• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan rasio lingkar pinggang-tinggi badan pria dewasa terhadap risiko penyakit kardiovaskular di desa Kepuharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan rasio lingkar pinggang-tinggi badan pria dewasa terhadap risiko penyakit kardiovaskular di desa Kepuharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

xii ABSTRAK

Rasio lingkar pinggang-tinggi badan (RLPTB) merupakan salah satu pengukuran antropometri yang berperan dalam mengukur obesitas sentral. Obesitas sentral sering dikaitkan dengan gangguan metabolik seperti penyakit kardiovaskular karena lemak pada bagian abdominal dinilai lebih aktif dan lebih rentan berubah dalam metabolisme lemak. Risiko penyakit kardiovaskular 10 tahun mendatang pada penelitian ini dinilai dengan menggunakan framingham risk score. Tujuan. Mengetahui adanya hubungan antara rasio lingkar pinggang-tinggi badan dengan risiko penyakit kardiovaskular pada pria dewasa di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY. Metode. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 40 pria dewasa yang berusia 40-60 tahun telah menyelesaikan wawancara, pengukuran antropometri dan pengambilan sampel darah. Pengukuran antropometri yang dilakukan yaitu lingkar pinggang dan tinggi badan. Pengambilan sampel darah yang diambil meliputi gula darah puasa, kolestrol total dan HDL. Hasil. Rasio Lingkar Pinggang-Tinggi Badan dan Framingham Risk Score pada 40 pria dewasa berdasarkan uji korelasi pearson didapatkan korelasi (r) sebesar 0.224 dan signifikansi (p) sebesar 0.165. Kesimpulan. Rasio Lingkar Pinggang-Tinggi Badan dan Framingham Risk Score pada 40 pria dewasa menunjukkan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi lemah dan tidak bermakna.

(2)

xiii ABSTRACT

Waist to height ratio (WHtR) is one of the anthropometric measurements which has the role in measuring central obesity. Central obesity is often associated with metabolic disorders such as cardiovascular disease as fat in the abdominal is considered more active and susceptible to change in fat metabolism. In thi study, 10-year cardiovascular risk was assesseed utilizing framingham risk score.

Objective. To determine the relationship between waist to height ratio (WHtR) and the risk of cardiovascular disease of adult males in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Method. This study was conducted by using cross sectional method in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 40 adult men who aged 40-60 years old completed the interview, anthropometric measurement and blood sampling. Anthropometric measurements conducted in this study are waist circumference and body height. The blood samples included fasting plasma glucose, total cholesterol, and HDL. Results. Based on pearson correlation test, the waist to height ratio and framingham risk score of 40 adult men showed the correlation (r) of 0.224 and significance (p) of 0.165.

Conclusion. Waist to height ratio and framingham risk score of 40 adult men showed no significant correlation to positive and weak correlation.

(3)

i

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG-TINGGI BADAN PRIA DEWASA TERHADAP RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR DI

DESA KEPUHARJO CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Rosa Malinda NIM : 138114148

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada ,

Tuhan Yesus Kristus,

Keluarga dan Sahabat,

(7)

v PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala

berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Pria Dewasa terhadap Risiko Penyakit Kardiovaskular di Desa

Kepuharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan

skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan

mengarahkann penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt.,

selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang membangun.

3. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membekali penulis dengan Ilmu yang sudah diberikan selama proses

perkuliahan.

4. Kepala Desa Kepuharjo yang memberikan ijin kepada peneliti untuk

mengadakan penelitian dan pengambilan data.

5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gajah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian.

6. Laboratorium Parahita yang telah membantu penulis dalam menganalisis

darah untuk kepentingan penelitian.

7. Masyarakat Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

yang telah bersedia terlibat dalam penelitian sebagai responden.

8. Bapak Markus Sumarjo, Ibu F.R. Harjiyatni, Valerian Andre dan seluruh

keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang dan

cinta, dukungan, perhatian, kesabaran dalam membimbing penulis dari awal

(8)

vi

9. Teman-teman seperjuangan skripsi “Sefrida Putri Santika, Morgan Wahyu

Pratama, Benidiktus Harimurti Adi Primandiri, Akhiles Twonang Nugraha,

Agnes Scherine Karlinda, Utari Febrina Supomo Sunu, Galih Permadi,

Herlince Apu, Jennifer, dan yang selalu berjuang bersama dan saling

memberikan semangat.

10. Sahabat-sahabat dekat penulis yaitu Kornelia, Cieny, Veronica, Linda K.,

Resna dan Rizka yang selalu setia mendukung dan berbagi cerita.

11. Teman-teman kampus paingan yaitu Keke, Dini, Noni, Yunita, Reny, Elin,

Nawa, dan Yosephine yang sudah berbagi suka dan duka.

12. Teman-teman FSM D 2013, FKK C 2013 dan semua angkatan 2013 yang

telah bersama-sama berproses di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan

serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama

di bidang ilmu farmasi.

Yogyakarta, 03 November 2016

Penulis

(9)
(10)
(11)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….. viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 3

Desain dan subjek penelitian ... 3

Penilaian Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan ... 3

Penilaian Faktor risiko penyakit kardiovaskular ... 4

Analisis statistik ... 4

HASIL DAN DISKUSI ... 5

KESIMPULAN ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 10

LAMPIRAN ... 13

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian (n= 40) ... 5

Tabel 2. Perbandingan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Kelompok

RLPTB Normal dan Kelompok RLPTB overweight/obese ... 6

(13)

xii ABSTRAK

Rasio lingkar pinggang-tinggi badan (RLPTB) merupakan salah satu pengukuran antropometri yang berperan dalam mengukur obesitas sentral. Obesitas sentral sering dikaitkan dengan gangguan metabolik seperti penyakit kardiovaskular karena lemak pada bagian abdominal dinilai lebih aktif dan lebih rentan berubah dalam metabolisme lemak. Risiko penyakit kardiovaskular 10 tahun mendatang pada penelitian ini dinilai dengan menggunakan framingham risk score. Tujuan. Mengetahui adanya hubungan antara rasio lingkar pinggang-tinggi badan dengan risiko penyakit kardiovaskular pada pria dewasa di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY. Metode. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 40 pria dewasa yang berusia 40-60 tahun telah menyelesaikan wawancara, pengukuran antropometri dan pengambilan sampel darah. Pengukuran antropometri yang dilakukan yaitu lingkar pinggang dan tinggi badan. Pengambilan sampel darah yang diambil meliputi gula darah puasa, kolestrol total dan HDL. Hasil. Rasio Lingkar Pinggang-Tinggi Badan dan Framingham Risk Score pada 40 pria dewasa berdasarkan uji korelasi pearson didapatkan korelasi (r) sebesar 0.224 dan signifikansi (p) sebesar 0.165. Kesimpulan. Rasio Lingkar Pinggang-Tinggi Badan dan Framingham Risk Score pada 40 pria dewasa menunjukkan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi lemah dan tidak bermakna.

(14)

xiii ABSTRACT

Waist to height ratio (WHtR) is one of the anthropometric measurements which has the role in measuring central obesity. Central obesity is often associated with metabolic disorders such as cardiovascular disease as fat in the abdominal is considered more active and susceptible to change in fat metabolism. In thi study, 10-year cardiovascular risk was assesseed utilizing framingham risk score.

Objective. To determine the relationship between waist to height ratio (WHtR) and the risk of cardiovascular disease of adult males in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Method. This study was conducted by using cross sectional method in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 40 adult men who aged 40-60 years old completed the interview, anthropometric measurement and blood sampling. Anthropometric measurements conducted in this study are waist circumference and body height. The blood samples included fasting plasma glucose, total cholesterol, and HDL. Results. Based on pearson correlation test, the waist to height ratio and framingham risk score of 40 adult men showed the correlation (r) of 0.224 and significance (p) of 0.165.

Conclusion. Waist to height ratio and framingham risk score of 40 adult men showed no significant correlation to positive and weak correlation.

(15)

1

PENDAHULUAN

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. 17 juta penduduk di dunia diperkirakan meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2005. Hal ini menggambarkan 30% dari total penyebab kematian di seluruh dunia (WHO, 2012). Data pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dominasi kematian akibat penyakit tidak menular sudah mencapai lebih dari 80% kematian akibat penyakit yang ada di DIY (hospital based). Cardiovascular Disease (CVD) tidak hanya menempati urutan tertinggi penyebab kematian tetapi jumlah kematiannya dari tahun ke tahun juga semakin meningkat seiring semakin meningkatnya jumlah penderita CVD sebagaimana laporan RS di DIY (Dinas Kesehatan DIY, 2013). Menurut catatan RSUD Sleman terdapat 490 penderita penyakit jantung dan 595 penderita stroke pada tahun 2009 (Dinkes Kab. Sleman, 2010).

Obesitas abdominal merupakan faktor pendorong penting memburuknya risiko kardiometabolik pada populasi umum. Pasien dengan penyakit kardiovaskular umumnya disertai dengan munculnya obesitas abdominal dan studi observasional telah mengidentifikasi obesitas abdominal dalam memprediksi efek samping metabolik atau outcome kardiovaskular yang tidak tergantung oleh BMI (Despres, 2006). RLPTB

memiliki kemampuan yang baik dalam menentukan obesitas dibandingkan WC. Pengukuran obsesitas abdominal memberikan sarana yang lebih unggul dalam membedakan obesitas terkait risiko kardiovaskular (Ashwell, Gunn, Gibson, 2012).

Jumlah obesitas pada orang dewasa dan anak-anak telah meningkat. Obesitas biasa digambarkan dengan Body Mass Index (BMI). Indeks lain yang dapat digunakan dalam menilai obesitas yaitu body fatness (Lavie et al., 2009). Pada obesitas abdominal, indeks antropometri yang dapat digunakan yaitu lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-pinggul, conicity index, dan rasio lingkar pinggang-tinggi badan. Conicity index merupakan metode yang paling tepat untuk evaluasi lemak perut namun biaya operasional yang dikeluarkan dari metode ini sangat tinggi. Oleh karena itu, indikator antropometri dapat dijadikan sebagai alternatif yang baik untuk menilai obesitas abdominal (Pitanga, 2011).

(16)

2 menjadi bagian penting dalam pendekatan kesehatan masyarakat untuk mencegah diabetes dan penyakit jantung koroner (National Health Service, 2011).RLPTB memiliki kaitan yang signifikan terhadap penyakit hipertensi pada pria maupun wanita dibandingkan dengan WC (Cai et al., 2013). Pada pria, RLPTB menunjukkan hubungan yang paling kuat dalam hubungannya dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes dibandingkan dengan lingkar pinggang, Body Mass Index (BMI), dan Waist to Hip Ratio (WHR) (Gelber et al., 2008).

Dalam memprediksi penyakit kardiovaskular, beberapa model prediksi digunakan untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular. Sebuah studi yang menilai model prediksi untuk menilai risiko penyakit kardiovskular menyatakan bahwa hanya model Framingham Risk Score dan SCORE yang dapat digunakan dalam praktek klinis untuk mengidentifikasi

pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi pada populasi orang Malaysia (Selvarajah et al., 2014).

Responden pada penelitian ini yaitu pria dewasa yang berumur 40-60 tahun. Pada tahun 2013, penyakit kardiovaskular menyebabkan kematian pada 402,851 pria.Hal ini menunjukkan 50,3% kematian akibat penyakit kardiovaskular terjadi pada pria (American Heart Association, 2016). Penderita penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke

banyak ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 65-74 tahun (Kemenkes RI, 2014).

Penelitian ini dilakukan pada responden masyarakat pedesaan yang berada di wilayah Sleman. Berdasarkan penelitian Delima, Mihardja, Siswoyo (2009), responden yang tinggal di desa cenderung berisiko menderita penyakit jantung 1,12 kali dibandingkan dengan yang tinggal di kota. Menurut WHO (2008) masyarakat pedesaan memiliki sedikit akses mengenai informasi kesehatan yang mungkin dikarenakan kurangnya tenaga medis dan faktor sosial-ekonomi.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi adanya hubungan yang signifikan antara rasio lingkar pinggang-tinggi badan dengan risiko penyakit kardiovaskular pada pria dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian diharapkan mampu memberikan metode yang sederhana sebagai indikator awal risiko penyakit kardiovaskular bagi masyarakat khususnya penduduk Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

(17)

3

METODE

Desain dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan survey analitik dengan jenis cross sectional. Pemilihan subyek/sampel dilakukan dengan teknik non-random jenis purposive sampling. Studi cross sectional ini diikuti 40 pria dewasa yang berusia 40 hingga

60 tahun yang sudah menandatangani informed consent di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta pada bulan Juli 2016. Wawancara, pengukuran antropometri dan pengambilan sampel darah dilakukan pada responden. Responden yang dapat mengikuti penelitian ini yaitu responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi meliputi berusia 40-60 tahun, berjenis kelamin pria dan bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi yang ditetapkan antara lain tidak hadir saat pengambilan data,

hasil pemeriksaan responden tidak lengkap, memiliki penyakit kardiovaskular (jantung koroner, infark miokard, insufisiensi koroner, angina, stroke iskemik, hemoragik stroke, serangan iskemik transien, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung), tidak berpuasa selama 8-12 jam sebelum pengambilan darah, dan dalam keadaan edema. Penelitian ini telah mendapat izin dan disetujui oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Komisi Etik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor KE/FK/797/2016.

Penilaian Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

Pengukuran Antropometri yang dilakukan yaitu Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB). Pengukuran RLPTB meliputi pengukuran lingkar pinggang dan tinggi badan menggunakan pita pengukur merek ABN® dan stature meter merek height yang telah divalidasi oleh Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemda DIY.

(18)

4 dengan tinggi badan (cm). Hasil dari pengukuran rasio lingkar pinggang-tinggi badan kemudian berupa variabel numerik.

Penilaian Risiko Penyakit Kardiovaskular

Pengukuran risiko penyakit kardiovaskular diukur dengan menggunakan pengukuran framingham risk score. Framinngham Risk Score adalah sistem skoring risiko prototipe.

Individu diklasifikan menjadi risiko kardiovaskular rendah, menengah dan tinggi sesuai dengan persen risiko kardiovaskular untuk 10 tahun yaitu <10%, 10-20% dan >20% termasuk infark miokard non-fatal atau kematian jantung (Goh et al., 2011). Pengukuran framingham risk score didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan sampel darah seperti

kolestrol total, HDL, gula darah dan parameter-parameter yang mempengaruhi nilai framingham risk score (umur, jenis kelamin, merokok/tidak merokok, tekanan darah

sistolik, dan pengobatan hipertensi). Pengambilan dan pemeriksaan sampel darah dilakukan oleh petugas kesehatan Laboratorium Parahita Yogyakarta. Parameter – parameter lain seperti umur, jenis kelamin, merokok/tidak merokok, dan riwayat pengobatan hipertensi didapatkan dari hasil wawancara. Tekanan darah diukur dengan menggunakan sfigmomanometer digital merk OMRON model HEM-7203 yang telah divalidasi di Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemda DIY. Parameter-parameter yang sudah diukur kemudian dikonversikan menggunakan perhitungan Framingham Risk Score secara online pada https://www.framinghamheartstudy.org/risk-functions/cardiovascular-disease/10-year-risk.php sehingga dapat diketahui risiko seseorang pada 10 tahun mendatang.

Analisis Statistik

(19)

5

HASIL DAN DISKUSI

Karakteristik Responden

Penelitian ini diikuti oleh 40 pria dewasa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Karakteristik responden penelitian ini didasarkan pada usia, RLPTB, Framingham Risk Score, glukosa darah puasa, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, kolestrol HDL dan kolestrol total. Rerata usia responden pria yang mengikuti penelitian ini yaitu 51,88 tahun. Pada penelitian ini, rerata skor Framingham 40 pria dewasa tergolong dalam risiko intermediet yaitu 17,60 persen seperti yang ditunjukkan pada Tabel I. Pada penelitian ini, 50% dari total keseluruhan responden termasuk dalam golongan overweight dan 2,5% golongan obese.

Tabel I. Karakteristik Responden

(mg/dL)** 81,00 (62,00-246,00) 0,000 NA

- Diabetes Mellitus NA NA 10

5 Tekanan Darah Sistolik

(mmHg)** 133,50 (98,50-196,50) 0,031 NA

6 Tekanan Darah Diastolik

(20)

6

Analisis Hubungan RLPTB Pria Dewasa Terhadap Risiko Penyakit Kardiovaskular

Perbandingan Risiko Penyakit Kardiovaskular pada RLPTB≤0,5 dan RLPTB>0,5

Analisis data digunakan untuk melihat adanya perbedaan risiko penyakit kardiovaskular pada responden dengan RLPTB≤0,5 dan RLPTB>0,5. Data dianalisis dengan uji komparasi t-test untuk setiap kelompok data terdistribusi normal dan uji komparasi Mann-Whitney untuk data tidak terdistribusi normal. Batas nilai signifikansi yaitu p<0,05 seperti ditunjukkan pada tabel II.

Tabel II. Perbandingan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Kelompok RLPTB Normal dan Kelompok RLPTB Overweigt/Obese

No Variabel RLPTB ≤0,5

(N=19)

RLPTB>0,5

(N=21) p

1 Framingham Risk Score 12,80(3,30-27,30) 16,10(4,10-85,00) 0,36**

2 Glukosa Darah Puasa 80,00(62,00-113,00) 86,00(70,00-246,00) 0,40**

3 Tekanan Darah Sistolik 135,55±19,38 138,74±20,55 0,86

4 Tekanan Darah Diastolik 78,26±10,07 83,63±11,34 0,21

5 Kolestrol Total 200,00(154,00-290,00) 223,00(141,00-452,00) 0,17**

6 Kolestrol HDL 50,63±10,34 49,16±12,79 0,83 **Analisis data menggunakan uji komparasi Mann-Whitney

Uji komparasi nilai Framingham Risk Score yang dilakukan pada RLPTB≤0,5 dan RLPTB>0,5 diperoleh nilai p=0,17 (p>0,05). Rerata FRS pada RLPTB>0,5 yaitu 22,86% dan tergolong risiko tinggi sedangkan Rerata FRS RLPTB≤0,5 yaitu 14,38% dan tergolong risiko intermediet. Berdasarkan rerata nilai FRS, RLPTB>0,5 memiliki risiko penyakit kardiovaskular lebih tinggi daripada RLPTB≤0,5 meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Penelitian sebelumnya menunjukkan, RLPTB ≥0,55 memiliki risiko FRS medium hingga tinggi untuk jantung koroner (Meseri et al., 2013).

(21)

7 hasil yang tidak bermakna (Ashwell dan Gibson, 2016).Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Pawaskar (2015) yang menunjukkan total kolestrol memiliki rerata yang lebih tinggi sedangkan kolestrol HDL memiliki rerata yang lebih rendah pada golongan obese. Penelitian Gracey et al. (2007) menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah, serum lipid glukosa dan insulin dengan cut off RLPTB 0,5. Penelitian Ferreira-Hermosillo et al. (2014) menunjukkan pasien dengan sindrom metabolik memiliki nilai RLPTB yang

lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki sindrom metabolik.

Korelasi RLPTB terhadap Risiko Penyakit Kardiovaskular

Analisis korelasi RLPTB terhadap risiko penyakit kardiovaskular dilakukan dengan uji korelasi pearson seperti yang ditunjukkan pada tabel III.

Tabel III. Korelasi RLPTB terhadap Risiko Penyakit Kardiovaskular

(22)

8 Distribusi penimbunan lemak (adipositas) secara sentral merupakan faktor risiko penyakit kronis tidak tergantung berat badan. Obesitas abdominal sering dikenal dengan obesitas sentral. Lemak abdominal lebih aktif secara metabolik dan rentan berubah terhadap metabolisme lemak dan stimulasi hormon. Pola penimbunan lemak (adipositas) juga dikenal sebagai android obesity telah dikaitkan dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskular dan kondisi lainnya seperti diabetes, hipertensi, aterosklerosis, dislipidemia, dan kolelitiasis (Diaz et al., 2009; Saleh, 2015). Berdasarkan arah korelasi yang dihasilkan penelitian ini, RLPTB semakin tinggi maka risiko penyakit kardiovaskular juga semakin tinggi meskipun korelasi yang dihasilkan tidak bermakna.

Korelasi RLPTB terhadap kolestrol HDL yaitu sangat lemah (r=-0,13) dan tidak bermakna (p=0,44). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan menunjukan korelasi antara RLPTB terhadap kolestrol HDL tergolong korelasi sangat lemah serta nilai signifikansinya menunjukkan hubungan tidak bermakna (Puspitasari dan Puruhita, 2014; Chehrei et al., 2007; Adediran et al., 2013).

Analisis korelasi RLPTB terhadap glukosa darah puasa didapatkan hasil korelasi tidak bermakna (p=0,06) dan kekuatan korelasi lemah (r=0,30). Hal ini didukung penelitian Lam et al. (2015) dan Wai et al. (2012) yang menunjukkan RLPTB pria paling kuat berkorelasi dengan glukosa puasa. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pengukuran obesitas abdominal memiliki kemampuan lebih tinggi dalam membedakan penyakit diabetes melitus dan kadar glukosa darah puasa tinggi (Guasch-Ferre et al., 2012). Individu dengan obesitas memiliki kadar resistin, visfatin, TNF alpha dan leptin. Leptin diketahui memainkan peran penting dalam mengontrol nafsu makan dan berat badan. Leptin juga menunjukkan kaitannya dengan inflamasi, resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular (Saleh, 2015).

Pada uji korelasi RLPTB terhadap tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan kolestrol total didapatkan hasil korelasi tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah seperti yang ditampilkan pada Tabel III. Penelitian yang hampir sama menunjukkan SBP memiliki kekuatan korelasi sangat lemah sedangkan DBP kekuatan korelasinya lemah namun korelasinya signifikan (Carvalho et al., 2015; Barreira, et al., 2012). Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian Gharakhanlou et al. (2012), Mellati et (2009), Guan et al. (2016), Paniagua et al. (2008) dan Li et al.(2013) yang menunjukkan korelasi signifikan antara Waist Circumference (WC), BMI,

(23)

9 Gharakhanlou et al. (2012) menyebutkan RLPTB dengan glukosa darah puasa memiliki hubungan korelasi yang tidak bermakna Hasil penelitian tersebut diketahui memiliki kekuatan korelasi RLPTB terhadap glukosa darah puasa yaitu sangat lemah sedangkan pada kolestrol total tergolong lemah. Pada kolestrol HDL didapatkan kekuatan korelasi sedang. (Gharakhanlou et al., 2012).

Keterbatasan penelitian ini yaitu penumpukan jaringan adiposa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan adipositas viseral yaitu jenis kelamin, faktor genetis, profil hormonal, merokok, faktor nutrisi dan kebiasan kurang gerak (Cornier et al., 2011)

KESIMPULAN

(24)

10

DAFTAR PUSTAKA

Adediran, O.S., Adebayo, P.B., dan Akitunde, A.A., 2013, Anthropometric differences among natives of Abuja living in urban and rural communities: correlations with other cardiovascular risk factors, BMC Research Notes, 6(123), p.6

American Heart Association, 2016, Men&Cardiovascular Disease,

https://www.heart.org/idc/groups/heart-public/@wcm/@sop/@smd/documents/downloadable/ucm_483969.pdf, diakses

tanggal 21 Oktober 2016

Ashwell, M., dan Gibson, S., 2016, Waist-to-Height Ratio as an indicator of ‘early health risk’: simpler and more predictive than using a ‘matrix’ based on BMI and waist circumference, BMJ Open, 6, pp. 3-5

Ashwell, M., Gunn, P., dan Gibson, S., 2012, Waist-to-height ratio is a better screening tool than waist circumference and BMI for adult cardiometabolic risk factors: systematic review and meta-analysis, obesity review, pp.284-285

Barreira, T.V., et al., 2012, Anthropometric Correlates of Total Body Fat, Abdominal Adiposity, and Cardiovascular Disease Risk Factors in a Biracial Sample of Men and Women, Mayo Clin Proc., 87(5), p.457

Cai, L., Liu., A., Zhang, Y., Wang, P., 2013, Waist-to-Height Ratio and Cardiovascular Risk Factors among Chinese Adults in Beijing, PLoS ONE, 8(7): e69298. doi:10.1371/journal.pone.0069298

Carvalho, C.A., 2015, The association between cardiovascular risk factors and anthropometric obesity indicators in univesity students in Sao Luis in the State of Maranhao Brazil, Cleci&Saude Coletiva, 20(2), p.486

Chehrei, A., et al., 2007, Correlation of dyslipidemia with waist to height ratio, waist circumference, and body mass index in Iranian Adults, Asia Pac J Clin Nutr, 16(2), pp. 250

Cornier, M.A., et al., 2011, Assesing Adiposity, AHA Journal, 124, p. 1998

Diaz, M.E., et al., 2009, Overweight, Obesity, Central Adiposity and Associated Chronic Diseases in Cuban Adults, MEDICC Review, p.23

Delima, Mihardja L., dan Siswoyo, H., 2009, Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia, Bul. Penelit. Kesehat., 37(3), hal. 153

Despres, J.P., 2006, Abdominal Obesity : the most prevalent cause of the metabolic syndrome and related cardiometabolic risk, European Heart Journal Supplements, p.B.10

Dinkes DIY, 2013, Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta : Dinkes DIY, hal. 45-46

Dinkes Kab. Sleman, 2010, Profil Kesehatan Kabupaten Sleman, Sleman : Dinkes Kab. Sleman, hal. 63-67.

Ferreira-Hermosillo, A., et al., 2014, Utility of the waist to height ratio, waist circumference and body mass index in the screening of metabolic syndrome in adult patients with type 1 diabetes mellitus, Diabetology & Metabolic Syndrome, 6(32), p.3

Gelber, R.P., et al., 2008, Measures of Obesity and Cardiovascular Risk among Men and Women, National Institute of Health, p.6

(25)

11 Goh, L.G., et al., 2011, Ministry of Health Clinical Practice Guidelines: Screening of Cardiovascular Disease and Risk Factors, Singapore Med Journal, Vol.52, No.3, p.221

Gracey, M., et al., 2007, Assesment of risks of “lifestyle” diseases including cardiovascular disease and type 2 diabetes by anthropometry in remote Australian Aborigines, Asia Pac J Clin Nutr, 16(4), p.690

Guan, X., et al., 2016, Associations between metabolic risk factors and body mass index, waist circumference, waist-to-height ratio and waist-to-hip ratio in a Chinese rural population, Journal of Diabetes Investigation, 7, p.605

Guasch-Ferre, M., et al., 2012, Waist-to-Height Ratio and Cardiovascular Risk Factors in Elderly Individuals at High Cardiovascular Risk, pLoS One, 7(8), p.1

International Diabetes Federation, 2006, the IDF consensus worldwide definition of the metabolic syndrome, Belgium, p. 11

Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pusat Data dan Informasi : Situasi Kesehatan Jantung, Jakarta : Kemenkes RI, hal. 4

Lam, B.C.C., Koh, G.C.H, Chen, C., Wong, M.T.K , Fallows S.J., 2015, Comparison of Body Mass Index (BMI), Body Adiposity Index (BAI), Waist Circumference (WC), Waist-To-Hip Ratio (WHR) and Waist-To-Height Ratio (WHtR) as Predictors of Cardiovascular Disease Risk Factors in an Adult Population in Singapore, PLoS ONE, 10(4), p.7

Lavie, C.J., Milani, R.V., Ventura, H.O., 2009, Obesity and Cardiovascular Disease : Risk Factor, Paradox, and Impact of Weight Loss, Journal of the American College of Cardiology, Vol.53, p.1925

Li, C.W., et al., 2013, Waist-to-height ratio, waist circumference, and body mass index as indices of cardiometabolic risk among 36.642 Taiwanese adults, Eur J Nutr, 52, p.60

Luksiene, D., Tamosiunas, A., Virviciute, D., Bernotiene, G., Peasey, A., 2015, Anthropometric trends and the risk of cardiovascular disease mortality in a Lithuanian urban population aged 45-64 years, Scandinavian Journal of Public Health, 43, p.888

Mellati, A.A., et al., 2009, Correlation of anthropometric indices with common cardiovascular risk factors in an urban adult population of Iran: data from Zanjan Healthy Heart Study, Asia Pac J Clin Nutr, 18(2), p.220

Meseri, R., Ucku, R., and Unal, B., 2013, Waist: Height Ratio: a superior index in estimating cardiovascular risks in Turkish adults, Public Health Nutrition, 17(10), p.2250

National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), 2007, Antropometry Procedures Manual, CDC, UK, pp.9,16.

National Health Service, 2011, National Obesity Observatory : Obesity and ethnicity, United Kingdom : NHS, p.7

Paniagua, L., Lohsoontorn, V., Lertmaharit, S., Jiamjarasrangsi, W., Williams, M.A., 2008, Comparison of Waist Circumference, Body Mass Index, Percent Body Fat and Other Measure of Adiposity in Identifying Cardiovascular Disease Risks among Thai Adults, Obes Res Clin Pract, 2(3), p.11

(26)

12 Puspitasari, A., dan Puruhita, N., 2014, Hubungan Rasio Lingkar Pinggang terhadap Tinggi Badan dengan Kadar HDL dan Trigliserida, Jurnal Media Medika Muda, hal. 7

Pawaskar, P.N., 2015, Comparing Utility of Anthropometric Indices Based on Gender Differences in Predicting Dyslipidaemia in Healthy Adults, Journal of Clinical and Diagnostic Research, 9(8), p.2

Saleh, R., 2015, Abdominal Obesity and Cardiovascular Disease, Adv Obes Weight Manag Control, 3(2), p.2

Selvarajah, S., et al., 2014, Comparison of the Framingham Risk Score, SCORE and WHO/ISH cardiovascular risk prediction models in an Asian population, International Journal of Cardiology, 176, p.217

Su, T.T., et al., 2015, Body Composition Indices and Predicted Cardiovascular Disease Risk Profile among Urban Dwellers in Malaysia, BioMed Research International, pp. 3-4

Dijk, S.B.V., et al., 2012, Different anthropometric adiposity measures and their association with cardiovascular disease risk factors: a meta-analysis, Neth Heart J, 20, p.212

Wai, W.S., et al., 2012, Comparison of Measures of Adiposity in Identifying Cardiovascular Disease Risk among Ethiopian Adults, Obesity (Silver Spring), 20(9), p.4

World Health Organization, 2008, WHO Country Cooperation Strategy 2007-2011,

WHO,http://www.who.int/ countryfocus / cooperation strategy/ ccs_idn_en.pdf,

diakses pada tanggal 21 September 2016.

World Health Organization, 2012 ,Cardiovascular Disease,

www.who.int/nmh/publications/fact_sheet_cardiovascular_en.pdf, diakses tanggal

(27)

13

LAMPIRAN

(28)

14

(29)

15

(30)

16 Lampiran 4. Sfigmomanometer, Pita Pengukur dan Ukuran Tinggi Badan

Sfigmomanometer Pita Pengukur

(31)
(32)
(33)

19

(34)
(35)

21

(36)
(37)

23

(38)

24

Lampiran 9. Pedoman Wawancara

(39)

25

(40)

26

(41)

27

(42)

28

Lampiran 13. Uji Statistik

Tests of Normality

*. This is a lower bound of the true significance.

(43)

29

Test Statisticsa

FRS GlukosaDarahP

uasa

TC

Mann-Whitney U 166.000 168.500 149.000

Wilcoxon W 356.000 358.500 339.000

Z -.907 -.840 -1.368

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

(44)
(45)

31 BIOGRAFI PENULIS

Gambar

Tabel 3. Korelasi RLPTB terhadap Risiko Penyakit Kardiovaskular ................. 7
Tabel I. Karakteristik Responden
Tabel III. Korelasi RLPTB terhadap Risiko Penyakit Kardiovaskular

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Prosesnya dimulai dari bagian stok barang memasukkan atau mengubah data jenis bahan baku, kemudian aplikasi bertugas menyimpan data kedalam data master jenis dan

Persiapan paling awal yang dilakukan oleh mahasiswa adalah mengikuti pembelajaran mikro. Setelah mengadakan observasi mahasiswa dapat belajar banyak dari

Berkaitan dengan permasalahan penelitian, yang menjadi unit amatan bagi penelitian ini adalah Cosplayer, anggota lama Komunitas Jaico, yang bertindak sebagai

Tata cara tindakan hukum oleh kejaksaan atas pelanggaran yang dilakukan yayasan, baik terhadap ketentuan peralihan mapun ketentuan lain, perlu diatur secara

Siswa juga melakukan proses membaca soal cerita matematika untuk menghasilkan produk membaca berupa pemahaman informasi dan permasalahan yang ada dalam soal cerita

KREDIT KREDIT KREDIT CICILAN CICILAN CICILAN CICILAN UANG UANG UANG UANG PADA PADA PADA PADA PT PT PT PT BANK BANK BANK BANK NAGARI NAGARI NAGARI NAGARI CABANG CABANG CABANG

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk menempuh dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya