RietmaLinda Noorma Safitri. 2016.Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Fungsi Linear Kelas XIAkuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016 yang ditinjau dari minat dan hasil belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifkuantitatif yang dibantu deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016, sedangkan obyek penelitian ini adalahkeefektifan model pembelajaran kooperatif tipeSTADditinjau dari minat dan hasilbelajar siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner minat belajar siswa, lembar pengamatan langsung, wawancara, hasil belajar siswa.Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD ditinjau dari minat dilihat dari kuesioner minat belajar siswa dan diperkuat dari hasil pengamatan dan wawancara. Sedangkan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD ditinjau dari hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh minat belajar siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembalajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dikatakan efektif dengan lebih besar dari 75%jumlah siswa masuk kriteria sangat berminat ditambah jumlah siswa masuk kriteria berminat yakni % (5 % siswa pada kriteria sangat berminat ditambah5 % siswa pada kriteria berminat). Sedangkan hasil belajar siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan berhasil dengan baik atau efektif dengan lebih besar dari 75% siswa sudah memenuhi KKM yakni 77,78% dari jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar yaitu 14 siswa dari jumlah 18 siswa dinyatakan tuntas belajar memenuhi KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75.Dari hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam pembelajaran jika ditinjau dari minat dan hasil belajar.
RietmaLinda Noorma Safitri. 2016. The Effectiveness of Cooperative Learning Model with The Type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in Mathematics Subject in The Topic of Linear Function of Accounting Class ���� SMK Putra Tama Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Science And Mathematics Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.
The purpose of this research was to know the effectiveness of cooperative learning model with the type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in mathematics subject in the topic of linear function of accounting class th SMK Putra Tama academic year 2015/2016 observed from students’ interest and learning outcomes.
The research is descriptive quantitative research assisted with descriptivequalitative . The subject of this research is students of grade XI of accounting of SMK Putra Tama academic year 2015/2016. Whereas the object of this research is the effectiveness of learning cooperativemodel with the type STAD that observed from interest and students’ learning outcomes. The data used in this research is observation, interviews, questioner about student interested study and learning outcomes. Through questioner data from the interest study, observation, and interviews to observe the effectivity of cooperative learning model with the type STAD observed from interest and students’ learning outcomes to observe the effectivity of cooperative learningmodel with the type STAD observed from learning outcomes.
Based on the result of research, found that all of the students interest after followed the learning process using effectiveness of cooperative learning modelwith the type STAD can be said effective is more than 75% of students including to highest criteria added by the student belongs to higher criteria is 100% (50% of students including to highest criteria added by 50% of students including belongs to higher criteria). Whereas the student learning outcomes after following learning process using cooperative learning model with the type STAD is said to be well and success or effective with more than 75% students are achieved the KKM is 77.78% from the amount of all student who belong to the learning outcomes which 14 from 18 students are achieved the KKM that given by the school,75. Finding of the research, data analysis, and investigation found the method is effective to linear function learning process that observed by the interest and students outcomes.
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI LINEAR
KELAS XI AKUNTANSI SMK PUTRA TAMA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
RIETMALINDA NOORMA SAFITRI 11 1414 059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI LINEAR
KELAS XI AKUNTANSI SMK PUTRA TAMA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
RIETMALINDA NOORMA SAFITRI 11 1414 059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
“Allah tidak akan menguji umat
-Nya melebihi batas
kemampuannya”
“Cita
-cita tidak akan terwujud dengan sendirinya, tetapi
kamu harus berdoa dan berusaha untuk
mewujudkannya”
Dengan penuh syukur, ku persembahkan karyaku ini untuk:
Tuhan Yang Maha Esa
Bapak Kadiman
Ibu Sudamayanti,S.Pdjas
Adikku Belinda Vika Agusti
Sahabatku Endy Kristian Saputra, S.H.
vii ABSTRAK
RietmaLinda Noorma Safitri. 2016. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Fungsi Linear Kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016 yang ditinjau dari minat dan hasil belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dibantu deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016, sedangkan obyek penelitian ini adalah keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner minat belajar siswa, lembar pengamatan langsung, wawancara, hasil belajar siswa. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari minat dilihat dari kuesioner minat belajar siswa dan diperkuat dari hasil pengamatan dan wawancara. Sedangkan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh minat belajar siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembalajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dikatakan efektif dengan lebih besar dari 75% jumlah siswa masuk kriteria sangat berminat ditambah jumlah siswa masuk kriteria berminat yakni % (5 % siswa pada kriteria sangat berminat ditambah 5 % siswa pada kriteria berminat). Sedangkan hasil belajar siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan berhasil dengan baik atau efektif dengan lebih besar dari 75% siswa sudah memenuhi KKM yakni 77,78% dari jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar yaitu 14 siswa dari jumlah 18 siswa dinyatakan tuntas belajar memenuhi KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75. Dari hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam pembelajaran jika ditinjau dari minat dan hasil belajar.
viii ABSTRACT
RietmaLinda Noorma Safitri. 2016. The Effectiveness of Cooperative Learning Model with The Type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in Mathematics Subject in The Topic of Linear Function of Accounting Class ���� SMK Putra Tama Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Science And Mathematics Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.
The purpose of this research was to know the effectiveness of cooperative learning model with the type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in mathematics subject in the topic of linear function of accounting class th SMK Putra Tama academic year 2015/2016 observed from students’ interest and learning outcomes.
The research is descriptive quantitative research assisted with descriptive qualitative . The subject of this research is students of grade XI of accounting of SMK Putra Tama academic year 2015/2016. Whereas the object of this research is the effectiveness of learning cooperative model with the type STAD that observed from interest and students’ learning outcomes. The data used in this research is observation, interviews, questioner about student interested study and learning outcomes. Through questioner data from the interest study, observation, and interviews to observe the effectivity of cooperative learning model with the type STAD observed from interest and students’ learning outcomes to observe the effectivity of cooperative learning model with the type STAD observed from learning outcomes.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI LINEAR KELAS XI AKUNTANSI SMK PUTRA TAMA TAHUN AJARAN 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dan berjalan
dengan lancer tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Hongki Julie, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Matematika.
3. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing penulis dengan sabar dan tulus mengarahkan dan memberi
saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh dosen dan staf JPMIPA yang telah membantu penulis dalam
memberi bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan.
5. Bapak Drs. Simon Suharyanta, M.Pd selaku Kepala SMK PUTRA TAMA
BANTUL dan Ibu Dra. Y. Rini Prastuti selaku guru matematika SMK
PUTRA TAMA BANTUL, yang telah memberi kesempatan, kerjasama, dan
dukungan untuk mengadakan penelitian ini.
6. Segenap guru dan karyawan SMK PUTRA TAMA BANTUL atas
x
7. Seluruh siswa kelas XI Broadcast dan kelas XI Akuntansi SMK PUTRA
TAMA BANTUL tahun ajaran 2015/2016 yangtelah bekerjasama dengan
baik dalam pelaksanaan penelitian ini.
8. Bapak Kadiman, Ibu Sudamayanti, S.Pd., Belinda, dan seluruh keluarga atas
bimbingan, perhatian, kasih sayang, dukungan doa, semangat, dan materi
yang diberikan tanpa henti.
9. Semua teman-teman mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika angkatan 2011
atas semua pengalaman dan pembelajaran yang didapat selama perkuliahan,
semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional dan berkualitas.
10.Teman dan sahabatku Endy atas dukungan doa, semangat, dan keceriannya
selama ini.
11.Semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan
setetes pengetahuan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Yogyakarta, 23 Februari 2016
Penulis,
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 5
D. Rumusan Masalah 6
E. Batasan Istilah 7
F. Tujuan Penelitian 9
xii
H. Sistematika Penulisan Skripsi 10
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Keefektifan 12
B. Belajar dan Pembelajaran 14
C. Pembelajaran Kooperatif 16
D. Model Pembelajaran Problem Solving 18
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 21
F. Hasil belajar 27
G. Minat 29
H. Fungsi Linear 30
I. Kerangka Berpikir 40
BAB III MODEL PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 42
B. Subyek Penelitian 42
C. Obyek Penelitian 43
D. Waktu dan Tempat Penelitian 43
E. Bentuk Data 43
F. Metode Pengumpulan Data 44
G. Instrumen Pengumpulan Data 45
H. Teknik Analisis Istrumen 48
I. Model Analisis Data 53
xiii
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA,
ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian 61
B. Penyajian Data 80
C. Analisis Data 86
D. Pembahasan 96
E. Kelemahan Penelitian 100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 101
B. Saran 102
DAFTAR PUSTAKA 103
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan 25
Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok 26
Tabel 3.1 Perencanaan Pembelajaran 46
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Minat belajar siswa 47
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Langsung 48
Tabel 3.4 Nilai-Nilai r Product Moment 50
Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Korelasi 51
Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas 52
Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda 52
Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal 53
Tabel 3.9 Kriteria Hasil Belajar (Kuis) Siswa 54
Tabel 3.10 Kriteria Hasil Belajar (Kuis) Siswa Keseluruhan 54
Tabel 3.11 Skor Pernyataan Dalam Kuesioner 56
Tabel 3.12 Kriteria Minat Belajar Siswa 56
Tabel 3.13 Kriteria Minat Belajar Seluruh Siswa 57
Tabel 4.1 Nilai Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa 62
Tabel 4.2 Nilai Uji Coba Kuesioner Minat Belajar Siswa 64
Tabel 4.3 Interpretasi Validasi Butir Soal Tes Hasil Belajar Siswa 65
Tabel 4.4 Uji Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar Siswa 66
Tabel 4.5 Variansi Butir Soal Tes Hasil Belajar Siswa 67
Tabel 4.6 Daya Pembeda Soal Tes Hasil Belajar Siswa 68
xv
Tabel 4.8 Interpretasi Validasi Butir Kuesioner Minat Belajar Siswa 70
Tabel 4.9 Variansi Butir Kuesioner Minat Belajar Siswa 71
Tabel 4.10 Nama Kelompok 74
Tabel 4.11 Nilai Kuis 1 Dan Kriteria 80
Tabel 4.12 Nilai Kuis 2 Dan Kriteria 81
Tabel 4.13 Hasil Belajar Siswa 82
Tabel 4.14 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa 83
Tabel 4. 15 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Di Kelas (Pertemuan 1) 84
Tabel 4. 16 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Di Kelas (Pertemuan 2) 85
Tabel 4. 17 Hasil Kuis 1 Dan Krietria Pada Pertemuan Pertama 86
Tabel 4. 18 Hasil Kuis 2 Dan Krietria Pada Pertemuan Kedua 87
Tabel 4.19 Penghargaan Kelompok 1 89
Tabel 4.20 Penghargaan Kelompok 2 89
Tabel 4. 21 Penghargaan Kelompok 3 89
Tabel 4. 22 Penghargaan Kelompok 4 90
Tabel 4.23 Penghargaan Kelompok 5 90
Tabel 4. 24 Hasil Tes Hasil Belajar 90
Tabel 4. 25 Hasil Kuesioner Sesuai Kriteria 92
Tabel 4. 26 Presentase Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa Setiap
Kriteria 92
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
1. Silabus Pembelajaran Matematika Kelas XI 106
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 110
3. Lembar Kerja Siswa I (LKS I) 126
4. Lembar Kerja Siswa II (LKS II) 127
5. Kisi-kisi Soal Kuis I 128
6. Kisi-kisi Soal Kuis II 129
7. Kisi-sisi Soal Tes Hasil Belajar 130
8. Soal Kuis I 131
9. Soal Kuis II 132
10.Soal Tes Hasil Belajar 133
11.Kunci Jawaban Soal Tes 134
12.Instrumen Kuesioner Minat Belajar Siswa 141
13.Instrumen Wawancara 143
14.Instrumen Pengamatan Langsung 144
Lampiran B
A. Analisis Validasi dan Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Tes 146
B. Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Hasil Uji Coba
Soal Tes 156
C. Analisis Validasi dan Reliabilitas Hasil Uji Coba Kuesioner
xviii
D. Sampel Hasil Pekerjaan Siswa (Hasil Tes Hasil Belajar) 184
E. Sampel Kuesioner Minat Belajar Siswa 187
F. Hasil Pengamatan Langsung 194
G. Hasil Wawancara 190
H. Dokumentasi Foto-foto Selama Penelitian 196
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu peristiwa yang kompleks. Peristiwa
dimana suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia itu terjadi
sehingga menjadi pribadi yang seutuhnya. Manusia tumbuh melalui belajar.
Mengajar dan belajar merupakan suatu proses kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan. Tujuan, bahan, alat, dan metode, sarana serta penilaian
merupakan komponen yang terlibat dan tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya dalam proses pembelajaran.
Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan
individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap
belajar mengajar adalah untuk memperoleh hasil yang optimal. Kegiatan ini
akan tercapai jika siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan guru. Oleh
karena itu, sebagai guru harus dapat menyampaikan tujuan belajar dengan
baik. Cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan
kegiatan belajar. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar
yang diperoleh. Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subyek
dan belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. Disamping itu siswa ikut
berpartisipasi aktif mencoba dan melakukan sendiri yang sedang dipelajari.
fungsi guru adalah menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan
siswa berkembang secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi pada saat melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di kelas X Akuntansi SMK Putra Tama,
ternyata hasil analisis pada tiga kali ulangan matematika kurang dari 65%
siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), ini
menandakan bahwa sebagian besar siswa belum memenuhi KKM. Hasil
belajar yang rendah terhadap mata pelajaran matematika selama ini
menandakan bahwa pada proses pembelajaran matematika terdapat
hambatan.
Hambatan dalam suatu pembelajaran matematika di kelas X
Akuntansi SMK Putra Tama disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran yang menarik, menantang, dan
menyenangkan. Guru masih sering menggunakan metode konvensional
walaupun terkadang dalam metode konvensional guru menyisipkan metode
diskusi dan pemecahan masalah tetapi proses ini masih menekankan
penyampain tekstual. Di sisi lain juga ada kecenderungan bahwa aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran matematika antara lain: masih kurang
berani menyampaikan pendapat atau hasil pekerjaan siswa tersebut, sebagian
siswa masih kurang berani dan malu bertanya kepada guru mengenai materi,
siswa kurang mampu dalam merumuskan gagasan sendiri.
Terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan hasil belajar siswa
matematika pada jam terakhir sering membuat semangat dan konsentrasi
siswa untuk belajar matematika menjadi berkurang. Kondisi seperti ini
menyebabkan ilmu yang diserap siswa tidak maksimal sehingga
menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan matematika. Kondisi ini menuntut guru untuk senantiasa
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang tersebut di atas,
maka diperlukan suasana belajar yang aktif, efektif, kreatif, dan
menyenangkan agar siswa senantiasa aktif dalam belajar matematika dan
berpikir kritis. Sudah saatnya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengembangkan diri. Guru selayaknya menjadi fasilitator bagi siswa
sehingga guru membantu siswa mengonstruk pengetahuan. Salah satu strategi
pembelajaran matematika yang berorientasi pada pandangan konstruktivisme
adalah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) yang di dalam diskusinya menekankan arah pemecahan masalah (Problem Solving).
Model pembelajaran Problem Solving adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa diajak berpikir untuk bisa memecahkan masalah.
Tujuan dari Problem Solving adalah siswa diajak berpikir yang dimulai
dengan mengidentifikasi masalah kemudian mencari alternatif yang paling
tepat sebagai jawaban yang tepat dari masalah tersebut.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh
dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.
Pertama-tama siswa belajar mempelajari materi bersama-sama dalam
kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melaui kuis.
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pada intinya adalah model ini melibatkan kompetisi antar kelompok. Siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan,
gender, ras, dan etnis. Pertama-tama guru menjelaskan suatu materi
kemudian siswa belajar mempelajari materi bersama-sama dalam
kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis. Pada
saat siswa mempelajari materi di dalam kelompoknya diberikan suatu
masalah yang berhubungan dengan suatu materi untuk dipelajari,
diidentifikasi, dan dianalisis.
Pada tahun ajaran 2015/2016 kelas XI Akuntansi merupakan lanjutan
dari kelas X Akuntansi pada tahun ajaran 2014/2015 maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Keefektifan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Fungsi Linear Kelas
XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi
permasalahan-permasalahan di kelas X Akuntansi SMK Putra Tama Bantul
1. Kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.
2. Kurang beraninya siswa menyampaikan pendapat atau hasil pekerjaan.
3. Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika.
4. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
5. Kurangnnya rasa berani dan malu untuk bertanya kepada guru mengenai
materi.
6. Kurang mampunya siswa dalam merumuskan gagasan sendiri.
7. Kurangnya semangat dan konsentrasi siswa untuk belajar matematika.
Kondisi seperti ini menyebabkan ilmu yang diserap siswa tidak maksimal.
8. Kesulitan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
matematika.
9. Guru masih sering menggunakan metode konvensional walaupun
terkadang dalam metode konvensional guru menyisipkan metode diskusi
dan pemecahan masalah tetapi proses ini masih menekankan
penyampaian tekstual.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalah pahaman maksud dan tujuan serta agar
lebih efektif dalam mengadakan penelitian, dalam penelitian ini penulis
membatasi ruang lingkup penelitian pada keefektifan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam
Putra Tama Bantul semester ganjil Tahun Ajaran 2015/2016 dalam
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
pada pokok bahasan relasi dan fungsi sub bahasan fungsi linear.
Masalah yang diselesaikan adalah seberapa efektif penggunaan
keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa sehingga mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari hasil belajar dalam hal ini dilihat dari persentase siswa yang nilainya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan keefektifan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan
diteliti yaitu:
1. Apakah keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran
2. Apakah keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran
2015/2016 efektif ditinjau dari hasil belajar?
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta
mewujudkan persatuan pandangan dan pengertian yang berkaitan dengan
judul dari skripsi yang peneliti ajukan, maka perlu ditegaskan beberapa istilah
sebagai berikut.
1. Keefektifan
Keefektifan adalah keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran matematika sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
2. Belajar dan pembelajaran
a. Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif sehingga
menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-sikap.
Perubahan ini bersifat konstan dan berbekas.
b. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dialami
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD)
Suatu model pembelajaran dimana siswa diajak untuk bisa memecahkan
masalah melalui diskusi kelompok. Siswa dikelompokkan secara acak
berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-tama siswa
belajar mempelajari materi bersama-sama dalam kelompoknya, kemudian
mereka diuji secara individual melalui kuis. Pembelajaran ini melibatkan
kompetisi antar kelompok.
4. Hasil belajar
Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang
yang dapat diamati melalui pengetahuan-pemahaman pada ranah kognitif.
5. Minat
Minat adalah pemusatan perhatian pada suatu tertentu. Siswa merasa
senang dalam mempelajari suatu bidang studi/pokok bahasan tertentu.
6. Fungsi Linear
Fungsi linear adalah fungsi yang memetakan setiap � ∈ � ke suatu bentuk
� + dengan ≠ 0, adalah koefisien dan adalah konstanta.
Penelitian keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran
2015/2016 adalah upaya untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
dan kemampuan siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Dalam
berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Keefektifan tersebut dilihat dari
minat belajar siswa dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD).
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di kelas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
Mengetahui keefektifan pembelajaran menggunakan keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas
XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran 2015/2016 ditinjau dari minat
dan hasil belajar.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas bermanfaat untuk kepraktisan bagi:
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran matematika akan lebih efektif dan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas, juga dapat mengarahkan siswanya untuk
memahami materi, mengembangkan cara berpikir dan daya nalar siswa.
2. Siswa
Hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa. Selain itu siswa juga berlatih memecahkan masalah secara
berkelompok maupun individu. Jadi, siswa lebih tertarik mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran yang variatif dari guru,
sehingga kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa semakin
meningkat.
3. Peneliti
Memberikan pengalaman, wawasan, pengetahuan dan keterampilan
kepada peneliti sebagai calon guru ketika terjun langsung di sekolah.
Peneliti mengetahui berbagai pilihan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, minat dan hasil belajar siswa.
H. Sistematika Penulisan Skripsi 1. BAB I Pendahuluan
Pada BAB I, peneliti menyajikan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, permbatasan masalahan, rumusan masalah, batasan
skripsi. Didalam latar belakang peneliti menguraikan permasalahan secara
umum dan keadaan yang ada di sekolah tempat penelitian.
2. BAB II Kajian Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis Tindakan
Pada BAB II, peneliti menguraikan teori-teori yang mendukung
dalam penelitian, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
3. BAB III Metode Penelitian
Pada BAB III, peneliti menguraikan tentang jenis penelitian, subyek
penelitian, obyek penelitian, variabel penelitian, waktu dan tempat
penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik analisis data, metode analisis data, dan prosedur penelitian.
4. BAB IV Pembahasan
Dalam BAB IV, peneliti menguraikan tentang persiapan penelitian,
pelaksanaan uji coba alat ukur, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian,
analisis data, pembahasan hasil penelitian, dan kelemahan penelitian.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Dalam BAB V, peneliti akan menguraikan kesimpulan yang
diperoleh selama penyusunan skripsi ini dan memberikan beberapa saran
12 BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Keefektifan
Keefektifan dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002:284) dalam
usaha atau tindakan berarti “keberhasilan”. Sedangkan menurut Sadiman
(dalam Trianto, 2011:20) keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang
diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Efesiensi dan
keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala
upaya guru untuk membantu para siswa agar belajar dengan baik menurut tim
Pembina Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (dalam Trianto,
2009:20).
Menurut Soemosasmito (dalam Trianto, 2009:20) suatu
pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama
keefektifan pengajaran, yaitu:
1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap proses
pembelajaran;
2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa;
3. Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan;
4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan
Keefektifan suatu proses pembelajaran dapat diukur dengan cara
melihat tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Agar
tujuan pembelajaran dapat dengan tepat dan optimal maka perlu dibuat
rencana dan model pembelajaran yang matang.
Tingkat keefektifan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak hal,
salah satunya adalah ketepatan penggunaan model pembelajaran. Semakin
tepat dalam memilih model pembelajaran, maka semakin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sehingga hasil minat
akan memenuhi kriteria minat dan hasil belajar siswa akan memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keefektifan
adalah keberhasilan. Keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran matematika sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
Keefektifan dari proses pembelajaran diukur dari tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilihat dari
indikator pembelajaran pada materi fungsi linear dan penilaian hasil belajar,
serta minat siswa dalam mempelajari suatu materi. Menurut Trianto (2009)
pembelajaran dapat dikatakan efektif ditinjau dari hasil belajar jika lebih dari
atau samadengan 75% siswa dapat memenuhi KKM dan pembelajaran dapat
dikatakan efektif ditinjau dari minat belajar siswa jika prosentase minat
B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar
Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dari segala yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang
peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian, dan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan
menguasai dan memahami prinsip-prinsip dasar belajar, seseorang mampu
memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam
psikologis.
W.S Winkel (2005) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif
konstan dan berbekas”.
Sementara itu, Vigotsky (dalam Solihatin, 2012:5) menyatakan
bahwa “belajar adalah membangun kerjasama secara sosial dalam
mendefinisikan pengetahun dan lain-lain, yang terjadi melalui
pembangunan peluang-peluang secara sosial”. Muhibbin syah (2008)
berpendapat bahwa “belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.
Sudjana (dalam Asep Jihad & Abdul Haris, 2008:2) menjelaskan
siswa, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti: perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecapkapan, kebiasaan, serta perubahan
aspek-aspek yang ada para diri siswa.
Syah (dalam Asep Jihad & Abdul Haris, 2013:1 ) menjelaskan
bahwa belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif
positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif sehingga menghasilkan
perubahan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan ini
bersifat konstan dan berbekas.
2. Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar, tidak akan terlepas dari proses
pembelajaran. Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Arifin (dalam T.Rahmat, 2003) mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut
siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar
mengajar.
Menurut Agus Suprijono (2009) berpendapat bahwa pembelajaran
pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisasi
lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam prespektif
pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswa untuk
mempelajarinya.
Menurut Suherman (dalam Asep Jihad & Abdul Haris, 2008:11)
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara guru
dan siswa serta antar siswa dalam rangka perubahan sikap.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dialami siswa
selama proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
C. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur pada
kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih (Tampubolon, 2013:89).
Sementara Slavin (dalam Solihatin, 2012:102) berpendapat bahwa
“pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok
belajarnya bersifat heterogen”.
Roger dkk (dalam Miftahul Huda, 2012:29) menyatakan bahwa
yang diorganisasi oleh satu prinsip bahwa harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok siswa
yang didalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya
sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota
yang lain.
Sedangkan Artz dan Newman (dalam Miftahul Huda, 2012:29)
berpendapat bahwa “kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam satu
tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas atau
mencapai satu tujuan yang sama”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
menekankan pada perilaku belajar dan bekerja dalam struktur kerja sama
dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang untuk
mengatasi dan menyelesaikan masalah.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Asep Jihad &
Abdul Haris (2008:30) yaitu:
1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
kooperatif.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
3. Jika dalam kelas, terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
setiap kelompok pun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang
berbeda pula.
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada
perorangan.
D. Model Pembelajaran Problem Solving
1. Pengertian model pembelajaran Problem Solving
Menurut Syaiful Bahri (2006) Problem Solving adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa diajak untuk bisa memecahkan masalah. Model
pemecahan masalah bukan hanya sekedar model mengajar tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam Problem Solving siswa
diajak berpikir memecahkan masalah.
Sedangkan Sulihbukit (1984:44) berpendapat bahwa “model
pemecahan masalah adalah cara menyajikan pembelajaran dengan
menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau
diselesaikan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran”.
Tujuan dari Problem Solving adalah siswa diajak berpikir yang
dimulai dengan mengidentifikasi masalah kemudian mencari alternatif yang
paling tepat sebagai jawaban yang tepat dari masalah tersebut.
Penginsentifikasi masalah adalah menemukan persoalan dari
konsep-konsep bahan ajar yang disampaikan oleh guru, kemudian merumuskan
mengkaji jawaban pertanyaan dari berbagai sumber yaitu buku pelajaran,
pengalaman, dan faktor dari sumber lainya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Problem Solving adalah suatu model pembelajaran dimana siswa diajak berpikir, mengidentifikasi masalah, membuat model penyelesaian,
menyelesaikan model penyelesaian yang telah dibuat, menafsir kembali
penyelesaiannya.
a. Kelebihan model pembelajaran Problem Solving
Kelebihan model pembelajaran Problem Solving menurut
Sulihbukit (1984:45) adalah
1) Mendidik siswa berpikir secara sistematis
2) Mampu mencari berbagai jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi.
3) Siswa dapat belajar menganalisis sesuatu masalah dari berbagai
aspek.
4) Mendidik siswa untuk tidak mudah putus asa.
5) Mendidik siswa percaya diri
b. Kelemahan model pembelajaran Problem Solving
Kelemahan model pembelajaran Problem Solving menurut Sulihbukit
(1984:45) adalah
1) Memerlukan waktu yang cukup lama
2) Tidak dapat digunakan di kelas rendah
c. Langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving
Langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving menurut
Syaiful Bahri (2006: 58) adalah
1) Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan,
antara lain:
a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah
proses pembelajaran kooperatif tipe Problem Solving. Tujuan
meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
b) Mempersiapkan garis besar langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Problem Solving yang akan dilakukan.
2) Tahap pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
(1) Mengkondisikan kelas agar pembelajaran berlangsung
secara efektif
(2) Menjelaskan tugas-tugas yang dilakukan oleh siswa
b) Langkah pelaksanaan
(1) Mulailah pembelajaran sesuai dengan prosedur, juga
kegiatan siswa memotivasi siswa untuk berpikir.
(2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana yang menegangkan.
(4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
berpikir tentang apa yang diamati dari proses pembelajaran
Problem Solving c) Langkah penutup
(1) Setelah data hasil pengamatan pada lembar aktifitas siswa
dianalisis siswa baik secara individu maupun berkelompok
(2) Guru memberikan tugas
Dalam pembelajaran matematika siswa lebih diajak untuk berpikir
kritis dalam memecahkan masalah, dimana siswa diajak berpikir,
mengidentifikasi masalah, membuat model penyelesaian, menyelesaikan
model penyelesaian yang telah dibuat, menafsir kembali penyelesaiannya
secara berkelompok. Dalam hal ini Problem Solving sebagai obyek dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin (Tampubolon,
2013:96), model ini melibatkan kompetisi antar kelompok. Siswa
dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.
Pertama-tama siswa belajar mempelajari materi bersama-sama dalam
Slavin mengatakan bahwa “gagasan utama di belakang STAD
adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.
Menuurut Slavin (2005), Jika para siswa ingin agar timnya
mendapat penghargaan tim mereka harus mendukung membantu teman satu
timnya untuk bisa melakukan yang terbaik menunjukan norma bahwa
belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa bekerja sama
setelah guru menyampaikan materi belajar. Mereka boleh
berpasang-pasangan dan membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan
ketidaksesuaian dan saling membantu sama lain. Jika ada salah dalam
memahami maka mereka boleh mendiskusikannya dari pendekatan
penyelesaian masalah untuk membantu mereka berhasil dalam kuis.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran
yang siswanya dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan,
gender, ras, dan etnis beranggotakan 4-6 orang. Model ini melibatkan
kompetisi antar kelompok. Pertama-tama guru menjelaskan suatu materi
kemudian siswa belajar mempelajari materi bersama-sama dalam
kelompoknya, kemudian nantinya mereka diuji secara individual melalui
kuis. Selama siswa belajar dalam kelompok guru melakukan pengamatan,
memberikan bimbingan dan bantuan di setiap kelompok jika dibutuhkan.
Guru juga mengarahkan siswanya untuk memahami materi,
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian kelompok lain
menanggapi, kemudian guru megevaluasi hasil belajar siswa melalui kuis
tentang materi yang sudah dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap
presentasi hasil kerja pada masing-masing kelompok. Setelah pelaksanaan
kuis, guru sesegera mungkin memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan
nilai. Selanjutnya menghitung skor tim/kelompok, kelompok yang
mempunyai skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan atas
keberhasilannya
2. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Menuurut Slavin (2005:85), langkah-langkah penerapan model
STAD adalah
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Menyajikan/menyampaikan informasi
Pertama-tama guru menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa melalui presentasi di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran ini
guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari serta tetap berfokus pada unit
STAD. Dengan cara ini siswa menyadari bahwa mereka memberi
perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan
sangat membantu siswa dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis
c. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kolompok belajar
Membuat kelompok terdiri dari 4-6 orang yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,
suku dan ras. Fungsi utama dari pembentukan kelompok adalah
memastikan setiap anggotanya benar-benar belajar, dan lebih khususnya
lagi adalah mempersiapkanan anggota-anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis/evaluasi dengan baik.
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Dalam proses siswa belajar dalam kelompok para anggota
kelompok bertanggung jawab menguasai materi yang telah disampaikan
guru pada saat presentasi. Guru menyiapkan dan memberikan lembar
kerja untuk dibagikan dalam kelompok. Selama siswa belajar dalam
kelompok guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan dan
bantuan di setiap kelompok jika dibutuhkan.
e. Evaluasi
Guru megevaluasi hasil belajar siswa melalui kuis tentang
materi yang sudah dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap
presentasi hasil kerja pada masing-masing kelompok. Para siswa akan
mengerjakan kuis secara individual, tidak diperbolehkan untuk saling
membantu sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya.
f. Memberi penghargaan
hasil kerja siswa dan memberikan nilai. Selanjutnya menghitung skor
tim/kelompok, kelompok yang mempunyai skor tertinggi akan
mendapatkan penghargaan atas keberhasilannya.
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan
oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1)Menghitung skor individu
Menurut Slavin (2005), untuk menghitung poin kemajuan
individu di hitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan
No Nilai Kuis Skor
Perkembangan
1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin
2 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin
3 Skor awal sampai 10 poin di bawah skor
awal 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 30 poin
5 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari
skor awal) 30 poin
(Slavin, 2005:159)
2)Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua
skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok. Sesuai dengan
rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori kelompok
Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok No Rata-Rata Kelompok/Tim Predikat
1 ≤ ≤ -
2 < ≤ Tim Baik
3 < ≤ Tim Hebat
4 < ≤ Tim Super
(Trianto, 2009:72)
3)Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah setiap kelompok memperoleh predikat, guru
memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok
sesuai dengan predikatnya.
3. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Menuurut Slavin (2005) kelebihan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi
d. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pembelajaran dan lebih aktif
dalam berdiskusi
e. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan pendapat orang
4. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Menuurut Slavin (2005) kekurangan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah:
a. Membutuhkan waktu lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target
kurikulum
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru
F. Hasil Belajar
Tujuan belajar meliputi bertambahnya pengetahuan dan keterampilan,
sehingga pencapain tujuan belajar adalah memperoleh hasil belajar yang
baik. Hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan guru. Oleh karena
itu, sebagai pendidik harus dapat menyampaikan tujuan belajar dengan baik.
Oemar Hamalik (2006: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan
diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Winkel (2005) mengemukakan bahwa “hasil belajar meliputi
kemampuan kognitif meliputi pengetahuan-pemahaman, kemampuan
sensorik-motorik yang meliputi keterampilan melakukan gerak-gerik badan
dalam urutan tertentu, kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan
nilai”.
Sementara itu Aronson dan Briggs (dalam Solihatin, 2012)
mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati dan
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati
yang meliputi pengetahuan-pemahaman, kemampuan sensorik-motorik yang
meliputi keterampilan melakukan gerak-gerik badan dalam urutan tertentu,
kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai.
1. Jenis-jenis hasil belajar
Menurut Bloom (dalam Nana Sudjana 2006:22) secara garis besar
membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintaksis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil
belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Jenis hasil belajar
afektif tampak pada siswa berbagai tingkah laku seperti perhatiaanya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan di kelas, dan hubungan sosial.
c. Ranah psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan
dan kemampuan bertindak individu.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor-faktor yang ada pada siswa sendiri (faktor ekstrnal), yang
meliputi:
1) Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran, dan
penglihatan. Jika salah satu faktor biologis tersebut terganggu, hal
ini akan mempengaruhi hasil belajar.
2) Faktor psikologis, yang meliputi intelegensi, minat dan motivasi,
serta perhatian ingatan berpikir.
3) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani.
b. Faktor-faktor yang ada di luar individu (faktor ekstrnal), yang meliputi:
1) Faktor keluarga, yaitu lembaga pendidikan yang pertama dan
terutama.
2) Faktor sekolah, yang meliputi model pembelajaran, kurikulum,
hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan berdisiplin
di sekolah.
3) Faktor masyarakat, meliputi bentuk kehidupan bermasyarakat
sekitar yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
G. Minat
Salah faktor yang mempengaruhi balajar siswa adalah faktor
internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu minat. Menurut Muhibbin (2008)
minat (interst) adalah kecenderungan dan kegairahan yang besar terhadap
dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Pemusatan
perhatian yang intensif terhadap materi tertentu yang memungkinkan siswa
belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Sedangkan menurut Winkel (2005:212), minat adalah
kecenderungan siswa yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi
atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari itu.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa minat adalah pemusatan perhatian pada suatu tertentu. Siswa merasa
senang dalam mempelajari suatu bidang studi/pokok bahasan tertentu.
Menurut Winkel (2005:212), usaha yang dapat dilakukan guru
selama proses pembelajaran semua siswanya berperasaan senang antara lain:
membina hubungan akrab dengan siswa; menyajikan bahan pelajaran yang
tidak terlalu di atas daya tangkap siswa, namun tidak jauh dibawahnya;
menggunakan media pembelajaran yang sesuai; bervariasi dalam prosedur
mengajar, namun tidak berganti prosedur yang belum dikenal siswa, dengan
tiba-tiba dan tidak membodohkan siswa kalau mereka belum biasa.
H. Fungsi Linear
1. Bentuk umum fungsi linear
Menurut Kasmina & Toali (2008) fungsi linear adalah fungsi yang
koefisien dan adalah konstanta. Bentuk umum fungsi linear adalah =
+ , ≠ .
Berikut ini beberapa contoh fungsi linear
a. = +
b. = 8 −
Perhatikan contoh berikut ini.
a. Jika diketahui = + , tentukan nilai .
Solusi:
= +
= . + = + =
b. Jika diketahui = 8 − , tentukan nilai memenuhi = .
Solusi:
Substitusikan nilai = kedalam = 8 − sehingga
= 8 −
⇔8 = 8
⇔ = 8
Jadi, jika = maka nilai =
2. Gafik fungsi linear
Menurut Tuti Masrihani (2008) himpunan titik yang didapat dari
f x = ax + b membentuk grafik fungsi linear, grafiknya berbentuk garis
lurus dengan persamaan = + , dimana merupakan gradien atau
Menurut Tuti Masrihani (2008) untuk menggambar garis pada bidang
Cartesius dengan persamaan = + dapat dilakukan dengan
menentukan paling sedikit dua titik yang memenuhi persamaan tersebut
kemudian kedua titik tersebut dihubungkan menjadi sebuah garis lurus.
Contoh:
Suatu fungsi linear ditentukan oleh = − dengan daerah asal
{ |− ≤ ≤ , ∈ �}. Gambarkan grafik fungsi linear tersebut!
Menurut Kasmina & Toali (2008) langkah-langkah menggambar grafik
fungsi linear adalah
a. Buat tabel titik-titik koordinat (x,y) yang memenuhi persamaan atau
Tentukan titik potong grafik dengan sumbu- dan
sumbu-b. Gambar titik-titik koordinat (x,y) yang memenuhi persamaan tersebut
dengan koordinat Cartesius
Solusi:
a. Tabel titik-titik koordinat (x,y) yang memenuhi persamaan.
−
= − − −
Jadi grafik fungsi linear tersebut melalui titik − , − , , − , , ,
,
b. Gambar titik-titik koordinat tersebut pada koordinat Cartesius dan
menarik garis penghubung antara titik-titik tersebut.
Gambar 2.1 Grafik Fungsi Linear
3. Gradien garis lurus
Menurut Kasmina & Toali (2008) fungsi linear = + , ∈
� jika digambarkan maka grafiknya berupa garis lurus. Koefisien , yaitu
menunjukkan nilai kemiringan suatu garis atau gradien.
Menurut Kasmina & Toali (2008) gradien persamaan garis lurus
dapat ditentukan dengan cara
a. Bila diketahui suatu persamaan dengan bentuk = + maka gradien
garis tersebut adalah
b. Bila diketahui suatu persamaan dengan bentuk + + = atau
+ = − maka gradien garis tersebut adalah −
c. Jika sebuah garis melalui dua titik A , dan B , maka nilai
gradiennya ( adalah = − −
Contoh
a. Tentukan nilai gradien dari persamaan = +
Solusi
Nilai gradien garis tersebut adalah
b. Tentukan nilai gradien dari persamaan + + 8 =
Solusi
Nilai gradien garis tersebut adalah − 6
c. Sebuah garis melalui dua titik A , dan B , , tentukan nilai
gradiennya!
Solusi
, , = ; =
, , = ; =
Nilai gradiennya ( adalah = 6− − =
Jadi nilai gradien garis tersebut adalah
4. Persamaan garis lurus
a. Persamaan garis lurus yang melalui titik , dengan gradien
Menurut Kasmina & Toali (2008) persamaan garis lurus yang
melaui titik , dengan gradien dapat ditentukan dengan rumus
Contoh:
Tentukan persamaan garis lurus yang melalui titik , dengan gradien 4
Solusi
Diketahui : = =
=
Ditanyakan : persamaan garis lurus?
Jawab : − = −
⇔ − = −
⇔ − = − 8
⇔ = − 8 +
⇔ = −
Jadi persamaan garis lurus yang melalui titik , dengan gradien 4
adalah = −
b. Persamaan garis lurus yang melalui dua titik A , dan B ,
Menurut Kasmina & Toali (2008) persamaan garis lurus yang
melalui dua titik A , dan B , dapat ditentukan dengan rumus
− − =
− −
Contoh:
Tentukan persamaan garis lurus yang melalui A , dan B ,8
Solusi
Diketahui : A , = =
Ditanyakan : persamaan garis lurus
5. Kedudukan Garis dalam Satu Bidang
a. Dua garis saling sejajar
Garis : = − maka =
Garis : = + maka =
Karena = , maka kedua garis tersebut sejajar.
2. Tentukan persamaan garis lurus yang melalui , dan sejajar garis
= −
Solusi
Diketahui : titik ,
Garis : = −
Gradien garis adalah =
Ditanyakan : persamaan garis lurus
Jawab :
Karena sejajar dengan garis = − maka gradien garis tersebut
= dan melalui titik , sehingga persamaan garisnya adalah
− = −
− = −
⇔ − = −
⇔ = − +
⇔ = +
Jadi, persamaan garis lurus yang melalui , dan sejajar garis
= − adalah = +
b. Dua garis saling berpotongan
memiliki gradien yang tidak sama, maka kedua garis itu saling
berpotongan. Misalkan gradien garis adalah , dan gradien garis ℎ
adalah , maka garis ℎ saling berpotongan jika ≠
Contoh:
Selidikilah apakah garis : = + dan : = − +
berpotongan?.
Solusi
Garis : = + maka =
Garis : = − +
⇔ = − + maka = −
Karena ≠ , maka garis dengan garis saling berpotongan
c. Dua garis saling tegak lurus
Menurut Kasmina & Toali (2008) jika diketahui dua garis
memiliki gradien yang tidak sama dan hasil perkalian gradiennya sama
dengan negatif satu, maka kedua garis itu saling tegak lurus. Misalkan
gradien garis adalah , dan gradien garis ℎ adalah , maka garis
ℎ saling tegak lurus jika . = − atau = −
Contoh:
1. Selidikilah apakah garis : = + dan : = − +
berpotongan? Selidikilah apakah garis dengan garis saling tegak
lurus.
Solusi
Garis : = − + maka = −
Karena ≠ , maka garis dengan garis saling berpotongan
Dan . = . − = − maka garis dengan garis saling tegak
lurus
2. Tentukan persamaan garis lurus yang melalui 8, dan tegak lurus
garis = −
Solusi
Diketahui : Titik 8,
Garis : = −
Gradien garis adalah =
Ditanyakan : persamaan garis lurus
Jawab :
Karena tegak lurus dengan garis = − maka gradien garis
tersebut harus memenuhi . = − sehingga
. = −
⇔ . = −
⇔ = −
Persamaan garis yang melalui titik 8, dan = − adalah
− = −
− = − − 8