• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA JAWA DENGAN METODE BERMAIN, CERITA, MENYANYI DI KELAS I A SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA JAWA DENGAN METODE BERMAIN, CERITA, MENYANYI DI KELAS I A SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA JAWA DENGAN METODE BERMAIN, CERITA, MENYANYI

DI KELAS I A SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Franciska Maya Edwina Indrasanti NIM 13108241032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA JAWA DENGAN METODE BERMAIN, CERITA, MENYANYI

DI KELAS I A SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES

Oleh:

Franciska Maya Edwina Indrasanti NIM 13108241032

ABSTRAK

Permasalahan yang ditemui di sekolah adalah rendahnya minat belajar bahasa Jawa siswa kelas I A. Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan minat belajar Bahasa Jawa melalui metode bermain, cerita, menyanyi di kelas I A SD Negeri Percobaan 4 Wates.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas atau PTK, model Kemmis dan Taggart. Data diambil dari observasi siswa dan skala psikologi minat belajar bahasa Jawa siswa. Teknik analisis data meliputi mengolah analisis data deskriptif kuantitatif. Metode bermain, cerita, menyanyi diterapkan dengan penggunaan lagu, puzzle, media papan kartu, dan bermain ular naga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pra siklus, siklus I dan siklus II rerata mengalami peningkatan. Skor minat belajar bahasa Jawa pada prasiklus sebesar 24,5. Pada siklus I menjadi 28,7 kemudian menjadi 29,7 pada siklus II. Hasil menunjukkan bahwa rerata minat belajar bahasa Jawa dalam kategori tinggi. Sebanyak 80% siswa dalam kategori minat yang tinggi. Hal tersebut nampak pada hasil observasi, yaitu siswa aktif dalam menunjukkan tangan, mau maju bercerita, tidak mengantuk, dan lain-lain.

(3)

iii

EFFORTS TO INCREASE INTERENSTING JAVA LANGUAGE LEARNING WITH PLAYING, STORIES, SINGING METHOD IN CLASS I A

PERCOBAAN 4 WATES ELEMENTARY SCHOOL

By: increase the interest in learning Java Language learning with playing, stories, singing method in class I A Percobaan Wates Elementary School.

The research used classroom action research with Kemmis and Taggart model. Data was taken from observation the student and psychology scale of interest Java Language learning. The data analyzed with quantitative descriptive. Playing, stories, singing method used with sing a song, played the puzzle, used board and card, and then played “ular naga”.

The result of the study showed that in precycle, cycle I, and cycle II has increased score. Interest score in precycle was 24,5. In cycle I up to 28,7 and then 29,7 in cycle II. The result showed that average of interest java language learning in high category. As many as 80% of student in high interest category. This is apparent in the observation results, the student are active in showed the hand, wanted to storytelling, not sleepy, etc.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Berusaha dan tetap andalkan penyelenggaraan Tuhan dalam hidup kita”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak Bernardus Dwi Sutanta dan Ibu Caecilia Endang Wahyuni yang selalu memberi doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun materiil untuk kesuksesan saya.

2. Almamater saya Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengalaman belajar yang sungguh luar biasa.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Baik atas berkat dan penyertaan-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA JAWA DENGAN METODE BAERMAIN, CERITA, MENYANYI DI KELAS I A SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES” dapat disusun sesuai

dengan harapan, Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Supartinah, M.Hum selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Ibu Supartinah, M.Hum, Bapak Herybertus Sumardi, M.Pd, Bapak Joko Pamungkas, M.Pd., selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Bapak Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

(10)

x

5. Bapak Timbul Widodo, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Percobaan 4 Wates yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Para guru dan staf SD Negeri Percobaan 4 Wates, terutama Ibu Juyatminah yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Bapak Bernardus Dwi Sutanta, Ibu Caecilia Endang Wahyuni, Mas Vincentius Gilang Putra Pradana, Mas Vincentius Gilang Wisnu Pratama, dan Dik Frederick Ernesta Dinda Gumilang yang benar-benar menguatkan saya sehingga skripsi ini dapat terlesesaikan.

8. Vika, Shofa, Uun, Hani, Nana, Esti, Lia, Fajar, Ragil, Eko dan semua teman-teman kelas F angkatan 2013 yang sudah menyemangati dan berjuang bersama. 9. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi berkat yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Tuhan Yesus Kristus dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, Juli 2017 Penulis,

(11)

xi A. Minat Belajar Bahasa Jawa ...10

1. Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar ...10

2. Minat Belajar ...14

3. Minat Belajar Bahasa Jawa ...25

4. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa ...26

B. Karakteristik Anak ...28

1. Pengertian Siswa Kelas I Sekolah Dasar ...28

2. Ciri-ciri Siswa Kelas I Sekolah Dasar ...29

3. Tahap Perkembangan Anak Kelas I Sekolah Dasar ...30

C. Model Pembelajaran PAKEM ...30

1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM ...30

2. Ciri-ciri PAKEM ...34

3. Prinsip PAKEM ...35

4. Peran Guru dalam PAKEM ...38

D. Metode Bermain, Cerita, Menyanyi ...40

E. Penelitian yang Relevan ...44

F. Kerangka Pikir ...45

G. Hipotesis Tindakan ...46

(12)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...48

B. Subjek Penelitian dan Tempat Penelitian ...49

C. Setting Penelitian ...50

D. Langkah-langkah/Skenario PTK ...50

E. Teknik Pengumpulan Data ...51

F. Instrumen Penelitian ...52

G. Teknik Analisis Data ...55

H. Kriteria Keberhasilan ...58

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...59

1. Kondisi Awal (Pra Siklus) ...59

2. Siklus I ...61

3. Siklus II ...71

B. Pembahasan ...80

C. Keterbatasan Penelitian ...85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...86

B. Saran ...87

DAFTAR PUSTAKA ...88

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir Metode BCM dapat meningkatkan Minat

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa ...53

Tabel 2. Kisi-kisi Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa ...55

Tabel 3. Norma Pengkategorian ...56

Tabel 4. Tabel Pengkategorian ...57

Tabel 5. Perolehan Skor Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa Prasiklus ...60

Tabel 6. Perolehan Skor Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa Siklus I ...68

Tabel 7. Perbandingan Perolehan Skor Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa Prasiklus dan Siklus I ...69

Tabel 8. Hasil Refleksi Siklus I...70

Tabel 9. Perolehan Skor Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa Siklus II ...77

Tabel 10. Perbandingan Perolehan SKor Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa Siklus I dan Siklus II ...78

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Siklus I ...91

Lampiran 2. RPP Siklus II ...101

Lampiran 3. Hasil Observasi Siswa ...112

Lampiran 4. Hasil Skala Psikologi Prasiklus ...117

Lampiran 5. Hasil Skala Psikologi Siklus I ...121

Lampiran 6. Hasil Skala Psikologi Siklus II ...125

Lampiran 7. Intrumen Penelitian...129

Lampiran 8. Surat-surat ...135

Lampiran 9. Syair Lagu yang Digunakan ...140

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu hal penting dan mendasar bagi manusia. Sejak manusia lahir, manusia telah dikenalkan dengan pendidikan. Pendidikan dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Pendidikan yang diajarkan oleh orang lain, atau pendidikan yang mereka dapat melalui hasil belajar mereka sendiri sebagai suatu bentuk adaptasi terhadap lingkungan yang dijalani.

Pendidikan formal merupakan proses pendidikan yang wajib dilaksanakan pada tiap wilayah dengan berbagai aturan dan ketentuan yang sudah ada dan berlaku di masing-masing wilayah. Pendidikan formal diatur oleh pemerintah pusat dan tiap daerah memiliki peraturan daerah masing-masing yang harus ditaati oleh masing-masing instansi pendidikan formal.

(17)

2

Indonesia, PKn dan lain-lain. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran dasar yang ilmunya harus dimiliki setiap setiap siswa. Selain mata pelajaran wajib tentu aka nada mata pelajaran muatan lokal. Muatan lokal adalah mata pelajaran yang hanya ada di lokal daerah itu saja, misalnya mata pelajaran bahasa daerah setempat, seni tari, dan lain-lain.

Untuk daerah Jawa, khusus Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ada mata pelajaran bahasa Jawa sebagai bahasa daerah mereka. Mata pelajaran bahasa Jawa ialah mata pelajaran yang khusus ada di daerah Jawa selain daerah yang berbahasa sunda. Mata pelajaran bahasa Jawa sangat erat dalam kehidupan sehari-hari, karena pelajaran bahasa Jawa itu mempelajari tentang kehidupan sehari-hari, misal bahasa dalam percakapan sehari-hari, unggah-ungguh, dan lain-lain. Mata pelajaran bahasa Jawa termasuk muatan lokal.

(18)

3

Bahasa Jawa sering mendapat respon negatif dari beberapa siswa. Pelajaran Bahasa Jawa dianggap pelajaran yang membosankan karena tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar dalam percakapan sehari-hari. Siswa sudah mulai terbiasa menggunakan bahasa Nasional dalam berkomunikasi. Selain itu, siswa lebih tertarik dengan bahasa asing karena bahasa asing dekat dengan kehidupan mereka. Bahasa asing ini mereka dapat melalui kebiasaan mereka seperti ngegame dan menonton video luar.

Seperti saat peneliti melakukan observasi di SD N Percobaan 4 Wates kelas I A. Saat pembelajaran bahasa Jawa berlangsung, banyak siswa yang mengantuk. Dikarenakan pelajaran bahasa Jawa dilaksanakan setelah istirahat, jadi siswa dalam keadaan kenyang dan lelah kemudian mengantuk. Saat guru memberi penjelasan di awal banyak siswa yang antusias, tapi setelah itu siswa kembali aktif dalam dunianya sendiri, yaitu berbicara sendiri, bermain sendiri, dan lain-lain.

(19)

4

berminat saat membahas tokoh pewayangan dan ketika guru memberi contoh unggah-ungguh.

Jika ditilik dari latar belakang guru kelas I A, sebenarnya guru kelas sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa. Bahkan sepengetahuan peneliti, guru juga terbiasa menggunakan bahasa Jawa saat di rumah. Saat pelajaran bahasa Jawa, guru sebisa mungkin berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa, agar siswa terbiasa pula untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa.

Ketika pelajaran bahasa Jawa selesai dan pulang sekolah pun, guru kadang masih berkomunikasi dengan siswa menggunakan bahasa Jawa. Terlihat ketika siswa piket kelas sehabis bel pulang sekolah, guru memberi pertanyaan-pertanyaan dengan bahasa Jawa. Guru kelas I A juga tidak segan bertanya pada guru lain tentang penggunaan bahasa Jawa yang benar. Guru bercerita bahwa menggunakan bahasa Jawa jika tidak terbiasa itu sulit. Maka dari itu, guru sebisa mungkin membiasakan pada siswanya. Tak hanya siswanya, bahkan guru saat di rumah kadang berkomunikasi dengan cucunya menggunakan bahasa Jawa karena beliau merasa penting mengajarkan pada generasi sekarang.

(20)

5

sering mendengarkan nyanyian dari orang tua. Anak sudah terbiasa. Pada usia siswa kelas 1 yang pada dasarnya baru lepas dari TK maka musik atau lagu cocok sekali dijadikan sebuah media sebagai pembangkit gairah siswa untuk belajar. Dengan mendengar lagu siswa akan lebih bersemangat dalam mengerjakan suatu tugas, perintah atau bahkan mampu mengalihkan perhatian siswa untuk lebih fokus. Gerak juga sangat disukai oleh siswa. Usia siswa SD kelas 1 adalah usia aktif untuk bergerak dan suka menari. Peralihan dari Taman Kanak-Kanak menjadi salah satu alasan dimana gerak dan lagu ini cocok diberikan. Menggunakan gerakan-gerakan dapat mempercepat siswa mengingat sesuatu lebih cepat. Perpaduan antara lagu dan gerak bisa dimasukkan dalam metode menyanyi. Untuk usia siswa kelas 1 Sekolah Dasar, tentu kegiatan menyanyi masih sangat disukai. Jika dilihat dari pembawaannya dari jenjang sebelumnya yakni TK, siswa memang mengenal menyanyi. Siswa akan menyukai kegiatan menyanyi seperti yang dia dapat di TK.

Selain menyanyi, tentu siswa suka sekali dengan bermain. Justru dari bermain siswa akan menemukan banyak hal yang dapat dipelajari. Permainan tentu akan menarik perhatian siswa. Jika sudah menarik tentu akan semangat mengikuti kegiatan ini.

(21)

6

sini tentu saja bermain yang didesain sebagaimana rupa agar mengandung materi pelajaran tapi tetap mengasyikan.

Selain menyanyi dan bermain tentu siswa usia SD kelas 1 senang sekali bercerita. Bahkan jika ada siswa yang tidak suka bercerita, guru akan mengupayakan bagaimanapun caranya agar siswa terbiasa untuk bercerita.

Bercerita adalah metode yang baik digunakan untuk siswa. Apalagi dalam pembelajaran bahasa Jawa tentu ada aspek penilaian berbicara yang dapat dinilai dari siswa itu bercerita. Cara bercerita pun sangat beragam, mulai dari guru bercerita dengan berbagai media, sampai siswa yang bercerita dengan bahasanya sendiri. Saat guru bercerita diharapkan siswa menerima inti cerita dan mendapatkan nilai yang terkandung dalam cerita tersebut dan menerapkannya pada kehidupan si siswa.

(22)

7

Karena itu penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Jawa dengan Metode Bermain, Cerita, Menyanyi di Kelas I A SD Negeri Percobaan 4 Wates”.

B. Identifikasi Masalah

1. Dalam proses pembelajaran siswa mengantuk, berbicara sendiri dengan temannya.

2. Banyak siswa tampak tidak semangat saat pelajaran bahasa Jawa 3. Banyak siswa ramai sendiri saat guru menjelaskan

4. Guru mengajar belum menggunakan metode yang menarik. 5. Beberapa siswa tidak menyukai bahasa Jawa

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam pembatasan ini dibatasi pada banyak siswa tampak tidak semangat saat pelajaran bahasa Jawa dan guru mengajar belum menggunakan metode yang menarik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah penelitian yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah yang diajukan adalah

1. Bagaimana proses meningkatkan minat belajar bahasa Jawa melalui metode bermain, cerita, menyanyi di kelas I A SD Negeri Percobaan 4 Wates? 2. Bagaimana hasil meningkatnya minat belajar bahasa Jawa melalui metode

(23)

8 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah. 1. Untuk mengetahui proses meningkatkan minat belajar bahasa Jawa melalui

metode bermain, cerita, menyanyi di Kelas I A SD Negeri Percobaan 4 Wates.

2. Untuk meningkatkan minat belajar bahasa Jawa melalui metode bermain, cerita, menyanyi di kelas I A SD Negeri Percobaan 4 Wates.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidikan khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa kelas 1 SD serta dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Siswa menjadi semangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa mampu menumbuhkan rasa minat dan bangga terhadap pembelajaran bahasa Jawa sebagai budaya luhur.

b. Bagi Guru

(24)

9

(25)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Minat Belajar Bahasa Jawa

1. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Kurikulum yang berlaku saat penelitian adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ialah penyempurnaan dari KTSP. Bahasa Jawa termasuk dalam muatan lokal. Muatan lokal ialah kegiatan yang kurikuler yang mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Keberadaan mata pelajaran lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih relevan dengan keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Penentuan mata pelajaran bahasa daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal tergantung pada kebijakan pemerintah dan sekolah yang bersangkutan. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan sekitarnya. Bahasa Jawa digunakan di beberapa daerah di Jawa Tengah, seluruh kabupaten di Yogyakarta, dan Jawa Timur. Bahasa Jawa sendiri merupakan bahasa yang kerap digunakan dalam kehidupan sehari-sehari. Bahasa Jawa juga masuk ke dalam mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar dan masuk ke muatan lokal.

(26)

11

dilaksanakan 2(dua) jam pembelajaran dalam satu minggu dengan alokasi waktu kurang lebih 70 menit.

Perubahan jaman membuat bahasa Jawa semakin jarang digunakan oleh siswa jaman sekarang. Dilihat dari kondisi riil, terlihat bahwa siswa jaman sekarang lebih menggunakan bahasa yang mereka anggap bahasa gaul. Siswa jaman sekarang juga terlihat sulit menggunakan tatanan bahasa Jawa. Kadang dalam penulisan pun mereka sulit membedakan. Misal, yang mereka maksud itu sakit, tapi dalam penulisan masih loro. Padahal yang benar adalah lara. Hal-hal kecil seperti ini harusnya dapat diminalisir dengan membuat siswa minat dahulu kepada pembelajarannya.

Pembelajaran bahasa Jawa yang dilaksanakan di kelas 1 SD masih mencakup materi yang sederhana dan menyangkut kehidupan siswa. Contoh dari materinya ialah: kesehatan, punakawan, olahraga, dan lain-lain.

a. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Setiap mata pelajaran pasti ada fungsinya, begitu pula dengan pelajaran bahasa Jawa. Menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 Tahun 2013, pembelajaran bahasa Jawa berfungsi sebagai wahana untuk menyampaikan nilai-nilai pendidikan etika, estetika, moral, spiritual, dan karakter.

(27)

12

Pembelajaran bahasa Jawa diarahkan agar siswa dapat menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi. Menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi tentu harus dengan baik dan benar. Pada bahasa Jawa terdapat tingkatan tutur yang harus diperhatikan. Tutur itu memiliki nilai hormat antara pembicara dan orang yang diajak bicara.

2) Edukatif

Fungsi edukatif ini diarahkan agar membentuk kepribadian dan identitas bangsa dalam diri siswa melalui unggah-ungguh.

3) Kultural

Fungsi kultural ialah mengarah pembelajaran bahasa Jawa untuk menanamkan nilai-nilai budaya Jawa sebagai upaya membangun identitas bangsa. Juga mampu menyaring budaya asing yang masuk.

Tujuan pembelajaran bahasa Jawa menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 Tahun 2013 ialah:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan tata bahasa yang baik dan benar

2) Menghargai dan menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana berkomunikasi, lambang kebanggan dan daerah

3) Menggunakan bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial

(28)

13

5) Menghargai bahasa dan sastra Jawa sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

b. Ruang Lingkup Bahasa Jawa di SD

Menurut Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum 2013, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Jawa di Sekolah Dasar mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga ranah tersebut dalam pembelajaran bahasa Jawa kelas I diuraikan sebagai berikut.

1) Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

2) Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, pribadi, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah

4) Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan siswa sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku siswa beriman dan berakhlak mulia.

2. Minat Belajar

(29)

14

Lamanya masa anak-anak, minat menjadi sumber yang penting dan kuat bagi belajar. Jika siswa berminat pada sesuatu untuk dipelajari, maka akan antusias. Siswa akan berusaha lebih kuat dan giat untuk belajar sesuatu yang diminatinya. Perlu adanya sikap di mana kita memancing siswa agar minat dengan apa yang kita berikan agar siswa mau belajar sesuai dengan keinginannya bukan dari paksaan kita.

Minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut-paut dengan dirinya. Minat suatu kesadaran tentang hubungan dirinya dengan lingkungan yang berpengaruh padanya.

Minat mengarahkan pada perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan kuat bagi perbuatan tersebut. Dalam diri manusia memiliki dorongan-dorongan atau motif-motif. Motif dikenal pula dengan motivasi. Menurut Sarlito (2012: 137) motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang merujuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada tindakan atau perbuatan.

(30)

15

secara alamiah hadir. Tapi minat ada karena adanya usaha dan pengalaman, serta adanya sesuatu yang menarik bagi siswa.

Menurut Slameto (Sofan, 2011: 39) minat adalah perasaan menyukai dan keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Besar kecilnya minat sangat tergantung pada penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang ada di luar dirinya. Bila seseorang nampak minat pada sesuatu hal, tentu dengan sangat mudah untuk melakukan atau menjalani sesuatu dengan baik. Siswa yang minat pada suatu pelajaran tentu akan nampak senang, antusias, lepas, tanpa tekanan saat mengikuti pelajaran itu. Siswa yang minat juga akan dengan senang hati melakukan suatu aktivitas yang diminta tanpa harus ada paksaan. Menurut Slameto (Sofan, 2011:39) siswa yang memiliki minat terhadap suatu obyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian terhadap obyek tersebut. Disini akan nampak jelas perbedaan sikap siswa yang minat terhadap suatu obyek atau siswa yang sama sekali tidak minat terhadap obyek tersebut. Siswa yang minat tentu akan dengan sendirinya mengikutsertakan dirinya untuk ambil bagian dalam kegiatan tersebut, sedangkan yang tidak minat tentu tidak akan. Minat bisa menjadi sebab yang kuat siswa mau mengikuti suatu kegiatan sebagai suatu hasil keikutsertaanya dalam kegiatan itu.

(31)

16

Menurut Slameto (2003: 2) pengertian belajar secara psikologis ialah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar juga didefinisikan sebagai proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh pengalaman baru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Pengalaman baru ini bisa merubah tingkah siswa menuju baik.

Perubahan tingkah laku siswa dengan adanya belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perubahan terjadi secara sadar

Berarti bahwa segala perubahan yang terjadi dalam dirinya akibat belajar dirasakan dan disadari secara sadar betul. Siswa akan sadar bahwa keterampilannya bertambah, pengetahuannya bertambah, dan lain-lain.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Perubahan yang terjadi akan berkesinambungan secara terus menerus dan tidak statis. Misalnya, seorang siswa yang sedang belajar menulis dari yang tidak menulis menjadi bisa menulis. Tidak berhenti di situ saja, dari yang bisa menulis tapi belum rapi menjadi rapi, kemudian dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis indah dan lain-lain. Selain itu perubahannya itu fungsional atau berfungsi. Misal dari ia dapat menulis, maka siswa dapat menulis cerita, menulis surat, mengerjakan soal yang diberikan guru, dan lain-lain.

(32)

17

Perubahan itu akan menuju kearah yang lebih baik. Siswa akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jika siswa tidak menjadi baik, maka siswa tidak mengalami proses belajar di sana. Perubahan itu tidak datang dengan sendirinya, tapi perubahan hadir karena peran aktif dari yang bersangkutan. Inilah yang disebut dengan perubahan dalam belajar aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan dalam belajar bersifat permanen. Ini berkaitan dengan perubahan belajar yang berkesinambungan dan kontinu tadi. Seorang siswa yang sudah belajar menulis, kemampuannya menulis tidak akan lenyap atau hilang begitu saja.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Siswa berubah pasti memiliki tujuan yang jelas saat ia belajar. Tujuan yang jelas ini menuntun siswa untuk berubah secara disadari. Jadi belajar ialah keinginannya sendiri untuk dapat berubah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seorang siswa saat ia belajar meliputi perubahan yang menyeluruh terhadap tingkah lakunya. Seorang siswa akan mengalami perubahan dalam keterampilan, sikap, pengetahuan, dan sebagainya.

(33)

18

dicapai. Orang yang minat terhadap suatu objek cenderung akan memiliki rasa tertarik dan perhatian terhadap objek tersebut. Objek harus menimbulkan rasa senang, sehingga siswa tertarik untuk memperhatikan. Jika objek tidak menimbulkan rasa senang maka tidak akan ada minat yang ditimbulkan. Minat seseorang pada suatu objek sangat berpengaruh terhadap daya serap terhadap objek tersebut.

Minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman (Sofan, 2011: 39). Jelas dikatakan bahwa jika minat itu adanya kesepenuhan hati untuk mendapatkan sesuatu, baik itu pengalaman, kecakapan, pengalaman melalui sebuah usaha. Jika siswa memiliki minat pasti siswa akan ada usaha untuk mencapai semuanya.

Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni siswa. Bila siswa ini berminat pada suatu kegiatan atau pelajaran, pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan daripada mereka tidak merasa minat yang justru cenderung bosan terhadap kegiatan atau pelajaran itu.

(34)

19

mengerjakan, dan lain-lain. Siswa akan tampak lebih fokus pada apa yang ia minati. Jadi untuk mengahadapi suatu kegiatan dan pembelajaran memang sangat diperlukan minat dari dalam diri siswa tersebut.

Menurut The Ling Gie (Sofan, 2011: 39), arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah.

a. Minat melahirkan perhatian secara spontan b. Minat memudahkan konsentrasi

c. Minat mencegah gangguan dari luar

d. Minat memperkuat melekatnya materi pelajaran dalam ingatan e. Minat memperkecil kebosanan belajar

Minat yang melahirkan perhatian spontan dimaksudkan bahwa jika seorang siswa minat pada suatu kegiatan atau pelajaran, siswa akan langsung memperhatikan secara langsung tanpa guru meminta. Perhatian siswa ini akan sulit dialihkan karena minat yang telah tumbuh secara alamiah dalam diri siswa.

(35)

20

Pelajaran yang menumbuhkan minat dari dalam diri siswa biasanya pelajaran yang diberikan secara menyenangkan, sehingga siswa teralihkan dan berminat. Dengan pembelajaran yang menarik minat siswa tentu pelajaran itu akan lebih mudah diingat siswa, karena pelajaran itu ada sesuatu kekuatan yang di kemudian hari dapat merangsang memori siswa yang telah mengalami pelajaran itu.

Minat yang tumbuh dari dalam siswa juga akan memperkecil kebosanan. Dengan adanya minat belajar siswa, siswa akan sangat antusias dan jarang sekali mengalami kebosanan terhadap suatu pelajaran atau kegiatan itu.

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar. Minat merupakan modal besar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam usaha untuk memperoleh sesuatu, diperlukan adanya minat. Besar kecilnya minat sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat.

Minat merupakan gejala psikologis yang menunjukkan bahwa minat adanya pengertian subjek terhadap objek. Jadi, saat kita minat terhadap objek, maka kita akan mengerti maksud dari subjek tersebut. Adanya ketertarikan terhadap sesuatu karena sesuatu tersebut mampu menimbulkan perasaan seseorang.

Indikator minat menurut Safari (Slameto, 2003) ialah: a. Perasaan senang

(36)

21

untuk menyenangi dari orang lain. Siswa akan merasa senang jika ada sesuatu yang membuatnya senang. Minat timbul dari perasaan senang tersebut.

b. Ketertarikan siswa

Adanya hubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau yang lain yang dirangsang oleh diri sendiri. Ketertarikan siswa berperan dalam timbulnya minat. Siswa yang tertarik berarti menunjukkan adanya indikator minat dalam diri siswa tersebut. Ketertarikan tersebut muncul karena orang, benda, pelajaran, atau metode yang digunakan mempunyai daya tarik yang mampu menarik segenap diri siswa untuk dengan seutuhnya tertarik dengan apa yang menariknya. c. Perhatian siswa

Perhatian merupakan aktivitas terhadap pengamatan dan pengertian dengan mengesampingkan yang lain daripada itu. Jika perhatian siswa sudah seutuhnya terpusat pada sesuatu, maka dengan sungguh-sungguh siswa akan ikut dalam pelajaran atau pembelajaran. Perhatian siswa yang terpusat tidak akan mudah digoyahkan. Siswa akan sungguh-sungguh dan tidak akan setengah-setengah jika perhatiannya sudah tertarik. Indikasi minat muncul jika perhatian siswa sudah sungguh-sungguh.

d. Keterlibatan siswa

Ketertarikan terhadap suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.

(37)

22

a. Siswa lebih menyukai suatu hal tertentu daripada lainnya

Siswa akan tampak lebih menyukai hal yang menurutnya menarik. Perasaan lebih menyukai ini dapat dikatakan sebagai indikator adanya minat dari dalam diri siswa tanpa adanya paksaan.

b. Siswa berpartisipasi penuh dalam aktivitas

Siswa yang berpartisipasi penuh dalam suatu kegiatan berarti sudah menimbulkan tanda-tanda bahwa dirinya sangat minat dengan aktivitas tersebut.

c. Siswa memberi perhatian lebih

Siswa yang memberi perhatian lebih dengan mau bertanya, mau beraktivitas penuh, bahkan mengajak teman-temannya untuk terlibat, sudah menunjukkan bahwa siswa tersebut minat terhadap yang ia perhatikan. Selain itu, perhatian siswa tidak mudah terpecahkan, tidak mudah terganti oleh kegiatan lain.

Jika Farida Rahim mengartikan minat membaca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca, maka dapat dikatakan bahwa minat belajar ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk belajar. Jika memliki minat belajar yang tinggi dapar dikatakan bahwa siswa akan membangun usaha untuk dapat belajar juga menampakkan keminatan dalam dirinya terhadap suatu objek.

(38)

23

a. Pengalaman sebelumnya; siswa tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya.

b. Konsepsinya tentang diri; siswa akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika informasi tersebut dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya

c. Nilai-nilai; minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang yang berwibawa

d. Mata pelajaran yang bermakna; informasi yang mudah dipahami oleh siswa akan menarik minat mereka

e. Tingkat keterlibatan tekanan; jika siswa merasa di dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat mereka mungkin akan lebih besar

f. Kekompleksitasan materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.

Dapat disimpulkan bahwa minat belajar ialah adanya ketertarikan dan keinginan hati diri sendiri untuk mau berproses dan berusaha untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menyeluruh sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. 3. Minat Belajar Bahasa Jawa

(39)

24

interaksinya dengan lingkungan sekitarnya, dan bahasa Jawa adalah pembelajaran bahasa di daerah Jawa yang berisi budaya, unggah-ungguh, dan lain-lain. Maka, minat belajar bahasa Jawa ialah adanya ketertarikan dalam diri siswa yang muncul dari dalam diri siswa untuk memperoleh perubahan dalam dirinya melalui pembelajaran bahasa Jawa lewat pelajaran maupun lewat kehidupan sehari-harinya.

Minat belajar bahasa Jawa berarti bahwa siswa memiliki ketertarikan tersendiri dalam mempelajari bahasa Jawa untuk perubahan dirinya. Minat di sini terjadi dari dalam diri siswa. Mulai dari ketertarikan siswa terhadap pelajaran bahasa Jawa yang bisa didapatnya melalui pelajaran yang menyenangkan mereka.

4. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor dari dalam diri seperti membangun perasaan senang, membangun minat dalam diri untuk belajar bahasa Jawa.

b. Faktor Eksternal 1) Guru

(40)

25

Guru juga sebaiknya berusaha membentuk minat-minat baru dalam diri siswa. Dapat dilalui dengan memberikan informasi pada siswa tentang hubungan satu pelajaran terhadap pelajaran lain.

Menurut Rooijakkers (Slameto, 2003: 181) meningkatkan minat akan dapat dicapai juga dengan cara guru menyelipkan berita sensasional agar siswa tertarik. Misalnya, bila guru ingin menyampaikan tentang konsep berat, maka guru bisa menceritakan peristiwa manusia pertama ke bulan.

2) Media

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti

perantara atau pengantar (Sanjaya, 2012: 163). Media merupakan alat yang digunakan untuk membantu guru dalam menjelaskan suatu materi pelajaran. Media sendiri bisa berupa alat, bahan, orang atau kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dan mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Media pembelajaran sendiri dapat digolongkan dalam perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat pengantar pesannya, sedangkan software adalah isi programnya.

Pada dasarnya mengajar memerlukan media yang pas agar pesan dan maksud dari pembelajaran dapat tercapai dan tersampaikan. Siswa dapat mengalami langsung saat pembelajaran berlangsung. Sehingga siswa akan lebih mudah paham dan apa yang ia pelajarai lebih mudah diingat dan tidak mudah dilupakan.

(41)

26

Metode merupakan jalan yang harus ditempuh guru dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan. Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Wina, 2012: 147).

Menurut Kusumah (Asmani, 2011: 30) metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Metode memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan suatu strategi pembelajaran dipegang kuat oleh metode yang digunakan guru saat mengajar. Siswa akan dapat memahami atau tidak juga sedikit banyak tergantung metode yang digunakan guru.

Metode pembelajaran ada banyak, diantaranya: metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi (kelompok besar maupun kelompok kecil), metode simulasi, metode BCM (bermain, cerita, menyanyi), dan masih banyak lagi.

Metode yang harus digunakan guru ialah metode yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa minat untuk mempelajari sesuatu.

B. Karakteristik Anak

1. Pengertian Siswa Kelas I Sekolah Dasar

(42)

27

dari umur 6 tahun dan berakhir di umur 11-13 tahun. Usia ini ialah usia matang masuk ke sekolah dasar.

Masuk sekolah untuk pertama kalinya memberikan pengalaman baru yang menuntut siswa untuk mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sekolah. Pengalaman masuk sekolah pertama ialah merupakan pengalaman yang sangat berkesan bagi siswa. Dari mereka yang hanya tahu bermain sambil belajar, di sekolah dasar siswa-siswi harus mampu belajar. Belajar sesuatu yang baru. 2. Ciri-ciri Siswa Kelas I Sekolah Dasar

Menurut Izzaty (2013: 103) ciri-ciri anak kelas I SD ialah: a. Emosi anak berlangsung lebih singkat

Terjadi hanya beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan yang nampak.

b. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak takut, marah, atau sedang bersenda gurau.

c. Emosi anak mudah berubah.

Sering kita jumpai seorang anak yang menangis berubah menjadi tertawa terbahak-bahak. Perubahan emosi ini begitu cepat dan dalam waktu yang singkat.

d. Emosi anak nampak berulang-ulang.

(43)

28

e. Respon emosi anak berbeda-beda. Pengamatan terhadap anak dengan berbagai tingkat usia menunjukkan bervariasinya tingkat respon emosi. f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya. g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Suatu ketika emosi itu begitu kuat, kemudian berkurang. Emosi yang lain mula-mula lemah kemudian berubah menjadi kuat.

h. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. Anak-anak memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan. 3. Tahap Perkembangan Anak Kelas I Sekolah Dasar

Perkembangan fisik cenderung lebih stabil atau tenang. Siswa menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, serta belajar berbagai keterampilan. Perubahan nyata terlihat pada sistem tulang, otot, dan keterampilan gerak berlari, memanjat, melompat, berenang, dan lain-lain.

Menurut Piaget (Izzaty, 2013: 104) tahap operasi konkret di mana konsep yang semula samar-samar dan tidak jelas sekarang menjadi lebih konkret. Mampu memecahkan masalah yang aktual. Egonya mulai berkurang.

(44)

29 C.Model Pembelajaran PAKEM

1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

PAKEM ialah pembelajaran aktif, kreaif, efektif, dan menyenangkan atau dapat juga disebut dengan joyful learning. Jika dilihat dari kepanjangan PAKEM, dapat disebutkan bahwa PAKEM merupakan pembelajaran yang menarik. Beberapa guru mencoba menggunakan model ini dengan maksud membuat suasana lebih menyenangkan tanpa meninggalkan keutamaan dalam pembelajaran. Manfaat PAKEM diprediksi dapat menggali potensi siswa dan melahirkan generasi penerus bangsa yang unggul, karena PAKEM ini mengutamakan kemajuan siswa.

PAKEM didesain untuk menciptakan beragam kegiatan untuk kemajuan siswa. Di sini siswa dapat mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan berbagai sumber dan alat bantu.

(45)

30

Yang kedua ialah kreatif. Kreatif membuat guru harus sekretif mungkin menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkatan kemampuan siswa, dan siswa tidak bosan. Guru juga hendaknya menciptakan pembelajaran yang mendukung berkembangnya kekreativan siswa.

Efektif berarti proses pembelajaran yang dilakukan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan siswa tidak akan ada artinya jika siswa jika siswa tidak mampu mendapatkan ilmu dan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Siswa harus mampu berproses dan juga harus menghasilkan apa yang harusnya mereka kuasai. Jika pembelajaran itu sudah menyenangkan dan menciptakan keaktivan siswa tapi tidak efekti, tidak ubahnya pembelajaran itu sama seperti sebuah permaianan saja.

Terakhir adalah menyenangkan. Menyenangkan maksudnya membuat suasana belajar yang meyenangkan, sehingga siswa mampu memusatkan perhatiannya penuh pada pembelajaran tersebut. Jika pembelajaran menyenangkan siswa, tentu siswa akan senang mengikuti pembelajaran tersebut. Selain itu, pembelajaran yang menyenangkan tidak akan membuat siswa bosan. Malah sebaliknya, siswa akan sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut.

(46)

31

Istilah PAKEM semula dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyful Effective Learning). Pada dasarnya PAKEM menggunakan landasan terori dari

active learning atau pembelajaran aktif.

Pembelajaran aktif sebenarnya sudah dirancang sejak lama karena dianggap dapat meningkatkan pemahan siswa terhadap apa yang ia pelajari. Pengertian pembelajaran aktif sebenarnya sangat luas. Hal tersebut terjadi karena pengertian tiap individu beda. Intinya pembelajaran aktif ini lebih banyak menitik beratkan pada siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas belajar.

Pembelajaran aktif memfokuskan pada tanggung jawab siswa pada proses belajar. Jika dilihat dari tujuan pembelajaran aktif, tentu guru berlomba-lomba untuk menggunakan pembelajaran aktif ini.

Beberapa para ahli memiliki pandangan yang berbeda tentang pembelajaran aktif ini (Asmani, 2011: 65). Silberman menggambarkan saat belajar aktif, banyak kegiatan yang akan dilakukan siswa. Silberman menitik beratkan jika belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan terlibat secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik.

(47)

32

Menurut Mayer pada tahun 2004, pembelajaran aktif sudah berkembang luas. Menurutnya, siswa aktif tidak hanya sekedara hadir di dalam kelas, menghafal, dan akhirnya mengerjakan soal-soal di akhir pelajaran. Siswa harus terlibat aktif, baik secara fisik maupun mental. Aktif pula dalam melakukan praktek saat pembelajaran.

Pembelajaran aktif mempunyai spesifikasi dan keunggulan yang besar. Maka PAKEM menjadikan keunggulan pembelajaran aktif sebagai pijakannya. 2. Ciri-ciri PAKEM

a. Menurut Pelatihan MBS (Asmani, 2011: 83) Menurut program MBS, ciri-ciri PAKEM ialah:

1) Siswa terlibat dalam bebagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada learning by doing

2) Di sini guru menggunakan alat bantu dan cara untuk membangkitkan semangat untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

3) Guru mengatur kelas dengan cara memajang buku.

4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk belajara kelompok.

5) Guru mendorong siswa untuk menemukancara sendiri dalam pemecahan masalah.

(48)

33

1) Menciptakan lingkungan tanpa stress dan rileks, yaitu lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan. Namun, dengan harapan akan mendapatkan kesuksesan yang lebih tinggi

2) Menjamin bahan ajar yang digunakan itu relevan

3) Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif

4) Melibatkan secara sadar semua indra, dan otak kiri maupun kanan

5) Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari.

3. Prinsip PAKEM

Dalam sebuah model pembelajaran tentu memiliki prinsip. Tidak berbeda dengan PAKEM. PAKEM kurang lebih memiliki empat komponen atau prinsip yang dapat diindentifikasi, yaitu mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi. Empat prinsip ini harus diaplikasikan di lapangan. Guru tidak boleh menyimpang dari prinsip tersebut. Dalam pembelajaran tidak ada lagi otoritas, sentralisasi, pemusatan terhadap guru.

a. Mengalami

(49)

34

Dengan adanya prinsip ini, benar-benar membuat siswa dapat merasakan langsung. Siswa dapat merasakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan, sehingga membuat siswa semakin paham dan mudah mengingatnya lagi. b. Interaksi

Interaksi terjadi bisa antar siswa (siswa dengan siswa), maupun siswa dengan guru. Interaksi ini perlu untuk senantiasa dijaga. Dengan adanya interaksi, suasana belajar akan semakin hidup dan menyenangkan. Selain itu, kesalahan pemahaman dari siswa juga mudah dikoreksi secara bersama, sehingga siswa paham betul. Dengan adanya interaksi, pembelajaran semakin menarik, makna dari pembelajaran akan semakin mantap, dan kualitas belajar meningkat.

Prinsip interaksi ini memberi peluang pada siswa untuk dapat berekspresi. Potensi yang mereka miliki akan terus berkembang.

c. Komunikasi

Komunikasi adalah hal penting dalam proses pembelajaran. Sebenarnya tidak hanya di proses pembelajaran, tapi juga dalam kehidupan ini.

(50)

35

komunikasi lisan maupun melalui benda atau hasil karya yang mampu mewakili komunikasi yang baik.

Dengan komunikasi, guru juga akan mengerti sejauh mana pemahaman siswa, bagian mana yang tidak diketahui siswa, sehingga guru mengerti tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

d. Refleksi

Refleksi berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. Dengan refleksi guru menjasi tahu efektivitas suatu pembelajaran yang sudah berlangsung. Refleksi ini berfungsi untuk mengadakan perbaikan pada pembelajaran yang akan datang. Dengan adanya refleksi, pembelajaran akan terhindar dari kesalahan berulang.

Refleksi biasanya juga digunakan untuk sarana evalusai dari metode, model, dan strategi yang digunakan. Dengan adanya refleksi dapat diketahui kelemahan dan kelebihan atau efektivitas suatu pembelajaran yang ada. Akan muncul ide baru, gagasan baru dari sebuah refleksi.

4. Peran Guru dalam PAKEM

Ada banyak peran yang harus dimainkan guru dalam proses pembelajaran ini. Peran-peran tersebut adalah:

a. Caregiver (Pembimbing)

(51)

36

dengan respek (penuh perhatian), sayang, dan cinta. Tindakan harus dilakukan guru pada siswa yang termasuk dalam pembimbing ialah: tidak boleh meremehkan/merendahkan si siswa, tidak boleh memperlakukan siswa dengan kurang adail, tidak boleh membenci sebagian siswa didiknya.

b. Model (Contoh)

Guru selalu menjadi pusat perhatian siswa. Gerak-gerik guru sebenarnya selalu diperhatikan oleh si siswa. Siswa akan mengingat tindak tanduk guru, perilaku guru, bahkan gaya mengajar guru. Tidak jarang siswa memberi predikat terhadap guru tersebut. Misalnya saja, guru yang mengajar anak dengan keras dan kurang sabar, akan teringat dalam memori siswa bahwa guru itu ada guru galak. Karena hal tersebut, akan lebih baik jika guru memberi contoh yang baik. Guru menanamkan nilai kebaikan, seperti jujur, disiplin, rapi, ramah, tulus, tekun, dan lain-lain. Sehingga apa yang terekam oleh si siswa adalah suatu tindakan yang baik. Dengan merekam tindakan baik tersebut, diharapkan siswa juga akan mencontoh dan melakukannya.

c. Mentor (Penasehat)

Di sini guru pun harus berperan sebagai mentor atau penasihat. Peran mentor ini erat sekali hubungannya dengan peran pembimbing. Guru tidak

(52)

37

bagaiman yang benar sesuai dengan kaidahnya. Guru harus sanggup memberi nasihat ketika siswa membutuhkan.

Pada model pembelajaran PAKEM dapat menggunakan berbagai metode agar tujuan dari PAKEM tersebut tercapai serta tujuan pembelajarannya pun tercapai. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran PAKEM ialah metode bermain, cerita, menyanyi (BCM). Metode ini disinyalir dapat digunakan dalam rangka pencapaian pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

D.Metode Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM)

Metode merupakan suatu cara yang digunakan guru dalam pemberian materi saat proses belajar mengajar. Metode merupakan jalan yang harus ditempuh guru dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan. Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2012: 147).

Menurut Wijaya Kusumah (Asmani, 2011: 30) metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ialah jalan atau cara yang dilakkan guru untuk menyampaikan suatu pembelajaran yang dapat diterima siswa.

(53)

38

Siswa akan dapat memahami atau tidak juga sedikit banyak tergantung metode yang digunakan guru. Metode digunakan untuk melaksanakan model.

Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran: diantaranya metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode proyek, metode eksperimen, metode picture and picture, dan masih banyak lagi. Setiap metode hadir untuk membuat pembelajaran lebih bermakna, menyenangkan, tidak membuat bosan siswa, dan mempermudah menyampaikan maksud pembelajaran.

Menurut Muliawan (2016: 202) metode bermain, cerita, dan menyanyi atau BCM adalah metode yang menerapkan prinsip bermain sambil belajar. Metode bermain, cerita, menyanyi adalah tiga metode yang kadang digabungkan jadi satu. Metode ini sangat menyenangkan bagi siswa usia SD kelas 1. Sebenarnya metode BCM terinspirasi dari metode yang digunakan pada anak usia dini. Namun, pada kenyataannya, metode ini justru sering digunakan di kalangan perguruan tinggi. Contohnya saja saat pengkaderan anggota organisasi, metode ini sering digunakan. Mulai dari ospek dan lain-lain. Metode ini dikenal yel-yel yang menyenangkan dan dapat menyegarkan pikiran.

(54)

39

mudah jenuh. Dalam perkembangan siswa, tanpa bermain proses tumbuhkembang siswa akan terganggu.

Menurut Muliawan (2016: 205) beberapa manfaat penggunaan metode bermain adalah manfaat motorik, manfaat afektif, manfaat kognitif, manfaat spiritual, manfaat keseimbangan. Uraian tentang manfaat metode bermain adalah sebagai berikut.

a. Manfaat motorik

Manfaat motorik adalah manfaat yang berhubungan dengan unsur-unsur kesehatan, keterampilan, ketangkasan, dan kemampuan fisik.

b. Manfaat afektif

Manfaat ini ialah manfaat yang berhubungan dengan perkembangan psikologis anak. Mencakup emosi, sifat, karakter dan watak siswa.

c. Manfaat kognitif

Manfaat permainan selanjutnya adalah manfaat kognitif. Manfaat ini berhubungan dengan manfaat permainan dalam perkembangan kecerdasan siswa. Biasanya berhubungan dengan kemampuan berimajinasi, pembentukan nalar, logika dan pengetahuan sistematis.

d. Manfaat spiritual

(55)

40 e. Manfaat keseimbangan

Manfaat keseimbangan ialah manfaat mainan yang berfungsi melatih dan mengembangkan perpaduan antara nilai positif dan negarif dari suatu mainan

Metode cerita adalah metode pembelajaran yang menggunakan teknik guru bercerita yang didalamnya diselipkan pesan moral (Muliawan, 2016: 209). Metode ini mengandalkan kemampuan seorang guru dalam berbicara panjang lebar, kemampuan berekspresi, dan mampu menyelipkan pesan moral yang ingin disampaikan. Sisi positif dari metode ini ialah guru bisa menggunakan media yang beragan saat bercerita. Siswa juga belajar mendengarkan dan menemukan pesan apa yang dapat diambil. Guru juga bisa menjadi model yang diidolakan siswa jika sang guru mampu membawakan cerita dengan apik. Siswa juga akan terangsang untuk mau belajar berkomunikasi yakni lewat bercerita.

Metode menyanyi (yang tidak terlepas dari musik) adalah metode pembelajaran yang menggunakan media nyanyian sebagai wahana belajar siswa (Muliawan, 2016: 211). Perlu diketahui bahwa siswa menyukai intonasi nada dan ritme yang enak didengar.

(56)

41

bermain, belajar, bahkan bergerak atau menari, bernyanyi sambil belajar diiringi gerak.

Menurut Ev. Andreas Christanday (Muliawan, 2016: 212), musik sangat memengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting, yaitu beat, rhythm, harmony. Beat memengaruhi tubuh, rhythm memengaruhi jiwa,

sedangkan harmony memengaruhi ruh/roh.

Siswa akan tertarik jika suatu pembelajaran diselingi dengan bernyanyi dan ditambah dengan gerakan. Karena pada dasarnya, karakteristik siswa usia SD kelas 1, masih sangat suka mengekpresikan diri dengan menyanyi dan bergerak bebas.

E.Penelitian Relevan

Ferry Sulistiyono (2014) menyatakan bahwa ada peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran tematik dengan metode strory telling. Dari penelitian ini didapat kan bahwa metode strory telling atau bercerita mampu meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini terlihat dalam penelitian bahwa indikator keberhasilan dapat dicapai. 80% siswa kelas I memperoleh skor minat belajar minimal sebesar 25 disetiap siklusnya. Pada siklus I terdapat 80% (16 siswa) siswa kelas I memperoleh skor minat belajar ≥ 25 (kategori minat belajar

(57)

42

belajar tinggi, dan siklus II menunjukkan angka 26,50 dengan kategori minat belajar tinggi.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasa Jawa sering mendapat respon kurang baik dari siswa. Dari siswa merasa tidak adanya minat dari dalam dirinya. Sehingga mereka cenderung untuk tidak memperhatikan dan bicara sendiri. Bahkan ada beberapa siswa yang mengantuk.

Model PAKEM sudah sangat dikenal manfaatnya bagi pembelajaran siswa. Dengan metode ini, pembelajaran yang diharapkan ialah siswa menjadi aktif, guru dan siswa menjadi kreatif, pembelajarannya efektif dan tentu saja menyenangkan. Dilihat dari ciri-cirinya model pembelajaran PAKEM dalam pelaksanaannya tentu bisa diisi dengan berbagai metode agar tujuan dari model pembelajaran ini tercapai. Salah satu metode yang peneliti pilih adalah metode Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM). Metode ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan. Selain itu, melihat dari karateristik siswa SD kekas 1, metode ini sangat cocok diberikan.

(58)

43

Gambar 1. Kerangka Pikir

G.Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan metode bermain, cerita, menyanyi (BCM) dapat meningkatkan minat belajar bahasa Jawa siswa kelas I SD N Percobaan 4, Wates, Kulon Progo.

H.Definisi Operasional Variabel

1. Minat belajar bahasa Jawa yang dimaksud ialah minat terhadap pembelajaran bahasa Jawa setiap harinya. Dalam penelitian ini diambil materi tentang Punakawan dan disisipi materi unggah-ungguh yang menurut guru kelas 1 tampak sulit.

2. Metode bermain, cerita, menyanyi akan disampaikan dengan metode lagu punakawan, wayang, dan permainan di luar kelas.

Kondisi Awal

Kurangnya minat belajar terhadap pelajaran bahasa Jawa

Tindakan

Menggunakan metode Bermain, Cerita, Menyanyi

Harapan

(59)

44 BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas atau PTK. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tidakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas (Arikunto, 2009: 3)

PTK atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.Latar belakang dilaksanakannya penelitian ini berawal dari adanya keinginan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas atau PTK, dengan model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Mc. Taggart dan Kemmis (Masnur, 2010: 8) merupakan suatu bentuk penelitian refleksi diri (reflective) yang dilakukan untuk memperbaiki praktik sosial atau pendidikan.

(60)

45

Gambar 2. Alur Pelaksanaan PTK Menurut Kemmis dan Taggart Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar Bahasa

Jawa dengan Metode Bermain, Cerita, Menyanyi di Kelas I A SD Negeri Percobaan 4 Wates” ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa terkhusus dalam mata pelajaran bahasa Jawa.

B.Subjek Penelitian dan Tempat Penelitian

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas I A SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo. Tempat pelaksanaan dari penelitian ini bertempat di ruang kelas I A SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo.

C.Setting Penelitian

(61)

46 D.Langkah-Langkah/Skenario PTK 1. Perencanaan

Tahap perencanaan dalam penelitian tindakan kelas meliputi rencana tindakan (action plan) adalah prosedur, strategi yang akan dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan tindakan atau perlakuan terhadap siswa. Rencana tindakan meliputi peran guru, siswa, fungsi media pembelajaran, pengaturan waktu (timeline) selama periode pembelajaran tertentu. Skenario pembelajaran diimplementasikan dari siklus ke siklus.

Dalam tahap perencanaan ini, peneliti dan guru menyusun perencanaan pengelolaan kelas dengan mengisi pembelajaran dengan metode yang disetujui yakni metode bermain, cerita, menyanyi.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Implementasi tindakan adalah implementasi dari perencanaan dalam proses pembelajaran yang sebenarnya. Implementasi tindakan oleh peneliti ataupun kolaborator. Setiap kali tindakan minimal diakukan oleh dua peneliti, yaitu satu orang yang melakukan kegiatan pembelajaran dan satu orang lainnya sebagai pemantau atau pengamat selama proses pembelajaran berlangsung.

Tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran diikuti dengan kegiatan observasi sebagai proses pendokumentasian dampak dari tindakan dan menyediakan informasi untuk tahap refleksi.

3. Refleksi

(62)

47

plan) dan disusun kembali rencana tindakan yang baru (replanning), untuk

diimplementasikan pada siklus berikutnya. E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penetian tindakan kelas ini meliputi observasi, dengan penjelasan sebagai berikut.

1. Skala psikologi

Skala psikologi di sini digunakan untuk mengukur minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Jawa yang dilakukan menggunakan metode bermain, cerita, menyanyi.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan yang dimaksudkan adalah kegiatan pembalajaran di kelas. Aspek yang diamati diantaranya adalah perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran, kegiatan siswa, dan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran.

Hal-hal yang diamati dalam kegiatan penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 148), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamatu. Dengan kata lain, instrumen penelitian merupakan alat ukur dalam penelitian.

(63)

48

tes. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar observasi dan skala psikologi.

1. Lembar Observasi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa

Lembar observasi minat belajar siswa dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun isi dari lembar observasi minat belajar siswa berdasarkan kajian teori pada bab sebelumnya. Berikut lembar observasinya:

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa Variabel Indikator Butir Pertanyaan

Hasil Observasi

(64)

49

2. Lembar Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa

Skala psikologi dalam penelitian ini digunakan peneliti untuk mengukur minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Lembar angket yang digunakan menggunakan skala psikologi. Indikator-indikator minat belajar siswa disusun berdasarkan kajian teori pada bab sebelumnya yang kemudian dibuat kisi-kisi minat belajar siswa sebagai berikut.

Tabel 2. Kisi-kisi Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa

Variabel Indikator Butir Pertanyaan Nomor Item

Minat Belajar Bahasa Jawa

Perhatian dan Ketertarikan Siswa

Saya tidak bicara sendiri Saya suka pelajaran bahasa

Jawa

Saya ikut menyanyi jika diajak menyanyi saat pelajaran bahasa Jawa

Saya senang dengan pelajaran hari ini

Saya senang bercerita dengan media

Saya ikut bermain dan belajar 2

Partisipasi Siswa Saya menjawab pertanyaan guru

Saya bertanya kepada guru Saya mau maju ke depan

7 8 9

Perasaan Senang Saya senang saat bernyanyi Saya senang saat bercerita Saya senang belajar dengan

bermain hari ini

(65)

50 G. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif, kuantitatif. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar (Trianto, 2010: 62).

Data yang dianalisis secara kuantitatif berupa skala psikologi untuk mengukur minat belajar bahasa Jawa. Skala psikologi dihitung melalui tahap berikut.

1. Menghitung skor skala psikologi minat belajar bahasa Jawa di prasiklus dan tiap satu siklus selesai

Tiap angket atau skala psikologi per siswa diskor. Kemudian dikategorikan dalam kategori rendah, sedang, atau tinggi. Rumus yang digunakan untuk pengkategorian mengadaptasi dari Saifuddin Azwar (2010: 43). Rumus ini menggunakan mean dan standart deviasi. Skala dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Norma Pengkategorian

No Interval Kategori

1 M + 1,5 SD < X Sangat tinggi

(66)

51

Tabel 4. Tabel Pengkategorian

No Interval Kategori

1 36 < X Sangat tinggi

2 28 < X ≤ 36 Tinggi

3 20 < X ≤ 28 Sedang

4 12 < X ≤ 20 Rendah

5 X ≤ 12 Sangat rendah

2. Mencari presentase siswa tiap kategori

Menurut Sudjono (2012: 43) rumus untuk menghitung frekuensi relatif (presentase) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P : angka presentase

F : jumlah frekuensi jawaban N : jumlah subyek (responden)

3. Mencari rerata minat belajar Bahasa Jawa tiap akhir siklus

Mencari rerata minat belajar bahasa Jawa dilakukan pada tiap akhir siklus guna mengetahui apakah rerata tiap siklus dan prasiklus meningkat atau tidak. Rumus yang digunakan yakni:

Keterangan:

Mean : rerata

(67)

52 H.Kriteria Keberhasilan

(68)

53 BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal (Prasiklus)

Kegiatan awal dilakukan untuk mengobservasi kegiatan pembelajaran yang ada dan untuk mengetahui skor minat awal siswa kelas I A sebelum diberi tindakan apapun. Prasiklus ini dilakukan pada tanggal 10 November 2016 dan 27 Maret 2017. Untuk mengetahui skor minat siswa, peneliti melakukan pengamatan dan menyebarkan skala psikologi bagi siswa. Pada saat melakukan observasi pada siswa tampak bahwa saat pembelajaran bahasa Jawa berlangsung hampir seluruh siswa tidak memperhatikan pelajaran tersebut sehingga guru harus memanggil nama siswa satu per satu untuk mengingatkan. Ada beberapa siswa yang memainkan alat tulisnya, ada yang mengobrol dengan teman yang lain, ada pula yang lesu dan mengantuk. Fokus siswa pada guru dan pembelajaran hanya berlangsung sebentar. Namun, ketika guru mengajak untuk bernyanyi, siswa nampak sangat antusias.

(69)

54

Tabel 5. Perolehan Skor Skala Psikologi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa Prasiklus

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kebanyakan siswa memiliki minat dalam kategori sedang. Sebanyak 80,9% siswa berada dalam kategori sedang. Sedangkan 15,3% siswa kategori rendah dan 3,8% siswa kategori tinggi dengan responden 26 siswa.

(70)

55

Tahap Perencanaan pada siklus I bertujuan untuk mempersiapkan kebutuhan dalam pelaksanaan penilitian. Pada tahap perencanaan di siklus I ini kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan metode Bermain, Cerita, Menyanyi yang sudah direncanakan.

2) Peneliti mempersiapkan alat dan keperluan untuk melakukan penelitian pada siklus I ini (lembar observasi guru, lembar skala psikologi siswa, lembar observasi terhadap siswa, media pembelajaran, kamera untuk mengambil gambar).

3) Peneliti mensimulasikan lagu dan permainan yang akan digunakan pada siklus I ini.

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus I peneliti laksanakan sebanyak dua kali yakni pada tanggal 30 Maret 2017 dan 6 April 2017. Setiap pertemuan tersedia waktu 2 x 35 menit. Adapun pelaksanaan dalam setiap pertemuan sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pada pelaksanaan tindakan pertemuan pertama ini pembelajaran membahas tentang punakawan. Diawali dengan perkenalan satu tokoh, yakni tokoh Gareng. Adapun pelaksaan tindakan sebagai berikut:

(71)

56

Dikarenakan pelajaran bahasa Jawa bukan pelajaran awal tapi pelajaran setelah istirahat maka guru mengawali dengan menyapa siswa yang baru saja istirahat. Kemudian salah satu siswa memimpin doa agar mereka diberi kelancaran saat pembelajaran. Kemudian guru mepresensi siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, guru mengawali dengan mengajak siswa untuk menyanyikan lagu yang sudah mereka biasa nyanyikan, yaitu lagu 1, 2, 3 tangane sedheku. Siswa nampak langsung ikut bernyanyi. Pada saat pertemuan pertama ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah.

b) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti ini, mula-mula guru mengeluarkan media wayang Gareng. Terdapat siswa yang langsung memperhatikan guru dan bercoloteh “apik kui, kui Bagong”, dan yang lain menimpali “udu yo, kui Semar”. Kemudian guru menjawab “ayo digathekke ndhisik”. Siswa dan guru mengamati wayang yang dibawa. Guru menceritakan kisah tentang Gareng dengan media wayang ini. Guru menjelaskan awal mula nama Gareng dan lain-lain. Kemudian guru memberi pertanyaan seputar cerita Gareng tadi. Untuk lebih jelasnya, siswa membaca bacaan tentang Gareng di buku.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2. Alur Pelaksanaan PTK Menurut Kemmis dan Taggart
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Minat Belajar Bahasa Jawa Siswa
Tabel 3. Norma Pengkategorian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Obyek dari penelitian ini adalah Minat belajar pelajaran bahasa jawa dan strategi pembelajaran Crossword Puzzle Penelitian ini diawali dengan pra siklus, dimana

TINGKAT TUTUR BASA JAWA SAHA MINAT NYERAT KALIHAN KAPRIGELAN NYERAT PACELATHON JUMBUH KALIHAN UNGGAH- UNGGUH TUMRAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KARTASURA5. Skripsi, Fakultas

Ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh Bahasa Jawa yang terdiri dari kosa kata berbentuk leksikon ngoko dan netral serta diselipi leksikon krama , krama inggil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar bahasa Jawa siswa pada materi wayang dengan menggunakan metode bermain peran pada siswa kelas V

(5) Guru kurang menguasai kelas sehingga anak yang kurang aktif tidak dapat diperhatikan. Rendahnya hasil belajar bahasa Jawa juga tercermin dari hasil belajar bahasa

Supartianah (2010: 24) menjelaskan ada beberapa fungsi bahasa Jawa diantaranya yaitu: (a) Bahasa Jawa adalah bahasa budaya disamping berfungsi komunikatif juga berperan

Diharapkan buku cerita ini dapat membantu dalam menambah minat anak untuk mempelajari tentang budaya unggah-ungguh Jawa dan berfungsi sebagai media edukasi bagi anak untuk mempelajari

Nilai moral yang dapat diambil dari bahasa Jawa yakni nilai kesopanan serta unggah- ungguh dan penguasaan tentang hal tersebut akan dimulai dari lingkungan keluarga, maka sebagai orang