PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI PEMBUATAN POLA ROK PIAS MELALUI METODE PEMBELAJARAN STAD BERBANTUAN
MACROMEDIA FLASH DI SMK KARYA RINI YHI KOWANI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Setiana Dwi Kurniasari NIM 11513244003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA
FAKULTAS TEKNIK
“Sungguh, Allah tidak akan mengubah (nasib) suatu kaum jika mereka tidak mengubah keadaannya sendiri...” (Qs. Ar Ra’d : 11)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah
dengan sesungguh-sungguh (urusan yang lain) dan kepada Tuhanmu lah kamu berharap” (Al-Insyiroh : 5-8)
Kesulitanmu itu sementara, seperti semua yang sebelumnya pernah terjadi, jagalah hatimu dekat dengan Tuhan
Ini hidupku. Aku penentu kebesaran hidupku. It is my decision and my action, or nothing at all
(mario teguh)
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud terima kasihku kepada :
1. Kedua orang tuaku, Bapak Sakino dan Ibu Juminten tersayang yang telah memberikan segalanya dari saya kecil hingga sekarang. terima kasih doa yang tiada henti, perhatian, semangat dan pengorbanannya selama ini. Semoga selalu dilimpahkan kesehatan dan rezeki oleh Allah SWT.
2. Masku terhebat Eko Rianto, ST dan Mbak iparku tersayang Novi Asrianti, ST yang selalu memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa, terima kasih atas doa, perhatian dan kebahagiaan buatku dan juga keluarga.
3. Mas Eko Setyawan, atas bantuan, semangat, dukungan, motivasi dan perhatiannya yang selalu membuat hariku berwarna
4. Sahabatku Riza Uswatun khasanah, Mbak Anisa Thul Kasanah dan Uswatun Khasanah yang selalu ada disaat suka dukaku dan selalu membantuku disaat susah
5. Teman-teman semuanya, Pendidikan Teknik Busana S1 NR 2011 terima kasih untuk kebersamaannya dan kerjasamanya selama ini, sukses selalu buat kita semua.
YOGYAKARTA
Oleh :
Setiana Dwi Kurniasari 11513244003
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran pembuatan pola rok pias melalui metode STAD berbantuan
Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta, (2) besarnya peningkatan kompetensi pembelajaran pembuatan pola rok pias dengan
menerapkan metode pembelajaran STAD berbantuan Macromedia Flash di
SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan desain penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMK Karya Rini berjumlah 37 siswa. Ukuran sampel penelitian
sebanyak 37 siswa ditentukan dengan teknik sampling jenuh. Metode
pengumpulan data dengan melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran, memberikan tes dan tes unjuk kerja. Uji validitas instrumen penelitian dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgements). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskripsif.
Hasil penelitian ini adalah: (1) pelaksanaan pembelajaran membuat
pola rok pias menggunakan metode pembelajaran STAD berbantuan
Macromedia Flash pada kelas X di SMK Karya Rini adalah sebagai berikut: pada kegiatan pendahuluan guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, pada kegiatan inti guru mendemostrasikan pembuatan pola rok pias
berbantuan media Macromedia Flash, guru membimbing siswa dalam
membuat pola, guru mengecek pemahaman siswa tentang materi pembuatan pola rok pias dan mengumpanbalikan pada kegiatan presentasi kelompok dan memberikan latihan lanjutan pembuatan pola rok pias, (2) terjadi peningkatan kompetensi siswa, pada pra siklus rata-rata nilai 67,05, pada siklus I meningkat menjadi 77,10, peningkatan pada pra siklus ke siklus I meningkat sebesar 12,93%, dan pada siklus II, rata-rata nilai 77,10 meningkat menjadi 83,43, peningkatan pada siklus I ke siklus II sebesar 7,36%. Hal ini
menunjukan bahwa dengan adanya penerapan pembelajaran STAD
berbantuan Macromedia Flash dapat meningkatkan kompetensi siswa.
Kata Kunci: pembuatan pola rok pias, metode pembelajaran STAD,
FLASH AT SMK KARYA RINI YHI KOWANI,
This study aimed to investigate: (1) the implementation of the learning of godet skirt pattern making through the STAD learning method assisted by Macromedia Flash at SMK Karya Rini YHI Kowani, Yogyakarta; and (2) the extent of the improvement of the competency in the learning of godet skirt pattern making through the STAD learning method assisted by Macromedia Flash at SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta.
This was a classroom action research study using the research design by Kemmis and McTaggart. The research population comprised Grade X students of SMK Karya Rini with a total of 37 students. The sample, consisting of 37 students, was selected by means of the saturated sampling technique. The data were collected through observations on the learning implementation, tests, and performance tests. The instrument validity was assessed by expert judgment. The data analysis technique in the study was the descriptive analysis technique.
The results of the study were as follows. (1) The learning implementation of godet skirt pattern making through the STAD learning method assisted by Macromedia Flash at SMK Karya Rini was as follows. In the opening activities, the teacher presented the objectives and prepared the students; in the main activities, the teacher demonstrated godet skirt pattern making assisted by Macromedia Flash, assisted the students in pattern making, checked the students’ understanding of the materials of godet skirt pattern making and gave feedback in the group presentation activity, and gave further exercises on godet skirt pattern making. (2) There was an improvement in the students’ competency. In the pre-cycle, the mean score was 67.05; it improved to 77.10 in Cycle I. The
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini telah banyak mendapat pengarahan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Widjiningsih, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
arahan, bimbingan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Sri Widarwati, M.Pd selaku validator instrumen TAS yang memberikan
saran dan masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai
dengan tujuan.
3. Bapak Afif Ghurub Bestari, M.Pd selaku penguji dan validator media
pembelajaran yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga
penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
4. Ibu Sugiyem, M.Pd selaku sekertaris ujian TAS yang memberikan koreksi
perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.
5. Ibu Dr. Mutiara Nugraheni, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan
Busana Universitas Negeri Yogyakarta dan Ibu Dr. Widihastuti selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Teknik Busana beserta dosen dan staf yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal
sampai dengan selesainya TAS ini.
6. Bapak Dr. Widarto selaku dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
Karyarini yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan observasi.
9. Teman-teman mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Busana atas pemberian
motivasi dan kerjasamanya.
10. Siswa-siswi kelas X Busana SMK Karya Rini tahun ajaran 2015/2016 yang
telah bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan proses pengambilan data
skripsi.
11. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan
Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak
lain yang membutuhkan.
Yogyakarta,Maret 2017
Penulis
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
ABSTRAK... vii
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Batasan Masalah... 5
D. Rumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 6
F. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8
A. Kajian Teori... 8
1. Kompetensi Pola Dasar Busana... 8
a. Kompetensi... 8
a. Pengertian hasil belajar... 20
4. Metode Pembelajaran Kooperatif... 22
a. Pengertian Metode pembelajaran kooperatif... 22
b. Ciri-ciri Metode pembelajaran kooperatif... 23
c. Tipe-tipe Metode pembelajaran kooperatif... 24
d. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD... 27
5. Media Pembelajaran... 28
a. Pengertian Media Pembelajaran... 28
b. Manfaat Media Pembelajaran... 29
c. Macam-Macam Media Pembelajaran... 30
6. Macromedia Flash... 32
a. Pengertian Macromedia Flash... 32
b. Kelebihan Macromedia Flash... 32
BAB III METODE PENELITIAN... 41
A. Jenis Dan Desain Penelitian... 41
1. Jenis Penelitian... 41
2. Desain Penelitian... 41
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 42
1. Lokasi Penelitian... 42
2. Waktu Penelitian... 42
C. Subyek Penelitian... 42
D. Jenis Tindakan... 43
E. Teknik Dan Instrumen Penelitian... 47
1. Teknik Pengumpulan Data... 47
2. Instrumen Penelitian... 48
3. Validitas dan relibilitas Penelitian... 53
a. Uji Validitas Instrumen... 53
b. Reliabilitas Instrumen... 55
F. Teknik Analisis Data... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 64
A. Prosedur penelitian... B. Hasil penelitian... 64 66 C. Pembahasan... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 92
A. Simpulan... 92
B. Implikasi... 93
C. Keterbatasan penelitian... 93
D. Saran... 94
DAFTAR PUSTAKA... 95
Tabel 1 Kompetensi Kejuruan Bidang Keahlian Busana Butik... 14
Tabel 2 Sintaks Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 28
Tabel 3 Kisi-Kisi Penilaian Unjuk Kerja Pembuatan Pola Rok Pias... 49
Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Soal Tes Kognitif... 50
Tabel 5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Proses Pembelajaran... 51
Tabel 6 Item Penilaian Kelayakan Media Berbasis Macromedia Flash Pembuatan Pola Rok Pias... 57
Tabel 7 Item Penilaian Instrumen Observasi Pelaksanaa Pembelajaran... 58
Tabel 8 Item Penilaian Instrumen Tes Essay... 59
Tabel 9 Item Penilaian Instrumen Unjuk Kerja... 59
Tabel 10 Interprestasi Penilaian Kompetensi Membuat Pola Rok Pias.... 62
Tabel 11 Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran... 63
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias (Pra Siklus)... 79
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor dan Afektif Siswa Pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias (Pra Siklus)... 79
Tabel 14 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias (Pra Siklus)... 79
Tabel 15 Data Kompetensi Membuat Pola pada Pra siklus Berdasarkan KKM... 80
Tabel 16 Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias Siklus 1... 81
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor dan Afektif Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias Siklus 1... 81
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias Siklus 1... 82
Tabel 19 Rekap Kompetensi Membuat Pola Rok Pias pada Siklus 1 Berdasarkan KKM... 82
Tabel 20 Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias Siklus 2... 83
Tabel 21 Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor dan Afektif Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias Siklus 2... 84
Tabel 22 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Pola Rok Pias Siklus 2... 84
Gambar 1 Pola Dasar Rok Skala 1:8... 17
Gambar 2 Rok Pias 4... 19
Gambar 3 Rok Pias 6... 19
Gambar 4 Rok Pias 8... 19
Gambar 5 Bagan Kerangka Berfikir... 39
Gambar 6 Metode PTK Menurut Kemmis & MC.Taggart... 42
Gambar 7 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas... 43
Gambar 8 Diagram Batang Nilai Kompetensi Siswa Hasil Pra Siklus... 80
Gambar 9 Diagram Batang Nilai Kompetensi Siswa Hasi Siklus 1... 83
Gambar 10 Diagram Batang Nilai Kompetensi Siswa Hasi Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2... 85
Lampiran 1 Silabus, RPP, Jobsheet, dan Macromedia Flash (Story Board)
Lampiran 2 Lembar Penilaian Unjuk Kerja, Kriteria Penilaian Unjuk Kerja,
Soal Tes, Kunci Jawaban Tes, Pedoman Penilaian Tes dan
Lembar Observasi
Lampiran 3 Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Lampiran 4 Hasil Penelitian
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
A.Latar Belakang
Dunia pendidikan saat ini mengalami perubahan yang cukup pesat.
Perubahan ini meliputi semua komponen pendidikan seperti segi sarana
pra-sarana, metode pembelajaran, kurikulum dan lain sebagainnya. Faktor
pendo-rong terjadinya perubahan adalah kemajukan teknologi dan sistem globalisasi
yang menyebabkan persaingan bebas, sehingga diperlukan peningkatan
sumber daya manusia yang handal yang mampu dan siap bersaing di dunia
Internasional. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyiapkan
sumber daya manusia yang handal yaitu melalui pendidikan baik itu
pendidi-kan formal maupun informal serta dengan meningkatpendidi-kan kualitas pendidipendidi-kan
dan pengadaaan sarana prasarana penunjang tercapainya pendidikan yang
lebih baik.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk
sa-tuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain
yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara
SMP/MTs. Siswa SMK dituntut mampu menumbuhkan kepribadian diri yang
berbudi luhur, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan. Selain pengetahuan
yang baik, siswa SMK juga diharapkan memiliki keterampilan yang sesuai
dengan jurusan yang telah ditempuh dan nantinya setelah lulus SMK siap
tang sistem pendidikan nasional, pasal 37 ayat 1 menyebutkan bahwa:
kuri-kulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,
keterampilan/kejuruan, muatan lokal. Berdasarkan UU No.20 tahun 2003
ter-sebut selain menyelenggarakan bidang umum, SMK juga dituntut
menyeleng-garakan pembelajaran praktik sesuai dengan jurusan yang telah ditentukan.
Pendidikan kejuruan juga diharapkan dapat melaksanakan proses
pem-belajaran sesuai peraturan pemerintah. Untuk mencapai pempem-belajaran
ter-sebut, maka penyelenggaraan pendidikan khususnya sekolah dapat
menyiap-kan lembaganya agar siswa siap untuk belajar, dan juga seorang guru
mem-persiapkan dirinya untuk menyampaikan materi kepada siswa. Kesiapan kedua
belah pihak ini (guru dan siswa) merupakan awal dari sebuah keberhasilan
dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu sekolah menengah kejuruan yang ada di Yogyakarta adalah
SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta memiliki 2 jurusan, Tata Busana dan
Akomodasi Perhotelan. Jurusan Tata Busana adalah salah satu jurusan yang
banyak diminati karena keterampilan tentang busana banyak dibutuhkan di
masyarakat. Busana adalah salah satu kebutuhan pokok manusia.
Pelaksa-naan pembelajaran di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta masih kurang
efektif bila ditinjau dari kesiapan siswa serta sikap siswa saat menerima
guru melakukan demonstrasi di depan kelas, setelah itu siswa diminta untuk
membuat sendiri pola konstruksi di buku pola sesuai langkah yang dijelaskan
oleh guru. Dengan langkah tersebut siswa masih merasa bingung dan
kesu-litan dalam pengerjaan membuat pola, siswa juga cenderung bosan, kurang
termotivasi, kurang aktif dan kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas,
pekerjaan rumah banyak yang tidak mengerjakan dengan bermacam alasan,
ada juga yang mengerjakannya asal jadi saja.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal siswa, lingkungan siswa
tumbuh dan bergaul, lingkungan pembelajaran. Metode pembelajaran yang
diterapkan cenderung monoton, media pembelajaran yang digunakan tidak
bervariasi hanya berupa jobsheet dan sarana prasarana di dalam kelas ter-dapat LCD proyektor namun jarang digunakan. Nilai hasil belajar siswa
sebe-lumnya juga belum semua memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)
hanya terdapat 3 siswa yang sudah memenuhi KKM sehingga perlu di lakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar kompetensi pada
mata pelajaran dasar pola.
Untuk itu, seorang guru perlu mencari metode pembelajaran yang
tepat dan efektif dalam mengoptimalkan keterampilan siswa dalam
pembela-jaran pola dasar. Metode pembelapembela-jaran harus disusun sesuai dengan minat,
kemampuan dan kebutuhan siswa agar proses pembelajaran berjalan efektif
sehingga tercapai kompetensi yang sesuai sasaran. Salah satunya dapat
berinteraksi, saling membantu satu dengan lainnya apabila mengalami
kesu-litan. Metode pembelajaran ini lebih menarik sebab siswa dapat bekerjasama
namun tetap mengerjakan di lembar kerja individu dan metode ini mudah
diterapkan di dalam kelas. Dalam sebuah kelompok setiap siswa mempunyai
tingkat kecepatan pemahaman yang berbeda-beda, bagi siswa yang memiliki
kelebihan dapat membantu siswa yang kurang mengerti. Setiap siswa akan
saling membantu, maka siswa akan mempunyai motivasi untuk belajar dan
membuat siswa cenderung aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dalam menyampaikan materi pembuatan pola rok pias juga diperlukan
media pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih tertarik dan mudah
memahami isi materi pembuatan pola rok pias. Salah satunya menggunakan
media pembelajaran audio visual Macromedia Flash karena Macromedia Flash
adalah media interaktif yang berupa gambar animasi yang materinya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan siswa dapat menyalin file tersebut untuk
nantinya dapat dipelajari sendiri di lain waktu.
Pembelajaran berkelompok ini diharapkan setiap siswa dapat
berpar-tisipasi aktif, meskipun proses pengerjaan pola rok pias dilakukan secara
ber-kelompok, namun penilaian akan dilakukan secara individu dengan demikian
setiap siswa dibimbing untuk dapat mengerjakan pola tersebut dan hasil
belajar dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), sedangkan untuk
media pembelajaran berupa presentasi menggunakan Macromedia Flash akan
Dengan adanya media pembelajaran ini diharapkan siswa yang satu dan yang
lainnya dapat menerima informasi dan hasil pembelajaran yang sama.
Dengan latar belakang tersebut peneliti akan meneliti masalah di atas
dengan mengambil judul “Peningkatan hasil belajar kompetensi Pembuatan
Pola Rok Pias Melalui Metode STAD Berbantuan Macromedia Flash Di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan
permasa-lahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran konvensional yang diterapkan membuat siswa
cenderung bosan, kurang termotivasi, kurang aktif dan kurang
bersemangat dalam mengerjakan tugas.
2. Pemanfaatan media pembelajaran LCD proyektor jarang digunakan.
3. Hasil pencapaian kompetensi siswa mata pelajaran dasar pola masih
kurang dan hanya terdapat 3 siswa dari jumlah 37 siswa yang sudah
memenuhi KKM.
4. Media pembelajaran yang digunakan hanya berupa jobsheet sehingga kurang menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
C.Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi
penelitian hanya pada upaya peningkatan hasil belajar pembuatan pola rok
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pembuatan pola rok pias melalui
metode STAD berbantuan Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta
2. Apakah terjadi peningkatan kompetensi pembuatan pola rok pias melalui
metode STAD berbantuan Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran pembuatan pola rok pias melalui
metode STAD berbantuan Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta
2. Mengetahui besarnya peningkatan kompetensi yang terjadi pada
pembela-jaran pembuatan pola rok pias dengan menerapkan metode
pembelajaran tipe STAD berbantuan Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogya-karta.
F. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
dalam pembelajaran membuat pola kaitannya dengan penerapan metode
belajar kompetensi pembuatan pola rok pias melalui metode STAD
berbantuan Macromedia Flash ini dapat berguna bagi siswa sebagai umpan balik dalam memotivasi diri untuk meningkatkan pencapaian
kompetensi khususnya dalam praktik membuat pola
2. Bagi guru
Pengetahuan tentang peningkatan kompetensi pembuatan pola
rok pias melalui metode STAD berbantuan Macromedia Flash dapat berguna bagi guru sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam
memilih dan mene-rapkan metode pembelajaran yang lebih baik dan
menarik, khususnya pada mata pelajaran dasar pola.
3. Bagi sekolah
Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha
pencapaian kompetensi sehingga mampu menghasilkan lulusan yang
memiliki kompetensi yang unggul dan siap menjadi tenaga kerja yang
profesional.
4. Bagi jurusan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan
kepada Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana untuk meningkatkan
kompetensi mahasiswa agar nantinya menjadi guru yang profesional dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.KAJIAN TEORI
Kajian teori merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi
yang dapat digunakan peneliti untuk menjelaskan hakekat dan gejala yang
akan diteliti. Landasan teori juga digunakan untuk menguraikan landasan
ber-pikir yang mendukung penyelesaian masalah dari penelitian yang dilakukan.
Oleh karena itu, dalam bab ini akan dijabarkan teori yang dapat memperkuat
penyelesaian masalah penelitian yang dilakukan.
1. KOMPETENSI POLA DASAR BUSANA a. Kompetensi
Menurut Suhaenah Suparno (2001:22), kompetensi diartikan
sebagai kemampuan yang memadahi untuk melakukan suatu tugas atau
sebagai memiliki ketrampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Menurut
E. Mulyasa (2004: 37-38), kompetensi adalah perpaduan dari
pengeta-huan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kebia-saan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus dapat
memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
meru-pakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
dimi-liki seseorang baik.
Gordon dalam E. Mulyasa (2004:77-78) menjelaskan unsur-unsur
yang terkandung dalam konsep kompotensi sebagai berikut: (1)
penge-tahuan yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, (2) pemahaman yaitu
ke-dalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu, (3) kemampuan
adalah sesuatu uang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya, (4) nilai adalah suatu standar
perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah meyatu dalam
diri seseorang, (5) sikap yaitu perasaan (senang-tidak senang,
suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari
luar, dan (6) minat adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan.
Menurut Wina Sanjaya (2008:71) klasifikasi kompetensi
men-cakup:
1) Kompetensi lulusan yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai
oleh siswa setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau
satuan pendidikan tertentu.
2) Kompetensi standar yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai
siswa menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap
jenjang pendidikan yang diikutinya.
3) Kompetensi dasar yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai
diberi-kan dalam kelas pada jenjang pendididiberi-kan tertentu. Dilihat dari tujuan
kurikulum, kompetensi dasar, termasuk pada tujuan pembelajaran.
Kompetensi yang harus dimiliki siswa selama proses
pembela-jaran adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Taksonomi
Bloom yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2013:131) mengemukakan
bahwa aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat sebagai
berikut:
1) Aspek Kognitif, Indikator aspek kognitif mencakup:
a) Pengetahuan merupakan pengingatan bahan bahan yang telah
dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang menyangkut
informasi yang bermanfaat, seperti: istilah umum, fakta-fakta
khusus, metode dan prosedur, konsep dan prinsip.
b) Pemahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian.
Pema-haman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk
lain-nya, penafsiran dan memperkirakan.
c) Penerapan adalah abilitet untuk menggunakan bahan yang telah
dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata, meliputi: aturan,
metode, konsep, prinsip, hukum, teori.
d) Analisis adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi bagian-bagian
supaya struktur organisasinya mudah dipahami, meliputi
identi-fikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian,
mengenali prinsip-prinsip organisasi.
e) Sintesis adalah kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian
tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan
struktur baru.
f) Evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bahan
untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria
eksternal.
2) Aspek afektif, menurut Taksonomi Bloom yang dikutip oleh Suharsimi
Arikunto (2013:134) indikator aspek afektif mencakup:
a) Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima atau memperhatikan pada suatu
perang-sang.
b) Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi, menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela.
c) Penghargaan (valuing), yaitu kepekatanggapan terhadap nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten dan komitmen.
d) Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai dan
mem-bangun sistem nilai, serta pengkonseptualisasikan suatu nilai.
e) Pengkarakterisasian (characterization), yaitu proses afeksi dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan
perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya
hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum
penye-suaian diri secara personal, sosial dan emosional.
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah
karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah
sewaktu-waktu. Sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik,
bukan pengetahuannya. Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban
benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya
me-ngenai minat, sikap, dan internalisasi nilai
3) Aspek Psikomotor, menurut Taksonomi Bloom yang dikutip oleh
Suharsimi Arikunto (2013:135) ranah psikomotor mencakup tujuan
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) dan bersifat manual atau motorik. Sebagaimana kedua ranah yang lain, ranah psikomotorik
juga memiliki berbagai tingkatan. Indikator aspek psikomotor
men-cakup:
a) Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat untuk membim-bing efektifitas gerak.
b) Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.
c) Respon terbimbing (guide respons), yaitu tahap awal belajar ketrampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang
diper-tunjukkan kemudian mencoba dengan tanggapan jamak dalam
menangkap suatu gerak.
d) Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang
melukis-kan proses dimana gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima
dan diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan
e) Respon nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang
rumit, aktifitas motorik berkadar tinggi.
f) Penyesuaian (adaptation), yaitu ketrampilan yang telah dikem-bangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah
gera-kan dan menyesuaigera-kan dengan tuntunan dan kondisi yang khusus
dalam suasana yang lebih problematis.
g) Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreatifitas.
SMK terbagi beberapa bidang keahlian, salah satunya adalah
bidang keahlian Busana Butik. Secara khusus tujuan program keahlian
busana butik adalah membekali peserta didik dengan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang berkompeten. Pada bidang keahlian
bu-sana butik diperlukan target pencapaian kompetensi (TPK) untuk
mem-pertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta sumber
daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Untuk mencapai hasil target pencapaian kompetensi ini program
keahlian busana butik kemudian membagi menjadi beberapa standar
kompetensi (SK) yang kemudian dikerucutkan pada kompetensi dasar
(KD). Berikut tabel 1 yang menjelaskan standar kompetensi dan
kompe-tensi dasar pada bidang keahlian busana butik berdasarkan Spektrum
Tabel 1. Kompetensi Kejuruan Bidang Keahlian Busana Butik
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1) Menggambar busana (fashion
drawing)
a) Memahami bentuk bagian-bagian busana
b) Mendiskripsikan bentuk proporsi tubuh anatomi
beberapa tipe tubuh manusia
c) Menerapkan teknik pembuatan desain busana
d) Penyelesaian pembuatan gambar busana
2) Pola Dasar (pattern making) a) Menguraikan macam-macam teknik pembuatan
pola: i) Teknik konstruksi dan ii) Teknik drapping
b) Membuat pola
3) Membuat pola busana wanita a) Mengelompokkan macam-macam busana wanita
b) Memotong bahan
c) Membuat kerah wanita
d) Menyelesaikan busana wanita (jaitan tangan)
e) Menghitung harga jual
f) melakukan pengepresan
4) Membuat busana pria a) Mengelompokan macam-macam busana pria
b) Memotong bahan
c) Membuat kerah pria
d) Menyelesaikan busana pria dengan jaitan tangan
e) Menghitung harga jual
f) Melakukan pengepresan
5) Membuat busana anak a) Mengelompokkan macam-macam busana anak
b) Memotong bahan
c) Membuat kerah anak
d) Menyelesaikan busana dengan jaitan tangan
e) Menghitung harga jual
f) Melakukan pengepresan
6) Membuat busana bayi a) Mengelompokkan busana bayi
b) Memotong bahan
c) Menyelesaikan busana dengan jaitan tangan
d) Menghitung harga jual
e) Melakukan pengepresan
7) Memilih bahan baku busana a) Mengidentifikasi jenis bahan utama dan pelapis
b) Mengidentifikasi pemeliharaan bahan tekstil
c) Menentukan bahan pelengkap
8) Membuat hiasan pada busana
Membuat hiasan pada busana
a) Mengidentifikasi hiasan bahan utama
b) Membuat hiasan pada kain atau bahan
9) Mengawasi mutu busana a) Memeriksa kualitas bahan utama
b) Memeriksa kualitas bahan pelengkap
c) Memeriksa mutu pola
d) Memeriksa mutu potong
e) Memeriksa hasil jait
b.Pola Busana
Pola busana merupakan suatu potongan kain atau kertas yang
dipakai sebagai contoh untuk membuat busana/baju ketika bahan
digunting (Porrie Muliawan, 2002:2) sedangkan pengertian pola busana
menurut Suprihatiningsih (2016:103) pola busana adalah pola yang
telah dirubah berdasarkan desain dari busana tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola
busana adalah suatu potongan-potongan kain atau kertas yang dirubah
berdasarkan desain busana yang akan dibuat.
Pola busana dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dengan drapping
dan konstruksi (Widjiningsih, 2006):
1) Drapping
Pembuatan pola secara drapping adalah cara pembuatan pola
dengan menyampirkan bahan atau kertas baik pada dressfrom
maupun langsung badan seseorang yang akan dibuat busananya
mulai tengah muka menuju sisi dengan bantuan jarum pentul. Untuk
memperoleh bentuk yang sesuai dengan bentuk badan dibuat lipatan
(kupnat). Lipit pantas biasanya terletak pada sisi atau bahu, di bawah
dada, dan juga pada bagian belakang badan, yaitu pinggang,
pang-gul dan bahu.
2) Pola konstruksi
Menurut Porrie Muliawan (2002:2) Pola konstruksi yaitu
uku-ran-ukuran yang diperhitungkan secara matematika dan digambar di
be-lakang, pola lengan, pola rok, pola krah, dan sebagainya . Pola
kons-truksi ada beberapa macam, seperti pola J.H.C Meyneke, pola dress-making, pola soen dan pola praktis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pola konstruksi agar hasilnya baik, menurut
Widjiningsih (2000) yaitu: (1) cara pengambilan ukuran harus
dilaku-kan dengan teliti dan tepat menggunadilaku-kan peterban, (2) dalam meng-gambar bentuk-bentuk lengkung seperti garis krah, garis lengan
harus luwes. Biasanya untuk memperoleh garis yang luwes di-bantu
dengan penggaris lengkung. Misalnya penggaris panggul, penggaris
kerung lengan dan kerung leher, dan (3) perhitungan dari ukuran
yang ada dilakukan dengan teliti dan cermat.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini difokuskan pada
pembuatan pola dasar rok secara konstruksi. Menurut Ida Saraswati
(2013: 76) rok adalah bagian dari pakaian yang biasa dipakai mulai dari
pinggang melewati panggul sampai ke bawah sesuai keinginan. Rok
biasa dipakai sebagai pasangan blus. Desain rok cukup bervariasi baik
dilihat dari ukuran panjang rok maupun dari siluet rok.
Sedangkan menurut Ernawati, dkk (2008: 240) rok adalah bagian
pakaian yang berada pada bagian bawah badan. Rok pada umumnya
dibuat mulai dari pinggang sampai ke bawah sesuai dengan model rok
yang diinginkan. Berdasarkan ukuran rok, rok dapat dikelompokan atas
rok mini, rok kini. rok midi, rok maxi dan longdress.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rok
bawah dengan mengambil ukuran lingkar pinggang, lingkar panggul,
tinggi panggul, panjang rok, dan panjang sisi. Pola dasar rok bisa dilihat
pada gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Pola Dasar Rok Skala 1:8
Membuat pola rok perlu adanya pola dasar rok yang kemudian
dikembangkan sesuai dengan desain rok. Untuk mengukur pencapaian
kompetensi dalam praktik membuat rok di sekolah harus
memper-hatikan aspek-aspek penilaian pembuatan rok. Menurut Sri Wening
(1996:47) aspek penilaian pembuatan pola terdiri atas:
1) Persiapan, aspek ini yang dinilai adalah kelengkapan alat dan bahan.
2) Proses, aspek ini yang dinilai adalah ketepatan ukuran pola menjadi
bagian yang sangat penting dalam pembuatan pola, apabila terjadi
kesalahan pengukuran maka akan berpengaruh besar pada busana
3) Hasil, Pada hasil pembuatan pola penilaian dilakukan pada: (1)
ketepatan dan kelengkapan tanda-tanda pola yaitu sesuai dengan
fungsi tanda pola, (2) keluwesan bentuk pada gambar pola rok yaitu
pada garis lengkung rok, (3) kebersihan serta kerapian pola, dalam
arti apabila pola dibuat dengan rapi dan bersih maka dapat mudah
terbaca atau lebih mudah memahami bagian-bagian pola dan
mem-perjelas saat memotong pola sampai merader.
2. Rok Pias
a. Pengertian Rok Pias
Menurut Porrie Muliawan (2002: 33) Rok pias adalah rok yang
terdiri dari beberapa potongan dari bagian pinggang sampai panggul.
Potongan-potongan kemudian dilebarkan sesuai panjang rok. Jumlah
potongan yang terdapat pada rok pias menentukan jenis rok tersebut.
Menurut Widjiningsih, dkk (1994) rok pias (gore skirt), yaitu rok yang terdiri dari beberapa bagian (pias), dengan jumlah pias yang ada akan
menentukan nama piasnya, seperti pias 4, pias 6, pias 8, dan
sebagainya. Rok pias pada umumnya berjumlah genap.
Dari beberapa pendapat di atas pada prinsipnya pengertian rok
pias yaitu rok yang berlembar sesuai dengan beberapa bagian (pias)
dan jumlah bagian tersebut menentukan nama pias itu sendiri.
b.Ciri Rok Pias
Ciri rok pias adalah pada bagian pinggang dan panggul pas di
c. Jenis Rok Pias
Menurut Widjiningsih (1994) jenis rok pias ada beberapa macam,
yaitu:
1) Rok pias 4, rok pias dengan 4 bagian yang dikembangkan dan
terda-pat garis potongan pada tengah muka serta tengah belakang.
Gambar 2. Rok Pias 4
2) Rok Pias 6, rok pias dengan 6 bagian yang dikembangkan dan
terda-pat 3 bagian pada muka serta 3 bagian pada bagian belakang.
Gambar 3. Rok Pias 6
3) Rok pias 8 , rok pias dengan 8 bagian yang dikembangkan dan
terda-pat 4 bagian pada bagian muka, dan 4 bagian pada bagian belakang.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar pada hatikatnya adalah perubahan tingkah laku
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Nana Sudjana,
2011: 3). Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil atas pencapaian belajar melalui perlakuan
yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang dilakukan
dalam waktu tertentu.
Menurut Nana Sudjana (2011: 23-31) ada beberapa unsur-unsur
yang terdapat dalam ketiga tipe hasil belajar yaitu:
a. Tipe hasil belajar bidang kognitif, tipe hasil belajar bidang kognitif dapat
dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:
(1)
tipe hasil belajar pengetahuan,(2) tipe hasil belajar pemahaman, (3) tipe hasil belajar aplikasi, (4) tipe
hasil belajar analisis, (5) tipe hasil belajar sintesis,
dan (6)
tipe hasilbelajar evaluasi.
b. Tipe hasil belajar bidang afektif, bidang afektif berkenaan dengan sikap
dan nilai.
c. Tipe hasil belajar psikomotor, hasil belajar psikomotor tampak pada
bentuk ketrampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu.
Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa perlu diadakan
hasil belajar ke dalam dua kelompok yaitu umum dan khusus. Tes hasil
belajar yang bersifat umum dan khusus distandarisasikan sebagai berikut:
a. Tujuan utama dari tes hasil belajar yang distandarisasikan yang bersifat
umum adalah penilaian terhadap pengaruh pengajaran/pendidikan/
kur-sus tertentu. Tes ini didasarkan tujuan pendidikan yang bersifat umum.
b. Tes semacam ini dibuat oleh orang yang mempunyai keahlian dalam
bidang konstruksi tes.
c. Sampel yang diuji harus bisa mewakili dari populasi pada
sekolah-sekolah umum yang tidak berkebutuhan khusus.
d. Petunjuk untuk administrasi dan penilaian yang distandarisasikan
ber-bentuk secara mendetail.
Menurut Chabib Thoha (1991:46) fungsi tes dibagi menjadi 4 yaitu
tes penempatan, tes formatif, tes diagnostik, dan tes sumatif sebagai
berikut:
a. Tes Penempatan
Tes yang dilakukan untuk mengukur kemampuan dasar peserta
didik, kemampuan dasar tersebut dapat digunakan untuk meramalkan
kemampuan peserta didik di masa mendatang sehingga peserta didik
dapat diarahkan atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan
kemampuan dasarnya.
b. Tes Pembinaan
Tes pembinaan disebut juga tes formatif, diselenggarakan pada
saat proses belajar mengajar secara periodik, isinya mencakup semua
c. Tes Sumatif
Tes ini disebut juga tes akhir semester atau evaluasi belajar tahap
akhir (EBTA) dengan tujuan mengukur keberhasilan belajar peserta didik
secara menyeluruh.
d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui sebab kegagalan
pe-serta didik, oleh karena itu dalam menyusun butir-butir soal
menggu-nakan item yang memiliki tingkat kesukaran rendah.
Berdasarkan dari beberapa kajian di atas hasil belajar kompetensi
pembuatan pola rok pias adalah kualitas siswa dalam pencapaian
kompe-tensi pembuatan pola rok pias pada mata pelajaran dasar pola yang dinilai
berdasarkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
4. Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Abdurrahman dan Bintoro (2000) menyatakan pembelajaran
koo-peratif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen
yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran
koo-peratif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi
tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk
menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara
sengaja diajarkan.
Robert E. Slavin (2005: 2) menjelaskan bahwa pembelajaran
koo-peratif adalah metode pembelajaran dimana siswa akan duduk bersama
Menurut Isjoni (2010:14), pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan sistem
kelompok dan memiliki strategi agar siswa mampu menguasai materi.
Menurut Ibrahim, dkk. (2000: 6) karakteristik pembelajaran
koo-peratif sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok untuk mentuntaskan materi belajar.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi,
sedang, dan rendah.
3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku dan jenis kelamin yang berbeda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
b.Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif siswa harus memiliki peran di dalam
kelompok untuk membangun sebuah kerjasama, dan guru harus mampu
mengembangkan keterampilan siswa. Menurut Isjoni (2010:27) ada
be-berapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah:
1) Setiap anggota memiliki peran.
2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
3) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya, dan
4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
perso-nal kelompok.
5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Menurut Robert Slavin (2005: 11-26), ada beberapa
macam-macam metode pembelajaran Kooperatif antara lain:
1) Student Teams-Achievement Division (STAD)
Dalam STAD, siswa dibagi dalam tim belajar secara heterogen yang terdiri dari empat sampai lima siswa dengan berbeda-beda
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.
Metode ini menuntut siswa untuk bekerjasama dalam satu tim sampai
seluruh anggota tim dapat fokus pada pemaknaan bukan
pengha-falan dalam belajar materi pelajaran. Metode ini juga memberikan
reward atau penghargaan untuk mendorong siswa bersaing mening-katkan prestasi. Kelebihan metode STAD ini dapat dipakai pada mata pelajaran teori maupun praktikum.
2) Team Game Tournament (TGT)
Para siswa ditugaskan untuk membaca subbab, buku kecil, atau
materi lain yang bersifat terperinci. Dari pembagian tim, setiap
ang-gota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ ahli “ dalam aspek
tertentu dari tugas membaca tersebut, lalu mereka kembali kepada
timnya untuk mengajar topik mereka kepada teman satu timnya.
Kelebihan pada metode ini dapat diterapkan pada pelajaran langsung
3) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan program komperhensif untuk mengajarkan
membaca dan menulis. Siswa ditugaskan untuk berpasangan dua
siswa dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan
yang bersifat kognitif. Penghargaan untuk tim dan sertifikat akan
diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua
anggota tim dalam semua kegiatan membaca dan menulis. Metode
ini cocok untuk membimbing pada sekolah jurusan bahasa.
4) Team Assisted Individualization (TAI)
Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Metode pembelajaran
koo-peratif ini, siswa biasanya belajar menggunakan LKS (lembar kerja
siswa) secara berkelompok. Mereka kemudian berdiskusi untuk
me-nemukan atau memahami konsep-konsep. Setiap anggota kelompok
dapat mengerjakan satu persoalan (soal) sebagai bentuk
tanggung-jawab bersama. Penerapan metode pembelajaran kooperatif TAI
lebih menekankan pada penghargaan kelompok,
pertanggungjawa-ban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi
hasil bagi setiap anggota kelompok. Metode ini juga dapat diterapkan
pada pelajaran langsung praktikum. 5) Group Investigation
Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil
peren-canaan dan proyek kooperatif. Metode ini mempunyai kelemahan
yaitu siswa bebas dalam membentuk kelompoknya sendiri yang
terdiri dari dua orang sampai dengan enam orang anggota, sehingga
apabila dalam satu tim tingkat kemampuannya rendah maka yang
ada tingkat prestasi siswa akan turun, dan konsentrasi siswa saat
mengerjakan materi kurang maksimal.
6) Learning Together
Metode ini melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok
yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang
berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini
mene-rima satu lembar tugas, dan menemene-rima pujian dan penghargaan
ber-dasarkan hasil kerja kelompok. Tetapi, metode ini hanya cocok
diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi
dan presentasi. Memakan waktu cukup lama dan sedikit
membosan-kan serta guru tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena
mereka bekerja dalam kelompok.
Dari kajian di atas maka pada penelitian ini metode yang
diguna-kan adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) karena metode pembelajaran tipe STAD dapat membuat siswa lebih aktif dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Metode
pembelajaran STAD dapat diterapkan pada mata pelajaran produktif, diharapkan ada kerjasama tim yang baik antar siswa untuk mencapai
d.Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1) Pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD
Robert E. Slavin (2009: 68) mendefinisikan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai salah satu tipe dari metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil. Anggota tiap
kelompok dipilih secara acak sekitar 4 sampai 5 siswa. Sedangkan
menurut Sri Fatmawati, dkk (2015:21-22) metode pembelajaran dengan
cara memberikan pengarahan dan pembentukan kelompok berjumlah
4-5 orang untuk mendiskusikan suatu modul secara kolaboratif dan
hasil-nya dikomunikasikan secara presentasi kelompok sehingga terjadi
dis-kusi di kelas.
Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu metode yang pelaksa-naan pembelajarannya, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
berjumlah 4 atau 5 orang, untuk mendiskusikan suatu materi atau
per-masalahan dan dipresentasikan hasilnya.
2) Sintaks metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
Metode pembelajaran tipe STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang dapat memotivasi peran aktif siswa
dengan diskusi dan persentasi. Cara untuk memperlancar
pelaksa-naan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, Menurut Robert E. Slavin (2009: 69) perlu diperhatikan sintaks-sintaks pembelajaran
Tabel 2. Sintaks Metode Pembelajaran Kooperatif TIPE STAD
Fase Kegiatan Guru Kegiatan siswa
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar materi yang telah diajarkan dan membahas bagian-bagian yang
Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
tipe STAD adalah metode yang proses pembelajarannya, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar yang anggotanya terdiri dari 4-5 siswa.
Proses pembelajaran tipe STAD terdiri dari penyampaian tujuan pembela-jaran, materi, pembentukan kelompok, presentasi kelompok, dan
penghar-gaan kelompok.
5. Media Pembelajaran
a. Pengertian media pembelajaran
Menurut Sunaryo Soenarto, dkk (2012: 2) media pembelajaran
adalah segala macam alat atau perlengkapan berupa apapun yang dapat
digunakan oleh guru atau pengajar atau instruktor atau pelatih untuk
Menurut Daryanto (2013:4) media pembelajaran merupakan
media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan belajar
penyam-paian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang
dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non
verbal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala macam alat, perlengkapan
dan bahan atau komponen yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
b.Manfaat Media pembelajaran
Menurut Azhar Arsyad (2009: 25-27) penggunaan media
pembe-lajaran memiliki manfaat sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan informasi.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perha-tian anak atau siswa.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang,
dan waktu.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.
Menurut Arief S. Sadiman, dkk (2011) manfaat media
pembe-lajaran yaitu:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
3) Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik.
4) Memberikan perangsang belajar yang sama.
5) Menyamakan pengalaman.
6) Menimbulkan persepsi yang sama.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa manfaat media
pem-belajaran adalah memperjelas penyampaian pesan informasi, media
yang menarik perhatian siswa dan dapat mengatasi keterbatasan ruang
dan waktu.
c. Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran berkembang seiring berjalannya waktu,
seiring berkembangnya teknologi. Berdasarkan teknologi tersebut, Azhar
Arsyad (2011) mengklasifikasikan media atas empat kelompok, yaitu:
(1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual,
(3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media
hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Sedangkan menurut Daryanto (2013: 17) media pembelajaran
dibedakan menjadi 5 macam menurut Wilbur Schramm, Gagne, Allen,
Gerlach dan Ely, Ibrahim sebagai berikut:
1) Menurut Wilbur Schramm media digolongkan menjadi media mahal,
murah dan kemampuan daya liputan. Liputan luas dan serentak,
2) Menurut Gagne media dibedakan menjadi tujuh kelompok antara lain
untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, medi acetak, gambar
diam, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar.
3) Menurut Allen media digolongkan menjadi sembilan kelompok
dianta-ranya visual diam, film, televisi, obyek tiga dimensi, rekaman,
pelaja-ran terprogram, demonstrasi, buku cetak teks, dan sajian lisan.
4) Menurut Gerlach dan Ely media dikelompokkan menjadi delapan yaitu
benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam,
gambar bergerak,rekaman suara, pengajaran terprogram, dan
simulasi.
5) Menurut Ibrahim, media dikelompokkan menjadi lima kelompok
diantaranya media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi
tiga dimensi, media audio, media proyeksi, televisi, video dan
komputer.
Dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar
meng-ajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk
memper-mudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran.
Berdasarkan macam-macam media pembelajaran di atas
dapat disimpulkan bahwa macam-macam media pembelajaran adalah
visual, audio, proyeksi diam, audio visual, cetakan, gambar gerak,
yang dapat digolongkan media mahal, murah dan kemampuan daya
liputan.
Berdasarkan kajian di atas, media pembelajaran yang digunakan
mening-katkan hasil belajar kompetensi pembuatan pola rok pias melalui metode
pembelajaran STAD. 6. MACROMEDIA FLASH
a. Pengertian Macromedia Flash
Menurut Teguh Wahyono (2006:2) Macromedia Flash adalah se-buah software yang dapat digunakan untuk menambahkan aspek di-namis sebuah web atau membuat film animasi interaktif. Sedangkan
menurut Dhani Yudhiantoro (2002:4) Macromedia Flash adalah sebuah program yang ditujukan kepada desainer maupun programer yang
bermaksud merancang animasi untuk pembuatan halaman web,
presen-tasi untuk tujuan bisnis, maupun proses pembelajaran hingga
pem-buatan game interaktif.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Macromedia Flash adalah sebuah program mutimedia dan animasi yang kebera-daannya ditujukan bagi pecinta desain dan animasi untuk berkreasi
membuat aplikasi-aplikasi unik, animasi-animasi interaktif pada halaman
web, film animasi kartun, presentasi bisnis maupun kegiatan proses
pembelajaran di dalam kelas yang memudahkan seorang guru dalam
menyampaikan isi materi kepada siswa, karena Macromedia Flash ini dapat menarik minat siswa untuk memahami materi yang disampaikan.
b.Kelebihan Macromedia Flash
Program animasi akan lebih maksimal penggunaannya apabila
ditunjang dengan beberapa program grafis sebagai pemaksimal kinerja
berperan besar dalam pembuatan media media berbasis Macromedia Flash.
Adapun keunggulan dari software Macromedia Flash menurut Aaron Jibril (2011: 3-4) adalah sebagai berikut:
1) Membuat tombol lebih dinamis dengan memaksimalkan action script.
2) Dapat membuat obyek 3 dimensi.
3) Beberapa tool grafis yang terdapat pada software grafis Macromedia Flash telah diadaptasi dan dimaksimalkan.
4) Tampilan interface yang lebih simpel dan cukup mudah dicerna.
5) Membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah
ditetap-kan sebelumnya.
6) Dapat dikonversi dan dipublikasikan ke dalam beberapa tipe yang
cukup umum di penggunaan software lain, seperti .swf, .htm, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov dan lain sebagainya.
B.Kajian penelitian yang relevan
Tinjauan yang dimaksudkan untuk mengkaji penelitian yang relevan
dengan penelitian penulis. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Arum Kusumawati NIM 10513244007 meneliti tentang “Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Adobe Flash untuk Meningkatan Prestasi Belajar Pola Kemeja di SMK Ma’arif 2 Piyungan”. Penelitian ini
mengguna-kan penelitian tindamengguna-kan kelas. Hasil penelitiannya adalah; 1) pelaksanaan
Berdasarkan analisis instrumen, hasil perhitungan pendapat observer
dengan presentase mencapai lebih dari 86% dan pada angket pendapat
siswa diperoleh hasil penilaian angket 80% siswa berpendapat sangat
setuju; 2) peningkatan hasil belajar pembuatan pola kemeja pria
meng-gunakan metode pembelajaran tipe STAD berbantuan media adobe flash
pada pra siklus dari 15 siswa nilai rata-rata sebesar 62,13, sedangkan pada
siklus I mengalami peningkatan sebesar 16,83 menjadi 78,96, dan untuk
menguatkan penelitian ini diadakan siklus II dengan peningkatan hasil
belajar sebesar 9,08, sehingga pada siklus II nilai rata- rata menjadi 88,04.
Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran STAD
berban-tuan media adobe flash dapat meningkatkan kompetensi siswa. Penelitian tersebut mempunyai relevansi terhadap peningkatan hasil belajar
kompe-tensi pembuatan pola rok pias melalui metode pembelajaran STAD
berban-tuan Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta.
2. Vika Dian Lestari NIM 07513241018 meneliti tentang “Peningkatan
Kom-petensi Membuat Macam-Macam Pola Rok dengan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw di SMK N 6 Yogyakarta”. Penelitian ini mengguna-kan penelitian tindamengguna-kan kelas. Hasil dari penelitiannya adalah; 1)
pelak-sanaan pembelajaran membuat pola rok menggunakan metode
pembela-jaran kooperatif tipe jigsaw dilaksanakan dengan langkah-langkah (a) pendahuluan: salam, presensi, apersepsi, dan motivasi, (b) inti: tujuan,
membagi handout dan jobsheet, pembelajaran tipe jigsaw, tugas, evalu-asi dan tes, (c) refleksi; keterlaksanaan pembelajaran membuat pola rok
pen-dapat observer sudah terlaksana dengan sangat baik dengan presentase
Siklus I 83%,dan Siklus II 100%; menurut pendapat siswa pembelajaran
dengan metode ini membuat siswa merasa senang terbukti terdapat 32
siswa (91%) tergolong senang, 3 siswa (9%) tergolong cukup senang dan
0 siswa atau (0%) tergolong tidak senang, dan menurut pendapat guru,
guru merasa tertarik, mendapat pengalaman baru, materi yang
disampai-kan lebih mudah, melatih tanggung jawab siswa, meningkatdisampai-kan keberanian
dan tujuan pembelajaran dapat tercapai; 2)kompetensi membuat
macam-macam pola rok dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw mengalami peningkatan: terbukti dari nilai rata-rata yang di-capai pra siklus 66,37, siklus I 76,86, dan meningkat menjadi 88,63 pada
siklus II. Dalam pembelajaran membuat pola rok menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mememudahkan siswa mema-hami materi serta adanya peningkatan kompetensi yang dibuktikan dengan
tidak ada siswa yang memperoleh nilai <75 membuat pola rok. Hal ini
menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran jigsaw dapat
mening-katkan kompetensi siswa. Penelitian tersebut mempunyai relevansi
ter-hadap peningkatan hasil belajar kompetensi pembuatan pola rok pias
melalui metode pembelajaran STAD berbantuan Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta.
3. Firmanila Tyastuti NIM 10513241028 meneliti tentang “Peningkatan
Kompe-tensi Pembuatan Pola Kebaya Melalui Penerapan Metode Drill And
adalah; 1) pelaksanaan pembelajaran membuat kebaya menggunakan
metode drill and practice berbantuan Macromedia Flash pada kelas XI Busana Butik di SMK N 1 Depok, pada siklus I berada pada kategori baik
14%, kategori cukup baik 40% dan kategori kurang baik 46%. Pada siklus
II berada pada pada kategori baik 54,5%, kategori cukup baik 41% dan
kategori kurang baik 4,5%. Pelaksanaan pembelajaran membuat kebaya
menggunakan metode drill and practice berbantuan Macromedia Flash ter-laksana dengan baik terbukti dari meningkatnya persentase pada kategori
terlaksana dengan baik, 2) terjadi peningkatan kompetensi membuat
ke-baya menggunakan metode drill and practice berbantuan macromedia
yang dibuktikan dari kompetensi belajar siswa pada pra siklus ke siklus I
meningkat 13,46 pada siklus I ke siklus II meningkat 9,20 dengan
ketuntasan siswa sesuai standar KKM 100%, 3) menurut pendapat siswa
tentang penggunaan media pembelajaran membuat pola kebaya
menggunakan Macromedia Flash menunjukkan 28 siswa (87,5%) termasuk
dalam kategori sangat senang dan 4 siswa (12,5%) berada pada kategori
senang. Hal ini menunjukan bahwa metode drill and practice berbantuan
macromedia dapat meningkatkan pencapaian hasil kompetensi siswa. Penelitian ini mempunyai relevansi peningkatan hasil belajar kompetensi
pembuatan pola rok pias melalui metode pembelajaran STAD berbantuan
Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta.
4. Santi Utami, penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Melalui
Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa melalui
strategi pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Saptosari. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
penga-matan dan refleksi. Subyek penelitian siswa kelas X Teknik Audio Video A di
SMKN 1 Saptosari. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi
nilai ulangan harian yang diharapkan mampu menunjukkan adanya
peru-bahan dari tindakan yang diberikan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
statistik deskriptif.
Hasil dari penelitian ini adalah pada siklus pertama rerata nilai
ulangan harian siswa sebesar 7,06 dan rerata nilai ulangan harian pada
siklus kedua sebesar 5,9 sedangkan rerata nilai di siklus ketiga sebesar
7.09. Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa hingga memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian
tersebut mempunyai relevansi terhadap peningkatan hasil belajar
kompe-tensi pembuatan pola rok pias melalui metode pembelajaran STAD
berban-tuan Macromedia Flash di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta.
5. Djoko Santoso dan Umi Rokhayati, penelitian yang berjudul “Upaya Me
-ningkatkan Kualitas Pembelajaran Rangkaian Listrik Melalui Pembelajaran
Penelitian bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran rangkaian
listrik melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD serta mema-parkan tanggapan mahasiswa Elektronika FT UNY terhadap implementasi
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan berlangsung 2 siklus, tiap siklus
terdiri dari 4 kegiatan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Lokasi penelitian di Jurdiknik Elektronika FT UNY, mulai bulan
September–Nopember 2007. Subyek penelitian mahasiswa D3 reguler Prodi
Teknik Elektronika yang mengambil mata kuliah rangkaian listrik.
Pengum-pulan data dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Analisis data
dilakukan dengan kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pendekatan pembelajaran
kooperatif teknik STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran rang-kaian listrik. Hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan, dari rerata
67,47 siklus I menjadi 74,78 siklus II. Sebesar 78,30% mahasiswa member
tanggapan setuju terhadap implementasi pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
C.Kerangka Berpikir
Permasalahan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kompetensi dalam mengikuti pembelajaran pola rok pias. Proses pembelajaran
masih mengalami banyak kendala, diantaranya siswa cenderung bosan,
ku-rang termotivasi, kuku-rang aktif dan kuku-rang bersemangat dalam mengerjakan
tugas, pekerjaan rumah banyak yang tidak mengerjakan dengan bermacam