• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tekanan Panas dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Bagian Produksi CV. Cahya Jaya Sukoharjo NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tekanan Panas dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Bagian Produksi CV. Cahya Jaya Sukoharjo NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN

KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI CV.

CAHYA JAYA SUKOHARJO

Heny Lisia Siagian R.0212019

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)

commit to user

Hubungan Tekanan Panas Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi CV. Cahya Jaya, Sukoharjo

The Correlation between Heat Pressure with Work Fatigue on Workers of Production Section CV. Cahya Jaya, Sukoharjo

Heny Lisia Siagian1, Lusi Ismayenti2, Ipop Sjarifah3 Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRACT

Background : The process of making plastic used machine that produce heat temperature and its done at closed room with minimum ventilation and asbestos substance roof. This is make heat pressure that can cause a work fatigue on the workers at that room. This research purpose are to know the correlation of heat pressure with work fatigue.

Methods : This reasearch is an analitycal survey research with cross sectional design. The sampling technique used purposive sampling. The population is all the workers in plastic factory CV. Cahya Jaya has numbered 55 people and retrieved samples 35 people. This research used a heat stress area, the tools to find out the heat pressure and reaction timer to find out the work fatigue. The data analysis technique used the statistical test Pearson Correlation.

Result : The research result is there is a significant correlation between heat pressure with work fatigue where the p value = 0,000. From 35 respondent, there is known as the mean number of heat pressure temperature that accepted by workers is 31,66 and the mean number of respondent work fatigue is 404,6.

Conclusion : There is a significant correlation between heat pressure with work fatigue.

Keywords : Work Fatigue, Heat Pressure. 1

Student of Occupational Health and Safety, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

2

(4)

commit to user

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia industri

manufaktur diIndonesia akhir- akhir ini

mengalami perkembangan yang sangat

pesat. Menurut data Badan Pusat Satistik,

selama tiga tahun terakhir terjadi kenaikan

pertumbuhan industri manufaktur besar

dan sedang dimana pada tahun 2010

mengalami kenaikan sebesar 4,41% dari

tahun 2009 dan produksi tahun 2009 naik

sebesar 1,34% dari tahun 2008.

Pertumbuhan produksi industri

manufaktur yang cukup signifikan ini

memerlukan sumber daya manusia untuk

menjalan operasinya (Badan Pusat

Statistik, 2011)

Dalam menjalankan proses

produksinya, industri manufaktur sangat

membutuhkan sumber daya manusia yang

sehat, efisien dan produktif. Agar

terciptanya sumber daya manusia yang

sehat, efisien dan produktif harus

diperhatikan beberapa aspek salah satunya

adalah lingkungan kerja yang sehat,

nyaman, aman dan produktif.

Suhu setempat dan eksistensi

kehidupan sangat erat berhubungan

demikian pula efek cuaca kerja kepada

Pekerja di dalam lingkungan

panas, seperti di sekitar oven, tungku

pemanas atau bekerja di luar ruangan di

bawah terik matahari dapat mengalami

tekanan panas. Selama aktivitas pada

lingkungan panas tersebut, tubuh secara

otomatis akan memberikan reaksi untuk

memelihara suatu kisaran panas

lingkungan yang konstan dengan

menyeimbangkan antara panas yang

diterima dari luar tubuh dengan

kehilangan panas dari dalam tubuh

(Tarwaka dkk, 2004). Kondisi panas yang

berlebihan akan mengakibatkan rasa letih

dan kantuk, mengurangi kestabilan dan

menyebabkan kelelahan kerja (Nurmianto,

2008).

CV. Cahya Jaya Sukoharjo

adalah industri yang bergerak di bidang

pembuatan plastik dimana dalam proses

produksinya menggunakan peralatan dan

mesin- mesin. Dengan kondisi lingkungan

kerja yang beratapkan asbes, kurangnya

ventilasi serta adanya keluhan tenaga

kerja selama proses yaitu cepat merasa

lelah, mudah merasa haus, mudah

mengantuk, sehingga mempengaruhi

produktivitas kerja, selain itu panas di

dalam ruangan juga ditambah dari

mesin-mesin yang ada dalam ruangan ketika

(5)

commit to user

Berdasarkan penelitian Krisanti

(2011) tentang Hubungan antara tekanan

panas dengan kelelahan kerja pada tenaga

kerja bagian produksi di CV. Rakabu

Furniture Surakarta disimpulkan terdapat

Hubungan yang signifikan dengan nilai p

= 0,000 (p ≤ 0,01). Sedangkan hasil

penelitian Basarudin (2008) Hubungan

tekanan panas terhadap kelelahan kerja

pada pekerja bagian produksi di PT. Hok

Tong Kota Pontianak disimpulkan bahwa

ada hubungan yang bermakna dengan

nilai p =0,001 r = 0,555).

Berdasarkan hasil survey awal

yang dilakukan oleh peneliti di CV. Cahya

Jaya Sukoharjo, peneliti telah melakukan

pengukuran tekanan panas diruang proses

produksi dengan menggunakan alat Heat

Stress Area diperoleh Wet Bulb Globe

Temperature (WBGT in) sebesar 30 ºC.

Untuk beban kerja tenaga kerja

dikategorikan beban kerja sedang yaitu 100–125 denyut/menit, dengan waktu kerja 7 jam dan istirahat 1 jam, maka

termasuk dalam kategori waktu kerja 75%

kerja 25% istirahat.

Berdasarkan latar belakang di atas,

maka peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan

tekanan panas dengan kelelahan kerja

pada pekerja pabrik plastik CV. Cahya

Jaya Sukoharjo. Hasil penelitian ini

dimaksudkan untuk meningkatkan

kepedulian perusahaan terhadap tenaga

kerja yang bekerja agar dapat bekerja

dengan lebih sehat, selamat dan produktif.

SUBJEK DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian observasional analitik

menggunakan desain penelitian Cross

Sectional menggunakan teknik purposive

sampling. Penelitian ini dilaksanakan di

pabrik plastik CV. Cahya Jaya Sukoharjo.

Pada penelitian ini yang dijadikan

populasi adalah seluruh pekerja pabrik

plastik CV. Cahya Jaya Sukoharjo yang

berjumlah 45 orang.

Variabel bebas pada penelitian ini

adalah tekanan panas, sedangkan variabel

terikatnya adalah kelelahan kerja. Tekanan

panas adalah besarnya suhu ruangan yang

diterima oleh pekerja saat melakukan

pekerjaan di pabrik plastik CV. Cahya

Jaya Sukoharjo. Alat ukur tekanan panas

adalah heat stress area merk quest temp.

Kelelahan kerja adalah keadaan dimana

tenaga kerja mengalami kelelahan pada

saat atau setelah bekerja yang berakibat

pada penurunan fungsi fisiologis tubuh

sehingga performansi tenaga kerja

menurun yang akhirnya dapat

menyebabkan rendahnya produktivitas

kerja. Alat ukur kelelahan kerja adalah

(6)

commit to user

Data yang sudah terkumpul

kemudian dianalisis menggunakan SPSS

versi 23.0 dengan uji statistik Korelasi

Pearson. Dengan interpretasi hasil sebagai

berikut :

maka hasil sangat lemah

4. Kekuatan korelasi (r) 0,2 sd < 0,4

karakteristik jenis kelamin adalah

perempuan semua sehingga dapat

dikendalikan oleh peneliti.

Dari hasil penelitian didapatkan

tendenskarateristik responden berdasarkan

umur dan masa kerja dibawah ini

Tabel 1. Tendensi dan Uji Normalitas Umur Responden

Sumber: Data Primer, 2016.

Berdasarkan tabel di atas dapat

diketahui bahwa rata-rata umur responden

adalah 30,1 tahun dengan usia yang masih

produktif dengan minimal umur 18 tahun

dan maksimal 45 tahun dengan nilai

penyebaran data 7.66. Uji normalitas data

yang digunakan yaitu uji Shapiro-wilk

karena jumlah sampel < 50 orang.

Diketahui umur memiliki nilai p > 0,05,

maka data terdistribusi normal.

Berdasarkan hasil pengukuran uji

hubungan umur dengan kelelahan kerja

menggunakan uji Korelasi Pearson

diperoleh hasil nilai p = 0,383 (p < 0,05),

sehingga hasil uji statistik menunjukan

tidak ada hubungan yang signifikan antara

umur dengan kelelelahan kerja.

Tabel 2. Tendensi dan Uji Normalitas Masa Kerja

Variabel Min Max Mean p

Masa

Kerja 0.25 4 2.3 0.01 Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan table diatas, dapat

diketahui bahwa rata-rata masa kerja

responden adalah 2.3 tahun dengan masa

kerja terpendek adalah 0.25 tahun dan

masa kerja terlama adalah 4 tahun.

Diketahui bahwa uji normalitas data yang

digunakan yaitu uji Shapiro-wilk karena

jumlah sampel < 50 orang. Pada uji

normalitas di atas, dapat diketahui masa

kerja memiliki nilai probabilitas kurang

Variabel Min Max Mean p value

Umur

(7)

commit to user

dari 0,05, maka data tidak terdistribusi

normal. Karakteristik masa kerja

ditransformasi untuk mengetahui apakah

data terdistribusi normal atau tidak. Hasil

transformasi data diperoleh karakteristik

masa kerja tetap tidak terdistribusi normal.

Uji yang digunakan untuk

karakteristik masa kerja dan kelelahan

kerja menggunakan uji turunan dari uji

Korelasi Pearson yaitu uji Korelasi

Spearman karena data tidak terdistribusi

normal. Diperoleh hasil nilai p = 0,075 (p

< 0,05), sehingga hasil uji statistik

menunjukkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara masa kerja dengan

kelelelahan kerja.

Tabel 3. Tendensi Tekanan Panas

Variabel Min Max Mean Tekanan

Panas 29.40 33.30 31.66 Sumber: Data Primer, Desember 2015

Dari tabel 3 dapat diketahui

rata-rata suhu tekanan panas yang diterima

responden yaitu 31,66oC dengan kategori

suhu sedang untuk pekerjaan dengan

istirahat 75%.

Tabel 4. Tendensi Kelelahan Kerja

Variabel Min Max Mean

Kelelahan

Kerja 250.8 530.7 404.6 Sumber: Data Primer, 2016.

Berdasarkan tabel dapat diketahui

bahwa dari 34 responden rata-rata hasil

pengukuran sebesar 404.6 ml/det dan

sebagian responden mengalami tingkat

kelelahan ringan.

Tabel 5. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson

Variabel r p

Tekanan Panas x

Kelelahan Kerja 0,929 0,001

Sumber : Data Primer, 2016.

Berdasarkan tabel hasil uji

Korelasi Pearson di atas menunjukan nilai

p value = 0,001 (p < 0.05) yang memiliki

arti bahwa ada hubungan yang signifikan

antara tekanan panas dengan kelelahan

kerja. Diketahui nilai kekuatan korelasi (r)

= 0,929 dimana nilai kekuatan korelasi

berada diantara 0,8 sampai dengan 1 yang

berarti korelasi antara tekanan panas

dengan kelelahan kerja adalah sangat kuat

dengan arah korelasi + (positif) yang

berarti bahwa arah korelasinya searah

yaitu semakin besar tekanan panas yang

diterima responden maka menyebabkan

kelelahan kerja yang meningkat.

PEMBAHASAN

Karakteristik responden jenis

kelamin yang digunakan sebagai sampel

penelitian adalah perempuan, sehingga

data karakteristik jenis kelamin telah

homogen. Hal ini menunjukan bahwa

karakteristik responden tidak memberikan

pengaruh terhadap kelelahan.

Pada penelitian responden

(8)

commit to user

rata-rata umur responden adalah 30 tahun.

Berdasarkan hasil uji statistik hubungan

umur dengan kelelahan tidak terdapat

hubungan yang signifikan, hal ini karena

umur responden termasuk dalam umur

produktif. Menurut Depkes RI (2011)

menyatakan bahwa usia produktif yaitu

antara 15-54 tahun. Pada usia meningkat

akan diikuti dengan proses degenerasi dari

organ, sehingga dalam hal ini kemampuan

organ akan menurun, dengan

menurunnya kemampuan kemampuan

organ maka hal ini akan menyebabkan

tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan (Suma’mur, 2009). Pada usia sekitar 50-60 tahun kekuatan

otot mulai menurun 15-25% (Setyowati

dkk, 2014). Semua responden penelitian

memiliki umur antara 18-45 tahun,

sehingga faktor umur tidak mempengaruhi

terjadinya kelelahan kerja.

Masa kerja responden antara 3

bulan- 4 tahun dengan rata-rata 2.3 tahun.

Berdasarkan hasil uji statistik hubungan

masa kerja dengan kelelahan kerja

menunjukkan tidak terdapat hubungan

yang signifikan. Masa kerja erat kaitannya

dengan kemampuan beradaptasi antara

seorang pekerja dengan pekerjaan dan

lingkungan kerjanya. Proses adaptasi

dapat memberikan efek positif yaitu dapat

menurunkan ketegangan dan peningkatan

aktivitas atau performasi kerja, sedangkan

efek negatifnya adalah batas ketahanan

tubuh yang berlebihan akibat tekanan

yang didapatkan pada proses kerja

(Atiqoh dkk, 2014). Tidak adanya

hubungan antara masa kerja dengan

kelelahan kerja dikarenakan keadaan

tersebut diimbangi oleh pengalaman yang

ada maupun kematangan mental pekerja

tersebut (Maurits, 2010), sehingga

disimpulkan masa kerja kerja tidak

mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja.

Hasil pengukuran tekanan panas

rata-rata yang diterima oleh responden

yaitu 31.66 oC dan dalam kategori tekanan

panas sedang. Hasil pengukuran

menunjukan tekanan panas yang diterima

responden melebihi NAB Tekanan Panas

menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi No.

Per.13/MEN/X/2011 tahun 2011.

Menurut Sulistioningsih (2013), suhu

lingkungan tempat kerja dapat

mempunyai suhu tinggi dan suhu

rendah. Suhu di tempat kerja dapat

dipengaruhi dari mesin dan faktor

lingkungan di tempat kerja. Sebagian

besar responden menerima tekanan

panas dipengaruhi beberapa faktor yaitu

suhu panas yang bersumber dari

mesin-mesin produksi seperti mesin-mesin dari proses

(9)

commit to user

pemotongan lembaran plastik, proses

pencetakan dan proses pengepakan.

Faktor lingkungan kerja seperti ruangan

kerja yang beratabkan asbes, minimnya

ventilasi udara, serta ruangan yang

sempit menyebabkan minimnya aliran

udara dalam ruangan tersebut. Dapat

disimpulkan bahwa responden bekerja

pada lingkungan yang panas atau telah

melebihi Nilai Ambang Batas dapat

mengalami kelelahan.

Hasil pengukuran rata-rata

kelelahan kerja responden yaitu 404.6

ml/det dan termasuk dalam kategori

kelelahan ringan. Menurut Setyowati dkk

(2014) kelelahan kerja disebabkan oleh

keadaan fisik lingkungan kerja jika

tekanan panas melebihi 26,7 oC. Bekerja

pada temperatur tinggi dan tingkat

kelembaban yang tinggi dapat

menyebabkan gangguan pada tenaga

kerja. Dapat menyebabkan kejang/kram

pada tenaga kerja. Tenaga kerja dengan

terpapar suhu tinggi dapat mengalami

kelelahan (Simarmata, 2006).

Hasil pengukuran rata-rata

tekanan panas yang ada yaitu 31,66 oC

dan rata-rata kelelahan kerja yang

dialami oleh responden adalah 404.6

milidetik yang berarti responden

mengalami kelelahan kerja ringan. Suhu

panas yang ada bersumber dari atab

yang terbuat dari asbes, kurangnya

ventilasi yang cukup, luas ruangan kerja

yang sempit dan mesin-mesin yang

dioperasikan, sehingga tenaga kerja

mengeluhkan mudah merasa haus dan

mudah mengantuk, dan mudah merasa

lelah.

Hasil uji statistik dengan uji

Korelasi Pearson untuk hubungan tekanan

panas dengan kelelahan pada responden

diperoleh p value = 0,001. Karena nilai p

< 0,005 maka hal ini menunjukkan

terdapat hubungan yang signifikan antara

kedua variabel diatas. Diketahui nilai

koefisien korelasi (r) = 0,929

menunjukkan nilai kekuatan korelasi

berada diantara 0,8 - 1 yang berarti

korelasi antara tekanan panas dengan

kelelahan kerja adalah sangat kuat dengan

arah korelasi + (positif) yang berarti

bahwa apabila tekanan panas meningkat

maka kelelahan kerja akan meningkat

pula. Hal ini menunjukan bahwa tingkat

kelelahan kerja responden sebesar 90%

dipengaruhi oleh tekanan panas dan

sisanya dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu: umur dan masa kerja.

Hasil ini sesuai dengan teori

Maurits, (2010) yang menyatakan bahwa

penyebab kelelahan kerja salah satunya

yaitu lingkungan kerja yang tidak

(10)

commit to user

> 26,7oC dapat mempengaruhi kelelahan

seseorang (Setyowati dkk, 2014). Menurut

Depkes RI (2009), semakin tinggi panas

pada lingkungan maka akan semakin

besar pula pengaruhnya terhadap suhu

tubuh dan sebaliknya semakin rendah

suhu lingkungan akan berpengaruh pula

pada suhu tubuh. Suhu lingkungan yang

tinggi menyebabkan tubuh manusia

mempunyai pengaturan suhu yang

disentralisir pada dasar otak yang

disebut hyphotalamus dengan bagian

utama anterior yang mengatur

pengeluaran suhu panas dari dalam

tubuh (Mukono, 2008). Tekanan panas

yang berlebihan merupakan beban

tambahan yang harus diperhatikan.

Beban tambahan berupa panas

lingkungan dapat menyebabkan beban

fisiologis pada manusia, misalnya

kelelahan menjadi bertambah. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Sulistyorini (2014) yang menyatakan

terdapat hubungan yang signifikan antara

tekanan panas dengan kelelahan.

Penelitian lain yang dilakukan Indrawati

(2012) juga menunjukan hasil yang sangat

signifikan antara tekanan panas dengan

kelelahan dengan nilai p value yaitu

0,001.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai

hubungan tekanan panas dengan kelelahan

kerja pada tenaga kerja bagian produksi

CV. Cahya Jaya Sukoharjo, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tekanan panas rata-rata yang diterima

responden adalah sedang.

2. Tingkat kelelahan kerja rata-rata yang

dialami responden CV. Cahya Jaya

Sukoharjo termasuk dalam kategori

kelelahan kerja ringan.

3. Ada hubungan yang signifikan antara

tekanan panas yang diterima

responden dengan kelelahan kerja

yang dialami dan memiliki tingkat

hubungan sangat kuat.

SARAN

Berdasarkan penelitian mengenai

hubungan tekanan panas dengan kelelahan

kerja pada tenaga kerja bagian produksi

CV. Cahya Jaya Sukoharjo, maka

disarankan hal-hal sebagai berikut antara

lain :

1. Bagi peneliti, alat ukur dalam

penelitian sebaiknya dipastikan dalam

kondisi baik sehingga pada saat

melakukan pengukuran tidak menjadi

hambatan serta hasil yang didapatkan

valid.

2. Pada saat pengambilan sampel

(11)

commit to user

mengetahui alur pengukuran sehingga

dapat antri dengan baik dan tertib.

3. Sebelum dilakukan pengukuran

sebaiknya peneliti memberikan

edukasi penggunaan alat sehingga

responden mengerti pengoperasian

alat pada saat pengukuran.

4. Bagi tenaga kerja senantiasa

menerapkan pola hidup sehat dengan

sarapan pagi sebelum memulai

pekerjaan.

5. Bagi tenaga kerja sebaiknya

melakukan peregangan pada

pertengahan jam kerja agar dapat

mengurangi resiko kelelahan kerja.

6. Bagi perusahaan senantiasa

menyediakan air mineral yang

diletakkan di beberapa tempat agar

tenaga kerja terhindar dari dehidrasi

pada saat bekerja.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada penulisan skripsi ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Ibu Lusi Ismayenti, S.T., M.Kes dan

Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku

pembimbing, serta Bapak Haris

Setyawan, S.KM., M.Kes selaku

penguji yang telah memberikan

bimbingan, saran, nasehat, dan

kerjasama yang baik.

2. Seluruh tenaga kerja bagian produksi

CV. Cahya Jaya Sukoharjo

DAFTAR PUSTAKA

Basarudin. 2008. Hubungan tekanan

panas terhadap kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Hok Tong Kota Pontianak.

Budiono S. 2003. Mengenal Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang : BP Undip, Pp:7.

Dahlan S. 2013. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika,Pp: 170

Grandjean E. 1993. Fitting the Task to the Man. Taylor and Francis Journal

Guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999.

Kurniawati D., Solikhah. 2012. Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kinerja Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah

Sakit Islam Fatimah

Kabupaten Cilacap.

Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Journal Kes Mas

Krisanti. R. 2011. Hubungan antara

tekanan panas dengan

kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian produksi di

CV.Rakabu Furniture

(12)

commit to user

Universitas Sebbelas Maret. Skripsi

Maurits L.S.K. 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja. Jogjakarta: Amara Books, Pp: 22-47

Murti B. 2010. Desain dan Ukuran

Sampel untuk Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif di

Bidang Kesehatan.

Yogyakarta: Gajak Mada University Press,

Notoatmojo S.2010. Metodologi Peneltian Kesehatan. 1th eds. Jakarta: Rineka Cipta. Pp:26-176.

Nurmianto E. 2004. Ergonomi

Konsep Dasar dan

Aplikasinya. 2th eds.

Surabaya: Prima Printing. Pp: 135

Oesman T. 2013. Hubungan Faktor

Internal dan Faktor

Eksternal Terhadap

Kelelahan Kerja Melalui

Subjective Self Rtaing Test. Yogyakarta:Institut Sains & Teknologi Yogyakarta. Skripsi

Santoso G. 2004. Manajemen Keselamatan & Kesehatan

Kerja. Jakarta: Prestasi

Pustaka, pp:52-54

Setyawati L. 2003. Buku Pedoman Pengukuran Waktu Reaksi

dengan Alat Pemeriksa

Waktu Reaksi/Reaction Timer L77 Lakassidaya. Yogyakarta : Amara Books.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kesehatan.Bandung:Alfabeta

Suma”mur. 2009. Hygiene

Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). 2th eds. Jakarta: Sagung Seto,Pp: 407-414

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi

untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. Surakarta:

Uniba Press.l, pp:33-97

Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri

Dasar-dasar Pengetahuan

Gambar

Tabel 2. Tendensi dan Uji Normalitas

Referensi

Dokumen terkait

Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku Ketua Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing 1

“ PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER DI PT ALBASIA SEJAHTERA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG ”.. Dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas bagian.. finishing di Industri

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan

Dari hasil pengukuran kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian penggilingan kain perca tenaga kerja yang telah melakukan pekerjaan lebih mudah mengalami

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tekanan panas dengan produktivitas tenaga kerja pada mesin pembakaran incinerator PT.. Arah Environmental

kerja, ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan stres kerja, ada hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dan stres kerja untuk penelitian lebih

Jaya Manunggal Jaya Garmen bagian produksi Berdasarkan hasil penelitian yang didapat yakni adanya hubungan signifikan dan berarah positif antara beban kerja dengan kelelahan kerja dan