• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta."

Copied!
369
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Clara Prasetyawati Prabaningrum. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran matamatika materi balok dengan mengunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan mengakomodasi teori Van Hiele. Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika masih cenderung hanya menekankan aspek kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan produk yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran matematika topik balok menggunakan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele.

Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Sugiyono, yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, bahan ajar, LKS, Tes, dan penilaian sikap. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara dan tes.

Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 4,14 termasuk dalam kategori Baik sedangkan kuesioner respon siswa terhadap proses prmbelajaran PPR mengakomodasi teori Van Hiele memperoleh hasil 123,91 termasuk dalam kategori Bagus.

(2)

ABSTRACT

Clara Prasetyawati Prabaningrum. 2016. Developing Mathematics Learning Set by Using Reflective Pedagogy Paradigm that Accomodates the Theory of Van Hiele in the Subject of Rectangular Solid for Grade VIII E Negeri 1 State Senior High School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Educiation, Sanata Dharma University.

The study was a study that developed a mathematics learning set for the subject of rectangular solid by using the Reflective Pedagogy Paradigm and by accomodating the theory of Van Hiele. The background of the study was that the mathematics learning that still inclined to emphasize the cognitive aspect only. The objective of the study was to generate a product design that might be used for facilitating the mathematics learning in the subject of rectangular solid that used of Reflective Pedagogic Paradigm and that accomodated the theory of Van Hiele.

The researcher implemented the research and development procedures that had been developed by Sugiyono and these procedures included: (1) Potentials and Problems, (2) Data Gathering, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Testing and (7) Product Revision. The learning sets that had been developed were the syllabus, the lesson plans, the learning materials, the students’ practice sheet, the test and the attitude assessment. The subjects in the study were the students of Grade VIII E in the Negeri 1 Junior High School Yogyakarta. Then, the objects of the study were all of the learning sets that had been developed by the researcher. The data gathering techniques that the researcher implemented were observation, questionnaire, interview and test.

The results of learning sets validation was equal to 4.14 and, therefore, the learning sets belonged to the Good categorty. Then, the results of questionnaire analysis on the students’ response toward the Reflective Pedagogy Paradigm that accomodated the theory of Van Hiele was equal to 123.91 and belonged to the Good category.

(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI

REFLEKTIF YANG MENGAKOMODASI TEORI VAN HIELE

POKOK BAHASAN BALOK DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Clara Prasetyawati Prabaningrum NIM: 121414031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

(7)

v MOTTO

Diberkatilah orang yang

mengandalkan Tuhan, yang menaruh

harapannya pada Tuhan!

Yeremia 17:7

Bersukacitalah dalam pengharapan,

sabarlah dalam kesesakan dan

bertekunlah dalam doa

Roma 12:12

The best preparation for tomorrow is doing your best

today

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Clara Prasetyawati Prabaningrum. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran matamatika materi balok dengan mengunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan mengakomodasi teori Van Hiele. Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika masih cenderung hanya menekankan aspek kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan produk yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran matematika topik balok yang menggunakan PPR mengakomodasi teori Van Hiele.

Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Sugiyono, yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, bahan ajar, LKS, Tes, dan penilaian sikap. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara dan tes.

Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 4,14 termasuk dalam kategori Baik sedangkan kuesioner respon siswa terhadap proses prmbelajaran PPR mengakomodasi teori Van Hiele memperoleh hasil 123,91 termasuk dalam kategori Bagus.

(11)

ix ABSTRACT

Clara Prasetyawati Prabaningrum. 2016. Developing Mathematics Learning Set by Using Reflective Pedagogy Paradigm that Accomodates the Theory of Van Hiele in the Subject of Rectangular Solid for Grade VIII E Negeri 1 State Senior High School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Educiation, Sanata Dharma University.

The study was a study that developed a mathematics learning set for the subject of rectangular solid by using the Reflective Pedagogy Paradigm and by accomodating the theory of Van Hiele. The background of the study was that the mathematics learning that still inclined to emphasize the cognitive aspect only. The objective of the study was to generate a product design that might be used for facilitating the mathematics learning in the subject of rectangular solid that used Reflective Pedagogic Paradigm and that accomodated the theory of Van Hiele.

The researcher implemented the research and development procedures that had been developed by Sugiyono and these procedures included: (1) Potentials and Problems, (2) Data Gathering, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Testing and (7) Product Revision. The learning sets that had been developed were the syllabus, the lesson plans, the learning materials, the students’ practice sheet, the test and the attitude assessment. The subjects in the study were the students of Grade VIII E in the Negeri 1 Junior High School Yogyakarta. Then, the objects of the study were all of the learning sets that had been developed by the researcher. The data gathering techniques that the researcher implemented were observation, questionnaire, interview and test.

The results of learning sets validation was equal to 4.14 and, therefore, the learning sets belonged to the Good categorty. Then, the results of questionnaire analysis on the students’ response toward the Reflective Pedagogy Paradigm that accomodated the theory of Van Hiele was equal to 123.91 and belonged to the Good category.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia dan penyertaanNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta” ini dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Hongki Julie, M.Si,. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 3. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 4. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, semangat, dan sumbangan pemikiran dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc., Feby Sanjaya, M.Si., dan Niluh Sulistyani M.Pd., selaku dosen ahli yang telah bersedia menjadi validator instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

6. Dra. Y. Niken Ssasanti selaku Kepala SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan baik.

(13)

xi

8. Siswa kelas VIII E SMP N 1 Yogyakarta yang telah terlibat aktif selama proses penelitian.

9. Kedua orang tua, Prasetyo Sinung Widodo S.Pd dan Fransisca Erlina Sulistyawati, S.Pd yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan doa bagi penulis.

10. Adikku Destian Prasanto yang selalu menemani dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

11. Pak Neo dan Bu Tutik yang selalu menyemangati dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

12. Sahabat-sahabat terkasih yang selalu memberikan semangat dan motivasi bagi peneliti: Dina, Malla, Christin, Maria, Sekar, Lita, Rara, Galuh, Lina, Seli, Rika, Ika, Mbak Anas.

13. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi: Vita, Ela, Dhian, Raisa, Agnes, Asih, Galuh, dan Beby. 14. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 yang telah memberikan

bantuan dan dukungan bagi peneliti.

15. Semua pihak yang telah banyak berjasa dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Istilah ... 9

(15)

xiii

BAB II Landasan Teori ... 16

A. Kajian Pustaka ... 16

1. Pembelajaran Matematika ... 16

2. Pengembangan ... 19

3. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 24

4. Teori Van Hiele ... 30

5. Balok ... 35

6. Perangkat Pembelajaran ... 41

7. Hasil Belajar ... 45

B. Penelitian yang Relevan ... 47

C. Kerangka Berpikir ... 49

BAB III Metode Penelitian ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Setting Penelitian ... 52

C. Prosedur Pengembangan ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 55

E. Instrumen Penelitian ... 58

F. Teknik Analisis Data ... 72

BAB IV Hasil Penelitian, Pembahasan, dan Keterbatasan Penelitian ... 81

A. Hasil Penelitian ... 81

B. Pembahasan ... 123

1. Pengembangan Perangkat ... 125

2. Pengembangan Perangkat ... 129

3. Respon Guru dan Siswa ... 142

(16)

xiv BAB V

Penutup...147

A. Kesimpulan...147

B. Saran...148

DAFTAR PUSTAKA ... 151

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kubus Satuan untuk Menemukan Volume Balok ... 40

Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Desain Produk ... 60

Tabel 3.2. Kisi-kisi Penilaian Sikap dan Perilaku Siswa Conscience dan Compassion... 63

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 64

Tabel 3.4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 66

Tabel 3.5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Setelah Uji Coba Produk ... 67

Tabel 3.6. Kisi-kisi Tes Geometri Balok ... 69

Tabel 3.7. Kisi-kisi Angket Validasi Produk ... 70

Tabel 3.8. Kriteria Penilaian Kualitas ... 75

Tabel 3.9. Kriteria Skor Skala Lima ... 77

Tabel 3.10. Tabel Pedoman Penskoran Angket Respon Siswa ... 78

Tabel 3.11. Kriteria Respon Siswa ... 79

Tabel 3.12. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 80

Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 99

Tabel 4.2. Revisi Desain Perangkat Pembelajaran ... 100

Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 102

Tabel 4.4. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 122

Tabel 4.5. Presentase Kelulusan Ulangan Harian ... 132

Tabel 4.6. Presentase Nilai Ulangan Harian ... 133

Tabel 4.7. Presentase Kelulusan Remidiasi Pertama ... 133

Tabel 4.8. Presentase Nilai Remidiasi Pertama ... 134

Tabel 4.9. Presentase Kelulusan Remidiasi Kedua ... 135

Tabel 4.10. Presentase Nilai Remidiasi Kedua ... 135

Tabel 4.11. Penilaian Sikap Ketelitian Siswa ... 136

Tabel 4.12. Penilaian Sikap Percaya Diri Siswa ... 137

Tabel 4.13. Penilaian Sikap Kerjasama Siswa ... 138

Tabel 4.14. Penilaian Sikap Tanggung Jawab Siswa ... 139

Tabel 4.15. Penilaian Sikap Saling Membantu Siswa ... 140

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Bagan 2.1. Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono ... 21

Gambar 2.2. Balok ABCD.EFGH ... 38

Gambar 2.3. Jaring- jaring Balok ABCD.EFGH ... 38

Gambar 2.4. Jaring- jaring Balok ABCD.EFGH ... 39

Gambar 2.5. Jaring- jaring Balok ... 39

Bagan 3.1. Skema Penelitian dan Pengembangaan ... 53

Gambar 4.1. Guru dan Siswa Berdiskusi Tentang Kegunaan Balok dalam Kehidupan Sehari-hari ... 106

Gambar 4.2. Guru dan Siswa Menemukan Unsur-unsur Balok Menggunakan Kerangka Balok. ... 108

Gambar 4.3. Guru dan Siswa Mengidentifikasi Jaring-jaring Balok ... 116

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Sudah Penelitian 154

Lampiran 2 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan 155 Lampiran 3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Setelah Uji Coba 158

Lampiran 4 Hasil Validasi Kuesioner 159

Lampiran 5 Hasil Validasi Pedoman Observasi 160

Lampiran 6 Hasil Observasi Proses Pembelajaran 161

Lampiran 7 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Penelitian 166

Lampiran 8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 183

Lampiran 9 Hasil Scanning Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran 190

Lampiran 10 Hasil Olah Data Kuesioner Respon Siswa 243

Lampiran 11 Silabus 244

Lampiran 12 RPP 250

Lampiran 13 Bahan Ajar 261

Lampiran 14 Lembar Kegiatan Siswa 270

Lampiran 15 Soal THB dan Pedoman Penskoran 280

Lampiran 16 Penilaian Conscience dan Compassion 285

Lampiran 17 Wawancara Analisis Kebutuhan 288

Lampiran 18 Hasil Observasi Pembelajaran Awal 290

Lampiran 19 Hasil Scanning LKS Siswa 294

Lampiran 20 Hasil Scanning Lembar Jawab Ulangan Harian Balok 305 Lampiran 21 Hasil Scanning Lembar Jawab Ulangan Remedial Balok 306

Lampiran 22 Hasil Scanning Refleksi Siswa 309

Lampiran 23 Transkripsi Uji Coba Produk 312

Lampiran 24 Wawancara Guru Setelah Uji Coba Produk 322

Lampiran 25 Wawancara Siswa 324

Lampiran 26 Daftar Nilai Siswa 327

Lampiran 27 Hasil Penilaian Conscience dan Compassion 328

Lampiran 28 Hasil Scanning Kuesioner Respon Siswa 344

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memliki peran yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak terlepas dari pendidikan. Sebab pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia itu sendiri. Seseorang dapat mengetahui banyak hal atau berwawasan luas melalui pendidikan. Seseorang yang berwawasan luas dapat menentukan langkah terbaik mengambil suatu tindakan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang bahkan sangat rumit untuk dihadapi. Pendidikan membuat seseorang menjadi unggul dalam berbagai bidang keilmuan, selain itu dapat membentuk karakter-karakter yang kreatif, inovatif dan memiliki keterampilan-keterampilan yang ahli dalam berbagai macam bidang pekerjaan.

Masalah utama yang terjadi pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah sekolah lebih cenderung mementingkan aspek kecerdasan otak saja. Banyak program pendidikan yang hanya berpusat pada kecerdasan akal atau Intelligence Quotient (IQ) saja, padahal aspek kecerdasan lain juga diperlukan

(21)

spiritual, linguistik, kinestetis dan interpersonal. Guru sangat berperan dalam mengembangkan kecerdasan siswa agar siswa mampu mengelola aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik. Oleh karena itu sebaiknya guru dituntut untuk dapat mengembangkan pribadi siswa agar siswa menjadi pribadi yang utuh dan berintegritas.

(22)

mengalami sendiri (bukan hanya mendapat informasi karena diberitahu). Refleksi diharapkan dapat membuat siswa yakin pada diri sendiri (bukan karena patuh pada tradisi atau peraturan). Aksi diharapkan dapat membuat siswa memiliki inisiatif (bukan karena ikut-ikutan atau takut sanksi). Pembentukan kepribadian diharapkan dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan bersama yang lebih adil, bersaudara, bermartabat, melestarikan lingkungan hidup, dan lebih menjamin kesejahteraan umum.

Paradigma Pedagogi Reflektif memberikan pengalaman persaudaraan kepada siswa. Pengalaman persaudaraan dapat melalui kerjasama kelompok maupun pengalaman pribadi atau individu. Peneliti menggunakan pengalaman kerjasama kelompok karena guru kurang mengembangkan kegiatan diskusi dan presentasi pada siswa sedangkan kerjasama kelompok lebih mudah dilaksanakan, dan lebih cepat tampak hasilnya. Kerjasama kelompok diharapkan dapat menumbuhkembangkan persaudaraan, solidaritas antarteman, dan saling menghargai yang merupakan aspek-aspek kemanusiaan.

(23)

siswa karena memiliki objek yang bersifat abstrak dan membutuhkan penalaran yang cukup tinggi untuk memahami konsep-konsep, sehingga perlu menerapkan pembelajaran yang tepat guna membantu pemahaman dan penguasaan materi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri. Hal tersebut disebabkan karena strategi pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Kurangnya pemahaman pada konsep geometri di sekolah diduga karena pembelajaran geometri tidak mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa dan bahan pembelajaran geometri tidak sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Menurut Khotimah (2013: 10), salah satu teori yang dapat untuk digunakan dalam pembelajaran geometri adalah teori Van Hiele. Teori Van Hiele membagi tahapan berpikir siswa dalam tahap visualisasi, tahap analisis, tahap deduksi informal, tahap deduksi dan rigor. Sedangkan tahapan dalam pembelajaran Van Hiele membagi dalam tahap inquiri, tahap orientasi terarah, tahap uraian, tahap orientasi bebas dan tahap integrasi.

(24)

tersebut juga didukung oleh guru yang tidak menyampaikan materi secara lengkap sehingga membuat siswa kurang memahami materi secara detail.

Balok merupakan materi dasar dalam mempelajari geometri karena materi balok digunakan untuk mempelajari materi selanjutnya dan materi ini memiliki keterikatan dengan lingkungan sekitar siswa sehingga siswa harus benar-benar memahami materi balok. Namun berdasarkan hasil wawancara, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang digunakan untuk menyelesaikannya, bahkan sering terjadi siswa tidak tahu darimana harus memulai menyelesaikan soal tersebut. Materi ini menjadi semakin sulit dipahami oleh siswa apabila penyampaiannya tidak menggunakan pembelajaran yang menarik, dan efektif.

Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang mengakomodasi teori Van Hiele. Siswa mempelajari geometri melalui fase belajar dalam geometri yang telah dikembangkan Van Hiele. Hal ini bertujuan agar siswa secara bersama-sama mengkaji mengenai bangun-bangun geometri dari bentuk maupun sifat yang dimiliki bangun tersebut. Selain itu, siswa juga bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang lebih komplek.

(25)

Kalibawang yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Selain itu, penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Kurnianingsih tahun 2015 tentang Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Competence, Conscience dan Compassion Siswa X-5 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Berdasarkan latar

belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian dan pengembangan (research and development/ R&D) dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran matematika, peneliti mengidentifikasi masalah yang muncul yaitu: 1. Alat peraga yang digunakan guru masih terbatas, hanya seputar kerangka

bangun ruang.

2. Guru langsung menjelaskan materi serta kurang mengembangkan kegiatan diskusi dan presentasi pada siswa.

3. Siswa kesulitan mempelajari materi geometri dan memahami konsep materi sehingga hanya sekedar menghafalkan rumus.

(26)

5. Guru hanya menggunakan aspek kognitif sehingga aspek lain kurang dikembangkan.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti pada kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta. Adapun pembatasan masalah tersebut antara lain:

1. Penelitian ini menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang mengakomodasi teori Van Hiele;

2. Peneliti mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dengan cara diskusi kelompok menggunakan alat peraga;

3. Bidang kajian terbatas pada materi dan soal pada materi balok dan dampak penggunaannya dalam proses pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran materi balok dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang mengakomodasi teori Van Hiele? 2. Bagaimana kualitas dari perangkat pembelajaran materi balok dengan PPR

(27)

3. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran materi balok dengan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele?

E. Tujuan penelitian

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran materi balok dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang mengakomodasi teori Van Hiele.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas dari perangkat pembelajaran materi balok dengan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele.

3. Untuk mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap perangkat pembelajaran materi balok dengan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat meliputi:

1. Pihak sekolah

(28)

2. Guru matematika

Guru dapat menambah pengalaman dari keterlibatan pengembangan dan pengujian pembelajaran matematika berupa PPR yang diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai pendekatan yang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

3. Siswa

Siswa dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika dalam materi bangun ruang sisi datar sub bab balok dengan teori Van Hiele. Selain itu, sebagai pengalaman baru bagi siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan PPR sehingga mampu meningkatkan ketertarikan terhadap matematika.

4. Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman baru secara langsung tentang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele dan PPR. Selain itu peneliti juga menambah wawasan dalam mencari dan mengembangkan teori Van Hiele ataupun PPR untuk materi lainnya. 5. Pembaca

(29)

G. Batasan Istilah

Agar tidak menimbulkan penafsiran ganda ataupun kesalahpahaman akan maksud dan isi dari penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah yang digunakan, yaitu:

1. Paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir yang membentuk pribadi siswa menjadi pribadi yang menumbuhkan nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang dimaksud seperti persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, kerja sama.

2. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tahap-tahap berpikir siswa dalam mempelajari geometri.

3. Balok adalah bangun ruang yang memiliki enam sisi yang masing-masing berbentuk persegi panjang yang setiap sepasang-sepasang sejajar dan kongruen.

4. Penelitian Pengembangan adalah metode penelitian yang merancang, mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk lalu disempurnakan sehingga dihasilkan produk yang terbaik dan dapat digunakan oleh sekolah.

H. Spesifikasi Produk

(30)

1. Silabus

Silabus yang dikembangkan oleh peneliti berpedoman pada silabus yang ada di sekolah dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan fase Van Hiele untuk materi balok. Perbedaan silabus ini adalah dalam kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi fase pembelajaran Van Hiele, menggunakan PPR. Di bawah ini merupakan format silabus yang peneliti susun.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yang dirancang oleh peneliti terdiri dari 2 pertemuan. Perbedaan RPP yang dikembangkan peneliti dengan RPP lainnya adalah pada langkah-langkah pembelajarannya. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP ini menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif menggunakan dengan fase pembelajaran Van Hiele pada kegiatan inti. Dalam penelitian ini, 5 komponen dari Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu konteks, pengalaman,

SILABUS PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI DATAR

Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Standar Kompetensi :

KD Materi Kegiatan

Pembelajaran Karakter Indikator Penilaian Waktu Media

 Konteks

 Pengalaman

 Refleksi

 Aksi

 Evaluasi

Consience

Compassion

(31)

refleksi, aksi dan evaluasi yang akan dikemas dalam 3 tahap kegiatan pembelajaran, yakni pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes, mencakup aspek competence, concsiece dan compassion.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.Consience / Suara Hati

3.Compassion / Kepedulian pada orang lain D.Tujuan Pembelajaran

1.Competence / Pengetetahuan 2.Consience / Suara Hati

3.Compassion / Kepedulian pada orang lain E.Materi Pembelajaran

F.Nilai Kemanusiaan

G.Pendekatan dan Metode Pembelajaran H.Strategi Pembelajaran/Sekenario

1. Konteks 2. Pengalaman

a. Fase informasi

b. Fase orientasi terarah atau terpadu c. Fase eksplisitasi

(32)

3. LKS

LKS ini dikembangkan dengan berdasarkan teori Van Hiele sebagai acuan kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran matematika. LKS dirancang dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif, dimana LKS dapat memfasilitasi siswa untuk dapat menemukan konsep materi secara mandiri dan selanjutnya membagikannya pada teman yang lain. LKS ini digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga setiap pertemuan menggunakan berdasarkan indikator.

4. Bahan ajar

Bahan ajar yang dirancang dibuat berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan tujuan yang ingin dicapai, konsep-konsep, dan fakta yang faktual. Bahan ajar juga dikembangkan dengan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan mengakomodasi teori Van Hiele.

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Materi Pelajaran : Alokasi Waktu : Alat Peraga : Anggota Kelompok :

A.Petunjuk B.Tujuan

C.Kegiatan belajar

(33)

5. Penilaian

Penilaian dirancang berdasarkan penilaian dalam Paradigma Pedagogi Reflektif, dimana terdapat 3 aspek yang dinilai yaitu competence, conscience, dan compassion. Penilaian competence dilihat dari tes tertulis

yang diberikan pada siswa seperti tes hasil belajar. Penilaian conscience dan compassion dilihat dari pengamatan pada sikap dan perilaku siswa di dalam kelas.

BAHAN AJAR Konteks

Pengalaman

Balok

Unsur-unsur balok Sifat-sifat balok Jaring-jaring balok Luas Permukaan balok Volume balok

Refleksi Aksi Evaluasi

a. Competence

(34)

Keterangan:

(35)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori, yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Pembahasan tentang teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir.

A.Kajian Pustaka

1.Pembelajaran Matematika

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Artinya pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

(36)

pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa di dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi (interaksi) dan kerjasama antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan perolehan ilmu pengetahuan serta pembentukan sikap dan karakter.

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Menurut Susilo (2001: 54) matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat pesat, baik dari materi maupun kegunaanya. Sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan perkembangan-perkembangannya, baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Matematika yang dipelajari di sekolah terdiri atas materi-materi matematika yang menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan IPTEK.

(37)

dalam kehidupan. Sebagai tindaklanjutnya siswa diharapkan dapat melihat berbagai contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan kerja maupun kehidupan sehari-hari. Namun harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika di sekolah.

Menurut Susanto (2013: 85) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari tapi dalam dunia kerja dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.

(38)

Menurut Susanto (2013: 186) pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang telah dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

Berdasarkan pengertian pembelajaran dan matematika, peneliti membuat kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah proses komunikasi (interaksi) dan kerjasama antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan perolehan ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah dan memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembentukan sikap dan karakter.

2.Pengembangan

(39)

di kelas, perpustakaan atau laboratorium ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan evaluasi dan lain-lain.

Menurut Sugiyono (2011: 407) penelitian pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk menghasilkan produk tertentu dapat dilakukan dengan menganalisis kebutuhan lalu membuat suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.

Setyosari (2010: 207) menyatakan penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Tujuan dari penelitian pengembangan adalah ingin menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah metode penelitian untuk mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan produk yang sudah ada dan menguji keefektifan produk tersebut setelah itu disempurnakan sehingga dihasilkan produk yang terbaik.

(40)

Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono a. Potensi dan masalah

(41)

b. Pengumpulan data

Setelah menemukan potensi dan masalah langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan berbagai data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti mengkaji ruang lingkup produk, kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan dan keterbatasannya. Pengumpulan data juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat serta batasan-batasan dalam pengembangan produk.

c. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian bermacam-macam. Produk yang dikembangkan dalam pendidikan dapat berupa perangkat keras seperti alat bantu pembelajaran, buku, modul atau paket belajar, dan perangkat lunak seperti program-program pendidikan dan pembelajaran, model-model pendidikan, kurikulum, implementasi, evaluasi, dll. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas dan relevan dengan kebutuhan. d. Validasi Desain

(42)

belum berdasarkan fakta lapangan. Setiap pakar atau tenaga ahli diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya.

e. Perbaikan Desain

Setelah desain produk diketahui kelemahannya, selanjutnya kelemahan tersebut direvisi atau diperbaiki oleh peneliti yang menghasilkan produk tersebut.

f. Uji Coba Produk

Desain produk yang telah divalidasi dan direvisi selanjutnya dapat diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Uji coba tahap awal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keefektifan dan keefisienan desain produk yang telah dibuat.

g. Revisi Produk

Jika desain produk diujicobakan pada sampel yang terbatas masih terdapat kelemahan maka peneliti kembali melakukan perbaikan agar desain produk dapat diterapkan dalam lingkup yang lebih luas.

h. Uji Coba Pemakaian

(43)

i. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Pada tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi, memperbaiki serta menyempurnakan desain produk agar desain produk dapat diproduksi secara masal.

j. Pembuatan Produk Masal

Pembuatan produk masal dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk memproduksi masal maka peneliti dapat menyampaikan hasil pengembangan (proses, prosedur, program atau produk) kepada para pengguna atau professional melalui forum pertemuan, menuliskan dalam jurnal, buku atau handbook.

3.Paradigma Pedagogi Reflektif

(44)

Menurut Suparno (2015: 18) Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pedagogi bukan hanya sekedar metode pembelajaran. Pedagogi diartikan sebagai cara guru mendampingi siswa sehingga siswa dapat mengembangkan pribadi secara utuh.

Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan refleksi sebagai unsur pokok di dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Karena pada saat refleksi siswa menyimak kembali pengalaman pada saat pembelajaran lalu siswa dapat mengambil sikap yang memiliki nilai kemanusiaan dan berbuat sesuai dengan sikap-sikap tersebut. Hal ini yang membedakan PPR dengan pola pikir pendidikan yang selama ini terjadi, yang menganggap bahwa setelah siswa diberitahu atau dinasehati siswa akan mengubah perilakunya.

Peneliti menyimpulkan bahwa paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir yang membentuk kepribadian siswa menjadi pribadi yang menumbuhkembangkan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang dimaksud seperti persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, kerja sama, dll.

Menurut Suparno (2015: 21) terdapat lima unsur dalam pelaksanaan pembelajaran PPR yaitu sebagai berikut:

a. Konteks

(45)

kemanusiaan. Tujuan pelaksanaan konteks adalah membantu guru dalam menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari pembelajaran. Kegiatan konteks dapat berupa pengisisan kuesioner, pretes, tanya jawab maupun berbagi pengalaman.

b. Pengalaman

(46)

c. Refleksi

Refleksi merupakan unsur pokok yang harus ada di dalam pelaksanaan pembelajaran PPR karena refleksi merupakan tahapan penghubung antara pengalaman dan tindakan. Refleksi dilakukan dengan cara menyimak kembali pengalaman pada saat pembelajaran lalu siswa dapat mengambil sikap yang memiliki nilai kemanusiaan dan berbuat sesuai dengan sikap-sikap tersebut. Melalui refleksi, siswa memaknai nilai yang terkandung dalam pengalamannya dan diharapkan siswa membentuk pribadi sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu. Guru membimbing dan memfasilitasi siswa dengan pertanyaan agar siswa dapat merefleksikan pengalaman dan merencanakan tindakan sesuai dengan nilai kemanusiaan.

d. Aksi

(47)

membangun niat dan bertindak sesuai dengan pengalaman belajar dan hasil refleksinya.

e. Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran. Kemampuan yang dievaluasi tidak hanya terletak pada kemampuan kognitif melalui soal-soal ulangan, melainkan kemampuan non akademik lewat pengukuran nilai-nilai kehidupan siswa. Adanya evaluasi membuat siswa mampu melihat perkembangan dirinya dalam pemahaman pola pikir, sikap dan tindakan sosial.

Untuk menumbuhkan nilai kemanusiaan dapat disesuaikan dengan konteks pembelajaran siswa, lalu memberi siswa pengalaman suatu nilai kemanusiaan, kemudian memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa merefleksikan pengalaman tersebut, selanjutnya membuat pertanyaan aksi agar siswa melakukan niatan untuk berbuat sesuai nilai yang dikembangkan. Terakhir dilakukan evaluasi dari segi intelektual siswa, perubahan pola pikir, sikap dan perilaku siswa.

(48)

compassion mencakup sikap, perilaku dan nilai. Berikut ini merupakan

pengertian dari 3C (competence, conscience dan compassion) menurut Subagya (2008: 23).

a. Competence (pengetahuan)

Competence yaitu tingkat kecerdasan yang dinilai dalam mengerjakan

evaluasi sehingga memperoleh skor yang tinggi (kognitif), ketrampilan siswa yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran (psikomotorik). Aspek competence mengharapkan siswa dapat berkembang kompetisinya supaya dapat menjadi siswa yang cerdas dan pandai dalam sisi akademik. b. Conscience (suara hati)

Conscience merupakan aspek yang menekankan suara hati yang

digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan manusia terutama bagi siswa dalam hal mengembangkan karakter diri. Suara hati digunakan untuk mengetahui bagaimana seseorang bersikap atas apa yang dilakukannya untuk memilih mana yang benar dan mana yang salah, dan diharapkan seseorang tersebut akan memilih sesuatu yang benar.

c. Compassion (bela rasa)

Compassion merupakan aspek afektif yang dikembangkan sebagai

kemampuan untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan. Compassion (bela rasa) sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari

(49)

pada proses pembelajaran lebih ditunjukkan pada sikap siswa untuk dapat saling membantu satu sama lain apabila ada kesulitan dalam pembelajaran dan menghargai pendapat dan perbedaan antar manusia. 3C (Competence, Conscience dan Compassion) dianggap sebagai sebuah keterpaduan yang harus dikembangkan oleh siswa supaya dapat menjadi pribadi yang berkembang secara utuh baik perstasi maupun suara hati dan bela rasa. Siswa juga memadukan perkembangan unsur kognitif, psikomotorik dan afektif. Competence mengandung unsur kognitif dan psikomotorik. Conscience dan compassion mengandung unsur afektif.

4.Teori Van Hiele

(50)

berkaitan dengan pembelajaran geometri. Teori yang dikemukakan Van Hiele antara lain adalah sebagai berikut:

Tiga unsur yang utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan berpikir anak kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya.

Agar siswa memahami geometri, kegiatan belajar siswa harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan atau taraf berpikir siswa sehingga siswa dapat memperkaya pengalaman dan berpikirnya. Menurut teori van Hiele, (dalam Walle, 2008: 151) siswa melalui lima tahap pemahaman berpikir dalam belajar geometri sebagai berikut:

a. Tahap Pengenalan

Tahap ini siswa mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Contoh kegiatan siswa pada tahap pengenalan, siswa sudah mengerti balok itu seperti CPU namun belum mengetahui sifat-sifatnya. Sehingga ketika guru memberikan pertanyaan “apakah panjang diagonal ruang bangun balok sama panjang?” siswa belum

(51)

b. Tahap Analisis

Tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat bangun geometri yang diamatinya dan mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu seperti pada sebuah balok banyak sisinya ada 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12. Seandainya guru menanyakan apakah kubus itu balok? Siswa belum dapat menjawab pertanyaan tersebut karena siswa belum memahami hubungan antara balok dan kubus.

c. Tahap Pengurutan

Tahap ini siswa sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Siswa sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya, siswa sudah mengetahui kubus itu adalah balok. Pada tahap ini siswa sudah mulai mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih belum berkembang baik. Karena masih pada tahap awal siswa masih belum mampu memberikan alasan yang rinci ketika ditanya mengapa panjang diagonal ruang bangun balok itu sama.

d. Tahap Deduksi.

(52)

teorema. Siswa belum memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, pada tahap ini siswa belum dapat menjawab pertanyaan “mengapa sesuatu itu disajikan teorema atau dalil”.

e. Tahap Keakuratan.

Tahap terakhir adalah tahap keakuratan yang merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Siswa sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian dan memahami mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil. Tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, jarang atau hanya sedikit sekali siswa yang sampai pada tahap berpikir ini sekalipun siswa tersebut sudah berada di tingkat SMA.

Menurut Nur’aeni (2010: 32), kemajuan tahap pemahaman geometri naik

ke tahapan berikutnya memerlukan lima fase pembelajaran. Kemajuan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung pada pegalaman pembelajaran daripada usia. Ketika pembelajaran geometri, siswa sendiri yang menentukan waktu untuk naik ke tahapan yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka ditetapkan fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam mencapai tujuan belajar. Kelima fase

menurut Nur’aeni (2010: 32) adalah fase informasi, orientasi terarah,

(53)

a. Fase Informasi

Guru dan siswa menggunakan tanya-jawab atau diskusi mengenai suatu topik sambil guru mengidentifikasi tentang apa yang sudah diketahui siswa dan bagaimana siswa berorientasi dengan topik tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik yang dibahas, (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran yang diambil.

b. Fase Orientasi Terarah atau Terpadu

Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat maupun objek-objek yang telah disiapkan guru. Alat-alat ini menjelaskan topik yang dipelajari lalu siswa dapat merespon manfaat alat tersebut. Guru memastikan bahwa siswa mempelajari topik tersebut dengan spesifik. c. Fase Eksplisitasi

Siswa mengekspresikan atau meggambarkan apa yang telah dipelajari mengenai topik bahasan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Guru membantu siswa dalam menggunakan kosa kata maupun istilah matematika yang relevan.

d. Fase Orientasi Bebas

(54)

berupa tugas yang memerlukan banyak langkah. Siswa memperoleh pengalaman dalam memecahkan soal dan menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri.

e. Fase Integrasi

Siswa meninjau kembali, meringkas serta mengintegrasikan apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat kesimpulan dengan melengkapi apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.

Setelah selesai fase kelima ini, maka tingkat pemikiran yang baru tentang topik itu dapat tercapai. Pada umumnya, hasil penelitian di Amerika Serikat dan negara lainnya menetapkan bahwa tingkat-tingkat dari Van Hiele berguna untuk menggambarkan perkembangan konsep geometrik siswa dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

(55)

5.Balok

Menurut Slavin & Crisoniso (2015: 168) balok adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk persegi panjang dan tingginya tegak lurus dengan alas. Menurut Marsigit (2009: 192) balok adalah sebuah prisma segiempat beraturan yang bidang alasnya berbentuk persegi panjang. Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang batas berbentuk persegi panjang yang masing-masing dinamakan bidang sisi atau sisi balok.

Menurut Marsigit (2009:192) sebuah balok memiliki unsur-unsur antara lain sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi, diagonal ruang, bidang diagonal. Berikut ini merupakan penjelasan dari unsur-unsur balok dan pengertiannya menurut Nurmeidina (2014: 132-134):

a. Sisi adalah daerah yang membatasi bagian luar dengan bagian dalam dari suatu bangun ruang. Balok mempunyai tiga pasang sisi, yang masing-masing pasang berbentuk persegi panjang yang sama bentuk dan ukurannya.

(56)

c. Titik Sudut adalah perpotongan tiga rusuk. Sebuah balok mempunyai 8 titik sudut.

d. Diagonal Sisi adalah garis (bukan rusuk) yang menghubungkan dua titik sudut dalam satu bidang. Balok mempunyai 12 buah diagonal sisi. Diagonal sisi pada balok tidak semuanya mempunyai panjang yang sama, bergantung pada ukuran sisi balok tersebut.

e. Diagonal Ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak terletak pada sisi yang sama.

f. Bidang Diagonal adalah suatu bidang yang menghubungkan rusuk- rusuk berhadapan sejajar, serta terletak pada sisi yang berbeda.

Menurut Madhavi (2014: 166) balok mempunyai ciri khas yang membedakan dengan bangun lain. Berikut ini merupakan sifat- sifat balok menurut Madhavi (2014: 166):

a. Mempunyai 6 buah sisi yang terdiri dari 3 pasang sisi yang bentuk dan ukurannya sama (kongruen).

b. Mempunyai 12 rusuk yang terdiri dari 3 kelompok rusuk- rusuk yang sama panjang dan sejajajar.

c. Mempunyai 8 titik sudut.

d. Mempunyai 12 diagonal sisi, namun panjang diagonal sisi pada suatu balok tidak sama, bergantung pada letak diagonal sisi tersebut.

(57)

f. Mempunyai 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang, namun bidang diagonal suatu balok tidak sama, bergantung pada letak bidang diagonal tersebut.

Jaring-jaring balok adalah sebuah bidang datar yang terbentuk dari sebuah balok yang dipotong menurut rusuk-rusuknya. Jika balok ABCD.EFGH yang terbuat dari karton diiris sepanjang rusuk- rusuk AE, DH, BF, CG, EF, dan HG kemudian direbahkan sisi- sisinya, maka akan diperoleh jaring- jaring balok seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH

Gambar 2.3 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH E

G

B C

H

A

D

(58)

Gambar 2.4 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH

Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) pada bangun ruang tersebut. Untuk menentukan luas permukaan balok, perlu diketahui banyak bidang pada balok dan bentuk dari masing- masing bidang tersebut.

Gambar 2.5 jaring-jaring balok

Gambar diatas terlihat bahwa jaring-jaring balok terdiri atas 6 persegi panjang. Jadi, luas permukaan balok merupakan jumlah luas keenam persegi panjang tersebut.

Misalkan: p = panjang balok, l = lebar balok dan t = tinggi balok, maka: p

E

p l

t l

(59)

Luas permukaan balok

= luas sisi atas + luas sisi bawah + luas sisi depan + luas sisi belakang + luas sisi kanan + luas sisi kiri

= ( p × l ) +( p × l ) + ( p × t ) + ( p × t ) + ( l × t ) + ( l × t ) = 2 ( p × l ) + 2 ( p × t ) + 2 ( l × t )

= 2 ( p l + p t + l t)

Jadi, luas permukaan balok adalah 2 ( p l + p t + l t)

Volume adalah isi dari bangun-bangun ruang. Volume diukur dalam satuan kubik. Untuk memperoleh rumus volume balok, kita menggunakan kubus satuan. Kubus satuan merupakan kubus yang digunakan untuk menghitung volume balok. Cara memperoleh rumus dan menghitug rumus volume balok adalah sebagai berikut.

(60)

Tabel di atas menunjukkan bilangan-bilangan pada kolom volume = hasil kali bilangan pada kolom panjang, lebar, dan tinggi.

Dengan demikian, volume balok = panjang × lebar × tinggi .

6.Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), instrument evaluasi atau tes hasil belajar, media pembelajaran, serta buku ajar siswa (Ibrahim, 2003:3).

(61)

mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, semua ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa sebagai petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti membahas mengenai perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar yang berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), bahan ajar, media pembelajaran, dan penilaian. a. Silabus

(62)

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

b. RPP

Trianto (2010: 214) mengemukakan rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

(63)

dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai.

Rencana pelaksanaan pembelajaran dimaksud adalah rencana pelaksanaan pembelajaran berorientasi pembelajaran terpadu yang menjadi pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar.

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Menurut Trianto (2010: 222) Lembar Kegiatan Siswa adalah panduan yang digunakan oleh siswa untuk menyelidiki dan memecahkan masalah. Komponen dalam LKS terdiri atas: indikator hasil belajar, petunjuk LKS, kegiatan belajar siswa. LKS dirancang dengan menerapkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif, dimana LKS dapat memfasilitasi siswa untuk dapat menemukan konsep materi secara mandiri dan selanjutnya membagikannya pada teman yang lain. LKS ini akan digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga pada setiap pertemuan menggunakan LKS dengan kegiatan yang berbeda-beda berdasarkan indikator.

d. Bahan ajar

(64)

mandiri. Materi ajar berisi istilah materi pelajaran, tujuan belajar, uraian materi yang harus dipelajaran, bagan atau gambar, kegiatan percobaan menggunakan alat dan bahan, uji kompetensi dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jadi bahan ajar merupakan pedoman yang berisi tentang materi, konsep maupun informasi yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

e. Penilaian

(65)

7.Hasil Belajar

Menurut Susanto (2015: 5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh perubahan perilaku dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Widyoko (2014: 19) penilaian hasil belajar siswa di sekolah mencakup aspek kompetensi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dilakukan secara seimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi siswa terhadap standar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Perubahan-perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi atau penilaian yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(66)

sendiri. Susanto (2015: 12) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

a. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal yaitu factor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal meliputi: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(67)

B.Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri

Materi Volume Kubus dan Balok Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar” oleh Budi Astuti tahun 2015 Perangkat pembelajaran

yang dikembangkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, bahan ajar, dan penilaian. Kualitas produk yang dihasilkan memperoleh skor 3,44 dengan kriteria sangat baik.

2. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang” oleh Yustina Friska Happy Wulandari tahun 2015.

Langkah-langkah dalam mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan pengembangan menurut Sugiyono. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan penilaian dengan hasil skor validasi 3,29 dengan kategori sangat tinggi. Hasil respon siswa menunjukkan skor 3,39 dengan menunjukkan kategori sangat baik.

3. Penelitian yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada

(68)

Compassion Siswa X-5 SMA Kolese De Britto Yogyakarta” oleh Nurul

Kurnianingsih tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pada akhir siklus I dan II mengalami peningkatan sebesar 63 pada awal siklus I dan akhir siklus II meningkat menjadi 79.

Berdasarkan hasil ketiga penelitian yang dipaparkan tersebut, relevansi terhadap penelitian ini adalah dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan mengakomodasi teori Van Hiele.

C.Kerangka Berpikir

(69)

Materi geometri pada pelajaran matematika cenderung dianggap susah oleh siswa. Cara mengatasi kesulitan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa dalam geometri, diantaranya dengan menggunakan teori Van Hiele. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tahap berpikir siswa dalam mempelajari geometri. Terdapat lima tahap pemahaman geometri dalam teori Van Hiele yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan. Teori Van Hiele menjelaskan terdapat 5 fase untuk meningkatkan pemahaman geometri, yaitu: informasi, orientasi terpadu, eksplisitasi, orietasi bebas dan intregasi.

Peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi teori Van Hiele pada materi balok dengan menggunakan PPR di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Hal ini dikarenakan peneliti ingin menghasilkan produk yang diharapkan dapat membantu siswa dalam kelancaran dan pemahaman proses pembelajaran serta menerapkan nilai-nilai yang diajarkan.

(70)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas secara lengkap jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data instrumen penelitian dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011:407) penelitian

pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk menghasilkan produk tertentu dapat dilakukan dengan menganalisis kebutuhan lalu membuat suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.

(71)

B. Setting Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta. Kelas VIII E adalah kelas yang terdiri dari 35 siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif heterogen. Kelas tersebut dipilih atas rekomendasi guru kelas VIII E.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Perangkat pembelajaran yang diujicobakan untuk meyakinkan bahwa perangkat pembelajaran tersebut telah layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Tempat penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat dilaksanakannya uji coba produk. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Cik Di Tiro No.29 Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.

4. Waktu penelitian

(72)

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan produk yang digunakan memodifikasi penelitian Research and Development menurut Sugiyono. Peneliti hanya menggunakan

tujuh dari sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono. Langkah-langkah pelaksanaan strategi yang dilakukan untuk menghasilkan produk, yaitu:

Bagan 3.1 Skema Penelitian dan Pengembangaan 1. Potensi dan Masalah

Peneliti menemukan potensi dan masalah dengan cara wawancara dan observasi. Observasi dilakukan di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta, sedangkan wawancara dilakukan dengan guru untuk menemukan dan memperjelas masalah yang muncul dalam pembelajaran.

2. Pengumpulan data

(73)

sumber untuk mengatasi masalah. Informasi yang telah didapat tersebut dapat digunakan untuk menentukan langkah dalam menemukan solusi dari masalah. Hal ini bertujuan sebagai bahan untuk perencanaan desain produk.

3. Desain produk

Desain produk yang disusun dalam penelitian dan pengembangan berdasarkan spesifikasi dan kebutuhan suatu masalah yang dipecahkan. Desain produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian pada materi bangun ruang sisi datar. Perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan dengan mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif. 4. Validasi desain

Desain produk yang telah dikembangkan, kemudian divalidasi untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada. Tujuan dilakukan validasi adalah untuk memperbaiki kelemahan produk supaya lebih bermutu. Validasi tersebut dilakukan oleh ahli yang sudah berpengalaman. Produk yang dibuat divalidasi oleh 1 guru dan 1 dosen yang sesuai dengan bidangnya.

5. Revisi desain

(74)

diperbaiki oleh peneliti dengan tujuan agar produk lebih bermutu dan berkualitas. Produk yang direvisi meliputi lima bagian prototipe perangkat pembelajaran yaitu silabus, bahan ajar, penilaian, RPP dan LKS.

6. Uji coba produk

Perangkat pembelajaran yang telah direvisi kemudian diujicobakan. Uji coba produk dilakukan untuk meyakinkan bahwa produk yang dibuat telah layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti melakukan uji coba produk di kelas VIII E di SMP Negeri 1 Yogyakarta.

7. Revisi produk

Revisi produk terus dilakukan jika terdapat kelemahan dalam produk tersebut, tujuan dilakukan revisi produk adalah supaya produk yang dihasilkan dapat digunakan dengan maksimal. Revisi dilakukan berdasarkan masukkan-masukkan terhadap uji coba produk di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta apabila masih terdapat kekurangan dalam perangkat pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

(75)

secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang obyek yang diteliti. Peneliti melakukan observasi guru dengan melakukan pengamatan dan pencatatan setiap kejadian yang mendetail yang dilakukan oleh guru. Peneliti melakukan pengamatan kepada siswa untuk mengetahui aktivitas siswa dan melihat apakah siswa menerapkan nilai-nilai yang diajarkan oleh guru. Peneliti melakukan observasi kepada guru dan siswa melalui pengamatan langsung dan menuliskan apa yang terjadi dalam lembar pengamatan. Pengisian lembar pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung oleh observer. Peneliti juga menggunakan catatan anekdotal yaitu catatan tentang gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian.

2. Kuesioner

Gambar

Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono
Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH B
Gambar 2.4 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH
Tabel 2.1 Kubus Satuan Untuk Menemukan Volume Balok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap

Eka Julianti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta S-1 Sistem Informasi UT - Pusat 48.. Murdianto Universitas Bina Darma S-1 Ilmu Komputer UT - Pusat

Dalam kaitan dengan masalah tanggung jawab, kebebasan eksistensial tidak hanya berarti bahwa yang diputuskan seseorang tak boleh dibebankan pada orang lain, tetapi sikap

Dalam mendukung terlaksananya program-program tersebut dilakukan revitalisasi dan peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggara program pendidikan masyarakat, khususnya melalui

ada bagian ini Penulis tidak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak di bawah ini yang telah mendukung Penulis dalam seluruh proses studi di Fakultas Hukum

[r]

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data susenas tahun 2012, yuat datz pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan, pengeluaran

Praktik mengajar yang dilakukan oleh praktikan ini adalah praktik mengajar terbimbing. Praktik mengajar terbimbing yaitu praktikan melakukan proses belajar mengajar di