• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran Matematika pada materi Fungsi Linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran Matematika pada materi Fungsi Linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran 2015/2016."

Copied!
221
0
0

Teks penuh

(1)

RietmaLinda Noorma Safitri. 2016.Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Fungsi Linear Kelas XIAkuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016 yang ditinjau dari minat dan hasil belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifkuantitatif yang dibantu deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016, sedangkan obyek penelitian ini adalahkeefektifan model pembelajaran kooperatif tipeSTADditinjau dari minat dan hasilbelajar siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner minat belajar siswa, lembar pengamatan langsung, wawancara, hasil belajar siswa.Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD ditinjau dari minat dilihat dari kuesioner minat belajar siswa dan diperkuat dari hasil pengamatan dan wawancara. Sedangkan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD ditinjau dari hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh minat belajar siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembalajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dikatakan efektif dengan lebih besar dari 75%jumlah siswa masuk kriteria sangat berminat ditambah jumlah siswa masuk kriteria berminat yakni % (5 % siswa pada kriteria sangat berminat ditambah5 % siswa pada kriteria berminat). Sedangkan hasil belajar siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan berhasil dengan baik atau efektif dengan lebih besar dari 75% siswa sudah memenuhi KKM yakni 77,78% dari jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar yaitu 14 siswa dari jumlah 18 siswa dinyatakan tuntas belajar memenuhi KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75.Dari hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam pembelajaran jika ditinjau dari minat dan hasil belajar.

(2)

RietmaLinda Noorma Safitri. 2016. The Effectiveness of Cooperative Learning Model with The Type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in Mathematics Subject in The Topic of Linear Function of Accounting Class ���� SMK Putra Tama Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Science And Mathematics Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.

The purpose of this research was to know the effectiveness of cooperative learning model with the type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in mathematics subject in the topic of linear function of accounting class th SMK Putra Tama academic year 2015/2016 observed from students’ interest and learning outcomes.

The research is descriptive quantitative research assisted with descriptivequalitative . The subject of this research is students of grade XI of accounting of SMK Putra Tama academic year 2015/2016. Whereas the object of this research is the effectiveness of learning cooperativemodel with the type STAD that observed from interest and students’ learning outcomes. The data used in this research is observation, interviews, questioner about student interested study and learning outcomes. Through questioner data from the interest study, observation, and interviews to observe the effectivity of cooperative learning model with the type STAD observed from interest and students’ learning outcomes to observe the effectivity of cooperative learningmodel with the type STAD observed from learning outcomes.

Based on the result of research, found that all of the students interest after followed the learning process using effectiveness of cooperative learning modelwith the type STAD can be said effective is more than 75% of students including to highest criteria added by the student belongs to higher criteria is 100% (50% of students including to highest criteria added by 50% of students including belongs to higher criteria). Whereas the student learning outcomes after following learning process using cooperative learning model with the type STAD is said to be well and success or effective with more than 75% students are achieved the KKM is 77.78% from the amount of all student who belong to the learning outcomes which 14 from 18 students are achieved the KKM that given by the school,75. Finding of the research, data analysis, and investigation found the method is effective to linear function learning process that observed by the interest and students outcomes.

(3)

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI LINEAR

KELAS XI AKUNTANSI SMK PUTRA TAMA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

RIETMALINDA NOORMA SAFITRI 11 1414 059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI LINEAR

KELAS XI AKUNTANSI SMK PUTRA TAMA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

RIETMALINDA NOORMA SAFITRI 11 1414 059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

“Allah tidak akan menguji umat

-Nya melebihi batas

kemampuannya”

“Cita

-cita tidak akan terwujud dengan sendirinya, tetapi

kamu harus berdoa dan berusaha untuk

mewujudkannya”

Dengan penuh syukur, ku persembahkan karyaku ini untuk:

Tuhan Yang Maha Esa

Bapak Kadiman

Ibu Sudamayanti,S.Pdjas

Adikku Belinda Vika Agusti

Sahabatku Endy Kristian Saputra, S.H.

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

RietmaLinda Noorma Safitri. 2016. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Fungsi Linear Kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016 yang ditinjau dari minat dan hasil belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dibantu deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016, sedangkan obyek penelitian ini adalah keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner minat belajar siswa, lembar pengamatan langsung, wawancara, hasil belajar siswa. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari minat dilihat dari kuesioner minat belajar siswa dan diperkuat dari hasil pengamatan dan wawancara. Sedangkan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh minat belajar siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembalajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dikatakan efektif dengan lebih besar dari 75% jumlah siswa masuk kriteria sangat berminat ditambah jumlah siswa masuk kriteria berminat yakni % (5 % siswa pada kriteria sangat berminat ditambah 5 % siswa pada kriteria berminat). Sedangkan hasil belajar siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan berhasil dengan baik atau efektif dengan lebih besar dari 75% siswa sudah memenuhi KKM yakni 77,78% dari jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar yaitu 14 siswa dari jumlah 18 siswa dinyatakan tuntas belajar memenuhi KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75. Dari hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam pembelajaran jika ditinjau dari minat dan hasil belajar.

(11)

viii ABSTRACT

RietmaLinda Noorma Safitri. 2016. The Effectiveness of Cooperative Learning Model with The Type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in Mathematics Subject in The Topic of Linear Function of Accounting Class ���� SMK Putra Tama Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Science And Mathematics Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.

The purpose of this research was to know the effectiveness of cooperative learning model with the type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) in mathematics subject in the topic of linear function of accounting class th SMK Putra Tama academic year 2015/2016 observed from students’ interest and learning outcomes.

The research is descriptive quantitative research assisted with descriptive qualitative . The subject of this research is students of grade XI of accounting of SMK Putra Tama academic year 2015/2016. Whereas the object of this research is the effectiveness of learning cooperative model with the type STAD that observed from interest and students’ learning outcomes. The data used in this research is observation, interviews, questioner about student interested study and learning outcomes. Through questioner data from the interest study, observation, and interviews to observe the effectivity of cooperative learning model with the type STAD observed from interest and students’ learning outcomes to observe the effectivity of cooperative learning model with the type STAD observed from learning outcomes.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI LINEAR KELAS XI AKUNTANSI SMK PUTRA TAMA TAHUN AJARAN 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan

Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dan berjalan

dengan lancer tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Matematika.

3. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

membimbing penulis dengan sabar dan tulus mengarahkan dan memberi

saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Seluruh dosen dan staf JPMIPA yang telah membantu penulis dalam

memberi bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan.

5. Bapak Drs. Simon Suharyanta, M.Pd selaku Kepala SMK PUTRA TAMA

BANTUL dan Ibu Dra. Y. Rini Prastuti selaku guru matematika SMK

PUTRA TAMA BANTUL, yang telah memberi kesempatan, kerjasama, dan

dukungan untuk mengadakan penelitian ini.

6. Segenap guru dan karyawan SMK PUTRA TAMA BANTUL atas

(13)

x

7. Seluruh siswa kelas XI Broadcast dan kelas XI Akuntansi SMK PUTRA

TAMA BANTUL tahun ajaran 2015/2016 yangtelah bekerjasama dengan

baik dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Bapak Kadiman, Ibu Sudamayanti, S.Pd., Belinda, dan seluruh keluarga atas

bimbingan, perhatian, kasih sayang, dukungan doa, semangat, dan materi

yang diberikan tanpa henti.

9. Semua teman-teman mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika angkatan 2011

atas semua pengalaman dan pembelajaran yang didapat selama perkuliahan,

semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional dan berkualitas.

10.Teman dan sahabatku Endy atas dukungan doa, semangat, dan keceriannya

selama ini.

11.Semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan

setetes pengetahuan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun.

Yogyakarta, 23 Februari 2016

Penulis,

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT vii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 5

D. Rumusan Masalah 6

E. Batasan Istilah 7

F. Tujuan Penelitian 9

(15)

xii

H. Sistematika Penulisan Skripsi 10

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Keefektifan 12

B. Belajar dan Pembelajaran 14

C. Pembelajaran Kooperatif 16

D. Model Pembelajaran Problem Solving 18

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 21

F. Hasil belajar 27

G. Minat 29

H. Fungsi Linear 30

I. Kerangka Berpikir 40

BAB III MODEL PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 42

B. Subyek Penelitian 42

C. Obyek Penelitian 43

D. Waktu dan Tempat Penelitian 43

E. Bentuk Data 43

F. Metode Pengumpulan Data 44

G. Instrumen Pengumpulan Data 45

H. Teknik Analisis Istrumen 48

I. Model Analisis Data 53

(16)

xiii

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA,

ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian 61

B. Penyajian Data 80

C. Analisis Data 86

D. Pembahasan 96

E. Kelemahan Penelitian 100

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 101

B. Saran 102

DAFTAR PUSTAKA 103

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan 25

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok 26

Tabel 3.1 Perencanaan Pembelajaran 46

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Minat belajar siswa 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Langsung 48

Tabel 3.4 Nilai-Nilai r Product Moment 50

Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Korelasi 51

Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas 52

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda 52

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal 53

Tabel 3.9 Kriteria Hasil Belajar (Kuis) Siswa 54

Tabel 3.10 Kriteria Hasil Belajar (Kuis) Siswa Keseluruhan 54

Tabel 3.11 Skor Pernyataan Dalam Kuesioner 56

Tabel 3.12 Kriteria Minat Belajar Siswa 56

Tabel 3.13 Kriteria Minat Belajar Seluruh Siswa 57

Tabel 4.1 Nilai Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa 62

Tabel 4.2 Nilai Uji Coba Kuesioner Minat Belajar Siswa 64

Tabel 4.3 Interpretasi Validasi Butir Soal Tes Hasil Belajar Siswa 65

Tabel 4.4 Uji Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar Siswa 66

Tabel 4.5 Variansi Butir Soal Tes Hasil Belajar Siswa 67

Tabel 4.6 Daya Pembeda Soal Tes Hasil Belajar Siswa 68

(18)

xv

Tabel 4.8 Interpretasi Validasi Butir Kuesioner Minat Belajar Siswa 70

Tabel 4.9 Variansi Butir Kuesioner Minat Belajar Siswa 71

Tabel 4.10 Nama Kelompok 74

Tabel 4.11 Nilai Kuis 1 Dan Kriteria 80

Tabel 4.12 Nilai Kuis 2 Dan Kriteria 81

Tabel 4.13 Hasil Belajar Siswa 82

Tabel 4.14 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa 83

Tabel 4. 15 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Di Kelas (Pertemuan 1) 84

Tabel 4. 16 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Di Kelas (Pertemuan 2) 85

Tabel 4. 17 Hasil Kuis 1 Dan Krietria Pada Pertemuan Pertama 86

Tabel 4. 18 Hasil Kuis 2 Dan Krietria Pada Pertemuan Kedua 87

Tabel 4.19 Penghargaan Kelompok 1 89

Tabel 4.20 Penghargaan Kelompok 2 89

Tabel 4. 21 Penghargaan Kelompok 3 89

Tabel 4. 22 Penghargaan Kelompok 4 90

Tabel 4.23 Penghargaan Kelompok 5 90

Tabel 4. 24 Hasil Tes Hasil Belajar 90

Tabel 4. 25 Hasil Kuesioner Sesuai Kriteria 92

Tabel 4. 26 Presentase Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa Setiap

Kriteria 92

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

1. Silabus Pembelajaran Matematika Kelas XI 106

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 110

3. Lembar Kerja Siswa I (LKS I) 126

4. Lembar Kerja Siswa II (LKS II) 127

5. Kisi-kisi Soal Kuis I 128

6. Kisi-kisi Soal Kuis II 129

7. Kisi-sisi Soal Tes Hasil Belajar 130

8. Soal Kuis I 131

9. Soal Kuis II 132

10.Soal Tes Hasil Belajar 133

11.Kunci Jawaban Soal Tes 134

12.Instrumen Kuesioner Minat Belajar Siswa 141

13.Instrumen Wawancara 143

14.Instrumen Pengamatan Langsung 144

Lampiran B

A. Analisis Validasi dan Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Tes 146

B. Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Hasil Uji Coba

Soal Tes 156

C. Analisis Validasi dan Reliabilitas Hasil Uji Coba Kuesioner

(21)

xviii

D. Sampel Hasil Pekerjaan Siswa (Hasil Tes Hasil Belajar) 184

E. Sampel Kuesioner Minat Belajar Siswa 187

F. Hasil Pengamatan Langsung 194

G. Hasil Wawancara 190

H. Dokumentasi Foto-foto Selama Penelitian 196

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu peristiwa yang kompleks. Peristiwa

dimana suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia itu terjadi

sehingga menjadi pribadi yang seutuhnya. Manusia tumbuh melalui belajar.

Mengajar dan belajar merupakan suatu proses kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan. Tujuan, bahan, alat, dan metode, sarana serta penilaian

merupakan komponen yang terlibat dan tidak dapat dipisahkan antara satu

dengan yang lainnya dalam proses pembelajaran.

Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan

individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap

belajar mengajar adalah untuk memperoleh hasil yang optimal. Kegiatan ini

akan tercapai jika siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan guru. Oleh

karena itu, sebagai guru harus dapat menyampaikan tujuan belajar dengan

baik. Cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan

kegiatan belajar. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar

yang diperoleh. Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subyek

dan belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. Disamping itu siswa ikut

berpartisipasi aktif mencoba dan melakukan sendiri yang sedang dipelajari.

(23)

fungsi guru adalah menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan

siswa berkembang secara optimal.

Berdasarkan hasil observasi pada saat melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di kelas X Akuntansi SMK Putra Tama,

ternyata hasil analisis pada tiga kali ulangan matematika kurang dari 65%

siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), ini

menandakan bahwa sebagian besar siswa belum memenuhi KKM. Hasil

belajar yang rendah terhadap mata pelajaran matematika selama ini

menandakan bahwa pada proses pembelajaran matematika terdapat

hambatan.

Hambatan dalam suatu pembelajaran matematika di kelas X

Akuntansi SMK Putra Tama disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran yang menarik, menantang, dan

menyenangkan. Guru masih sering menggunakan metode konvensional

walaupun terkadang dalam metode konvensional guru menyisipkan metode

diskusi dan pemecahan masalah tetapi proses ini masih menekankan

penyampain tekstual. Di sisi lain juga ada kecenderungan bahwa aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran matematika antara lain: masih kurang

berani menyampaikan pendapat atau hasil pekerjaan siswa tersebut, sebagian

siswa masih kurang berani dan malu bertanya kepada guru mengenai materi,

siswa kurang mampu dalam merumuskan gagasan sendiri.

Terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan hasil belajar siswa

(24)

matematika pada jam terakhir sering membuat semangat dan konsentrasi

siswa untuk belajar matematika menjadi berkurang. Kondisi seperti ini

menyebabkan ilmu yang diserap siswa tidak maksimal sehingga

menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan matematika. Kondisi ini menuntut guru untuk senantiasa

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang tersebut di atas,

maka diperlukan suasana belajar yang aktif, efektif, kreatif, dan

menyenangkan agar siswa senantiasa aktif dalam belajar matematika dan

berpikir kritis. Sudah saatnya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya

untuk mengembangkan diri. Guru selayaknya menjadi fasilitator bagi siswa

sehingga guru membantu siswa mengonstruk pengetahuan. Salah satu strategi

pembelajaran matematika yang berorientasi pada pandangan konstruktivisme

adalah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) yang di dalam diskusinya menekankan arah pemecahan masalah (Problem Solving).

Model pembelajaran Problem Solving adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa diajak berpikir untuk bisa memecahkan masalah.

Tujuan dari Problem Solving adalah siswa diajak berpikir yang dimulai

dengan mengidentifikasi masalah kemudian mencari alternatif yang paling

tepat sebagai jawaban yang tepat dari masalah tersebut.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh

(25)

dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.

Pertama-tama siswa belajar mempelajari materi bersama-sama dalam

kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melaui kuis.

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) pada intinya adalah model ini melibatkan kompetisi antar kelompok. Siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan,

gender, ras, dan etnis. Pertama-tama guru menjelaskan suatu materi

kemudian siswa belajar mempelajari materi bersama-sama dalam

kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis. Pada

saat siswa mempelajari materi di dalam kelompoknya diberikan suatu

masalah yang berhubungan dengan suatu materi untuk dipelajari,

diidentifikasi, dan dianalisis.

Pada tahun ajaran 2015/2016 kelas XI Akuntansi merupakan lanjutan

dari kelas X Akuntansi pada tahun ajaran 2014/2015 maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Keefektifan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Fungsi Linear Kelas

XI Akuntansi SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi

permasalahan-permasalahan di kelas X Akuntansi SMK Putra Tama Bantul

(26)

1. Kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.

2. Kurang beraninya siswa menyampaikan pendapat atau hasil pekerjaan.

3. Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran

matematika.

4. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

5. Kurangnnya rasa berani dan malu untuk bertanya kepada guru mengenai

materi.

6. Kurang mampunya siswa dalam merumuskan gagasan sendiri.

7. Kurangnya semangat dan konsentrasi siswa untuk belajar matematika.

Kondisi seperti ini menyebabkan ilmu yang diserap siswa tidak maksimal.

8. Kesulitan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan

matematika.

9. Guru masih sering menggunakan metode konvensional walaupun

terkadang dalam metode konvensional guru menyisipkan metode diskusi

dan pemecahan masalah tetapi proses ini masih menekankan

penyampaian tekstual.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari kesalah pahaman maksud dan tujuan serta agar

lebih efektif dalam mengadakan penelitian, dalam penelitian ini penulis

membatasi ruang lingkup penelitian pada keefektifan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam

(27)

Putra Tama Bantul semester ganjil Tahun Ajaran 2015/2016 dalam

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

pada pokok bahasan relasi dan fungsi sub bahasan fungsi linear.

Masalah yang diselesaikan adalah seberapa efektif penggunaan

keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa sehingga mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

matematika. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari hasil belajar dalam hal ini dilihat dari persentase siswa yang nilainya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan keefektifan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan

diteliti yaitu:

1. Apakah keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran

(28)

2. Apakah keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran

2015/2016 efektif ditinjau dari hasil belajar?

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta

mewujudkan persatuan pandangan dan pengertian yang berkaitan dengan

judul dari skripsi yang peneliti ajukan, maka perlu ditegaskan beberapa istilah

sebagai berikut.

1. Keefektifan

Keefektifan adalah keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran matematika sehingga

tujuan pembelajaran tercapai.

2. Belajar dan pembelajaran

a. Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi

dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif sehingga

menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-sikap.

Perubahan ini bersifat konstan dan berbekas.

b. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dialami

(29)

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD)

Suatu model pembelajaran dimana siswa diajak untuk bisa memecahkan

masalah melalui diskusi kelompok. Siswa dikelompokkan secara acak

berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-tama siswa

belajar mempelajari materi bersama-sama dalam kelompoknya, kemudian

mereka diuji secara individual melalui kuis. Pembelajaran ini melibatkan

kompetisi antar kelompok.

4. Hasil belajar

Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang

yang dapat diamati melalui pengetahuan-pemahaman pada ranah kognitif.

5. Minat

Minat adalah pemusatan perhatian pada suatu tertentu. Siswa merasa

senang dalam mempelajari suatu bidang studi/pokok bahasan tertentu.

6. Fungsi Linear

Fungsi linear adalah fungsi yang memetakan setiap � ∈ � ke suatu bentuk

� + dengan ≠ 0, adalah koefisien dan adalah konstanta.

Penelitian keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran

2015/2016 adalah upaya untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran

dan kemampuan siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Dalam

(30)

berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Keefektifan tersebut dilihat dari

minat belajar siswa dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD).

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

kualitas proses pembelajaran di kelas.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

Mengetahui keefektifan pembelajaran menggunakan keefektifan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) dalam pembelajaran matematika pada materi fungsi linear kelas

XI Akuntansi SMK Putra Tama tahun ajaran 2015/2016 ditinjau dari minat

dan hasil belajar.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas bermanfaat untuk kepraktisan bagi:

(31)

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran matematika akan lebih efektif dan dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran di kelas, juga dapat mengarahkan siswanya untuk

memahami materi, mengembangkan cara berpikir dan daya nalar siswa.

2. Siswa

Hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran matematika dapat meningkatkan minat dan hasil belajar

siswa. Selain itu siswa juga berlatih memecahkan masalah secara

berkelompok maupun individu. Jadi, siswa lebih tertarik mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran yang variatif dari guru,

sehingga kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa semakin

meningkat.

3. Peneliti

Memberikan pengalaman, wawasan, pengetahuan dan keterampilan

kepada peneliti sebagai calon guru ketika terjun langsung di sekolah.

Peneliti mengetahui berbagai pilihan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran, minat dan hasil belajar siswa.

H. Sistematika Penulisan Skripsi 1. BAB I Pendahuluan

Pada BAB I, peneliti menyajikan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, permbatasan masalahan, rumusan masalah, batasan

(32)

skripsi. Didalam latar belakang peneliti menguraikan permasalahan secara

umum dan keadaan yang ada di sekolah tempat penelitian.

2. BAB II Kajian Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis Tindakan

Pada BAB II, peneliti menguraikan teori-teori yang mendukung

dalam penelitian, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.

3. BAB III Metode Penelitian

Pada BAB III, peneliti menguraikan tentang jenis penelitian, subyek

penelitian, obyek penelitian, variabel penelitian, waktu dan tempat

penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,

teknik analisis data, metode analisis data, dan prosedur penelitian.

4. BAB IV Pembahasan

Dalam BAB IV, peneliti menguraikan tentang persiapan penelitian,

pelaksanaan uji coba alat ukur, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian,

analisis data, pembahasan hasil penelitian, dan kelemahan penelitian.

5. BAB V Kesimpulan dan Saran

Dalam BAB V, peneliti akan menguraikan kesimpulan yang

diperoleh selama penyusunan skripsi ini dan memberikan beberapa saran

(33)

12 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Keefektifan

Keefektifan dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002:284) dalam

usaha atau tindakan berarti “keberhasilan”. Sedangkan menurut Sadiman

(dalam Trianto, 2011:20) keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang

diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Efesiensi dan

keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala

upaya guru untuk membantu para siswa agar belajar dengan baik menurut tim

Pembina Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (dalam Trianto,

2009:20).

Menurut Soemosasmito (dalam Trianto, 2009:20) suatu

pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama

keefektifan pengajaran, yaitu:

1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap proses

pembelajaran;

2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa;

3. Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan;

4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan

(34)

Keefektifan suatu proses pembelajaran dapat diukur dengan cara

melihat tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Agar

tujuan pembelajaran dapat dengan tepat dan optimal maka perlu dibuat

rencana dan model pembelajaran yang matang.

Tingkat keefektifan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak hal,

salah satunya adalah ketepatan penggunaan model pembelajaran. Semakin

tepat dalam memilih model pembelajaran, maka semakin efektif pula

pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sehingga hasil minat

akan memenuhi kriteria minat dan hasil belajar siswa akan memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keefektifan

adalah keberhasilan. Keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran matematika sehingga

tujuan pembelajaran tercapai.

Keefektifan dari proses pembelajaran diukur dari tingkat

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilihat dari

indikator pembelajaran pada materi fungsi linear dan penilaian hasil belajar,

serta minat siswa dalam mempelajari suatu materi. Menurut Trianto (2009)

pembelajaran dapat dikatakan efektif ditinjau dari hasil belajar jika lebih dari

atau samadengan 75% siswa dapat memenuhi KKM dan pembelajaran dapat

dikatakan efektif ditinjau dari minat belajar siswa jika prosentase minat

(35)

B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku

manusia dari segala yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang

peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,

tujuan, kepribadian, dan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan

menguasai dan memahami prinsip-prinsip dasar belajar, seseorang mampu

memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam

psikologis.

W.S Winkel (2005) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif

konstan dan berbekas”.

Sementara itu, Vigotsky (dalam Solihatin, 2012:5) menyatakan

bahwa “belajar adalah membangun kerjasama secara sosial dalam

mendefinisikan pengetahun dan lain-lain, yang terjadi melalui

pembangunan peluang-peluang secara sosial”. Muhibbin syah (2008)

berpendapat bahwa “belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah

laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi

dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.

Sudjana (dalam Asep Jihad & Abdul Haris, 2008:2) menjelaskan

(36)

siswa, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti: perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah laku, keterampilan, kecapkapan, kebiasaan, serta perubahan

aspek-aspek yang ada para diri siswa.

Syah (dalam Asep Jihad & Abdul Haris, 2013:1 ) menjelaskan

bahwa belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif

positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif sehingga menghasilkan

perubahan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan ini

bersifat konstan dan berbekas.

2. Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar, tidak akan terlepas dari proses

pembelajaran. Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Arifin (dalam T.Rahmat, 2003) mengemukakan bahwa

pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut

siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar

mengajar.

Menurut Agus Suprijono (2009) berpendapat bahwa pembelajaran

(37)

pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisasi

lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam prespektif

pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswa untuk

mempelajarinya.

Menurut Suherman (dalam Asep Jihad & Abdul Haris, 2008:11)

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara guru

dan siswa serta antar siswa dalam rangka perubahan sikap.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dialami siswa

selama proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

C. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur pada

kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih (Tampubolon, 2013:89).

Sementara Slavin (dalam Solihatin, 2012:102) berpendapat bahwa

“pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok

belajarnya bersifat heterogen”.

Roger dkk (dalam Miftahul Huda, 2012:29) menyatakan bahwa

(38)

yang diorganisasi oleh satu prinsip bahwa harus didasarkan pada

perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok siswa

yang didalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya

sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota

yang lain.

Sedangkan Artz dan Newman (dalam Miftahul Huda, 2012:29)

berpendapat bahwa “kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam satu

tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas atau

mencapai satu tujuan yang sama”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang

menekankan pada perilaku belajar dan bekerja dalam struktur kerja sama

dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang untuk

mengatasi dan menyelesaikan masalah.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Asep Jihad &

Abdul Haris (2008:30) yaitu:

1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok

kooperatif.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

3. Jika dalam kelas, terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,

(39)

setiap kelompok pun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang

berbeda pula.

4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada

perorangan.

D. Model Pembelajaran Problem Solving

1. Pengertian model pembelajaran Problem Solving

Menurut Syaiful Bahri (2006) Problem Solving adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa diajak untuk bisa memecahkan masalah. Model

pemecahan masalah bukan hanya sekedar model mengajar tetapi juga

merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam Problem Solving siswa

diajak berpikir memecahkan masalah.

Sedangkan Sulihbukit (1984:44) berpendapat bahwa “model

pemecahan masalah adalah cara menyajikan pembelajaran dengan

menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau

diselesaikan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran”.

Tujuan dari Problem Solving adalah siswa diajak berpikir yang

dimulai dengan mengidentifikasi masalah kemudian mencari alternatif yang

paling tepat sebagai jawaban yang tepat dari masalah tersebut.

Penginsentifikasi masalah adalah menemukan persoalan dari

konsep-konsep bahan ajar yang disampaikan oleh guru, kemudian merumuskan

(40)

mengkaji jawaban pertanyaan dari berbagai sumber yaitu buku pelajaran,

pengalaman, dan faktor dari sumber lainya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Problem Solving adalah suatu model pembelajaran dimana siswa diajak berpikir, mengidentifikasi masalah, membuat model penyelesaian,

menyelesaikan model penyelesaian yang telah dibuat, menafsir kembali

penyelesaiannya.

a. Kelebihan model pembelajaran Problem Solving

Kelebihan model pembelajaran Problem Solving menurut

Sulihbukit (1984:45) adalah

1) Mendidik siswa berpikir secara sistematis

2) Mampu mencari berbagai jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi.

3) Siswa dapat belajar menganalisis sesuatu masalah dari berbagai

aspek.

4) Mendidik siswa untuk tidak mudah putus asa.

5) Mendidik siswa percaya diri

b. Kelemahan model pembelajaran Problem Solving

Kelemahan model pembelajaran Problem Solving menurut Sulihbukit

(1984:45) adalah

1) Memerlukan waktu yang cukup lama

2) Tidak dapat digunakan di kelas rendah

(41)

c. Langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving

Langkah-langkah model pembelajaran Problem Solving menurut

Syaiful Bahri (2006: 58) adalah

1) Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan,

antara lain:

a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah

proses pembelajaran kooperatif tipe Problem Solving. Tujuan

meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

b) Mempersiapkan garis besar langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Problem Solving yang akan dilakukan.

2) Tahap pelaksanaan

a) Langkah pembukaan

(1) Mengkondisikan kelas agar pembelajaran berlangsung

secara efektif

(2) Menjelaskan tugas-tugas yang dilakukan oleh siswa

b) Langkah pelaksanaan

(1) Mulailah pembelajaran sesuai dengan prosedur, juga

kegiatan siswa memotivasi siswa untuk berpikir.

(2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari

suasana yang menegangkan.

(42)

(4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif

berpikir tentang apa yang diamati dari proses pembelajaran

Problem Solving c) Langkah penutup

(1) Setelah data hasil pengamatan pada lembar aktifitas siswa

dianalisis siswa baik secara individu maupun berkelompok

(2) Guru memberikan tugas

Dalam pembelajaran matematika siswa lebih diajak untuk berpikir

kritis dalam memecahkan masalah, dimana siswa diajak berpikir,

mengidentifikasi masalah, membuat model penyelesaian, menyelesaikan

model penyelesaian yang telah dibuat, menafsir kembali penyelesaiannya

secara berkelompok. Dalam hal ini Problem Solving sebagai obyek dalam

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin (Tampubolon,

2013:96), model ini melibatkan kompetisi antar kelompok. Siswa

dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.

Pertama-tama siswa belajar mempelajari materi bersama-sama dalam

(43)

Slavin mengatakan bahwa “gagasan utama di belakang STAD

adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain

untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.

Menuurut Slavin (2005), Jika para siswa ingin agar timnya

mendapat penghargaan tim mereka harus mendukung membantu teman satu

timnya untuk bisa melakukan yang terbaik menunjukan norma bahwa

belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa bekerja sama

setelah guru menyampaikan materi belajar. Mereka boleh

berpasang-pasangan dan membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan

ketidaksesuaian dan saling membantu sama lain. Jika ada salah dalam

memahami maka mereka boleh mendiskusikannya dari pendekatan

penyelesaian masalah untuk membantu mereka berhasil dalam kuis.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran

yang siswanya dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan,

gender, ras, dan etnis beranggotakan 4-6 orang. Model ini melibatkan

kompetisi antar kelompok. Pertama-tama guru menjelaskan suatu materi

kemudian siswa belajar mempelajari materi bersama-sama dalam

kelompoknya, kemudian nantinya mereka diuji secara individual melalui

kuis. Selama siswa belajar dalam kelompok guru melakukan pengamatan,

memberikan bimbingan dan bantuan di setiap kelompok jika dibutuhkan.

Guru juga mengarahkan siswanya untuk memahami materi,

(44)

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian kelompok lain

menanggapi, kemudian guru megevaluasi hasil belajar siswa melalui kuis

tentang materi yang sudah dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap

presentasi hasil kerja pada masing-masing kelompok. Setelah pelaksanaan

kuis, guru sesegera mungkin memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan

nilai. Selanjutnya menghitung skor tim/kelompok, kelompok yang

mempunyai skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan atas

keberhasilannya

2. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menuurut Slavin (2005:85), langkah-langkah penerapan model

STAD adalah

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

b. Menyajikan/menyampaikan informasi

Pertama-tama guru menyampaikan materi pelajaran kepada

siswa melalui presentasi di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran ini

guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari serta tetap berfokus pada unit

STAD. Dengan cara ini siswa menyadari bahwa mereka memberi

perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan

sangat membantu siswa dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis

(45)

c. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kolompok belajar

Membuat kelompok terdiri dari 4-6 orang yang mewakili

seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,

suku dan ras. Fungsi utama dari pembentukan kelompok adalah

memastikan setiap anggotanya benar-benar belajar, dan lebih khususnya

lagi adalah mempersiapkanan anggota-anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis/evaluasi dengan baik.

d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Dalam proses siswa belajar dalam kelompok para anggota

kelompok bertanggung jawab menguasai materi yang telah disampaikan

guru pada saat presentasi. Guru menyiapkan dan memberikan lembar

kerja untuk dibagikan dalam kelompok. Selama siswa belajar dalam

kelompok guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan dan

bantuan di setiap kelompok jika dibutuhkan.

e. Evaluasi

Guru megevaluasi hasil belajar siswa melalui kuis tentang

materi yang sudah dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap

presentasi hasil kerja pada masing-masing kelompok. Para siswa akan

mengerjakan kuis secara individual, tidak diperbolehkan untuk saling

membantu sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual

untuk memahami materinya.

f. Memberi penghargaan

(46)

hasil kerja siswa dan memberikan nilai. Selanjutnya menghitung skor

tim/kelompok, kelompok yang mempunyai skor tertinggi akan

mendapatkan penghargaan atas keberhasilannya.

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan

oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1)Menghitung skor individu

Menurut Slavin (2005), untuk menghitung poin kemajuan

individu di hitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan

No Nilai Kuis Skor

Perkembangan

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin

2 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin

3 Skor awal sampai 10 poin di bawah skor

awal 20 poin

4 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 30 poin

5 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari

skor awal) 30 poin

(Slavin, 2005:159)

2)Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua

skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok. Sesuai dengan

rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori kelompok

(47)

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok No Rata-Rata Kelompok/Tim Predikat

1 ≤ ≤ -

2 < ≤ Tim Baik

3 < ≤ Tim Hebat

4 < ≤ Tim Super

(Trianto, 2009:72)

3)Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah setiap kelompok memperoleh predikat, guru

memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok

sesuai dengan predikatnya.

3. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menuurut Slavin (2005) kelebihan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah

a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif

mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah

c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi

d. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pembelajaran dan lebih aktif

dalam berdiskusi

e. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan pendapat orang

(48)

4. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menuurut Slavin (2005) kekurangan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah:

a. Membutuhkan waktu lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target

kurikulum

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru

F. Hasil Belajar

Tujuan belajar meliputi bertambahnya pengetahuan dan keterampilan,

sehingga pencapain tujuan belajar adalah memperoleh hasil belajar yang

baik. Hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan guru. Oleh karena

itu, sebagai pendidik harus dapat menyampaikan tujuan belajar dengan baik.

Oemar Hamalik (2006: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar sebagai

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan

diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Winkel (2005) mengemukakan bahwa “hasil belajar meliputi

kemampuan kognitif meliputi pengetahuan-pemahaman, kemampuan

sensorik-motorik yang meliputi keterampilan melakukan gerak-gerik badan

dalam urutan tertentu, kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan

nilai”.

Sementara itu Aronson dan Briggs (dalam Solihatin, 2012)

mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati dan

(49)

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati

yang meliputi pengetahuan-pemahaman, kemampuan sensorik-motorik yang

meliputi keterampilan melakukan gerak-gerik badan dalam urutan tertentu,

kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai.

1. Jenis-jenis hasil belajar

Menurut Bloom (dalam Nana Sudjana 2006:22) secara garis besar

membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintaksis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil

belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Jenis hasil belajar

afektif tampak pada siswa berbagai tingkah laku seperti perhatiaanya

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan

teman sekelas, kebiasaan di kelas, dan hubungan sosial.

c. Ranah psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan

dan kemampuan bertindak individu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

(50)

mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor-faktor yang ada pada siswa sendiri (faktor ekstrnal), yang

meliputi:

1) Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran, dan

penglihatan. Jika salah satu faktor biologis tersebut terganggu, hal

ini akan mempengaruhi hasil belajar.

2) Faktor psikologis, yang meliputi intelegensi, minat dan motivasi,

serta perhatian ingatan berpikir.

3) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani.

b. Faktor-faktor yang ada di luar individu (faktor ekstrnal), yang meliputi:

1) Faktor keluarga, yaitu lembaga pendidikan yang pertama dan

terutama.

2) Faktor sekolah, yang meliputi model pembelajaran, kurikulum,

hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan berdisiplin

di sekolah.

3) Faktor masyarakat, meliputi bentuk kehidupan bermasyarakat

sekitar yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

G. Minat

Salah faktor yang mempengaruhi balajar siswa adalah faktor

internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu minat. Menurut Muhibbin (2008)

minat (interst) adalah kecenderungan dan kegairahan yang besar terhadap

(51)

dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas

pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Pemusatan

perhatian yang intensif terhadap materi tertentu yang memungkinkan siswa

belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

Sedangkan menurut Winkel (2005:212), minat adalah

kecenderungan siswa yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi

atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari itu.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa minat adalah pemusatan perhatian pada suatu tertentu. Siswa merasa

senang dalam mempelajari suatu bidang studi/pokok bahasan tertentu.

Menurut Winkel (2005:212), usaha yang dapat dilakukan guru

selama proses pembelajaran semua siswanya berperasaan senang antara lain:

membina hubungan akrab dengan siswa; menyajikan bahan pelajaran yang

tidak terlalu di atas daya tangkap siswa, namun tidak jauh dibawahnya;

menggunakan media pembelajaran yang sesuai; bervariasi dalam prosedur

mengajar, namun tidak berganti prosedur yang belum dikenal siswa, dengan

tiba-tiba dan tidak membodohkan siswa kalau mereka belum biasa.

H. Fungsi Linear

1. Bentuk umum fungsi linear

Menurut Kasmina & Toali (2008) fungsi linear adalah fungsi yang

(52)

koefisien dan adalah konstanta. Bentuk umum fungsi linear adalah =

+ , ≠ .

Berikut ini beberapa contoh fungsi linear

a. = +

b. = 8 −

Perhatikan contoh berikut ini.

a. Jika diketahui = + , tentukan nilai .

Solusi:

= +

= . + = + =

b. Jika diketahui = 8 − , tentukan nilai memenuhi = .

Solusi:

Substitusikan nilai = kedalam = 8 − sehingga

= 8 −

⇔8 = 8

⇔ = 8

Jadi, jika = maka nilai =

2. Gafik fungsi linear

Menurut Tuti Masrihani (2008) himpunan titik yang didapat dari

f x = ax + b membentuk grafik fungsi linear, grafiknya berbentuk garis

lurus dengan persamaan = + , dimana merupakan gradien atau

(53)

Menurut Tuti Masrihani (2008) untuk menggambar garis pada bidang

Cartesius dengan persamaan = + dapat dilakukan dengan

menentukan paling sedikit dua titik yang memenuhi persamaan tersebut

kemudian kedua titik tersebut dihubungkan menjadi sebuah garis lurus.

Contoh:

Suatu fungsi linear ditentukan oleh = − dengan daerah asal

{ |− ≤ ≤ , ∈ �}. Gambarkan grafik fungsi linear tersebut!

Menurut Kasmina & Toali (2008) langkah-langkah menggambar grafik

fungsi linear adalah

a. Buat tabel titik-titik koordinat (x,y) yang memenuhi persamaan atau

Tentukan titik potong grafik dengan sumbu- dan

sumbu-b. Gambar titik-titik koordinat (x,y) yang memenuhi persamaan tersebut

dengan koordinat Cartesius

Solusi:

a. Tabel titik-titik koordinat (x,y) yang memenuhi persamaan.

= − − −

Jadi grafik fungsi linear tersebut melalui titik − , − , , − , , ,

,

b. Gambar titik-titik koordinat tersebut pada koordinat Cartesius dan

menarik garis penghubung antara titik-titik tersebut.

(54)

Gambar 2.1 Grafik Fungsi Linear

3. Gradien garis lurus

Menurut Kasmina & Toali (2008) fungsi linear = + , ∈

� jika digambarkan maka grafiknya berupa garis lurus. Koefisien , yaitu

menunjukkan nilai kemiringan suatu garis atau gradien.

Menurut Kasmina & Toali (2008) gradien persamaan garis lurus

dapat ditentukan dengan cara

a. Bila diketahui suatu persamaan dengan bentuk = + maka gradien

garis tersebut adalah

b. Bila diketahui suatu persamaan dengan bentuk + + = atau

+ = − maka gradien garis tersebut adalah −

(55)

c. Jika sebuah garis melalui dua titik A , dan B , maka nilai

gradiennya ( adalah = − −

Contoh

a. Tentukan nilai gradien dari persamaan = +

Solusi

Nilai gradien garis tersebut adalah

b. Tentukan nilai gradien dari persamaan + + 8 =

Solusi

Nilai gradien garis tersebut adalah − 6

c. Sebuah garis melalui dua titik A , dan B , , tentukan nilai

gradiennya!

Solusi

, , = ; =

, , = ; =

Nilai gradiennya ( adalah = 6− − =

Jadi nilai gradien garis tersebut adalah

4. Persamaan garis lurus

a. Persamaan garis lurus yang melalui titik , dengan gradien

Menurut Kasmina & Toali (2008) persamaan garis lurus yang

melaui titik , dengan gradien dapat ditentukan dengan rumus

(56)

Contoh:

Tentukan persamaan garis lurus yang melalui titik , dengan gradien 4

Solusi

Diketahui : = =

=

Ditanyakan : persamaan garis lurus?

Jawab : − = −

⇔ − = −

⇔ − = − 8

⇔ = − 8 +

⇔ = −

Jadi persamaan garis lurus yang melalui titik , dengan gradien 4

adalah = −

b. Persamaan garis lurus yang melalui dua titik A , dan B ,

Menurut Kasmina & Toali (2008) persamaan garis lurus yang

melalui dua titik A , dan B , dapat ditentukan dengan rumus

− − =

− −

Contoh:

Tentukan persamaan garis lurus yang melalui A , dan B ,8

Solusi

Diketahui : A , = =

(57)

Ditanyakan : persamaan garis lurus

5. Kedudukan Garis dalam Satu Bidang

a. Dua garis saling sejajar

(58)

Garis : = − maka =

Garis : = + maka =

Karena = , maka kedua garis tersebut sejajar.

2. Tentukan persamaan garis lurus yang melalui , dan sejajar garis

= −

Solusi

Diketahui : titik ,

Garis : = −

Gradien garis adalah =

Ditanyakan : persamaan garis lurus

Jawab :

Karena sejajar dengan garis = − maka gradien garis tersebut

= dan melalui titik , sehingga persamaan garisnya adalah

− = −

− = −

⇔ − = −

⇔ = − +

⇔ = +

Jadi, persamaan garis lurus yang melalui , dan sejajar garis

= − adalah = +

b. Dua garis saling berpotongan

(59)

memiliki gradien yang tidak sama, maka kedua garis itu saling

berpotongan. Misalkan gradien garis adalah , dan gradien garis ℎ

adalah , maka garis ℎ saling berpotongan jika ≠

Contoh:

Selidikilah apakah garis : = + dan : = − +

berpotongan?.

Solusi

Garis : = + maka =

Garis : = − +

⇔ = − + maka = −

Karena ≠ , maka garis dengan garis saling berpotongan

c. Dua garis saling tegak lurus

Menurut Kasmina & Toali (2008) jika diketahui dua garis

memiliki gradien yang tidak sama dan hasil perkalian gradiennya sama

dengan negatif satu, maka kedua garis itu saling tegak lurus. Misalkan

gradien garis adalah , dan gradien garis ℎ adalah , maka garis

ℎ saling tegak lurus jika . = − atau = −

Contoh:

1. Selidikilah apakah garis : = + dan : = − +

berpotongan? Selidikilah apakah garis dengan garis saling tegak

lurus.

Solusi

(60)

Garis : = − + maka = −

Karena ≠ , maka garis dengan garis saling berpotongan

Dan . = . − = − maka garis dengan garis saling tegak

lurus

2. Tentukan persamaan garis lurus yang melalui 8, dan tegak lurus

garis = −

Solusi

Diketahui : Titik 8,

Garis : = −

Gradien garis adalah =

Ditanyakan : persamaan garis lurus

Jawab :

Karena tegak lurus dengan garis = − maka gradien garis

tersebut harus memenuhi . = − sehingga

. = −

⇔ . = −

⇔ = −

Persamaan garis yang melalui titik 8, dan = − adalah

− = −

− = − − 8

Gambar

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan
Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok
Gambar 2.1 Grafik Fungsi Linear
Tabel 3.1Perencanaan Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS – ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN KREATIVITAS SISWA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES

Karya ilmiah ini membahas tentang perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan student teams achievement divisions (STAD) terhadap hasil belajar matematika

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams- Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar Matematika pokok bahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Penerapan metode pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih dapat meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada materi keputusan bersama melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) di