• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA GENETI BUAH-BUAHAN LOKAL UNTUK MENINGKATKAN INTEGRASI PERTANIAN DENGAN PARIWISATA DI BALI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA GENETI BUAH-BUAHAN LOKAL UNTUK MENINGKATKAN INTEGRASI PERTANIAN DENGAN PARIWISATA DI BALI."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Koridor : Bali-Nusa Tenggara Fokus Kegiatan : Pariwisata

LAPORAN AKHIR (TAHUN I)

PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN

DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

2011-2025 (PENPRINAS MP3EI 2011-2025)

FOKUS/KORIDOR :

PARIWISATA/BALI-NUSA TENGGARA

TOPIK KEGIATAN

STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA GENETIK BUAH-BUAHAN

LOKAL UNTUK MENINGKATKAN INTEGRASI PERTANIAN

DENGAN PARIWISATA DI BALI

TIM PENGUSUL

Ketua : Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. 0015056303 Anggota : 1. Dr. Ir. Gede Wijana, M.S. 0007076105 2. I Putu Sudana, A. Par, M. Par. 0006037204 3. Ir. I Wayan Wiraatmaja, MP. 0018045908

Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(3)
(4)

DAFTAR ISI

1.3.Urgensi (Keutamaan Penelitian) ………. 7

1.4.Luaran yang ditargetkan ………. 8

BAB II. STUDI PUSTAKA ……… 8

2.1. Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal ………. 9

2.2. Intergrasi Pertanian dengan Pariwisata ……….. 10

BAB III. PETA JALAN PENELITIAN ……….. 13

BAB IV. MANFAAT PENELITIAN ………. 14

BAB V. METODE PENELITIAN ………. 15

BAB VI. HASIL PENELITIANTAHUN I……….. 17

6.1. Jenis-Jenis Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal ………….. 17

6.2. Web-site dan Peta Geografis Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal ……….. 145 6.3.Komoditas Buah Unggulan ………..

6.4. Musim Panen Buah di Bali ………

6.5. Kajian Kemasan Paket Agrowisata Berbasis Kegiatan On-farm dan Off-farm Agribisnis Buah-Buahan Lokal dan Kaitannya dengan Daya Tarik Wisata Sekitarnya………

BAB VII. KESIMPULAN DAN DARAN ………..

(5)

STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA GENETIK BUAH-BUAHAN

LOKAL UNTUK MENINGKATKAN INTEGRASI PERTANIAN

DENGAN PARIWISATA DI BALI

Rai, I N*., G. Wijana*, I P. Sudana**, dan I W. Wiraatmaja*

*) Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Univ. Udayana, Denpasar, Bali **) Prodi Industri Perjalanan Wisata, Fak. Pariwisata Univ. Udayana, Denpasar, Bali

Alamat Korespondensi/E-mail:inrai_fpunud@yahoo.com RINGKASAN

(6)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Bali masih menjadi tujuan wisata utama di Indonesia. Berkembang pesatnya sektor pariwisata memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi perekonomian Bali, ditunjukkan oleh tingginya kontribusi sektor pariwisata, hotel dan restoran terhadap PDRB Bali yaitu mencapai 29,89% selama 3 tahun terakhir (2010-2012), sementara kontribusi sektor pertanian pada periode yang sama hanya mencapai 19,17% (BPS Bali, 2013).

Komersialisme Bali yang menonjolkan pariwisata secara berlebihan berdampak pada tidak berkembangnya ekonomi Bali yang lain secara seimbang, terutama sektor pertanian. Perkembangan yang asimetris dengan dominasi sektor pariwisata telah berdampak pada termarginalisasinya partanian, padahal pertanian bukan saja sebagai pilar penting dalam mendukung keberhasilan pariwisata, tetapi juga sebagai sektor strategis yang harus tetap dijaga karena merupakan hajat hidup bagi sebagian besar masyarakat Bali dan instrument penting dalam menjaga keberlanjutan parwisata. Disadari atau tidak, sesungguhnya pariwisata Bali sangat tergantung pada pertanian. Bali dikenal dan dikagumi karena nilai budaya agrarisnya yang unik dan kondisi alamnya yang menarik. Keunikan budaya dan keindahan tersebut akan tetap terjaga apabila pertanian tetap terjaga, dan ini akan bisa tercapai apabila pertanian itu sendiri memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya. Oleh karena itu, dikembangkanlah model pembangunan partanian disinergikan dengan pariwisata. Goodwin (2000) mengemukakan bahwa sinergi pembangunan pertanian dengan pariwisata dimaksudkan agar sektor pariwisata memberikanmultiplier effectkepada para pelaku sektor pertanian sehingga kesejahteraan pelaku pertanian meningkat, sekaligus mampu mendukung pemberdayaan dan keberlanjutan sistem pertanian.

(7)

tumbuhnya persespi positif terhadap pariwisata dikalangan masyarakat pedesaan (Windia at al., 2008; Sumiyati, 2011). Oleh karena itu, model pembangunan pertanian terintegrasi

dengan pariwisata perlu didorong terus implementasinya melalui pendekatan sinergis-komplementaris agar terjadi hubungan saling menguntungkan (simbisosis mutualistik). Dengan semakin meningkatnya integrasi pertanian dengan pariwisata, dalam jangka panjang diharapkan pariwisata Bali berfungsi sebagai pendorong pertanian untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinyuitas produk, sekaligus mendorong pertanian untuk melestarikan lingkungan dalam rangka mewujudkangreen tourism dan sustainable tourism di Bali (Insani, 2012).

Sumberdaya genetik buah-buahan lokal merupakan salah satu potensi besar yang belum digarap dalam rangka mewujudkan integrasi pertanian dengan pariwisata. Bali kaya akan sumberdaya genetik buah lokal, namun kekayaan tersebut belum diberdayakan secara optimal. Buah-buahan di Bali tidak hanya bernilai ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi, tetapi juga bernilai sosial budaya untuk kegiatan ritual keagamaan, untuk bahan Spa (massage), perdagangan antar pulau, dan ekspor. Namun saat ini pamor buah lokal kalah jauh dibandingkan buah impor. baik untuk konsumsi maupun untuk kegiatan ritual. Terdesaknya keberadaan buah-buahan lokal mendorong DPRD Provinsi Bali bersama eksekutif membuat regulasi dengan menyusun Perda Perlindungan Buah Lokal (DPRD Bali, 2013), yang saat ini draft perda tersebut sedang dikonsultasikan dengan pemerintah pusat.

(8)

1.2. Tujuan

Tujuan utama penelitian ini adalah didapatkan rumusan strategi pengembangan sumberdaya genetik buah-buahan lokal yang dapat dimplementasikan agar terjadi integrasi pengembangan buah-buahan lokal dengan industri pariwisata di Bali.

Tujuan khusus Penelitian:

1. Menyusun profil sumberdaya genetik buah-buahan lokal menyangkut jenis, lokasi persebarannya, status, kegunaan bagian-bagian tanaman, produksi (kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas), potensi pengembangan dan kebutuhan untuk pelestariannnya.

2. Merancang dan meng up-load peta geografis sumberdaya genetik buah-buahan lokal dalam web-site.

3. Merumuskan kegiatan on-farm dan off-farm yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata (something to see, something to do, something to buy, dan something to learn) dan merancang pengadaan kebun botani (arboretum) plasma nutfah buah-buahan lokal sebagai obyek agro-ekowisata dan sarana edukasi bagi masyarakat.

4. Dapat dirumuskan hubungan produsen-konsumen antara petani buah-buahan lokal dengan pasarindustri pariwisata (hotel, restoran, dan lain-lain).

5. Petani buahan lokal dapat melaksanakan penerapan teknologi produksi buah-buahan di luar musim untuk menjamin kontinyuitas pasokan.

6. Petani mampu meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk buah-buahan unggulan Bali (salak, pisang, manggis, jeruk, mangga, durian, dan lain-lain) dalam hal penanganan pasca panen, pengemasan, penyimpanan dan penyiapan produk sebagai souvenir.

1.3. Urgensi (Keutamaan Penelitian)

(9)

impor tidak hanya menguasai pasar pariwisata tetapi telah dijual di pasar-pasar tradisional, bahkan sampai ke pelosok desa. Bila hal ini dibiarkan terus maka plasma nutfah buah-buahan lokal terancam kelestariannya. Kondisi tersebut telah mendapat pehatian serius Pemerintah Provinsi Bali, baik pihak eksekutif maupun legislatif, yang diwujudkan dengan dilakukannya penyusunan Perda Perlindunagn Buah-Buahan Lokal. Dengan kondisi riil tersebut penelitian tentang strategi pengembangan sumberaya genetik buah-buahah lokal untuk meningkatkan integrasi pertanian dengan pariwisata di Bali ini sangat diperlukan agar buah-buah lokal tetap lestari, semakin tangguh dan semakin kompetitif dalam bersaing dengan buah impor, sehingga dapat meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis buah-buahan lokal.

1.4. Luaran yang Ditargetkan

1. Dapat dihasilkan buku profil sumberdaya genetik buah-buahan lokal, berisi informasi detail tentang buah-buahan lokal Bali dilengkapi dengan gambar/foto masing-masing jenis.

2. Tersusunnya web site memuat peta geografis dan intisari profil sumberdaya genetik buah-buahan lokal Bali sebagai media informasi dan promosi keberadaan buah-buahan lokal.

3. Terciptanya hubungan produsen-konsumen antara petani buah-buahan lokal dengan pasar pariwisata (hotel, restoran, dan lain-lain).

4. Kualitas dan kontinuitas suplai buah-buahan lokal meningkat dengan mampunya petani memproduksi buah di luar musim dan menerapkan berbagai teknologi untuk meningkatkan kualtias produk.

(10)

VI. HASIL PENELITIAN TAHUN I

6.1. Jenis-Jenis Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal

Hasil penelitian menunjukkan teridentifikasi 41 jenis dan 154 sub-jenis buah-buahan lokal, baik yang dibudidayakan secara komersial maupun yang tidak/belum dibudidayakan dan buah-buahan langka. Lokasi tumbuhnya sebagian besar tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Bali seperti jeruk Bali, salak, pisang, wani, mangga, manggis, durian, jambu biji, dan nangka, tetapi banyak pula yang hanya dibudidayakan atau tumbuh pada lokasi spesifik tertentu seperti strowberi, kawista, jeruk Kintamani, anggur, leci, dan badung. Berikut ini diuraikan berbagai jenis dan sub-jenis sumberdaya genetik buah-buahan lokal yang berhasil diinventarisasi dan ditelaah pada penelitian tahun I ini.

6.1.1. ANGGUR

Tanaman anggur yang buahnya dapat dimakan (edible fruit) terdiri atas dua genera, yaitu genus Vitis dan Muscadiana. Perbedaannya, genus Vitis memiliki alat pemanjat (tendril) yang kuat dan panjang, kulit kayu mengelupas, ukuran klaster/dompolan buah panjang dan besar, dan daya lekat buah pada tangkai kuat, sedangkan genus Muscadiana memiliki alat pemanjat kurang kuat dan lebih pendek, kulit kayu melekat erat, ukuran klaster/dompolan kecil dan pendek, dan daya lekat buah pada tangkai mudah lepas. Berdasarkan keunggulan dari genus Vitis, semua jenis anggur yang dibudidayakan di Bali hanya satu spesies dari genusVitisyaituVitis vinifera(Ashari, 2004).

(11)

pada waktu naik ke atas atau memanjat, batang tanaman anggur memerlukan alat khusus untuk berpegangan pada penunjang. Alat khusus tersebut adalah cabang pembelit atau disebut juga dengan sulur dahan, dan fungsi dari sulur (sirrus) adalah sebagai alat pemanjat. Sulur letaknya berhadap-hadapan atau berseling dengan daun dan bersifat terputus, artinya dua helai daun yang letaknya berdekatan masing-masing bersulur, sedangkan daun yang berikutnya tidak bersulur (Setiadi, 2004).

Anggur merupakan tanaman berdaun tunggal, yaitu satu helai daun pada satu tangkai daun. Struktur daun tanaman anggur terdiri atas helaian daun, tangkai daun, dan sepasang daun penumpu. Posisi daun tersusun berseling (alternate), bentuk bangun daun bulat atau bundar (orbicularis) hingga jorong, daundaun bertulang menjari (palminervis), panjang 10 -16 cm, lebar 8 - 14 cm, helaian daun tipis berwarna hijau, permukaan berbulu (pilosus), pangkal berlekuk (emerginatus), ujung daun meruncing (acuminatus), tepi bergigi runcing (dentatus) dan berlekuk berdasarkan dalamnya torehan dan umumnya memiliki 5 lekukan. Tanaman anggur berbunga majemuk dan berbentuk dompolan atau klaster, bunga umumnya muncul dari ruas ke-3 sampai dengan ruas ke-5 dari tunas yang baru tumbuh dari cabang tersier. Perbedaan verietas ditunjukkan dari perbedaan susunan/struktur bunga serta ukuran dan bentuk bunganya. Ukuran bunga anggur kecil, panjangnya antara 2-4 cm, umumnya berwarna hijau, mempunyai 5 daun kelopak (sepal) dan 5 daun mahkota (petal). Ruas di atas buah umumnya menghasilkan tendril atau semacam sulur untuk berpegangan (Ashari, 2004).

(12)

alzheimer (penyakit otak mengerut dan mengecil seperti pada orang tua), karena buah anggur mengandung resveratol. Disebutkan pula bahwa juice anggur bermanfaat untuk mencegah kanker payudara, mengurangi kelelahan karena mengandung zat besi, dan menyembuhkan sakit kepala (migraine). Tingkat oksida nitrat di darah akan meningkat jika mengonsumsi buah anggur, sehingga bermanfaat untuk mencegah pembekuan dan risiko penyakit jantung. Disamping itu, buah anggur mengandung asam organik, gula, dan selulosa yang bermanfaat sebagai pencahar sehingga dapat mengobati sembelit (susah buang air besar).

Anggur diusahakan sebagai tanaman lahan kering, di tegalan/kebun, pekarangan, atau pada lahan sawah yang dikeringkan. Jenis anggur yang dibudidayakan di Bali, yaitu anggur Bali dan Prabu Bestari (Red Prince). Sentra produksi anggur di Bali adalah di Kabupaten Buleleng, yaitu di Kecamatam Gerokgak, Seririt, dan Banjar. Di Kecamatan Gerokgak anggur dibudidayakan di Desa Banyupoh, Desa Musi, Desa Penyabangan, Desa Patas, dan Desa Sanggalangit, sedangkan di Kecamatan Seririt terdapat di Desa Kalisada, Desa Banjarasem, Desa Seririt, dan Desa Lokapaksa. Selanjutnya di Kecamatan Banjar terdapat di Desa Banjar, Desa Dencarik, dan DesaTemukus. Lokasi penanaman anggur tersebut berada di daerah pesisir dengan ketinggian 0-300 meter di atas permukaan laut, suhu rata-rata 25-31°C, kelembaban udara 40-80%, curah hujan rata-rata 800 mm/tahun, musim kemarau relatif panjang 6 - 7 bulan, dan tanah liat berpasir dengan pH 6,5 – 7,0. Panen buah sepanjang tahun dan tidak tergantung musim.

Varietas yang dominan diusahakan di Bali adalah anggur Bali (Vitis vinifera L. var. Alphonso Lavalle). Bentuk buah anggur Bali bulat sampai bulat telur, warna kulit buah muda hijau tua sedangkan warna kulit buah matang hitam atau coklat tua kehitaman, warna daging buah ungu, rasa buah matang manis asam dan berair/segar. Umur panen 105-110 hari (matang di pohon) setelah pemangkasan, panen buah sepanjang tahun dan tidak tergantung musim. Untuk menghasilkan buah yang baik perlu dilakukan penjarangan dengan menyisakan 80-90% buah yang terbentuk.

(13)

merambat pada tiang rambatan. Daun berbentuk pentagonal, warna dominan hijau dengan pangkal tulang daun berwarna kemerahan. Warna bunga putih kehijauan, bentuk buah bundar agak lonjong, warna kulit buah muda hijau dan bila sudah tua berwarna merah gelap dengan daging buah krem transparan. Tiap buah berisi 1-3 biji dengan warna coklat kehitaman.

Gambar 2. Daun anggur Bali (a), Buah muda anggur Bali (b),

tandan buah Anggur Bali siap panen

6.1.2. AVOKAD

Nama buah ini dalam bahasa Indonesia sendiri sering berubah-ubah, ada yang menamai avokad, tetapi kadang-kadang juga disebut dengan nama alpukat atau apokat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buah yang dalam Bahasa Inggris diberi nama avocado ini disebut tanaman avokad. Beberapa daerah di Indonesia juga memberi nama berbeda seperti alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), pookat (Lampung), apokat (Bali), dan lain-lain. Tanaman avokad merupakan tanaman buah berupa pohon yang diduga berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah yaitu Guatemala dan Honduras, diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Negara penghasil avokad terbesar di dunia adalah Meksiko, sedangkan Indonesia merupakan negara penghasil Avokad yang terbesar di Asia Tenggara, walaupun sebagian besar buahnya dikonsumsi sendiri (Ashari, 2004).

(14)

dengan warna hijau kekuningan. Buahnya buah buni, bentuk bervariasi tergantung varietas, tetapi umumnya berbetuk bulat lonjong atau bulat telur dengan lekukan di dekat pangkal buah (Ochse, 1961). Daging buah apokat saat matang lunak, berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut. Kulit buah licin dan lembut, tidak rata, warnanya bervarasi tergantung varietas, tetapi umumnya berwarna hijau muda saat buah muda dan hijau tua hingga ungu kecoklatan saat sudah matang. Biji berbentuk bulat seperti bola, ukurannya bervarisi ada yang berukuran besar memenuhi rongga tetapi ada juga yang berukuran relatif kecil, biji ada menempel erat dalam rongga dengan kulit biji yang melekat tetapi ada juga yang tidak menempel dalam rongga sehingga mudah dipisahkan dari daging buahnya (Indrianiet al.,1997).

Tanaman avokad seperti kebanyakan jenis tanaman buah-buahan lainnya, karena sudah sangat lama dibudidayakan masyarakat, asal-usul bibit tidak dicatat secara cermat, dan karena terjadinya kawin silang (crossing) serta mutasi maka sangat sulit ditentukan darimana asalnya (Ashari, 2004). Di Bali tanaman avokad masih merupakan tanaman pekarangan atau ditanam di kebun sebagai tanaman campuran, belum dibudidayakan dalam skala usaha komersial, dapat ditemukan mulai dari dataran rendah dekat pantai sampai di dataran tinggi pada ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Berdasarkan bentuk dan warna kulit buah saat matang, jenis avokad yang ditemukan di Bali dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Avokad yang warna kulit buahnya saat matang berwarna hijau tua berbintik-bintik kuning, bentuk buah bulat panjang, ujung buah rata, memiliki lekukan seperti leher dekat pangkal buah. Permukaan kulit buah licin dengan tekstur lunak, dan lapisan daging buah tebal. Warna daging buah bagian dalam (dekat biji) kuning sedangkan warna daging buah di bagian luar (dekat kulit) kuning kehijauan. Bijinya berbentuk lonjong dengan ukuran relatif kecil.

2. Avokad dengan warna kulit buah saat matang hijau kemerahan dengan permukaan licin berbintik kuning. Bentuk buah seperti botol (Bahasa Bali: pucung), ujung buah tumpul, antara ujung dan pangkal buah terdapat lekukan/leher seperti botol, dan pangkal agak meruncing. Daging buah tebal, bertekstur lunak, berwarna kuning. Biji berbentuk jorong dan mudah lepas dari daging buah.

(15)

buah agak tebal, warna daging buah kuning. Bijinya berbentuk lonjong dan mudah dipisahkan dari daging buah.

Gambar 3. Buah avokad muda (kiri) dan buah masak (kanan)

(16)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Keseimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disumpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Telah teridentifikasi sejumlah 41 jenis dan 150 sub-jenis buah-buahan lokal, baik yang dibudidayakan secara komersial maupun yang tidak/belum dibudidayakan/liar dan buah-buahan langka.

2. Lokasi tumbuhnya sebagian besar tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Bali seperti jeruk Bali, salak, pisang, wani, mangga, manggis, durian, jambu biji, dan nangka, tetapi banyak pula yang hanya dibudidayakan atau tumbuh pada lokasi spesifik tertentu seperti strowberi, kawista, jeruk Kintamani, anggur, leci, dan badung.

3. Ketersediaan buah dari buah-buahan lokal umumnya masih bersifat musiman, dengan musim panen dominan dari bulan Desember sampai Maret, kecuali buah-buahan tertentu seperti strowberi, jambu biji, pisang, papaya, dan nangka, karena sifat tanamannya sendiri yang berbuah tidak mengenal musim.

4. Produksi buah-buahan lokal Bali dimanfaatkan sebagai konsumsi lokal, perdagangan antar pulau, komoditas ekspor, memenuhi keperluan ritual adat dan budaya dan pasar pariwisata. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata masih relatif kecil, yaitu dalam bentuk: (1) hasil buah untuk konsumsi segar (fresh fruit) seperti salak, wani, pisang, mangga, jeruk, dan manggis; (2) hasil buah untuk bahan juice (markisa, mangga, melon, strowberi, wani); (3) hasil buah untuk bahan wine (salak, anggur), (4) bagian buah, daun, atau bagian lainnya untuk massage/Spa (jeruk lemon, nenas, alpokat, papaya, strowberi, belimbing wuluh); dan (5) kebun buah-buahan untuk agrowisata (strowberi, salak, jeruk, dan manggis).

7.2. Saran

(17)

1. Mengkaji terciptanya hubungan produsen-konsumen antara petani buah-buahan lokal dengan pasar pariwisata (hotel, restoran) melalui foreward contract farming (kontrak perjanjian di depan), pola bapak asuh, pola pendampngan, atau cara-cara lainnya yang saling menguntungkan.

2. Pelatihan dan desiminasi penerapan teknologi produksi buah-buahan di luar musim untuk menjamin kontinyuitas pasokan.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, N. 2013. Peluang Bisnis Hortikultura: Agrobisnis Kebun Jambu Kristal. http://kampung samara.blogspot.co.id/ (Diakses 9 Agustus, 2015)

Andriyanto, F. 2001. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Sentul (Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr.) terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Makanan. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.

Anonimous. 2009. Kecapi, Family Meliaceae. http://www.iptek.net.id. (Diakses 28 Mei 2015).

Anonimous. 2011. Potensi Agroindustri Buah Kawista.

https://foragri.wordpress.com/2011/01/21/ potensi-agroindustri-buah-kawista/ (Diakses 21 Juli 2015)

Anonimous. 2012. Jenis dan manfaat buah nenas. http://budidaya-petani.blogspot.co.id/2013/03/jenis-tanaman-nanas.html. (Diakses 7 Agustus 2015). Anonimous. 2013. Kepundung. http://tumbuhanbali.blogspot.com/2013/02/kepundung.html.

(Diakses 25 Pebruari 2015).

Anonimous. 2014. Gowok atau Kupa, Tanaman Asli Indonesia yang Dilupa. http://alamendah.org/html. (Diaskes 2 September 2015).

Apriyanty, I. 2009. Seluk Beluk Nanas dan Penanamannya. Penerbit :Jasa Grafika Bandung.

Ashari, S. 1995. Hirtikultura. Aspek Budidaya. Penerbit: UI Press, Jakarta. 485p.

Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Penerbit: Bayumedia Publishing, Malang. 201p.

Ashari, S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Penerbit: Andi Offset Yogyakarta. 144pp.

Asmaria. 2008. Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda Fermentasi ’’Aspergilus Niger’’ terhadap Kinerja Reproduksi Burung Puyuh (Cutornix Japonica). Universitas Sumatera Utara.

Astawan. 2008. Delima si Cantik Istimewa http://portal.cbn.net.id/ (Diakses 7 Agustus 20150).

Bank Indonesia. 2004. Aspek Pemasaran Salak. Model Kelayakan Program Kemitraan Terpadu (PKT) "Budidaya Tanaman Salak Unggul". http://www.bi.go.id/sipuk/id/lm/salak/asp. (Rabu, 26 maret 2008). Bank Indonesia, Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta. Hak Cipta Bank Indonesia.

Baswarsiati. 2009. Kesemek. Penerbit: Rajawali Press, Jakarta dan Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor.

(19)

Bompard, J.M., A.J.G.H. Kostermans. 1985. Wild Mangifera Species in Kalimantan, Indonesia. In Mehra, K.L. and S. Sastrapadja (Eds.). Proceedings of the International Symposium on South East Asian Plant Genetic Resources. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. p.172-174.

Coronel, R.E. 1983. Promising Fruits of the Philippines. Collage of Agricultural University of the Philippines at Los Banos. Philippines. p.478-480.

CRFG (California Rare Fruit Growers). 1996. Persimmon (Diospyros kaki Linn.)-Ebenaceae. http://www.crfg.org/pubs/ff/ persimmon.html. CRFG.Inc. Diakses, 9 Agustus 2015.

Dalimartha, S. 1999. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Cetakan ke-4. Penerbit: Penebar Swadaya. Jakarta.

Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 4. Penerbit: Puspa Swara, Jakarta. Dalimartha, S. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Penerbit: Dinamika Media,

Jakarta.

Deptan (Departemen Pertanian). 2012. Ekspor Hortikultura Indonesia. Nilai dan Volume Ekspor Buah-Buahan. http.//www.deptan.go.id. [20 Maret 2013).

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali. 2013. Rancangan Peraturan Daerah Perlindungan Buah Lokal.

Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. 2010. Komoditas Buah-Buahan Binaan Direktorat Jenderal Hortikultura. http://ditbuah.hortikultura.go.id [12 Mei 2011].

Ferguson, A. 2002. Medicinal Use of Citrus. Scienses Department. Cooperative extension Services Instituse of Food Agricultural Science. University of Florida, Gainesville. http://edis.ifas.edu/body. Diakses 28 Agustus 2015.

Ferro, E., A. Schinini, M. Maldonado, J. Rosner, G.S. Hirschman, 1988, Eugenia Uiflora Laf Extract and Lipid Metabolism in Cebus Apella Monkeys. Journal of Ethnopharmacology 24:321-325.

Garhan, D.A. 2003. Duku Woro Diakui sebagai Duku Palembang, Artikel pada Harian Umum Suara Merdeka, 14 April 2003. Diakses 27 Agustus 2015.

Goodwin, H. 1998. Sustainable Tourism and Poperty Elimination. Peper on Workshop on Sustainable Tourism and Poperty. United Kingdom.

Hartana, A., J.P. Mogea, A.A.K. Darmadi. 2002. Pembungaan Salak Bali. Hayati Journal of Bioscienses 9(2):59-61.

(20)

Hume, E. P. 1947. Difficulties in Mangosteen Culture. Tropical Agriculture 24:1-3. Hutapea, J.R. 1991. Aneka Tanaman Obat. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.

Hutapea, J.R.1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Hutton, W. 1996. Tropical Fruits of Indonesia. Periplus Editions, Singapore. 62p.

IHIBF (Indonesia Horticulture Investemnt and Business Forum). 2015. Revolusi Pengembangan Buah Nusantara Skala Kecil dan Menengah untuk Kesejahteraan Bangsa Indonesia. Bogor, 16 Oktober 2015. Diorganisasikan oleh Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB dan Himpunan Alumni Agronomi IPB. 17p.

Indriani, Y. H.; E. Suminarsih.1997. Alpukat. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.

Insani, A. 2012. Pertanian dan Pariwisata Sebagai Sektor Unggulan di Bali: Membangun Kreativitas dan Kewirausahaan Petani dalam Menjawab Peluang Pasar Pariwisata. Badan Pengembangan Sumberdaya Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Revitalisasi Subak Menjadi Lembaga Usaha Ekonomi dan Agribisnis Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani, Kerjasama Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Fakultas Pertanian Unud dan Forum Komunikasi Pemberdayaan Pertanian Bali. Denpasar, 11 April 2011.

Ishaq, I., N. Sutrisna. 2003. Identifikasi Sifat Morfologi dan Sistem Budidaya Buah Kesemek (Diospyros Kaki L.F) di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Buletin Ristek Balitbangda 2(1):38-46.

Jaswanth, A., 2002, Evaluation of Mosquitocidal Activity of Annona Squamosa Leaves Against Filarial Vector Mosquito, Culex Quinquefasciatus Say., Department of Pharmacology, Periyar College of Pharmaceutical Sciences for Girls, Tiruchirappalli, India.

Kader, A. 2001. Quality Assurance of Harvested Horticultural Perishables. Acta Hort. 553:51-55.

Kaleem, M. 2006. Antidiabetic and Antioxidant Activity of Annona Squamosa Extract in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats, Department of Biochemistry, Faculty of Life Sciences, Aligarh Muslim University, Aligarh, India.

Karsinah, R., C. Hutabarat, Manshur. 2010. Markisa Asam (Passiflora EdulisSims.), Buah Eksotik Kaya Manfaat. IPTEK Hortikultura Nomor 6 Agustus 2010. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok,Sumatera Barat.

Khalid, M. M. Z. 2002. Hybridizations Between Selected Annonaceae Species. Acta Hort. 575:367–369.

Kitagawa, H.,P.G., Glucina. 1984. Persimmon Culture in New Zealand. Information Series No 159. 77p.

(21)

Kumalaningsih, S., Suprayogi. 2006. Tamarillo (Terung Belanda). Penerbit: Trubus Agrisarana, SUrabaya.

Kurniawi. 2006. Sejuta Khasiat Delima Http://Theeazayoe.Blogspot.Com /2007/05/Html (Diaskes 28 Juli 2015).

Latiff, A.M. 1991. Ziziphus Mauritiana Lamk. In: Verheij, E.W.M. And Coronel, R.E. (Editors). Plant Resources of South-East Asia No. 2: Edible Fruits and Nuts. Pudoc, Wageningen, The Netherlands, p.310-312.

Lee, M., J. Chiou, K. Yen, L. Yang, 2000, DNA Polymerase Inhibition of Tannins from Eugenia Uniflora, Cancer Letters 154:31-136.

Lim, T.K. (2012). Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants: Fruits (Tumbuhan Non-Obat dan Obat yang dapat Dimakan: Buah-Buahan) (Dalam Bahasa Inggris). http//books.google.co.id/books (Diakses 28 Agustus 2015).

Lugrayasa, I.N. 2004. Pelestarian Pisang dan Manfaat Dalam Upacara Adat Hindu Bali. Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu.

Manuwoto, S. 2012. Pengembangan Pusat Kajian Hortikultura Tropika. Center for Tropical Horticulture Studies. Pusat Kajian Hortikultura Tropika Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. 2012

Matsumura, T., M. Kasai, T. Hayashi, M. Arisawa, Y. Momose, I. Arai. 2000. A Glucosidase Inhibitors Fromparaguay an Natural Medicine, Nangapiry, The Leaves of Eugenia Uniflora, Pharmaceutical Biology 38:302-307.

Mogea, J.P. 1990. Pollination in Salacca Edulis. Principles 22(2):56-63.

Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E.Nasution, Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. LIPI-Seri Panduan Lapangan. Bogor. Balai Penelitian Botani, Puslitbang Biologi, LIPI.

Mohr, H. C. 1986. Watermelon Breeding. In M.J. Bassett (Ed). Breeding Vegetable Crops. Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Amerika.

Moncur, M.W., B.J. Watson. 1987. Observations on The Floral Biology of The Monoecious Form of Salacca Zalacca 31 (1):20-22.

Morton, J. 1987. Indian Jujube. p.272–275. In: Fruits of Warm Climates. Julia F. Morton, Miami. Department of Horticulture and Landscape Architecture at Purdue University (Diakses 7 September 2015).

Mudita, I. W. 2012. Mengenal Morfologi Tanaman dan Sistem Pemberian Skor Simmonds-Shepherd untuk Menentukan Berbagai Kultivar Pisang Turunan Musa Acuminata dan Musa Balbisiana.

(22)

Nusmawarhaeni, Saptarini, D. Prihatini, Pohan, E. Puspita. 1999. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Cetakan Ke-9. Penerbit:Penebar Swadaya, Jakarta.

Ochse, J.J. 1961. Tropical and Subtropicak Agriculture. Vol. I. The Mac Millan Company, New York. 617p.

Orwa, C., A. Mutua, R. Kindt, R. Jamnadass, A. Simons. 2009. Agroforestreedatabase: A Tree Reference and Selection Guide Version 4.0. ICRAF. Bogor. http://www.World Agro Forestry.Org/ (Diakses 14 Agustus 2014.

Parimin, S. P. 2005. Jambu Biji. Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Penerbit: Penebar Swadaya, Depok.

Pebriyanthi, N. E. 2010. Ekstraksi Xanthone dari Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) dan Aplikasinya dalam Bentuk Sirup. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor.

Pecis, E., A. Levi, R. Ben-Arie. 1986. Deastringency of Persimmon Fruit by Creating a Modified Atmosphere in Polyethylene Bags. Journal of Food Science 51(4):1283-1288.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Permentan/Ot.140/7/2011 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman.

Prihatman, K. 2000a. Anggur (Vitis Vinifera L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Prihatman, K. 2000b. Jambu Air (Eugenia Aquea Burm). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Prihatman, K. 2000c. Jambu Biji/Jambu Batu (Psidium Guajava L.) . Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Pihatman, K. 2000d. Kedondong (Spondias Dulcis Forst.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Pihatman, K. 2000e. Melon (Cucumis Melo L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Pihatman, K. 2000f. Nanas (Ananas Comosus). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

(23)

Prajnanta, F..2003. Melon Pemeliharaan Secara Intensif Kiat Sukses Beragribisnis. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.

Purbiati, T., R. Triatminingsih. 1992. Pengaruh Penambahan beberapa Zat Pengatur Tumbuh terhadap Eksplan Kesemek (Diospyros KakiL.F) In Vitro. Jurnal Hortikultura 2(3):34-36.

Purnomo, S. 1987. Eksplorasi Mangga Liar di Kalimantan. Kerjasama International Board of Plant Genetic Resources FAO dengan Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang. 42p.

Puspitasari, E., E.U. Ulfa. 2009. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Buah Buni (Antidesma Bunius(L) Spreng) terhadap Sel Hela. Jurnal Ilmu Dasar 10(2):181-185.

Rasadah, M. A. 2004. Anti-Inflammatory Agents fromSandoricum KoetjapeMerr. Phytomedicine. 11:2 261-265.

Rai, I. N., R. Poerwanto, L. K. Darusman, B.S. Purwoko. 2004. Pengaturan Pembungaan Tanaman Manggis (Garcinia MangostanaL.) di Luar Musim dengan Strangulasi, serta Aplikasi Paklobutrazol dan Etepon. Buletin Agronomi 32(2):12-20.

Rai, I. N., Partamawati, I. N. G. Astawa. 2005. Potensi dan Pengembangan Buah-Buahan Lokal Sebagai Buah-Buahan Unggulan Indonesia. Makalah Disampaikan pada International Seminar on Investigate the Potential and Problems of Developing the Tropical Fruits of Indonesia. 31thAugust 2000, Denpasar.

Rai, I. N., R. Poerwanto. 2008. Memproduksi Buah Di Luar Musim. Pernerbit: Andi, Yogyakarta.

Rai, I. N., G Wijana, C.G.A. Semarajaya. 2008. Identifikasi Variabilitas Genetik ”Wani Bali” (Mangifera Caesia Jack) dengan Penanda Rapd. Jurnal Hortikultura (Journal of Horticulture) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Puslitbang Hortikultura Jakarta 18(2):101-111.

Rai, I. N. 2009. Naskah Akademik Usulan Pelepasan Jeruk Bali Putih Menjadi Jeruk Bali Unggul Nasional. Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali.

Rai, I. N., C. G.A Semarajaya, I W. Wiraatmaja. 2010. A Study on The Flowering Phenophysiology of Gula Pasir Snake Fruit to Prevent Failure of Fruit-Set. Jurnal of Horticulture 22(2):77-101.

Rai, I. N., C. G.A Semarajaya, I W. Wiraatmaja. 2010. Studi Fenofisiologi Pembungaan dan Pembuahan Salak Gula Pasir sebagai Upaya Memproduksi Buah di Luar Musim. Jurnal Hortikultura 22(2):77-101.

(24)

Rubenstein, K. D., P. Heisey, R. Shoemaker, J. Sullivan, G. Frisvold. 2005. Crop Genetic Resources: An Economic Appraisal. A Report From The Economic Research Service. Economic Information Bulletin Number 2 May 2005. 47p.

Rukmana, R. 1996. Budidaya Belimbing. Penerbit: Kanisius Jakarta Rukmana, R. 1998. Budidaya Jambu Bol. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Pisang. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Rukmana, R. 2005. Jeruk Besar, Potensi dan Prospeknya. Penerbit: Kanisius, Yogyakarta. Sastrapradja, S. D. M.A. Rifa’i. 1972. Exploration and Conservation of The Undeveloped

Genetic Resources in Indonesia Forests. In Report on the LIPIi-MAB Workshop on Natural Resources IIIi-B, Jakarta.

Sastrapradja, S.; Panggabean, Gillmour; Mogea, J. Palar; Sukardjo, Sukristijono; Sunarto, A. Tri. 1981. Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi: Buah-Buahan 8.Jakarta: LIPI Bekerja Sama dengan Balai Pustaka.

Sastrapradja, S.D.,M. A. Rifa’i. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Sumber Plasma Nutfahnya. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional dan Pulitbang Bioteknologi, LIPI, Bogor.

Sastrapradja, S., U. Soetisna, Panggabean, Gilmour; Mogea, P. Johanis, Sukardjo, Sukristijono; Sunarto, Aloysius (1980). Buah-Buahan 8:44-45. Jakarta:LBN-LIPI berjasama dengan Balai Pustaka.

Sayaka, B. 2014. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Genetik. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Schmeda-Hirschmann, G., C. Theoduloz, L. Franco, E. Ferro, R. D. Arias, 1987, Preliminary Pharmacological Studies on Eugenia Uniflora Leaves: Xanthine Oxidase Inhibitory Activity, Journal of Ethnopharmacology 21:183-186.

Sedley, M., A. R. Griffin. 1989. Sexual Reproduction of Tree Crops. Toronto: Academic Press.

Setiadi. 2004. Bertanam Anggur. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.

Siagian, D. R., M. A. Girsang, S. S. Girsang, Salwati. 2007. Pewilayahan Komoditas Unggulan Perkebunan di Kabupaten Nias Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, Medan.

Siebert, B. 1997. Nephelium sp. di Dalam:Verheij, EWM, Coronel RE, Editor. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 (Buah-Buahan yang Dapat Dimakan), Penerbit: PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Bekerja Sama dengan Prosea Indonesia dan European Commission.

(25)

(Rattus Norvegicus L.) Jantan Galur Wistar. Traditional Medicine Journal 18(3):178-186.

Siregar, M., N.K.E. Undaharta, I W. Sumantera, D. Mudiana, I D.P. Darma, D. Meiningsasi, I G.W. Setiadi. 2004. Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu Di Kebun Raya Eka Karya Bali. p. 51-80. Dalam: M. Siregar, H.M. Siregar, I W. Sumantera, I G.N.A. Wiswasta, P.K. Sutara, W.S. Lestari (Editor). Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu. Bali, 7 Oktober 2004.

Soedarya, A. P. 2010. Agribisnis Guava (Jambu Batu). Budidaya-Usaha-Pengolahan. Penerbit: CV. Pustaka Grafika, Bandung.

Steenis, C.G.G.J. V. 1981. Flora, untuk Sekolah di Indonesia. Penerbit: PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Sudjijo.2014. Sekilas Tanaman Delima dan Manfaatnya. IPTEK Hortikultura No. 10 Agustus 2014. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika,Solok Sumatera Barat.

Suharti, S., H. Alrasyid, 1993. Pedoman Teknis Tanaman Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk). Informasi Teknis No. 41. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam, Bogor

Sumiyati. 2011. Kompatibilitas Transformasi Sistem Subak dan Agroekowisata untuk Mendukung Pengembangan Kawasan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suparwoto, Y. Hutapea. 2005. Keragaan Buah Duku dan Pemasarannya di Sumatera Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8(3):24-31.

Syafirudin, M. 2012. Manfaat Buah Delima Untuk Kesehatan. http://www.syafir.com/(Diakses 17 Agustus 2015).

Syamsuhidayat, S. Sugati, J. R. Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Sukadana, I M. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing Manis (Averrhoa CarambolaLinn.L). Jurnal Kimia 3 (2): 109-116.

Sunaryono, H. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.

Syukur. 2008. Varietas dan Syarat Tumbuh Semangka. Pelatihan Budidaya Semangka Sistem Turus. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tate, D. 2000. Tropical Fruit of Thailand. Asia Book. Tien Wah Press, Singapore. 96p. Uji, T. 2007. Keragaman Jenis Buah-Buhan Asli Indonesia dan Potensinya. Biodiversitas

8(2):157-167.

(26)

USDA (United States Departement Of Agriculture). 2013. Food and Nutrition Information Center. USDA Nutrient Data Laboratory. National Agriculture Laboratory. Diunduh 29 Juli 2015.

Utami, P.. 2008. Buku Pinter Tanaman Obat. Penerbit: Agromedia Pustaka, Jakarta.

Verheij, E.W.M., R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Prosea Foundation. Pernebit: Gramedia,Jakarta.

Wardana, H.D. 2002. Pemanfaatan Plasma Nutfah dalam Industri Jamu dan Kosmetika Alami. Buletin Plasma Nutfah 8(2):84-85.

Weecharangsan, W., P. Opanasopit, M. Sukma, T. Ngawhirunpat, U. Sotanaphun, P. Siripong. 2006, Antioxidative and Neuroprotective Activities of Extracts From the Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia Mangostana Linn.), Med Princ Pract., 15(4):281-287.

Welly,Y. B. Arifin, Afrizal. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Kulit Batang Srikaya. Jurnal Penelitian pada Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas.

Wiana, I.K., 2002. Makna Upacara Yadnya dalam Agama Hindu. Cetakan Pertama. Penerbit: Paramita Surabaya.

Widodo, F. 2010. Karakterisasi Morfologi Beberapa Aksesi Tanaman Srikaya di daerah Sukolili, Pati, Jawa Tengah, Skripsi Fakultas Pertanian Uniersitas Sebelas.

Wills, R.A.H,, T.H. Lee, D. Graham, W.B. Mcglasson, E.G. Hall. 198l. Postharvest an Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. New South Wales University Press, Sydney.

Windia, W.P. 2004. Kebijakan Pemerintah dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Mengkonservasi Tanaman Upakara di Bali. P.1-8. Dalam: M. Siregar, H.M. Siregar, I W. Sumantera, I G.N.A. Wiswasta, P.K. Sutara, W.S. Lestari (Editor). Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu. Bali, 7 Oktober 2004.

Windia, W., M. Wirartha, K. Suamba, M. Sarjana. 2008. Model Pengembangan Agrowisata di Bali. Jurnal SOCA (Socio-economic of Agriculture and Agribusiness). Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar, Bali-Indonesia. http://ejournal.unud.ac.id/ abstrak/(13)%20soca-windia%20dkk-agrowisata(1).pdf.

Wiryowidagdo, S., M. Sitanggang. 2002. Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, Dan Kolesterol. Jakarta (Id): Agromedia Pustaka.

World Conservation Monitoring Centre 1998. Mangifera Lalijiwa. The Iucn Red List Of Threatened Species. Version 2015.2. <Www.Iucnredlist.Org>. Downloaded On 30 July 2015.

Yang H.J., X. Li, N. Zhang, J.W. Chen, M.Y. Wang, 2009, Two New Cytotoxic Acetogenins from Annona Squamosa., J. Asian Nat. Prod. Res. 11(3):250-6.

Gambar

Gambar 2.  Daun anggur Bali (a), Buah muda anggur Bali (b),
Gambar 3. Buah avokad muda (kiri) dan buah masak (kanan)

Referensi

Dokumen terkait

uji aktivitas antijamur dari 3 fraksi pada konsentrasi 10%, fraksi n-heksan memiliki diameter zona hambat terbesar yaitu rata-rata diameter zona hambat yang

Dikutip dalam Waluyo (2008:256) Mengingat batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi adalah akhir bulan ketiga

Seperti pada Gambar 6., terlihat data hasil pemeriksaan dari tahapan assembly. Pihak Admin dapat melihat detail data, menyunting data dan menghapus data melalui kolom

Ini adalah investasi yang baik untuk Anda yang serius ingin menggali pasar ClickBank, karena akan memberikan hasil komisi yang banyak untuk Anda.. Pilih yang lifetime, karena

memiliki nilai probabilitas sebesar 0,7719 yang lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0,05 yang berarti bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap

Penganggaran ganda dalam proyek yang sama, berpeluang terjadinya manipulasi (penyelewengan). Untuk itu, dalam.. penyusunan RPJMDesa perlu adanya penyelarasan dengan

Setting : ruang kelas dengan latar jenis-jenis pantun gerakan kamera: split screen.. instruksi acting: guru bertanya jawab dengan siswa dan menjelaskan

Senin II Tar/PAI Pendidikan Kewarganegaraan/B 39 3 I A1 Siti Malaiha Dewi, M.Si 01 ; 44.. Senin II Tar/PAI Bahasa Indonesia/C 39 2 I