• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO KONTRAKTOR PADA PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN MIDDLE RING ROAD (MRR-MYC) KOTA MAKASSAR TERHADAP KINERJA MUTU PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RISIKO KONTRAKTOR PADA PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN MIDDLE RING ROAD (MRR-MYC) KOTA MAKASSAR TERHADAP KINERJA MUTU PROYEK"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

RISIKO KONTRAKTOR PADA PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN MIDDLE RING ROAD

(MRR-MYC) KOTA MAKASSAR TERHADAP KINERJA MUTU PROYEK

OLEH :

NUR SYAKILA ASIS 45 12 041 048

UNIVERSITAS BOSOWA FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN SIPIL 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. atas limpahan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini, dengan Judul “Risiko Kontraktor Pada Pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Middle Ring Road (Mrr-Myc) Kota Makassar Terhadap Kinerja Mutu Proyek”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini dihadapkan pada sejumlah kendala dan hambatan, tetapi dengan dilandasi semangat tinggi maka berbagai hambatan dan kendala tersebut berhasil penulis hadapi dan selesaikan dengan baik.

Adapun maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memnuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S-1) pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar.

Selesainya penelitian dan penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu, mengarahkan, membimbing dan memberikan dorongan dengan tulus. Bersama ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu, Ayah, adik-adikku dan keluarga yang dengan tulus mendoakan, memberikan semangat, membiayai dan selalu mendukung setiap proses studiku.

2. Dr. Ir. M. Natsir Abduh, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(6)

v

3. Ibu Savitri Prasandi Mulyadi, ST,.MT. Selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Dr. Hamsina, ST,.MT. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

5. Seluruh Staf Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

6. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar, khususnya angkatan 2012, aku bangga bisa bertemu, menjadi saudara yang tak sedarah dengan kalian.

7. Rekan-rekan seperjuangan di Teknik Sipil Universitas Bosowa Makassar : Arismunandar, Harum Samboro, Siswanto, Muh. Rizal, Andi Ilhamsyah Khaliq, Jefri Angkotasan, Andi Anisah Nurul Sahra, Elvian Tarrua dan rekan- rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu, memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya atas mereka.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun guna perbaikan penulisan Tugas Akhir ini.

Makassar, Maret 2018

Penulis

(7)

vii ABSTRAK

Identifikasi faktor-faktor risiko dalam suatu proyek yang sedang berjalan atau sementara dikerjakan sangat penting untuk dilakukan oleh pihak pelaksana yaitu kontraktor karena dapat mengurangi risiko yang bersifat negatif yang dapat merugikan, menghambat pekerjaan kontraktor. Keterkaitan mutu dengan kelangsungan pembangunan konstruksi jalan perlu mendapatkan perhatian serius demi mengurangi risiko yang bersifat negatif yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan pembangunan konstruksi sehingga dapat mencapai kualitas konstruksi sesuai dengan yang disyaratkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek risiko yang berpengaruh terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek pembangunan jalan middle ring road kota Makassar dan menganalisis dampak serta penyebab yang di timbulkan oleh aspek- aspek tersebut.

Dari hasil penelitian menggunakan analisis risk rank metode RSNI (2006) dan metode AHP diperoleh 3 (tiga) peristiwa risiko yang memiliki bobot terbesar dan masuk dalam kategori risiko tinggi yaitu metode pelaksanaan pekerjaan yang tidak tepat dengan bobot 0.822, kualitas bahan yang tidak memenuhi spesifikasi dengan bobot 0.785 & menggunakan alat lama yang efesiensinya rendah dengan bobot 0.720, ketiga aspek peristiwa tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja mutu proyek pada pelaksanaan pembangunan jalan middle ring road (mrr-myc) kota Makassar.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGAJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latara Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... I-4 1.3.1. Tujuan Penelitian ... I-4 1.3.2. Manfaat Penelitian ... I-5 1.4. Pokok Bahasan dan Batasan Masalah ... I-5 1.4.1. Pokok Bahasan ... I-5 1.4.2. Matasan Masalah ... I-5 1.5. Sistematika Penulisan... I-6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... II-1

2.1. Middle Ring Road ... II-1 2.2. Manajemen Proyek ... II-1 2.2.1. Pengertian Manajemen Proyek ... II-1 2.2.2. Tujuan Manajemen Proyek ... II-8

viii

(9)

2.3. Manajemen Mutu ... II-9 2.3.1.Pengertian Manajemen Mutu... II-9 2.3.2. Tahapan Manajemen Mutu ... II-10

2.3.2.1. Perencanaan Mutu ... II-10 2.3.2.2. Penjaminan Mutu ... II-12 2.3.2.3. Pengendalian Mutu... II-14 2.3.3.Kinerja Mutu Pelaksanaan Proyek ... II-15 2.3.3.1. Konsep Mutu ... II-15 2.3.3.2. Faktor Risiko Yang Berpengaruh

Terhadap Kinerja Mutu Proyek ... II-16 2.4. Manajemen Risiko ... II-19 2.4.1. Pengertian Manajemen Risiko ... II-19 2.4.2. Elemen Manajemen Risiko ... II-24 2.4.3. Proses Manajemen Risiko ... II-26 2.4.3.1. Perencanaan Manajemen Risiko ... II-26 2.4.3.2. Identifikasi Risiko ... II-27 2.4.3.3. Analisis Risiko Kualitatif ... II-30 2.4.3.4. Analisis Risiko Kuantitatif ... II-32 2.4.3.5. Perencanaan Respon Risiko ... II-34 2.4.3.6. Pengendalian dan Monitoring Risiko ... II-37 2.5.Aspek Pelaksanaan Proyek Pekerjaan Jalan ... II-38 2.5.1. Aspek Material ... II-38 2.5.2. Aspek Sumber Daya Manusia ... II-41 2.5.3. Aspek Metode Pelaksanaan... II-42 2.5.4. Aspek Peralatan ... II-43 2.5.5. Aspek Keuangan ... II-44 2.5.6. Aspek Lingkungan ... II-44

ix

(10)

2.5.7. Aspek Manajerial ... II-45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... III-1

3.1. Gambaran umum objek penelitian ... III-1 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... III-2 3.3. Jenis Penelitian ... III-3 3.4. Teknik Pengumpulan Data ... III-4 3.5. Tahap prosedur penelitian ... III-6 3.6. Variabel Penelitian ... III-7 3.7. Metode Analisa Data ... IIIp- 15

3.7.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... III-16 3.7.2. Analisis Deskriptif ... III-18 3.7.3. AHP (Analytical Hierarcy Process) ... III-18 3.7.4. Analisis Faktor Risiko dengan Metode SNI ... III-23 3.8. Tahapan Pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan

Dan Jembatan Middle Ring Road Kota Makassar ... III-24 3.9. Diagram sebab akibat aspek ... III-26 3.10.Diagram Alir Penelitian ... III-27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... IV-1

4.1. Deskripsi Variabel Penelitian ... IV-1 4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... IV-4 4.3. Analisa Data ... IV-8 4.3.1. Validitas dan Reliabilitas ... IV-8 4.3.2. Analisis Deskriptif ... IV-12 4.3.3. Analisis Peringkat Risiko dengan

x

(11)

menggunakan AHP ... IV-16

4.3.3.1 Matriks Berpasangan dan

Normalisasi Matriks ... IV-16 4.3.3.2 Perhitungan Vektor Eigen, Konsistensi

Matriks Dan Hierarki Matriks ... IV-19 4.3.3.3. Nilai Rata-rata Frekuensi dan Dampak ... IV-22 4.3.3.4. Penentuan Tingkat Risiko (Risk Rank) ... IV-28 4.3.3.5. Analisis Level Risiko (Risk Level) dengan

menggunakan metode SNI ... IV-31 4.4. Hasil Analisa Data ... IV-42 4.4.1. Variabel dengan risiko tinggi ... IV-42 4.4.1. Variabel dengan risiko sedang ... IV-42 4.4.1. Variabel dengan risiko rendah ... IV-43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... V-1 5.2. Saran ... V-2 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel. 2.1. Nilai impak dari risiko ... II-31 Tabel. 3.1. Variabel X Penelitian ... III-11

Tabel. 3.2. Skala / ukuran ordinal... III-15 Tabel. 3.3. Skala dampak pengaruh risiko ... III-15

Tabel. 3.4. Skala output frekuensi ... III-16 Tabel. 3.5. Skala dasar untuk metode AHP ... III-21

Tabel. 3.6. Matriks pembobotan untuk sub-kriteria

dari frekuensi ... III-21 Tabel. 3.7.Matriks pembobotan untuk sub-kriteria dari dampak ... III-22

Tabel. 3.8.Nilai RCI ... III-23 Tabel. 3.9.Kategori Risiko dan Langkah Penanganan ... III-24

Tabel. 4.1.Gambaran umum responden ... IV-4 Tabel. 4.2.Validasi Frekuensi dan dampak terhadap kinerja mutu ... IV-9 Tabel. 4.3.Hasil uji reliabilitas ... IV-11

Tabel. 4.4.Hasil analisa deskriptif untuk tingkat

dampak/pengaruh ... IV-12

xii

(13)

Tabel. 4.5.Hasil analisa deskriptif untuk tingkat

frekuensi/probabilitas ... IV-14 Tabel. 4.6.Skala perbandingan nilai ... IV-16

Tabel. 4.7.Matriks berpasangan untuk frekuensi risiko ... IV-17 Tabel. 4.8. Matriks berpasangan untuk dampak risiko ... IV-17

Tabel. 4.9. Perhitungan bobot elemen untuk frekuensi risiko ... IV-18 Tabel. 4.10. Perhitungan bobot elemen untuk dampak risiko ... IV-18

Tabel. 4.11. Bobot elemen untuk frekuensi ... IV-19 Tabel. 4.12. Bobot elemen untuk dampak ... IV-19 Tabel. 4.13. Perhitungan konsistensi matriks berpasangan

untuk frekuensi ... IV-20 Tabel. 4.14. perhitungan konsistensi matriks berpasangan untuk

Dampak ... IV-20

Tabel. 4.15. Perhitungan mencari maks untuk frekuensi ... IV-21

Tabel. 4.16. Perhitungan mencari maks untuk dampak ... IV-21

Tabel. 4.17. Nilai ratio index ... IV-22

Tabel. 4.18. Nilai rata-rata frekuensi ... IV-23

xiii

(14)

Tabel. 4.19. Nilai rata-rata dampak ... IV-26 Tabel. 4.20. Faktor risiko frekuensi dan dampak terhadap

Kinerja mutu ... IV-28

Tabel. 4.21. Kategori risiko ... IV-31 Tabel. 4.22. Kategori risiko aspek material ... IV-32

Tabel. 4.23. Kategori risiko aspek sumberdaya manusia ... IV-33 Tabel. 4.24. Kategori risiko aspek metode pelaksanaan ... IV-34

Tabel. 4.25. Kategori risiko aspek peralatan ... IV-35 Tabel. 4.26. Kategori risiko aspek lingkungan ... IV-36 Tabel. 4.27. Kategori risiko aspek manajerial ... IV-37

Tabel. 4.28. Kategori risiko aspek keuangan ... IV-38 Tabel. 4.29. Bobot risiko frekuensi dan dampak terhadap

Kinerja mutu ... IV-39 Tabel. 4.30. Variabel dengan risiko tinggi ... IV-42 Tabel. 4.31. Variabel dengan risiko sedang ... IV-42

Tabel. 4.32. Variabel dengan risiko rendah ... IV-43

xiv

(15)

Tabel. 4.33. Dampak, penyebab dan respon terhadap peristiwa

Yang sangat (risiko tinggi) berpengaruh terhadap

kinerja mutu proyek ... IV-44

xv

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1. Pengertian manajemen proyek ... II-2 Gambar. 2.2. Pembatas-pembatas dalam pelaksanaan

manajemen proyek ... II-6 Gambar. 2.3. Tujuan manajemen proyek ... II-8

Gambar. 2.4. Tahapan manajemen risiko ... II-10 Gambar. 2.5. Unsur Risiko... II-21

Gambar. 3.1. Peta lokasi proyek pembangunan jalan dan

jembatan middle ring road (MRR-MYC)

Kota Makassar ... III-2

Gambar. 3.2. Hubungan 7 aspek penelitian dengan

kinerja mutu proyek ... III-8

Gambar. 3.3. Hubungan aspek variabel penelitian dengan

kinerja mutu proyek ... III-14 Gambar. 3.4. Hierarki peringkat pengaruh faktor risiko ... III-20

xvi

(17)

Gambar. 4.1. Diagram Batang Tingkat risiko material ... IV-32 Gambar. 4.2. Diagram BatangTingkat risiko sumberdaya manusia ... IV-33 Gambar. 4.3. Diagram Batang Tingkat risiko metode pelaksanaan... IV-34

Gambar. 4.4. Diagram Batang Tingkat risiko peralatan ... IV-35 Gambar. 4.5. Diagram Batang Tingkat risiko lingkungan ... IV-36

Gambar. 4.6. Diagram Batang Tingkat risiko manajerial ... IV-37 Gambar. 4.7. Diagram Batang Tingkat risiko keuangan... IV-38

xvii

(18)

I - 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam usaha pemerintah untuk meningkatkan pembangunan nasional diberbagai bidang antara lain pembangunan infrastruktur dalam upaya meningkatkan kegiatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, khususnya di kota Makassar. Usaha pemerintah tersebut yaitu dengan melakukan pembangunan jalan sehingga dapat mempermudah akses masyarakat dari satu tempat ke berbagai tempat dan mengurangi kemacetan yang menjadi masalah besar di kota Makassar beberapa tahun terakhir ini.

Jalan merupakan pendukung utama di dalam pembangunan, maka mutu atau kualitas dari jalan tersebut harus baik agar dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan umur rencana serta menjamin keamanan dan kenyamanan pengguna yang melintas diatasnya. Tetapi pada kenyataannya masih di temukan mutu hasil pekerjaan jalan yang tidak di sesuai dengan yang disyaratkan, sehingga banyak terjadi kerusakan dini sebelum umur rencana, dan juga pada saat pelaksanaan pekerjaan jalan sering ditemukan ketidaksesuaian mutu sehingga harus dilakukan pembongkaran dan pengerjaan ulang.

Dalam hal kontrak konstruksi, apabila suatu pekerjaan tidak mempunyai mutu yang baik maka akan menimbulkan dampak yang sangat fatal baik untuk penyedia jasa maupun dampak bagi pengguna jasa / konsumen yang menggunakan hasil proyek tersebut. Tidak sesuai mutu

(19)

I - 2

(mutu tidak baik) yang dihasilkan oleh penyedia jasa dapat menyebabkan perusahaan perlu melakukan pekerjaaan ulang yang akan menimbulkan biaya yang berlipat ganda, hasil pekerjaan yang tidak awet serta membahayakan dan bahkan dapat berdampak pada urusan hukum yang tentunya sangat tidak diinginkan oleh semua pihak yang terkait.

Peran identifikasi faktor-faktor risiko dalam proyek pembangunan jalan sering tidak diperhatikan oleh pihak kontraktor sehingga tanpa disadari bisa mempengaruhi kinerja mutu proyek tersebut. Identifikasi faktor-faktor risiko dalam suatu proyek yang sedang berjalan atau sementara dikerjakan sangat penting untuk dilakukan oleh pihak pelaksana yaitu kontraktor karena dapat mengurangi risiko yang bersifat negatif yang dapat merugikan, menghambat pekerjaan kontraktor. Identifikasi faktor-faktor risiko dilakukan agar hasil atau produk yang dihasilkan oleh suatu kontraktor sesuai dengan yang diisyaratkan.

Keterkaitan mutu dengan kelangsungan pembangunan konstruksi jalan perlu mendapatkan perhatian serius demi mengurangi kerugian masyarakat baik moril, material dan jiwa akibat dampak dari risiko yang bersifat negatif yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan pembangunan konstruksi sehingga dapat mencapai kualitas konstruksi yang diinginkan.

Menghadapi ketidakpastian dan risiko yang mungkin terjadi diperlukan analisa dan penyebab serta tindakan koreksi yang sesuai.

(20)

I - 3

Berbagai aspek risiko pada tahap pelaksanaan proyek jalan dengan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) yang menyebabkan terjadinya kegagalan mutu produk (non conformance) sehingga harus dibongkar dan dikerjakan ulang (rework), beberapa faktor disebabkan oleh aspek sumberdaya manusia. Aspek lainnya yang umum menjadi faktor risiko kegagalan mutu pada tahap pelaksanaan proyek jalan yaitu aspek material, antara lain tidak sesuainya bahan yang dipergunakan dengan standar mutu yang disyaratkan, terlambatnya pendistribusian material. Aspek manajerial pada tahap pelaksanaan seperti perencanaan dan penjadwalan proyek yang tidak sempurna, distribusi data/informasi kurang baik, lambat dalam pengambilan keputusan, ketidakjelasan koordinasi antar pihak juga merupakan faktor risiko penyebab ketidaksesuaian mutu produk.

Risiko lainnya penyebab kegagalan mutu produk adalah kondisi lapangan seperti cuaca yang kurang baik, kondisi lapangan yang sulit, masalah sosial yang sering terjadi dilapangan. Metode pelaksanaan yang tidak tepat , keterbatasan peralatan, tidak layaknya peralatan, pemilihan jenis peralatan sering menimbulkan permasalahan didalam hal mutu produk.

Aspek desain dan dokumentasi juga merupakan faktor risiko penyebab ketidaksesuaian mutu, diantaranya spesifikasi yang sulit dimengerti, gambar kerja yang tidak jelas, sistem dokumentasi dilapangan tidak terpadu.

Mengelola risiko yang efektif adalah dengan mengidentifikasi dengan benar risiko-risiko yang penting dan mengalokasikan risiko tersebut.

(21)

I - 4

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil objek untuk diteliti dengan judul “Risiko Kontraktor Pada Pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Middle Ring Road (MRR-MYC) kota Makassar Terhadap Kinerja Mutu Proyek”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Aspek apakah yang mempengaruhi kinerja mutu pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan (Middle Ring Road) Kota Makassar ?

2. Aspek apakah yang paling mempengaruhi kinerja mutu pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan (Middle Ring Road) Kota Makassar ?

3. Bagaimanakah cara menangani risiko yang mempengaruhi kinerja mutu proyek sehingga dapat membatasi dampak negatif dan meningkatkan kinerja mutu proyek ?

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis aspek yang mempengaruhi kinerja mutu pada proyek pelaksanaan Pembangunan Jalan (Middle Ring Road) Kota Makassar.

2. Menganalisis aspek yang paling berpengaruh pada pelaksanaan proyek Pembangunan Jalan Middle Ring Road (MRR-MYC) kota Makassar yang berpengaruh terhadap kinerja mutu proyek.

(22)

I - 5

3. Menentukan cara penanganan dan pengendalian terhadap risiko yang mempengaruhi kinerja mutu proyek sehingga dapat membatasi dampak negatif dan meningkatkan kinerja mutu proyek.

1.3.2. Manfaat penelitian

1. Meminimalisasi dampak negatif akibat faktor-faktor risiko dengan menghindari risiko atau mempersiapkan rencana yang berkaitan dengan risiko yang mempengaruhi kinerja mutu proyek.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi badan usaha atau perorangan yang berkecimpung di dunia konstruksi khususnya kontraktor sebagai pelaksana sehingga dapat lebih memperhatikan risiko yang berpengaruh terhadap kinerja mutu proyek.

1.4. Pokok Bahasan & Batasan Masalah 1.4.1. Pokok Bahasan

Pokok bahasan yang dipaparkan dalam penulisan ini lebih difokuskan pada aspek-aspek risiko bersifat negatif yang dapat mempengaruhi kinerja mutu pada pelaksanaan proyek pembangunan jalan Middle Ring Road kota Makassar

1.4.2. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Jalan Middle Ring Road kota Makassar di PT.X (sebagai pelaksana).

(23)

I - 6

2. Penelitian ini akan mengidentifikasi aspek-aspek risiko yang mempengaruhi kinerja mutu pada pelaksanaan proyek pembangunan jalan Middle Ring Road kota Makassar.

3. Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada personil yang terkait dengan proyek yaitu kotraktor, konsultan dan pejabat pembuat komitmen.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini yaitu sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang kenyataan yang melatar belakangi munculnya gagasan penelitian, antara lain berupa gambaran tentang keadaan riil lengkap dengan permasalahan yang ada yang perlu diselesaikan dan gambaran keadaan lebih baik yang diharapkan setelah masalahnya terselesaikan dan pentingnya masalah tersebut diselesaikan serta menguraikan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi uraian teori yang berkaitan dengan manajemen risiko pada pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan.

(24)

I - 7 BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini memuat instrument yang akan digunakan untuk penelitian, penetapan responden, pengumpulan data dan menjelaskan metode analisis yang digunakan untuk analisis data penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang analisis data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder serta pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan hasil yang berhasil diselesaikan sesuai ruang lingkup batasan masalah dan saran terhadap masalah yang belum terselesaikan sebagai pengembangan.

(25)

II - 1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Middle Ring Road (MRR)

Middle Ring Road atau jalan lingkar tengah merupakan jalan yang

melingkari pusat kota, yang berfungsi untuk mengalihkan sebagian arus lalu lintas terusan dari pusat kota maupun luar kota. Jalan lingkar merupakan bagian jaringan jalan dengan pola radial membentuk ring radial. Semakin besar kota semakin banyak ring digunakan, seperti di Jakarta ada ring dalam yaitu Jakarta Outer Ring Road (JORR), Bandung yaitu Jalan By Pass Soekarno Hatta, Yogyakarta yaitu Jalan Ringroad Yogyakarta, dan sementara pembangunan di Kota Makassar yaitu Middle Ring Road (MRR-MYC).

2.2. Manajemen Proyek

2.2.1. Pengertian Manajemen Proyek

Proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktifitas unik yang saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam waktu periode tertentu (Chase ea al., 1998). Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktivitas-aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan proyek. (PMBOK,2011).

(26)

II - 2

Gambar 2.1. Pengertian Manajemen Proyek Sumber : PM-BOK 2011

Hal diatas merupakan kesatuan yang saling menopang dan timbal balik sebagai siklus, artinya proses akan berulang yang seharusnya akan terus lebih baik sejalan dengan pengalaman yang dilakukan.

Menurut PM-BOK 2011, sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik yang terkandung didalamnya yaitu sebagai berikut :

1. Sementara (Temporary)

Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan.

2. Unik

Unik artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan lainnya.

Kemampuan

Pengetahuan

Keterampilan

Dukungan

Alat

Teknik

Aktivitas Proyek Kebutuhan

Proyek

(27)

II - 3 3. Progressive elaboration

Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik.

Setiap proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai proyek berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek.

Karakteristik-karakteristik di atas yang membedakan aktifitas suatu proyek terhadap aktifitas rutin operasional. Aktifitas operasional cenderung bersifat terus-menerus dan berulang-ulang, sementara aktifitas proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuannya, aktifitas proyek akan berhenti ketika tujuan telah tercapai. Sementara aktifitas operasional akan terus menyesuaikan tujuannya agar pekerjaan tetap berjalan.

Secara umum jenis proyek konstruksi terdiri atas tiga jenis proyek yaitu proyek konstruksi, proyek penelitian dan proyek yang berhubungan dengan manajemen jasa. Proyek jalan dan jembatan merupakan salah satu bagian jenis proyek sipil. Sesuai dengan karakteristik sebuah proyek, proyek jalan ini juga hanya bersifat sementara yang berarti terdapat awal dan akhirnya kegiatan yang pasti. Jika tujuan dari proyek telah dicapai maka kegiatan proyek akan berakhir.

Manajemen proyek merupakan suatu keharusan, bukan lagi sekedar pilihan. Ini berarti bahwa pekerjaan-pekerjaan tertentu akan lebih efesien dan efektif jika dikelola dalam kerangka proyek dan bukan

(28)

II - 4

diperlakukan sebagai pekerjaan biasa. Dengan demikian diperlukan penerapan manajemen proyek secara benar.

Penerapan manajemen proyek secara benar akan mendatangkan keuntungan dari segi waktu, biaya dan mutu yang dibandingkan jika pengelolaan dilakukan seperti pengelolaan pekerjaan reguler.

Manajemen proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat (Budi Santosa, 2011) yaitu sebagai berikut :

a. Dalam waktu yang dialokasikan b. Dalam biaya yang dianggarkan

c. Pada performansi atau spesifikasi yang ditentukan d. Diterima kostumer

e. Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimum yang disetujui f. Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi

g. Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan

Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut.

Menurut Budi Santosa 2009, dalam pelaksanaannya setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segetiga project constraint itu lingkup pekerjaan (scope), waktu dan biaya.

1. Lingkup Pekerjaan (scope)

(29)

II - 5

Scope atau ruang lingkup proyek pada intinya adalah membahas jenis dan batasan-batasan yang ada pada sebuah proyek. Sejauh mana batasan-batasan atau ruang lingkup suatu proyek ditentukan. Ruang lingkup atau batasan proyek sangatlah diperlukan dalam suatu proyek, karena hal ini akan memberi dampak pada faktor-faktor proyek yang lainnya, terutama yang menyangkut biaya dan waktu pengerjaan proyek.

Semakin besar scope atau ruang lingkup suatu proyek tersebut, maka secara umum akan makin bertambah pula waktu pengerjaan, ini tentunya berdampak pada bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan.

2. Waktu (time)

Time atau waktu, adalah salah satu komponen yang menjadi target utama dalam sebuah proyek. Pada intinya faktor waktu ini adalah bagaimana kita menentukan lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Komponen waktu begitu berarti, terutama pada saat-saat yang memang sangat krusial. Terkadang suatu proyek dipaksa untuk selesai pada waktu tertentu, walaupun berdampak pada membengkaknya biaya.

3. Biaya (cost)

Cost atau biaya, adalah salah satu faktor atau komponen utama proyek. Pada intinya faktor biaya atau cost ini adalah menentukan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan untuk sebuah proyek. Faktor biaya ini sangat dipengaruhi oleh 2 faktor sebelumnya, yaitu faktor scope dan faktor time. Secara umum semakin besar ruang lingkup dan semakin

(30)

II - 6

lama waktu, maka akan semakin besar pula biaya suatu proyek.

Manajemen proyek yang berhasil akan dapat memadukan dari 3 pembatas yaitu lingkup pekerjaan (scope), waktu dan biaya sehingga proyek selesai dan hasilnya akan memuaskan pihak sponsor dan pengguna.

Perubahan salah satu atau lebih faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya. (PMBOK Guide, 2004).

Gambar 2.2. Pembatas-pembatas dalam pelaksanaan proyek (Kerzner, 2003)

Ada tiga garis besar yang dibahas dalam manajemen proyek untuk menciptakan berlangsungnya sebuah proyek, yaitu :

1. Perencanaan

Untuk mencapai tujuan, sebuah proyek perlu suatu perencanaan yang matang. Dasar tujuan dan sasaran dari suatu proyek berupa

Resources

Hubungan baik dengan kustomer

Waktu

Biaya Lingkup

(31)

II - 7

menyiapkan segala program teknis dan dministrasi agar dapat diimplementasikan. Hal ini agar memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu, mutu, biaya dan keselamatan kerja.

Perencanaan proyek dilakukan dengan cara studi kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan area manajemen proyek (biaya, mutu, waktu, kesehatan dan keselamatan kerja, sumberdaya, lingkungan, resiko dan sistem informasi.

2. Penjadwalan

Merupakan implementasi dari perencanaan yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, material), durasi dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring dan updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis agar sesuai dengan tujuan proyek.

3. Pengendalian Proyek

Pengendalian mempengaruhi hasil akhir suatu proyek. Tujuan utama yaitu meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama berlansungnya proyek dan optimasi kinerja biaya, waktu, mutu dan keselamatan kerja harus memiliki kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian yaitu berupa pengawasan, pemeriksaan, koreksi yang dilakukan selama proses implementasi.

(32)

II - 8 2.2.2. Tujuan Manajemen Proyek

Menurut Imam Haryono (2012), Sasaran manajemen proyek konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikin rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).

Tujuan adanya manajemen proyek akan berusaha mencapai ha-hal berikut ini :

Gambar 2.3 Tujuan Manajemen Proyek Sumber : PMBOK Guide, 2011 1. Kejelasan Upaya

2. Persiapan

3. Terbuka Jalan

- Pengendalian yang lebih jelas, - Keterkaitan yang lebih baik

antar petugas,

- Koordinasi yang lebih baik.

- Waktu, - Biaya, dan - Mutu.

- Tidak buntu, - Lancar, dan - Mencapai Tujuan.

(33)

II - 9 2.3. Manajemen Mutu

2.3.1. Pengertian Manajemen Mutu

Mutu (kualitas) didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasi ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolak ukur dan cara pengendaliannya.

Menurut Phil Crosby, mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan. Seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, dll.

Manajemen mutu merupakan proses aktivitas yang mempertimbangkan kebijakan, prosedur dan proses agar implementasi proyek dapat mencapai tujuan dengan memuaskan seperti yang diharapkan.

Menurut Wijaya (2008), dalam terdapat 6 (enam) lingkup dari pekerjaan proyek yang mana kualitasnya harus diuji dan diperiksa :

1. Kualitas dari penerangan dan keputusan dari klien 2. Kualitas dari proses desain

3. Kualitas material dan komponen 4. Kualitas dari kumpulan proyek

5. Kualitas dari kegiatan management proyek

6. Management proyek sebagai rata-rata dari peningkatan kualitas proyek

(34)

II - 10 2.3.2. Tahapan Manajemen Mutu

Menurut Project Management Body Of Knowledge (PM-BOK, 2011), terdapat tiga hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan mutu yang baik yaitu perencanaan mutu (Quality Planning), pengendalian mutu (Quality Control), dan penjaminan mutu (Quality Assurance).

Ketiga proses ini dilakukan dalam suatu manajemen proyek agar proyek tersebut menghasilkan mutu yang baik.

Gambar 2.4. Tahapan Manajemen Mutu Sumber : Budi Santosa, 2009

2.3.2.1. Perencanaan Mutu (Quality Planning)

Perencanaan mutu merupakan proses identifikasi standar kualitas yang relevan, yang sesuai dengan kebutuhan pemilik dan memenuhi standar peraturan yang berlaku untuk setiap bagian pekerjaan, penetapan

PERENCANAAN MUTU QUALITY PLANNING (Tahap Perencanaan)

PENJAMINAN MUTU QUALITY ASSURANCE

(Tahap Pelaksanaan)

PENGENDALIAN MUTU QUALITY CONTROL (Tahap Pengendalan)

(35)

II - 11

standar spesifikasi yang diberlakukan dalam proyek dan perencanaan strategi pencapaian standar yang direncanakan.

Perencanaan mutu biasanya berkaitan dengan pemilik (owner), yaitu proses produksi, desain produk atau pelayanan. Perencanaan mutu biasanya dilakukan pada tahap awal sebelum tahap pelaksanaan. Untuk proyek konstruksi, merencanakan mutu ini sangat perlu sebagai acuan untuk melakukan proses selanjutnya seperti penjaminan mutu dan pengendalian mutu. Secara garis besar perencanaan mutu bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan standar mutu yang relevan bagi proyek dan merumuskan strategi pencapaiannya untuk memastikan proyek dan pekerjaan yang dihasilkan dapat memenuhi standar mutu yang dapat diterima.

Perencanaan mutu diharapkan memenuhi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi standar kualitas yang relevan dengan proyek yang sedang dikerjakan :

1. Memahami kebutuhan owner.

2. Memahami peraturan yang berlaku untuk setiap bagian pekerjaan.

3. Pengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain dan pelaksanaan konstruksi.

b. Menganalisa dan menetapkan standar kualitas yang ingin dicapai proyek :

1. Penyusunan dan penetapan spesifikasi umum dan teknis.

(36)

II - 12

2. Penetapan peraturan-peraturan yang dipakai dan harus ditaati dalam pelaksanakan pekerjaan.

c. Merencanakan strategi pencapaian kualitas :

1. Pemilihan jenis/tipe/merk material (Spesifikasi material).

2. Perencanaan metode pelaksanaan berupa urutan kerja dan strategi kerja.

3. Analisa kebutuhan material, alat dan sumberdaya manusia yang diperlukan, baik dari sisi jumlah/volume, penjadwalan waktu, jenis dan kemampuan yang dibutuhkan.

4. Antisipasi permasalahan yang mungkin timbul dan strategi penanganannya.

5. Sinkronisasi, evalusia dan validasi keselarasan antara standar kualitas (metoda, kemampuan dan volume) dengan biaya dan waktu penyelesaian pekerjaan.

2.3.2.2. Penjaminan Mutu (Quality Assurance)

Penjaminan mutu merupakan suatu proses menjalankan apa yang sudah ditetapkan dan direncanakan dalam perencanaan mutu, mengawal, mengevaluasi, dan verifikasi pelaksanaan terhadap perencanaan yang buat serta identifikasi dan antisipati terhadap masalah yang mungkin timbul selama pelaksanaan proyek. Tujuan utama kegiatan penjaminan mutu adalah mengadakan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan kepada semua pihak yang

(37)

II - 13

berkepentingan bahwa semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkatan mutu proyek telah berhasil dilaksanakan.

Penjaminan mutu diharapkan memenuhi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Menjalankan apa yang sudah ditetapkan dan direncanakan

2. Mengawal strategi pencapaian kualitas agar berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, agar memenuhi persyaratan pengujian dan evaluasinya serta memenuhi metode pelaksanaan yang baik, dengan urutan kerja yang benar dan kelengkapan material, alat dan sumber daya manusia yangg sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

3. Mengevaluasi pelaksanaan apakah sesuai dengan rencana strategi pencapaian kualitas dalam batas toleransi yang diterima.

4. Mengidentifikasi dan mencegah/mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dari kondisi lokasi kerja, material, alat dan sumber daya manusia yang ada serta melakukan evalusia dan antisipasi problem dengan mengacu pada strategi yang telah direncanakan sebelumnya.

5. Memberikan verifikasi keselarasan pelaksanaan pekerjaan daripemenuhan kualitas, biaya dan waku terhadap rencana.

(38)

II - 14 2.3.2.3. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu merupakan suatu proses pemeriksaan dan pengujian terukur mulai dari material (spesifikasi), pemasangan (sesuai gambar) dan hasil kerja (sesuai toleransi spesifikasi teknis hasil pekerjaan) dan penilaian berdasarkan standar spesifikasi teknis dan peraturan yang ditetapkan harus dipatuhi oleh proyek. Pengendalian mutu melakukan tindakan-tindakan berupa testing, pengukuran, dan pemeriksaan untuk memantau apakah kegiatan konstruksi telah dilakukan sesuai dengan rencana. Pengendalian mutu dilaksanakan pada tahap pelaksanaan proyek, khususnya pada tahap pelaksanaan dan pengendalian, agar mengetahui bahwa tahap-tahap pelaksanaan proyek sudah dilakukan sesuai dengan syarat dan rencana pada perencanaan mutu. Jika tidak dilakukan sesuai dengan syarat , maka dilakukan penindaklanjutan.

Pengendalian mutu diharapkan memenuhi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Melaksanakan inspeksi (material, alat, pekerjaan)

2. Memeriksa dokumen sertifikasi (material, alat, tenaga kerja)

3. Menyaksikan pelaksanaan dan menganalisa hasil pengujian (material dan pekerjaan)

(39)

II - 15 2.3.3. Kinerja Mutu Pelasanaan Proyek 2.3.3.1. Konsep Mutu

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasi ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolal ukur dan cara pengendaliannya.

BS 5750 (1987), mendefinisikan kualitas sebagai totalitas fitur dan karakteristik dari suatu produk atau jasa yang memikul pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.

Abdul Rahman (2004), menyatakan perusahaan konstruksi perlu mempertimbangkan kualitas dalam proses tender, tinjauan kontrak, perencanaan proyek, kontrol proyek, seleksi sub-kontraktor dan pemasok, kepemimpinan dan pemanfaatan, alokasi sumberdaya dan aspek manajemen lainnya.

Dalam indsutri konstruksi pada penekanannya adalah pada kemampuan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Persyaratan adalah karakteristik tetap pada sebuah produk, proses atau jasa sebagaimana yang telah ditentukandalam perjanjian kontrak, dan karakteristik adalah setiap spesifikasi atau property yag mendefinisikan sifat produk tersebut, proses atau jasa.

(40)

II - 16

Menurut Abdul Rahman (2004), kualitas dalam konstruksi berhubungan dengan :

1. Sesuai dengan spesifikasi yang diisyaratkan dengan kontrak, 2. Penyelesaian waktu proyek,

3. Memenuhi kebutuhan pemilik sesuai dengan anggaran, 4. Menghindari sengketa,

5. Memastikan melakukan tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk membuktikan apakah kualitas/mutu suatu produk baik atau tidak, dapat diukur dari tingkat kepuasan konsumen (Kotler, 2000).

Kepuasan konsumen terhadap suatu jasa adalah perbandingan antara persepsinya terhadap jasa yang diterima dengan harapannya sebelum menggunakan jasa tersebut. Apabila harapannya terlampaui berarti jasa tersebut telah memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang sangat tinggi (very safisty). Sebaliknya apabila harapanya itu tidak tercapai, maka diartikan kualitas jasa tersebut tidak memenuhi apa yang diinginkannya atau perusahaan tersebut gagal melayani konsumennya. Apabila harapnnya sama dengan apa yang dia peroleh, berarti konsumen tersebut puas (Fitsimmonz, 2001).

2.3.3.2. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Mutu Proyek Menurut Ahadzie dkk (2006), keberhasilan pelaksanaan proyek pada masing-masing tahap adalah penting untuk keberhasilan keseluruhan proyek. Banyak hal yang mempengaruhi kinerja proyek, ada tiga hal sasaran utama kinerja yaitu kinerja waktu, biaya & mutu.

(41)

II - 17

Menurut Perry Hayes (1985) dan Asmaranta (2014), Faktor risiko yang mempengaruhi kinerja mutu pada proyek di bedakan menjadi 7 variabel yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Material, terdiri dari : a. Kekurangan bahan konstruksi,

b. Kualitas bahan yang tidak memenuhi spesifikasi, c. Ketidakpastian harga bahan konstruksi,

d. Perubahan material pada bentuk, fungsi dan spesifikasi, e. Keterlambatan pengiriman bahan,

f. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan, g. Kelangkaan bahan, dan

h. Ketidaktepatan waktu pemesanan bahan.

2. Faktor Peralatan (equipment), terdiri dari : a. Jenis peralatan yang digunakan tidak tepat, b. Jumlah peralatan yang tidak memadai,

c. Alat yang digunakan tidak sesuai spesifikasi, dan d. Menggunakan alat lama yang efesiensinya rendah 3. Faktor Sumber Daya Manusia (man power) terdiri dari :

a. Jumlah pelaksana proyek kurang, b. Kemampuan pelaksana proyek kurang, c. Tingkat keahlian tenaga kerja kurang, d. Jumlah tenaga kerja kurang,

e. Kualitas tim engineering proyek kurang baik,

(42)

II - 18 f. Jumlah tim engineering proyek kurang,

g. Kompetensi personil tidak sesuai dengan tugasnya, h. Pembagian tugas dan wewenang tidak jelas,

i. Distribusi tenaga kerja yang tidak merata, dan j. Terlalu banyak lembur

4. Faktor Metode (method) yaitu pengaruh kesalahan memilih metode pelaksanaan dikaitkan dengan pelaksanaan desain yang ada dan kesiapan tenaga kerja terhadap metode baru.

5. Faktor keuangan (Financial), terdiri dari : a. Estimsi harga yang kurang akurat,

b. Tidak memperhitungkan pegarh eskalasi dan inflasi, c. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga, dan d. Kurangnya kemampuan dalam penanganan keuangan.

6. Faktor lingkungan dan masyarakat (environment), terdiri dari : a. Pengaruh cuaca pada aktifitas konstruksi,

b. Kondisi lapangan yang sulit, c. Masalah pembebasan lahan,

d. Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembagunan proyek, e. Tidak adanya komunikasi antara kontraktor dengan masyarakat,

dan

f. Kerusakan oleh pihak ketiga.

7. Faktor Manajerial (management) terdiri dari : a. Distribusi data/informasi yang kurang baik,

(43)

II - 19 b. Komunikasi antar pihak kurang baik, c. Alur koordinasi antar pihak tidak jelas, d. Penjadwalan proyek tidak sempurna, dan

e. Kurangnya komitmen dalam hal quality assurance dan quality control.

f. Tidak dilakukan evaluasi spesifikasi pekerjaan sebelum pelaksanaan,

g. Tidak adanya prosedur operasi setiap pekerjaan, h. Kesalahan dalam pemahaman dokumen kontrak, i. Manajemen K3 yang buruk, dan

j. Prosedur manajemen mutu yang tidak sesuai.

2.4. Manajemen Risiko

2.4.1. Pengertian Manajemen Risiko

Risiko adalah kejadian yang tidak pasti, jika terjadi mempunyai dampak positif dan negatif terhadap tujuan dan sasaran proyek. Risiko juga didefinisikan sebagai ukuran dari peluang.

(Imam Soeharto, 1995) mendefinisikan risiko berupa kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Risiko merupakan kegiatan-kegiatan atau faktor-faktor yang apabila terjadi akan meningkatkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek sesuai dengan biaya, waktu dan mutu.

Menurut Soemarmo (2007), pengertian risiko dalam konteks proyek dapat didefinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap konsekuensi

(44)

II - 20

yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalisir dampaknya. Dalam manajemen proyek, yang dimaksud dengan manajemen risiko proyek adalah seni dan ilmu untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon risiko selama umur proyek dan tetap menjamin tercapainya tujuan proyek.

Risiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa merupakan hal yang positif maupun negatif (Shortreed, et al 2003).

Namun risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut merupakan bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan mendukung pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, risiko dapat dikatakan sebagai suatu kesempatan, dalam terminologi kuantitatif, dari suatu kejadian bahaya yang didefinisikan.

Terminologi kuantitatif didapat dari pengukuran probabilitas terjadinya suatu kejadian dan dikombinasikan dengan pengukuran konsekuensi dari suatu kejadian, atau secara matematis dapat di tuliskan sebagai berikut (Kerzner, 2004) :

(45)

II - 21

Risk exposure = risk likehood x risk impack

Probabilitas terjadinya risiko sering disebut dengan risk likelihood sedangkan dampak yang akan terjadi jika risiko tersebut terjadi dikenal dengan risk impact dan tingkat kepentingan risiko disebut dengan risk value atau risk exposure.

Sonhadji (2011) mengemukakan bahwa risiko terdiri dari tiga unsur yang saling berkaitan. Unsur pertama yaitu kejadian, yang memiliki kemungkinan (probabilitas) dan akibat (dampak).

Gambar 2.5. Unsur Risiko Sumber : Sonhadji (2011)

Menurut (IRM,2002) jenis-jenis risiko antara lain : 1. Risiko Operasional

Kejadian risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi mencakup risiko yang berhubungan dengan sistem organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya manusia.

2. Risiko Finansial

Risiko yang berdampak pada kinerja keuangan organisasi seperti kejadian risiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga termasuk risiko pemberian kredit, likuiditas dan pasar.

Kejadian

Probabilitas Dampak

(46)

II - 22 3. Hazard Risk

Risiko yang berhubungan dengan kecelakaan fisik seperti kejadian atau kerusakan yang menimpa harta perusahaan dan adanya ancaman perusahaan.

4. Strategic Risk

Risiko yang berhubungan dengan strategi perusahaan, politik, ekonomi, peraturan dan perundangan. Risiko yag berkaitan dengan reputasi organisasi kepemimpinan dan termasuk perubahan keinginan pelanggan.

Risiko proyek (project risk) adalah suatu peristiwa (event) atau kondisi yang tidak pasti (uncertaint), jika terjadi mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada tujuan proyek. Suatu risiko mempunyai penyebab, dan jika terjadi, membawa konsekuensi atau impak. Ada 2 komponen utama dalam risiko yaitu kemungkinan terjadinya peristiwa dan dampak dari peristiwa tersebut jika terjadi.

Manajemen risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh manajemen risiko menyentuh hampir setiap aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru.

Secara umum manajemen risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan

(47)

II - 23

strategi untuk mengelola risiko tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko akan melibatkan proses-proses, metode dan teknik yang membantu manajer proyek maksimumkan probabilitas dan konsekunesi event yang berlawanan.

Manajemen risiko proyek merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang terkait dengan proyek dan menanggapi risiko tersebut. Ini mencakup kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memaksimalkan konsekuensi yang terkait dengan peristiwa positif dan meminimalkan dampak dari kejadian negatif.

Manajemen risiko yang baik mampu akan mampu memperbaiki keberhasilan proyek secara signifikan. Manajemen risiko bisa membawa pengaruh positif dalam hal memilih proyek, menentukan lingkup proyek, membuat jadwal yang realistis dan estimasi biaya yang baik.

Ada tiga kunci yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko agar bisa efektif (Budi Santosa,2004), yaitu sebagai berikut :

1. Identifikasi, analisis dan penilaian risiko pada awal proyek secara sistematis dan mengembangkan rencana untuk menanganinya.

2. Mengalokasikan tanggungjawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko.

3. Memastikan bahwa biaya penanganan risiko cukup kecil dibanding dengan nilai proyeknya.

Manajemen risiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko yaitu perencanaan (planning), penilaian

(48)

II - 24

(assessment), penanganan (handling) dan pemantauan (monitoring) risiko (Kerzter, 2001). Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman, 1992).

Manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko dan ketidakpastian, menentukan pengaruhnya, dan menentukan responnya dengan tepat. Tujuan dari manajemen resiko tidak hanya untuk mengurangi risiko. Manajemen risiko dapat digunakan oleh seorang pengambil keputusan dalam memperkirakan risiko dan keuntungan yang dapat mengubah risiko menjadi pendapatan yang besar. Sasaran dari manajemen risiko adalah untuk menambah kemungkinan dan dampak positif, dan mengurangi kemungkinan dampak negative pada proyek.

2.4.2. Elemen Manajemen Risiko

Menurut Wideman, 1992 elemen-elemen utama dari proses manajemen risiko adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan konteks

Menetapkan konteks manajemen strategis. organisasional dan manajemen risiko. Kriteria terhadap risiko akan dievaluasi harus ditetapkan dan struktur analisis tersebut harus didefinisikan.

2. Mengidentifikasi risiko

Mengidentifikasi apa, mengapa, dan bagaimana hal-hal bisa timbul sebagai dasar melakukan analisis lebih lanjut.

(49)

II - 25 3. Menganalisa risiko

Menentukan pengendalian-pengendalian yang telah ada, dan menganilisis risiko dalam pengertian konsekuensi dan kemungkinan dalam konteks pengendalian tersebut. Analisis tersebut harus mempertimbangkan rentang potensi konsekuensi dan seberapa besar kemungkinan terjadinya konsekuensi tersebut. Konsekuensi dan kemungkinan bisa dikombinasikan untuk menghasilkan suatu estimasi level risiko.

4. Mengevaluasi risiko

Membandingkan estimasi level risiko terhadap kriteria yang telah ditetapkan lebih dulu. Ini memampukan untuk menetapkan peringkat risiko-risiko untuk mengidentifikasikan prioritas manajemen. Jika level risiko yang ditetapkan lebih rendah, maka risiko bisa masuk dalam suatu kategori yang bisa diterima dan tidak dibutuhkan adanya penanganan.

5. Menangani risiko

Menerima dan memonitor risiko-risiko prioritas rendah. Untuk risiko- risiko lain, mengembangkan dan mengimplementasikan suatu rencana manajemen spesifik yang meliputi pertimbangan pendanaan.

6. Memantau dan mereview

Memantau dan mereview kinerja sistem manajemen risiko dan perubahan-perubahan yang mungkin bisa mempengaruhinya.

7. Mengkomunikasikan dan berkonsultasi

(50)

II - 26

Mengkomunikasikan dan berkonsultasi dengan pihak berkepentingan (stakeholder) intern dan extern yang sesuai, pada tiap tahap proses manajemen risiko dan mengenai proses tersebut secara menyeluruh.

Manajemen risiko bisa diterapkan pada banyak level suatu organisasi.

Manajemen risiko bisa diterapkan pada level strategis dan pada level operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada proyek- proyek khusus, untuk membantu mendapatkan keputusan-keputusan khusus atau untuk mengelola bidang-bidang risiko khusus yang diketahui.

2.4.3. Proses Manajemen Risiko

Menurut Budi Santosa, 2009, Proses-proses dalam manajemen risiko terdiri dari :

2.4.3.1. Perencanaan manajemen risiko (Risk Management Planning)

Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktifitas manajemen risiko untuk proyek. Perencanaan yang hati-hati dan jelas akan menentukan kesuksesan lima proses manajemen risiko lainnya. Tahap ini merupakan proses untuk menentukan langkah-langkah dalam menyelesaikan risiko yang timbul dalam suatu proyek. Proses perencanaan ini penting dalam menentukan tingkat, tipe, dan visibilitas manajemen risiko apakah setara dengan risiko serta pentingnya proyek terhadap organisasi, untuk menyediakan sumber daya yang cukup, serta waktu untuk aktivitas manajemen risiko serta untuk menguatkan dasar pada persetujuan untuk mengevaluasi risiko.

(51)

II - 27

Perencanaan manajemen risiko menggambarkan bagaimana manajemen risiko disusun dandilaksanakan dalam sebuah proyek.

Perencanaan manajemen risiko mencakup hal-hal : 1. Metodologi,

2. Peran dan tanggung jawab, 3. Pembiayaan,

4. Waktu,

5. Kategori Risiko,

6. Definisi dari probabilitas Risiko,

7. Matriks Probabilitas dan Dampak Risiko, 8. Peninjauan Tolenransi para stakeholders, 9. Format laporan, dan

10. Tracking.

Keberhasilan proyek diukur melalui empat sasaran proyek, yaitu Cost, Time, Scope, dan Quality. Dampak risiko terhadap proyek dapat dikategorikan rendah, sedang, atau tinggi, tergantung bagaimana risiko tersebut mempengaruhi proyek. Pada tabel 2.5 digambarkan risiko yang dapat mempengaruhi Cost, Time, Scope, danQuality,berdampak rendah, sedang atau tinggi terhadap proyek.

2.4.3.2. Identifikasi Risiko (Risk Identification)

Langkah paling penting dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi risiko yang ada. Keseluruhan risiko harus teridentifikasi untuk dapat dianalisis dan diketahui respon risiko yang akan ditempuh, agar

(52)

II - 28

tidak berdampak negatif terhadap proyek. Para pengambil keputusan percaya bahwa keuntungan paling utama dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasinya dibanding menganalisisnya (Uher, 1996).

Menentukan risiko yang mana yang mempengaruhi proyek dan mendokumentasikan karakteristik/sifat-sifatnya. Identifikasi risiko adalah suatu proses yang sifatnya berulang sebab risiko-risiko baru kemungkinan baru diketahui ketika proyek sedang berlangsung selama siklus proyek.

Risiko adalah event yang jika dipicu akan menyebabkan masalah. Karena itu, identifikasi risiko bisa dimulai dari identifikasi sumber masalahnya.

Identifikasi risiko adalah pondasi dimana tahapan lainnya dalam proses risk management.

Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi risiko dimulai dengan pemahaman tentang apa sebenarnya yang disebut sebagai risiko.

Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenis- jenis risiko yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh setiap proyek.

Langkah ini meliputi pendefinisian risiko mana yang mungkin mempengaruhi proyek dan mendokumentasikan karakteristik dari setiap risiko. Hasil utama dari proses ini adalah risk register. Indetifikasi bisa dilakukan dengan melihat asal dan problemnya, yaitu sebagai berikut : 1. Analisis sumber

Sumber bisa berasal dari internal atau eksternal dari sistem yang menjadi target dari manajemen risiko. Contoh dari sumber risiko antara

(53)

II - 29

lain stakeholders dari suatu proyek, pegawai dari suatu perusahaan.

Risiko berdasarkan sumbernya bisa dikategorikan sebagai berikut : a. Internal risk (di bawah kontrol manajer proyek) non-technical risks

(manusia, material, finansial), keterlambatan jadwal, risiko teknis, desain, konstruksi, operasi.

b. Risiko eksternal ( di luar kontrol manajer proyek ) perubahan peraturan dan bencana alam.

2. Analisis problem

Risiko berhubungan dengan kekhawatiran, sebagai contoh kekhawatiran kehilangan uang, khawatir melanggar informasi yang bersifat privat.

Teknik mengidentifikasi risiko yaitu sebagai berikut : 1. Brainstorming

Pendekatan yang diapaki untuk identifikasi risiko adalah brainstorming. Brainstorming sangat bermanfaat sebagai identifikasi awal risiko. Prosesnya bersifat interaktif, bergantung pada keaktifan peserta dan fasilitatornya. Biasanya melibatkan personel kunci dari proyek dan para spesialis yang mempunyai tambahan keahlian pada proses ini. Tujuannya adalah mendaftar semua kemungkinan risiko yang ada.

2. Interviewing

Melakukan intervie dengan para stakeholder dari proyek.

3. Delphi Technique

(54)

II - 30

Mendengar masukan dari para pakar yang relevan dengan proyek.

4. Checklist

Usaha-usaha untuk menyederhanakan identifikasi risiko- risiko meminimalkan permintaan dari mereka yang melaksanakan tugas ini sering mengarah pada penggunaan checklist risk standar dari proyek sebelumnya atau yang diketahui akan timbul dalam suatu konteks khusus.

2.4.3.3. Analisis Risiko Kualitatif (Qualitative Risk Analysis)

Analisis risiko dalam manajemen risiko adalah proses menilai (assesment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi.

Proses ini dilakukan dengan menyususn risiko berdasarkan efeknya terhadap terhadap tujuan proyek. Analisis ini merupakan salah satu cara menentukan bagaimana pentingnya memperhatikan risiko-risiko tertentu dan bagaimana respon yang akan diberikan. Analisis kualitatif memerlukan teknik tertentu untuk bisa mengevaluasi risiko berdasarkan kemungkinan dan impaknya. Hal-hal yang perlu dijadikan masukan dalam analisis ini antara lain :

1. Data proyek terdahulu.

Dari data proyek terdahulu didapat resiko yang ada pada proyek tersebut.

Data ini dapat dijadikan database untuk pembelajaran pada proses analisis kualitatif.

2. Lingkup pekerjaan

(55)

II - 31

Lingkup pekerjaan dapat membantu mengetahui apa saja yang akan dilakukan untuk menyelesaikan proyek tersebut sehingga risiko yang akan dihadapi menjadi jelas.

3. Rencana manajemen risiko

Di dalam manajemen risiko terdapat peraturan serta tanggung jawab masing-masing personel yang terlibat dalam proyek.

PMBOK (2004) menyebutkan bahwa dalam sistem analisis ini terdapat metode-metode yang sering digunakan antara lain Risk Probabillity and Impact assessment. Perkiraan kemungkinan risiko menyelidiki tentang kemungkinan terjadinya beberapa risiko yang spesifik, sedangkan perkiraan dampak risiko menyelidiki tentang efek yang potensial terjadi dalam sebuah proyek yang dapat mempengaruhi tujuan akhir proyek seperti waktu, mutu, harga, lingkup pekerjaan dimana termasuk didalamnya adalah dampak negatif sekaligus dampak positif. Skala dampak ini nantinya dapat merefleksikan tingkat pengaruh dampak terhadap proyek baik itu pengaruh positif atau negatif.

Tabel 2.1. Nilai impak dari risiko Impak suatu risiko pada tujuan proyek

Tujuan proyek

Sangat

rendah 0.05 Rendah 0.1 Menengah 0.2

Tinggi 0.4

Sangat tinggi 0.8 Biaya

Peningkatan biaya tidak signifikan

Peningkatan biaya 5 %

Peningkatan biaya 5-10%

Peningk atan biaya 10-20%

Peningkat anbiaya

20%

Jadwal

Perubahan jadwal yang tidak

signifikan

Peningkatan jadwal 5 %

Perubahan jadwal 5- 10%

Perubah an jadwal 10-20%

Perubahan jadwal

20%

Lingkup Perubahan lingkup

Sedikit area yang

Banyak area yang

Pengura ngan

Hasil proyek

(56)

II - 32 yang tidak

terlalu kelihatan

terpengaruh terpengaruh lingkup tidak bisa diterima oleh klien

tidak berguna

Kualitas

Penurunan kualitas yang tidak terlalu kelihatan

Hanya sedikit aplikasi yang sulit yang

terpengaruh

Pengurangan kualitas memerlukan persetujuan klien

Pengura ngan kualitas tidak bisa diterima klien

Hasil proyek tidak bisa digunakan

Sumber : Budi Santosa, 2009

2.4.3.4. Analisis Risiko Kuantitatif (Quantitative Risk Analysis)

Metode analisis ini biasanya dilakukan berdasarkan prioritas risiko yang dihasilkan dari analisis kualitatif. Dalam metode ini, risiko yang ada dianalisis seberapa besar efek yang akan ditimbulkan dengan memberikan angka yang menunjukkan tingkat risiko. Analisis secara kuantitatif ini sebaiknya dilakukan lagi setelah tahapan Risk Response Planning, sebagai bagian dari tahapan Risk Monitoring and Control.

Sebelum dilakukan analisis secara kuantitatif biasanya dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode interview, distribusi probabilitas serta penilaian para ahli. Metode atau teknik yang dapat dipakai dalam tahapan ini adalah sensitivity analysis. Metode ini membantu menentukan risiko potensial yang dapat menimbulkan impact.

Analisa risiko secara kuantitatif adalah salah satu metode untuk mengindentifikasi risiko kemungkinan kerusakan atau kegagalan system dan memprediksi besarnya kerugian. Analisa dilakukan berdasarkan pada

Sambungan Tabel. 2.1.

(57)

II - 33

formula-formula matematis yang dihubungkan dengan nilai-nilai finansial.

Hasil analisa ini dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah strategis mengatasi risiko yang terisentifikasi.

Analisis kuantitatif merupakan proses menganalisis secara numerik probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek. Analisis ini biasanya mengikuti analisis kualitatif. Apakah perlu dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan bergantung pada ketersediaan biaya dan waktu, serta apakah perlu menyatakan risiko secara kualitatif dan kuantitatif dan impak-impaknya. Tahap-tahap analisa risiko kuantitatif (Budi Santosa, 2009) yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan nilai informasi dan asset baik secara tangible dan intangible.

2. Menentukan estimasi kerugian untuk setiap risiko yang teridentifikasi.

3. Melakukan analisa risiko.

4. Memperoleh risiko yang berpotensi terjadi.

5. Memilih langkah-langkah atau strategi penangan (safeguards) untuk setiap risiko.

6. Menentukan aksi untuk merespon risiko yang ada (mitigasi, menghindar, menerima).

Sebelum dilakukan analisis ini, risiko-risiko sudah harus diidentifikasi. Sekali risiko teridentifikasi, harus dapat dinilai besarnya potensi kerugian dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Kesulitan paling pokok dalam menilai risiko adalah menentukan tingkat kemungkinan,

(58)

II - 34

sebab data-data statistic tidak tersedia pada semua peristiwa-peristiwa.

Selain itu, mengevaluasi besarnya konsekuensi seringkali lebih sulit pada asset-aset yang kurang penting.

Terdapat tiga kelas klasifikasi risiko (Budi Santosa, 2009) yaitu sebagai berikut :

1. Tinggi

Risiko pada klasifikasi ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar pada organisasi/proyek dan menyangkut kemampuan organisasi untuk terus berpotensi.

2. Sedang

Risiko pada klasifikasi ini biasanya sering terjadi dengan kerugian yang masih dalam toleransi yang ditetapkan. Namun risiko pada klasifikasi ini akan sangat mengganggu kinerja organisasi/proyek bila dilihat dari besar kerugian dan frekwensi kejadiannya.

3. Rendah

Risiko pada kalasifikasi ini dinilai tidak mengganggu kinerja perusahaan dan nilai kerugiannya berada dibawah ambang batas yang ditentukan.

Frekwensinya kejadian risiko pada klasifikasi ini sangat jarang terjadi.

2.4.3.5. Perencanaan respon risiko (Risk Response Planning)

Risk Response Planning adalah proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Secara kuantitatif upaya untuk meminimalisasi risiko ini dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada turunnya (angka)

Referensi

Dokumen terkait

Kualitatif yang menggunakan observasi lapangan, menurut Frederick Erickson ( dalam Redja Mudyahardjo 1998: 80). Bertujuan : 1) lebih terarah kepada mengetahui

Dukungan keluarga selama perawatan 4360 7100 7130 7140 7150 5370 Kemampuan merawat : Modifikasi perilaku Peningkatan integritas keluarga Mempertahankan proses keluarga Dukungan

Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video, data kualitatif dalam penelitian ini adalah seperti masalah inflasi,

LDL -kolesterol plasma secara signifikan sedangkan terhadap kadar HDL -kolesterol plasma mengalami kenaikan secara signifikan. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti

Siswa memeriksa jawaban yang telah selesai ia kerjakan sehingga terhindar dari suatu kesalahan, selain itu juga siswa perempuan juga mampu mengungkapkan alasan ia

BMT Darussalam banyak sekali memiliki produk yang ditawarkan seperti tabungan pendidikan, tabungan haji, tabungan pernikahan, tabungan qurban, tabungan aqiqah,

PPAT dalam pembuatan Akta Jual Beli ada kekurangan persetujuan atau tanda tangan dari salah satu pihak penjual atau ahli waris penjual maka akta tersebut batal

kelompok proses yang lain dan terjadi pada semua tahapan dalam siklus hidup proyek • Output utama : Laporan status and.