA Pekalongan. Narasumber (informan) dalam penelitian ini yaitu Kepala Bagian Perpajakan Kantor KOSPIN JASA Pekalongan yaitu Bapak Widiyanto.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah jenis penelitian kualitatif deskriptif dimana terdapat suatu rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat natural atau apa adanya.
4. Teknik pengumpulan
Teknik yang digunakan dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu, (Sugiyono, 2016):
a) Wawancara, yaitu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
b) Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data berupa dokumen dan catatan-catatan perusahaan yang diperlukan dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono 2016 ialah dokumen yang berbentuk tulisan missalnya catatan harian, cerita, biografi, peraturan dan kebijakan.
c) Studi kepustakaan, yaitu dengan mengambil beberapa buku bacaan sebagai bahan acuan masalah serta memperoleh landasan teori mengenai tax planning dan penerapanya melalui literatur-literatur, laporan, dan jurnal- jurnal yang berhubungan dengan pemasalahan yang ada guna penyusunan hasil penelitian ini.
5. Teknik analisis data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan, kedalam unit-unit, memilih mana yang penting dan yang dipelajari lalu membuat kesimpulan (Sugiyono, 2016). Adapun tahapan yang peneliti lakukan dalam analisis data yaitu sebagai berikut:
a. Reduksi data
Data yang diperoleh oleh peneliti dari lapangan memiliki jumlah yang cukup banyak, untuk itu perlu pencatatan secara terliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas serta dapat mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah melakukan pengumpulan data selanjutnya penyajian data. Pada penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Data yang peneliti peroleh kemudian dianalisis selanjutnya diuraikan secara objektif.
c. Penarikan kesimpulan
Setelah pengumpulan data, kemudian dilakukan analisis dari data tersebut dengan menggunakan teori-teori yang relevan setelah itu dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yaitu mengenai penerapan tax planning yang terdapat pada KOSPIN JASA serta kesesuaiannya terhadap Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008.
6. Teknik keabsahan data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Jadi, uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono, 2017).
1) Uji Kredibilitas data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data terhadap hasil penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triagulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, mengadakan membercheck.
a) Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber datayang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan
ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak.
b) Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
c) Menggunakan bahan referensi
Penggunaan referensi digunakan sebagai pendukung untuk memuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara, alat rekam suara sangat dibutuhkan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan.
d) Mengadakan membercheck
Pengadaan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data itu pertanda data tersebut valid, sehingga semakin kredibel. Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan.
2) Pengujian Transferability
Pengujian transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.
Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga hasil dari penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam penelitian lain.bagi peneliti naturalistic, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi social.
Peneliti sendiri tidak menjamin “validitas eksternal ini.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian
tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
3) Pengujian dependability
Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti menetukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan oleh peneliti.
4) Pengujian konfirmability
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
E. Penelitian Terdahulu (Literatur Review)
Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini, peneliti mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan focus penelitian ini, berikut literature review yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan penelitian ini yaitu:
1. Alamsyah (2019) hasil penelitian yang dilakukan yaitu Penerapan perencanaan pajak pada PT. PP dapat menyesuaikan kebijakan asset dengan metode penyusutan saldo menurun sebagai perhitungan penyusutannya dikarenakan lebih efisien dalam meminimalkan beban pajak yang dibayarkan perusahaan.
Perbedaan pada penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada objek penelitian objek dalam penelitiannya pada Perseroan Terbatas (PT) sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan koperasi sebagai objek
penelitiannya, penelitian ini meneliti mengenai metode penyusutan dan revaluasi asset tetap sedangkan penelitian saat ini tidak, penelitian terdahulu melakukan penelitian pada 2 tahun periode yaitu tahun 2015-2016 sedangkan penelitian saat ini dilakukan pada periode tahun 2019-2020.
2. Rustam, dkk (2019) hasil dari penelitian terdahulu yaitu Penerapan perencanaan pajak penghasilan badan berpengaruh positif dan signifikan guna mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu dijelaskan bahwa PT Bumi Sarana Beton hanya fokus pada pengubahan metode perhitungan PPh 21 untuk mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan.
Sedangkan untuk penelitian saat sekarang menggunakan PPh 25 dan pajak final pasal 4 ayat 2 sebagai upaya pengurang penghasilan kena pajak. Selain itu penelitian ini menggunakan Perseroan Terbatas (PT) sebagai objeknya sedangkan penelitian saat ini menggunakan koperasi sebagai objek penelitiannya, penelitian terdahulu hanya meneliti 1 tahun periode pada tahun 2014 sedanngkan penelitian saat ini meneliti 2 tahun periode yaitu pada tahun 2019-2020.
3. Mirna dkk (2021) hasil penelitian yang dilakukan dari penerapan tax planning pada PT Hutama Surya Perdana menerapkan self assignment system untuk menghitung pajak perusahaannya, dan beban pajak perusahaan dibebankan pada penghasilan atau pendapatan proyek dalam setahun, menerapkan tarif PPh 17 ayat 1 huruf b untuk tarif pajak final, dan penggunaan metode garis lurus untuk perhitungan penyusutan aktiva tetap.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu penelitian terdahulu objek yang digunakan ialah Perseroan Terbatas (PT) sebagai objek penelitiannya, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan Koperasi sebagai objek penelitian, penelitian terdahulu hanya meneliti pada 1 tahun periode sedangkan penelitian sekarang meneliti 2 tahun periode dan digunakan sebagai perbandingan, penelitian terdahulu menggunakan tarif PPh 17 ayat 1
huruf b sedangkan penelitian saat ini menggunakan tarif PPh 17 ayat 2a dan peraturan perpajakan terbaru PP Nomor 30 Tahun 2020.
4. Azizah (2019) hasil penelitian yang dilakukan dalam perencanaan pajak pada PT. XYZ sebelumnya menggunakan metode Net Method dalam menerapkan perencanaan pajak PPh pasal 21 dalam bentuk Benefit In Cash, lalu peneliti menerapkan perhitungan perencanaan pajak pada PPh pasal 21 dengan metode Gross-Up dan perusahaan dapat memperoleh penghematan pembayaran pajak serta dapat memaksimalkan laba perusahaan.
Perbedaan yang terdapat pada penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu penelitian terdahulu menggunakan Perseroan Terbatas (PT) sebagai objek penelitiannya sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan Koperasi Simpan Pinjam sebagai objek penelitiannya, fokus penelitian terdahulu yaitu pada perhitungan PPh pasal 21 pada PT. XYZ sedangkan penelitian saat ini membahas mengenai penerapan perencanaan pajak pada PPh pasal 25 dan PPh final pasal 4 ayat 2.
5. Khasanah dkk (2021) hasil penelitian yang dilakukan pada PT. SIIN dalam tax planning yaitu dengan mengajukan surat permohonan dan penerbitan surat keterangan bahwa PT. SIIN dalam perhitungan pajak penghasilan badan dikenai tarif final sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.
Selain itu untuk memperoleh PPN masukan PT. SIIN melakukan pembelian barang dan penggunaan jasa yang berhubungan dengan kegiatan usaha.
Perbedaan yang terdapat pada penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu penelitian terdahulu memfokuskan penelitian pada PPh pasal 23 sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan PPh pasal 25 dan pajak final pasal 4 ayat 2 sebagai perencanaan pajaknya, objek penelitian terdahulu menggunakan Perseroan Terbatas (PT) sedangkan penelitian saat ini tidak menggunakan PT melainkan Koperasi Simpan Pinjam, referensi dalam penelitian saat ini pun menggunakan jurnal-jurnal terbaru dan terupdate.
6. Eti, Rejeki (2020) hasil penelitian yang dilakukan pada penerapan tax planning yaitu PT Wahana Elok Langgeng Lestari “Well” menurut Eti Kusumiwati dan
Rejeki Dewi pada dasarnya belum melakukan perencanaan pajak secara optimal, namun setelah dilakukannya perencanaan pajak pada PT Wahana Elok Langgeng Lestari “Well” yaitu pada beberapa biaya yang tidak dapat dikurangkan merubahnya menjadi biaya yang dapat dikurangkan dan membandingkan beban pajak sebelun dan sesudah perencanaan pajak, hal ini dapat menghasilkan penghematan atas beban pajak terutang sesuai peraturan perpajakan yang berlaku.
Perbedaan yang terdapat pada penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu objek penelitian pada penelitian terdahulu dilakukan pada Perseroan Terbatas (PT) sedangkan pada penelitian sekarang objek penelitian dilakukan pada koperasi.
F. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini menjadi lebit terarah dalam sistematis maka disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai pengertian pajak, pajak penghasilan, jenis jenis pajak penghasilan, pengertian perencanaan pajak (tax planning), tujuan tax planning, strategi tax planning, motivasi pemberlakuan tax planning, aspek- aspek tax planning, tahapan tax planning, undang-undang perpajakan.
BAB 3 KONDISI OBJEKTIF
Dalam bab ini memuat uraian mengenai kondisi objektif dari KOSPIN JASA yang berisikan sejarah KOSPIN JASA, Visi dan Misi KOSPIN JASA, Struktur Organisasi KOSPIN JASA, Logo KOSPIN JASA dan Produk yang dimiliki KOSPIN JASA.
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan analisis penerapan tax planning seperti aspek-aspek tax planning yang gunakan KOSPIN JASA, tarif pajak penghasilan badan yang digunakan Kospin Jasa, pengaruh tax palnning terhadap KOSPIN JASA, Jenis- Jenis pajak penghasilan yang diterapkan, kesesuaian penerapan tax planning terhadap Undang-undang perpajakan yang berlaku.
BAB 5 PENUTUP
Bab ini terdapat kesimpulan dan saran yang diberikan oleh peneliti.